• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PENGUNGKAPAN DIRI SKRIPSI. Oleh : TARI SEPTHIA BAFITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PENGUNGKAPAN DIRI SKRIPSI. Oleh : TARI SEPTHIA BAFITA"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN

PENGUNGKAPAN DIRI

(Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada

Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

TARI SEPTHIA BAFITA

050904041

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

Skripsi ini mengambil judul “Hubungan Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos”. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini bagaimana komunikasi antarpribadi yang mereka lakukan membuka peluang terjadinya pengungkapan diri yang disebabkan karena mereka merasa saling membutuhkan pengertian antara satu dengan yang lain dan meningkatkan kualitas suatu hubungan diantara yang secara tidak langsung berkaitan juga dengan prestasi belajar mereka sebagai mahasiswa yang tinggal terpisah dari keluarga dan tanpa pengawasan dari orang tua.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu memusatkan diri secara intensif terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajari sebagai suatu kasus. Penelitian ini menggunakan metode analisa kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan data-data nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum. Objek penelitian adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang tinggal di sebuah rumah kos di Jl. Dr A. Sofian No 10 Padang Bulan Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri serta terlihat kaitannya dengan prestasi belajar mereka sebagai mahasiswa yang tinggal di sebuah rumah kos. Butuh penyesuaian dalam berinteraksi dengan orang-orang yang baru di kenal dan tinggal bersama dengan mereka untuk waktu yang cukup lama. Jika mereka bisa melakukan komunikasi antarpribadi yang efektif maka akan terbuka peluang terjadi pengungkapan diri. Pengungkapan diri memberikan banyak manfaat, diantaranya memberi kita kesempatan untuk berbagi cerita tentang diri dan masalah yang sedang dihadapi. Bagi mahasiswa masalah yang rentan dihadapi adalah terganggunya konsentrasi belajar ketika mereka sedang menghadapi suatu persoalan. Mereka yang tinggal di sebuah rumah kos tentu akan memberi peluang komunikasi yang lebih efektif disebabkan oleh pertemuan dan komunikasi yang

intens. Dengan begitu mereka bisa berbagi dengan teman-teman yang lain melalui pengungkapan diri sehingga masalah terganggunya konsentrasi belajar yang akan berdampak pada prestasi belajar dapat teratasi.

(3)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos” ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja, melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga dari data-data yang didapatkan melalui hasil riset dari perpustakaan, internet dan buku- buku literatur lainnya.

Kemudian dalam skripsi ini penulis menjumpai banyak hambatan ataupun halangan baik dalam mencari data ataupun dalam penyelesaian penulisannya. Disamping itu, juga banyak mendapat saran, bimbingan dan pengarahan baik yang bersifat moril maupun materil, serta dorongan dan semangat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat. Secara khusus, terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, ayahanda Ir. Irbafitri, ibunda Dra. Irnatati serta adinda Tami Savitri Bafita dan Amalia Sharfina Bafita yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil yang tak terhingga nilainya, sehingga penulis dapat menjalani dan menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.

(4)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Dengan segala kerendahan hati, tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. ARIF NASUTION, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Drs. AMIR PURBA, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

komunikasi serta Ibu Dra. DEWI KURNIATI, MSi selaku Sekretaris Departemen atas segala bantuan serta dukungannya yang sangat berguna dan bermanfaat bagi penulis.

3. Bapak Dr. ISKANDAR ZULKARNAIN, MSi selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberi masukan, arahan dan bimbingan dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Ibu Dra. RUSNI, MA selaku Dosen Wali selama mengikuti perkuliahan dari awal hingga akhir perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari semester awal hingga penulis menyelesaikan perkuliahan dikampus.

6. Sahabat-sahabatku, Nanda, Widya,Yori, Edi dan yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas segala perhatian dan dorongan yang kalian berikan selama ini.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan begitu banyak

(5)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

kekurangannya. Untuk itu, sangat mengharapkan saran dan kritikannya yang membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Medan, Maret 2009 Penulis

(6)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR ... ...i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Pembatasan masalah ... 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Kerangka Teori ... 10

1.6 Kerangk Konsep ... 15

1.7 Alur Pikir Penelitian ... 16

1.8 Operasional Variabel ... 18

1.9 Defenisi Variabel... 19

1.10 Sistematika Penulisan ... 21

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ...22

Faktor Penumbuh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ...24

2.1.1 Faktor Penunjang Efektifitas Komunikasi Anntarpribadi ...26

2.1.2 Karakteristik Efektifitas Komunikasi Antarpribadi ...28

2.1.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ...32

(7)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

2.2.1 Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Pengungkapan Diri ...37

2.2.2 Asumsi-Asumsi Pengungkapan Diri ...38

2.2.3 Tingkatan dalam Pengungkapan Diri ...43

2.2.4 Fungsi Pengungkapan Diri ...45

2.2.5 Manfaat Pengungakapn Diri ...46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...49

3.2 Lokasi Penelitian ...49

3.2 Subjek Penelitian ...50

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...50

3.5 Acuan Pertanyaan Wawancara ...52

3.6 Teknik Analisis Data ...53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...54

4.2 Hasil Pengamatan dan Wawancara dengan Responden ...56

4.3 ... Pembahasan ... 90 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...98 5.2 Saran ...99 Daftar Pustaka ... 101 LAMPIRAN

(8)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia secara alami selalu membutuhkan komunikasi dengan makhluk sosial lain, manusia secara alami mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia lain. Disamping itu, manusia juga mempunyai doronngan-dorongan lain seperti dorongan untuk mengetahui segala sesuatu, dorongan untuk mengaktualisasi diri dan lain sebagainya. Dorongan tersebut akan dipenuhi dengan mengadakan komunikasi dengan sesamanya. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, maupun pemikiran, pengetahuan, konsep, dan lain-lain, kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun penerima pesan komunikasi. Dengan komunikasi juga dapat berkembang dan melangsungkan kehidupan masyarakat.

Komunikasi yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari terjadi dalam beberapa bentuk, seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Semua itu juga terkait dan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan dan lainnya. Komunikasi sangat berarti di dalam berbagai kegiatan manusia, dan memberikan manfaat di dalam kelangsungan hidup dan aktifitas manusia, yang sekaligus merupakan bagian dari

(9)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

kehidupan manusia terutama di dalam melakukan interaksi dan berhubungan dengan manusia lainnya.

Setiap hari manusia selalu melakukan proses komunikasi dalam setiap aktifitas yang dilakukannya, menampilkan perilaku dengan mengirimkan pesan-pesan verbal maupun non verbal. Hogg dan Vaugan (2002) mendefinisikan komunikasi sebagai proses memindahkan informasi yang memiliki arti dari satu orang kepada orang lainnya. Dalam komunikasi tanda-tanda verbal ditujukan dengan menyebutkan kata-kata sedangkan komunikasi non verbal terlihat tampilan wajah dan gerakan tangan. Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan sebagainya. Semuanya ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan, frekuensi bertemu, jenis relasi, mutu dari interaksi-interaksi antara mereka juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan diantara satu sama lainnya yang saling mempengaruhi (Alo Liliweri, 1991: 11). Salah satu komunikasi yang paling sering kita lakukan adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh-mempengaruhi antara kedua pihak, dan lebih merupakan proses yang terus berlangsung daripada merupakan peristiwa yang statis. Setiap tindakan komunikasi termasuk komunikasi antarpribadi selalu ditandai umpan balik. Kita berbicara dengan orang lain. Kita selalu mengharapkan adanya jawaban dari orang itu, menggambarkan bahwa ia bisa mengetahui pikiran, perasaan dan bisa melaksanakan apa yang dimaksudkan.

Hubungan antarpribadi memainkan peranan penting dalam membentuk kehidupan kita. Kita tergantung kepada orang lain dalam perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra

(10)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

diri kita dan membantu kita mengenali harapan-harapan orang lain. Perasaan mengacu pada hubungan, yang secara emosional intensif. Sementara ketergantungan mengacu pada instrument perilaku antarpribadi, seperti membutuhkan bantuan, membutuhkan persetujuan, dan mencari kedekatan. Lebih lanjut selain kebutuhan berteman orang juga saling membutuhkan untuk kepentingan mempertahankan hidup. Kompleksitas kehidupan masa kini semakin membuat kita saling tergantung satu dengan yang lainnya, dibanding masa-masa sebelumnya. Hasilnya adalah kita saling perlu untuk saling berbagi dan bekerjasama.

Mahasiswa baru datang dari berbagai daerah asal kemudian bertemu di sebuah rumah kos. Disanalah mereka mulai beradaptasi dengan teman-teman dan lingkungan baru. Menjadi anak kos bukanlah hal mudah. Butuh kemampuan dan kesediaan diri untuk melebur dan menyatu dengan yang lain agar bisa mencapai suatu hubungan yang harmonis. Setiap kita, datang dengan membawa atribut masing-masing, seperti budaya dan kebiasaan hidup. Untuk menyatukan semua itu dibutuhkan kesiapan dan kesediaan setiap kita untuk memulai hidup baru sebagai mahasiswa yang tinggal di rumah kos. Apalagi bagi mereka yang tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah sendiri. Sebelumnya, sampai ketika masih duduk di bangku SMA biasanya mereka masih tinggal serumah dengan orang tua. Jadi masih semua pekerjaan yang dilakukan masih di bawah kontrol orang tua. Ketika telah menjadi anak kos, itu semua harus dilakukan sendiri. Mereka dituntut untuk bisa mandiri. Ada yang berhasil menjadi mandiri dan tidak begitu kesulitan memulai hidup baru sebagai anak kos, ada juga yang canggung dan merasa tertekan karena tidak sanggup melakukannya. Kebiasaan dikos, biasanya

(11)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

dipengaruhi juga oleh kebiasaan yang dibawa dari rumah. Ada seseorang yang menjadi mandiri setelah tinggal di kos ada juga anak manja yang canggung dan kerepotan mengurus diri sendiri. Ada orang yang bisa dengan mudahnya menyesuaikan diri ada juga orang yang butuh waktu beberapa lama terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang cenderung terbuka akan lebih mudah menyesuaikan diri dan dekat dengan orang lain, sekalipun orang yang baru dikenal, dengan begitu mereka bisa mempunyai banyak sahabat. Berhasil atau tidaknya menjadi mandiri berkaitan juga dengan bagaimana interaksi mereka dengan teman-teman di kos. Maksudnya, jika mereka bisa berinteraksi dengan baik maka mereka tidak akan merasa sendiri. Mereka akan merasa bahwa yang lain pun mengalami hal yang sama dengannya jadi jika mereka bisa mengapa dia tidak.

Biasanya ada diantara mereka yang mengalami kesulitan ketika memulai interaksi dengan orang-orang dan lingkungan baru. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor personal dan situasional. Faktor personal seperti kepribadian orang tersebut, apakah mereka tipe orang yang terbuka atau tertutup. Bagi mereka yang tertutup akan cenderung sulit untuk menyesuaikan diri, sehingga mereka tidak akan mempunyai banyak teman. Tergantung pribadi masing-masing. Faktor situasional misalnya, kendala dalam penyesuaian budaya diantaranya masalah bahasa. Persoalan budaya akan menjadi masalah ketika dua atau beberapa orang melakukan komunikasi tetapi antara si komunikator dan komunikan memiliki makna yang berbeda terhadap suatu pesan yang disampaikan. Kendala ini akan berpengaruh dalam penyesuaian diri yang dilakukan seseorang. Apalagi bila dikaitkan dengan faktor personalnya sendiri.

(12)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Apabila mereka dapat mengatasi kendala tersebut, baik itu faktor personal atau pun faktor situasionalnya, maka biasanya mereka akan mudah dalam melakukan dan melanjutkan interaksi diantara mereka. Bila pada awalnya masih terkesan kaku dan canggung maka lama kelamaan semua akan berjalan normal. Kendala tersebut bisa diatasi dengan membina hubungan yang baik diantara mereka. Hubungan itu barulah akan tercipta melalui komunikasi yanng baik. Bagaimana mungkin suatu hubungan akan terjalin tanpa adanya komunikasi yang mendasarinya. Komunikasi yang paling efektif bagi mereka yang tinggal bersama di sebuah rumah tentu saja adalah komunikasi antarpribadi, dimana dua orang atau sekelompok kecil orang saling bertatap muka, melakukan proses penyampaian dan penerimaan pesan dengan umpan balik yang seketika.

Ketika komunikasi antarpribadi yang terjadi telah berlangsung efektif maka akan terbuka kemungkinan adanya pengungkapan diri. Kesediaan untuk membuka diri (self disclosure) setidaknya akan meringankan ketegangan-ketegangan yang dialami ketika mulai memasuki lingkungan baru. Dimana mereka mulai membuka diri dan berinteraksi dengan orang-orang baru, dalam hal ini teman-teman di kos dan teman kuliah. Pengungkapan diri atau “self disclosure” dapat diartikan sebagai pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan tersebut dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan lain sebagainya. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang

(13)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.

Pengungkapan diri berkaitan erat dengan komunikasi antarpribadi yang efektif. Jika komunikasi antarprbadi yang dilakukan seseorang sudah bisa dikatakan efektif maka biasanya pengungkapan diri seseorang pun akan berlangsung dengan baik. Karena orang akan cenderung bersedia melakukan pengungkapan diri apabila ia telah mempunyai hubungan antarpribadi dengan seseorang yang lain. Hubungan antarpribadi itu akan tercipta melalui komunikasi antarpribadi yang efektif. Pengungkapan diri sangat penting dilakukan agar orang dapat mengerti kita, setiap kita tentu mempunyai keinginan untuk dimengerti oleh orang lain. Agar orang lain bisa mengerti kita maka orang harus mengetahui bagaimana kita. Untuk itu seseorang perlu melakukan pengungkapan diri. Pengungkapan diri memberikan banyak pengaruh positif bagi yang melakukannya. Dengan pengungkapan diri orang lain akan dapat mengerti kita dan bisa kita jadikan tempat berbagi. Karena pada dasarnya setiap manusia membutuhkan manusia yang lain dalam hidupnya. Tidak orang yang dapat hidup sendiri tanpa orang lain lagi.

Komunikasi antarpribadi dan kesediaan membuka diri (self disclosure)

bukan hanya digunakan untuk memulai suatu hubungan baru dengan orang lain tetap juga untuk mempertahankan hubungan baik yang telah terjadi serta mengatasi dan menyelasaikan konflik yang dapat mengancam harmonisasi hubungan tersebut, karena bagaimana pun juga adakalanya perbedaan diantara mereka menimbulkan kesalahpahaman yang bisa saja menyebabkan ketegangan dan menimbulkan konflik. Beberapa orang yang tinggal pada satu tempat yang

(14)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

sama (di sebuah rumah kos) yang melakukan hubungan yang intens yaitu dalam setiap aktifitas sehari-hari akan menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan untuk orang-orang lain disekitarnya.

Ketegangan atau konflik yang terjadi di rumah kos secara langsung atau pun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka di kampus. Bagaimana tidak, jika mereka ketidaknyamanan di rumah kos tentu mereka akan menggangu belajar mereka. Bila mereka tidak bisa menyelesaikan ketegangan tersebut terkadang akan mempengaruhi proses belajar mereka, karena konsentrasi belajar akan tersita pada masalah itu. Padahal belajar di kampus sudah menyita waktu dan tenaga, pulang kerumah seharusnya menjadi tempat untuk melepaskan semua ketegangan tersebut. Sementara jika di rumah kos juga terjadi konflik tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. Hal ini tentu saja tidak boleh terjadi karena tujuan tugas utama sebagai mahasiswa adalah belajar dengan baik dan menyelesaikan kuliah dengan baik dan secepatnya.

Mengatasi konflik atau ketegangan yang terjadi tersebut bisa dilakukan dengan saling berkomunikasi. Kedua pihak yang saling bertikai saling mengkomunikasikan perasaan mereka. Disinilah ditemukan bahwa pengungkapan diri sangat penting, jika kita ingin dimengerti oleh orang lain tentu sebelumnya orang lain juga harus tahu bagaimana kita. Jika komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri telah berjalan baik akan dapat meminimalisir konflik sehingga tidak akan mengganggu kepada prestasi belajar mereka. Apalagi mengingat mereka jauh dari keluarga dan pengawasan orang tua, jadi komunikasi antarpribadi yang efektif yang kemudian menghadirkan pengungkapan diri

(15)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

membuat mereka bisa saling mengingatkan satu sama lain agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang akan mengganggu prestasi belajarnya.

Peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tentang komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri dalam kaitannya dengan prestasi belajar mahasiswa yang tinggal di sebuah rumah, berdasarkan dari hal-hal yang telah diuraikan. Peneliti memilih mahasiswa sebagai objek penelitian karena mahasiswa dirasa memiliki rasa keingintahuan dan kepekaan yang lebih tinggi terhadap suatu gejala atau fenomena yang terjadi dalam lingkungan sosial.

Dalam hal ini peneliti memilih kos yang beralamat di Jln DR. A Sofian No 10 Padang Bulan Medan dengan alasan bahwa peneliti memiliki akses yang mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian karena peneliti sering menghabiskan waktu di tempat tersebut dan karena penelitian bersifat studi kasus yang menyebabkan peneliti harus mengamati langsung objek yang diteliti dan melakukan wawancara mendalam dengan objek penelitian. Selain itu peneliti merasa bahwa responden yang kos disana menarik untuk diteleliti mengingat banyak dari mereka datang dari daerah yang berbeda-beda dan sebelumnya tidak saling mengenal satu dengan yang lainnya. Hasil observasi dan wawancara dengan responden yang didapat selama peneliti melakukan penelitian akan dituangkan dalam bab pembahasan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan antara Efektifitas Komunikasi

(16)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam kaitannya dengan prestasi belajar pada mahasiswa yang tinggal di sebuah rumah kos?”

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini hanya melingkupi masalah komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri (self disclosure).

b. Penelitian ini ingin melihat bagaimana efektifitas komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri dalam kaitannya dengan prestasi belajar mahasiswa yang tinggal di sebuah rumah kos.

c. Penelitian ini tidak membahas lebih lanjut mengenai prestasi belajar. Prestasi belajar dipandang sebagai lanjutan dari hubungan antara efektifitas komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri.

d. Respondennya terbatas pada mahasiswa yang kuliah di Universitas Sumatera Utara yang kos di Jl Dr. A. Sofian No 10 Kampus USU Padang Bulan Medan

e. Penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu kasus yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam atau indepth interview

(17)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

a) Untuk mengetahui bagaimana komunikasi antarpribadi dan

pengungkapan diri yang dilakukan oleh mahasiswa ketika mulai memasuki lingkungan yang baru dan tinggal di sebuah rumah kos.

b)Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara efektifitas komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri dalam kaitannya dengan prestasi belajar mahasiwa yang tinggal di sebuah rumah kos.

Manfaat Penelitian

a) Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya sumber bacaan di lingkungan Fisip USU, khususnya Ilmu Komunikasi Fisip USU.

b) Secara praktis, nantinya hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak yang berkepentingan

c) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai tentang hubungan antara efektifitas komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri dalam kaitannya dengan prestasi belajar mahasiswa yang tinggal di sebuah rumah kos.

1.5 Kerangka teori

Dalam suatu penelitian diperlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun

(18)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,1995:40)

1. Efektifitas Komunikasi antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung (Devito, 1976). Reardon (1987) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai sedikitnya enam ciri, yaitu (1) dilaksanakan karena adanya faktor pendorong (2) berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak sengaja (3) kerapkali berbalas-balasan (4) adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antar pribadi (5) suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterpengaruhan (6) menggunakan pelbagai lambang-lambang yang bermakna.

Efektifitas atau keampuhan komunikasi antarpribadi terletak pada tatap muka (face to face), sehingga antara komunikator dan komunikan terjadi hubungan langsung secara dialogis atau percakapan dan berlangsung dua arah. Adanya komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-orang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi serta menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi lebih menonjolkan keterbukaan pihak-pihak yang sedang melakukan komunikasi. Suatu komunikasi bisa dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan maksud si pembicara. Dalam komunikasi antarpribadi, apabila tujuan komunikator untuk mengubah sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikan dapat tercapai, maka komunikasi antarpribadi tersebut dikatakan efektif.

(19)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Menurut Onong U. Efendi faktor-faktor penunjang komunikasi efektif diantaranya faktor yang berasal dari komunikan, apabila komunikannya memang mendukung, maka tinggal bagaimana komunikatornya melakukan langkah selanjutnya untuk mewujudkan komunikasi yang efektif. Faktor lainnya terdapat pada komunikator. Dalam hal ini, kepercayaan kepada komunikator (source

credibility) dan daya tarik komunikator (source attractivness) sangat

mempengaruhi efektifitas komunikasi. Kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidak dapat dipercayanya. Kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Selain dari itu seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika komunikator disenangi atau dikagumi atau dianggap mempunyai persamaan dengan komunikan maka komunikan akan bersedia untuk tunduk kepada pesan yang disampaikan komunikator.

Menurut DeVito, efektifitas komunikasi antarpribadi dalam bukunya The Interpersonal Communication Book, dilihat dari dua perspektif, yaitu: perspektif humanistik dan perspektif pragmatis. Persperktif humanistik meliputi beberapa hal berikut: keterbukaan (openness), perilaku suportif (supportivenness), perilaku positif (positivenness), empati (emphaty), kesetaraan (equality). Sedangkan perspektif pragmatis meliputi : bersikap yakin (confidenness), kebersamaan

(immediacy), manajemen informasi, perilaku ekspresif (expresivenness), orientasi pada orang lain (other orientation).

(20)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi yang diuraikan di atas dapat dilihat dari dua perspektif, yakni: Pertama, tujuan dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dapat dikatakan, kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi untuk memperoleh kesenangan, membantu orang lain, mengubah sikap dan perilaku seseorang. Kedua, tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi antarpribadi. Dapat dikatakan, kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih bermakna, dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi. Dengan demikian, komunikasi antarpribadi biasanya dimotivasi oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai hasil atau efek.

2. Teori Sefl disclosure

Pembukaan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 1995:4).

Self-disclosure mengacu pada mengkomunikasikan informasi kita tentang diri kita kepada orang lain (Devito, 1999).

Dalam istilah di Indonesia, self-disclosure juga disebut sebagai membuka diri atau penyingkapan diri. Penyingkapan diri adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri. Banyak hal yang dapat diungkapkan tentang diri kita melalui ekspresi wajah, sikap tubuh, pakaian, nada suara, dan melalui isyarat-isyarat non verbal lainnya yang tidak terhitung jumlahnya, meskipun banyak di antara

(21)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

perilaku tersebut tidak disengaja, namun penyingkapan diri yang sesungguhnya adalah perilaku yang disengaja. Penyingkapan diri tidak hanya merupakan bagian integral dari komunikasi dua orang; penyingkapan diri lebih sering muncul dalam konteks hubungan dua orang dari pada dalam konteks jenis komunikasi lainnya (Tubbs & Moss, 1996)

Pengungkapan diri sangat penting bagi perkembangan individu, namun sebagian orang masih enggan untuk melakukannya. Pada dasarnya keengganan atau kesulitan individu dalam mengungkapkan diri banyak dilandasi oleh faktor risiko yang akan diterimanya di kemudian hari, di samping karena belum adanya rasa aman dan kepercayaan pada diri sendiri. Risiko yang dimaksud dapat berupa bocornya informasi yang telah diberikan pada seseorang kepada pihak ketiga padahal informasi tersebut dianggap sangat pribadi oleh si pemberi informasi, atau bisa juga informasi yang disampaikan justru menyinggung perasaan orang lain sehingga dapat mengganggu hubungan interpersonal yang sebelumnya sudah terjalin dengan baik. Selain itu pengungkapan diri pada orang atau kondisi yang tidak tepat justru akan menjadi bumerang bagi si pemberi informasi. Selain faktor risiko, faktor pola asuh juga berperan penting. Dalam keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung semangat keterbukaan dan kebiasaan berbagi informasi maka individu akan sulit untuk bisa mengungkapkan diri secara tepat. Itulah sebabnya mengapa sebagian orang amat sulit berbagi informasi dengan orang lain, sekali pun informasi tersebut sangat positif bagi dirinya dan orang lain.

Self-disclosure yang pertama kali dikembangkan oleh Joseph Luth dan

(22)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

1. Dalam suatu organisasi (lingkungan masyarakat atau komunitas) apabila antar anggota saling mengenal maka komunikasi dalam lingkungan tersebut semakin efektif.

2. Semakin seseorang terbuka dan semakin jujur dalam berinteraksi dengan orang lain maka semakin bagus kualitas hubungan orang tersebut.

3. Dalam konteks mengkomunikasikan diri pribadinya, pada setiap orang terdapat 4 area, yakni area terbuka, area tersembunyi, area buta, dan area tidak dikenal.

4. Kualitas personal seseorang akan semakin bagus apabila ia semakin membuka diri. Hal ini bisa dicapai dengan cara mendapatkan umpan balik (feedback) dari orang lain.

5. Jika seseorang mengemukakan sesuatu yang selama ini tidak diketahui oleh orang lain, area tersembunyi teredusir. Demikian pula jika orang lain mengemukakan sesuatu yang selama ini tidak diketahui oleh seseorang, akan mempersempit area buta. Jika area tersembunyi dan area buta sedikit demi sedikit terbuka, area terbuka akan semakin lebar. Hal ini kemungkinan akan membuka pula area yang tidak pernah dikenal atau diketahui.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi,1995:43)

(23)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Adapun variabel-variabel yang dapat dilihat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Variabel Efektifitas Komunikasi antarpribadi

Efektifitas komunikasi antarpribadi menurut DeVito tergantung pada hal-hal berikut; keterbukaan (openness), perilaku positif

(positivenness), perilaku suportif (supportivenness), empati

(empathy)dan juga kesamaan (equality).

• Variabel Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri merupakan proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Dayakisni, 2000:87). De Vito mengemukakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengungkapan diri, yaitu : motivasi melakukan pengungkapan diri, kesesuaian dalam pengungkapan diri dan timbal balik orang lain.

1.7 Alur Pikiran penelitian 6.

Siswa-siswi SMU yang baru menyelesaikan pendidikannya ingin melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi yang mereka inginkan. Mereka

Prestasi belajar Self Disclosure KAP Rumah kos Mahasiswa

(24)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

menuju tempat bertemunya suatu komunitas baru di kota yang dalam penelitian ini adalah kota Medan yaitu sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan. Mereka memasuki kebudayaan baru yaitu kehidupan kota yang berbeda dan teman-teman baru dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda pula. Mereka yang datang dari luar daerah dan jauh dari keluarga biasanya memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kos. Mereka kemudian bertemu dengan orang-orang baru. Hidup bersama disebuah rumah sebagai anak kos membuat mereka harus bisa berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Interaksi yang dilakukan terutama dalam bentuk komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi yang berlangsung baik dan efektif akan menimbulkan kesediaan dan kebutuhan untuk membuka diri antara satu dengan yang lain. Mengingat setiap orang membutuhkan orang lain baik itu dalam keadaan senang atau pun sedih. Bagi mereka yang bisa berkomunikasi dengan baik dengan yang lainnya maka kesediaan pengungkapan diri akan semakin besar dan mendalam. Bila itu telah terjadi maka hubungan akrab diantara mereka akan tercipta. Mereka akan menjadi suatu keluarga yang baru dan rumah kos akan menjadi rumah kedua bagi mereka. Oleh karena itulah dikatakan efektifitas komunikasi antarpribadi berperan dalam kesediaan pengungkapan diri seseorang. Ketika komunikasi antarpribadi dan pengungkapan diri telah berlangsung baik maka secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap prestasi belajar mereka karena komunikasi antarpribadi yang efektif dan pengungkapan diri yang baik diantara mereka akan menciptakan suasana yang nyaman sehingga mereka pun dapat belajar dengan tenang di rumah kos sebagai rumah kedua mereka. Ketika mereka telah merasa nyaman tinggal di rumah kedua mereka maka akan

(25)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

berdampak bagi prestasi belajar mereka. Dengan kenyamanan tersebut mereka juga bisa nyaman belajar dengan tenang dan bisa mencapai prestasi yang baik. Selain dari itu komunikasi antarpribadi yang efektif dan pengungkapan diri juga akan membuat mereka bisa saling mengingatkan satu sama lain, mengingat mereka jauh dari keluarga dan pengawasan orang tua agar tidak terjerumus pada hal-hal negatif yang dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar.

1.8Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dilihat operasional variabel yang berfungsi untuk kesesuaian dan kesamaan dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

Variabel teoritis Variabel Operasional

Variabel Efektifitas Komunikasi antarpribadi, perspektif humanistik

a. Keterbukaan (openness)

b. Perilaku positif (positivness) c. Empati (empathy)

d. Suportif (supportivenness)

e. Kesetaraan (equality)

(Joseph DeVito, dalam the interpersonal communication book)

Variabel Pengungkapan Diri a. Motivasi melakukan

pengungkapan diri.

b. Kesesuaian dalam

(26)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

c. Timbal balik orang lain (DeVito, 1992)

1.9Defenisi Variabel

Menurut Singarimbun (1995:46), defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari penelitian ini adalah:

1. Variabel Efektivitas komunikasi antar pribadi dari segi perspektif

humanistik menurut Joseph De Vito dalam The Interpersonal

Communication Book

a) Keterbukaan (openness)

Sikap terbuka pada orang-orang yang berkomunikasi dengan kita dan kemauan memberikan tanggapan kepada orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya, begitu juga sebaliknya.

b) Sikap positif (positivenness)

Komunikasi antarpribadi akan berkembang apabila ada pandangan positif terhadap diri sendiri dan orang lain dalam berbagai situasi komunikasi.

(27)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Memiliki sikap berpikir terbuka, dan memiliki kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda serta bersedia menerima pendapat orang lain apabila terbukti pendapatnya ternyata keliru atau salah dengan berjiwa besar.

d) Empati (emphaty)

Kemempuan seseorang untuk menempatkan dirinya sendiri pada peranan atau posisi orang lain.

e) Kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi harus ada kesetaraan dalam pengiriman dan penerimaan pesan.

2. Variabel pengungkapan diri, oleh Joseph De Vito (1992) a) Motivasi melakukan pengungkapan diri

Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap suatu hubungan dengan orang lain dan diri sendiri. Sebab pengungkapan diri tidak hanya bersangkutan dengan diri kita saja tetapi juga dengan orang lain. Kadang-kadang keterbukaan yang kita lakukan dapat melukai perasaan orang lain.

b) Kesesuaian dalam pengungkapan diri

Dalam melakukan pengungkapan diri harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Pengungkapan dilakukan pada waktu yang tepat. Misalnya bila kita ingin mengungkapkan sesuatu kepada orang lain maka kita harus melihat apakah waktu dan tempatnya sudah tepat.

(28)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

c) Timbal balik orang lain

Berikan lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan dirinya sendiri juga. Jika lawan bicara kita tidak melakukan pengungkapan diri juga, maka ada kemungkinan bahwa orang tersebut tidak menyukai pengungkapan diri yang kita lakukan

1.10 Sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, alur pikiran peneliti, operasional dan defenisi variabel serta sistematika penulisan.

BAB II URAIAN TEORITIS

Bab ini berisikan kerangka pemikiran atau teori-teori yang berhubungan dengan penelitian dimana dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah efektifitas komunikasi antar pribadi dan teori pengungkapan diri (self disclosure)

(29)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, acuan pertanyaan wawancara dan analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat tentang deskripsi lokasi penelitian, hasil wawancara dengan responden serta pembahasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran.

BAB II

URAIAN TEORITIS 1. Efektifitas Komunikasi Antarpribadi

Setiap manusia tidak dapat hidup tanpa komunikasi, karena komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi hidup. Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang dimengerti bersama. Komunikasi antarpribadi adalah bagian dari komunikasi. Sebagai salah satu bagian dari komunikasi, komunikasi antarpribadi mempunyai pengertian tersendiri yang membedakannya.

(30)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Percakapan yang sifatnya pribadi hanya dapat dilakukan melalui komunikasi antarpribadi. Hal ini disebabkan komunikasi antarpribadi melibatkan pribadi dan terjadi melalui interaksi secara langsung diantara pribadi-pribadi yang sudah saling mengenal, sehingga pesan-pesan yang disampaikan lebih mudah diterima, dimengerti dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Suatu tujuan akan tercapai dengan lebih efektif apabila dilaksanakan dengan komunikasi antarpribadi.

Komunikasi anntarpribadi adalah jenis komunikasi yang paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, yaitu percakapan (Onong U Effendy, 2002 ). Dengan arus balik langsung, komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan seketika itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil, berlangsung dalam jarak fisik yang dekat, bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum indrawi, dan memungkinkan umpan balik segera. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggungjawab peserta komunikasi. Komunikasi antarpribadi yang efektif dapat juga dilihat dari tempat dan suasana pada saat melakukan komunikasi antarpribadi. Tempat dan suasana komunikasi antarpribadi sering dilakukan dalam kedaan tidak formil, santai, bebas. Tempat dan suasana yang tidak formil, santai dan bebas akan menyebabkan lebih mudah melakukan komunikasi antarpribadi. Mereka dapat saling mengutarakan apa saja informasi, masalah atau pesan yang disampaikan tanpa ada rasa takut atau ikatan yang akan membatasi, dan setiap pesan dapat langsung ditanggapi seketika itu juga.

(31)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Komunikasi dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan, dan bila berkumpul dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan, kita tentunya akan menyenangi mereka. Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila mengena sasaran yang dituju atau mencapai tujuan sesuai dngan maksud si komunikator. Maka suatu komunikasi antarpribadi dapat dikatakan efektif apabila tujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku komunikan dapat dicapai. Secara umum komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksud oleh sipengirim atau sumber, dan berkaitan dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami penerima. Proses psikologis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi anntarpribadi kita mencoba menginterpretasikan makna yang menyangkut diri kita sendiri, diri orang lain dan hubungan yang terjadi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon non verbal mereka kesemuanya terjadi melalui suatu proses pikir yang melibatkan penarikan kesimpulan.

2.1.1 Faktor Penumbuh Efektifitas Komunikasi Antarpribadi

Adapun faktor-faktor yang yang menumbuhkan efektifitas komunikasi antarpribadi sebagai berikut:

a) Percaya (trust)

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Grifith, secara ilmiah “percaya” didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku

(32)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko.

Defenisi ini menyebutkan tiga unsur percaya, yaitu:

 Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh

kepercayaan kepada seseorang ia akan menghadapi resiko.

 Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari akibatnya bahwa bergantung kepada orang lain.

 Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

Disamping faktor-faktor diatas terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan sikap percaya, yaitu:

1. Karakteristik dan maksud orang lain

Orang akan menaruh kepercayaan kepada seseorang yang dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman dalam bidang tertentu. Sikap percaya kita dipengaruhi oleh persepsi kita pada maksud orang lain dalam hubungannya dengan maksud kita. Kita akan percaya kepada orang lain yang mempunyai maksud yang sama dengan kita.

2. Hubungan kekuasaan

Rasa percaya tumbuh apabila orang-orang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain.

(33)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

3. Sifat dan kausalitas komunikasi

Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan sudah jelas, bila interaksi sudah dinyatakan maka akan tumbuh sikap saling percaya. Sikap percaya berkembang apabila setiap komunikan menganggap komunikan lainnya bersikap jujur. Tentu saja sikap ini dibentuk berdasarkan pengalaman kita dengan komunikan.

Terdapat keuntungan percaya kepada orang lain, yaitu percaya meningkatkan efektifitas komunikasi antarpribadi, karena membuka seluruh komunikasi dan memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikator untuk mencapai maksudnya. Sebaliknya hilangnya kepercayaan kepada orang lain, akan menghambat perkembangan hubungan antarpribadi yang akrab.

b) Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi defensi. Dalam komunikasi orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empiris. Sikap defensif akan menggagalkan komunikasi antarpribadi. Sikap defensif bisa terjadi disebabkan faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan lain-lain.

Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan

(34)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

sebagainya) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain.

c) Terbuka

Sikap terbuka amat besar amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Supaya komunikasi antarpribadi yang kita lakukan menciptakan hubungan antarpribadi yang efektif, sikap terbuka perlu dipertahankan untuk mendorong timbulnya saling pengertian, menghargai dan saling mengembangkan kualitas hubungan antarpribadi.

2.1.2 Faktor Penunjang Efektifitas Komunikasi Antarpribadi

Efektifitas komunikasi menurut Onong U. Effendi terdiri dari faktor-faktor penunjang, sebagai berikut:

a) Faktor pada komunikan

Menurut Chester I. Barnard, faktor pada komponen komunikan menunjukkan bahwa “know your audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang dapat dan akan menerima sebuah pesan hanya kalau terdapat empat kondisi berikut secara simultan;

 Ia dapat benar-benar menerima pesan komunikasi

 Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai dengan tujuannya.

(35)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

 Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.

 Ia mampu, untuk menepatinya baik secara mental maupun fisik. b) Faktor pada komponen komunikator

Melaksanakan komunikasi antarpribadi yang efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yaitu:

 kepercayaan pada komunikator (source credibility)

kepercayaan kepada komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan kepercayaan yang kecil, akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenangi komunikator oleh komunikan, akan lebih cenderung komunikan mengubah kepercayaannya ke arah yang dikehendaki komunikator. Kepercayaan kepada komunikator, mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan yang dianggap benar sesuai dengan kenyataan empiris.

 daya tarik komunikator (source attractivness)

seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya

(36)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

dengan opini secara memuaskan bisa karena komunikator disenangi atau dikagumi atau dianggap mempunyai persamaan dengan komunikan, sehingga komunikan bersedia untuk tunduk kepada pesan yang disampaikan komunikator.

2.1.3 Karakteristik Efektifitas Komunikasi Antarpribadi

Karakteristik-karakteristik efektivitas komunikasi antarpersonal oleh Joseph DeVito (1986) dalam bukunya The Interpersonal Communication Book

dilihat dari dua perspektif yaitu :

1) Prespektif Humanistik, meliputi sifat-sifat :

a) Keterbukaan (Openness)

Proses komunikasi antarpribadi akan dapat berlangsung dengan efektif bila pribadi-pribadi yang terlibat di dalam proses komunikasi antarpribadi tersebut saling memilki keterbukaan (disclosure). Komunikator dapat mengutarakan apa saja yang ingin disampaikan melalui keterbukaan, demikian juga sebaliknya, komunikasi dapat mengutarakan ketidakmengertian serta hambatan-hambatan, tanpa perlu menutupnya. Dengan demikian pengertian akan lebih mudah dicapai sehingga komunikasi lebih efektif. Sikap keterbukaan dalam komunikasi antarpribadi ditunjukkan melalui dua aspek yaitu : 1) kita harus terbuka pada orang-orang yang berinteraksi dengan kita; 2) kemauan memberikan

(37)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

tanggapan kepada orang lain dengan jujur dan terus terang tentang segala sesuatu yang dikatakannya, begitu juga sebaliknya.

b) Perilaku Suportif (Supportivenness)

Seseorang dapat memberikan dukungan yaitu dengan mengerti tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Dukungan tercapai bila ada saling pengertian dari mereka yang mempunyai kesamaan melalui komunikasi yang efektif, dukungan dapat diberikan. Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku suportif. Jack R Gibb menyebut 3 perilaku yang menimbulkan perilaku suportif yakni :

1) Deskriptif, orang yang memiliki sikap ini lebih banyak meminta informasi tentang suatu hal sehingga merasa dihargai;

2) Spontanitas, orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang dipikirkannya;

3) Profesionalisme, orang yang memiliki sikap berpikir terbuka, ada kemauan untuk mendengar pandangan yang berbeda, dan bersedia menerima pendapat orang lain bila pendapatnya keliru atau salah.

c) Perilaku Positif (Positivenness). Sikap ini menunjuk 2 aspek yaitu :

1) komunikasi antarpersonal akan berkembang bila ada pandangan positif terhadap diri sendiri;

(38)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

2) mempunyai perasaan positif terhadap orang lain berbagai situasi komunikasi.

Sikap positif dapat timbul dari orang-orang yang mempunyai pengalaman dan later belakang yang sama, yang memungkinkan tercapainya komunikasi yang efektif. Jadi dengan rasa positif, komunikasi efektif dapat tercapai.

d) Empati (Empathy).

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya sendiri pada peranan atu posisi orang lain. Adanya empati komunikator dapat merasakan perasaan komunikan, sehingga setiap pesan yang disampaikan sesuai dengan keinginan komunikator dan komunian.

e) Kesetaraan (Equality).

Kesetaraan merupakan sarat untuk mencapai pengertian yang sama terhadap suatu pesan, baik dalam ide, gagasan, dan lainnya. Bila komunikan belum mengerti pesan yang disampaikan, komunikator segera dapat mengulangi atau memberi penjelasan yang sejelas-jelasnya sampai dapat dipahami.

(39)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

1) kesetaraan bidang pengalaman di antara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi antarpersonal umumnya akan lebih efektif bila para pelakunya mempunyai nilai, sikap, perilaku dan pengalaman yang sama;

2) kesetaraan dalam percakapan diantara para pelaku komunikasi. Artinya, komunikasi antarpersonal harus ada kesetaraan dalam hal mengirim dan menerima pesan.

2) Perspektif Pragmatis

a) Bersikap Yakin (Confidence)

Komunikasi antarpribadi ini terlihat lebih efektif apabila seseorang tidak merasa malu, gugup atau gelisah menghadapi orang lain.

b) Kebersamaan (Immediacy)

Sikap kebersamaan ini dikomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Secara verbal orang yang memiliki sifat ini, dalam berkomunikasi selalu mengikut sertakan dirinya sendiri dengan orang alin dengan istilah seperti kita, memanggil nama seseorang, memfokuskan pada ciri khas orang lain, memberikan umpan balik yang relevan dan segera, serta menghargai pendapat orang lain. Secara non-verbal, orang yang memiliki sifat ini akan berkomunikasi dengan mempertahankan kontak mata dan menggunakan gerakan-gerakan.

(40)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Seseorang yang menginginkan komunikasi yang efektif akan mengontrol dan menjaga interaksi agar dapat memuaskan kedua belah pihak sehingga tidak seorang pun merasa diabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan mengatur isi, kelancaran, arah pembicaraan, menggunakan pesan-pesan verbal dan nonverbal secara konsisten.

d) Perilaku Ekspresif (Expressivenness)

Memperlihatkan keterlibatan seseorang secara sungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan orang lain. Orang yang berperilaku ekspresif akan menggunakan berbagai variasi pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, untuk menyampaikan keterlibatan dan perhatiannya pada apa yang dibicarakannya.

e) Orientasi Pada Orang Lain (Other Orientation)

Seseorang harus memiliki sifat yang berorientasi pada orang lain untuk mencapai efektivitas komunikasi. Artinya seseorang mampu untuk beradaptasi dengan orang lain selama berlangsungnya komunikasi antarpersonal. Dalam hal ini, seseorang harus mampu melihat perhatian dan kepentingan orang lain, mampu merasakan situasi dan interaksi dengan sudut pandang orang lain serta menghargai perbedaan orang lain dalam menjelaskan suatu hal.

(41)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam prakteknya, komunikasi antarpribadi bertujuan untuk :

1. Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain

Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan pada kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri pada orang lain sehingga akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita.

2. Mengetahui Dunia Luar

Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untunk memahami lingkungan kita secara baik, yakni tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang ini berasal dari interaksi antarpribadi.

3. Menciptakan dan Memelihara Hubungan menjadi Bermakna

Komunikasi antarpribadi disini bertujuan menciptakan hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan, serta membuat kita bersikap lebih positif terhadap diri sendiri.

4. Mengubah Sikap dan Perilaku Orang Lain

Kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersuasi atau mengajak orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

(42)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

5. Bermain dan Mencari Hiburan

Komunikasi yang berisi pembicaraan-pembicaraan yang dapat memberikan hibu ran ini perlu dilakukan karena bisa memberi suasana yang terlepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

6. Membantu Orang Lain

Kita sering memberikan nasihat dan saran kepada teman-teman yang sedang menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi yang diuraikan di atas dapat dilihat dari dua perspektif, yakni: Pertama, tujuan dapat dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan-alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dapat dikatakan, kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi untuk memperoleh kesenangan, membantu orang lain, mengubah sikap dan perilaku seseorang. Kedua, tujuan-tujuan ini dapat dipandang sebagai hasil atau efek umum dari komunikasi antarpribadi. Dapat dikatakan, kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih bermakna, dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi. Dengan demikian, komunikasi antarpribadi biasanya dimotivasi oleh berbagai faktor dan mempunyai berbagai hasil atau efek.

Selain dari yang disebutkan diatas, komunikasi antarpribadi dapat mencapai kesepakatan apabila terjadi kesamaan persepsi dan sekaligus proses

(43)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

interaksi diantara sesama individu sebagai pelakunya. Komunikasi selalu memegang peranan penting yang tidak terbatas dalam setiap gerak kehidupan manusia karena tiap-tiap orang harus berkomunikasi dengan sesamanya agar didapat saling pengertian. Kegiatan komunikasi ini bisa meliputi proses sosialisasi. Saling mempengaruhi tentu harus dilakukan secara efektif.

2. Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Kualitas hubungan antarpribadi dapat diteliti melalui komunikasi antarpribadi. Salah satu yang terpenting dalam kommunikasi antarpribadi adalah

self disclosure. Self disclosure salah satu tipe komunikasi dimana informasi

mengenai diri (self) yang biasanya disembunyikan dari orang lain, kini dikomunikasikan kepada orang lain (DeVito, 1986). Pembukaan diri atau self

disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi

yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut (Johnson, 1981 dalam Supratiknya, 1995:4). Self-disclosure mengacu pada mengkomunikasikan informasi kita tentang diri kita kepada orang lain (Devito, 1999).

Teori self disclosure atau pengungkapan diri telah lama menjadi fokus penelitian dan teori komunikasi mengenai hubungan merupakan proses pengungkapan diri kita kepada orang lain atau sebaliknya. Pengertian pembukaan diri (self disclosure) adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita dimasa kini

(44)

Tari Septhia Bafita : Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dan Pengungkapan Diri (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa yang Tinggal di Sebuah Rumah Kos), 2009.

USU Repository © 2009

tersebut (Johnson, 1981, dalam Suprasiknya, 1995:4). Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilaksanakannya atau perasaan kita terhadap kejadian yang baru saja kita saksikan. Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detil intim dari masa lalu kita. Mengungkapkan hal yang sangat pribadi dimasa lalu dapat menimbulkan perasaan intim untuk sesaat.

Dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah yang lain akan menerima atau menolak kita, bagaimana kita ingin orang lain mengetahui tentang kita akan ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri adalah proses mengahadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi pada orang lain (Wrightsman dalam Dayakisni, 2000:87). Menurut Morton, pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita benci.

Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperi informasi perilaku, perasaan, keinginan , motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dari pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kemampuan berbicara ini merupakan kemampuan mengolah kalimat untuk mengungkapkan sesuatu secara jelas dan mudah dipahami yang memungkinkan untuk memvisualisasikan atau

Walaupun skor kekuatan pada agroindustri keripik tempe lebih kecil daripada agroindustri tempe, akan tetapi kedua agroindustri ini memiliki kekuatan yang lebih dominan dibanding

Hasil pengujian kekuatan tarik dari tiga perlakuan konsentrasi penggunaan asam klorida sebagai bahan pengasaman pada kulit ikan nila samak tersaji pada gambar 1.. Pengujian

Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan penerapkan teknologi tepat guna Solcus Hexa yaitu alat pengering kolektor surya 6

“Meaningful” yang dimaksudkan adalah bahwa pemberian informasi mengarahkan perhatian pebelajar kepada bagian dari ketrampilan yang harus dikoreksi dan hal ini akan membantu

dividen ini akan dibagi dalam dua tahap, yakni senilai Rp4,602 triliun atau Rp1.050 per saham kepada pemegang saham serta sisanya Rp2,191 triliun atau Rp550 per saham akan

Keragaman bobot telur menurut Oktalina (1998) bisa terjadi karena umur telur yang berbeda, waktu yang cukup lama akan terjadi penguapan banyak yang menyebabkan

Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang dirancang untuk memperkuat pengendalian audit intern, untuk menentukan ditaati