iii
KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL
MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN
BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC–LRFD 1999
Elga Yulius NRP : 0021042
Pembimbing : Prof. Bambang Suryoatmono, Ph.D. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG
ABSTRAK
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung kekuatan las yang dibebani secara eksentris, yaitu metode elastis dan metode kekuatan batas. Metode kekuatan batas menggunakan tabel-tabel Manual ASD 1978. Beberapa modifikasi telah digunakan dalam penyusunan tabel-tabel Manual LRFD. Tabel-tabel dalam Manual LRFD (1994) mempunyai kekurangan, di antaranya: 1) letak pusat sesaat tidak diketahui, 2) perhitungan terbatas pada nilai koefisien C yang ada dalam tabel 8 dari Manual of Steel Construction, AISC-LRFD (1994). Dengan mempertimbangkan hal inilah dibutuhkan adanya suatu program yang dapat menentukan kekuatan rencana las untuk merancang sambungan struktur baja.
Pada tugas akhir ini dibuat program komputeruntuk menentukan kekuatan rencana dari konfigurasi las sudut berbentuk C dan berbentuk L yang memikul momen sebidang dengan metode kekuatan batas menurut AISC–LRFD 1999.
vii
DAFTAR ISI
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii
ABSTRAK...iii
PRAKATA...iv
DAFTAR ISI...vii
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN...xi
DAFTAR GAMBAR...xiii
DAFTAR TABEL...xvi
DAFTAR LAMPIRAN...xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang permasalahan ...1
1.2 Tujuan penulisan...3
1.3 Pembatasan masalah ...3
1.4 Sistematika pembahasan...6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat sambung struktural...7
2.2 Baut biasa...9
2.3 Baut mutu tinggi ...10
2.4 Sambungan las ...11
2.5 Proses pengelasan ...12
2.5.1 SMAW (Shielded Metal Arc Welding) ...12
viii
2.6 Jenis-jenis pengelasan...15
2.6.1 Las tumpul ...15
2.6.2 Las slot dan plug...16
2.6.3 Las sudut...18
2.7
Load and Resistance Factor Design
– Las...20
2.7.1 Kekuatan elektroda las...20
2.7.2 Kekuatan rencana las sudut ...21
2.7.3 Simbol las ...23
2.7.4 Ukuran las sudut minimum...25
2.7.5 Ukuran las sudut maksimum ...27
2.7.6 Panjang las sudut minimum...27
2.7.7 Panjang las sudut maksimum ...28
2.7.8 End Returns ...28
2.8 Sambungan eksentris pada las sudut ...29
2.8.1 Metode elastis ...30
2.8.2 Metode kekuatan batas ...32
BAB 3
PROGRAM KOMPUTER
3.1 Algoritma program ...37
3.2 Organisasi program...40
3.2.1 Skema organisasi program...40
3.2.1.1 Flowchart Program ...40
3.2.1.2 Flowchart Form ...55
3.2.2 Lembaran menu ...56
ix
3.3.1 Pemasukan data untuk bentuk las sudut...67
3.3.2 Pemasukan data untuk jumlah segmen las sudut ..69
3.3.3 Pemasukan data untuk ukuran las sudut...69
3.3.4 Pemasukan data untuk panjang las sudut ...70
3.3.5 Pemasukan data kekuatan elektroda...71
3.3.6 Pemasukan data untuk jarak beban ke tepi kolom 71
3.3.7 Pemasukan data untuk arah beban ...71
3.3.8 Pemasukan data untuk ketelitian ...72
BAB 4
STUDI KASUS
4.1 Contoh kasus...73
4.1.1 Las sudut yang berbentuk C...73
4.1.2 Las sudut yang berbentuk L...74
4.2 Penyelesaian kasus dengan program ...75
4.2.1 Hasil
output
program las sudut C ...75
4.2.2 Hasil
output
program las sudut L...76
4.3 Verifikasi program...76
4.3.1 Las Sudut C...76
4.3.1.1 Hitungan dengan metoda kekuatan batas
menggunakan tabel 8 dari Manual of Steel
Construction, AISC-LRFD (1994) ...76
4.3.1.2 Hitungan dengan metoda elastis ...78
4.3.2 Las Sudut L ...82
x
4.4.1 Grafik hubungan antara letak beban dengan letak
pusat sesaat pada las sudut C ...84
4.4.2 Grafik hubungan antara bentuk las sudut C dengan
letak pusat sesaat pada las sudut C ...86
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...91
5.2 Saran ...92
DAFTAR PUSTAKA ...94
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat-sifat Baut [4] ...10
Tabel 2.2 Tegangan geser las untuk arah beban yang berbeda-beda [6]...22
Tabel 2.3 Ukuran Las Sudut Minimum [2] ...26
Tabel 4.1 Hubungan antara letak beban dengan letak pusat sesaat...85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Sambungan antara balok dengan balok yang memakai las yang
memikul momen sebidang ...2
Gambar 1.2 Sambungan breket memakai las yang memikul momen
sebidang ...3
Gambar 1.3 Sudut yang dibentuk oleh leher las terhadap kaki las...4
Gambar 1.4 Las sudut C yang diberi beban pada jarak-jarak tertentu ...5
Gambar 1.5
Las sudut C dengan bentuk yang berbeda-beda yang diberi beban
pada suatu jarak ...6
Gambar 2.1 Plat tunggal sambungan kolom-balok [6]...9
Gambar 2.2 Sambungan batang yang mengalami gaya tarik [612]...12
Gambar 2.3 Las busur logam berpelindung [6] ...13
Gambar 2.4 Las busur terbenam [4] ...14
Gambar 2.5 Las tumpul dengan penetrasi penuh [4]...15
Gambar 2.6 Tipe-tipe las tumpul [4] ...16
Gambar 2.7 Las slot dan plug [4] ...17
Gambar 2.8 Las slot dan plug dalam kombinasi dengan las sudut [4] ...17
Gambar 2.9 Las slot [6] ...18
Gambar 2.10 Las sudut [6] ...19
Gambar 2.11 Sudut yang dibentuk oleh sumbu las dan sumbu beban [6] ...21
Gambar 2.12 Simbol-simbol las [6]...25
Gambar 2.13 Sambungan las pada sayap-badan [6]...26
xiv
Gambar 2.15 End Returns [6] ...29
Gambar 2.16 Pembebanan eksentris [6] ...30
Gambar 2.17 Pembebanan eksentris akibat momen [6] ...32
Gambar 2.18 Pusat sesaat (
Instantaneous Center
) [6] ...33
Gambar 2.19 Segmen-segmen las [6]...34
Gambar 3.1 Segmen-segmen las...38
Gambar 3.2 Kekuatan segmen las ...39
Gambar 3.3 Keseimbangan statis ...39
Gambar 3.4 Flowchart las sudut ...40
Gambar 3.5 Flowchart form ...55
Gambar 3.6 Tampilan lembaran menu ...56
Gambar 3.7 Kotak pesan Keluar Program...57
Gambar 3.8 Buka Berkas ...59
Gambar 3.9 Simpan penampang las sudut C ...60
Gambar 3.10 Simpan penampang las sudut L ...61
Gambar 3.11 Las Sudut C...62
Gambar 3.12 Las Sudut L ...63
Gambar 3.13 Contoh perhitungan penampang las sudut C ...64
Gambar 3.14 Input Data Penampang Las Sudut C ...65
Gambar 3.15 Input Data Penampang Las Sudut C ...67
Gambar 3.16 Konfigurasi las sudut C...68
Gambar 3.17 Konfigurasi las sudut L...68
Gambar 3.18 Jumlah segmen las ...69
xv
Gambar 3.20 Panjang las pada las sudut C...70
Gambar 3.21 Jarak beban ke tepi kolom ...71
Gambar 3.22 Arah beban ...72
Gambar 4.1 Konfigurasi las sudut C...73
Gambar 4.2 Konfigurasi las sudut L...74
Gambar 4.3 Konfigurasi las sudut C...76
Gambar 4.4 Las sudut C yang memikul beban terfaktor Pu...78
Gambar 4.5 Konfigurasi las sudut L...82
Gambar 4.6 Las sudut C yang diberi beban pada jarak-jarak tertentu ...84
Gambar 4.7
Las sudut C dengan bentuk yang berbeda-beda yang diberi beban
pada suatu jarak ...86
Gambar 4.8 Hubungan jarak beban dengan pusat sesaat...88
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Prequalified Welded Joints
...95
Lampiran 2
Listing Program Las Sudut C...97
Lampiran 3
Listing Program Las Sudut L ...102
Lampiran 4
Tabel 4.2 – Tabel 4.5, AISC ...109
Lampiran 5
Tabel 8-37, Koefisien Kekuatan Elektroda...119
Lampiran 6
Penurunan rumus kekuatan rencana las (P) dengan menggu
nakan
metode
elastis...120
Lampiran 7
Perhitungan dengan metode kekuatan batas...122
xi
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
ASTM
=
American Society for Testing and Materials
A
g= luas penampang bruto [in
2]
b
= jarak beban ke tepi kolom [in]
C
= koefisien pada tabel 8, AISC
C
1= koefisien kekuatan elektroda diambil dari tabel 8-37
D
= jumlah dari 1/16 inchi pada ukuran las sudut
e
= eksentrisitas beban [in]
F
BM= tegangan geser dari logam dasar pada sambungan las [ksi]
F
exx= tegangan tarik logam las [ksi]
F
w= tegangan geser terfaktor dari kekuatan elektroda [ksi]
F
y= tegangan leleh [MPa]
f
= tegangan [ksi]
f
v= tegangan geser [ksi]
f
1= tegangan geser langsung pada sambungan las eksentris [ksi]
f
2= tegangan geser torsi pada sambungan las eksentris [ksi]
I
x, I
y= momen inersia, masing-masing menurut sumbu x, y [in
4]
J
= momen inersia polar [in
4]
kl
= panjang las menurut sumbu horizontal [in]
kN
=
kiloNewton
ksi
=
kilopound per square inch
L
= panjang total las sudut [in]
xii
LRFD
=
Load and Resistance Factor Design
mm
=
milimeter
M
u= momen kerja terfaktor [kip.in]
MPa
=
MegaPascal
N
= jumlah segmen pada las sudut
P
u= beban luar pada las sudut [N]
R
i= kekuatan tiap segmen las [kip]
R
n= kuat nominal las dalam tarik, geser, atau tekan [N]
r
= jarak radius dari titik pusat berat [in]
r
crit= jarak terjauh dari pusat sesaat (jarak kritis)
r
i= jarak radius dari titik pusat sesaat [in]
SI =
System International d’Unites
(sistem satuan internasional)
t
BM= tebal logam dasar di sepanjang las [in]
w
= ukuran las sudut [in]
X
IC, Y
IC= letak pusat sesaat dari sumbu vertikal las sudut
xl
= pusat titik berat pada las sudut
U
m= deformasi dari elemen pada tegangan maksimum
U
u= deformasi terfaktor
∑
M
= Jumlah momen
∑
V
= Jumlah gaya vertikal
∑
H
= Jumlah gaya horizontal
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
Drg Soeria Sumantri 65 Tlp.(022) 2012186 – 2012692 Bandung 40164
SEMINAR ISI TUGAS AKHIR
Bidang
:
Struktur
Judul :
KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG
MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN
METODE KEKUATAN BATAS
BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC – LRFD
1999.
Nama : Elga Yulius
NRP : 0021042
Pembimbing : Prof. Bambang Suryoatmono .,Ph.D
Penguji : 1. Ginardy Husada .,Ir.,M.T
2. Anang K. ,S.T ., M.T
3. Daud R. Wiyono , Ir.,M.Sc
Hari / Tanggal : Jumat, 13 Februari 2004
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Ruang Sidang Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Bandung, Februari 2004
Menyetujui,
Rini I. Rusadi,Ir
Prof. Bambang S.,Ph.D
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL
Drg Soeria Sumantri 65 Tlp.(022) 2012186 – 2012692 Bandung 40164
SEMINAR JUDUL TUGAS AKHIR
Bidang
: Struktur
Judul :
KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG
MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN
METODE KEKUATAN BATAS
BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC – LRFD
1999.
Nama : Elga Yulius
NRP : 0021042
Pembimbing : Prof. Bambang Suryoatmono .,Ph.D
Penguji : 1. Ginardy Husada .,Ir.,M.T
2. Anang K. ,S.T ., M.T
3. Daud R. Wiyono , Ir.,M.Sc
Hari / Tanggal : Kamis, 20 November 2003
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : Ruang Sidang Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Bandung, November 2003
Menyetujui,
TUGAS AKHIR PEMBANDING
Judul
:
KOMPUTERISASI DESAIN SAMBUNGAN
ANTARA BALOK DAN KOLOM TIPE DUA
PROFIL T DENGAN SIKU BADAN
BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC – LRFD
1993
Nama
:
Jimmy
Wijaya
NRP
:
9621008
Pembimbing
: Bambang S., Ir., M.Sc., Ph.D
Tahun Selesai
: 2001
Masalah :
Program komputer yang dapat mendesain suatu
Lampiran 2 97
Listing Program Penampang_Las_Sudut_C
Daftar Notasi Masuk
{variabel untuk input data} N : integer
w : real kl : real l : real Fexx :integer b : real degree : real teliti : real
const phi = 22 / 7 i : integer
pj_las : real kontrol : real
{variabel untuk output data} XIC : real
YIC :real Rn_1 : real Rn_2 : real Rn_3 : real
{variabel untuk array data} x : array[1..100] of real y : array[1..100] of real R : array[1..100] of real
Lampiran 2 98
suku2_1_ : array[1..100] of real suku2_2_ : array[1..100] of real R_ : array[1..100] of real
Sigma_momen : real Sigma_gaya : real Rn_3 : real
Selisih_gaya : real z : real
q : real x1 : real y1 : real a : real c : real
x2 : array [1..100] of real y2 : array [1..100] of real
ALGORITMA
Input (N, w, kl, l, Fexx, b, arah beban, teliti)
z = Cos (degree) a = Sin (degree)
pj_las_horizontal ← (kl) / (0.5 x N) pj_las_vertikal ← (l) / (0.5 x N)
YIC ← l XIC ← 0 Do
XIC ← XIC + teliti q = (XIC + b + kl) x1 = q * (1-z) y1 = q * a
x(1) ← XIC + kl – (pj_las_horizontal / 2) for i ← 0 to N do
x(i+1) ← x(i) – pj_las_horizontal if x(i+1) < XIC then
x(i+1) ← XIC
Lampiran 2 99
y(1) ← l
for i ← 0 to N do
if x(i+1) > XIC then
y(i+1) ← y(i)
else if x(i-1) > (XIC + pj_las_horizontal / 2) then
y(i+1) ← y(i) – pj_las_vertikal / 2 else
y(i+1) ← y(i) – pj_las_vertikal
endif endfor
for i ← 1 to N do
c = q – X(i)-(q-X(i))*z x2(i) = c + X(i) + Y(i)*a y2(i) = Y(i)*z + (q-X(i))*a endif
for i ← 1 to N do
R(i) ← sqr((x2(i) – x1)^2 + (y2(i) – y1)^2) if x(i) > XIC then
sudut(i) ← Atn(x2(i) / y2(i)) * 180 / phi else
sudut(i) ← Atn(y2(i) / x2(i)) * 180 / phi endif
endfor
for i ← 1 to N do
delta_m(i) ← 0.209 * (2 + sudut(i)) ^ (-0.32) * w delta_mr(i) ← delta_m(i) / R(i)
delta_u(i) ← 1.087 * (6 + sudut(i)) ^ (-0.65) * w kontrol ← 0.17 * w
if delta_u(i) > kontrol then
delta_u(i) ← kontrol
endif
Lampiran 2 100
delta_p(i) ← delta(i) / delta_m(i)
suku1_(i) ← 1 + 0.5 * (sin(phi / 180 * sudut(i))) suku2_1_(i) ← Abs(delta_p(i) * (1.9 – 0.9 *
delta_p(i)))
suku2_2_(i) ← suku2_1_(i) ^ (0.3)
if x(i) > XIC
R_(i) ← 0.6 * Fexx * suku1_(i) * suku2_2_(i) * (0.707 * pj_las_horizontal * w)
Else
R_(i) ← 0.6 * Fexx * suku1_(i) * suku2_2_(i) * (0.707 * pj_las_vertikal * w)
Rd_(i) ← R_(i) * R(i) if x(i) > XIC then
Ry_(i) ← R_(i) * Sin(phi / 180 * sudut(i))
Else
Ry_(i) ← R_(i) * Cos(phi / 180 * sudut(i))
endif
endfor
Sigma_momen ← 0 Sigma_gaya ← 0
for i ← 1 to N do
Sigma_momen ← Sigma_momen + Rd_(i) Sigma_gaya ← Sigma_gaya + Ry_(i)
endfor
Rn_1 ← 2 * Sigma_gaya
Rn_2 ← (2 * Sigma_momen) / (XIC + b + kl) Selisih_Gaya ← Rn_1 - Rn_2
Loop Until (Selisih_gaya < 1) And (Selisih_gaya > 0)
{menampilkan nilai-nilai yang sudah diproses} Output (Rn_1, XIC, YIC)
Lampiran 2 101
Lampiran 3 102
Listing Program penampang_las_sudut_L
Daftar Notasi Masuk
{variabel untuk input data}
N : integer
w : real
kl : real
l : real
Fexx : integer
b : real
degree : real
teliti : real
const phi = 22 / 7
i : integer
pj_las_horizontal : real
pj_las_vertikal : real
kontrol : real
{variabel untuk output data}
XIC : real
YIC : real
Rn_1 : real
Rn_2 : real
{variabel untuk data array}
x : array[1..100] of real
y : array[1..100] of real
R : array[1..100] of real
delta_m : array[1..100] of real
Rd_ : array[1..100] of real
Ry_ : array[1..100] of real
Rx_ : array[1..100] of real
sudut : array[1..100] of real
delta : array[1..100] of real
delta_mr : array[1..100] of real
delta_u : array[1..100] of real
delta_u_kontrol : array[1..100] of real
Lampiran 3 103
suku1_ : array[1..100] of real
suku2_1_ : array[1..100] of real
suku2_2_ : array[1..100] of real
R_ : array[1..100] of real
Sigma_Momen : real
Sigma_Gaya_Vertikal : real
Sigma_Gaya_Horisontal : real
Selisih_Gaya As : real
z : real
q : real
x1 : real
y1 : real
a : real
c : real
x2 : array [1..100] of real
y2 : array [1..100] of real
ALGORITMA
Input (N, w, kl, l, Fexx, b, arah beban, teliti)
z = Cos (degree)
a = Sin (degree)
pj_las_horizontal ← (kl) / (0.5 x N)
pj_las_vertikal ← (l) / (0.5 x N)
XIC ← 0.001
Do
YIC ← YIC + 0.01
x(1) ← (XIC + kl) - pj_las_horizontal / 2 for i ← 1 to N do
x(i + 1) ← x(i) - pj_las_horizontal
if x(i + 1) < XIC then
x(i + 1) ← XIC
endif
endfor
Lampiran 3 104
for i ← 1 to N do
if x(i + 1) > XIC then
y(i + 1) ← Y(i)
elseif (X(i - 1) > (XIC +
pj_las_horizontal / 2)) then
y(i + 1) ← y(i) - pj_las_vertikal / 2
else
y(i + 1) ← y(i) - pj_las_vertikal
endif
endfor
for i ← 1 to N do
R(i) ← Sqr(x(i) * x(i) + y(i) * y(i))
if x(i) > XIC then
sudut(i) ← Abs(180 / phi * Atn(x(i) / y(i)))
else
sudut(i) ← Abs(180 / phi * Atn(y(i) / x(i)))
endif
endfor
for i ← 1 to N do
delta_m(i) ← 0.209 * (2 + sudut(i)) ^ (-0.32) * w
delta_mr(i) ← delta_m(i) / R(i)
delta_u(i) ← 1.087 * (6 + sudut(i)) ^ (-0.65) * w
kontrol ← 0.17 * w
if delta_u(i) > kontrol then
delta_u_kontrol(i) ← kontrol
else
delta_u_kontrol(i) ← delta_u(i)
endif
endfor
for i ← 1 to N do
delta(i) ← R(i) * delta_u_kontrol(N) / R(N)
delta_p(i) ← delta(i) / delta_m(i)
suku1_(i) ← 1 + 0.5 * (Sin(phi / 180 * sudut(i))) ^
Lampiran 3 105
suku2_1_(i) ← Abs(delta_p(i) * (1.9 - 0.9 *
delta_p(i)))
suku2_2_(i) ← suku2_1_(i) ^ (0.3)
if x(i) > XIC then
R_(i) ← 0.6 * Fexx * suku1_(i) * suku2_2_(i) *
(0.707 * pj_las_horizontal * w)
Else
R_(i) ← 0.6 * Fexx * suku1_(i) * suku2_2_(i) *
(0.707 * pj_las_vertikal * w)
if X(i) > XIC then
Rx_(i) ← R_(i) * Cos(phi / 180 * sudut(i))
else
Rx_(i) ← R_(i) * Sin(phi / 180 * sudut(i))
if Y(i) < 0 then
Rx_(i) ← -1 * R_(i) * Sin(phi / 180 *
sudut(i))
endif
endif
endfor
Sigma_Gaya_Horisontal ← 0
for i ← 1 to N do
Sigma_Gaya_Horisontal ← Sigma_Gaya_Horisontal + Rx_(i)
endfor
Loop Until (Sigma_Gaya_Horisontal < 1 And Sigma_Gaya_Horisontal >
0)
XIC ← 0
Do
XIC ← XIC + teliti
q = (XIC + b + kl)
x1 = q * (1-z)
y1 = q * a
x(1) ← (XIC + kl) - pj_las / 2
Lampiran 3 106
x(i + 1) ← x(i) - pj_las_horizontal
if x(i + 1) < XIC then
x(i + 1) ← XIC
endif
endfor
y(1) ← l - YIC
for i ← 1 to N do
if x(i + 1) > XIC then
y(i + 1) ← y(i)
elseif (X(i - 1) > (XIC + pj_las_horizontal /
2)) then
y(i + 1) ← Y(i) - pj_las_vertikal / 2
else
y(i + 1) ← y(i) - pj_las_vertikal
endif
endfor
for i ← 1 to N do
c = q – X(i)-(q-X(i))*z
x2(i) = c + X(i) + Y(i)*a
y2(i) = Y(i)*z + (q-X(i))*a
endif
for i ← 1 to N do
R(i) ← Sqr((x2(i) – x1)^2 + (y2(i) – y1)^2)
if x(i) > XIC then
sudut(i) ← abs(180 / phi * Atn(x2(i) / y2(i)))
else
sudut(i) ← abs(180 / phi * Atn(y2(i) / x2(i)))
endif
endfor
for i ← 1 to N do
delta_m(i) ← 0.209 * (2 + sudut(i)) ^ (-0.32) * w
delta_mr(i) ← delta_m(i) / R(i)
delta_u(i) ← 1.087 * (6 + sudut(i)) ^ (-0.65) * w
kontrol ← 0.17 * w
Lampiran 3 107
if delta_u(i) > kontrol then
delta_u_kontrol(i) ← kontrol
else
delta_u_kontrol(i) ← delta_u(i)
endif
endfor
for i ← 1 to N do
delta(i) ← R(i) * delta_u_kontrol(N) / R(N)
delta_p(i) ← delta(i) / delta_m(i)
suku1_(i) ← 1 + 0.5 * (Sin(phi / 180 * sudut(i))) ^
(1.5)
suku2_1_(i) ← Abs(delta_p(i) * (1.9 - 0.9 *
delta_p(i)))
suku2_2_(i) ← suku2_1_(i) ^ (0.3)
if x(i) > XIC then
R_(i) ← 0.6 * Fexx * suku1_(i) * suku2_2_(i) *
(0.707 * pj_las_horizontal * w)
Else
R_(i) ← 0.6 * Fexx * suku1_(i) * suku2_2_(i) *
(0.707 * pj_las_vertikal * w)
Rd_(i) ← R_(i) * R(i)
if x(i) > XIC then
Ry_(i) ← R_(i) * Sin(phi / 180 * sudut(i))
else
Ry_(i) ← R_(i) * Cos(phi / 180 * sudut(i))
endif
endfor
Sigma_Momen ← 0
Sigma_Gaya_Vertikal ← 0
for i ← 1 to N do
Sigma_Momen ← Sigma_Momen + Rd_(i)
Sigma_Gaya_Vertikal ← Sigma_Gaya_Vertikal + Ry_(i)
endfor
Lampiran 3 108
Rn_2 ← Sigma_Momen / (XIC + kl + b)
Selisih_Gaya ← Rn_1 - Rn_2
Loop Until (Selisih_Gaya < 1 And Selisih_Gaya > 0)
{menampilkan nilai-nilai yang sudah diproses}
Output (Rn_1, XIC, YIC)
{menampilkan nilai-nilai yang sudah diproses dalam bentuk array}
for i ← 1 to N do
Output (i)
Output (X(i))
Output (Y(i))
Output (R(i))
Output (Sudut(i))
Output (delta_m(i))
Output (delta_mr(i))
Output (delta_u(i))
Output (delta(i))
Output (delta_p(i))
Output (R_(i))
Output (Rd_(i))
Output (Ry_(i))
Output (Rx_(i))
Lampiran 5 119
Tabel 8-37
Electrode Strength Coeffisients
Electrode
F
exx(ksi)
C
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan
Pada tahap awal perencanaan suatu struktur baja biasanya dengan
perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja
tersebut. Gaya-gaya dalam inilah yang selanjutnya akan dipergunakan untuk
mendapatkan dimensi profil baja yang akan digunakan dengan tegangan leleh
tertentu baik untuk kolom, balok, ataupun komponen struktur lainnya, kemudian
langkah selanjutnya dilakukan perancangan sambungan pada setiap titik
pertemuan antara kolom dengan balok, balok dengan balok ataupun kolom dengan
2
Gambar 1.1 Sambungan antara balok dengan balok memakai las yang memikul momen sebidang
Penyambungan struktur baja dapat dilakukan dengan pengelasan atau
menggunakan baut (baut berkekuatan tinggi maupun baut biasa). Pengelasan
struktur adalah proses penggabungan bagian–bagian logam dengan cara
pemanasan dan fusi, dengan penambahan logam cair pada bagian yang
disambung. Ada tiga jenis tipe las yang umum digunakan yaitu las sudut, las
tumpul, dan las slot. Elemen las sudut dapat memikul momen sebidang dan
momen tegak lurus terhadap bidang las. Momen sebidang ialah momen yang
bekerja sejajar dengan elemen las sudut. Momen sebidang yang memikul beban
eksentris dapat dihitung dengan dua metode, yaitu dengan metode elastis dan
metode kekuatan batas dengan menggunakan tabel 8 dari Manual of Steel
Contruction, AISC-LRFD (1994). Metode kekuatan batas dengan menggunakan
tabel 8 dari Manual of Steel Construction, AISC-LRFD (1994) mempunyai
kekurangan, di antaranya: 1) letak pusat sesaat tidak diketahui, 2) perhitungan
terbatas pada nilai koefisien C yang ada dalam tabel 8 dari Manual of Steel
Construction, AISC-LRFD (1994). Untuk nilai koefisien C di luar tabel tersebut,
kekuatan rencana las tidak dapat dihitung. Dengan mempertimbangkan hal inilah
dibutuhkan adanya suatu program yang dapat menentukan kekuatan rencana las
3
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah membuat program komputer untuk
menentukan kekuatan rencana dari konfigurasi las sudut
berbentuk C dan
berbentuk L yang memikul momen sebidang dengan metode kekuatan batas
menurut AISC – LRFD 1999.
1.3
Pembatasan masalah
Melihat begitu luasnya cakupan dari perancangan sambungan ini maka
dalam penulisan tugas akhir ini banyak dilakukan pembatasan-pembatasan
masalah. Pembatasan masalah yang diambil yaitu :
1
Sambungan yang didesain memikul momen sebidang seperti yang terlihat
[image:33.595.223.401.413.604.2]pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Sambungan breket memakai las yang memikul momen sebidang
2
Kegagalan diasumsikan terjadi pada bidang geser sepanjang leher las.
3
Sudut yang dibentuk oleh leher las terhadap kaki las diasumsikan sebesar
4
Gambar 1.3 Sudut yang dibentuk oleh leher las terhadap kaki las
4
Hasil kekuatan rencana las dari program komputer dibandingkan dengan
metode kekuatan batas menggunakan tabel 8 dari Manual of Steel
Construction, AISC-LRFD (1994) untuk las berbentuk C dan L.
5
Hasil kekuatan rencana las dari program komputer dibandingkan dengan
metode elastis untuk las berbentuk C dan L.
6
Studi Parameter untuk: 1) konfigurasi las sudut berbentuk C yang diberi
beban pada setiap jarak-jarak tertentu, seperti gambar 1.4, sehingga dapat
diketahui hubungan antara jarak beban dengan jarak pusat sesaat yang diukur
dari pusat berat elemen las, 2) konfigurasi las sudut C dengan bentuk yang
berbeda-beda dan diberi beban pada suatu jarak, seperti gambar 1.5, sehingga
didapat hubungan antara ukuran las sudut C dengan jarak pusat sesaat yang
5
Gambar 1.4 Las sudut C yang diberi beban pada jarak-jarak tertentu
[image:35.595.187.422.317.624.2]6
1.4
Sistimatika Pembahasan
Pada bab 1 akan dibahas pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
permasalahan, tujuan penulisan, pembatasan masalah yang memberikan
batasan-batasan di dalam penulisan tugas akhir ini, dan sistimatika pembahasan.
Pada bab 2 akan dibahas tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang alat
sambungan struktur, sambungan las, proses-proses pengelasan, jenis-jenis las,
ukuran las maksimum dan minimum serta panjang las menurut AISC-LRFD
1999.
Pada bab 3 akan dibahas algoritma program, organisasi program yang
dibuat, dan bagaimana mengoperasikan progam tersebut (
User Guide
) dan
keterangan program yang dibuat.
Pada bab 4 ini akan dilakukan verifikasi program. Pertama-tama akan
diberikan satu kasus dan dikerjakan oleh program komputer tersebut, kemudian
dilakukan verifikasi program berdasarkan metode kekuatan batas dengan
menggunakan tabel 8 dari Manual of Steel Construction, AISC-LRFD (1994) dan
metode elastis.
Pada bab 5 ditarik kesimpulan dengan melihat analisa terhadap hitungan
yang diselesaikan menggunakan program komputer dengan metode kekuatan
batas menggunakan tabel 8 dari Manual of Steel Construction, AISC-LRFD
(1994) dan metode elastis kemudian dibuat saran-saran yang diperlukan untuk
91
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
1.
Berdasarkan analisis terhadap penampang las sudut C dan las sudut L
dengan menggunakan program dan dengan hitungan manual
menggunakan tabel 8 dari Manual of Steel Construction, AISC-LRFD
(1994) diperoleh hasil kekuatan rencana untuk las sudut C sebesar
347.5927 kips dengan menggunakan program dan 347.7468 kips dengan
hitungan manual atau mempunyai % beda = 0.0443 % dan kekuatan
rencana untuk las sudut L dengan menggunakan program sebesar
261.0734 kips dan dengan hitungan manual 261.672 kips atau
92
2.
Hasil kekuatan rencana las pada las sudut C dengan menggunakan
metode elastis lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode
kekuatan batas, yaitu = 66.4152 kips untuk kekuatan las menggunakan
metode elastis dan 119.7767kips dengan metode kekuatan batas atau
mempunyai % beda sebesar 44.55 %.
3.
Pada studi parameter diperoleh grafik hubungan antara letak beban
dengan letak pusat sesaat, dimana untuk jarak beban yang semakin
menjauh dari titik berat las, yaitu 1.1923 inchi, 1.6923 inchi, 2.6923
inchi, 3.6923 inchi... dst, akan diperoleh jarak pusat sesaat yang semakin
mendekati titik berat las, yaitu 28.35 inchi, 9.36 inchi , 3.42 inchi, 1.84
inchi, ...dst. Disamping itu, kekuatan rencana lasnya semakin kecil, yaitu
112 kips, 109.708 kips, 96.3144 kips, 80.3953 kips, 67.0708 kips, ... dst.
4.
Untuk studi parameter antara bentuk las sudut C dengan letak pusat
sesaat, dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran las sudut C yang semakin
besar akan menyebabkan letak pusat sesaat yang semakin jauh dari titik
pusat berat las, demikian juga sebaliknya. Disamping itu kekuatan
rencana lasnya semakin besar, yaitu 25.26 kips, 36.38 kips, 48.29 kips,
61.21 kips, 75.59 kips, ...dst.
5.2.
Saran
1.
Disarankan untuk membuat program yang dapat menganalisis las sudut
dengan jumlah segmen yang besar (pada program ini maksimal jumlah
93
2.
Disarankan dalam membuat las sudut di lapangan maupun secara
fabrikasi, dimana besarnya sudut yang dibentuk oleh kaki las
membentuk sudut sebesar 45
oagar perhitungan analisis dengan
menggunakan komputer dapat dilakukan.
3.
Untuk mengembangkan tampilan gambar, disarankan untuk memakai
sofware
komputer yang bisa menggambar dengan lebih teliti dan lebih
baik misalnya dengan memakai
software
yang dapat menterjemahkan
perintah-perintah gambar ke dalam program
Autocad
. Selain itu, gambar
penampang las sudut yang terdapat dalam program sebaiknya
94
DAFTAR PUSTAKA
1.
AISC, (1994),
Manual of Steel Construction, Load and Resistance Factor
Design,
2
ndEdition, Volume 1 & 2, American Institute of Steel
Construction, Chicago
2.
AISC,(1999),
Load and Resistance Faktor Design Spesification for
Structural Steel Buildings,
American Institute of Steel Construction,
Chicago
3.
Dewobroto, W., (2002),
Aplikasi Sain dan Teknik dengan Visual Basic
6.0,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta
4.
Johnson, J. E. & Salmon, C. G., (1996),
Steel Structure,
4
thEdition,
Harper Collins College Publishers, New York
5.
Petroutsos, E., (1998),
Mastering Visual Basic 6.0 ,
Sybex, 1151 Mariana
Village Parkway, Alameda