• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran ikatan kimia konteks sains dan teknologi nano material grafena. Selain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran ikatan kimia konteks sains dan teknologi nano material grafena. Selain"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan semua temuan selama proses penelitian berikut pembahasannya terkait keterlaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks sains dan teknologi nano material grafena. Selain itu, diuraikan peningkatan literasi sains siswa secara keseluruhan ditinjau dari semua aspek literasi sains maupun setiap aspek literasi sains tersebut (aspek konten, konteks, proses, dan sikap). Dari temuan dan pembahasan ini dilakukan upaya perbaikan story board dari multimedia pembelajaran ikatan kimia yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.

A. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Multimedia Pembelajaran

Multimedia pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Azmi (2011). Materi dalam multimedia pembelajaran ini adalah ikatan kimia menggunakan konteks sains dan teknologi nano material grafena. Namun, penelitian yang dilakukan baru sampai pada tahap uji kelayakan terhadap multimedia yang dikembangkan tersebut. Multimedia yang dikembangkan sudah valid jika dilihat dari aspek konten, dan berdasarkan hasil penelitian Azmi (2011) secara umum ahli menilai baik terhadap

(2)

desain grafis dan antarmuka. Dari segi kemenarikan, interaktivitas, dan kesesuaian pun sudah dinilai baik. Ahli juga menilai baik terhadap unsur-unsur yang ditampilkan dalam multimedia ini, seperti tulisan, gambar, animasi, video, dan tombol navigasi. Selain tanggapan ahli, tanggapan guru kimia terhadap pembelajaran dalam multimedia dan kemenarikannya termasuk kategori baik.Penilaian dari siswa sendiri mendapat tanggapan yang positif untuk aspek tampilan, konten dan konteks, kejelasan video, dan kemenarikan multimedia dengan hasil kategori baik.

Karena proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan multimedia, maka perangkat komputer menjadi hal yang harus ada di kelas. Oleh karena itu, sebelum proses pembelajaran berlangsung dilakukan survey ke laboratorium komputer di sekolah tempat dilaksanakannya penelitian. Diketahui terdapat 18 perangkat komputer, tetapi hanya 12 perangkat yang dapat digunakan. Kekurangan jumlah perangkat komputer ini ditanggulangi dengan menggunakan tambahan laptop peneliti dan observer, juga sebuah laptop dari sekolah tempat dilaksanakan penelitian. Total siswa yang mengikuti pembelajaran berjumlah 30 siswa. Hanya saja yang mengikuti seluruh tahapan pembelajaran adalah berjumlah 20 siswa, dengan rincian : 1 siswa tidak mengikuti pretest, 2 siswa tidak mengikuti pertemuan pertama, 4 siswa tidak mengikuti pertemuan kedua, 3 siswa tidak mengikuti postest.

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum dalam RPP. Langkah-langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dan diadaptasi dari proyek Chemie im Context atau

(3)

ChiK (Netwig et al., 2002) yang disesuaikan dengan kriteria pembelajaran berbasis literasi sains (Holbrook, 1998) yang terdiri atas:

1. tahap kontak (contact phase), 2. tahap kuriositi (curiosity phase), 3. tahap elaborasi (elaboration phase),

4. tahap pengambilan keputusan (decision making phase), dan 5. tahap nexus (nexus phase)

Adapun khusus untuk tahapan penilaian hanya dilakukan posttest dan pengisian angket, sehingga pembelajaran dengan multimedia hanya dilaksanakan pada tahap nexus.

Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis literasi sains tersebut sudah dikemas dan dikembangkan dalam multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, jika siswa secara sistematis menggunakan multimedia ini dengan baik, dapat dipastikan mereka sudah mengalami tahapan-tahapan pembelajaran literasi sains.

Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode penugasan dalam menggunakan multimedia pembelajaran, artinya siswa dituntut belajar mandiri dalam mempelajari sajian materi dalam multimedia pembelajaran ikatan kimia ini. Peran pengajar sendiri yaitu mengelola suasana belajar mengajar dalam kelas dalam mencapai tujuan atau keterlaksanaan dari tahapan-tahapan pembelajaran tersebut. Pengajar juga berperan sebagai pelaksana pembelajaran dan sebagai pihak yang

(4)

memberi motivasi dan mendisiplinkan peserta didik. Berikut ini uraian mengenai tahapan pembelajaran yang dilakukan selama penelitian.

1. Tahap Kontak (Contact Phase)

Proses pembelajaran pertama, sesuai dengan tahapan-tahapan literasi sains adalah tahap kontak. Sebelum proses pembelajaran dimulai, pada pertemuan sebelumnya dilakukan pretest terlebih dulu untuk mengetahui kemampuan awal literasi sains siswa pada materi ikatan kimia. Keterlakasanaan tahap kontak ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kontak

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa Persentase

Siswa membaca halaman pertama serta judul dari multimedia pembelajaran ikatan kimia

 Siswa membaca dengan serius

 Siswa membaca tetapi dengan bercanda dan mengobrol dengan teman di dekatnya

16 4 80 % 20 % Siswa membaca penjelasan mengenai nano partikel dan mengamati tayangan video nano partikel

 Siswa membaca dan mengamati tayangan video penjelasan nano partikel dengan baik

 Siswa hanya membaca penjelasan nano partikel dan tidak mengamati tayangan video

 Ragu-ragu untuk menjalankan video, butuh waktu lama untuk menjalankannya

 Mengulang-ulang tayangan video

13 1 2 4 65 % 5 % 10 % 20 % Siswa menuliskan ringkasan dari tayangan video dan penjelasan nano partikel

 Siswa menulis ringkasan dari multimedia pembelajaran

 Siswa menulis catatan dari arahan pengajar, bukan dari multimedia pembelajaran

 Siswa tidak menulis ringkasan

12 2 6 60 % 10 % 30 % Meski dengan tindakan yang berbeda-beda, semua siswa melakukan tahapan kontak dengan baik. Hanya ada satu siswa yang hanya membaca penjelasan tentang

(5)

nano partikel dan tidak mengamati tayangan videonya. Dalam halaman tersebut, video memang hanya sebagai tayangan ilustrasi penjelasan dari teks tentang nano partikel, sehingga walaupun siswa tidak mengamati tayangan video yang ada tetapi dia dapat benar-benar memahami materi dari teks penjelasan nano partikel. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena semua keterangannya sudah ada di teks. Dalam tahap ini halaman web yang muncul dalam multimedia adalah sebagai berikut:

(6)

Gambar 4.2 Halaman Teks dan Video Penjelasan yentang Nano Partikel Dalam tahap kontak, siswa dikenalkan atau pun diingatkan terkait isu teknologi nano yang semakin marak digunakan dalam berbagai produk komersil berbasis teknologi. Setelah dikenalkan isu nano teknologi, kemudian siswa dikenalkan dengan salah satu material nano yang sedang marak dikembangkan karena berbagai kelebihannya, yaitu grafena. Berdasarkan observasi, terdapat enam siswa yang tidak menuliskan ringkasan dari materi yang disajikan dalam multimedia karena dirasa sudah cukup memahami bahasan tersebut. Selain itu, terdapat dua siswa yang mencatat bukan dari multimedia pembelajaran, tetapi dari arahan yang diberikan pengajar. Dalam hal ini pengajar memberikan arahan sebagai berikut: “Silakan kalian baca, perhatikan, dan pahami semua bacaaan atau pun animasi yang ada dalam multimedia pembelajaran yang digunakan. Bila ada kesulitan, silakan acungkan

(7)

tangan dan tanyakan kepada saya”. Kedua siswa ini merasa bahwa arahan tersebut harus diingat agar bisa maksimal dalam mengikuti pembelajaran dengan multimedia ini. Selebihnya dengan baik menulis ringkasan materi yang mereka anggap penting.

Dari data di atas, rata-rata keterlaksanaan pada tahap kontak ini adalah sebesar 97,5 % (Lampiran C.1). Berdasarkan kriteria keterlaksanaan menurut Panggabean (1996), rata-rata tersebut termasuk kategori baik sekali.

2. Tahap Kuriositi (Curiosity Phase)

Setelah dikenalkan tentang teknologi nano, dalam tahap kontak juga dikenalkan salah satu material nano yang sedang marak dikembangkan karena berbagai kelebihannya, yaitu grafena. Dalam tahap kuriositi ini, siswa diberikan permasalahan berupa pertanyaan yang dapat membangkitkan kuriositi atau keingintahuan siswa. Pertanyaan yang diberikan yaitu “Apakah grafena akan berpengaruh besar dalam perkembangan teknologi di masa depan, khususnya di bidang elektronik ?”. Pertanyaan tersebut diajukan agar siswa merasa memerlukan pengetahuan kimia yang dapat diperoleh dari pembelajaran. Tampilan multimedia untuk tahapan ini ditunjukkan pada Gambar 4.3.

(8)

Gambar 4.3 Tampilan Multimedia pada Tahap Kuriositi

Keterlakasanaan tahap kuriositi dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kuriositi

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa Persentase

Siswa membaca pertanyaan kuriositi

 Siswa membaca pertanyaan kuriositi dengan baik

 Siswa hanya membaca sepintas pertanyaan kuriositi

19 1

95 % 5 %

Meskipun sebelumnya dipertimbangkan bahwa semua siswa akan membaca pertanyaan kuriositi, karena memang masih terletak pada halaman yang sama dengan tahap kontak, pengajar tetap membacakan kembali pertanyaan kuriositi tersebut agar rasa ingin tau dari setiap siswa benar-benar terpancing. Keterlaksanaan tahap kuriositi

(9)

tergolong baik sekali karena semua siswa membacanya, sehingga rata-rata keterlaksanannya adalah 100 % (Lampiran C.1).

3. Tahap Elaborasi (Elaboration Phase)

Tahap elaborasi ini dapat disebut sebagai tahap pemaparan materi kimia yang akan didapat oleh setiap siswa. Pada tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapat terjawab. Multimedia pembelajaran yang ada digunakan untuk proses eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep. Siswa secara mandiri menjalankan program dengan tetap diberikan panduan oleh pengajar.

Multimedia pembelajaran yang ditampilkan dalam tahap ini adalah mengeksplorasi konsep ikatan kovalen, ikatan ion, ikatan logam, gaya Van der Waals, hibridisasi, dan sifat fisis senyawa kovalen.

Beberapa tampilan pada halaman multimedia untuk tahapan elaborasi ini ditunjukkan pada Gambar 4.4.

A

a b Gambar 4.4 Beberapa Tampilan Multimediauntuk Tahap Elaborasi

(10)

Halaman-halaman yang ditampilkan bukan sebatas materi kimianya saja. Materi kimia berada pada link-link tertentu dari suatu bahasan tentang grafena. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat mengeksplorasi semua hal terkait grafena, baru kemudian dari hal-hal tersebut dihubungkan untuk membangun dan memantapkan konsep materi ikatan kimia pada setiap siswa. Misalnya, dalam tahap pembuatan grafena secara industri, di situ terdapat bahan CaO yang merupakan senyawa ion. Dari CaO itu dibuat link untuk membahas seperti apa pembentukan ikatan ion. Contoh lainnya adalah material hidrazin yang merupakan senyawa kovalen ikatan tunggal dan SiO2 yang merupakan senyawa kovalen ikatan rangkap dua. Kedua zat

tersebut dibuat link ke halaman lain untuk menjelaskan proses pembentukan ikatan kovalen tunggal dan rangkap dua, begitu pun logam Na yang dibuat link untuk menjelaskan ikatan logam.

Berikut ini tabel yang berisi keterlakasanaan tahap elaborasi dalam pembelajaran.

Tabel 4.3 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Elaborasi

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa Persentase

Ikatan Kovalen Siswa mengamati video, gambar, atau pun penjelasan tentang grafena

 Siswa mengamati, membaca, dan menulis ringkasan

 Siswa hanya mengamati dan membaca, tanpa menulis ringkasan

 Siswa sibuk membuat ringkasan materi dan

17 2 1 85 % 10 % 5 %

(11)

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa Persentase

tidak fokus memperhatikan gambar Siswa mengklik

link karbon, untuk membuka dan membaca halaman kecenderungan atom karbon dalam membentuk ikatan kovalen

 Siswa mengamati, membaca, dan menulis ringkasan

 Siswa hanya mengamati dan membaca, tanpa menulis ringkasan 18 2 90 % 10 % Siswa mulai mengamati gambar, ataupun penjelasan tentang pembuatan grafena skala industri

 Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan

 Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan tetapi banyak mengobrol

 Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan tetapi terilihat mengantuk

 Siswa mengamati media tanpa menulis ringkasan 16 2 1 1 80 % 10 % 5 % 5 % Siswa mengklik

link hidrazin, untuk mengetahui

bagaimana ikatan kovalen terbentuk

 Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan

 Siswa hanya mengamati media tanpa menulis ringkasan 19 1 95 % 5 % Siswa mendengarkan penjelasan tentang sifat dan bahaya dari hidrazin, juga tentang cara “safety”

penggunaan

hidrazin dalam praktikum

 Siswa hanya memahami penjelasan

 Siswa memahami penjelasan dan menulis ringkasan

 Siswa menulis ringkasan tetapi mengantuk

18 1 1 90 5 5 % 5 % Siswa mengklik

link ikatan kovalen rangkap dua, untuk mengetahui

bagaimana ikatan kovalen rangkap dua terbentuk (SiO2)

 Siswa mengamati media sambil menulis ringkasan

 Siswa hanya mengamati media tanpa menulis ringkasan

 Siswa banyak mengobrol  Siswa tidak fokus membaca

9 3 6 2 45 % 15 % 30 % 10 %

(12)

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa Persentase

Siswa

mendengarkan penjelasan tentang bahaya dari silikon dan dampaknya bila diaplikasikan dalam kehidupan secara tidak tepat

 Siswa mendengarkan dan mencoba memahami penjelasan

 Siswa tidak memperhatikan penjelasan

19 1 95 % 5 % Ikatan Ion Siswa mengklik

link CaO, untuk mengetahui

bagaimana ikatan ion terbentuk

 Siswa memahami materi dan menulis ringkasan

 Siswa memahami materi tanpa menulis ringkasan

 Siswa hanya membaca materi

10 2 8 50 % 10 % 40 % Ikatan logam Siswa mengklik link Logam Natrium (Na), untuk mengetahui bagaimana ikatan logam terbentuk, dan dampaknya

 Siswa memahami materi dan menulis ringkasan

 Siswa memahami materi dan menulis ringkasan tetapi mengobrol

 Siswa memahami materi tanpa menulis ringkasan

 Siswa membaca tetapi mengantuk

11 1 7 1 55 % 5 % 35 % 5 % Gaya Van der Waals

Siswa mengamati video, gambar, ataupun penjelasan tentang cara memperoleh grafena secara sederhana

 Mengulang-ulang video / mengamati video dengan teliti

 Mengulang-ulang video / mengamati video dengan teliti dan meringkas

 Siswa menjelaskan proses cara memperoleh grafena secara sederhana di kelas

 Siswa membuat ringkasan materi  Siswa hanya mengamati tampilan media

7 3 1 5 4 35 % 15 % 5 % 25 % 20 % Siswa mengklik

link grafit, untuk mengetahui

bagaimana struktur grafit

 Siswa hanya membaca materi

 Siswa membaca materi tetapi tidak fokus  Siswa memahami materi dan berdiskusi

dengan temannya

 Siswa membaca materi dan meringkas

4 1 2 13 20 % 5 % 10 % 65 % Siswa mengklik

link gaya van der Waals, untuk mengetahui apa itu gaya van der waals

 Siswa hanya membaca materi

 Siswa membaca materi dan meringkas  Siswa membaca materi tetapi tidak fokus  Siswa membaca materi tetapi mengobrol  Siswa mengantuk 4 13 1 1 1 20 % 65 % 5 % 5 % 5 %

(13)

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah Siswa Persentase Hibridisasi Siswa mengklik link hibridisasi, untuk mengetahui apa dan bagaimana hibridisasi

terbentuk

 Siswa hanya membaca materi

 Siswa membaca materi tetapi sering memainkan handpone

 Siswa tidak membuka link hibridisasi

17 1 2 85 % 5 % 10 %

Sifat Fisis Senyawa Siswa mengamati gambar ataupun penjelasan tentang sifat dari grafena

 Siswa hanya membaca materi

 Siswa membaca materi dan meringkas  Siswa membaca materi tetapi sering

memainkan handpone

 Siswa membaca materi tetapi dengan mengobrol

 Siswa tidak konsentrasi, mengantuk dan terus menunduk

 Siswa mengantuk, tetapi membuat ringkasan materi

 Siswa berdiskusi dengan teman

6 8 1 1 1 1 2 30 % 40 % 5 % 5 % 5 % 5 % 10 % Materi Pengayaan : Aplikasi Grafena

Siswa mengamati video, gambar, ataupun penjelasan tentang aplikasi dari grafena

 Siswa hanya membaca materi

 Siswa antusias/serius mengamati video

10 10 50 % 50% Siswa membuka link tentang aplikasi grafena sebagai transistor dan ultrakapasitor

 Siswa hanya membaca materi

 Siswa membaca materi dan meringkas  Siswa berpindah tempat duduk untuk

menghindari rasa kantuk

 Siswa selalu menghadap ke samping dan sesekali menghadap ke belakang

17 1 1 1 85 % 5 % 5 % 5 %

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat berbagai aktivitas siswa dalam melewati tahap elaborasi. Beberapa siswa membuat ringkasan yang mereka anggap penting pada setiap topik yang ditampilkan melalui multimedia pembelajaran. Namun, beberapa siswa nampak terlalu lama dalam membuat ringkasan materi, hampir semua

(14)

penjelasan dalam multimedia tersebut ditulis kembali. Hal ini sering membuat mereka ketinggalan dalam mengikuti setiap tahapan-tahapan di tahap elaborasi ini.

Dalam beberapa tahap, ada juga siswa yang terlihat mengantuk dan tidak fokus. Dari segi multimedia, terdapat lebih banyak teks penjelasan daripada animasi atau pun video, sedangkan pembelajarannya sendiri menekankan siswa untuk belajar mandiri dengan multimedia yang digunakan, sehingga memungkinkan untuk siswa menjadi tidak fokus atau mengantuk. Meski demikian, dalam setiap akhir bagian sub materi pengajar juga kembali menanyakan kepada siswa terkait materi pokok bahasan sub materi yang dibaca dan dipahami siswa. Dalam hal ini siswa diharapkan sudah bisa memahami pokok bahasan tersebut secara mandiri, tetapi penting untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa yang didapat, sehingga bila terdapat pemahaman yang kurang tepat dari siswa, dapat diluruskan oleh pengajar. Pada proses ini, siswa juga diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan di setiap akhir tahapan mempelajari sub materi. Pada sub materi awal, yaitu ikatan kovalen dan ikatan ion nampak siswa belum berani dan nampak ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan, sehingga tidak banyak pertanyaan yang muncul. Pertanyaan justru banyak diajukan di sub materi pengayaan, yaitu aplikasi grafena. Pada sub materi tersebut siswa nampak antusias sejak bagian awal materi karena memang disajikan video yeng cukup menarik tentang gambaran dari aplikasi grafena pada masa depan. Dalam video tersebut, grafena dapat dijadikan sebagai suatu material yang digunakan untuk membuat gadget yang super tipis dan multifungsi.

(15)

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada tahap elaborasi: a) Mengapa grafena bisa menghantarkan listrik, padahal bukan logam? b) Apa yang dimaksud dengan distribusi ikatan phi?

c) Lembaran-lembaran tipis grafena itu kan ada dalam pensil, bisa tidak grafit atau pun grafena dibuat menjadi tinta ballpoint?

d) Karena grafena sangat baik untuk mentransfer panas, bisa tidak dimanfaatkan menjadi panci? Sehingga dapat mempercepat proses perebusan?

e) Jika diaplikasikan seperti yang ada dalam video, kemudian gadget tersebut kena air, akan rusak atau tidak?

Beberapa pertanyaan tidak langsung dijawab oleh guru, tetapi dikembalikan kepada siswa untuk menjawab. Hal ini dilakukan supaya terbentuk komunikasi timbal-balik antara guru dan siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Munir (2008) yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik. Proses tersebut bukan hanya melalui pemberian informasi dari guru kepada peserta didik tanpa mengembangkan gagasan kreatif peserta didik, melainkan melalui komunikasi timbal-balik antara guru dengan peserta didik sehingga suasana kelas menjadi interaktif. Pola komunikasi yang terjadi pada proses diskusi ketika pembelajaran berlangsung ditunjukkan pada Gambar 4.5.

(16)

Gambar 4.5. Pola Komunikasi Banyak Arah

Kesimpulan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa adalah: a) Pada pertanyaan ini siswa ditanya oleh guru mengenai hal yang

menyebabkan suatu benda dapat menghantarkan listrik, sampai siswa menjawab adanya elektron yang dapat bergerak bebas. Dari situ siswa mulai paham bahwa suatu zat dapat menghantarkan listrik tidak hanya karena zat tersebut merupakan logam, tetapi asalkan zat tersebut memiliki elektron yang dapat bergerak bebas. Begitu juga dengan grafena yang memiliki elektron bebas.

b) Siswa dingingatkan kembali seperti apa struktur grafit dan bedanya dengan grafena. Setelah siswa ingat bahwa bentuk grafena adalah planar, dengan satu atom C yang mengikat 3 atom C lainnya. Kemudian siswa dituntun lagi supaya paham bahwa atom C memiliki 4 “tangan”. Setelah itu barulah siswa mulai dituntun bahwa satu “tangan” elektron itu tidak berikatan, dan ada pada orbital phi yang letaknya bisa di atas maupun di

Peserta Didik Peserta Didik Peserta Didik Pengajar

(17)

bawah layer grafena. Seperti itulah distribusinya dalam lembaran tipis grafena.

c) Sebelum siswa mengetahui jawabannya, pengajar mengingatkan kembali tentang fasa suatu zat, dengan mencontohkan air yang pada kondisi suhu dan tekanan ruang berwujud cair, dan dapat membeku pada suhu sekitar nol derajat Celcius (0o C). Dalam kondisi (suhu dan tekanan) ruangan sendiri bagaimana fasa dari grafit? Dari pertanyaan ini siswa sudah mulai menemukan jawaban bahwa untuk menjadikan grafit sebagai tinta maka grafit harus berfasa cair, dan pada kondisi ruangan sangat sulit. Dengan demikian, harus didesain bentuk ballpoint yang dapat menjaga suhu dan tekanan tertentu agar fasa dari grafit bisa tetap cair.

d) Dari pertanyaan ini sebenarnya siswa sudah paham bahwa peralatan seperti panci harus dapat menghantarkan panas dengan baik. Karena grafena sendiri adalah penghantar panas yang baik, maka tentu bisa dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan panci. Hanya saja siswa selanjutnya diingatkan oleh pengajar terkait biaya yang mungkin diperlukan untuk membuat panci jenis tersebut.

e) Gadget itu sendiri merupakan salah satu piranti elektronik, banyak sekali komponen yang ada di dalamnya. Apabila sampai terjadi konslet, tentu dapat juga menyebabkan kerusakan.

(18)

Pada tahap elaborasi ini, keterlaksanaannya termasuk ke dalam kriteria sangat baik,dengan persentase rerata keseluruhan mencapai 99,17 % (lihat lampiran C.1).

4. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making Phase)

Tahap ini mengupayakan siswa untuk bersama-sama mengambil keputusan dari permasalahan di tahap kuriositi. Setelah sebelumnya siswa melewati tahap elaborasi, hasil dari tahap tersebutlah yang digunakan sebagai dasar pengetahuan siswa dalam membuat pengambilan keputusan. Siswa diingatkan kembali terkait pertanyaan kuriositi yang dimunculkan di tahap ini, yang juga akan menjadi bahan diskusi siswa, dimana pertanyaannya adalah: “Setelah mengetahui beberapa sifat grafena, menurut kalian apakah grafena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di masa depan? Jelaskan mengapa! Lalu apa saja dampak (keuntungan dan kerugian) yang mungkin timbul bagi para pelaku industri, ilmuwan, dan bagi masyarakat?” seperti gambar berikut.

(19)

Gambar 4.6. Tampilan pada Tahap Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan dilakukan bersama melalui proses diskusi yang dipandu oleh pengajar. Beberapa siswa langsung merespon terkait pernyataan kuriositi tersebut, dan yang lainnya aktif ketika diskusi mulai dilaksanakan. Proses diskusi sampai pada tahap pengambilan keputusan sendiri akan sangat berkaitan dengan konten atau materi yang didapatkan oleh siswa dan cara berfikir siswa. Keadaan diskusi seperti ini sangat diharapkan dalam proses pembelajaran karena siswa akan memperoleh pengalaman belajar, seperti yang dikemukakan oleh Munir (2008) bahwa pengalaman belajar menunjukkan kegiatan belajar yang perlu dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan objek dan atau sumber belajar untuk mencapai penguasaan kemampuan dan materi pembelajaran. Berikut ini tabel yang menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran pada tahap pengambilan keputusan.

(20)

Tabel 4.4 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Pengambilan Keputusan

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa Persentase

Siswa membaca pertanyaan pada awal kuriositi yang juga ditampilkan dihalaman aplikasi grafena

 Siswa hanya membaca pertanyaan kuriositi  Siswa memberikan tanggapan dari

pertanyan kuriositi 17 3 85 % 15 % Siswa berdiskusi bersama terkait pertanyaan yang ditampikan, kemudian memberikan keputusan bersama

 Tidak aktif berdiskusi dalam memberikan keputusan bersama

 Memberikan pendapat dalam diskusi terbuka

 Aktif berdikusi dalam kelompok kecil (dengan teman dekat meja)

6 2 12 30 % 10 % 60 %

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa siswa sudah memahami permasalahan yang menjadi bahan diskusi untuk diambil keputusannya secara bersama. Dapat dilihat karena semuanya sudah membaca ulang pertanyaan kuriositi di tahap pengambilan keputusan. Bahkan ada tiga orang yang langsung menanggapinya sendiri di depan medianya masing-masing. Tanggapan-tanggapan mereka yang dapat didokumentasikan oleh observer adalah:

a) Kelebihannya jelas ada, dan nampaknya akan menjadi sangat bermanfaat untuk perkembangan masa depan

b) Sangat sulit untuk mencari kelemahan dari grafena

c) Yang jelas masyarakat akan menjadi sangat terbantu dengan aplikasi dari grafena

(21)

Tanggapan tersebut diutarakan langsung oleh siswa sendiri tetapi tidak diutarakan di kelas, karena memang pengajar sendiri belum mempersilakan siswa untuk memulai diskusi. Setelah siswa dipersilakan diskusi untuk mengambil keputusan bersama, nampak diskusi terlihat hidup, meski ada enam siswa yang tidak aktif berdiskusi. Tetapi meskipun tidak secara langsung aktif terlibat, enam siswa ini mengikuti diskusi dengan baik dan tetap memperhatikan sampai diperolah keputusan bersama.

Semua siswa setuju bahwa grafena dapat berperan penting dalam perkembangan teknologi di masa depan, dan akan banyak dampak positif dari grafena ini. Beberapa siswa mengungkapkan dampak positif dari aplikasi grafena adalah akan menjadikan berbagai piranti elektronika menjadi lebih baik. Sedangkan ketika ditanya kekurangan dari grafena, hampir tidak ada satu pun siswa menjawab. Namun seteleh diberikan beberapa clue dari pengajar, seperti: Sebesar apa ukuran grafena? Bagaimana cara membuat peralatan dengan material ukuran grafena? Bagaimana dengan biayanya? Barulah siswa mulai mengacungkan tangan dan mengutarakan kelemahan-kelemahan dari grafena. Berikut kelemahan-kelemahan dari grafena yang dipikirkan siswa:

a) Tidak semua orang bisa memperbaiki peralatan yang menggunakan grafena, karena selain ukurannya nano yang pastinya tidak semua orang punya alat untuk memperbaiki, juga hanya orang yang berpendidikan tinggi yang dapat melakukannya.

(22)

b) Biaya untuk membuat material nano akan sangat mahal, sehingga piranti atau gadget-nya juga akan sangat mahal harganya, sehingga tidak semua orang dapat memilikinya.

c) Peralatan yang berukuran nano bila hilang akan sangat sulit dicari karena sangat kecil ukurannya.

d) Kalau diingat dari bagaimana cara mendapatkan grafena itu terdapat berbagai zat kimia yang berbahaya, sehingga akan membahayakan juga untuk para penelitinya.

Ketika siswa hanya diam dalam mengungkapkan kekurangan dari grafena, pengajar lantas tidak langsung memberi tahu apa saja kekurangannya, tetapi memberikan beberapa clue yang dapat membuka pemikiran siswa agar siswa bisa bereksplorasi dan berinquiri sendiri untuk menemukannya secara mandiri. Hal ini dimaksudakan agar siswa terbiasa untuk bereksplorasi dan berinquiri ketika melihat suatu fenomena atau pun permasalahan yang dialami.

Keterlaksanaan tahapan pengambilan keputusan ini tergolong baik dengan persentase rerata keseluruhan sebesar 85 % (Lampiran C.1).

5. Tahap Nexus (Nexus Phase)

Pada tahap ini dilakukan proses pengambilan intisari (konsep dasar) dari materi yang dipelajari, kemudian mengaplikasikannya pada konteks yang lain (rekontekstualisasi), artinya masalah yang sama diberikan dalam konteks yang

(23)

berbeda dimana memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk pemecahannya (Nentwig et al., 2002).

Proses pengambilan intisari (konsep dasar) dibimbing oleh guru dengan cara menuntun siswa dengan pertanyan-pertanyaan yang mengingatkan siswa terkait materi yeng telah didapatkan di tahap-tahap sebelumnya. Untuk rekontekstualisasi konsep ikatan kimia dalam konteks lain, yaitu bentuk lembaran grafena yang digulung menjadi CNT (Carbone Nano Tube) dan baju perang berbahan material nano yang disebut tentara nanoteknologi (nanotechnology soldier). Tampilan multimedia untuk tahapan ini ditunjukkan pada Gambar 4.7..

Gambar 4.7. Tampilan Multimedia pada Tahap Nexus

Tahap ini dilakukan agar pengetahuan yang diperoleh lebih aplikatif dan bermakna, tidak hanya di dalam konteks pembelajaran tetapi juga di luar konteks pembelajaran. Konsep-konsep tentang material nano grafena dan ikatan kimia yang sudah dipelajari diaplikasikan pada konteks yang lain. Khusus untuk tahap penilaian hanya dilakukan posttest dan pengisian angket. Tahap penilaian yang dikemas pada

(24)

multimedia dijadikan sebagai tahap nexus dalam rangka menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkannya. Berikut ini tabel yang berisi keterlaksanaan pembelajaran pada tahap nexus.

Tabel 4.5 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Nexus

Aktivitas Siswa Deskripsi Observasi Jumlah

Siswa

Persentase Siswa menentukan

intisari (konsep dasar) dari materi yang dipelajari

 Siswa ikut menjawab pertanyaan-pertanyaan pengajar yang membimbing ke penentuan konsep dasar

 Siswa kurang aktif, sesekali saja mencoba menentukan konsep dasar  Siswa aktif menjawab dan mencatat

hal-hal penting

 Siswa hanya diam saja

12 1 3 4 60 % 5 % 15 % 20 % Siswa masuk pada

evaluasi pada software

pembelajaran ikatan kimia, kemudian mengerjakan soal-soal dalam software

pembelajaran yang merupakan aplikasi pada konteks yang lain (rekontekstualisasi)

 Siswa Kurang paham dengan pertanyaan

 Siswa banyak melihat jawaban teman  Siswa berdiskusi dengan teman untuk

menjawab pertanyaan

 Siswa menjawab pertanyaan dengan serius 3 1 9 7 15 % 5 % 45 % 35 %

Dalam tahap ini, siswa mengikuti dengan cukup baik untuk menentukan intisari (konsep dasar) dari materi yang dipelajari. Beberapa siswa agak kesulitan dalam tahap rekontekstualisasi terkait material nano ini. Terdapat tiga siswa yang kurang paham terhadap soal rekontekstualisasi, tetapi setelah diberikan penjelasan oleh pengajar, ketiga siswa ini bisa kembali mengerjakan soal rekontekstualisai ini dengan baik. Dalam tahapan rekontekstualisai di pelaksanaan pembelajaran, soal ada dalam multimedia dan masih ada sangkut-pautnya dengan material nano. Sedangkan

(25)

dalam soal pretest dan posttest soal rekontekstualisasi menggunakan konteks di luar material nano untuk lebih mengetahui pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia yang ada pada konteks lain.

Keterlakasanaan tahap nexus dalam pembelajaran tergolong kriteria baik sekali dengan rerata persentase secara keseluruhan sebesar 100% (Lampiran C.1).

Terkait pembelajaran yang dilakukan menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia menggunakan konteks sains dan teknologi nano material grafena, didapat data juga berdasarkan hasil angket yang diberikan setelah pembelajaran Berikut ini tabel yang memperlihatkan tanggapan siswa untuk setiap kategori dalam pembelajaran.

Tabel 4.6 Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran

No Pernyataan Skor Keterangan

1 Belajar kimia dengan material nano grafena sangat menyenangkan.

3,4 Baik

2 Belajar mengenai topik ikatan kimia penting karena sangat erat dengan kehidupan

3,45 Baik

3 Mengaitkan pembelajaran ikatan kimia dengan konteks grafena membantu mempercepat pemahaman

3,15 Cukup Baik

4 Belajar materi ikatan kimia melalui multimedia pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar

3,4 Baik

5 Multimedia pembelajaran ini membuat saya ingin tahu lebih banyak

3,4 Baik

6 Diskusi perlu dilakukan dalam pembelajaran 3,4 Baik

Data ini memberikan temuan tambahan bahwa siswa merasa terbantu untuk mempelajari materi ikatan kimia menggunakan konteks nano material grafena ini.

(26)

Siswa menganggap belajar dengan multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks nano material grafena ini menimbulkan rasa keingintahuan yang lebih, menganggap materi ikatan kimia juga penting karena sangat erat kaitannya dengan kehidupan, meningkatkan motivasi, dan menyenangkan.

Meskipun siswa dituntut untuk mandiri dalam memahami konsep dengan multimedia pembelajaran, namun siswa tetap menganggap bahwa diskusi itu perlu dilakukan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan proses pembelajaran yang dialami siswa pada saat pembelajaran. Siswa berani untuk bertanya baik itu kepada guru atau kepada teman lainnya.

Rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran dari seluruh tahapan pembelajaran literasi sains adalah 94,33 % (lihat lampiran C.1). Dengan demikian, maka keterlaksanaan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia dengan konteks sains dan teknologi nano material grafena termasuk ke dalam kriteria baik sekali.

B. Peningkatan Literasi Sains Siswa

Penguasaan literasi sains diukur dan ditafsirkan berdasarkan hasil tes tertulis berupa pretest dan posttest. Data hasil pretest dan posttest yang diperoleh siswa selanjutnya dianalisis untuk melihat ada tidaknya peningkatan penguasaan literasi

(27)

sains siswa. Berikut ini akan diuraikan hasil dan pembahasan peningkatan penguasaan literasi sains siswa baik untuk semua aspek secara keseluruhan maupun untuk setiap aspek literasi sains (aspek konten, konteks, proses, dan sikap).

1. Peningkatan Semua Aspek Literasi Sains Siswa

Dalam penelitian ini, soal pretest dan posttest dibuat sesuai panduan soal dari PISA, yaitu Take the Test Sample Questions from OECD’s PISA Assessments, dimana aspek konten, konteks, dan proses menggunakan soal pilihan berganda sedangkan aspek sikap menggunakan skala sikap yang berbentuk angket. Untuk pretest dan posttest sendiri digunakan instrumen soal yang sama. Instrumen soal untuk mengukur aspek konten, konteks dan proses terdiri dari 13 dan untuk mengukur aspek sikap terdiri dari 12 soal (Lampiran A.3). Data hasil pretestt dan posttest (Lampiran C.1.) siswa secara keseluruhan selanjutnya dianalisis untuk melihat peningkatan literasi sains siswa. Hasil pengolahan data skor pretest dan posttest siswa aspek konten, konteks, dan proses dapat dilihat pada gambar 4.8.

(28)

Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Persentase Rerata Nilai Pretest, Posttest dan Peningkatan Penguasaan Aspek Konten, Konteks, dan Proses

Berdasarkan gambar 4.8. di atas dapat terlihat bahwa pada pretest nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 31,15%. Berdasarkan tafsiran kemampuan penguasaan dari Arikunto (2010) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa sebelum pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran tergolong kurang. Sedangkan pada posttest nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 63,08%. Berdasarkan tafsiran kriteria kemampuan menurut arikunto (2010) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa setelah pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks nano material grafena tergolong baik. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya peningkatan kemampuan aspek konten, konteks, dan proses literasi sains siswa, dimana awalnya adalah kurang kemudian menjadi baik setelah mengalami proses pembelajaran. Peningkatan ini juga dapat

0 10 20 30 40 50 60 70 pretest postest <g> 31,15 63,08 46,4

(29)

dilihat dari pencapaian gain ternormalisasi <g> yaitu perbandingan antara nilai rata-rata pretest dan posttest yang nilainya adalah 46,4%.

Untuk aspek sikap yang soalnya adalah menggunakan skala sikap, hasil pengolahan data skor pretest dan posttest-nya adalah seperti gambar 4.9. berikut:

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Persentase Rerata Nilai Pretest, Posttest dan Peningkatan Penguasaan Aspek Sikap

Berdasarkan gambar 4.9. di atas dapat terlihat bahwa pada pretest nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 79,27%. Berdasarkan tafsiran kemampuan penguasaan dari Arikunto (2010) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa sebelum pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran tergolong baik. Sedangkan pada posttest nilai rata-rata secara keseluruhan adalah 91,35%. Berdasarkan tafsiran kriteria kemampuan menurut arikunto (2010) yang terdapat dalam Tabel 3.7, penguasaan literasi sains siswa setelah pembelajaran menggunakan

0 20 40 60 80 100 pretest postes <g> 79,27 91,35 58,3

(30)

multimedia pembelajaran ikatan kimia konteks nano material grafena tergolong sangat baik. Pencapaian gain ternormalisasi <g> adalah 46,4 %.

Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8 dan 4.9. terlihat adanya peningkatan nilai hasil pretes dan posttest. Peningkatan ini membuktikan bahwa siswa benar-benar telah mengalami proses belajar berbasis literasi sains, sehingga siswa mampu menjawab lebih baik pertanyaan yang diberikan berupa tes tertulis yang merupakan indikator keberhasilan proses belajar. Gagne (Dahar, 1996) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana organisme berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Pengalaman yang dimaksud ini tentu merupakan pengalaman yang bermakna sehingga hal yang diperoleh akan melekat dalam waktu yang lama. Begitu pun dengan peningkatan penguasaan literasi sains siswa ini diakibatkan karena pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, selain pengemasan sumber belajar yang bebasis TIK juga konten yang disajikan mendorong siswa untuk membangun dan membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan konteks-konteks yang diberikan dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Holbrook (2005) bahwa sains akan mudah dipelajari ketika yang dipelajari tersebut masuk akal dalam pandangan siswa dan berkaitan dengan kehidupan manusia, kepentingan dan aspirasi. Dengan mengaitkan materi ajar pada kehidupan nyata, siswa akan tahu bahwa sains itu bukan sekadar teori, dan sains merupakan ilmu yang sangat erat sekali kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

(31)

2 Peningkatan Setiap Aspek Literasi Sains Siswa

Selain analisis peningkatan literasi sains siswa secara keseluruhan, dilakukan juga analisis terhadap data nilai pretest dan posttest untuk setiap aspek literasi sains secara terpisah yang meliputi aspek konten, konteks, proses, dan sikap. Dalam pengolahannya terlebih dahulu dilakukan pengelompokan soal-soal ke dalam aspek-aspek literasi sains untuk selanjutnya ditentukan nilai pretest, posttest dan gain ternormalisasinya.

Soal pilihan berganda yang dikembangkan memuat tiga aspek yang diuraikan sebelumnya, yaitu aspek konten, konteks, dan proses. Dimana konteks berperan sebagai media siswa untuk mengembangakan kompetensi (proses) dalam memahami konten. Aspek konten dan konteks aplikasi merujuk pada penguasaan pengetahuan, sedangkan aspek proses merujuk pada kemampuan berfikir tingkat tinggi (Toharudin, et al. 2011).

a. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten

Sebaran konten yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen soal diperlihatkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Matriks Soal pada Aspek Konten

Konten No. Soal

Ikatan Kovalen 1,2,3,17,23 Ikatan Ion 4,11 Ikatan logam 9,10 Hibridisasi 18 Gaya Van der Waals 21 Sifat Fisis Senyawa Kovalen 22

(32)

Hasil pencapaian siswa pada aspek konten dapat dilihat pada Gambar 4.10. berikut.

Gambar 4.10. Hasil Belajar Siswa pada Aspek Konten

Dari Gambar 4.10 bisa dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam konten ikatan ion adalah paling kecil dibandingkan dengan konten lainnya, dan hasil peningkatannya pun terlihat paling kecil. Jika dibandingkan dengan ikatan kovalen, kemampuan awalnya memang tidak begitu jauh, hanya saja setelah dilihat peningkatannya terlihat pada konten ikatan kovalen lebih signifikan dari ikatan ion. Hal ini disebabkan pada multimedia sendiri sebelum masuk ke konten ikatan kovalen, siswa dikenalkan terlebih dahulu kecenderungan suatu atom untuk membentuk ikatan kovalen. Sedangkan untuk ikatan ion langsung diberikan penjelasan bagaimana ikatan ion terbentuk, tidak diawali bagaimana kecenderungan dari suatu atom untuk

0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ikatan Kovalen

Ikatan Ion Ikatan logam

Hibridisasi Gaya Van der Waals Sifat Fisis Senyawa Kovalen 22 17,5 43,33 60 35 35 61 42,5 76,67 80 65 55 50 30 59 50 46 31 Pretest Posttest <g>

(33)

melepakan elektron terluar yang biasa dikenal sebagai proses ionisasi, dan bagaimana kecenderungan suatu atom lainnya yang lebih suka mengikat elektron, yang disebut afinitas elektron.

Untuk peningkatan pencapaian nilai <g> terbesar adalah pada konten ikatan logam. Multimedia pembelajaran menggunakan konteks sains dan teknologi nano material grafena ini nampak berpengaruh baik pada konten ikatan logam. Sebagai material utamanya, grafena memang menjadi kajian utama dalam multimedia, sedangkan sifat dari grafena itu sendiri adalah seperti suatu logam yang di dalamnya mengandung elektron yang bebas bergerak, sehingga dapat menghantarkan panas dan listrik dengan baik. Dalam aplikasinya sendiri, grafena diproyeksikan untuk menjadi super konduktor, transistor, dan ultra kapasitor. Sedangkan untuk konten lain, seperti ikatan kovalen dan ikatan ion, tidak secara langsung dihubungkan dengan grafena, tetapi dari bahan-bahan atau pun material lain yang digunakan dalam memperoleh grafena.

b. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks

Sebaran konteks yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen soal diperlihatkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Matriks soal pada Aspek Konteks

Konteks No. Soal

Hujan Asam 1,2,3,4 Peralatan Aluminium 9,10,11 Pagar Rumah Stainless Steel 16,17,18 Wisata Air Panas 21,22,23

(34)

Hasil pencapaian siswa pada aspek konten dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Konteks

Dari gambar 4.11, terlihat bahwa kemampuan awal siswa dan pencapaian nilai <g> tertinggi adalah pada konteks peralatan aluminium dan pagar rumah stainless steel. Hal ini menunjukkan bahwa kedua konteks tersebut adalah konteks yang dekat dengan kehidupan siswa dan biasa mereka temui dalam kehidupan. Tingginya hasil peningkatan ini juga menunjukkan bahwa siswa bisa menerapkan tahapan nexus untuk konteks yang berbeda dengan material grafena tapi dengan permasalahan yang sama dimana untuk memecahkannya diperlukan konsep yang sama.

0 10 20 30 40 50 60 70

Hujan Asam Peralatan

Aluminium Pagar Rumah Stainless Steel Wisata Air Panas 25 38,33 35 28,33 57,5 68,33 66,67 61,67 43 49 49 47 pretest posttest <g>

(35)

Adapun kemampuan awal terendah siswa adalah pada konteks hujan asam. Hasil pencapaian nilai <g> terendah juga pada konteks hujan asam. Hal ini menunjukkan bahwa konteks hujan asam tidak terlalu dekat dengan kehidupan siswa. Banyak dari siswa yang sepertinya tidak menyadari bahwa dalam hujan yang turun di beberapa kota di Indonesia memiliki air yang pH-nya di bawah 7. Selain itu juga, siswa sendiri memang tidak tinggal di kota industri besar seperti Jakarta ataupun Bekasi yang hasil polusinya dapat memicu hujan asam.

c. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses

Sebaran aspek proses yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen soal diperlihatkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Matriks soal pada Aspek Proses

Proses No. Soal

Mengidentifikasi masalah-maslah ilmiah 9,16,18 Menjelaskan fenomena Ilmiah 1,2,3,4,11,17,23 Menggunakan bukti ilmiah 10,21,22

Hasil pencapaian siswa pada aspek proses dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut.

(36)

Gambar 4.12 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Proses

Dari sebaran soal ketiga aspek proses tersebut terlihat bahwa pada aspek proses mengidentifikasi ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah masing-masing terdistribusi tiga soal, sedangkan untuk aspek menjelaskan fenomena ilmiah terdistribusi paling banyak, yaitu tujuh soal. Banyaknya soal yang ada pada aspek proses menjelaskan fenomena ilmiah ini dapat menyebabkan siswa juga banyak menjawab salah, sehingga didapat nilai kemampuan awalnya pun adalah yang terendah.

Berdasarkan Gambar 4.12 sendiri dapat dilihat bahwa hasil pencapaian nilai <g> terbesar adalah pada aspek proses mengidentifikasi masalah-masalah ilmiah, kemudian menjelaskan fenomena ilmiah, dan terendah adalah menggunakan bukti ilmiah. Hal ini memang sesuai dari urutan ketiga aspek tersebut dari mudah ke yang

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Mengidentifikasi masalah-maslah ilmiah Menjelaskan fenomena Ilmiah Menggunakan bukti ilmiah 50 20,71 36,67 85 55,71 58,33 70 44 34 pretest posttest <g>

(37)

paling sukar. Mengidentifikasi masalah ilmiah adalah kompetensi paling mudah untuk dikuasai oleh siswa sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan yang besar. Sedangkan menggunakan bukti ilmiah adalah kompetensi yang paling sukar sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan yang rendah. Karena diperlukan pemahaman yang lebih mendalam untuk menjelaskan menggunakan bukti ilmiah sehingga peningkatannya lebih kecil.

d. Peningkatan Literasi Sains Siswa pada Aspek Sikap

Sebaran aspek sikap yang diwakili oleh butir pertanyaaan pada instrumen diperlihatkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Matriks Soal pada Aspek Sikap

Sikap No. Soal

Ketertarikan terhadap sains 5,6,14,15

Mendukung inquiri ilmiah 24,25

Tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan 7,8,12,13,19,20,

Hasil pencapaian siswa pada aspek sikap dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut.

(38)

Gambar 4.13 Hasil Belajar pada Aspek Sikap

Dalam PISA Internasional, mulai tahun 2006, sikap dan kesadaran (bagian utama karakter) memang dipandang sebagai komponen penting dalam literasi sains individu, dan dapat membawa individu pada pembentukan literasi sains. Untuk mencapai tahap literasi sains tersebut, seseorang perlu mempunyai sikap positif terhadap sains agar dapat menguasai pengetahuan sains dengan baik, bahkan perlu keahlian saintifik dan membudayakan diri dengan sikap dan nilai-nilai sains dalam setiap dimensi kehidupan.

Berdasarkan Gambar 4.13 di atas, terlihat bahwa sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, sikap awal siswa pun sudah cukup tinggi. Dilihat secara umum, terjadi peningkatan setiap aspek sikap literasi sains dengan pencapaian yang tergolong sedang. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ketertarikan terhadap sains Mendukung inkuiri ilmiah Tanggung jawab terhadap diri dan

lingkungan 81,8887,19 78,1387,5 80,83 92,5 29 43 61 pretest posttest <g>

(39)

Peningkatan terbesar pada aspek sikap terjadi pada sikap tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan dengan capaian nilai <g> sebesar 61 %. Peningkatan terbesar ini dikarenakan dalam proses pembelajaran, pengajar memberikan pengetahuan dan pemahaman terkait beberapa zat atau pun senyawa kimia tertentu dalam proses pembuatan grafena skala industri. Penyampaiannya diberikan secara langsung oleh guru, karena dalam multimedia pembelajaran yang digunakan hal tersebut tidak ada. Dalam penyampaiannya, pengajar memberikan sifat dan bahaya dari hidrazin yang digunakan untuk mereduksi kertas grafit menjadi grafena, dimana hidrazin adalah salah satu senyawa yang beracun, penyebab iritasi, dan dapat menyebabkan kanker. Selain itu juga pengajar memberikan penjelasan bagaimana bahayanya silikon (Si) yang ada dalam pasir kuarsa. Apalagi bila disalahgunakan untuk operasi hidung dan pada payudara wanita, yang malah dapat merusak tubuh, dan efek paling bahayanya adalah dapat menyebabkan kanker.

Menurut Baron & Byrne (Mulyani, 2011) manusia tidak dilahirkan dengan sikap, melainkan sikap itu dipelajari. Dengan pembelajaran yang diterapkan peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar yang akan berujung pada pembentukan sikap. Seperti yang disebutkan oleh Azwar (Mulyani, 2011) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi akan meninggalkan kesan yang kuat.

(40)

Data hasil pengolahan dan analisis keterlaksanaan pembelajaran, juga dari hasil pencapaian nilai <g> digunakan untuk melakukan suatu upaya perbaikan dari multimedia pembelajaran yang digunakan. Hal ini penting dilakukan karena proses pembelajaran di kelas, bergantung dengan multimedia yang digunakan. Dengan adanya perbaikan ini, diharapkan hal-hal yang menjadi kekurangan atau pun kelemahan yang ditemukan selama dan setelah proses pembelajaran dapat dihilangkan, sehingga bisa optimal digunakan untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Upaya perbaikan multimedia pembelajaran dilakukan berdasarkan data hasil temuan yang dihubungkan dengan faktor penyebabnya yang dihubungkan dengan penyajian multimedia yang sudah dibuat (Lampiran C.6.). Berikut akan diuraikan hasilnya satu per satu.

1. Peningkatan yang cukup rendah untuk konten ikatan ion (<g> = 30 %). Nilai pencapaian paling kecil dibandingkan dengan konten lainnya

Hasil capaian ini disebabkan materi ikatan ion dalam media langsung menunjukkan penjelasan bagaimana ikatan ion terbentuk, tidak diawali bagaimana kecenderungan dari suatu atom untuk melepaskan elektron terluar (proses ionisasi), dan bagaimana kecenderungan suatu atom lainnya yang lebih suka mengikat elektron, (afinitas elektron). Hal ini membuat siswa kurang kuat dalam pemahaman konsep dasarnya mengapa dapat terbentuk senyawa ion. Gambar 4.14 berikut menunjukkan link halaman tentang pembentukan ikatan ion.

(41)

Gambar 4.14. Halaman Pemaparan Materi Ikatan Ion

Dari data tersebut, dilakukan suatu upaya agar multimedia bisa lebih maksimal dalam menjelaskan dan menguatkan pemahaman siswa terhadap konten ikatan ion. Pada halaman pertama tentang pengenalan grafena, terdapat suatu link yang menerangkan bagaimana kecenderungan dari atom karbon (C) yang memiliki elektron valensi 4 dapat membentuk ikatan kovalen dengan empat tangan. Seharusnya pada link ini, pertama-tama dibahas dulu tentang kestabilan dari unsur gas mulia yang elektron valensinya 2 untuk He, dan 8 untuk gas mulia lainnya. Kemudian baru dibuat kecenderungan dari atom C untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia, dan atom lainnya terutama atom yang mudah mengionisasi untuk mencapai

(42)

konfigurasi seperti gas mulia seperti golongan IA dan IIA atau pun yang melakukan afinitas elektron.

2. Peningkatan Aspek Sikap paling tinggi adalah pada aspek tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan (<g> = 61 %)

Dalam media pembelajaran, sama sekali tidak ada suatu link yang mengarah ke halaman untuk menjelaskan tentang sifat atau bahaya dari suatu senyawa yang ada dalam proses pembuatan grafena skala industri. Padahal bagian ini perlu disampaikan agar siswa bisa paham dan mengerti dalam memperlakukan suatu bahan kimia yang mungkin nanti akan mereka temui di laboratorium atau pun dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menanggulangi hal tersebut, dalam proses pembelajaran di kelas penjelasan tentang sifat dan bahaya dari suatu zat atau senyawa kimia disampaikan oleh pengajar secara langsung. Ternyata dengan itu, berhasil meningkatkan sikap siswa pada aspek tanggung jawab terhadap diri dan lingkungan dengan arahan seperti berikut:

a) Pada halaman pembuatan grafena skala industri metode redoks silikon karbida (SiC), dibuat link yang menunjukkan sifat dan bahaya dari silikon, dan juga dampak dari penyalahgunaan silikon. Misalnya dalam suntik silikon pada hidung, ataupun payudara wanita yang dapat menyebabkan kanker dan efek negatif lainnya.

b) Pada halaman yang sama, tetapi pada metode reduksi hidrazin, dibuat link yang memaparkan sifat dan bahaya dari hidrazin yang iritan, beracun, dan

(43)

dapat menyebabkan kanker. Serta bagaimana cara memperlakukan hidrazin dalam laboratorium.

3. Peningkatan yang rendah pada konten sifat fisik senyawa kimia (<g> = 31%) Multimedia pembelajaran yang dibuat, hanya menjelaskan sifat-sifat dari grafena. Meskipun ikatan yang dibentuk antaratom karbon dalam lembaran grafena adalah ikatan kovalen, tetapi siswa menjadi kurang memahami terkait sifat senyawa kovalen secara umum. Sehingga merasa kesulitan dalam menentukan sifat dari senyawa kovalen yang lain. Halaman yang menjelaskan sifat-sifat grafena ditampilkan seperti Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Tampilan Halaman pada Media Yang Menjelaskan tentang Sifat Grafena

(44)

Upaya perbaikannya adalah pada halaman tentang sifat-sifat dari grafena, dibuat suatu link yang menghubungkan ke halaman berisi penjelasan sifat-sifat senyawa kovalen. Pada halaman tersebut juga dibuat suatu tabel yang membandingkan sifat dari senyawa kovalen, ion, dan ikatan logam.

4. Keterlaksanaan pembelajaran pada tahap pengambilan keputusan (85%), terdapat enam siswa yang tidak aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan bersama tersebut

Keterlaksanaan pada tahap pengambilan keputusan adalah yang terkecil dari keseluruhan tahapan pembelajaran berbasis literasi sains pada penelitian ini. Analisisnya adalah dikarenakan pada halaman multimedia pembelajaran untuk tahap pengambilan keputusan ini disatukan dengan halaman aplikasi grafena yang masih masuk pada tahapan elaborasi. Itu pun yang ditampilkan hanya mengulang pertanyaan kuriositi saja, tidak ditampilkan bagaimana arahan untuk mendapat suatu hasil yang akan menjadi keputusan bersama. Dari hal tersebut, perlu dibuat tambahan satu halaman terpisah untuk tahap pengambilan keputusan bersama untuk membuat siswa aktif terlibat dengan menampilkan:

a) Pertanyaan kuriositi

b) Arahan utnuk berdiskusi yang berisi pertanyaan-pertanyaan membimbing ke arah suatu keputusan yang bisa diambil bersama

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi Kegiatan pada Tahap Kontak
Gambar 4.1 Halaman Pertama : Judul Multimedia Pembelajaran
Gambar 4.2 Halaman Teks dan Video Penjelasan yentang Nano Partikel  Dalam  tahap  kontak,  siswa  dikenalkan  atau  pun  diingatkan  terkait  isu  teknologi  nano  yang  semakin  marak  digunakan  dalam  berbagai  produk  komersil  berbasis  teknologi
Gambar 4.3 Tampilan Multimedia pada Tahap Kuriositi
+7

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA (LK3) “IJE JELA” DINAS SOSIAL KABUPATEN BARITO KUALA TAHUN 2017.. PATIMAH, S.Sos,

Dengan adanya peran kontrol dari psikologi agama, seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi dapat lebih mengandalkan hatinya ketimbang

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan fly ash ini terhadap sifat mekanik aluminium maka dalam tugas sarjana ini dilakukan pengujian kekerasan dan densitas,

Almond, Gabriel, 2000, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrews (ed), Perbandingan Sistem Politik , Yogyakarta : Gadjah Mada University

Sahabat MQ/ Kurs rupiah terhadap dollar AS di pasar spot antarbank/ masih tetap tertekan karena Rapat Paripurna DPR yang sedang berlangsung masih belum

(5) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal mengajukan permohonan

4) Melakukan kajian pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian dan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 5) Menyusun silabus dan rencana

Pengaruh Minat Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Survey Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kabupaten