• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara team member exchange dengan kinerja pada karyawan cv solusi distribusi di Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara team member exchange dengan kinerja pada karyawan cv solusi distribusi di Yogyakarta."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA TEAM MEMBER EXCHANGE DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN CV SOLUSI DISTRIBUSI

DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Agustinus Karuniawan Vishnuaji 129114093

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Just do it” -Nike-

“Life is short as the falling of snow” -Coldplay, Everglow-

“Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi orang lain.”

-Donny Dhirgantoro, 5 cm-

(5)

v

PERSEMBAHAN

Semua hasil jerih payah dan kerja keras ini saya persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus, penolong dan sumber kekuatanku

Bunda Maria yang senantiasa memberikan berkatNya, selalu memberikan kekuatan, semangat dan mengabulkan doa permohonanku sehingga

terselesaikanlah skripsi ini.

St. Benediktus dan St.Agustinus, pelindungku.

Bapak, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa untuk dalam menghadapi berbagai macam rintangan.

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA TEAM MEMBER EXCHANGE

DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN CV SOLUSI DISTRIBUSI DI YOGYAKARTA

Agustinus Karuniawan Vishnuaji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara team member exchange (TMX)

dengan kinerja. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan positif antara team member exchange (TMX) dan kinerja. Subjek dalam penelitian adalah karyawan CV Solusi Distribusi yang berjumlah 30 orang terdiri 18 subjek laki-laki dan 12 subjek perempuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala TMX dan kinerja yang dikembangkan oleh peneliti. Skala

TMX terdiri dari 20 item dengan nilai koefisien reliabilitas alpha berstrata 0,877. Skala kinerja terdiri dari 40 item dengan nilai koefisien reliabilitas alpha berstrata 0,92. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis Spearman’s Rho karena tidak menggunakan syarat normalitas data. Nilai koefisien korelasi antara TMX dan kinerja adalah 0,666 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan positif yang signifikan antara TMX dan kinerja.

(8)

viii

RELATIONSHIP BETWEEN TEAM MEMBER EXCHANGE AND PERFORMANCE ON EMPLOYEE CV SOLUSI DISTRIBUSI

IN YOGYAKARTA Agustinus Karuniawan Vishnuaji

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the relationship between team member exchange and performance. The hypothesis of this research were a positive relathionship between team member exchange (TMX) and performance. This research was involved 30 employee of CV Solusi Distribusi consisting of 18 men and 12 women. Data were collected by TMX and performance scales that developed by researcher. The TMX scales included 20 items with coefficient reliability of alpha stratified 0,877. The performance scales included 40 items with coefficient reliability of alpha stratified 0,92. This research design is quantitive research with Spearman’s Rho correlation analysis technique due doesn’t use normality data requirements. Coefficient correlation between TMX and performance are 0,666 with significance degree of 0,000 (p < 0,05). The result shows that there is a significant positive correlation between TMX and performance.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan antara Team Member Exchange dengan Kinerja”. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak T. M. Raditya Hernawa, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, kritik, dan saran selama proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran.

4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasiserta selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan ilmu, tidak hanya Ilmu Psikologi saja namun juga mengenai nilai-nilai kehidupan. 6. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

atas segala bantuan yang diberikan.

7. Rosa Devi selaku HR Manajer CV. Solusi Distribusi Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dalam penelitian sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

(13)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A.Kinerja ... 9

1. Definisi Kinerja ... 9

2. Dimensi Kinerja ... 10

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi Kinerja ... 11

4. Pengukuran Kinerja ... 13

5. Penilai Kinerja ... 15

B. Team Member Exchange (TMX) ... 19

1. Definisi TMX ... 20

2. Pengukuran TMX ... 21

3. Dampak dari TMX ... 22

C.Dinamika Hubungan antara TMX dengan Kinerja ... 24

D.Skema Penelitian ... 27

E. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian ... 29

C.Definisi Operasional ... 30

D.Subjek Penelitian ... 31

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 31

1. Skala Kinerja ... 32

2. Skala TMX ... 33

(14)

xiv

1. Validitas ... 35

2. Seleksi Item ... 35

3. Reliabilitas ... 38

G.Metode Analisis Data ... 41

1. Uji Asumsi ... 41

a. Uji Linearitas ... 41

2. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pelaksanaan Penelitian ... 43

B. Deskripsi Data Penelitian ... 43

C.Analisis Data Penelitian ... 46

1. Uji Asumsi ... 46

a. Uji Linearitas ... 46

2. Uji Hipotesis ... 48

D.Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 52

B. Keterbatasan Penelitian ... 52

C.Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Uji Coba Kinerja ... 33

Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Uji Coba TMX ... 34

Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Kinerja setelah Uji Coba ... 37

Tabel 3.4 Distribusi Item Skala TMX setelah Uji Coba ... 38

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Data Penelitian ... 44

Tabel 4.2 Kategori Variabel TMX ... 44

Tabel 4.3 Kategori Variabel Kinerja ... 45

Tabel 4.4 Hasil One sample t test TMX ... 45

Tabel 4.5 Hasil One sample t test Kinerja ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas ... 47

Tabel 4.7 Korelasi TMX dengan Kinerja ... 48

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Blueprint Skala Kinerja ... 59

Lampiran 2 Blueprint Skala TMX ... 65

Lampiran 3 Skala penelitian ... 69

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Skala Kinerja ... 79

Lampiran 5 Uji Reliabilitas Skala TMX ... 86

Lampiran 6 Uji Asumsi : Uji Linearitas ... 91

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi dapat bergerak

karena adanya sumber daya manusia atau karyawan, sumber daya manusia

merupakan aset terpenting dalam suatu perusahaan atau organisasi

(Palgunanto, 2007). Ducker (dalam Tarigan, Salim, Troena, & Setiawan,

2012) mengatakan bahwa tidak ada organisasi yang dapat mencapai tujuan

tanpa karyawan. Sumber daya manusia senantiasa melekat pada setiap

sumber daya organisasi apapun sebagai faktor penentu keberadaan dan

peranannya dalam memberikan konstribusi kearah pencapaian tujuan

organisasi secara efektif dan efisien. Individu melakukan kegiatan dan

bereaksi terhadap kegiatan individu lainnya dalam organisasi baik

pimpinan atau sesama anggota, menimbulkan bermacam-macam dinamika

perilaku dalam berorganisasi.

Suatu badan organisasi atau badan usaha diharapkan dapat

menunjukkan eksistensinya secara positif artinya mampu menunjukkan

kinerja yang baik dimata pihak luar khususnya masyarakat (Palgunanto,

2007). Bastian (Fahmi, 2010) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/progam dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam

perumusan skema strategis suatu organisasi. Setiyawan dan Waridin

(19)

prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi kualitas maupun kuantitas

berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi atau

perusahaan. Kinerja yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja

yang sesuai standar organisasi dan mendukung tercapainya tujuan

organisasi.

Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi

organisasi untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada

pelanggan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas kinerja karyawan

merupakan suatu tantangan serius yang dihadapi oleh suatu perusahaan

karena berpengaruh terhadap keberhasilan untuk mencapai tujuan dan

kelangsungan hidup perusahaan (Hidayati, 2008). Peningkatan kinerja

karyawan secara perorangan akan mendorong kinerja sumber daya

manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam kenaikan

produktivitas. Semakin loyal karyawan akan membuat semakin tinggi

kinerjanya, semakin termotivasi untuk bekerja, bekerja dengan merasa

senang dan yang lebih penting kepuasan kerja yang tinggi akan

memperbesar kemungkinan tercapainya produktivitas yang tinggi pula.

Kinerja yang tinggi juga akan meminimalkan tingkat kesalahan terhadap

produk yang diciptakan. (Hidayati, 2008).

Kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja seseorang baik secara

kualitas maupun secara kuantitas dalam melaksanakan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya selama periode waktu yang tertentu (Mangkunegara

(20)

Riggio (2008) kinerja bisa dilihat dari dua sisi, yaitu secara obyektif dan

subyektif. Apabila dilihat secara obyektif, kinerja merupakan penilaian

hasil kerja yang lebih berfokus pada kuantitas, misalkan jumlah produksi.

Apabila dilihat secara subyektif, kinerja merupakan penilaian hasil kerja

secara judgement oleh orang-orang yang mengetahui proses kerja seseorang, misalnya atasan, teman kerja, bawahan, maupun klien. Timpe

(dalam Mangkunegara, 2009) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi kinerja yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor-faktor kinerja terdiri dari Faktor-faktor internal dan Faktor-faktor eksternal, Faktor-faktor

internal (disposisional) yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat-sifat

seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti

perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau

pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.

Tuntutan akan kinerja karyawan yang tinggi memang sudah menjadi

bagian dari semua perusahaan, namun fakta yang ada sekarang

memperlihatkan bahwa belum semua karyawan memiliki kinerja yang

tinggi sesuai dengan harapan perusahaan. Masih banyak terdapat karyawan

yang memiliki kinerja yang rendah (Hidayati, 2008).

Fenomena tersebut terjadi di CV Solusi Distribusi di Yogyakarta.

CV Solusi Distribusi adalah perusahaan yang bergerak pada bidang

pelayanan jasa pendistribusian buku dengan area seluruh Indonesia. Dalam

(21)

Manajer CV Solusi Distribusi di Yogyakarta, mengatakan bahwa di dalam

perusahaannya terdapat karyawan yang tidak berkerja secara optimal,

adanya persaingan dalam satu tim secara tidak sehat yang mengakibatkan

fluktuasi atau tidak adanya konsistensi yang cenderung mengarah ke

penurunan produktivitas barang dan jasa di perusahaan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan narasumber, banyak faktor yang mempengaruhi

fluktuasi, seperti kondisi pasar, pesanan konsumen, dan hubungan antar

karyawan, akan tetapi narasumber lebih menekankan bahwa lemahnya

hubungan dengan rekan kerja lebih menjadi permasalahan.

Salah satu contoh dalam divisi marketing terdapat beberapa konflik yang terjadi antar sesama anggota divisi, seperti kurangnya komunikasi

dalam satu divisi dan ke divisi yang lain. Ada satu kasus ketika sedang

mengadakan suatu event, anggota divisi marketing tidak memberikan informasi secara detail terkait sisi teknis dan non teknis event tersebut. Hal ini mengakibatkan adanya kesalahan pengiriman barang yang akan

digunakan dalam event tersebut. Pada kasus lain, ada salah satu anggota divisi marketing yang memilih mengerjakan semua pekerjaan tanpa mau bekerja sama dengan anggota lain karena belum adanya pola kerja yang

sama. Hal ini mengakibatkan adanya dominasi satu anggota terhadap

anggota yang lain. Selain itu, ketika ada salah satu anggota tim yang

sedang merasa kesulitan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, anggota

(22)

lebih mementingkan pekerjaannya sendiri. (Wawancara, 28 September

2015).

Salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah

rekan kerja. Organ, Podzakoff, dan MacKenzie (2006) mengungkapkan

bahwa rekan kerja merupakan salah satu agen pendukung kinerja seorang

karyawan. Karyawan yang merasa di dukung oleh rekan kerja akan

termotivasi untuk bekerja lebih bagi kemajuan perusahaan. Persepsi akan

relasi dengan rekan kerja tersebut disebut juga dengan Team Member Exchange atau TMX (Organ, Podsakoff, & MacKanzie, 2006).

Walgito (2007), pada dasarnya tim adalah sebuah unit yang terdiri

dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasikan

pekerjaan mereka untuk menyelesaikan sebuah tugas yang spesifik.

Goetsch (2002) teamwork adalah apa yang terjadi ketika karyawan mengesampingkan tujuan dan pilihan personal mereka serta bekerja

bersama secara kooperatif untuk mencapai tujuan tim.

Individu yang bekerja di dalam tim secara optimal akan

meningkatkan potensi sebuah perusahaan untuk berkembang. Hal tersebut

menunjukkan bahwa anggota tim atau rekan kerja mempunyai pengaruh

bagi perusahaan. Ciri dari perilaku tim yang umum adalah kedekatan

emosi antara anggota tim. Jika emosi karyawan cenderung positif, maka

akan muncul tim kerja yang akrab dan penuh dengan persahabatan,

sehingga masing-masing anggota akan termotivasi untuk bekerja (Anoraga

(23)

masing-masing anggota akan memaksimalkan perannya sehingga

penyelesaian tugas menjadi lebih efektif (Kossen, 1993).

Relasi positif yang terjalin akan membuat persepsi menjadi lebih

positif (TMX meningkat) sehingga sesama karyawan akan saling memberikan bantuan secara sukarela dan terbuka. Dukungan dari

karyawan yang lain akan membuat karyawan yang lain merasa didukung

sehingga akan membuat timbal balik yang positif antar karyawan. (Organ

et al., 2006)

Kesempatan untuk bisa bergabung menjadi sebuah tim akan

membuat seorang karyawan merasa dibutuhkan oleh perusahaan. Apabila

seorang karyawan dapat menjalin relasi yang baik dengan anggota yang

lain (kualitas TMX meningkat) di dalam tim tersebut, maka akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kualitas tim atau TMX yang tinggi tidak hanya pada penyelesaian tugas saja, namun juga masing-masing

anggota akan belajar suatu hal yang positif yang dapat meningkatkan

kinerja karyawan (Rizki, 2015).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Liden, Wayne dan

Sparrow (2000) mengemukakan bahwa TMX memiliki relasi yang positif dan langsung kepada kinerja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jordan,

Feild dan Armenakis (2002) menemukan bahwa TMX memiliki relasi positif kepada kinerja tim yang dinilai oleh supervisor (atasan).

(24)

narasumber dan dari penelitian sebelumnya peneliti ingin mengetahui

hubungan antara team member exchange (TMX) dan kinerja karyawan.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan dari latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada hubungan antara team member exchange dengan kinerja?

C.Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara team member exchange dengan kinerja.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

menjadi masukan ilmu Psikologi, khususnya di bidang industri dan

organisasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai

salah satu informasi tambahan untuk melakukan penelitian di bidang

(25)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Subjek Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi informasi kepada

subjek mengenai TMX (team member exchange) yang dimilikinya.

Hal ini penting dilakukan agar karyawan dapat mengevaluasi

dirinya dalam bekerja.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada

perusahaan terkait dengan TMX (team member exchange) yang dimiliki oleh karyawan dan diharapkan hasil penelitian ini menjadi

pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap

(26)

9

BAB II

DASAR TEORI

A.Kinerja

Pada sub bab ini akan dijelaskan definisi dari kinerja, faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja, dimensi kinerja, dan pengukuran kinerja.

1. Definisi Kinerja

Murphy (dalam Sudarmanto, 2009) menyatakan bahwa kinerja

merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan

organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja. Mohrman, et al

(dalam Sudarmanto, 2009) performansi adalah sesuatu yang secara

aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi, dalam pengertian ini,

kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan

tujuan organisasi.

Campbell (dalam Landy & Conte, 2013) mengatakan bahwa

kinerja adalah tindakan atau perilaku yang relevan dengan tujuan

organisasi dan dapat diukur dalam hal kemampuan individu

masing-masing. Colquitte, Le Pine & Wesson (2015) mendefinisikan

performansi sebagai nilai dari sekumpulan perilaku pegawai yang

berkontribusi baik positif atau negatif untuk pencapaian tujuan

organisasi. Pengertian tersebut meliputi perilaku yang berada dalam

kendali pegawai, tetapi dalam batas perilaku yang relevan dan tidak

(27)

Berdasarkan dari beberapa pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa kinerja adalah tindakan atau perilaku karyawan

yang melakukan pekerjaannya relevan dengan tujuan organisasi dan

dapat diukur secara individu.

2. Dimensi Kinerja

Menurut Bernardin dan Russel (dalam Sudarmanto, 2009) terdapat 6

dimensi kinerja,meliputi:

a. Quality (Kualitas)

Dimensi ini terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna

/ ideal dalam memenuhi maksud dan tujuan.

b. Quantity (Kuantitas)

Dimensi ini terkait dengan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan,

dinyatakan dalam istilah seperti nilai dolar, jumlah unit atau

siklus aktivitas / jumlah kegiatan yang telah dikerjakan atau

terlaksana.

c. Timeliness (Ketepatan waktu)

Dimensi ini terkait dengan suatu pekerjaan yang dilaksanakan

sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau pada waktu yang

ditentukan.

d. Cost-effectiveness (Efisiensi biaya)

Dimensi ini terkait dengan tingkat penggunaan sumber-sumber

(28)

mendapatkan atau memperoleh hasil atau pengurangan

pemborosan dalam penggunaan sumber-sumber milik organisasi.

e. Need for supervision (Kebutuhan pengawasan)

Dimensi ini terkait dengan karyawan dapat melakukan

pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan

dari atasan.

f. Interpersonal impact (Dampak interpersonal)

Dimensi ini terkait dengan sejauh mana individu di dukung oleh

perasaan harga diri, keinginan baik dan kerja sama di antara

sesama pekerja dan anak buah.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dimensi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah quality, quantity, timeliness, need for

supervision, interpersonal impact.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja seorang karyawan dapat dipengaruhi oleh berbagai

faktor, menurut Mahmudi (2010) faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan yaitu:

a. Faktor personal/individual, meliputi motivasi, pengetahuan,

ketrampilan, kemampuan, kepercayaan diri dan komitmen yang

(29)

b. Faktor kepemimpinan, meliputi kualitas dalam memberikan

dorongan, semangat, arahan, serta dukungan yang diberikan oleh

para manajer dan atau pemimpin kelompok

c. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang

diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap rekan

anggota tim, kekompakan dan keakraban anggota tim

d. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau

infrastruktur, proses organisasi, kultur organsasi

e. Faktor konstekstual atau situasional, meliputi tekanan dan

perubahan lingkungan internal ataupun eksternal.

Selain itu, Campbell (dalam Landy & Conte, 2013) juga

menyimpulkan 3 faktor penentu yang mempengaruhi kinerja

karyawan yaitu:

a. Declarative knowledge

Memahami apa yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan,

mengetahui informasi mengenai pekerjaan atau tugas

b. Procedural knowledge and skill

Mengetahui bagaimana melakukan pekerjaan atau tugas; sering

dikembangkan melalui latihan dan pengalaman

c. Motivation

Mengenai kondisi yang bertanggungjawab untuk variasi

intensitas, ketekunan, kualitas dan arah perilaku yang sedang

(30)

4. Pengukuran Kinerja

Terdapat beberapa metode dalam mengukur penilaian kinerja

sebagaimana diungkapkan oleh Riggio (2008) :

a. Comparative methods

1) Rankings

Metode ini membutuhkan supervisor (pengawas) untuk

memberikan peringkat terhadap laporan langsung dari yang

terbaik sampai yang terburuk, atau untuk memberikan

peringkat secara keseluruhan berdasarkan pada kinerja.

2) Paired comparisons

Metode ini merupakan metode penilaian dengan cara

membandingkan seorang pekerja dengan pekerja yang lain

dalam satu kelompok dan kemudian seorang pegawas

memutuskan pekerja yang memiliki kinerja terbaik. Metode

ini dapat digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif

sedikit.

3) Forced distributions

Metode ini serupa dengan paired comparation, tetapi

digunakan untuk jumlah pegawai yang relatif banyak.

b. Individualmethods

1) Graphicratingscales

Metode ini memerlukan penilai untuk memberikan suatu

(31)

skala dari rendah sampai tinggi terhadap sejumlah aspek

penting dalam pekerjaan, seperti kualitas kerja,

ketergantungan dan kemampuan untuk bergaul dengan rekan

kerja.

2) Behaviorallyanchoredratingscales (BARS)

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam metode ini

adalah mengumpulkan data yang menggambarkan perilaku

yang baik, rata-rata, dan buruk untuk masing-masing kategori

jabatan. Kejadian-kejadian ini kemudian dikelompokkan

menjadi dasar penilaian yang akan dilakukan. Kemudian

kejadian-kejadian tersebut diberi nilai sesuai dengan

kontribusinya pada kinerjanya.

3) Behavioralobservationscales (BOS)

Penilai menunjukkan seberapa sering pekerja yang telah

diamati melakukan pekerjaan terkait perilaku. Apabila BARS

berfokus pada ekspektasi bahwa seorang pekerja mampu

untuk melakukan perilaku tertentu yang khas dari tingkat

kinerja tertentu, sedangkan BOS berkonsentrasi pada perilaku

kritis yang benar-benar dilakukan.

4) Checklist

Metode ini terdiri dari serangkaian pernyataan tentang kinerja

dalam pekerjaan tertentu. laporan berasal dari analisis

(32)

kinerja. Tugas penilai adalah untuk memeriksa dari laporan

yang berlaku untuk pekerja yang sedang dievaluasi.

5) Narratives

Bentuk yang relatif sederhana evaluasi kinerja individu

adalah penggunaan narasi yang terbuka, seorang penulis

kinerja dari pekerja atau daftar contoh spesifik kekuatan dan

kelemahan kinerja. Keuntungan dari narasi adalah penilai

memiliki kebebasan untuk menggambarkan kinerja dalam

kata-kata mereka sendiri dan untuk menekankan unsur-unsur

yang mereka anggap penting.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka metode penilaian kinerja

yang akan dilakukan ini adalah metode graphic rating scales.

5. Penilai Kinerja

Terdapat beberapa penilai kinerja menurut Riggio (2008) :

a. Supervisorappraisals

Sejauh ini, kebanyakan penilaian kinerja dilakukan oleh

Pengawas. Pada kenyataannya, melakukan penilaian-penilaian

kinerja karyawan secara teratur dianggap sebagai salah satu

fungsi penting dari pengawasan. Penilaian kinerja oleh pengawas

begitu umum karena pengawas biasanya memiliki pengetahuan

tentang persyaratan pekerjaan, memberikan hadiah untuk

(33)

untuk perbaikan untuk performa di bawah standar. Namun,

pengawas mungkin memiliki perspektif yang terbatas pada

kinerja karyawan, sehingga di beberapa organisasi penilaian antar

anggota atau masing-masing anggota juga penting.

b. Self-appraisals

Penilaian-penilaian diri berkorelasi dengan penilaian kinerja

pengawas, penilaian-penilaian diri cenderung lebih lunak dan

fokus lebih pada usaha yang dilakukan oleh karyawan bukan pada

kinerja prestasi (Wohlers, Hall & London dalam Riggio, 2008).

Cukup ada perbedaan antara bagaimana pengawas menilai kinerja

dan penilaian kerja mandiri (Furnham & Stringfield dalam

Riggio, 2008). Perbedaan antara penilaian diri dan pengawas

dapat diatasi jika pekerja dan pengawas benar-benar terlatih untuk

memahami bagaimana sistem rating kinerja bekerja dan ketika

pekerja lebih sering menerima feedback dari pengawas. Penilaian

kinerja mandiri ini juga berguna dalam mendorong pekerja agar

lebih berkomitmen untuk tujuan-tujuan yang berkaitan dengan

kinerja.

c. Peerappraisals

Meskipun penggunaan yang sebenarnya dari peer ratings

(penilaian oleh rekan kerja) cukup langka, bukti menunjukkan

bahwa ada kesepakatan yang baik antara penilaian kinerja yang

(34)

supervisor (pengawas). Hal ini masuk akal karena pengawas dan

rekan-rekan memiliki kesempatan untuk langsung mengamati

pekerja pada suatu pekerjaan. Satu masalah yang jelas dengan

penilaian oleh rekan kinerja adalah potensi konflik antara

karyawan yang mengevaluasi satu sama lain, masalah tertentu

terjadi ketika sesama pekerja atau karyawan bersaing untuk

hadiah dari pekerjaan yang cukup langka.

d. Subordinateappraisals

Penilaian bawahan (subordinat) ini paling sering digunakan

untuk menilai efektifitas orang dalam pengawasan atau dalam

posisi pimpinan. Penelitian pada penilaian bawahan menunjukkan

cukup ada persetujuan dengan penilaian pengawas. Penilaian

bawahan mungkin sangat penting karena mereka memberikan

perspektif yang berbeda, perspektif yang bermakna bagi seorang

pengawas kinerja (perspektif tentang orang-orang yang sedang

diawasi) dan karena ada bukti bahwa penilaian pengawas dapat

dikaitkan dengan kepuasan kerja bawahan. Hal ini menunjukkan

bahwa ke bawahan dan penilaian rekan kinerja secara signifikan

berkorelasi dengan tujuan pengukuran kinerja.

e. Customerappraisals

Bentuk lain dari penilaian kinerja untuk karyawan yang

bekerja di posisi layanan terhadap pelanggan adalah penilaian

(35)

biasanya tidak dianggap metode penilaian kinerja, mereka dapat

menawarkan perspektif yang menarik pada apakah pekerja dari

pekerjaan tertentu (sales, waitpersons, operator telepon)

melakukan pekerjaannya yang baik. Evaluasi oleh pelanggan

terhadap kinerja karyawan paling sesuai ketika karyawan dan

pelanggan memiliki hubungan yang signifikan, berkelanjutan,

seperti pelanggan mengevaluasi pemasok, perwakilan penjualan,

agen real estate, pialang saham atau sejenisnya. Menariknya, ada

bukti bahwa organisasi yang sangat mendorong layanan

pelanggan, dan orang-orang yang melatih karyawan mereka

dalam penyampaian layanan pelanggan, cenderung menerima

evaluasi lebih menguntungkan dari pelanggan.

f. 360-degreefeedback

Bentuk komprehensif penilaian kinerja dalam

mengumpulkan penilaian dari semua tingkatan yang sering

disebut umpan balik 360 derajat. Dalam program umpan balik

360 derajat, peringkat kinerja dikumpulkan dari pengawas,

bawahan, rekan kerja, pelanggan dan pemasok (jika berlaku).

Keuntungan yang jelas dari umpan balik 360 derajat termasuk

meningkatkan keandalan pengukuran karena beberapa evaluasi,

dimasukkannya lebih beragam perspektif pada kinerja karyawan,

keterlibatan lebih anggota organisasi dalam proses evaluasi dan

(36)

mungkin memiliki keuntungan yang berbeda, termasuk

peningkatan pengembangan dan peningkatan kinerja karyawan,

biaya penilaian rinci kinerja pekerja ini mungkin mahal.. Selain

itu, telah ada panggilan untuk penelitian lebih lanjut untuk

menunjukkan keuntungan dari evaluasi 360 derajat atas program

penilaian kinerja yang kurang komprehensif dan mahal. Untuk

sebagian besar, program umpan balik 360 derajat yang digunakan

sebagai alat pengembangan manajemen, bukan digunakan hanya

sebagai sistem penilaian kinerja.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penilai dalam penilaian kinerja

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah self appraisals.

Peneliti menggunakan self appraisals karena adanya keterbatasan

waktu peneliti untuk menggunakan penilaian kinerja bersama

supervisor, selain itu juga untuk mendorong karyawan agar lebih

berkomitmen dengan dirinya sesuai dengan tujuan-tujuan dari

organisasi atau perusahaan.

B.Team Member Exchange (TMX)

Pada sub bab ini akan dijelaskan definisi, faktor-faktor yang

mempengaruhi, dampak dan pengukuran dari team member exchange

(37)

1. Definisi TMX

Seers (dalam Puspasari, 2012) TMX merupakan persepsi

individu anggota tim akan hubungan timbal balik dengan tim secara

keseluruhan. Sejalan dengan pendapat Seers, Petty dan Cashman

(dalam Puspasari, 2012) TMX adalah pertukaran ide, gagasan, umpan

balik, dan bantuan dengan anggota tim sehingga anggota tim

menerima informasi, bantuan dan penghargaan dari anggota lain.

Kesuksesan atau kegagalan yang diraih oleh sebuah tim

bergantung pada pola interaksi yang terjadi antar anggota tim.

Interaksi merupakan salah satu bentuk dari TMX. Kualitas TMX yang

tinggi dalam sebuah tim, dapat dilihat melalui dukungan yang

diberikan oleh seorang anggota terhadap anggota yang lain dan

kemudian akan berlanjut kepada anggota lain yang membutuhkan.

Setiap individu yang memiliki kualitas TMX yang tinggi lebih akrab,

kooperatif, mengeluarkan usaha yang lebih bersifat kolaboratif dan

mendapatkan serta memberikan penguatan sosial (social reward)

kepada anggota lain dalam tim. (Pollack dalam Puspasari, 2012).

Wech (dalam Srivastsva & Singh, 2003) juga mengatakan bahwa

kualitas TMX yang tinggi mengindikasikan tingkat efektivitas kerja

antara anggota dalam sebuah tim.

Definisi dari para tokoh dapat disimpulkan bahwa TMX adalah

(38)

dengan anggota lain yang meliputi pertukaran ide, gagasan, umpan

balik dan bantuan yang ada di dalam tim secara keseluruhan.

2. Pengukuran TMX

Team Member Exchange (TMX) dapat diukur melalui beberapa

metode, yaitu melalui wawancara dan skala sikap. Metode skala sikap

lebih banyak digunakan karena lebih mudah penyebarannya dan lebih

mudah untuk dikuantifikasikan (Damayanie, 2011). Team member

exchange dapat diukur melalui TMX Quality Scale yang

dikembangkan oleh Seers, Petty dan Cashman (dalam Puspasari

2012). Skala ini berisi 10 item pertanyaan yang digunakan untuk

mengukur persepsi anggota tim sebagai individu akan hubungan

timbal balik yang terjadi di dalam tim. TMX Quality Scale terdiri dari

dua dimensi, yaitu:

1. Information Sharing

Information sharing atau berbagi informasi berkaitan dengan

anggota tim akan pengakuan dari lingkungan sosial yang

diterimanya, termasuk lingkungan yang memberikan kesempatan

bagi anggota tim untuk dapat mengekspresikan pendapat dan

kebutuhan, kesediaan anggota tim untuk berbagi keahlian yang

dimiliki dan seberapa baik anggota tim memahami apa yang

(39)

2. Effort Sharing

Effort sharing atau berbagai usaha berkaitan dengan persepsi

anggota tim akan penerimaan satu sama lain, termasuk anggota

tim yang fleksibel dalam berbagi tanggung jawab dalam bekerja

dan memiliki keinginan untuk membantu rekan kerja dalam tim

untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

3. Dampak dari TMX

a. Anggota tim yang memiliki kualitas team member exchange

tinggi akan berupaya bekerjasama dengan anggota lain dalam tim,

seperti berbagi informasi, ide atau gagasan dan saling

memberikan umpan balik antar sesama anggota tim yang lain.

Interaksi dan proses saling mempengaruhi antara anggota tim

yang memberikan kontribusi terhadap persepsi mereka pada

suasana dalam kelompok (Kotze, 2008).

b. Team member exchange dapat meningkatkan komitmen afektif

karyawan dalam sebuah perusahaan (Puspasari, 2012). Komitmen

afektif terhadap organisasi secara umum merupakan kedekatan

emosi, identifikasi dan keterlibatan dengan organisasi (Meyer &

Allen, dalam Puspasari, 2012). Individu yang tergabung dalam

tim dengan team member exchange yang tinggi, akan berinteraksi

lebih banyak dengan anggota lain dalam tim, interaksi ini dapat

(40)

balik. Interaksi tersebut dapat mengarah pada kelekatan antar

sesama anggota tim. Semakin lekat hubungan yang terjalin,

individu akan semakin melihat persamaan yang dimiliki dengan

organisasi tempat tim berada, selain itu individu akan bersedia

untuk mengeluarkan usaha agar tujuan organisasi tercapai

(Pollack, 2009).

c. Anggota tim yang memiliki team member exchange yang tinggi

akan bersedia memberikan bantuan kepada anggota yang lain.

Bantuan tersebut dapat melalui saran dan umpan balik mengenai

cara kerja yang baik, berkomunikasi secara terbuka dan mampu

bertukar peran jika dibutuhkan. Penelitian yang dilakukan oleh

Petty, Seers, Cashman dan Wech (dalam Puspasari, 2012)

menunjukkan bahwa individu yang memiliki kualitas team

member exchange tinggi dapat mendorong terbentuknya tim yang

efektif dan kohesif, selain itu anggota tim akan merasa puas akan

pekerjaanya secara umum. Tim dengan team member exchange

yang tinggi akan mempermudah anggotanya dalam

menyelesaikan pekerjaan, mencari solusi atas permasalahan yang

dialami baik oleh individu maupun tim, sehingga kepuasan kerja

anggota dalam tim meningkat.

d. Kualitas team member exchange yang tinggi membuat karyawan

merasa diperlakukan secara adil, karena mendapat timbal balik

(41)

dilakukan oleh Murphy (dalam Puspasari 2012) menunjukkan

bahwa kualitaas team member exchange berhubungan dengan

interractional justice. Interactional justice mengacu pada persepsi

akan keadilan, komunikasi interpersonal, dan perlakuan yang

diterima dari orang lain dalam organisasi (Bias dan Moag dalam

Puspasari, 2012).

C. Dinamika Hubungan antara TMX dengan Kinerja

Relasi merupakan salah satu bentuk untuk meningkatkan kerja yang

baik dalam organisasi. Adanya sebuah relasi yang positif, karyawan akan

merasa bahwa perusahaan tempatnya bekerja sebagai tempat bekerja yang

menyenangkan. Proses tersebut akan memotivasi karyawan untuk bisa

menyelesaikan tugasnya secara maksimal. Seorang karyawan yang

mempunyai persepsi positif terhadap rekan atau anggota yang lain dalam

perusahaan maka ia akan memaksimalkan dirinya bekerja secara penuh

dalam perusahaan tersebut.

Relasi dapat terjalin melalui interaksi. Interaksi merupakan suatu

hubungan timbak balik antara satu orang dengan yang lainnya (Pollack,

2009). Alge, Wiethoff dan Klein (dalam Pollack, 2009) menguji

bagaimana pengalaman berinteraksi di dalam tim mempengaruhi kualitas

TMX. Mereka menemukan bahwa anggota tim yang memiliki pengalaman

berinteraksi dengan anggota lain dalam tim mempunyai kualitas TMX yang

(42)

berinteraksi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi dalam

sebuah tim sangat penting untuk peningkatan kinerja karyawan sebagai

seorang individu.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Wech (dalam Puspasari, 2012)

menunjukkan bahwa tim dengan kualitas TMX yang tinggi akan

mempermudah anggotanya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga

kepuasaan kerja anggota dalam tim dapat meningkat. Tingkat TMX yang

tinggi pada tim dicirikan oleh anggota yang bersedia untuk memberikan

saran dan feedback (umpan balik) mengenai cara kerja yang lebih baik,

komunikasi yang lebih efektif, dan strategi bertukar peran saat dibutuhkan.

Tingkat kualitas TMX yang tinggi dapat dilihat melalui dukungan dan

arahan yang berikan kepada anggota lain dalam tim. Melalui interaksi

tersebut, secara tidak langsung karyawan tersebut menjalin interaksi

dengan anggota lain atau rekan kerja dalam tim. TMX adalah persepsi

anggota tim sebagai individu terhadap hubungan timbal balik dengan

anggota lain yang meliputi pertukaran ide, gagasan, umpan balik dan

bantuan yang ada di dalam tim secara keseluruhan.

Suatu perusahaan terdapat berbagai macam tim yang terdiri dari

berbagai macam karyawan beserta dengan latar belakang dan

kemampuannya masing masing. Setiap karyawan diharuskan untuk bekerja

sama satu dengan yang lain. Mereka saling bertukar ide, gagasan, dan

informasi antar sesama anggota. Ketika ada pertukaran informasi dan ide

(43)

permasalahan dapat terpecahkan dan keputusan yang dibuat dapat

mewakili pendapat dari semua karyawan, sehingga setiap karyawan akan

merasakan keadilan dalam hal persamaan persepsi dan tujuan dalam

perusahaan.

Karyawan yang termotivasi oleh rekan kerja atau anggota dalam satu

tim akan merasakan suatu kenyamanan berada dalam perusahaan tempat ia

bekerja. Karyawan tersebut akan berusaha meningkatkan kinerjanya yang

akan berdampak pada kemajuan perusahaan atau organisasi tempat ia

bekerja. Sebaliknya, jika karyawan tidak termotivasi oleh rekan kerjanya

maka tidak akan merasa nyawan dan berdampak pada menurunnya kinerja

karyawan tersebut. Kinerja adalah tindakan atau perilaku karyawan yang

melakukan pekerjaanya relevan dengan tujuan organisasi dan dapat diukur

secara individu.

Sebuah tim dengan tingkat TMX yang tinggi akan mempermudah

anggota tim di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tim dengan tingkat

TMX yang tinggi akan mendorong anggotanya untuk meningkatkan

kinerjanya. Dampak dari meningkatnya kinerja karyawan dapat dilihat

dengan semakin meningkatnya kualitas dari barang maupun jasa yang

dihasilkan, semakin banyak jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, dan

semakin efisien penggunaan biaya selama produksi barang maupun dalam

memberikan jasa.

(44)

D. Skema Penelitian

Skema Hubungan antara TMX dengan kinerja

- Komunikasi terbuka

antar sesama rekan kerja

- Mempunyai persepsi

positif terhadap rekan kerja

- Bersedia memberikan

feedback (umpan balik) kepada rekan kerja

- Bersedia memberikan

dukungan kepada rekan kerja

- Bersedia kerjasama

dengan rekan kerja

- Komunikasi tertutup

antar sesama rekan kerja

- Mempunyai persepsi

negatif terhadap rekan kerja

- Enggan memberikan

feedback (umpan balik) kepada rekan kerja

- Enggan memberikan

dukungan kepada rekan kerja

- Enggan kerjasama

dengan rekan kerja

TMX

Kinerja meningkat Kinerja menurun

TMX rendah TMX tinggi

Pekerjaan yang dilakukan berkualitas, pekerjaan yang dilakukan dalam kuantitas besar, dapat menyelesaikan pekerjaan meskipun dengan sedikit/tanpa pengawasan, pkerjaan dapat diselesaikan dengan tepat waktu

Pekerjaan yang dilakukan kurang berkualitas, pekerjaan

yang dilakukan dalam

(45)

E. Hipotesis penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengajukan hipotesis

penelitian yaitu terdapat hubungan positif antara team member exchange

(TMX) dengan kinerja. Hal tersebut berarti semakin tinggi kualitas TMX

maka semakin tinggi tingkat kinerja karyawan. Sebaliknya, semakin

(46)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yakni berdasar pada

analisis angka sebagai bagian untuk mendapatkan jawaban terhadap rumusan masalah yang diangkat sebagai topik penelitian. Penelitian ini juga merupakan penelitian korelasional. Teknik korelasional merupakan

teknik analisis yang bertujuan untuk melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan variabel yang lain (Purwanto,

2007). Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi

pada satu atau lebih faktor yang lain berdasarkan koefisien korelasi (Purwanto, 2007).

B.VariabelPenelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Tergantung adalah Kinerja

(47)

C.Definisi Operasional

1. Kinerja

Kinerja adalah tindakan atau perilaku karyawan yang melakukan pekerjaannya relevan dengan tujuan organisasi dan dapat diukur

secara individu. Kinerja diukur dengan menggunakan skala kinerja yang disusun berdasarkan dimensi kinerja yang terdiri dari dimensi kualitas, dimensi kuantitas, dimensi ketepatan waktu, dimensi

kebutuhan akan pengawasan dan dimensi dampak interpersonal. Semakin tinggi skor kinerja yang diperoleh menunjukkan semakin

tinggi tingkat kinerjanya. Sebaliknya semakin rendah skor kinerja yang diperoleh menunjukkan semakin rendah tingkat kinerja subjek penelitian.

2. Team Member Exchange (TMX)

Team member exchange adalah persepsi anggota tim sebagai individu

terhadap hubungan timbal balik dengan anggota lain yang meliputi pertukaran ide, gagasan, umpan balik dan bantuan yang ada di dalam tim secara keseluruhan. TMX diukur dengan menggunakan skala TMX

yang disusun berdasarkan dimensi TMX yang terdiri dari dimensi information sharing dan dimensi effort sharing. Semakin tinggi skor

TMX yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi tingkat TMX yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah skor TMX yang diperoleh menunjukkan semakin rendah tingkat TMX yang dimiliki oleh subjek

(48)

D.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan Solusi Distribusi yang bekerja di dalam tim sebanyak 30 orang. Solusi Distribusi dipilih karena

memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melakukan pengambilan data sebab terjalin relasi pertemanan antara peneliti dengan HRD dari Solusi Distribusi.

Peneliti melibatkan seluruh karyawan yang bekerja sebagai sebuah tim dengan asumsi bahwa salah satu variabel penelitian mengacu pada

kerjasama karyawan di dalam sebuah tim. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik populasi. Populasi adalah semua individu yang menjadi target penelitian dengan batasan atau kriteria subjek yang

digunakan dalam penelitian adalah karyawan yang bekerja di dalam sebuah tim di Solusi Distribusi (Purwanto, 2007)

E.Metode & Alat Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini adalah penyebaran skala atau angket. Penggunaan skala atau angket penelitian dilakukan agar peneliti bisa mendapatkan data atau informasi

(49)

1. Skala Kinerja

Skala kinerja dalam penelitian ini dibuat berdasarkan 5 dimensi

kinerja yang dikemukakan oleh Bernardin (1993) yakni quality (kualitas), quantity (kuantitas), timeliness (ketepatan waktu), need for

supervision (kebutuhan pengawasan) dan interpersonal impact (dampak interpersonal).

Skala yang digunakan adalah skala tipe Likert. Dalam metode

penskalaan Likert, isi pernyataan dibedakan menjadi dua kategori, favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable yaitu

pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan menunjukkan sikap positif atau menyukai obejk yang menjadi sasaran perhatian. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan-pernyataan

yang bila disetujui atau diiyakan mencerminkan sikap negatif atau tidak menyukai objek yang menjadi sasaran perhatian (Supratiknya,

2014).

Skala ini terdiri dari 40 item. Jika isi pernyataan bersifat

favorable, maka masing-masing respon dimulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor berturut-turut 4,3,2 dan 1. Sebaliknya, jika isi

pernyataan bersifat unfavorable, maka masing-masing respon dimulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor berturut-turut 1,2,3, dan 4.

(50)

jawaban favorable atau unfavorable, artinya agar subjek tidak memberikan respon netral (Supratiknya, 2014).

Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Distribusi Item Skala Uji Coba Kinerja

No. Dimensi Item Jumlah Prosent.

TMX yang dikemukakan Seers, Petty dan Cashman (dalam Puspasari 2012) yakni information sharing dan effort sharing.

Skala yang digunakan adalah skala tipe Likert. Dalam metode penskalaan Likert, isi pernyataan dibedakan menjadi dua kategori,

favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable yaitu pernyataan-pernyataan yang bila disetujui atau diiyakan menunjukkan sikap positif atau menyukai obejk yang menjadi sasaran perhatian.

(51)

tidak menyukai objek yang menjadi sasaran perhatian (Supratiknya, 2014).

Skala ini terdiri dari 20 item. Jika isi pernyataan bersifat favorable, maka masing-masing respon dimulai dari Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor berturut-turut 4,3,2 dan 1. Sebaliknya, jika isi pernyataan bersifat unfavorable, maka masing-masing respon dimulai

dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) sampai dengan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor berturut-turut 1,2,3, dan 4.

Penggunaan pilihan jawaban genap bertujuan agar subyek memilih jawaban favorable atau unfavorable, artinya agar subjek tidak memberikan respon netral (Supratiknya, 2014).

Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Distribusi Item Skala Uji Coba TMX

No. Dimensi Item Jumlah Prosentase Favorable Unfavorable

1. Information

Sharing 1,2,5,13,14 3,4,11,12,15 10 50%

2. Effort

Sharing 6,9,10,17,18 7,8,16,19,20 10 50%

(52)

F. Validitas & Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana suatu tes sungguh-sungguh mengukur atribut psikologis yang

hendak diukur (Supratiknya, 2014). Jenis validitas atau content validity yang digunakan dalam penelitian ini adalah expert judgement.

Expert Judgement bertujuan untuk melihat kesesuaian pernyataan

dengan konstruk yang digunakan (Supratiknya, 2014). Dosen Pembimbing Skripsi dipilih peneliti sebagai expert judgement guna

melakukan validasi skala penelitian. 2. Seleksi Item

Parameter utama dalam seleksi item skala adalah daya

diskriminasi item, yaitu sejauh mana item mampu membedakan individu yang memiliki atribut dan individu yang tidak memiliki

atribut yang hendak diukur oleh skala. Daya diskriminasi item tersebut diuji melalui komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada masing-masing item dengan distribusi skor keseluruhan pada skala

yang menjadi kriteria. Hasil dari komputasi ini berupa koefisien korelasi item total (rix) yang disebut dengan parameter daya beda item

(Azwar, 2009).

Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan tanda positif atau negatif. Semakin baik daya

(53)

angka 1,00. Koefisien yang mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif mengindikasikan daya diskriminasi yang tidak baik (Azwar,

2009). Korelasi item total digunakan sebagai kriteria pemilihan item yang memiliki batasan rix ≥ 0,30 yang berarti bahwa minimal korelasi

koefisien item tersebut bernilai 0,30, daya diskriminasinya dianggap memuaskan. Sebaliknya jika nilai rix ≤ 0,30, maka daya diskriminasinya rendah (Azwar, 2009). Item yang memiliki daya diskriminasi ≥ 0,30 akan dijadikan sebagai skala dan item yang memiliki daya diskriminasi ≤ 0,30 dinyatakan tidak lolos untuk

dijadikan skala penelitian.

Pelaksanaan uji coba dilakukan tanggal 4 sampai11 Februari 2017. Skala yang disebar sebanyak 37 eksemplar dan skala yang

kembali sebanyak 32 eksemplar dengan 2 skala tidak lengkap. Uji coba tidak dapat dilaksanakan secara klasikal pada jam kerja karena

pihak perusahaan mengalami kesulitan dalam mementukan waktu khusus bagi karyawannya. Setelah melakukan uji coba, peneliti melakukan seleksi item untuk mengetahui dan menentukan item yang

baik dan buruk serta layak digunakan sebagai alat ukur penelitian. Seleksi item dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 18.0

dengan analisis alpha cronbach. a. Skala Kinerja

Skala Kinerja terdiri dari 40 item yang disusun berdasarkan 5

(54)

dimensi kualitas (quantity) adalah 0,340 sampai 0,627, dimensi kuantitas (quantity) adalah 0,229 sampai 0,793, dimensi ketepatan

waktu (timeliness) adalah 0,313 sampai 0,504, dimensi kebutuhan akan pengawasan (need for supervision) adalah 0,274 sampai

0,549, dan dimensi dampak interpersonal (interpersonal impact) adalah 0,314 sampai 0,712. Pada setiap dimensi, jumlah item yang digugurkan disamakan antar dimensi. Berikut ini disajikan

spesifikasi item skala Kinerja setelah diujicobakan:

Tabel 3.3

Distribusi Item Skala Kinerja setelah Uji Coba

(55)

dimensi effort sharing adalah 0,333 sampai 0,687. Berikut disajikan spesifikasi item skala TMX setelah diujicobakan:

Tabel 3.4

Distribusi Item Skala TMX setelah Uji Coba

No Dimensi

Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran terhadap suatu

populasi individu atau kelompok (AERA, APA, & NCME dalam Supratiknya, 2014). Pada dasarnya, reliabilitas mengacu pada

konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2009). Dalam pengaplikasiannya, reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx’) yang berada

pada rentang 0 sampai dengan 1.00, yang berarti semakin mendekati 1.00 semakin tinggi tingkat reliabilitasnya.

Nilai reliabilitas skala kinerja sebelum digugurkan pada dimensi kualitas sebesar 0,761, dimensi kuantitas sebesar 0,759, dimensi ketepatan waktu sebesar 0,728, dimensi kebutuhan akan pengawasan

sebesar 0,750, dan dimensi dampak interpersonal sebesar 0,788. Setelah melakukan penggugurkan item, reliabilitas skala kinerja pada

(56)

dimensi ketepatan waktu sebesar 0,723, dimensi kebutuhan akan pengawasan sebesar 0,749, dan dimensi dampak interpersonal sebesar

0,801.

Nilai reliabilitas pada skala TMX sebelum digugurkan pada

dimensi information sharing sebesar 0,757 dan dimensi effort sharing sebesar 0,769. Setelah dilakukan pengguguran item, reliabilitas skala TMX pada dimensi information sharing sebesar 0,793 dan dimensi

effort sharing sebesar 0,810.

Uji reliabilitas selanjutnya menggunakan koefisien alpha berstrata (αs). Koefisien alpha berstrata digunakan untuk

mengidentifikasi reliabilitas pengukuran bersifat multidimensional serta mengukur internal konsistensi skala pengukuran yang terdiri dari

beberapa subtes (Widhiarso, 2009). Jika menggunakan alpha berstrata akan memperoleh nilai yang lebih tinggi (Widhiarso, 2009). Berikut

ini adalah rumus untuk melakukan penghitungan koefisien reliabilitas alpha berstrata:

= 1 -

∑ �� −�� �

�= �

Keterangan :

= varians subtotal butir komponen ke - i

� = varians skor total

(57)

Berikut merupakan perhitungan alpha berstrata skala Kinerja :

�� = 1 -

, − , + , − , + , − ,

+ , − , + , − ,

,

�� = 1 - , ,

�� = 1 – 0,08 �� = 0,92

Berdasarkan penghitungan koefisien alpha berstrata, skala kinerja memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,92. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala kinerja yang digunakan memiliki

reliabilitas yang baik.

Berikut merupakan perhitungan alpha berstrata skala TMX :

�� = 1 - , − , + , − , ,

�� = 1 - ,,

�� = 1 – 0,123 �� = 0,877

Berdasarkan penghitungan koefisien alpha berstrata, skala TMX

(58)

G. Metode Analisis Data

1. Uji asumsi

Uji asumsi bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa hubungan kedua antar variabel yang diteliti memiliki ketepatan dan

tidak bias serta konsisten. Pengujian tersebut dapat dilakukan dua cara, yakni uji normalitas atau uji distribusi normal dan uji linearitas (Purwanto, 2007), karena subjek pada penelitian ini diambil dari

seluruh populasi maka tidak dilakukan uji normalitas namun hanya uji linearitas.

a. Uji Linearitas

Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat hubungan yang terjadi antara dua variabel penelitian. Teknik yang

digunakan untuk mengetahui linearitas pada kedua variabel yang bersangkutan adalah Compare Means pada program SPSS for

Windows versi 18. Pada teknik Compare Means, baris linearity merupakan patokan utama untuk melihat apakah kedua variabel memiliki hubungan linear atau tidak. Jika p <0.05 maka terdapat

hubungan yang linear antar variabel, sebaliknya jika p >0.05 maka terdapat hubungan yang tidak linier atau hubungan antar variabel

tersebut lemah (Santoso, 2010). 2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis akan dilakukan dengan statistik parametrik yakni

(59)

dijabarkan terkait hubungan antara TMX dengan kinerja apabila data yang dihasilkan normal. Jika data yang dihasilkan tidak normal, maka

uji hipotesis akan dilakukan dengan Spearman’s Rho karena teknik tersebut tidak menggunakan syarat normalitas data (Santoso, 2010).

Apabila data yang dihasilkan tidak normal dan tidak linear, maka peneliti tidak memerlukan untuk melakukan uji hipotesis karena dapat dipastikan bahwa tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut

(Santoso, 2010).

Koefisien yang dihasilkan bernilai -1 hingga +1, yang

menunjukkan hubungan tersebut positif atau negatif. Jika nilai sig. atau p < 0,05, maka hipotesis nol ditolak atau yang berarti ada hubungan yang signifikan antar dua variabel. Sebaliknya, jika nilai

(60)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan mulai tanggal 4 sampai 11

Februari 2017. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti meminta

izin terlebih dahulu kepada pihak perusahaan. Peneliti memberikan surat

izin kepada pihak perusahaan pada tanggal 26 Januari 2017. Pengambilan

data tidak dapat dilaksanakan secara klasikal pada jam kerja karena pihak

perusahaan mengalami kesulitan dalam mementukan waktu khusus bagi

karyawannya. Untuk itu peneliti memberikan rentang waktu kepada

karyawan agar dapat mengisi skala penelitian tersebut. Peneliti menyebar

sebanyak 37 eksemplar skala. Skala yang kembali sebanyak 32 eksemplar,

namun 2 eksemplar skala tidak diisi dengan lengkap.

B.Deskripsi Data Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui apakah TMX dan

kinerja yang dimiliki subjek tergolong pada kategori tinggi, sedang atau

rendah dengan melakukan perbandingan antara nilai mean teoritis dan

mean empiris pada variabel TMX dan kinerja. Berdasarkan data penelitian

(61)

Tabel 4.1

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Pengukuran

Teoritis Empiris Sig. One sample

t-test Min Max Mean Min Max Mean

TMX 20 80 50 52 68 64,46 0,000

Kinerja 40 160 100 92 126 118,6 0,025

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 4.2, kedua variabel

TMX dan kinerja masing-masing memiliki nilai mean empiris yang lebih

besar daripada nilai mean teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa subjek

penelitian memiliki tingkat TMX dan Kinerja yang tinggi.

Tabel 4.2

(62)

Tabel 4.3

Berdasarkan tabel 4.4 norma kategori variabel kinerja, sebanyak 25

subjek berada dalam kategori sedang, dan 5 subjek berada dalam kategori

tinggi.

Uji one sample t-test dilakukan untuk melihat perbedaan signifikan

antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel TMX dan kinerja.

Berikut ini hasil uji t variabel TMX dan kinerja :

Tabel 4.4

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

variabeltmx 8,786 29 ,000 8,133 6,24 10,03

Berdasarkan hasil one sample t-test dapat diketahui bahwa antara

mean teoritis dengan mean empiris variabel TMX memiliki perbedaan

(63)

(p<0,05). Hasil uji t ini menegaskan bahwa subjek penelitian ini memiliki

tingkat TMX yang tinggi.

Tabel 4.5

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

variabelkinerja 2,371 29 ,025 3,900 ,54 7,26

Berdasarkan hasil one sample t-test dapat diketahui bahwa antara

mean teoritis dengan mean empiris variabel kinerja memiliki perbedaan

yang signifikan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,025

(p<0,05). Hasil uji t ini menegaskan bahwa subjek penelitian ini memiliki

tingkat kinerja yang tinggi.

C.Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

a. Uji Linearitas

Uji ini digunakan untuk melihat besarnya tingkat hubungan

yang terjadi antara dua variabel penelitian. Teknik yang digunakan

untuk mengetahui linearitas pada kedua variabel yang

bersangkutan adalah Compare Means pada program SPSS for

Windows versi 18.

(64)

Tabel 4.6

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

variabelkinerja *

variabeltmx

Between

Groups

(Combined) 1791,033 12 149,253 4,501 ,003

Linearity 779,718 1 779,718 23,516 ,000

Deviation from

Linearity

1011,315 11 91,938 2,773 ,029

Within Groups 563,667 17 33,157

Total 2354,700 29

Gambar 1. Kurva Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel 4.8, menunjukkan

bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,029 lebih kecil dari

0,05 (p<0,05) yang dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang

linear antar variabel team member exchange (TMX) dengan

(65)

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan

Shapiro-Wilk, diperoleh hasil yang menyatakan bahwa persebaran data

yang dimiliki tidak normal (p<0,05), karena data yang dihasilkan tidak

normal, maka uji hipotesis akan dilakukan dengan Spearman’s Rho

yang tidak menggunakan syarat normalitas data.

Berikut ini tabel uji korelasi TMX dengan kinerja:

Tabel 4.7

Korelasi TMX dengan Kinerja

Correlations

Variabelkinerja variabeltmx

Spearman's

rho

Variabelkinerja Correlation Coefficient 1,000 ,666**

Sig. (1-tailed) . ,000

N 30 30

Variabeltmx Correlation Coefficient ,666** 1,000

Sig. (1-tailed) ,000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan tabel 4.9, analisis data diperoleh bahwa koefisien

korelasi r = 0,666 dengan signifikansi p = 0.00. Koefisien korelasi dari

analisis data menurut Sarwono (2006) termasuk dalam kategori yang

memiliki korelasi kuat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak

sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan,

Gambar

Gambar 1 Kurva Linearitas  ..........................................................................
Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Uji Coba Kinerja
Tabel 3.2 Distribusi Item Skala Uji Coba TMX
Tabel 3.3 Distribusi Item Skala Kinerja setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan pengerjaan hitung bilangan bulat dalam pemecahan

Terkadang untuk menikahpun ada perjalananan yang mesti dilalui. Ada persiapan-persiapan yang mesti dilalui agar dapat memantapkan hati untuk sebuah

Tempat tinggal adalah tempat perlindung dari pengaruh cuaca alam, tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tempat untuk beristirahat dan tempat berkumpulnya

EKSTRAK SIRIH HIJAU UNTUK PENGENDALIAN PHYLLOSTICTA ZINGIBERA PENYEBAB BERCAK DAUN PADA

Dari semua yang telah disebutkan di atas dapat kita bahwa untuk menggapai shalat yang khusyu’ kita hanya perlu memiliki sangkaan/keyakinan sehingga bisa bersikap untuk menghadapkan

3.2.4 DFD Level 2 Proses Input Data Perusahaan Pada Proses ini menjelaskan tentang proses menginput data perusahaan pada sistem rekomendasi tetes tebu. Gambar DFD Level

Tidak ada perbedaan pengaruh penambahan stretching intercostalis dan latihan mobilisasi sangkar thoraks terhadap peningkatan pengembangan thoraks pada pasien PPOK

Busana kerja adalah busana yang dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Busana kerja banyak macamnya, sesuai dengan jenis pekerjaan