• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR.. TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN JEPARA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR.. TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN JEPARA TAHUN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENJELASAN A T A S

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR …….. TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN JEPARA TAHUN 2011-2031

I. UMUM

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jepara ini, yaitu antara lain:

a. Faktor eksternal

Adanya perubahan dan atau penyempurnaan peraturan dan atau rujukan sistem penataan ruang. Perubahan rujukan tersebut berupa perubahan Undang-undang Penataan Ruang yang semula UU No 24 tahun 1992 menjadi UU No 26 Tahun 2007. Dalam Undang-undang penataan ruang yang baru ini terjadi beberapa perubahan yang signifikan dibandingkan undang-undang yang lama. Perubahan tersebut terutama dalam jangka waktu pelaksanaan rencana yang semula 10 tahun menjadi 20 tahun dan adanya sanksi (pidana dan administratif) bagi setiap orang yang tidak menaati rencana ruang yang telah disepakati. Selain itu, terdapat pula penambahan dalam materi yang harus menjadi cakupan RTRW dan proses pelaksanaan rencana seperti pemenuhan Ruang Terbuka Hijau dan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi. Kondisi ini perlu dicermati dalam penyusunan RTRW Jepara karena akan berpengaruh besar dalam penyusunan materi rencana.

b. Faktor internal

1. Pemekaran wilayah Kabupaten Jepara yang semula 14 (empat belas) kecamatan menjadi 16 (enam belas) Kecamatan dengan penambahan Kecamatan Pakisaji dan Donorojo.

2. Pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan yaitu adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.

3. Adanya program kawasan lindung abadi sehingga perlu mempertahankan kawasan yang mempunyai fungsi lindung seperti hutan.

4. Semakin berkembangnya usaha pertambangan yang selalu merubah bentang alam dan mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup. Kondisi seperti ini diperburuk dengan semakin banyaknya usaha pertambangan yang belum berijin.

5. Terjadinya abrasi pantai yang menyebabkan luasan daratan berkurang. Hal ini akan mempengaruhi pemanfaatan ruang yang ada.

6. Aktivitas di Kabupaten Jepara yang semakin berkembang pesat dan mengakibatkan perkembangan kebutuhan ruang yang mengarah pada perkembangan perluasan fisik Kabupaten Jepara.

(2)

Berdasarkan beberapa faktor tersebut diatas, maka perlu dilakukan evaluasi dan revisi RTRW Kabupaten Jepara yang diatur dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah. RTRW Kabupaten Jepara memuat rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang meliputi:

a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang; b. rencana struktur ruang;

c. rencana pola ruang;

d. penetapan kawasan strategis; e. arahan pemanfaatan ruang;

f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang; dan g. hak, kewajiban dan peran masyarakat.

RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011 sampai dengan 2030, disusun sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Secara subtansi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, sedang secara mekanisme telah dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2

Ayat (1)

Substansi RTRW Kabupaten Jepara mencakup arahan pemanfaatan ruang daratan, perairan dan udara. Namun dalam peraturan ini lebih didominasi penataan ruang daratan. Untuk penataan ruang perairan dan udara secara detail dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup jelas Pasal 3

Cukup jelas Pasal 4

Pengembangan industri pengolahan, pertanian dan pariwisata akan menjadi sektor andalan pembangunan daerah hingga 20 tahun mendatang.

Pasal 5

Cukup jelas Pasal 6

Cukup jelas Pasal 7

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah terutama jaringan transportasi.

Rencana struktur ruang kabupaten mengakomodasi rencana struktur ruang wilayah nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten sekitar yang berbatasan.

Rencana struktur ruang kabupaten berfungsi sebagai:

a. arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan

(3)

b. sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3)

Fasilitas penunjang kawasan antara lain: a. sarana pendidikan;

b. sarana kesehatan; c. sarana peribadatan; dan d. sarana perekonomian. Pasal 9 Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) huruf a

Pengembangan pelabuhan laut Karimunjawa diarahkan sebagai pelabuhan pengumpan untuk kepentingan penumpang dan barang huruf b

Pembangunan pelabuhan laut di Kecamatan Jepara ini dimaksudkan untuk menunjang pengembangan Kawasan Industri Mulyoharjo dan diarahkan sebagai pelabuhan barang

Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

Ayat (3) huruf a

Cukup jelas huruf b

Pembangkit listrik energi baru dan terbarukan di wilayah kabupaten Jepara adalah pembangkit listrik dari sumber energi baru non nuklir dan sumber energi terbarukan.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang terletak di Kecamatan Kembang, Keling, Pakisaji, Mayong dan Nalumsari ternasuk ke dalam Pembangkit listrik energi baru dan terbarukan. Ayat (4)

huruf a

Cukup jelas

(4)

huruf b

Ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM No. 2026 K/20/MEM/2010 tentang Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2010-2019. huruf c Cukup jelas huruf d Cukup jelas Ayat (5)

Ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029 dan Rekomendasi Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah Nomor: 660.1/BLH.II/1154

Ayat 6 Cukup jelas Ayat 7 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) huruf a dan b

Ditetapkan berdasarkan Permen PU No. 11 A/PRT/M/2009 tentang Penetapan dan Kriteria Wilayah Sungai

huruf c

Cukup jelas Ayat (3)

Ditetapkan berdasarkan Kepmen PU No. 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya menjadi Wewenang dan Tanggungjawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Ayat (4)

Cukup jelas Ayat (5)

Pemanfaatan air baku untuk air bersih dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

huruf a Cukup jelas huruf b

Air permukaan meliputi sungai, mata air, sumur dangkal dan sumber-sumber air baku lainnya yang dapat dimanfaatkan secara langsung dan dikembangkan untuk berbagai kepentingan.

Ayat (6) Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas

(5)

Pasal 21

Jalur evakuasi adalah jalur keluar untuk proses evakuasi akibat dampak bencana dan diarahkan pada zona aman yang terdapat pada kecamatan terdampak dan kecamatan di sekitar kawasan rawan bencana

Penetapan jalur evakuasi disusun dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:

a. untuk semua rawan bencana: kepadatan penduduk dan lokasi shelter terdekat

b. untuk kebakaran dan dampak kerusakan pembangkit listrik: arah angin c. untuk banjir dan gelombang pasang : arah angin, arah gelombang, aliran

banjir; dan

d. untuk longsor dan abrasi: arah longsoran dan abrasi e. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Pasal 22

Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten

b. daya dukung dan daya tampung lingungan hidup wilayah kabupaten

c. kebutuhan rungan untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan

d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “sempadan sungai” adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai/sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai/sungai buatan.

Kriteria sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Kriteria sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Kriteria sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman kurang dari 3 (tiga) meter adalah 10 (sepuluh) meter. Kriteria sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter adalah 15 (lima belas) meter.

Kriteria sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter adalah 30 (tiga puluh) meter.

Garis Sempadan Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk sungai besar adalah 100 (seratus) meter, untuk sungai kecil 50 (lima puluh) meter.

Garis Sempadan diukur dari tepi sungai pada waktu ditetapkan pada setiap ruas daerah pengaliran sungai.

Ayat (3)

Yang dimaksud “Sempadan Pantai” adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

(6)

a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya

curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

Ayat (4)

30 (tiga puluh) mata air tersebut adalah Pohireng, Selang, Jambon, Gowak, Towo, Sublak, Ngelo, Gumuk,Tumang, Wadang, Gintungan, Badean Gecak, Ramu, Grenjengan, Waringin, Ngelo,Jurang Nganten, Sekelor, Sumber Murah, Sumber Mosem, Sumber Trinsing, Grenjeng, Sobo, Ploso, Tawar, Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Publik” adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, berada di kawasan perkotaan, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk RTH perkotaan publik antara lain: hutan kota, taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau di sepanjang jaringan jalan

Pemenuhan RTH perkotaan publik dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan kemampuan daerah, skala prioritas dan ketersediaan lahan Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) huruf a

Ditetapkan berdasarkan Brigade Planologi Kehutanan No. 273/V/6/Pl.K tanggal 3 Agustus 1961 sebagaimana tercantum dalam Buku Informasi Kawasan Konservasi BKSDA Jateng, 2001

huruf b

Ditetapkan berdasarkan SK Menhut No. 775/KPTS-II/1989 tanggal 16 Desember 1989 sebagaimana tercantum dalam Buku Informasi Kawasan Konservasi BKSDA Jateng, 2001

huruf c dan d

Ditetapkan berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 6 Stbl. 90 tanggal 21 Februari 1919 sebagaimana tercantum dalam Buku Informasi Kawasan Konservasi BKSDA Jateng, 2001

Ayat (3)

Taman Nasional Laut Karimunjawa merupakan kawasan lindung nasional (I/B/4), ditetapkan oleh Menteri Kehutanan No.78/KPTS-II/1999 tanggal 22 Pebruari 1999 terdiri dari kawasan daratan dan perairan dengan perincian sebagai berikut:

1. Berupa daratan di Pulau Karimun seluas kurang lebih 1.285,5 (seribu dua ratus delapan puluh lima koma lima) hektar

2. Berupa daratan di Pulau Kemujan seluas kurang lebih 222,2 (dua ratus dua puluh dua koma dua) hektar

3. Berupa perairan seluas 110.117,30 ha (seratus sepuluh ribu seratus tujuh belas koma tiga puluh) hektar

Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5)

(7)

Ayat (6) Cukup jelas Pasal 28

Cukup jelas Pasal 29

Ditetapkan berdasarkan Kepmen ESDM/716K/40/MEM/2003 tentang Batas Horisontal Cekungan Air Tanah di Pulau Jawa dan Pulau Madura

Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Pasal 33 Cukup jelas Pasal 34 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4)

Kawasan peruntukan pertanian lahan kering antara lain:

a. jagung di Kecamatan Pecangaan, Mayong, Batealit, Bangsri, Welahan, Kembang, Keling, Donorojo, Mlonggo, Kalinyamatan, Nalumsari dan Pakisaji;

b. ubi kayu di Kecamatan Donorojo, Keling, Kembang, Bangsri, Mlonggo, Pakisaji, Batealit, Tahunan, Mayong, Nalumsari, Pecangaan dan Kalinyamatan;

c. ubi jalar di Kecamatan Kalinyamatan, Mayong, Nalumsari dan Welahan;

d. kacang tanah di Kecamatan Batealit, Nalumsari, Pakisaji, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Keling, Donorojo dan Tahunan;

e. kacang hijau di Kecamatan Welahan, Nalumsari, dan Bangsri; f. kedelai di Kecamatan Welahan, Mayong, dan Bangsri;

g. labu siam di Kecamatan Keling, Donorojo dan Kembang;

h. kacang panjang di Kecamatan Pecangaan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Batealit, Bangsri, dan Kembang;

i. cabe besar di Kecamatan Welahan, Nalumsari, dan Bangsri, Keling, Donorojo dan Batealit;

j. tomat di Kecamatan Welahan dan Nalumsari; k. bawang merah di Kecamatan Welahan;

l. ketimun di Kecamatan Welahan, Mayong, Bangsri, Nalumsari dan Keling;

m. terung di Kecamatan Pecangaan, Welahan, Mayong, Nalumsari, Mlonggo, dan Bangsri;

n. bayam di Kecamatan Pecangaan, Keling, Donorojo dan Welahan; o. kangkung di Kecamatan Pecangaan, Welahan, Kalinyamatan,

Nalumsari, Bangsri, Mlonggo dan Pakisaji; dan

p. jamur di Kecamatan Batealit, Bangsri, Keling dan Donorojo. Ayat (5)

Kawasan peruntukan hortikultura, antara lain: a. sentra buah belimbing di Kecamatan Welahan;

b. sentra buah jambu biji di Kecamatan Keling, Donorojo dan Kembang; c. sentra buah jambu air di Kecamatan Mayong dan Welahan;

(8)

d. sentra buah manggis di Kecamatan Nalumsari, Bangsri, Kembang, Keling dan Donorojo;

e. sentra buah durian di Kecamatan Pecangaan, Batealit, Pakisaji, Bangsri, Tahunan, Keling, Kembang dan Nalumsari;

f. sentra buah mangga di Kecamatan Batealit, Welahan, Nalumsari, Pecangaan, Jepara, Mayong, Bangsri, Keling dan Donorojo;

g. sentra buah pisang di Kecamatan Bangsri, Keling, Donorojo, Welahan dan Nalumsari;

h. sentra buah jeruk siam/keprok di Kecamatan Nalumsari;

i. sentra buah jeruk besar di Kecamatan Bangsri, Kembang, Keling dan Donorojo;

j. sentra buah nangka di Kecamatan Keling dan Donorojo;

k. sentra buah nanas di Kecamatan Mayong, Batealit, Keling, Donorojo dan Kembang;

l. sentra buah pepaya di Kecamatan Nalumsari, Mayong, Keling, Kembang dan Donorojo;

m. sentra buah rambutan di Kecamatan Batealit, Mayong, Kembang, Bangsri dan Nalumsari;

n. sentra buah sawo di Kecamatan Kembang, Bangsri, Pakisaji dan Nalumsari ;

o. sentra buah kedondong di Kecamatan Welahan dan Kembang;

p. sentra buah sirsak di Kecamatan Welahan, Kembang, Bangsri, Mlonggo dan Pakisaji;

q. sentra buah sukun di Kecamatan Nalumsari dan Pakisaji; r. sentra buah melinjo di Kecamatan Kembang dan Pakisaji; s. sentra tanaman petai di Kecamatan Nalumsari dan Kembang;

t. sentra tanaman jengkol di Kecamatan Kembang, Keling dan Donorojo; dan

u. sentra buah matoa di Kecamatan Nalumsari. Ayat (6)

Kawasan peruntukan perkebunan antara lain:

a. sentra tanaman kelapa di Kecamatan Mayong, Bangsri, dan Kedung; b. sentra tanaman kopi robusta di Kecamatan Keling, Kembang, dan

Bangsri;

c. sentra tanaman cengkeh di Kecamatan Keling, Kembang, dan Batealit;

d. sentra tanaman jambu mete di Kecamatan Mayong dan Nalumsari; e. sentra tanaman kapok di Kecamatan Keling, Bangsri, dan Batealit; f. sentra tanaman kakao di Kecamatan Keling, Kembang, Pakisaji, dan

Batealit;

g. sentra tanaman lada di Kecamatan Keling;

h. sentra tanaman panili di Kecamatan Keling, Kembang, dan Pakisaji; dan

i. sentra tanaman aren di Kecamatan Keling, Kembang, dan Bangsri. Ayat (7)

Cukup jelas Pasal 35

Cukup jelas Pasal 36

Yang dimaksud dengan “kawasan peruntukan pertambangan” adalah wilayah yang memiliki potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan serta tidak dibatasin oleh penggunaan lahan, baik kawasan lindung maupun budi daya

(9)

Kawasan peruntukan pertambangan antara lain:

a. pasir besi di Kecamatan Donorojo, Keling dan Kembang;

b. kaolin di Kecamatan Nalumsari, Welahan, Mayong, Mlonggo, Bangsri, dan Donorojo;

c. feldspar di Kecamatan Keling dan Donorojo; d. batu gamping di Kecamatan Keling dan Donorojo; e. fospat di Kecamatan Donorojo ;

f. tras di Kecamatan Keling dan Mayong;

g. andesit di Kecamatan Nalumsari, Mayong, Batealit, Kembang dan Keling; h. tanah liat di Kecamatan Nalumsari, Welahan, Mayong, Mlonggo, Bangsri,

dan Donorojo;

i. tanah urug di Kecamatan Bangsri, Mlonggo, Batealit dan Jepara; dan j. endapan batu, termasuk didalamnya batu gunung quarry besar, kerikil

galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah) di Kecamatan Donorojo, Keling, Kembang, Bangsri, Pakisaji, Mlonggo, Batealit, Jepara, Tahunan, Kedung, Pecangaan, Nalumsari, dan Mayong.

Pasal 37

Cukup jelas Pasal 38

Cukup jelas Pasal 39

Yang dimaksud dengan “kawasan permukiman” adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Pasal 40

Ayat (1)

Pengembangan kawasan khusus untuk militer diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 41 Cukup jelas Pasal 42 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Penetapan kawasan perkotaan PKL dan PKLp sebagai kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari kebijakan kawasan strategis Wanarakuti (Juwana-Jepara-Kudus-Pati) yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Ayat (3)

huruf a

Cukup jelas huruf b

Kawasan Jepara-Tahunan-Kedung antara lain: 1) sentra industri kerajinan mebel

2) sentra industri ukir akar dan patung di Desa Mulyoharjo huruf c

Kawasan Pecangaan-Kalinyamatan-Welahan antara lain: 1) sentra industri tenun ikat troso di Desa Troso

(10)

3) sentra industri kerajinan anyaman rotan di Desa Teluk Wetan 4) sentra industri konveksi

5) sentra industri kue dan roti di Desa Bugo 6) sentra industri anyaman bambu

7) sentra industri rokok kretek di Desa Robayan huruf d

Kawasan Mayong-Nalumsari antara lain:

1) sentra industri kerajinan keramik di desa Pelemkerep, Mayong Lor dan Mayong Kidul

2) sentra industri rokok kretek 3) sentra industri konveksi

4) sentra industri anyaman bambu Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Pasal 43 huruf a

Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Kecamatan Kembang berada di Desa Tubanan

Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Kecamatan Mlonggo berada di Desa Karanggondang dan Sekuro

Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Kecamatan Bangsri berada di Desa Bondo

huruf b

Cukup jelas huruf c

Yang dimaksud dengan Kampung Teknologi adalah kawasan untuk pengembangan sektor ekonomi strategis berbasis teknologi yang menyajikan, memperagakan dan menginformasikan teknologi terkini dari berbagai studi yang ditujukan untuk produksi, penelitian, pendidikan dan pelatihan sebagai bentuk alih teknologi kepada masyarakat.

Kampung Teknologi di Kecamatan Pakisaji berada di Desa Suwawal Timur.

Pasal 44

Cukup jelas Pasal 45

huruf a

Taman Nasional termasuk ke dalam kawasan lindung huruf b Cukup jelas huruf c Cukup jelas Pasal 46 Cukup jelas Pasal 47 Cukup jelas Pasal 48 Cukup jelas Pasal 49 Cukup jelas Pasal 50 Cukup jelas Pasal 51 Cukup jelas

(11)

Pasal 52 Cukup jelas Pasal 53 Cukup jelas Pasal 54 Cukup jelas Pasal 55 Cukup jelas Pasal 56 Cukup jelas Pasal 57 Cukup jelas Pasal 58 Cukup jelas Pasal 59 Cukup jelas Pasal 60 Ayat (1)

Penyusunan ketentuan umum peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci dan diprioritaskan pada kawasan-kawasan strategis yang berpotensi menjadi kawasan cepat berkembang, dan kawasan yang berpotensi terjadi konflik pemanfaatan.

Ayat (2)

Penetapan izin dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang ada. Rekomendasi BKPRD dilaksanakan pada pemanfaatan ruang dengan batasan luasan tanah lebih dari 5.000 (lima ribu meter persegi) m2. Ayat (3) Cukup jelas Pasal 61 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Pelaksanaan prosedur izin pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan rekomendasi hasil forum koordinasi BKPRD dilaksanakan pada pemanfaatan ruang dengan batasan luasan tanah lebih dari 5.000 (lima ribu meter persegi) m2.

Pasal 62 Cukup jelas Pasal 63 Cukup jelas Pasal 64 Cukup jelas Pasal 65 Cukup jelas Pasal 66 Cukup jelas Pasal 67 Cukup jelas Pasal 68 Cukup jelas Pasal 69 Cukup jelas Pasal 70 Cukup jelas

(12)

Pasal 71 huruf a Cukup jelas huruf b Cukup jelas huruf c Cukup jelas huruf d

Yang dimaksud dengan “penggantian yang layak” adalah bahwa nilai atau besarnya penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang diberi penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 72 Cukup jelas Pasal 73 Cukup jelas Pasal 74 Cukup jelas Pasal 75 Cukup jelas Pasal 76 Cukup jelas Pasal 77 Cukup jelas Pasal 78 Cukup jelas Pasal 79 Cukup jelas Pasal 80 Cukup jelas Pasal 81 Cukup jelas Pasal 82 Cukup jelas Pasal 83 Cukup jelas Pasal 84 Cukup jelas Pasal 85 Cukup jelas Pasal 86 Cukup jelas Pasal 87 Cukup jelas Pasal 88 Cukup jelas Pasal 89 Cukup jelas Pasal 90 Cukup jelas Pasal 90 Cukup jelas

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dari variabel independensi komite audit memiliki koefisien regresi sebesar -0,012 dengan tingkat signifikansi 0,946 di atas nilai 0,05, sehingga

Brecklin dan Chambers [2], memperkenalkan analisis Regresi M-kuantil yang merupakan suatu analisis regresi yang mempelajari cara mengetahui hubungan antara variabel bebas

Populasi adalah pasien Suspek Tuberculosis Paru yang tercatat dan berobat di Puskesmas di Kota Bengkulu yaitu sebanyak 235 orang dengan sample penelitian sebanyak

Dalam merancang alat pengering pakaian peneliti menggunakan pipa tembaga sebagai bahan untuk memaksimalkan air panas yang tersedia, dimana air panas akan dialirkan

Material yang telah berumur 7 hari, 14 hari dan 28 hari akan melalui pengujian kuat tekan untuk mengetahui berapa persen abu ketel yang optimal sebagai campuran pengganti

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dan independensi auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sedangkan variabel ukuran perusahaan

Masalah yang mucul dalam menanamkan nilai-nilai moral pada anak adalah perbedaan agama di dalam keluarga, kurangnya pengetahuan orang tua dalam mengajarkan

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, (2012) menjelaskan tumpang sari memiliki keuntungan antara lain: (1) Tingkat efisiensi tenaga lebih mudah