• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. KONSEP PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. KONSEP PERANCANGAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

3. KONSEP PERANCANGAN

3.1. Konsep Media

3.1.1. Tujuan Media

Perancangan dalam karya Tugas Akhir ini adalah berupa cerita bergambar yang digunakan sebagai media penyampaian sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam, salah satu bukti kesejarahan bahari kota Surabaya yang sudah mulai banyak dilupakan oleh masyarakat. Sehingga dengan adanya media ini, diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda bisa memahami lebih lagi mengenai sejarah kotanya sendiri, belajar lebih menghargai perjuangan para pahlawan sehingga bisa lebih mencintai bangsanya sendiri, Indonesia.

3.1.2. Strategi Media

Media penyadaran masyarakat akan pentingnya sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam ini dibuat dalam bentuk cerita bergambar dengan teknik fotografi dan vektor grafis sebagai gaya penyampaian pesannya; menyadari bahwa berdasarkan hasil kuesioner, gaya inilah yang dianggap mampu menjembatani penyampaian sebuah cerita bergambar sejarah kepada selera target audience remaja dewasa ini.

3.1.2.1. Pendekatan Perancangan

Metode yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah pendekatan rasional dan emosional. Dalam hal ini, pendekatan rasional dilakukan untuk memperoleh analisa dan sintesa data yang diperlukan sehingga mendukung muatan sejarah, nilai-nilai moral yang akan disampaikan. Sedangkan pendekatan emosional dilakukan untuk mengembangkan estetik ide visual sebagai visualisasi yang menarik dan menggugah perhatian target sasaran.

(2)

Jenis pendekatan perancanga n Tujuan Langkah-langkah Rasional • Memperole h rumusan masalah yang terjadi, sehingga dapat menemukan pemecahan yang rasional • Memperole h hasil perancanga n berupa pesan yang dapat dimengerti oleh sasaran khalayak. Pengumpulan data-data: • wawanca ra • literatur • observasi • kuesioner

Simpulan dan Analisa Data

Emosional • Pemecahan masalah secara estetik dan afektif melalui perancanga n visual yang menarik dan menggugah emosi khalayak sasaran.

• Pengembangan ide visual

• Pengumpulan data visual dan audio visual (majalah, website, videorama, VCD yang berkaitan)

• Proses kreatif (pemilihan judul, ilustrasi, tipografi, warna dll)

Thumbnail

Tight tissue

Final design

Tabel 3.1 Pendekatan perancangan 3.1.2.2. Target Audience

Target Audience primer

• Tinjauan Demografis

Media cerita bergambar sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam ini didesain dan ditujukan secara khusus untuk khalayak sasaran dengan usia antara 14-18 tahun; dimana pada usia tersebut merupakan tingkat pada saat mengenyam

(3)

pendidikan SMP hingga SMU/A. Adapun untuk tingkat sosial tidak dibatasi, karena perancangan lebih bersifat edukasi kepada siswa pelajar.

• Tinjauan Geografis

Khalayak sasaran yang dituju mencapai wilayah Surabaya, selain merupakan tempat Monumen Kapal Selam berdiri, juga dengan pertimbangan untuk lebih memperkenalkan dan memahami sejarah lokal kota yang didiami oleh target audience sendiri.

• Tinjauan Psikografis

Khalayak sasaran yang dituju adalah remaja yang umumnya sudah mampu menganggap orang/hal lain sebagai bagian dari diri sendiri, sudah mulai tumbuh perasaan ikut memiliki serta memiliki keinginan menjelajah hal yang lebih luas dan bersikap kritis terhadap apa yang ada disekitarnya.

• Tinjauan Behavioristis

Khalayak sasaran remaja umumnya memiliki aktivitas beragam. Target Audience Sekunder

Audience sekunder merupakan pengunjung Monumen Kapal Selam, yang rata-rata berdomisili di Surabaya dengan tingkatan umur bervariasi, mulai dari anak-anak hingga orangtua. Audience sekunder umumnya mengunjungi Monumen Kapal Selam untuk bersenang-senang dan mencari hiburan yang murah tapi meriah serta wisatawan mancanegara yang ingin mengetahui tentang muatan lokal sejarah di Surabaya.

(4)

3.1.2.3. Pola pikir

Ket:

Menunjukkan hubungan langsung Menunjukkan hubungan tidak langsung

Tabel 3.2. Pola Pikir

Target Audience: Remaja

Tujuan Perancangan Solusi : Buku Cerita

Bergambar Sejarah

Masalah:

- Terjadinya kecenderungan kurangnya nasionalisme dan pemahaman generasi muda mengenai sejarah kota Surabaya sebagai kota maritim

- Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keberadaan Monumen Kapal Selam

- Sangat terbatasnya penyampaian pesan buku pelajaran sejarah kepada remaja

(5)

3.2. Konsep Kreatif

3.2.1. Tujuan Kreatif

Rancangan cerita bergambar dibuat dengan tujuan untuk menekankan nilai-nilai kesejarahan, patriotisme dan semangat juang para pahlawan kapal selam RI selam bertugas untuk mempertahankan tanah air. Penekanan nilai-nilai sejarah dan moral ini dituangkan melalui narasi, konflik dan karakter yang terdapat dalam cerita bergambar.

3.2.2. Strategi Kreatif 3.2.2.1. Isi pesan

Cerita bergambar ini dirancang sebagai media penyampaian sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam, sebagai bukti kesejarahan bahari kota Surabaya dan patriotisme pejuang kapal selam RI. Oleh karenanya memuat wawasan mengenai asal mula terbentuknya kapal selam RI hingga peresmian Monumen Kapal Selam untuk umum. Kurun waktu yang ditampilkan mulai tahun 1959-1999 dengan mengambil fokus cerita pada saat demolisi Kapal Selam RI, operasi Trikora yang telah dilakukan untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda dan peresmian Monumen Kapal Selam untuk umum. Untuk beberapa operasi lainnya ditampilkan hanya sebagai sanggahan untuk menjembatani ketiga peristiwa di atas. Pesan berupa nilai moral juga dimasukkan melalui karakterisasi dan penokohan dari para pahlawan selama bertugas mengawaki Kapal-kapal Selam RI serta penutup dari buku cerita bergambar ini.

3.2.2.2. Bentuk pesan

Pesan dalam cerita bergambar disampaikan dengan gaya bahasa yang sederhana. Penyampaiannya melalui penyajian ilustrasi, narasi dan percakapan antar tokoh dengan menggunakan pengantar bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 3.2.3. Standar Visual

(6)

3.2.3.1. Judul

“Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera” dipilih sebagai judul cerita bergambar ini untuk menggambarkan keseluruhan inti buku cerita bergambar. “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera“ menjelaskan bahwa jauh dari semua peninggalan Indonesia yang sudah terkuak selama ratusan tahun masih ada sebuah peninggalan yang tak terhitung nilainya yang terletak jauh di dasar samudera. Peninggalan di sini yang dimaksud adalah sejarah, mengenai pariotisme pahlawan bawah laut Indonesia sebagai sebuah kesatuan yang tak nampak kasat mata namun memiliki jasa yang mampu mengharumkan nama bangsa. Arti kata “Deep Blue” disini juga sebagai gambaran karakteristik isi buku cerita Monumen Kapal Selam RI; yang berisi perjalanan mulai dari nuansa kehidupan awak Kapal Selam RI, wilayah tempur kapal selam RI hingga filosofi awak korps Hiu Kencana “Tabah Sampai Akhir”. Sedangkan kata “Legacy” kemudian untuk menunjukkan objek Monumen Kapal Selam sebagai sebuah warisan peninggalan pahlawan yang bertempur untuk membela tanah air; sebagai sebuah peringatan untuk mengenang kembali masa lampau berdirinya Republik Indonesia serta sebagai tolok ukur bagi generasi muda supaya dapat mengambil hikmah dan meneladani semangat perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan.

3.2.3.2. Tema Cerita

Cerita bergambar ini mengangkat tema sejarah perjuangan para pahlawan kapal selam perang RI selama bertugas hingga peresmian Monumen Kapal Selam untuk mengenang sejarah kebaharian kota Surabaya. Konflik yang dihadirkan berupa kondisi yang harus dihadapi oleh para pejuang ketika harus berhadapan dengan penjajah bumi Indonesia serta konflik batin yang dihadapi oleh tokoh sendiri selama perjuangan berlangsung.

3.2.3.3. Setting Cerita Setting Lokasi

Sebagian besar layout dalam cerita bergambar ini mengambil lokasi-lokasi sebagai berikut:

(7)

- Dermaga Armada RI

Lokasi ini terletak di alur pelayaran Barat Selat Madura dan menjadi tempat demolisi kapal selam ketika Armada RI genap berumur 1 tahun serta pelepasan keberangkatan Kelakas dan perwira .

- Laut

Lokasi ini sebagian besar mewakili tempat-tempat operasi penyerangan terhadap lawan, seperti halnya operasi Trikora yang terjadi di Laut Arafuru, Irian Jaya dan parade keliling terakhir yang menandai penonaktifan kapal selam RI.

- Yogyakarta

Lokasi ini menjadi tempat penandatanganan perjanjian Trikora oleh mantan presiden Soekarno.

- Ruang dalam kapal selam

Lokasi ini digunakan untuk menggambarkan situasi awak selama bertugas menjalankan operasi di dalam kapal selam.

- Irian Barat

Lokasi ini digunakan untuk upacara penyerahan Irian Barat ke tangan Indonesia.

- Tempat wisata Monumen Kapal Selam

Lokasi ini menjadi tempat proses pembangunan kembali Kapal Selam KRI Pasopati 410 hingga peresmian Monumen Kapal Selam untuk umum.

Setting Suasana

Penggambaran suasana dalam cerita bergambar ini menggunakan setting suasana sebagai berikut:

- Kehidupan pejuang kapal perang RI sekitar tahun 1960-1980an

Untuk menggambarkan situasi yang terjadi pada saat demolisi kapal selam RI dan operasi Trikora, setting suasana yang dipakai adalah tahun 1960an, sedang situasi pada saat setelah operasi Trikora hingga parade keliling penonaktifan kapal selam RI digunakan suasana tahun 80an.

(8)

Setting suasana ini untuk menggambarkan keadaan sekilas masyarakat ketika pembangunan Monumen Kapal Selam diresmikan pertama kali sebagai tempat wisata umum.

3.2.3.4. Gaya/Style Desain

Gaya desain yang digunakan untuk menampilkan ilustrasi secara keseluruhan cerita adalah perpaduan antara fotografi dan vektor grafis dengan pertimbangan bahwa berdasarkan hasil kuesioner, gaya inilah yang dianggap paling representatif dengan selera remaja dewasa ini. Aplikasi pada desain kemudian diwujudkan dengan penggunaan outline dan pewarnaan secara digital untuk obyek yang ditampilkan sedangkan teknik fotografi untuk mendukung tampilan suasana melalui background ilustrasi.

3.2.3.5. Penokohan

Penokohan cerita bergambar sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam ini pada umumnya lebih ditekankan bukan pada personel yang ada di cerita melainkan pada operasi yang dilakukan oleh kapal-kapal selam RI. Penokohan tidak menampilkan fisik tokoh yang berupa ilustrasi kartun. Kartun disini dipilih selain karena bentuknya yang mudah diingat dan menarik, juga dengan pertimbangan dengan bentuknya yang sederhana mampu untuk mengkomunikasikan materi cerita bergambar yang tergolong ‘berat’ untuk remaja. Sedangkan untuk penonjolan karakter tokoh sendiri tidak dibuat terlalu ekspresif dan santai, melainkan lebih terlihat tegas, sehingga pesan pendidikan dan moral terhadap sejarah sendiri tetap lebih ditekankan ke khalayak sasaran.

Secara garis besar penokohan dari buku cerita bergambar Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera adalah sebagai berikut:

(9)

Gambar 3.3. Kapal Selam RI

Kapal selam RI sendiri dibedakan menjadi 2 buah kapal, yakni kapal selam penyerang dan kapal selam pertahanan. Yang termasuk dalam kapal selam penyerang adalah seperti RI Tjandrasa dan RI Nagabanda sedangkan yang termasuk dalam kapal selam pertahanan seperti RI Trisula, RI Nagarangsang dan RI Pasopati. Secara garis besar bentuk fisik kapal-kapal selam kita sama hanya pada kapal selam penyerang dilengkapi dengan senjata laras panjang di bagian depan dekat conning tower (anjungan). Karakterisasi kapal selam kemudian digambarkan sebagai sosok yang kokoh, kuat, misterius dan disegani.

- Perwira kapal selam

(10)

Perwira kapal selam di sini adalah orang-orang yang umumnya menjadi atasan atau juga mengepalai awak kapal selam seperti Kapten Mayor Pelaut Poernomo dan Mayor A.T Wignjoprajitno. Secara fisik, karakterisasi perwira ditunjukkan dengan jumlah medali/ tanda bakti yang dimiliki. Umumnya untuk jabatan Mayor memiliki minimal 3 medali. Sedangkan untuk karakterisasinya digambarkan sebagai pemimpin yang tegas, keras namun tetap bijak dan memiliki perhitungan yang matang.

- Kelasi kapal selam (Bintara dan Tamtama)

Gambar 3.5. Kelasi Kapal Selam

Bintara dan Tamtama adalah awak kapal yang biasanya dikenal sebagai Kelakas (Kelasi Kapal Selam), seperti pada tokoh Oemar maupun Nardi. Kelasi Bintara umumnya ditandai dengan lencana/ tanda pangkat berwarna kuning sedang untuk Tamtama ditandai dengan lencana berwarna biru. Karakterisasi

(11)

untuk kelasi kapal selam secara garis besar digambarkan sebagai ajudan yang patuh, siap sedia namun juga terkadang masih gugup.

- Penjajah Belanda

Gambar 3.6. Penjajah Belanda

Secara fisik, penjajah Belanda ditunjukkan dengan bentuk raut muka yang keras dan kaku, terkesan lebih tua dan memiliki warna mata coklat dan biru serta warna rambut blonde dan kecoklatan. Karakterisasi untuk penjajah Belanda disini digambarkan sebagai sosok yang licik dan manipulatif.

3.2.3.6. Tipografi

a. Tipografi untuk judul cerita (headline)

Tipografi yang digunakan untuk judul cerita “Deep Blue Legacy” adalah Machine. Font ini selain memiliki karakter tegas, kokoh dan kuat untuk mewakili nuansa maskulin dari perwatakan, karakter masif dan wibawa yang kokoh dari penokohan kapal selam RI dan awaknya, juga untuk menimbulkan karakter konservatif dari makna “peninggalan sejarah” itu sendiri.

Berikut tipografi headline Deep Blue Legacy:

(12)

PERJALANAN PUSAKA DASAR SAMUDERA

Gambar 3.7. Tipografi judul cerita

b. Tipografi untuk sub judul cerita (sub-headline)

Sub judul cerita di sini adalah keterangan-keterangan di bagian bawah ilustrasi untuk menjelaskan kronologis tempat dan waktu yang digunakan dalam adegan tersebut. Pemilihan tipografi sub judul headline menggunakan font Agency FB untuk mewakili karakter detail dan akurat informasi yang disampaikan. Berikut sub-headline Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera.

Gambar 3.8. Tipografi sub judul ceita c. Tipografi untuk isi cerita (bodycopy)

Pemilihan tipografi isi cerita menggunakan font Kartika untuk mewakili karakter yang luwes dan santai. Peletakan kerning antar huruf juga memberi kesan teks lebih terbaca (legibility). Berikut bodycopy Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera.

Gambar 3.9. Tipografi bodycopy 3.2.3.7. Warna

(13)

Mengingat tema cerita bergambar yang sebagian besar bermuatan sejarah perjuangan kapal selam Indonesia yang terkesan berat, maka digunakan teknik pewarnaan yang cukup sederhana dengan menggunakan 3 nada warna untuk menjembatani pergantian suasana antar adegan. 3 nada warna adalah sebagai berikut:

- Nuansa Deep Blue

Nuansa ini menggunakan warna biru agak tua untuk menggambarkan situasi yang terjadi saat berada di lokasi di laut, mulai dari dermaga, di dalam kapal selam dan dalam laut sendiri. Nuansa yang hendak ditampilkan adalah kesan konsentrasi, kekuatan dan kesatuan. Berikut salah satu aplikasi nuansa Deep Blue pada ilustrasi di halaman 2 dan halaman 41.

Gambar 3.10. Nuansa Deep Blue - Nuansa Hot

Nuansa ini menggunakan warna-warna panas seperti merah, kuning dan oranye untuk menggambarkan situasi saat terjadinya meledaknya kapal RI Macan Tutul yang menewaskan Komodor Yos Soedarso pada halaman 25. Nuansa yang hendak ditampilkan adalah kesan peperangan dan bahaya. Berikut aplikasi nuansa Hot pada ilustrasi di halaman 25.

(14)

Gambar 3.11. Nuansa Hot - Nuansa Earthtones

Nuansa ini menggunakan warna netral seperti coklat, abu-abu dan krem untuk menggambarkan situasi yang monumental dan bersejarah seperti pada saat penyerahan Irian Barat ke tangan Indonesia . Nuansa yang hendak ditampilkan adalah konservatif dan elegan. Berikut salah satu aplikasi nuansa Earthtones pada ilustrasi di halaman 51.

Gambar 3.12. Nuansa Earthtones 3.2.3.8. Pengadeganan

Adegan-adegan cerita ditampilkan dengan alur maju, dimana keseluruhan peristiwa yang terjadi dirunut menurut kronologis yang ada.

Adapun storyline/ pengadeganan Deep Blue Legacy adalah sebagai berikut: 1. SETTING : dalam selat

(15)

Suatu omong kosong belaka bila seorang mengaku dilahirkan setanah air jika sejarah perjuangan pahlawan negeri sendiri dianggap usang dan tak bernilai.

Kisah ini bukanlah omong kosong belaka. Banyak nyawa dan pengabdian yang telah dikorbankan untuk mempertahankan kesatuan negara ini. Bahkan, terkadang kehidupan yang didapatkan para pahlawan tersebut lebih berat dibandingkan dengan kehidupan warga pada umumnya. Seperti halnya dengan pengabdian pahlawan-pahlawan yang berjuang di dalam kegelapan yang tak terukur dalamnya.

It is a kind of claptrap if a person claims him/herself was born in one same nation if the history of the national heroes’ struggles considered as an obsolete and unworthy thing.

This story is not only claptrap. Many lives and devotions are sacrificed to defend the unity of this nation. Even, sometimes, the lives of those heroes get are harder than common people in general. It is the same as the devotions of the heroes who struggle in the immeasurable darkness.

2. SETTING: dalam kapal selam: ruang pusat informasi tempur TOKOH: Mayor Pelaut R.P.Poernomo, Oemar, Tikno

HUT ARMADA REPUBLIK INDONESIA KE-2.

5 DESEMBER 1960: DERMAGA ARMADA RI, SELAT MADURA, SURABAYA, INDONESIA

Pagi itu, keadaan Kapal Selam RI Tjakra sangat sibuk, semua awak bertugas untuk membantu meluncurkan pasukan katak ke daerah sasaran di bawah komando Mayor Pelaut R.P. Poernomo. Terdengar komando tegas Mayor ketika misi tersebut dilaksanakan.

R.P. Poernomo : Oemar, dimana posisi kita?

Oemar :1-1-0, kedalaman 7 meter di atas permukaan, kecepatan 14,5 knots, Kapten!

(16)

R.P. Poernomo : Pertahankan posisi pada kedalaman 5,5 m. Informasikan keadaan bila sudah siap.

Oemar : Posisi pada kedalaman 5,5 m. Tapi Kapten, kedalaman selat ini hanya belasan meter, terlalu riskan untuk menyelam…

R.P. Poernomo : Semua sudah ada pada kendali masing-masing, Oemar. Tikno, beritahukan pasukan katak untuk bersiap-siap.

Tikno : Baik, Mayor Kapten!

Tak lama kemudian terdengar 3 kali ketukan dari anggota pasukan katak. Tikno : Pasukan katak sudah siap diluncurkan, Kapten.

R.P. Poernomo : Lepaskan peluncuran!

Tikno : PELUNCURAN DILEPASKAN!!

THE 2nd BIRTHDAY ANNIVERSARRY of INDONESIAN REPUBLIC.

DECEMBER, 5th, 1960: THE QUAY of INDONESIAN REPUBLIC FLEET,

MADURA STRAIT, SURABAYA, INDONESIA.

That morning, there was a busy situation inside the Indonesian submarine Tjakra. Every ship crew did their job in helping launching the katak troops to the target area under the leadership of Major R.P. Poernomo.

The firms commands are heard when the mission is carried out. R.P. Poernomo : Oemar, where is our position now?

Oemar : 1-1-0, 7 meters depth below the surface, 14.5 knots speed,

Captain!

R.P. Poernomo : keep the position on 5.5 meters depth. Inform me when it

is ready.

Oemar : position, now, in 5.5 meters depth. But, captain, this strait

is only between 10 and 20 meters depth. It is too risky to dive in…

R.P. Poernomo : everything is on its own rein, Oemar. Tikno, tell the Katak troops to get ready.

(17)

In short time, it can be heard three raps of the gavel from the members of Katak troops.

Tikno : the Katak troops ia ready to launch, captain.

R.P. Poernomo : start the launching!

Tikno : the launching is released now!!

3. SETTING: di dalam selat

TOKOH: 1 anggota pasukan katak

Anggota pasukan katak tersebut kemudian meluncur ke daerah dekat dermaga Armada RI yang terletak di Surabaya, Selat Madura. Dengan sangat hati-hati ia kemudian memeriksa keadaan TNT yang ada di sekitar dermaga tersebut. Nampak hadirin dan Inspektur Upacara, Panglima Tertinggi APRI, Presiden Soekarno tengah bersiap. Ketika keadaan sudah siaga, anggota pasukan katak meledakkan bom tersebut.

Later, the Katak troops went to the area near Indonesian fleet quay which was located in Surabaya, Madura Strait. Carefully, they investigated the TNT around that quay. There were audiences and the inspector of the ceremony, The Chief Commander of Indonesian Republic Armed Forces (APRI), President Soekarno be prepared. When everything was ready, the Katak troops blew the bomb.

4. SETTING:dermaga

TOKOH: Mayor R.P.Poernomo, 1 anggota pasukan katak, Ir. Soekarno, ajudan presiden, hadirin dan pers luar negeri

Setelah anggota pasukan katak tersebut mendarat, ia kemudian lari dengan membawa sebuah tabung silinder mengkilap; berisi piagam untuk dipersembahkan ke Inspektur Upacara. Penyerahan piagam tersebut kemudian dilanjutkan dengan keberhasilan munculnya Kapal Selam RI Tjakra di atas

(18)

permukaan. Dengan gagah, Mayor R.P. Poernomo berdiri di atas anjungan kapal dan memberi hormat ke arah mimbar upacara, tepat menuju ke Instruktur Upacara, Presiden RI Soekarno. Seluruh hadirin yang hadir termasuk pers dari luar negeri kemudian bertepuk tangan meriah dan mempublikasikan peristiwa tersebut. Tidak sia-sialah upaya RI Tjakra melakukan demolisi sebagai wujud deklarasi kepada Rakyat Indonesia dan dunia luar bahwa Angkatan Laut Republik Indonesia telah memiliki sistem senjata yang tangguh dan patut diperhitungkan.

Arriving in the quay, one of the Katak troops’ member ran while bringing a shiny cylinder tube contained a charter to be given to the inspector of the ceremony. The delivery process was continued by the success of Indonesian submarine, Tjakra reached surface.

Dashingly, Major R.P. Poernomo stand on the ship’s bridge and gave honor toward the rostrum where the inspector of the ceremony, Soekarno, stand. All of the audiences, including the foreign press, gave applause merrily and published the event. It is not useless for Tjakra to do demolition as a concrete action of declaring to Indonesian people and foreigners that Indonesian Navy had already had sturdy weaponry and it should be taken into account.

5. SETTING: dermaga pangkalan AL TOKOH: awak Kelakas dan petinggi

Sejak saat itu, kesatuan awak kapal selam perang kita kemudian difungsikan. Dengan semangat perjuangan yang menyala-nyala, pada akhir tahun 1960 para awak Kelakas (Kesatuan Latih Kapal Selam) berangkat merantau untuk mengikuti pendidikan kapal selam di Pusat Pendidikan’89 Angkatan laut USSR, Wladiwostok, Rusia.

Since that time, the unity of the submarine crews was functionalized. With spirited struggles, at the end of 1960, the Kelakas (Kesatuan Latih Kapal

(19)

Selam) crews were ready to follow the submarine education in the USSR Navy Education Center 1989, Wladiwostok, Russia.

6. SETTING: dalam kapal selam milik USSR: ruang pusat informasi tempur TOKOH: Duta Besar RI Adam Malik, Atase AL RI Kol. Agoes Soebekti, Letkol (L) R.P. Poernomo dan awak Kelakas

TAHUN 1961: PUSAT PENDIDIKAN ’89 ANGKATAN LAUT USSR, WLADIWOSTOK, RUSIA

Pada saat kunjungannya di Moskwa, Duta Besar RI, Adam Malik bersama dengan Atase AL RI Kolonel Agoes Soebekti dan Komandan Kodjenkasel Letkol Pelaut R.P. Poernomo menyampaikan pesan dari Panglima Tertinggi APRI, yakni Presiden RI Soekarno kepada anggota Kelakas. Pesan tersebut berbunyi :” … jangan sia-siakan kesempatan pendidikan kalian disini, selesaikan pendidikan sebaik-baiknya. Kalian menjadi putra-putri Indonesia terpilih, sekembali kalian ke Indonesia, kalian mendapat kehormatan untuk menghancurkan armada musuh dan mendarat pertama di bumi Irian Barat setelah kita rebut kembali”. Dalam benak masing-masing anggota kemudian segera terbayang tugas mendatang yang berat. Namun dengan rasa cinta tanah air yang tinggi, anggota Kelakas kemudian mempersiapkan diri dan berlatih sebaik mungkin untuk misi mereka selanjutnya.

1961 : USSR Navy Education Center 1989, Wladiswotok, Russia

In his visit to Moskwa, the Indonesian Ambassador, Adam Malik, together with The Indonesian Naval Attaché, Colonel Agoes Soebekti and the Commander of General Submarine Commando, Lieutenant Colonel R.P. Poernomo, delivered the message from the Chief Commander of APRI, President Soekarno to the Kelakas crews. The message said: “… don’t waste your good chance of education here, finish it as well as possible. You all are the chosen sons of Indonesia. By the time you go back to Indonesia, it is your honor to destroy the enemy’s fleet and set down your feet for the first time in Irian Barat after we have fought it back.” The crews had something

(20)

in mind; they thought it was a hard duty to be done. However, with a high spirited nationalism, the kelakas crews prepared and trained themselves as well as possible for the next mission.

7. SETTING: panggung lapangan besar

TOKOH: Presiden Ir. Soekarno, ajudan Presiden, Komando Mandala Soeharto, pers dan militer

TRI KOMANDO RAKYAT (TRIKORA).

19 DESEMBER 1961 – 2 JANUARI 1962: YOGYAKARTA, INDONESIA Setelah melalui masa latihan yang panjang, pada tanggal 12 Desember 1961, anggota Kelakas kembali ke Indonesia untuk menjalankan misi mereka yang pertama, membebaskan Irian Barat. Selama perjalanan mereka kembali ke Indonesia, Presiden RI Soekarno selaku Panglima Tertinggi APRI kemudian mendeklarasikan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, dalam upaya pembebasan Irian Barat yang masih dikuasai Belanda. Deklarasi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962. Komando Mandala inilah yang kemudian bertugas melaksanakan operasi militer mengembalikan Irian Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan wilayah operasi 115ºBT - 141ºBT, 5ºLU - 10ºLS paling lambat tanggal 17 Agustus 1962; dimana Sang Saka Merah Putih sudah harus berkibar di bumi Irian Barat.

TRI KOMANDO RAKYAT (TRIKORA)

DECEMBER, 19th , 1961 – JANUARY, 2nd ,1962 : YOGYAKARTA,

INDONESIA

After passing the long trainings, on December, 12th , 1961, the kelakas crews went back to Indonesia to run their first mission, that is to free Irian Barat from colonialism. During their traveling home to Indonesia, Indonesian President Soekarno as the Chief Commander of APRI declared Tri

(21)

struggling process of releasing Irian Barat from Netherlands. That declaration later was followed up by making The Mandala Commando of Irian Barat Freedom on January, 2nd, 1962. this Mandala Commando which had to bring back Irian Barat to the United Nation of Indonesian Republic with the operation area of 115° of longitude - 141° of longitude ; 5° of North latitude - 10° of South latitude at the latest on August, 17th , 1962. By that time, Indonesian flag should have been fluttered in Irian Barat.

8. SETTING: dalam kapal selam: ruang mesin TOKOH: awak Kelakas

Selama dalam perjalanan pulang ke Indonesia, awak Kelakas ternyata melalui berbagai rintangan alam yang berat. Awalnya mereka harus menghadapi dinginnya cuaca di semenanjung Teluk Peter Yang Agung, Rusia.

During their traveling home, the Kelakas crews faced natural barriers that were quite difficult to pass. Firstly, there was a cold weather in the Peninsula of The Great Peter Strait in Russia.

9. SETTING: atas kertas TOKOH: -

Ketegangan pun dimulai ketika kapal selam yang mereka awaki harus menghadapi patroli kapal Armada ke-7 US Navy di sepanjang laut Jepang dan Samudera Pasifik. Mereka akhirnya menempuh rute yang lebih jauh dari biasanya untuk berbelok-belok menghindari bayangan patroli tersebut. Dengan iringan Kapal Bantu Penumpang milik Rusia, Grigory Ordzjonikidze, keempat kapal selam yang mereka awaki (KRI Nagabanda, KRI Trisula, KRI Tjandrasa dan KRI Nagarangsang) akhirnya harus melalui rute sebagai berikut:

(22)

Teluk Peter Yang Agung → Laut Jepang → Selat Korea → Laut Cina Timur

→ Samudera Pasifik → Laut Phillipine → Laut Sulawesi.

The tension happened when the submarine had to face the Seventh US Navy Fleet Submarine Patrol along the Japan Sea and Pacific Ocean. They finally had to take the longer route to avoid the patrol ship. Along with the helper passenger ship of Russia, Grigory Ordzjonikidze, four submarines that they brought (KRI Nagabanda, KRI Trisula, KRI Tjandrasa, KRI Nagarangsang ) finally should take this route : The Great Peter Strait → Japan Sea → Korean Sea → East Chinese Sea → Pacific Ocean → Philippines Sea → Sulawesi Sea.

10. SETTING: dalam kapal selam: ruang akomodasi Bintara Tamtama TOKOH: awak Kelakas

Penderitaan dihadapi awak Kelakas kembali ketika menyeberangi perairan tropis Indonesia. Awak Kelakas dihadapkan dengan perubahan kondisi cuaca mendadak. Akibat mulai masuknya musim hujan di Indonesia, suhu udara meningkat tajam sehingga mereka harus menghadapi kelembaban udara yang tinggi selama berhari-hari di dalam kapal selam.

Kelakas crews faced their second suffering when they crossed the Indonesian Tropical Territorial Waters. They had to face the sudden weather change. Because of the rainy season in Indonesia, the air temperature drastically increased, so, they should stay in this condition for several days inside the submarine.

11. SETTING: diatas kapal induk kapal selam, berseberangan dengan kapal selam

TOKOH: awak Kelakas, perwira, perawat, dan dokter dan petugas keamanan kapal induk

(23)

29 JANUARI 1962: PANGKALAN ARMADA AL RI, SURABAYA, INDONESIA.

Tak heran, ketika keempat kapal selam ini masuk ke jajaran kapal perang RI di Surabaya, banyak awak kapal selam yang jatuh sakit dan terpaksa dirawat di Kapal Induk Kapal Selam RI Multatuli setelah melakukan latihan tempur di perairan Gili Genteng, Tenggara Pulau Madura.

January, 29th, 1962: Indonesian Navy Base, Surabaya, Indonesia.

It is not a surprise anymore that when the four submarines entered the Indonesian warships furrow, there were many ship’s crews who got sick and should be taken care in submarine base Multatuli . it is because the crews had passed a hard battle trainings in Gili Genteng territorial waters, Southeast part of Madura Island.

12. SETTING: atas laut

TOKOH: KRI Macan Tutul, Gugus patroli kapal perang AL Kerajaan Belanda

15 JANUARI 1962: LAUT ARU, IRIAN JAYA, INDONESIA.

Selama menunggu perintah untuk berlayar ke Timur, kesatuan kapal selam RI dikejutkan dengan peristiwa gugurnya Komodor Yos Sudarso beserta awak kapal perangnya KRI Macan Tutul. KRI Macan Tutul merupakan salah satu kapal perang yang tergabung dalam Satuan Gugus Tugas-9 dimana bersama dengan kapal perang lainnya (RI Macan Kumbang dan RI Harimau), berhadapan langsung dengan Gugus Patroli Kapal Perang AL Kerajaan Belanda yang terdiri dari Fregat Hr MS Eversten, Hr MS Kortenaer dan destroyer Hr MS Utrecht untuk membebaskan Irian Barat pada tanggal 15 Januari 1962. Dalam perisitiwa tersebut, Belanda menjalankan taktik penyerangan dengan menembakkan suar ke atas langit sehingga langit malam yang semula gelap menjadi terang benderang. Posisi kapal perang RI Macan Tutul yang semula menyamarpun menjadi teridentifikasi.

(24)

The Death of Commodore Yos Sudarso and KRI Macan Tutul Crews January, 15th, 1962: Aru Sea, Irian Jaya, Indonesia

While waiting for the command to sail east, the Indonesian submarines Units were shocked by the death of Commodore Yos Sudarso and his crews in KRI Macan Tutul. KRI Macan Tutul was one of the warships that is included in Satuan Gugus Tugas-9 in which along with other warships (KRI Macan Kumbang and KRI Harimau) faced the Navy Warships Patrol Units of Netherlands which consisted of Fregat Hr MS Eversten, Hr MS Korteaner and destroyer Hr MS Utrecht to set Irian Barat free on January, 15th, 1962. In that event, Netherlands use the strategy of shooting a signal light to the sky so that the sky turned out to be very bright. It made the position of KRI Macan Tutul visible.

13. SETTING: atas laut

TOKOH: KRI Macan Tutul

GUGURNYA KOMODOR YOS SUDARSO DAN AWAK KAPAL KRI MACAN TUTUL.

Keadaan kapal RI Macan Tutul bertambah parah ketika 2 kapal perang milik Belanda menembak kearah RI Macan Tutul berkali-kali hingga akhirnya RI Macan Tutul terbakar dan tenggelam sehingga menewaskan Komodor Yos Sudarso, Kapten Wiratno, Letnan Memet S., sejumlah awak kapal serta satuan infiltrasi yang ada. Ketika berita tersebut disiarkan, seluruh awak kapal selam AL RI yang ada waktu itu kemudian memutuskan untuk hening sesaat, berduka terhadap kematian rekan-rekannya.

Things were getting worse when two warships of Netrherlands fired KRI Macan Tutul repeatedly until it was burned and sank. This condition made Commodore Yos Sudarso, Capatain Wiratno, Lieutenant Memet S, the crews died. By the time news was broadcasted, all Indonesian submarines took time to observe a brief silence.

(25)

14. SETTING: kalender TOKOH: -

Beberapa waktu kemudian… Gito : Foto siapa Bung Djo? Soetedjo : Mariana, dia cantik bukan?

Gito : Istrimukah ? Kau punya selera yang bagus, Bung Djo.

Soetedjo : Belum. Kami masih pacaran. Aku menunggu saat yang tepat untuk melamar dia.

Gito : Sebaiknya jangan menunggu terlalu lama, Bung. Sebentar lagi kita akan maju ke medan perang. Entah apa yang akan terjadi pada kita disana nantinya. Bung tahu, Bung Arief dan beberapa rekan perwira lainnya akan melangsungkan pernikahan. Kita diundang untuk mengikuti pernikahan mereka di luar kota dalam waktu dekat ini.

Soetedjo : Benarkah? Kenapa kamu tidak bilang dari tadi, biar aku cepat-cepat menyusul mereka juga.

Gito : Ha ha ha ha, Bung bisa saja… Monggo-monggo, makin cepat makin baik lo Bung…

Keduanya kemudian tertawa bersamaan.

Banyak perwira kapal selam yang berstatus bujang kemudian melangsungkan pernikahan pada hari yang hampir bersamaan menjelang operasi tempur. Acara pernikahan kemudian menjadi momen yang mengharukan; mengingat sebentar lagi, mereka akan berjuang ke medan laga dan tak tahu lagi kapan akan berkumpul dengan keluarga.

Some time after that…

Gito : whose picture is it, buddy? Soetedjo : Mariana, pretty, huh?

(26)

Gito : is she your wife? Nice taste, buddy!

Soetedjo : not yet. She is my girlfriend. I am waiting the right time to propose her.

Gito : it’s better for you not to wait too long , man. In a few more time, we’re going to have a war. And, we don’t know what will happen there. Do you know that Arief and several other officers will get married too? We’re invited man.

Soetedjo : really? Why don’t you tell me earlier? So I can do the same afterwards.

Gito : ha ha ha ha, come on… the sooner, the better man.

Both laugh together merrily.

Many submarine officers were still single. They, then, held a missal marriage before the battle. This event later became a very touching moment. It is because, in only a short time, they would be separated from their family to have a bog war and there was no exact time when they could come back. 15. SETTING: dermaga pangkalan

TOKOH: perwira dan awak Kelakas, keluarga PERTENGAHAN BULAN JUNI 1962

Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba juga. Tanpa upacara pelepasan keberangkatan, para perwira dan awak Kelakas maju menunaikan tugas. Keluarga yang berada di rumah melepas kepergian mereka dengan tabah, sambil tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk kesuksesan dan keselamatan orang yang dicintainya.

Mid-June, 1962

Finally, the time that was waited for was arrived. Without any farewell ceremonies, the Kelakas crews and all officers departed to do their duty.

(27)

The families, with a determined heart, release them with prayers hoping for their beloved persons succeeded and returned safe.

16. SETTING: dalam laut TOKOH: Kapal selam RI

Malam itu, di tengah kegelapan dan misi penuh kerahasiaan, satu-persatu kapal selam RI meninggalkan pangkalan armada RI dari Selat Madura menuju ke titik kumpul yang terletak di perairan sebelah Barat pulau Halmahera Utara. Hanya dengan panduan cahaya lampu bui sebagai penuntun, kapal selam RI akhirnya bergabung dengan KKS-15 yang bermarkas di atas kapal AL Bengawan. Dari sini, pengendalian operasi tempur kapal-kapal selam ALRI langsung di bawah komando KKS-15 Letkol Pelaut Abdul Kadir. Operasi ini menggunakan kata sandi “Operasi Lumba-lumba” dan secara operasional KKS-15 ini kemudian berada di bawah Panglima AL Komando Mandala, Soeharto. 6 buah kapal selam baru kemudian didatangkan dari USSR. Kapal selam baru ini adalah RI Hendradjala, Ri Alugoro, RI Widjajadanu, RI Pasopati, RI Tjudamani, dan RI Bramasastra. Kesemuanya kemudian memiliki misi sebagai kekuatan cadangan strategi operasi amphibi karena masih barunya mereka bertugas. At that night, in the middle of the darkness and full of secret missions, the Indonesian submarines left Indonesian fleet base one by one from Madura Strait to the gather point on the western part of North Halmahera Island. Only with the guidance of the lampu bui (a kind of light that is floated on the surface), Indonesian submarines finally could join the KKS-15 which was quartered on the Navy ship, Bengawan. Starting from this point, the control of the Indonesian Navy Battle Submarines was under the leadership of KKS-15, Lieutenant Colonel Abdul Kadir. This operation used the codeword Operasi Lumba-lumba ( the dolphin operation) and operationally, this KKS-15 was under the leadership of Navy Commander Of Mandala Commando, Soeharto. Soon after this, there were six submarines were

(28)

arrived from USSR. They are, KRI Hendradjala, KRI Alugoro, KRI Widjajadanu, KRI Pasopati, Kri Tjudamani, and KRI Bramasastra. All of these submarines had missions as the back-up power of the strategy of Amphibi operation. It was because they were still freshmen.

17. SETTING: atas samudera

TOKOH: RI Nagabanda, RI Trisula, RI Tjandrasa, RI Nagarangsang

4 buah kapal selam kita, yakni RI Nagabanda, RI Trisula, RI Tjandrasa, dan RI Nagarangsang kemudian beroperasi di daerah perairan Utara Irian Barat, Samudera Pasifik yang masih dikuasai oleh Belanda. Mereka bertugas untuk mengawasi kekuatan lalu lintas laut Belanda di daerah tersebut.

Our four submarines, that is, KRI Nagabanda, KRI Trisula, KRI Tjandrasa and KRI Nagarangsang did the operation on the Northern Territorial Waters of Irian Barat, Pacific Ocean, which was still controlled by Netherlands. They had duty to keep an eye of the sea traffic of Netherlands in that area.

18. SETTING: dalam kapal atas air milik Belanda

TOKOH: petugas sonar kapal perang Belanda dan perwira Belanda

Akan tetapi, Belanda yang bekerjasama dengan sekutunya Armada ke-7 US Navy ternyata dapat mendeteksi kehadiran kapal-kapal selam ALRI tersebut. However, Netherlands cooperated with his ally, The 7th Fleet of US Navy, could detect the existence of those Indonesian Navy Submarines.

19. SETTING: dalam samudera TOKOH: RI Nagabanda

(29)

Kapal-kapal selam AL RI kemudian meluncurkan taktik kapal selamnya. RI Nagabanda yang terdeteksi oleh destroyer Belanda kemudian melakukan taktik duduk di dasar laut.

The Indonesian Navy Submarines then use its Submarines strategy. KRI Nagabanda which was detected by Netherlands destroyer used the strategy of ‘Sitting on the bottom of the sea’.

20. SETTING: dalam laut

TOKOH: RI Nagabanda dan destroyer Belanda

Keadaan menjadi genting ketika di layar monitor sonar pasif kapal RI Nagabanda nampak bahwa destroyer Belanda menjatuhkan bom-bom laut/ depthcharges kearah RI Nagabanda.

The situation was getting critical when the passive sonar of KRI Nagabanda showed that there was a Netherlands destroyer which dropped bombs as a depth charge towards KRI Nagabanda.

21. SETTING: dalam kapal selam: ruang informasi tempur TOKOH: Mayor A.T. Wignjoprajitno, Nardi

RI Nagabanda kemudian memutuskan untuk berlindung menghindar ketika bom-bom laut tersebut jatuh ke dasar laut. Setelah ± 36 jam membenamkan diri di dasar samudera…

Mayor A.T. Wignjoprajitno : Laporkan bagaimana keadaan kapal.

Sigit : Terjadi kerusakan pada bracket kemudi horizontal belakang, Kapten!

Mayor A.T. Wignjoprajitno : Seberapa parah? Masih bisa melanjutkan operasi?

Sigit : Tampaknya kita harus segera kembali ke pangkalan, Kapten. Batang kemudi

(30)

dikhawatirkan akan membahayakan propeller bila kemudi horizontal belakang terlalu banyak digerakkan untuk menyelam. Sementara ini kapal hanya bisa digunakan di permukaan.

Mayor A.T. Wignjoprajitno : Nardi, bagaimana permukaan?

Nardi : Tidak ada tanda-tanda kapal musuh

bergerak di atas, Kapten.

Mayor A.T. Wignjoprajitno : Naikkan kapal ke atas permukaan! Kita akan kembali ke pangkalan.

Nardi : Baik, Mayor Kapten. KEMUDI,

ARAHKAN 2-1-4, KECEPATAN 14,5 KNOTS, KE PERMUKAAN. KEMBALI KE PANGKALAN !

KRI Nagabanda decided to avoid it and found a shelter when the bombs dropped into the bottom of the sea. After ± 36 hours sinking itself in the bottom of the sea…

Major A.T. Wignjoprajitno : report the ship condition

Sigit : there is a breakdown in the back horizontal

steering bracket, captain!

Major A.T. Wignjoprajitno : how bad is it/ can we go on?

Sigit : seems like we have to go back to the

quarter,Captain. I’m afraid that the steering can damage the propeller if the back horizontal steering is moved too much to dive in. at this time, the ship can only be used on surface.

Major A.T. Wignjoprajitno : Nardi, how is the surface condition?

Nardi : no signs from enemy’s ships on the surface,

(31)

Major A.T. Wignjoprajitno : go upward! We’re going to go back to quarter.

Nardi : yes, Captain Major. Steering, focus on

2-1-4, 14.5 knots speed, go upward go back to quarter!!

22. SETTING: RI Nagabanda

TOKOH: RI Nagabanda, pesawat intai Neptune, kapal perang Belanda Sesampai di pangkalan Surabaya, RI Nagabanda kemudian diperbaiki dan tanpa beristirahat lebih lama, RI Nagabanda segera kembali ke daerah operasi. Patroli kapal armada Belanda dengan pesawat intai Neptunenya ternyata makin intensif mengawasi gerak-gerik kapal-kapal selam RI. Akibatnya, ruang gerak kapal makin terbatas. Di siang hari, kapal-kapal selam RI tersebut mutlak harus menyelam sedang pada malam hari bila situasi memungkinkan dan aman, barulah kapal berlayar di permukaan laut untuk pengisian baterai kapal dengan mesin diesel.

Arriving at Surabaya quarter, KRI Nagabanda was repaired and without wasting no longer time, KRI Nagabanda got back immediately to the operation area. The Netherlands ships with their espionage instrument, Neptune, watched out Indonesian submarines more intensively. As a result, the ship’s movement was limited. In mid-day, the Indonesian submarines certainly should dive in, while at night, when things were under-control, it just could sail on surface to charge ship battery with diesel motor.

23. SETTING: atas laut

TOKOH: RI Tjandrasa, Tim Penyusup RPKAD, pesawat intai Neptune Tugas kapal selam RI untuk mendaratkan tim penyusup RPKAD ke pantai Teluk Tanah Merah juga mengalami hambatan. Dengan adanya pengawasan yang ketat dari pihak Belanda, misi tersebut akhirnya hanya mampu

(32)

dilakukan oleh RI Tjandrasa, di bawah komando Mayor Pelaut Mardiono. Pada malam hari RI Tjandrasa dengan posisi setengah menyelam, membantu pendaratan tim RPKAD tersebut dengan meluncurkan perahu karet pendarat dari anjungan kapal selam (conning tower).

The duty of the Indonesian submarines to land the RPKAD infiltrators to the shore of Tanah Merah Bay also faced barriers. Because the Netherlands closely monitored, the mission could only be done b KRI Tjandrasa, under the leadership of Major Mardiono. At night, KRI Tjandrasa, with a half-sinking position help the landing of RPKAD team by launching landing sloops from conning tower.

24. SETTING: dalam teluk

TOKOH: RI Tjandrasa, Tim Penyusup RPKAD

Pendaratan hampir berhasil dilakukan jika tidak secara tiba-tiba pesawat terbang patroli Belanda muncul di layar monitor; menuju kearah kapal. Tim penyusup RPKAD akhirnya bergegas masuk kembali ke kapal dan RI Tjandrasa pun segera menyelam hingga kedalaman 150 m. Perahu karet yang semula tertahan di anjungan kemudian ikut terseret terbawa kapal. The landing was happened to be succeed if there was no Netherlands patrol plane showed up on the sonar monitor. This plane pointed to the ship. The infiltrators of RPKAD immediately went back to the ship and KRI Tjandrasa dove in in a very short time until 150 meters depth. The sloops that were on the conning tower were dragged along with the ship.

25. SETTING: atas teluk dekat pantai TOKOH: tim penyusup RPKAD

21 AGUSTUS 1962, PKL. 21.45 WIT: TELUK TANAH MERAH, JAYAPURA, IRIAN JAYA.

(33)

7 bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 21 Agustus 1962, pendaratan tim penyusup RPKAD ke daerah sasaran diulangi kembali. Dengan penuh kewaspadaan RI Tjandrasa timbul setengah menyelam. Perahu karet pendarat segera diluncurkan dari anjungan kapal. Untunglah pesawat udara patroli Belanda kali ini tidak mendeteksi kehadiran RI Tjandrasa sehingga tim penyusup RPKAD ini berhasil tiba di tempat tujuan. Setelah misi terselesaikan, RI Tjandrasa segera menyelam ke dalam laut bergabung dengan kesatuan KKS-15 yang lainnya. RI Trisula dan RI Nagarangsang, meskipun tidak berhasil mendaratkan tim penyusup RPKAD, tetapi mereka berhasil melakukan pengintaian sesuai dengan tugas yang diperintahkan.

AUGUST, 21st, 1962 ; AT 21.45 East Indonesian Time : TANAH MERAH

BAY, JAYAPURA, IRIAN JAYA.

Seven months later, on August, 21st, 1962, the landing process of RPKAD infiltrators to the target area was repeated. With full awareness, KRI Tjandrasa half-dove. The landing sloops were launched from the conning tower. Fortunately, at that time, the Netherlands patrol plane could not detect the position of KRI Tjandrasa, so that they cold make it. After finishing this mission, KRI Tjandrasa dove in immediately and joined the other KKS-15 units. Although KRI Trisula and KRI Nagarangsang did not succeed in landing RPKAD infiltrators, the still succeeded in infiltrating the enemy.

26. SETTING: daratan Irian Barat TOKOH: rakyat Irian Barat

PERSETUJUAN NEW YORK, OKTOBER 1962: IRIAN BARAT

Dengan adanya penyusupan ke daerah Irian Barat yang menunjang penambahan kekuatan tempur RI di medan laga, maka memaksa Belanda berpikir berulangkali untuk melalui jalan perang. Belanda akhirnya mengambil solusi damai masalah sengketa Irian Barat dengan Indonesia. Surat Presiden USA J.F.Kennedy kepada PM Kerajaan Belanda DR. J.E. de

(34)

Quay tanggal 2 April 1962 kemudian menjadi penguat solusi damai tersebut. Tercatat dalam surat tersebut bahwa pemakaian kekuatan militer dalam konflik memiliki dampak buruk bagi stabilitas kedamaian; kawasan dapat dipertimbangkan sebagai pilihan penyelesaian damai masalah Irian Barat antara Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda. Akhirnya pada tangal 15 Agustus 1962, pada perundingan New York dengan mediator Ellsworth Bunker (Duta Besar Presiden USA J.F. Kennedy), Belanda setuju untuk berunding tentang sengketa Irian Barat dan disepakati adanya penghentian tembak-menembak/cease fire kedua belah pihak. Irian Barat kembali ke pangkuan RI.

NEW YORK AGREEMENT, October , 1962: IRIAN BARAT.

Because of the infiltration to Irian Barat which could support Indonesia in the battlefield, The Netherlands started to think twice to declare war. Netherlands finally took a peace way in solving the dispute between Indonesia and Netherlands in Irian Barat case. The letter from USA President, J.F. Kennedy toward Netherlands Prime Minister, DR.J.E. de Quay on April, 2nd , 1962, became the strengthener point of the peace. It was written there that the use of military power in conflict could bring bad effects towards the peace stability; area was considered as the peace settlement option of Irian Barat case between Indonesia and Netherlands. Finally, on August, 15th ,1962, the New York negotiation, with the Ellsworth Bunker as the mediator (The Ambassador of USA President, J.F. Kennedy), Netherlands agreed to negotiate about the Irian Barat case and it was agreed that the cease fire between the two was stopped. Irian Barat belonged to Indonesia

27. SETTING: atas laut

TOKOH: kapal-kapal selam RI dan awak kapal

Setelah Operasi Lumba-lumba ini berhasil ini berhasil, armada kapal selam RI makin berjaya. Tercatat kurang lebih 28 misi berhasil dilaksanakan oleh

(35)

kapal-kapal selam kita. Jumlah kapal selam yang semula hanya 4 buah menjadi 12 buah kapal selam yang semuanya telah melaksanakan misi yang baik.

After the ‘operasi lumba-lumba’ gained success, the Indonesian submarines fleet was getting victorious. It is noted that 28 missions were success to be done. The number of the submarines increased from four to twelve which all of them had done good missions.

28. SETTING: Monumen Kapal Selam era 90an TOKOH: RI Pasopati dan pekerja bangunan

Sejalan dengan berlalunya waktu, pada tahun 1990an satu-persatu kapal selam kita dikeluarkan dari jajaran kapal perang RI dan dinonaktifkan. Salah satu kapal yang masih utuh adalah RI Pasopati 410 yang merupakan peninggalan kapal selam perang yang bertenaga diesel. Kapal ini kemudian mulai direncanakan untuk dimonumenkan pada tahun 1996. Badan kapal selam dipotong-potong menjadi 16 bagian dan dibawa dengan trailer untuk dipasang kembali di jalan Pemoeda, Surabaya, yang sekarang menjadi tempat berdirinya Monumen Kapal Selam ini.

As time goes by, in 1990’s, our submarines were taken out of the Indonesian warships one by one and they were non-activated. One of the intact submarines is KRI Pasopati 410 which is a heritage of a diesel-powered war submarine. This ship was planned to be displayed in a monument in 1996. The submarine body was cut into sixteen parts and they were brought by trailer and rebuilt in Pemoeda Street, Surabaya, which is now Monumen Kapal Selam.

29. SETTING: Monumen Kapal Selam menjelang tahun 2000an TOKOH: RI Pasopati, masyarakat

(36)

27 JUNI 1998: MONUMEN KAPAL SELAM, JL. PEMUDA, SURABAYA.

Setelah pembuatan ulang kapal Pasopati ini selesai, barulah pada tanggal 27 Juni 1998 diresmikan oleh KSAL Laksamana TNI Arief Kushariadi. Pembangunan Monumen Kapal Selam ini kemudian bertujuan utama sebagai wujud penghormatan kepada pejuang dan pahlawan laut serta bukti sejarah pengabdian korps Hiu Kencana kepada Bangsa dan Negara. Dan sejak 15 Juni 1998, Monumen Kapal Selam ini kemudian diresmikan sebagai tempat kunjungan umum.

After finishing rebuilding the submarine, on June, 27th , 1998, the monument was announced officially by TNI KASAL admiral, Arief Kushariadi. The building of this monument has main goal to make it as the respecting form to the heroes, especially sea heroes. It is also become the historical proof of the devotion of Hiu Kencana Corps toward the Nation. Moreover, since June, 15th , 1998, Monumen Kapal Selam is announced officially as public place.

30. Tanpa sejarah, kita tidak bisa mengetahui sebab dari suatu perkara.

Demikian halnya tanpa pahlawan, kita tidak bisa berdiri tegak seperti sekarang.

Setiap masa pasti memiliki sejarahnya sendiri.

Seperti setiap pahlawan yang memiliki semangat juangnya sendiri-sendiri. “Tabah Sampai Akhir” menjadi motto untuk setiap pahlawan kapal selam korps Hiu Kencana kita.

Karena dari situlah, mereka berani berjuang dan tabah.

Bukan hanya ketika awal dinas saja, tetapi hingga akhir mereka berkarya. Demi satu tujuan, kejayaan Negara Indonesia!

Without history, we cannot know the cause of something

it is the same with, without heroes, we cannot stand ideally now. Every time has its own history

(37)

Like every hero has his/her own spirit for struggling

“Determined ‘till the end” is becoming a motto of every ship’s crew in our Hiu Kencana Corps.

It is because of only from this, they are brave to struggle and determined. Not only in the beginning of the duty, but also in the end of their duty. For one goal, the victory of Indonesia!

3.2.3.9. Layout Desain

Tema yang diangkat dalam buku cerita bergambar ini mengandung materi yang cukup berat sehingga untuk layout halaman ditata cukup sederhana dengan peletakan elemen-elemen yang teratur. Antara ilustrasi dan teks dipisahkan menjadi halaman tersendiri, dimana ilustrasi berada di sebelah kiri narasi. Pada halaman ilustrasi, layout desain diatur seperti di dalam film dengan penggunaan warna background hitam. Layout ini didesain dengan tujuan agar target audience/ pembaca lebih mudah fokus dan mencerna ilustrasi lebih baik. Sedang pada halaman narasi, layout narasi 2 bahasa tersebut didukung dengan ilustrasi pembantu untuk menjelaskan isi cerita dengan lebih spesifik. Penataan background disesuaikan dengan situasi yang diceritakan pada tiap halamannya. Seperti pada halaman…. , background narasi berwarna putih untuk menjelaskan situasi yang wajar terjadi; background bertekstur besi yang berkarat untuk mempertegas situasi yang genting, sedang pada background yang berwarna hitam untul mempertegas situasi duka. Berikut layout desain halaman buku Deep Blue Legacy:

(38)

Gambar 3.13. Layout desain

3.2.3.10. Konsep Desain Cover Buku “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera”

- Cover Depan buku “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera” Cover depan buku menggunakan ilustrasi berupa periskop tampak depan. Ilustrasi ini kemudian dipertegas dengan penambahan volume ketinggian. Pada bagian lensa periskop dilubangi hingga lapisan awal buku sebagai aksentuasi dari keseluruhan layout. Konsep periskop pada cover depan diibaratkan sebagai sebuah jendela untuk masuk dunia baru yang asing tapi menantang, sehingga pembaca menjadi tertarik untuk mengetahui lebih dalam keseluruhan isi cerita. Sedang pada konsep tipografi judul dan background digunakan tekstur besi untuk lebih menjelaskan fisik kapal selam sendiri. Berikut cover depan buku Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera.

(39)

Gambnar 3.14. Cover depan buku

- Cover Belakang buku “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera”

Pada bagian belakang buku ditampilkan ilustrasi seorang kakek tua purnawirawan yang tengah melihat jajaran kapal selam yang sedang berlayar. Ilustrasi ini kemudian diperjelas dengan sinopsis buku “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera”. Konsep kakek tua untuk memberi gambaran tentang sejarah monumen kapal selam itu sendiri, seperti sebuah kenangan dari masa lampau yang diceritakan kembali oleh sang kakek kepada cucunya, generasi penerusnya supaya si cucu ini kemudian bisa lebih memaknai isi yang terkandung dan meneladani perjuangan pendahulunya. Berikut cover belakang buku Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera

(40)

Gambar 3.15. Cover belakang buku

- Format buku “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera”

Ukuran buku “Deep Blue Legacy: Perjalanan Pusaka Dasar Samudera” adalah 180 mm x 180 mm dengan ketebalan 62 halaman isi yang seluruh ilustrasinya berwarna. Ukuran ini digunakan untuk menjaga agar detail gambar yang ditampilkan masih kelihatan. Pada bagian sampul menggunakan media kertas Glossy 230 gram sehingga terlihat lebih bervolume sedang pada bagian halaman isi menggunakan kertas Art Paper 210 gram. Buku ini kemudian diterbitkan sebanyak 1000 eksemplar karena masih dalam proses post-production.

3.3. Konsep Media Penunjang

3.3.1. Tujuan Media Penunjang

Media penunjang ini dibuat untuk mendukung publikasi cerita bergambar dalam kaitannya dengan Monumen Kapal Selam, sehingga mengingatkan khalayak sasaran terhadap kenangan Monumen Kapal Selam; selain sebagai salah satu asset wisata, sejarah kebaharian kota Surabaya juga sebagai bukti nyata semangat juang dan patriotisme pejuang kapal selam RI.

(41)

3.3.2. Strategi Produk Penunjang

Guna menunjang perancangan buku cerita bergambar sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam, dibuat alternatif produk sebagai berikut:

a. Poster (poster)

Media ini digunakan sebagai promosi awal peluncuran buku cerita bergambar sejarah berdirinya Monumen Kapal Selam. Penyebaran dilakukan di beberapa sekolah SLTP dan SMU/A Surabaya, dan di tempat wisata Monumen Kapal Selam sendiri. Adapun format ukurannya A3 (297 X 420 mm) dengan bahan kertas artpaper 100 gram sebanyak 2000 eksemplar.

b. Kartu Pos (postcard)

Media ini digunakan sebagai alternatif untuk mempromosikan Monumen Kapal Selam sendiri sebagai objek wisata melalui pendekatan ilustrasi sejarah kapal selam RI sendiri. Penyebaran media ini dilakukan di tempat wisata Monumen Kapal Selam sendiri sebanyak 3000 eksemplar. Format ukuran yang digunakan adalah 105 mm x 120 mm dengan bahan berupa kertas Artpaper 210 gram

c. Merchandise

- Pembatas buku beserta informasi seputar kapal selam RI (informative bookmark)

Media ini selain berfungsi untuk memberi batas halaman pada buku yang sedang dibaca, juga berfungsi untuk menyampaikan informasi seputar kapal selam RI melalui kalimat-kalimat pernyataan atau gambar seputar kapal selam RI, yang berada di bagian belakang halaman pembatas buku. Ukuran format yang digunakan adalah 25 mm x 180 mm dengan bahan berupa kertas Artpaper 210 gram sebanyak 1000 eksemplar terlampir di setiap buku cerita.

(42)

- Pin (pin)

Pin digunakan sebagai alternatif promosi kreatif cerita bergambar karena keberadaanya yang sedang marak di dunia remaja. Selain itu, karena peletakannya yang fleksibel memungkinkan promosi yang lebih luas. Format ukurannya diameter 45 mm dengan penyebaran sebanyak 1000 eksemplar.

- Tas belanja (paper bag)

Selain untuk menampung buku dan media penunjang di atas, tas ini juga menjadi alternatif promosi buku. Format ukurannya 220 mm x 330 mm dengan media kertas Artpaper 210 gram dengan penyebaran sebanyak 1000 eksemplar.

Penyebaran semua merchandise diatas bersamaan dengan penyebaran buku cerita bergambar di tempat wisata Monumen Kapal Selam.

3.4. Perencanaan Biaya

3.4.1. Biaya penerbitan buku

Perencanaan biaya publikasi buku sebanyak 1000 eksemplar dengan pertimbangan masih dalam tahap post-production (masa percobaan). Harga berdasarkan percetakan Sinar Abadi yang terletak di jalan Simo Gunung Lawang Wetan I/6, Surabaya.

Halaman Isi

Cetak dan Plat A3 31 bh X Rp. 250.000,00 Rp. 7.750.000,00 Kertas A3 210 gr 1000 eks X 8 plano X Rp. 3.000,00 Rp. 24.000.000,00 Film A3 31bh X 1247,4 cm2 X Rp. 100,00 Rp. 3.866.940,00 Ongkos jilid dan potong 1000 eks X Rp 1000,00 Rp. 1.000.000,00 SUBTOTAL Rp. 36.616.940,00

Cover

Cetak + plat A3 1 X Rp. 250.000,00 Rp. 250.000,00 Kertas glossy A3 230 gr 1000 eks X Rp 7000,00 Rp. 7.000.000,00

(43)

Film A3 1 X 1247,4 cm2 X Rp. 100,00 Rp. 124.740,00 Cutting + pisau 2 X Rp 150.000,00 Rp. 300.000,00 Lem A4 2 X Rp 25.000,00 Rp. 50.000,00 SUBTOTAL Rp. 7.724.740,00 Honor Rp. 1500.000,00 TOTAL Rp. 45.841.680,00 Jadi harga jual 1 bukunya Rp. 46.000,00

3.4.2. Biaya promosi buku Poster A3 (2000 eks)

Cetak + plat A3 1 x Rp 250.000,00 Rp. 250.000,00 Kertas A3 100 gr 500 plano X Rp. 1.100,00 Rp. 550.000,00 Film A3 1247,4 cm2 X Rp. 100,00 Rp. 124.740,00

SUBTOTAL Rp. 924.740,00

Postcard ukuran 105 X 120 mm2 (3 desain @ 1000 eks)

Cetak + plat 3x Rp 250.000,00 Rp. 750.000,00 Kertas A3 210 gr 94 plano X Rp. 3.000,00 Rp. 282.000,00 Film (10,5 X 12 cm2) 3 X 126 cm2 X Rp.100,00 Rp. 37.800,00

SUBTOTAL Rp. 1.069.800,00

Pin (4 x 500 eks)

Untuk ukuran diameter 4,5 cm sebanyak 4 desain untuk 500 eks adalah:

4 X 500 X Rp. 3000,00 Rp. 6.000.000,00

Pembatas buku ukuran 2,5 cm x 18 cm (1000 eks)

Cetak + plat A3 1x Rp 250.000,00 Rp. 250.000,00 Kertas A3 210 gr 8 plano X Rp. 3.000,00 Rp. 24.000,00 Film (2,5 x 18 cm2) 45 cm2 X Rp.100,00 Rp. 4.500,00 Laminasi dof 1000 X 45 cm2 x Rp. 0,2 Rp. 9.000,00 SUBTOTAL Rp. 287.500,00

(44)

Cetak + plat A3 1x Rp 250.000,00 Rp. 250.000,00 Kertas A3 210 gr 250 plano X Rp. 3.000,00 Rp. 750.000,00 Film (40 x 20 cm2) 800 cm2 X Rp.100,00 Rp. 80.000,00 Laminasi dof 1000 X 800 cm2 x Rp. 0,2 Rp. 160.000,00 Pita d. 1cm 500 X 1m X Rp. 750.00 Rp. 375.000,00 SUBTOTAL Rp. 1.615.000,00 TOTAL PROMOSI Rp. 10.647.040,00

(45)

Gambar

Tabel 3.1 Pendekatan perancangan
Tabel 3.2. Pola Pikir
Gambar 3.3. Kapal Selam RI
Gambar 3.5. Kelasi Kapal Selam
+7

Referensi

Dokumen terkait