• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis sikap masyarakat Badau di perbatasan terhadap produk Malaysia versus produk Indonesia : studi kasus Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis sikap masyarakat Badau di perbatasan terhadap produk Malaysia versus produk Indonesia : studi kasus Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

viii  

ABSTRAK

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

Agnes Annice Buu

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata DharmaYogyakarta

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Badau di perbatasan terhadap produk kebutuhan Pokok dan produk fashion made in

Malaysia maupun made in Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok dan fashion made in Malaysia

versus made in Indonesia yang ada di Badau.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksplorasi dengan subjek penelitian masyarakat Badau di perbatasan. Objek penelitian untuk produk kebutuhan pokok dilihat dari aspek harga, kualitas, kemasan, saluran distribusi, kebudayaan, layanan kesehatan dan hubungan kekeluargaan melalui pernikahan, sedangkan objek penelitian dari produk fashion

dilihat dari aspek harga, selera masyarakat Badau yang dibentuk oleh Media Indonesia, kesesuaian kualitas dengan kenyamanan pemakakaian. Dalam penelitian ini penulis melakukan dua tahap penelitian, yaitu tahap wawancara dan tahap observasi. Teknik analisis yang digunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif deksriptif untuk mengetahui secara detail sikap positif masyarakat Badau terhadap produk made in Malaysia versus made in Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas produk kebutuhan pokok yang ada di perbatasan Badau di dominasi oleh produk kebutuhan pokok made in

Malaysia, namun terdapat juga produk China yang didatangkan dari Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Badau bersikap positif terhadap produk kebutuhan pokok made in Malaysia. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap positif masyarakat Badau tehadap produk kebutuhan pokok made in Malaysia antara lain harga yang terjangkau, kualitas yang lebih terjamin, distribusi yang lancar dan kemasan produk yang baik, adanya kesamaan budaya, pernikahan lintas budaya dan layanan kesehatan. Sebaliknya, produk fashion di Badau lebih didominasi oleh produk fashion made in Indonesia. Hasil analisis produk fashion

(2)

ix  

ABSTRACT

Analysis of Badau People’s Attitude Towards Made in Malaysia Versus

Made in Indonesia Products

Faculty of Economics, Management Study Program Sanata Dharma University

2012

The purpose of this research is to find out the Badau people’s attitude toward Made in Malaysia products versus made in Indonesian products.The research also aims to figure out composition of products made in Malaysia compared to products made in Indonesian in Badau (Badau is a district at the border area of Indonesia-Malaysia).

The type of the research was a descriptive exploration study. The subject of this research was Badau people at the border area of Indonesia-Malaysia.The objects of this research werethe daily need products and the fashion products. The daily need products were observed from the price, quality, packaging, distribution, culture, medical service, and family relationship aspects. While, the fashion products were observed from the price, Badau people’ssense of fashion that were constructed by the Indonesian Media, and the compatibility of product quality and product comfort. In this research the writer conducted interview and observation to obtain the data. The analysis tecniques that were applayed in this research was descriptive qualitative. This technique was applied to find out the Badau people’s positive attitude toward made in Malaysia products versus made in Indonesian products in detail.

The result of this research showed that the daily need products in Badau were dominated by Product made in Malaysia. Though, the daily need made in Malaysia dominated the Badau market, there were also some daily need product made in China imported from Malaysia. It showed that Badau people had a positive attitude toward the daily need products made in Malaysia. The factors that influenced the Badau people’s positive attitude toward the daily need products made in Malaysia were affordable price, good quality, smooth distribution, and good product packaging. The culture similarities, transcultural marriage, and health service salso became the factors that influenced the Badau peoploe’s positive attitude toward the daily need products made in Malaysia. On the contrary, the fashion products in Badau were dominated by products made in Indonesia. It showed that the Badau people had a positive attitude toward the fashion product made in Indonesia. The factors that influenced the Badau people’s positive attitude toward the fashion made in Indonesia were the affordable price, the media (Television) that construct the Badau society sense of fashion, and the compatibility of product quality and product comfort.

(3)

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Agnes Annice Buu

NIM : 082214105

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh : Agnes Annice Buu

NIM : 082214105

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(5)

ii  

SKRIPSI

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Oleh : Agnes Annice Buu

NIM : 082214105

(6)
(7)

iv  

MOTTO

“Doa adalah kekuatan yang paling ampuh dalam

segala hal ”By: mama

Selalu bersyukur, berpegang pada Tuhan, dan ingat pada Orang Tua kemanapun kamu melangkah” By: Papa

“”Segala perkara dapat Ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku “

(8)

v  

P e rs e m b a h a n :

S krip s i in i s a ya p e rs e m b a h ka n ke p a d a :

Ye s u s kris tu s s a h a b a t te rb a ikku d a la m u n tu n g d a n

m a la n g, s u ka d a n d u ka .

ke d u a o ra n g tu a ku d a n a b a n gku te rs a ya n g ya n g s e la lu

m e n d u ku n gku , d a n m e n c u ra h ka n p e rh a tia n n ya

(9)

vi  

(10)
(11)

viii  

ABSTRAK

ANALISIS SIKAP MASYARAKAT BADAU DI PERBATASAN TERHADAP PRODUK MALAYSIA VERSUS

PRODUK INDONESIA

Studi kasus: Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat

Agnes Annice Buu

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata DharmaYogyakarta

2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat Badau di perbatasan terhadap produk kebutuhan Pokok dan produk fashion made in

Malaysia maupun made in Indonesia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok dan fashion made in Malaysia

versus made in Indonesia yang ada di Badau.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksplorasi dengan subjek penelitian masyarakat Badau di perbatasan. Objek penelitian untuk produk kebutuhan pokok dilihat dari aspek harga, kualitas, kemasan, saluran distribusi, kebudayaan, layanan kesehatan dan hubungan kekeluargaan melalui pernikahan, sedangkan objek penelitian dari produk fashion

dilihat dari aspek harga, selera masyarakat Badau yang dibentuk oleh Media Indonesia, kesesuaian kualitas dengan kenyamanan pemakakaian. Dalam penelitian ini penulis melakukan dua tahap penelitian, yaitu tahap wawancara dan tahap observasi. Teknik analisis yang digunakan penulis adalah teknik analisis kualitatif deksriptif untuk mengetahui secara detail sikap positif masyarakat Badau terhadap produk made in Malaysia versus made in Indonesia.

Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas produk kebutuhan pokok yang ada di perbatasan Badau di dominasi oleh produk kebutuhan pokok made in

Malaysia, namun terdapat juga produk China yang didatangkan dari Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Badau bersikap positif terhadap produk kebutuhan pokok made in Malaysia. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap positif masyarakat Badau tehadap produk kebutuhan pokok made in Malaysia antara lain harga yang terjangkau, kualitas yang lebih terjamin, distribusi yang lancar dan kemasan produk yang baik, adanya kesamaan budaya, pernikahan lintas budaya dan layanan kesehatan. Sebaliknya, produk fashion di Badau lebih didominasi oleh produk fashion made in Indonesia. Hasil analisis produk fashion

(12)

ix  

ABSTRACT

Analysis of Badau People’s Attitude Towards Made in Malaysia Versus

Made in Indonesia Products

Faculty of Economics, Management Study Program Sanata Dharma University

2012

The purpose of this research is to find out the Badau people’s attitude toward Made in Malaysia products versus made in Indonesian products.The research also aims to figure out composition of products made in Malaysia compared to products made in Indonesian in Badau (Badau is a district at the border area of Indonesia-Malaysia).

The type of the research was a descriptive exploration study. The subject of this research was Badau people at the border area of Indonesia-Malaysia.The objects of this research werethe daily need products and the fashion products. The daily need products were observed from the price, quality, packaging, distribution, culture, medical service, and family relationship aspects. While, the fashion products were observed from the price, Badau people’ssense of fashion that were constructed by the Indonesian Media, and the compatibility of product quality and product comfort. In this research the writer conducted interview and observation to obtain the data. The analysis tecniques that were applayed in this research was descriptive qualitative. This technique was applied to find out the Badau people’s positive attitude toward made in Malaysia products versus made in Indonesian products in detail.

The result of this research showed that the daily need products in Badau were dominated by Product made in Malaysia. Though, the daily need made in Malaysia dominated the Badau market, there were also some daily need product made in China imported from Malaysia. It showed that Badau people had a positive attitude toward the daily need products made in Malaysia. The factors that influenced the Badau people’s positive attitude toward the daily need products made in Malaysia were affordable price, good quality, smooth distribution, and good product packaging. The culture similarities, transcultural marriage, and health service salso became the factors that influenced the Badau peoploe’s positive attitude toward the daily need products made in Malaysia. On the contrary, the fashion products in Badau were dominated by products made in Indonesia. It showed that the Badau people had a positive attitude toward the fashion product made in Indonesia. The factors that influenced the Badau people’s positive attitude toward the fashion made in Indonesia were the affordable price, the media (Television) that construct the Badau society sense of fashion, and the compatibility of product quality and product comfort.

(13)

x  

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyusun skripsi dengan judul “Analisis Sikap Masyarakat Perbatasan di Badau Terhadap Produk Made In Malaysia

Versus Produk Made In Indonesia” Studi kasus atas masyarakat perbatasan di Badau, kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain yang dengan tulus ikhlas dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A., selaku Ketua Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta 3. Ibu Ike Janita Dewi, SE, M.B.A., Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah

(14)

xi  

4. Bapak Drs. Rubiyatno. M.M selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup selama penulis menempuh kuliah.

6. Kedua Orang Tuaku, Rofinus Buu dan Katarina yang telah melahirkanku dan tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, dukungan serta doa hingga akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan.

7. Abangku tersayang, Yohanes krisostomos Artarona Buu, yang selalu menyayangiku, menyemangatiku, dan menjadi inspirasiku untuk menjadi lebih baik, luv u bang!!.

8. Sahabat KIKO (Kinoy, Iche, Ketty, Ocha), Joe genduuut, dan Tony narsiiis,….mksieee udah mendukungku sampai skripsinya selesai.

9. Keluarga besar Bungayang dan keluarga besar SOO di NTT, yang selalu mendoakanku dan memberi kasih sayang begitu besar.

10.Teman-teman Kostku 15 C mrican : Ma’kasih Lhoo Mamake, O’ogi, Cikot, Ndud, Marta, Puput,Sella dan Galuh yang selalu memberikan keceriaan dan kegokilan masa-msa Kuliah.

11.Teman-teman kampus khususnya anak MAN’08, yang telah memberikan perhatian, dukungan, dan doanya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 12.Untuk semua orang yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, makasih banyak

(15)

xii  

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.

(16)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

PERNYATAAN KEASLIANAN KARYA ... viii

ABSTRAK ... ix

A. Pengertian Perilaku Konsumen……… 11

1. Faktor-faktor lingkungan eksternal ... ... 11

a. Kebudayaan ... 11

b. Kelas Sosial ... 13

c. Kelompok sosial dan kelompok Referensi ... 14

(17)

xiv  

I. Pengembangan Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 30

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penjelasan Penelitian ... ... 53

B. Analisis Data ... ... 54

1. Analisis komposisi produk kebutuhan pokok asal Malaysia Vs Indonesia ... 54

2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan Pokok (Malaysia Vs Indonesia) ... ... 73

3. Analisis komposisi produk Fashion asal Malaysia Vs Indonesia... ... 88

4. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Masyarakat Badau terhadap produk Fashion (Malaysia Vs Indonesia) . ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 98

A. Kesimpulan ... ... 98

B. Saran . ... 103

1. Bagi Pemerintah Kecamatan Badau . ... 103

2. Bagi Produsen penyedia kebutuhan pokok asal Indonesia ... 104

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... ... 104

C. Keterbatasan Penelitian ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... ... 105

(18)

xv  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Nama Desa dan Dusun di Kecamatan Badau ... 44

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Penyebaran KK ... 47

Tabel 1.4 Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 48

Tabel 1.5 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 49

(19)

xvi  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Produk kebutuhan pokok made in Malaysia yang terdapat di perbatasan Badau ... 57 Gambar 1.2 Produk made in Indonesia yang terdapat di perbatasan Badau 60 Gambar 1.3 Produk made in China yang diambil dari Malaysia ... 62 Gambar 1.4 Distribusi produk kebutuhan pokok made in Indonesia melalui

Jalur darat dari Putussibau ke Badau ... 66 Gambar 1.5 Distribusi jalur darat produk kebutuhan pokok made in

Malaysia melalui Pos Lintas Batas di Perbatasan Badau ... 67 Gambar 1.6 Kemasan produk gula made in Malaysia vs

made in Indonesia ... 70

Gambar 1.7 Kemasan produk minyak goreng made in Malasyia ... 73 Gambar 1.8 Tingkat Keamanan Produk Kebutuhan Pokok Made in

Malaysia vs made in Indonesia ... 74 Gambar 1.9 Harga produk gula made in Malaysia vs Gula made in

Indonesia ... 76 Gambar 1.10 Upacara adat Ngeduri yang dilaksanakan oleh suku

Dayak Iban ... 75 Gambar 1.11 Produk fashion made in Indonesia yang terdapat di Badau ... 83

Gambar 1.12 Beberapa pos yang terdapat di Pos Perbatasan

Lintas Batas Badau ... 85 Gambar 1.13 Produk pakaian yang diambil dari Malaysia ... 87 Gambar 1.14 Produk baju wanita yang dijual oleh para pedagang pakaian

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(21)

shttp://www.indonesiatourism.com/westkalimantan/map/west_kalimantanhigh.png 

(22)

Putussibau. Hasil pertanian tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari masyarakat Badau berupa: gula, bensin, garam, minyak goreng, gas, daging, serta makanan dan minuman ringan yang tidak bisa mereka dapatkan dari pedagang Pontianak.

http://www.aisyiyah.or.id/app/webroot/uploaded//kapuas%20hulu%20map.jpg 

(23)

Produk kebutuhan pokok merupakan salah satu dari sekian banyak produk yang dibeli dengan harga murah dari Sarawak. Selain produk kebutuhan pokok, mayoritas kendaraan roda dua dan roda empat juga didatangkan dari Malaysia. Perbandingan harga kendaraan baik itu kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat yang relatif lebih murah merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi masyarakat Badau membelinya. Akantetapi, kendaraan roda dua dan roda empat ini hanya beroperasi di daerah Badau dan Malaysia saja, dikarenakan kendaraan ini pada umumnya tidak memiliki surat menyurat. Orientasi harga yang murah dengan kualitas produk yang lebih baik dari buatan dalam negeri membuat neraca pembelian untuk produk buatan Malaysia lebih tinggi daripada produk buatan Indonesia. Kondisi geografis yang mendukung serta kesamaan budaya di tambah dengan belum adanya kebijakan pemerintah yang mengatur perdagangan lintas batas, membuat masyarakat perbatasan di Badau maupun warga Malaysia dengan leluasa keluar masuk Malaysia-Indonesia. Dengan kondisi yang seperti ini tidak jarang kegiatan ekonomi yang dilakukan antara masyarakat perbatasan di Badau dengan warga Malaysia dalam hal pembelian kebutuhan pokok maupun kendaraan terjadi secara illegal.

(24)

Malaysia memiliki dua kartu identitas (KTP), karena dengan adanya kartu identitas dari Malaysia mereka akan diakui dan diterima untuk bekerja di Negara Tetangga ini. Banyaknya masyarakat Badau yang bekerja di Malaysia membuat mereka mengenal dua mata uang yaitu Ringgit Malaysia dan Rupiah. Dengan kondisi seperti ini, pemerintah kota tidak mengeluarkan kebijakan yang mengatur hubungan perdagangan lintas batas layaknya seperti di Entikong. Akibat dari tidak adanya kebijakan yang tegas ini dapat terlihat bahwa produk-produk Malaysia membanjiri daerah perbatasan bahkan sampai ke Pontianak, dan bebasnya warga Indonesia dan warga Malaysia keluar masuk pintu perbatasan serta ditambah banyaknya warga Indonesia diperbatasan pindah kewarganegaraan tanpa melalui jalur hukum resmi.

Lain halnya dengan produk fashion, masyarakat Badau lebih tertarik akan produk fashion asal Indonesia yang didatangkan dari Bandung dan Jakarta. Kebanyakan toko pakaian yang ada didaerah Badau menjual pakaian dengan model terbaru yang sedang trend di Indonesia. Media Indonesia berupa program televisi yang dilihat dan didengar oleh masyarakat Badau sangat berperan akan ketertarikan masyarakat Badau terhadap produk fashion Made in Indonesia. Hal ini dikarenakan media Indonesia memperlihatkan model berbusana artis Indonesia, sehingga model pakaian yang digunakan oleh artis Indonesia menjadi acuan trend pakaian untuk masyarakat Badau.

(25)

sehingga harga kebutuhan pokok menjadi mahal. Oleh karena itu, masyarakat Badau terdorong untuk berbelanja ke Malaysia untuk memenuhi kebutuhan pokoknya seperti beras, gas, minyak goreng, gula, garam bawang, serta makanan kemasan dan minuman kaleng. Berdasarkan fenomena ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Analisis Sikap Masyarakat Perbatasan di Badau Terhadap Produk Made In

Malaysia Versus Produk Made In Indonesia”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sikap masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan pokok

made in Malaysia versus made in Indonesia dan apa faktor-faktor yang melandasinya ?

2. Bagaimanakah sikap masyarakat Badau terhadap produk fashion made in

Malaysia versusmade in Indonesia dan apa faktor-faktor yang melandasinya ?

3. Bagaimana komposisi produk kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus

Indonesia)

(26)

C. Batasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang diteliti agar tidak menyimpang terlalu jauh dari permasalahan, maka batasan masalah pada penelitian ini antara lain: 1. Analisis faktor yang menyebabkan masyarakat Badau terdorong untuk

memilih produk kebutuhan pokok made in Indonesia versus made in

Malaysia antara lain: harga, saluran distribusi, kebudayaan, kemasan, kualitas produk, dan kelompok acuan seperti keluarga dan teman.

2. Analisis faktor yang mempengaruhi masyarakat Badau memilih produk fashion made in Indonesia versus made in Malaysia antara lain: kenyamanan pemakaian dan trend model pakaian.

3. Komposisi produk kebutuhan pokok (Indonesia versus Malaysia) yang dikonsumsi oleh masyarakat Badau di lihat dari perbandingan kuantitas produk yang ada di setiap toko.

4. Komposisi produk fashion yang dikonsumsi masyarakat Badau dilihat dari perbandingan kuantitas produk yang dijual oleh pedagang pakaian.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong pemilihan produk kebutuhan pokok Made In Malaysia Versus Indonesia .

(27)

3. Untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus

Indonesia)

4. Untuk mengetahui komposisi produk Fashion yang dikonsumsi masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus

Indonesia)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi mengenai seberapa besar produk dalam negeri yang terserab di daerah perbatasan yaitu Badau. Dengan begitu, pemerintah menjadi tahu bagaimana keadaan perbatasan dan lebih memperhatikan apa saja kebutuhan masyarakat perbatasan di Badau serta memikirkan solusi apa saja yang perlu dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat perbatasan di Badau dan daerah sekitar perbatasan dapat dengan mudah mendapatkan produk kebutuhan pokok buatan dalam negeri yang terjangkau.

2. Bagi Masyarakat Perbatasan di Badau

(28)

merasakan apa yang menjadi hak mereka sebagai warga Negara Indonesia untuk memperoleh sarana dan prasarana, serta produk buatan Indonesia terutama produk kebutuhan pokok.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan memperjelas arah pembahasan maka penulisan skripsi ini dibuat secara sistematis menjadi enam bab dengan uraian sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka

Bab ini membahas tentang landasan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian, penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penulisan, rumusan hipotesis, dan kerangka teoritis.

BAB III : Metode Penelitian

(29)

BAB IV : Gambaran Umum Daerah Badau

Bab ini berisikan tentang gambaran umum dari daerah Badau, mengenai distribusi dan proses pembelian masyarakat di Badau, faktor-Faktor yang mempengaruhi pembelian produk fashion

dan kebutuhan pokok, data presentase jumlah produk Malaysia di Badau dibandingkan persentase jumlah produk Indonesia di Badau.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan tentang hasil penelitian disertai dengan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB VI : Kesimpulan dan Implikasi Hasil Penelitian

(30)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002:6) perilaku konsumen merupakan studi

tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan pendapatan, konsumsi, jasa, pengalaman serta ide-ide.

Dari pengertian diatas dapat terlihat bahwa ada dua hal penting dari perilaku

konsumen. Pertama konsumen tidak bisa menghindari terjadinya proses

pertukaran,karena dalam proses pertukaran akan terlihat perilaku dari konsumen

dalam membeli, memilih, dan mengevaluasi bahkan menolak produk dan jasa yang

diharapkan dan dibutuhkan mereka. Kedua, dalam proses pengambilan keputusan

akan pembelian suatu produk dan jasa Perilaku konsumen sangat dipengaruhi faktor

eksternal dan faktor internal (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:57-94). Kedua

faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi : a. Kebudayaan

Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya dan pengaruhnya akan selalu berubah sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman dari masyarakat tersebut. Dalam buku “Manajemen Pemasaran” (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:59), Stanton mendefinisikan kebudayaan sebagai symbol dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia,

(31)

diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat yang ada.

Dari uraian diatas dapat penulis kaitkan dengan permasalahan yang ada di perbatasan Badau. Mayoritas penghuni daerah perbatasan Badau terdiri dari masyarakat dayak iban, dayak Embaloh, dan Melayu. Masyarakat perbatasan Badau yang terdiri dari tiga suku ini telah lama menjalin hubungan sosial-ekonomi dengan warga Malaysia di Sarawak jauh sebelum mengenal batas negara. Interaksi sosial-ekonomi antara masyarakat Badau dengan masyarakat Malaysia terjadi atas dasar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya melalui pertukaran hasil pertanian dengan para Cukong (sebutan untuk pedagang Malaysia) sebagai penyedia produk kebutuhan pokok. Hubungan sosial-ekonomi ini terjadi tidak terbatas pada pemenuhan akan kebutuhan pokok tetapi juga pada lapangan pekerjaan yang tersedia di Malaysia sampai pada hubungan pernikahan.

(32)

lama dan turun menurun sampai saat ini. Kondisi seperti ini sudah menjadi kebudayaan masyarakat perbatasan secara turun menurun sehingga dapat terlihat bahwa suku dan budaya yang dianut oleh masyarakat perbatasan tidak jauh berbeda dengan Warga Malaysia di Sarawak.

b. Kelas Sosial

Kelas Sosial merupakan pembagian yang relatif permanen dan berjenjang dalam masyarakat di mana anggotanya berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Kelas sosial tidak dipengaruhi hanya oleh satu faktor saja tetapi kelas sosial diukur berdasarkan kombinasi beberapa faktor seperti pekerjaan, pendapatan, pendidikan, serta kekayaan (Kotler dan Susanto, 2000:226).

Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (2000 : 64) kelas sosial masyarakat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu: 1) Golongan atas

Yang termaksud dalam kelas ini antara lain : pengusaha-pengusaha kaya dan pejabat-pejabat tinggi.

2) Golongan Menengah

Yang termaksud dalam kelas ini antara lain: karyawan instansi pemerintah, dan pengusaha menengah.

3) Golongan Rendah

(33)

c. Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi 1) Kelompok sosial

Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan di antara mereka (Swastha dan Handoko, 2000 : 66).

Ada dua kelompok yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:

(a) Kelompok Primer seperti keluarga,teman, tetangga, rekan kerja yang mana orang tersebut secara terus-menerus berinteraksi dengan mereka.

(b) Kelompok Sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi, dan kelompok asosiasi perdagangan yang cenderung bersifat formal dan mempunyai interaksi yang tidak begitu rutin.

2) Kelompok Referensi

(34)

Dari uraian diatas dapat dikaitkan dengan keadaan masyarakat perbatasan di Badau. Masyarakat Badau berinteraksi satu sama lain dengan masyarakat Malaysia karena ada hubungan diantara mereka yaitu hubungan sebagai suku yang sama dan punya unsur budaya yang sama. Keadaan suku dan unsur budaya yang sama mempengaruhi kepribadian masyarakat perbatasan di Badau berperilaku seperti masyarakat Malaysia seperti gaya rambut, berpakaian dan aliran musik.

d. Keluarga

Keluarga merupakan individu yang membentuk suatu rumah tangga baru dimana setiap anggota keluarga dapat mempengaruhi suatu keputusan pembelian.

2. Faktor-Faktor internal meliputi : a. Motivasi

Menurut Swasta dan Handoko (2000 : 77), Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

(35)

berikutnya. Berdasarkan urutan tingkat kepentingannya, kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain:

1) Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, dan tempat tinggal. 2) Kebutuhan keamanan

Kebutuhan keamanan seperti rasa aman dan perlindungan. 3) Kebutuhan sosial

Kebutuhan sosial seperti perasaan diterima sebagai anggota dan dicintai. Contoh: dicintai dan diterima dalam keluarga,teman, atau lawan jenis.

4) Kebutuhan penghargaan

Seperti pengakuan dan status seseorang yang dapat dilihat dari penghargaan-penghargaan yang diberikan padanya.

5) Kebutuhan aktualisasi diri

Kebutuhan akan pemahaman dan pengembangan diri seseorang. b. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu proses dengan mana konsumen (manusia) menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungannya. c. Belajar

(36)

diperkuat, dan ada kecenderungan bahwa tanggapan yang sama akan terulang.

d. Sikap

Sikap (Attitude) adalah suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikiran (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau secara dinamis pada perilaku.

B. Pemasaran

1. Pengertian pemasaran

Menurut Kotler dan Armstrong diperoleh pengertian pemasaran (Marketing) merupakan suatu proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.

Sedangkan pengertian pemasaran menurut Perreault, cannon, dan McCharty dkk. (2008 : 8) adalah sebagai berikut:

Pemasaran (Marketing) adalah suatu aktivitas yang bertujuan mencapai sasaran perusahaan, dilakukan dengan cara mengantisipasi kebutuhan pelanggan atau klien serta mengarahkan aliran barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan atau klien dari produsen.

(37)

membangun hubungan dengan pelanggan dengan balas jasa sebagai imbalannya.

Pengertian pemasaran tersebut bertujuan untuk memahami fungsi dari pemasaran dimana dalam memahami fungsi pemasaran, ada serangkaingan konsep inti yang meliputi: kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan permintaan (Demand). Kebutuhan. Permintaan dan keinginan dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Kebutuhan (needs)

Kebutuhan adalah keadaan dari perasaan kekurangan. Kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik akan makanan, pakaian, kehangatan dan keamanan; kebutuhan sosial akan kebersamaan dan perhatian; serta kebutuhan pribadi akan pengetahuan dan ekspresi diri. b. Keinginan (Wants)

Keinginan merupakan kebutuhan manusia yang terbentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang. keinginan terbentuk oleh masyarakat dan dipaparkan dalam bentuk objek yang bias memuaskan kebutuhan.

c. Permintaan (Demand)

(38)

C. Proses pengambilan keputusan

Menurut kotler dan Armstrong (2008:179) Keputusan pembelian adalah membeli merek yang paling disukai. Proses keputusan pembelian terdiri dari beberapa tahap antara lain:

1. Pengenalan kebutuhan

Pada tahap ini, konsumen baru menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu dari rangsangan internal yaitu kebutuhan fisik dan rangsangan eksternal seperti iklan atau diskusi dengan teman.

2. Pencarian informasi

Pencarian informasi merupakan tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen ingin mencari informasi lebih banyak. Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber seperti: a) Sumber pribadi

keluarga,teman,rekan,dan tetangga b) Sumber komersial

iklan, Wiraniaga, situs Web, penyalur, kemasan, dan tampilan) c) Sumber publik

media massa, dan pencarian internet d) Sumber pengalaman

(39)

3. Evaluasi alternative

Evaluasi alternative merupakan tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternative dalam sekelompok pilihan.

D. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik untuk diperhatikan dan dikonsumsi yang dapat memberikan kepuasan pada keinginan dan kebutuhan konsumen baik itu berupa objek fisik, jasa, orang, organisasi, ide atau bauran dari semua hal tersebut (Kotler dan Armstrong, 2008 : 266).

Sedangkan menurut cannon, Perreault, dan McCharty (2008:284) Produk adalah kepuasan akan kebutuhan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:269) produk berdasarkan tipe konsumen yang menggunakannya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Produk Konsumen

Produk konsumen merupakan produk dan jasa yang dibeli oleh konsumen akhir untuk di konsumsi secara pribadi. Produk konsumen meliputi :

a. Produk kebutuhan sehari-hari

(40)

b. Produk belanja

Produk belanja merupakan produk yang jarang dibeli oleh konsumen dan konsumen melakukan perbandingan kecocokan, kualitas harga, dan gaya produk secara cermat.

c. Produk Khusus

Produk Khusus merupakan produk konsumen dengan karakteristikunik dimana sekelompok pembeli secara signifikan melakukan usaha pembelian khusus.

2. Produk Industri

Produk industri merupakan produk yang dibeli untuk digunakan pada proses lebih lanjut dalam menjalankan usaha suatu bisnis. Produk industri lebih kepada bahan pokok yang digunakan untuk berproduksi. Dalam menyusun rencana produk, terdapat beberapa variable yang harus diperhatikan. Variable tersebut antara lain variable yang berkaitan dengan kualitas produk, fitur produk, desain produk dan pengemasan produk.

E. Atribut Produk

(41)

Atribut yang berwujud berupa kualitas, fitur, desain dan kemasan produk. Atribut yang tidak berwujud berupa nama baik dari perusahaan penghasil barang tersebut.

1. Kualitas produk

Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan ,kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Kotler dan Armstrong, 2001:347).

Kualitas produk memiliki dua dimensi yaitu tingkatan dan konsistensi. Dalam dimensi tingkatan kualitas, kualitas produk berarti kemampuan produk untuk melakukan fungi-fungsinya. Dalam dimensi konsistensi kualitas, kualitas produk berarti bebas dari kecacatan dan konsisten dalam memberikan tingkatan kualitas yang dijanjikan.

2. Pengemasan

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:359) pengertian pengemasan merupakan kegiatan mendesain dan memproduksi wadah atau pembungkus produk. Terdapat tiga bentuk kemasan yaitu :

1. Kemasan dapat berupa wadah utama produk (berupa tube)

(42)

3. kemasan yang dikhususkan untuk menyimpan, mengidentifikasikan, dan mengirim produknya (berupa kardus)

Menciptakan kemasan yang baik bagi produk baru membutuhkan pengambilan berbagai keputusan. Keputusan-keputusan yang harus dibuat adalah yang berkaitan dengan elemen-elemen khusus kemasan seperti ukuran, bentuk, bahan dasar, dan tanda merk.

F. Harga sebagai atribut

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345), Harga (Price) adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Harga adalah satu-satunya elemen dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Para peneliti mengidentifikasi harga kedalam tujuh dimensi yang mana lima dimensi berperan secara negatif dan dua dimensi lainnya berperan positif (Kotler dan Susanto, 2001: 647). Dalam peran dimensi negatif, harga digunakan untuk mempengaruhi orang seperti:

1) Sadar nilai (value conscious), keadaan dimana konsumen memperhatikan rasio kualitas produk terhadap harga.

2) Sadar harga (price conscious), keadaan dimana konsumen lebih fokus pada pembayaran harga yang lebih murah.

(43)

4) Penawaran penjualan (sale prone), keadaan dimana konsumen menanggapi tawaran pembelian yang melibatkan pengurangan harga sementara.

5) Maven harga (price mavens), keadaan dimana konsumen menjadi sumber informasi bagi orang lain tentang harga di pasar bisnis.

Dalam peran positif, harga digunakan untuk mempengaruhi konsumen pada dua jenis keadaan:

1) Hubungan harga-mutu, adalah keadaan dimana konsumen menggunakan harga sebagai indikator mutu.

2) Sensitivitas prestise, adalah keadaan dimana konsumen membentuk persepsi atribut harga yang menguntungkan berdasarkan sensitivitasnya terhadap persepsi orang lain dari tanda-tanda status dengan harga yang lebih mahal.

G. Saluran distribusi

Saluran distribusi merupakan seperangkat organisasi yang saling bergantung satu sama lain, yang dilibatkan dalam proses penyediaan suatu produk atau jasa, untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumenatau pengguna bisnis (Kotler dan Armstrong, 2001 : 7).

(44)

saluran yaitu saluran pemasaran langsung dan saluran pemasaran tidak langsung. Tingkatan distribusi tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Saluran pemasaran langsung

Dalam saluran ini, satu perusahaan menjual langsung ke konsumen tanpa perantara. Misalnya Tupperware menjual produknya dari pintu ke pintu atau melalui pesta rumah dan kantor.

2. Saluran pemasaran tidak langsung

Pada pasar konsumen, tingkatan ini adalah pengecer. Misalnya produsen televisi, kamera, ban, furniture, perabotan utama dan berbagai produk lainnya yang selanjutnya akan dijual ulang ke konsumen akhir.

H. Penelitian Terdahulu

(45)

tertinggal secara langsung kepada kehidupan yang lebih baik. Hal ini disebabkan iklim pembangunan yang ada di Indonesia belum sepenuhnya menganggap kawasan perbatasan sebagai kawasan prioritas.

Pada kenyataannya yang terjadi selama ini berupa maraknya illegal logging yang menyebabkan degradasi lingkungan hutan yang semakin parah. Pengawasan dan penegakan hukum yang lemah membuat banyak pihak tertentu menggunakan kesempatan ini untuk keuntungannya sendiri. Selain itu, diketahui juga bahwa masyarakat perbatasan di kecamatan Paloh dan Sajingan Besar sering melakukan transaksi perdagangan lintas batas dengan masyarakat Biawak, namun cenderung sepihak karena harga komoditas yang dijual masyarakat perbatasan sudah ditentukan oleh pedagang pengumpul di Biawak (Sarawak). Adanya Cukai tidak yang mengharuskan masyarakat perbatasan membayar pajak sehingga keuntungan dari penjualan komoditinya berkurang. Meskipun kondisi seperti ini sering terjadi, masyarakat kecamatan Paloh dan Sajingan Besar tetap menjual hasil komoditinya dikarenakan akses ke kota Sambas sangat sulit yang disebabkan jalan yang tidak memadai.

(46)

itu, perlu pula ditempatkan pos militer setingkat kompi (SSK) disekitar garis perbatasan untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayah NKRI serta dilkukan pengembangan sumberdaya manusia dalam bidang pertanian yang responsif terhadap teknologi dan informasi.

I. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan didukung dengan landasan teori, dapat digambarkan keadaan masyarakat perbatasan khususnya yang ada di Badau mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok terutama buatan dalam negeri. Berdasarkan penelusuran Media Indonesia (Aries Munandar/N-2) hal ini dipengaruhi oleh infrastruktur dasar yang minim sehingga distribusi produk untuk kebutuhan pokok buatan dalam negeri tersendat ke wilayah Badau. Kondisi distribusi yang kurang baik ini membuat masyarakat Badau jarang merasakan produk kebutuhan pokok asal Indonesia. Kalaupun produk kebutuhan pokok tersedia harganya sangat mahal, sehingga tidak ada pilihan lain yaitu dengan mendatangkan produk kebutuhan dari Malaysia. Hal ini didukung letak geografis sangat dekat dan keadaan jalan yang baik dari Badau ke Malaysia, sehingga distribusi produk kebutuhan pokok asal Malaysia lebih cepat dan terjamin. Selain distribusi yang lancar, harga yang relatif lebih terjangkau juga mendukung sikap positif masyarakat Badau dalam memilih produk kebutuhan pokok dari Malaysia.

(47)

suku di Malaysia dengan suku yang ada di Badau yaitu mayoritas Dayak Iban membuat batas Negara menjadi buram di daerah Badau. Kesamaan ini mendorong masyarakat Badau untuk selalu berinteraksi sampai pada akhirnya menjadi ketergantungan terutama dalam ekonominya, sehingga secara tidak langsung ini memicu kegiatan illegal berupa produk kebutuhan pokok, kendaraan (motor dan mobil), dan ketenagakerjaan.

Keluarga juga sangat mempengaruhi pembelian produk Malaysia. Kebanyakan dari masyarakat Badau dengan tingkat pendidikan yang rendah mencari pekerjaan ke Malaysia (Sibu, Sarawak, dan Miri) dimana mereka melakukan transmigrasi tanpa surat-menyurat yang resmi. Hampir sebagian besar Warga Indonesia asal Badau yang bekerja di Malaysia menetap tinggal di Malaysia karena ikatan pernikahan dengan warga Malaysia. Keberadaan keluarga di Malaysia seringkali mempengaruhi keluarga lainnya yang masih tinggal di Badau untuk pergi dan berbelanja di Malaysia.

(48)

Semua faktor tersebut didukung oleh informasi yang diperoleh masyarakat Badau melalui media Indonesia seperti program televisi Sinetron atau Infotament. Dari uraian diatas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. H1 = Masyarakat Badau cenderung bersikap positif terhadap produk kebutuhan pokok Made In Malaysia dibandingkan produk kebutuhan pokok Made In Indonesia

2. H2 = Masyarakat Badau cenderung bersikap positif terhadap produk

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan penulis di daerah Badau dengan menggunakan penelitian eksploratif dan deskriptif. Adapun subjek dari penelitian ini adalah masyarakat Badau dengan variabel penelitian berupa kualitas, harga, dan proses distribusi, dan pengemasan untuk produk kebutuhan pokok Made In

Malaysia, sedangkan untuk variable penelitian fashion didaerah perbatasan berupa Harga, model pakaian yang sesuai trend, dan tingkat kenyamanan pemakaian. Penulis menggunakan sumber data primer untuk mengetahui opini dari masyarakat Badau mengenai perbandingan antara produk kebutuhan pokok asal Malaysia dengan produk kebutuhan pokok asal Indonesia dan data sekunder untuk mengetahui gambaran umum daerah Badau di perbatasan berupa infrastruktur jalan dan proses distribusi. Pengumpulan data sekunder dan primer dilakukan penulis menggunakan dua tahap yaitu tahap wawancara dan observasi.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif dan deskriptif. Jenis penelitian deksriptif eksploratif digunakan oleh penulis untuk menjawab dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai keempat rumusan masalah yaitu faktor yang mempengaruhi masyarakat Badau di perbatasan lebih memilih produk kebutuhan pokok dan produk kebutuhan

fashion dari Indonesia atau dari Malaysia, serta komposisi produk kebutuhan

(50)

pokok dan fashion yang ada di perbatasan berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus Indonesia). Jenis penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Wawancara digunakan untuk mengetahui alasan masyarakat Badau yang memperkuat hasil analisis sedangkan Observasi dilakukan dengan mendokumentasikan keadaan yang memperkuat hasil wawancara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi : Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hullu, Kalimantan Barat. 2. Waktu penelitian : Februari – Maret 2012

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat perbatasan di Badau khususnya pedagang yang mengkonsumsi produk asal Malaysia maupun produk asal Indonesia.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dari masyarakat Badau terhadap Produk Malaysia

versus Produk Indonesia yang berupa: a) Faktor budaya

(51)

kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:59). Kesamaan suku yang ada di Badau dan yang ada di Sarawak, sibu dan miri yaitu suku Dayak Iban mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat Badau karena mereka berasal dari suku yang sama dan menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Iban dalam berkomunikasi ketika mereka melakukan transaksi.

b) Keluarga

Keluarga merupakan individu-individu yang terbentuk kedalam kelompok inti dan besar dan dibangun melalui suatu perkawinan. (Basu Swastha dan Hani Handoko, 2000:59). Pernikahan antar Mayarakat

Badau dengan masyarakat Malaysia membangun hubungan keluarga dari

kedua warga Negara di perbatasan. Pernikahan antar warga negara ini secara tidak langsung mempengaruhi keputusan pembelian dari masyarakat Badau di perbatasan.

c) Kualitas produk

Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan

fungsi-fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan ,kehandalan, ketelitian yang

dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang

berharga pada produk secara keseluruhan (Kotler dan Armstrong, 2001:347).

(52)

Malaysia bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk merupakan alasan kuat masyarakat Badau membeli produk Indonesia atau Malaysia.

d) Harga

Harga (Price) adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan

untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu

produk atau jasa. (Kotler dan Amstrong, 2008:345). Harga mempengaruhi pembelian masyarakat Badau terhadap produk kebutuhan pokok dan Fashion dari Indonesia Versus Malaysia. Di pasar perbatasan Badau, Harga produk kebutuhan pokok dari Malaysia lebih murah dari produk kebutuhan pokok asal Indonesia. Sedangkan harga kebutuhan produk pakaian asal Indonesia relatif lebih murah dari produk pakaian asal Malaysia. Oleh karena itu, harga diangkat sebagai objek penelitian untuk mengetahui apakah harga merupakan alasan masyarakat Badau terhadap pemilihan produk Malaysia Versus Indonesia.

e) Distribusi

(53)

Malaysia membuat masyarakat Badau lebih memilih untuk membeli produk kebutuhan pokok mereka ke Malaysia. Sedangkan untuk produk pakaian, masyarakat Badau memilih produk pakaian dari Indonesia. masyarakat Badau lebih memilih produk pakaian asal Indonesia dikarenakan distribusi produk pakaian asal Indonesia lebih praktis.

f) Kenyamanan pemakaian pakaian

Kualitas produk mempengaruhi tingkat kenyamanan pemakaian produk pakaian. Kualitas produk yang baik dipengaruhi oleh harga produk yang relatif mahal. Pada umumnya, produk pakaian memiliki tingkat kualitas yang berbeda satu sama lain. Sehingga untuk mendapatkan produk pakaian dengan tingkat kenyamanan yang tinggi harus membayar dengan harga yang relatif mahal. Di perbatasan Badau, produk pakaian yang mendominasi pasar berasal dari Indonesia. Oleh karena itu, tingkat kenyamanan pemakaian pada pakaian menjadi objek penelitian studi kasus ini. Hal ini untuk mengetahui apakah tingkat kenyamanan pemakaian fashion asal Indonesia merupakan alasan masyarakat Badau membeli produk

fashion asal Indonesia. g) Model pakaian yang trend

(54)

terhadap perubahan model pakaian. Hal ini dikarenakan konsumen lebih jeli dan kritis dalam menentukan model pakaian. Masyarakat Badau merupakan konsumen yang jeli akan perubahan fashion karena masyarakat Badau menyadari adanya kebutuhan akan pakaian. Setelah menyadari kebutuhannya, masyarakat Badau mencari informasi mengenai produk fashion. Ada banyak media yang menawarkan informasi fashion antara lain televise atau majalah. Ketika mereka melihat sebuah gaya di media, mereka akan menanamkannya di pikiran mereka lalu mencocokkan dengan apa yang tersedia dipasar dan dikenakan orang lain. Oleh karena itu, model pakaian menjadi objek penelitian ini, karena model pakaian merupakan alasan konsumen fashion di Badau membeli pakaian asal Indonesia.

3. Pemilihan produk kebutuhan pokok dilihat dari : a) Kualitas

b) Harga c) Kemasan d) Proses distribusi

4. Pemilihan produk kebutuhan fashion dilihat dari : a) Harga

b) Kualitas dan model pakaian c) Kenyamanan pemakaian

5. Komposisi produk kebutuhan pokok yang dilihat dari

(55)

b) Jumlah penjualan produk kebutuhan pokok oleh pedagang eceran didaerah Badau (Malaysia versus Indonesia)

6. Komposisi produk fashion yang dilihat dari

a) Karakteristik konsumen yang membeli (jenis kelamin)

b) Pembelian konsumen perbulan untuk produk fashion asal Malaysia atau asal Indonesia.

c) Penjualan produk fashion perbulan asal Malaysia atau asal Indonesia 7. Panduan wawancara

a) Panduan untuk pemilihan produk kebutuhan pokok Made In Malaysia Versus Indonesia, pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah alasan masyarakat Badau membeli produk kebutuhan pokok dari Malaysia Versus Indonesia ?

2. Mengapa alasan tersebut sangat mempengaruhi masyarakat Badau untuk membeli produk kebutuhan pokok asal Malaysia Versus Indonesia?

3. Apakah faktor-faktor rasional saja yang mempengaruhi sikap positif masyarakat Badau pada produk kebutuhan pokok asal Malaysia Versus Indonesia?

4. Apakah ada produk kebutuhan pokok tertentu yang dibeli dari Malaysia atau hampir seluruhnya? Mengapa produk tersebut tidak dibeli dari Indonesia atau malaysia?

(56)

6. Berapa kali anda melakukan pembelian produk kebutuhan pokok ke Malaysia Versus Indonesia?

7. Apakah ada sebuah ketentuan mengenai jumlah belanja kebutuhan pokok? mengapa ketentuan ini diberlakukan?

8. Berapa banyak toko yang ada di daerah perbatasan Badau? Apakah hampir semua toko yang ada di Badau membeli produk kebutuhan pokok dari Malaysia Versus Indonesia?

9. Apakah anda lebih sering melakukan pembayaran dengan ringgit Malaysia atau tetap menggunakan rupiah pada saat pembelian produk kebutuhan pokok? Bagaimana anda memperoleh ringgit Malaysia?

b) Panduan untuk pemilihan produk kebutuhan fashionMade In Indonesia Versus Malaysia, pertanyaan sebagai berikut:

1. Berapa banyak toko pakaian yang ada didaerah perbatasan Badau? 2. Apakah alasan masyarakat Badau membeli fashion buatan

Indonesia atau Malaysia ?

3. Berapa kali anda melakukan pembelian produk fashion dari Indonesia? Apakah pembelian dengan sistem borongan atau dibatasi? Mengapa?

4. Mengapa mereka lebih memilih produk fashion asal Indonesia? 5. Berasal dari manakah produk fashion didatangkan? Bagaimana

(57)

6. Apakah proses distribusinya mempengaruhi harga menjadi lebih mahal? Mengapa masyarakat Badau masih tetap membeli produk

fashion dari Indonesia?

c) Panduan untuk mengetahui komposisi produk kebutuhan pokok berdasarkan asal produk, pertanyaan sebagai berikut:

1. Produk kebutuhan pokok jenis apa saja yang dibeli oleh masyarakat Badau (Malaysia versus Indonesia)? Mengapa memilih jenis produk tersebut?

2. Berapa banyak pembelian jenis kebutuhan pokok tersebut? Mengapa hanya jenis tertentu yang dibeli (Malaysia versus

Indonesia)?

3. Apakah jumlah pembelian kebutuhan pokok asal Malaysia lebih banyak dibeli dibandingkan produk kebutuhan pokok asal Indonesia? Mengapa ?

4. Berapakah jumlah penjualan produk kebutuhan pokok asal Indonesia atau Malaysia yang terjual di setiap toko yang ada didaerah Badau?

d) Panduan untuk mengetahui komposisi produk fashion berdasarkan asal produk, pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah konsumen wanita atau pria yang sering membeli produk

fashion (Malaysia versus Indonesia)?

(58)

3. Berapakah jumlah pembelian konsumen untuk produk fashion perbulan (Malaysia versus Indonesia)? Jenis produk fashion apa saja yang dibeli? Mengapa hanya jenis produk tersebut yang banyak dibeli?

4. Berapakah jumlah pembelian produk fashion oleh pemilik toko perbulan (Malaysia versus Indonesia)?

5. Berapakah jumlah penjualan perbulan toko pakaian untuk produk fashion (Malaysia versus Indonesia)?

8. Panduan observasi

Observasi dilakukan dengan mendokumentasikan keadaan didaerah perbatasan seperti jumlah toko yang ada didaerah Badau, jenis-jenis produk kebutuhan pokok Made In Malaysia dan Made In Indonesia yang dijual di Badau, keadaan infrastruktur berupa jalan dari Badau-Malaysia atau Badau-Putussibau, model produk fashion asal Indonesia, serta proses pengangkutan produk kebutuhan pokok atau fashion dari Malaysia ke Badau atau dari Putussibau ke Badau.

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data primer dan sekunder. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa opini dari masyarakat Badau mengenai faktor apa yang mendorong mereka dalam pemilihan produk kebutuhan pokok dan fashion dari asal produk (Malaysia

(59)

wawancara dengan pihak-pihak terkait penelitian ini. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa gambaran umum daerah Badau (peta dan sejarah daerah tersebut), Jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk Badau, dan tingkat pendidikan masyarakat Badau.. Data sekunder dapat penulis dapatkan dari instansi resmi seperti Kantor Kecamatan Badau, internet atau media massa seperti Koran Kompas yang sering membahas tentang wilayah perbatasan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis melalui dua tahap. Tahap pertama teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara dan tahap kedua teknik pengumpulan data kuantitatif melalui observasi. Teknik pengumpulan data tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan data dan informasi secara mendalam terkait dengan penelitian ini. Penulis menentukan beberapa ketentuan yaitu:

1.1) Narasumber merupakan masyarakat Badau yang minimal sudah 5 tahun tinggal di Badau.

1.2) Masyarakat Badau yang pernah atau sering membeli produk kebutuhan pokok dari Malaysia.

1.3) Masyarakat Badau yang pernah atau sering membeli produk fashion

(60)

1.4) Masyarakat Badau yang memiliki toko serba ada, minimal sudah 3 tahun buka.

2. Observasi

Observasi dilakukan penulis dengan cara mendokumentasikan produk yang dijual oleh masyarakat Badau, kegiatan belanja masyarakat Badau, pemilihan produk ketika berbelanja, jumlah toko yang ada di Badau, keadaaan infrastruktur di Badau, dan bagaimana proses pembelian produk kebutuhan pokok yang dilakukan masyarakat Badau ke Malaysia atau Indonesia (distribusi dan perijinan). Hasil observasi ini akan dideskripsikan oleh penulis berdasarkan pengamatannya selama di Badau.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan rumusan masalahnya berupa analisis kualitatif deskriptif yang didapat dari hasil wawancara dan observasi untuk menjawab ke empat rumusan masalah sebagai berikut:

(61)

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong pemilihan produk fashion dari Indonesia, dilakukan metode wawancara. Hasil wawancara akan di analisis dengan analisis deskriptif sehingga akan diketahui faktor paling dominan mempengaruhi masyarakat Badau dalam pemilihan produk kebutuhan pokok asal Malaysia. Faktor tersebut akan didukung oleh hasil dokumentasi berupa foto-foto, sehingga memperkuat hasil analisis.

3. Untuk rumusan masalah ketiga, data akan diambil secara deskriptif melalui wawancara dan observasi mengenai produk kebutuhan pokok yang ada di perbatasan Badau. Wawancara dilakukan dengan tujuan mengetahui alasan pembelian produk kebutuhan pokok berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia Versus Indonesia). Hasil analisis disimpulkan ke dalam bentuk kata-kata atau argumentasi. Hal ini didukung dengan hasil observasi berupa hasil dokumentasi produk-produk kebutuhan pokok yang ada di daerah perbatasan Badau.

(62)

43 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Lingkungan Fisik Kecamatan Badau 1. Kondisi Geografis

(63)

Matrix 1.1

Jarak dari 9 desa ke Ibukota kecamatan Badau Badau

0

1.5 Janting

6 4.5 Semuntik

12 13.5 18 Kekurak

18 19.5 25.5 5.5

Tinting Seligi

35 36.5 41 25 20

Pulau majang

16 17.5 22 28 34 51 Seriang

20 21.5 26 32 38 55 4 Tajum

2 3.5 8 14 20 37 14 18 Sebindang

data tersebut dapat diketahui bahwa desa yang memiliki jarak tempuh paling jauh menuju kota kecamatan adalah Desa Pulau Majang dengan jarak tempuh 35 km dari Ibukota Kecamatan Badau, dimana transportasi yang digunakan melalui dua jalur yaitu jalur darat kemudian dilanjutkan dengan jalur air.

(64)

Kecamatan Batang Lupar ; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Puring Kencana dan Kecamatan Empanang ; sebelah Utara berbatasan dengan Distrik Lubok Antu, Sriaman, Negara Sarawak, Malaysia ; serta sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Suhaid. Sedangkan secara Administrative pemerintahan kecamatan Badau dibagi menjadi 9 desa dan 20 dusun dengan luas wilayah masing-masing desa dan persentase wilayah desa berdasarkan perbandingan luas wilayah kabupaten dan wilayah desa, sehingga dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel. 1.1

Daftar Nama Desa dan Dusun di Kecamatan Badau

No Desa Dusun Luas Persentase

1 Badau 1. Badau 1

3 Semuntik 1. Semuntik

2. Pesayah

(65)

6 Pulau Majang 1. Majang 2. Raden Sura

35,91 km²

5,13

7 Sebindang 1. Sebindang 2. Mentari

Sumber : Seksi Pemerintahan Kecamatan Badau, 2010

2. Kondisi Demografi

(66)

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Desa Jumlah Penduduk %

L P L+P

1 Badau 1.469 1.206 2.675 42,63

2 Janting 172 166 338 5,39

3 Semuntik 117 121 238 3,79

4 Kekurak 191 169 360 5,74

5 Pulau majang 472 412 884 14,09

6 Seriang 235 227 462 7,36

7 Tingting selinggi

179 174 353 5,63

8 Sebindang 220 214 434 6,92

9 Tajum 272 259 531 8,46

Jumlah 3.327 2.948 6.275 100

Sumber : Seksi Pemerintahan Kecamatan Badau, Februari 2011

(67)

Penduduk atau Kartu Keluarga. Adapun data penduduk Kecamatan Badau menurut penyebaran KK dapat di lihat sebagai berikut:

Tabel 1.3

Data Penduduk Menurut Penyebaran KK

No Desa Jumlah KK %

1 Badau 796 40

2 Janting 113 5,74

3 Semuntik 85 4,32

4 Kekurak 135 6,86

5 Pulau majang 119 6,05

6 Seriang 274 13,92

7 Tingting selinggi 121 6,15

8 Sebindang 123 6,25

9 Tajum 202 10,26

JUMLAH 1.968 KK 100

Sumber : Seksi Pemerintahan Kecamatan Badau, Februari 2011

Dapat disimpulkan dari data diatas bahwa KK tersebar paling banyak berada di desa Badau dengan jumlah 796 KK atau sekitar 40% dari jumlah keseluruhan KK di Kecamatan Badau. Sedangkan penyebaran KK yang paling sedikit terdapat di Semuntik dengan jumlah 85 KK atau sekitar 4,32% dari jumlah seluruh KK di Kecamatan Badau.

(68)

tersebut. Seperti halnya perkembangan di daerah Kecamatan Badau, dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk Badau dimana pendidikan akan menunjukkan peran penduduk Badau sebagai penggerak sumber produksi untuk menghasilkan kebutuhan hidup serta mata pencaharian penduduk Badau dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kecamatan Badau tahun 2011 dapat dilihat perkembangannya sebagai berikut:

Tabel 1.4

Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah % Keterangan

1 Petani 5592 89,12 Petani

merupakan pemilik lahan

2 Buruh Bangunan 20 0,32

3 Buruh Perkebunan 262 4,18

4 Pedagang 52 0,83

5 Jasa Angkutan 10 0,16

6 Bengkel/Montir 15 0,24

7 PNS 130 2,07

8 TNI/Polri 31 0,49

9 Pensiunan 7 0,11

10 Lain-lain 156 2,49

(69)

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Badau adalah petani yang memiliki lahan sendiri. Namun, pada kenyataannya para pendatang yang menikah dan bertempat tinggal disana memiliki dua profesi seperti misalnya PNS berprofesi sebagai pedagang, pedagang yang juga berprofesi sebagai petani.

Daerah perbatasan pada umumnya sulit mendapatkan pendidikan yang layak karena wilayah perbatasan selalu identik dengan jauh dari perkotaan, infrastruktur yang rusak dan kesulitan telekomunikasi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Badau, jauh dari perkotaan, membuat akses ke Badau sulit untuk ditembus sehingga tenaga pengajar juga sedikit. Adapun tenaga pengajar merupakan Angkatan Tua yang merupakan transmigrasi dari NTT dan pulau Jawa sehingga kesadaran untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi masih sangat rendah. Maka dapat dilihat tingkat pendidikan masyarakat Badau adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5

Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah % Keterangan

1 Belum Sekolah 1476 23,52

2 Tidak Tamat SD 663 10,57

3 Tamat SD 2098 33,43

4 Tamat SMP 769 12,26

5 Tamat SLTA 282 4,49

(70)

Akademi/Diploma

7 Tamat Perguruan

Tinggi (S-1)

22 0,35

8 Buta Huruf 909 14,49

JUMLAH 6253 100

Sumber : Kantor Camat Badau, Februari 2011

Tingkat pendidikan masyarakat Badau yang sudah mengenyam pendidikan kebanyakan lulusan Sekolah Dasar dengan jumlah 2098 orang, sedangkan tamatan SLTA baru 282 orang dan tamatan diploma 56 orang serta tamatan Perguruan Tinggi hanya sebanyak 22 orang. Data disini menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan tinggi belum benar-benar dipahami penduduk Badau, ditambah dengan akses sarana pendidikan serta tenaga pengajar yang masih sedikit semakin sulit memberikan kesadaran bahwa pendidikan itu penting.

3. Relasi Antar Etnis di Badau

(71)

Menurut Ibrahim MS yang terdapat pada Blog pribadinya “Relasi Etnik Dayak dan Melayu di Badau”, mengatakan bahwa Dayak Iban berasal dari sebuah kawasan di Sarawak Malaysia yang bernama Batang Aek. Keberadaan orang Iban di Badau berawal dari peperangan antara orang Iban dengan orang Kantuk dalam merebut kekuasaan atas suatu daerah yaitu Badau.

(72)

Tabel 1.6

Data Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan

No Agama

Sumber : Seksi Kesra Kecamatan Badau, Februari 2011

(73)
(74)

55 BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penjelasan Penelitian

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data untuk keempat rumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab 1 pendahuluan. Adapun keempat rumusan masalah yang dirumuskan pada bab 1 antara lain mengenai: komposisi produk kebutuhan pokok made in Malaysia versus made in

Indonesia, faktor-faktor yang mendorong pemilihan produk kebutuhan pokok

Made In Malaysia Versus Indonesia, faktor-faktor yang mendorong pemilihan produk fashion Made In Indonesia Versus Malaysia di Perbatasan Badau, dan komposisi produk Fashion yang dikonsumsi masyarakat Badau berdasarkan asal pembuatan produk (Malaysia versus Indonesia).

Analisis data ini terdiri dari dua tahap yaitu bagian pertama melakukan wawancara, dimana pada tahap ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Badau membeli produk kebutuhan pokok dan produk fashion made in

Indonesia made in Malaysia dan Kompisisi produk kebutuhan pokok dan

fashion made in Indonesia Versus made in Malaysia di perbatasan Badau.

(75)

B. Analisis Data

1. Analisis Komposisi Kebutuhan Pokok asal Indonesia versus asal Malaysia.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa 95% produk kebutuhan pokok yang ada di perbatasan Badau didominasi oleh produk kebutuhan pokok dari Malaysia. Hal ini dikarenakan daerah Badau memiliki letak geografis yang lebih dekat ke Malaysia dibandingkan ke Putussibau. Sehingga, permintaan masyarakat Badau akan kebutuhan pokok dapat terpenuhi lebih cepat dari Malaysia. Alasan lain dikarenakan distribusi produk yang buruk terkait dengan jarak yang jauh dan jalan yang rusak. Sehingga, tidak jarang produk kebutuhan pokok yang datang dari Putussibau banyak mengalami kerusakan Sedangkan produk kebutuhan

made in Indonesia hanya mendapat tempat sebesar 5% di pasar perbatasan Badau. Adapun produk made in Indonesia yang ada di perbatasan Badau merupakan produk yang memiliki jangka waktu yang tahan lama. Sehingga, tingkat resiko kerusakan produk yang datang ke perbatasan Badau kemungkinan terjadi sangat minim. Dibawah ini merupakan uraian dari pernyataan diatas yang dapat disimak sebagai berikut:

a. Mayoritas produk kebutuhan pokok made in Malaysia mendominasi pasar di perbatasan Badau.

Gambar

Tabel 1.1  Daftar Nama Desa dan Dusun di Kecamatan Badau .....................
Tabel. 1.1
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Penyebaran KK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disampaikan dengan hormat bahwa Pokja jasa konsultansi ULP Kabupaten Tegal telah menetapkan Peringkat teknis untuk Paket pekerjaan Pengadaan jasa konsultansi kajian kawasan

Induksi matematika adalah suatu cara pembuktian suatu pernyataan umum mengenai deret yang berlaku untuk setiap bilangan asli. Langkah-langkah pembuktian dengan induksi matematika

[r]

Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah: sosiologi dan komunikasi. Adapun sumber data penelitian

Dengan masih adanya kecelakaan kerja yang mengalami luka berat merupakan indikasi bahwa penerapan program K3 masih perlu diperbaiki, maka dalam penelitian ini akan

Terdapat pelaku yang langsung melakukan kekerasan simbolik dengan pelecehan seksual.. Juga terdapat pelaku yang memulai dengan modal menjalin pertemanan sehingga

b) Siswa mengamati tulisan ayat Al Qur’an dan terjemah tentang kurban. c) Siswa mengamati tulisan hadits rasulullah dan terjemah tentang kurban. Peserta didik menanya dari

1. Hasil pengujian statistik dengan metode T-Test menunjukkan bahwa variasi pada arah serat ampas tebu dengan pola anyaman memberikan pengaruh pada kekuatan tarik