• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Pegawai SMK Raden Patah Kota Mojokerto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Pegawai SMK Raden Patah Kota Mojokerto"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Pegawai SMK Raden Patah Kota

Mojokerto

Wulan Kurnianingtyas

a

*

a

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mayjen Sungkono

*Koresponden penulis:

-

Abstract

Leadership is the ability of leaders to influence subordinates in an organization so that they are motivated to achieve organizational goals. There are two styles of leadership that can be applied, namely the force of transformational leadership and transactional leadership style. Both are expected to influence job satisfaction of subordinates. The population in this study were all employees of SMK Raden Patah Kota Mojokerto o many as 60 people. Because its population is relatively small, the entire population sampled. Data were collected through a questionnaire given directly to respondents. Furthermore, in analysis with multiple linear regression approach. The results of this study indicate that: (1) changes in employee satisfaction 58.6% change in employee job satisfaction is influenced by the style of transformational leadership and transactional leadership style. The remaining 41.4% are influenced by other variables not studied. This is indicated by the value of R Square = 0.586, (2) style of transformational leadership and transactional leadership styles together influence on employee job satisfaction. This is indicated by a probability value of F test = 0.014 less 0.05, and (3) the dominant influence transformational leadership style on employee job satisfaction. This is indicated by the value of regression coefficient (beta) is a standardized = 0.651 is larger than transactional leadership style variables = -0.549

Keywords: job satisfaction, transformational leadership style, and transactional leadership styles

PENDAHULUAN

Kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi sehingga mereka termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan proses kognitif untuk menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran terhadap pemimpin.

Seorang pemimpin harus mempunyai kapasitas untuk menciptakan suatu visi yang dapat membawa orang ke sesuatu yang baru dan mampu menterjemahkan visi tersebut ke dalam kenyataan. Pemimpin merupakan orang yang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku laku orang lain yang mempengaruhi mereka. Ketika seorang individu berusaha mempengaruhi perilaku lainnya dalam suatu kelompok tanpa menggunakan bentuk paksaan, kita dapat menggambarkan usaha ini sebagai kepemimpinan (Gibson et al., 1997). Jadi, kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok menurut Thoha (2006) disebut gaya kepemimpinan.

Dalam organisasi, peran pemimpin sangat penting dalam mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, loyalitas dan terutama dalam memotivasi kerja bawahannya. Untuk itu seorang pemimpin perlu memiliki ketrampilan untuk dapat bersikap dan berperilaku efektif dalam menjalankan tugasnya. Ketrampilan bersikap itu antara lain adalah

(2)

memiliki kelenturan budaya, ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan melakukan manajemen sumber daya manusia, kreatif dan memiliki motivasi belajar atau memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap pengetahuan dan ketrampilan yang baru.

Penyempurnaan di bidang personalia selalu mendapat perhatian untuk menuju karyawan yang profesional dengan berbagai pendekatan dan kebijaksanaan. Untuk itu, diperlukan adanya gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin yang sesuai dengan pengikutnya agar tujuan organisasi akan lebih mudah tercapai.

Kepemimpinan transformasional dan transaksional merupakan salah satu model kepemimpinan yang ada. Kepemimpinan transformasional menunjuk pada proses membangun komitmen terhadap sasaran organisasi dan memberi kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut. Kepemimpinan transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan ransangan intelektual yang diindividualkan dan yang memiliki karisma (Robbins, 1996). Sedangkan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memusatkan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara atasan dan bawahan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai tugas yang harus dilaksankan dan penghargaan atas pemenuhan tugas (Howell dan Avolio, 1993).

Oleh karena itu, pemimpin seharusnya dapat menyelaraskan antara kebutuhan kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi yang dilandasi oleh hubungan manusiawi. Sejalan dengan itu diharapkan seorang pemimpin mampu memotivasi dan menciptakan kondisi sosial yang menguntungkan setiap karyawan sehingga tercapainya kepuasan kerja karyawan yang berimplikasi pada meningkatnya produktivitas kerja karyawan. Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah suatu sikap yang dipunyai individu terhadap pekerjaan yang mereka lakukan. Hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya. (Gibson, 1999).

Kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya (Handoko, 1996). Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya kepuasan dapat ditingkatkan, bila atasan bersifat ramah dan memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan dan menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka (Robbins, 2003).

Salah satu sasaran penting dalam manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja anggota organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu seorang pemimpin pada hakikatnya selalu dituntut untuk mengetahui atau menebak kebutuhan (need),

keinginan (want) dan harapan (expectation) bawahannya dengan mengamati perilaku mereka, untuk kemudian memilih metode yang digunakan supaya mereka termotivasi untuk mau bertindak sesuai dengan tujuan pemimpin. Pemimpin harus memahami dan dapat menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan pengikutnya agar tercipta keharmonisan di dalam organisasi.

Di SMK Raden Patah Kabupaten Mojokerto dalam rangka mengembangkan lembaganya diperlukan pemimpin yang mampu menggerakkan bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pemimpin yang memahami perilaku bawahannya dapat menciptakan kepuasan dalam bekerja. Karena itu persoalan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional serta kepuasan kerja yang ada di

(3)

dengan judul “Analisis Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Pegawai SMK Raden Patah Kabupaten Mojokerto”.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis pertama: secara simultan gaya kempimpinan transformasional dan transaksional berpengaruh terhadap kinerja.

2. Hipotesis kedua: gaya kempimpinan transformasional berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research. Sebagaimana yang dinyatakan Singarimbun dan Effendi (1995) bahwa explanatory research digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan variabel kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kepuasan kerja pegawai SMK Raden Patah Kabupaten Mojokerto.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai SMK Raden Patah Kabupaten Mojokerto sebanyak 60 orang pegawai. Karena jumlah populasi relatif sedikit maka seluruh anggota populasi diambil sebagai responden.

Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis regresi linier berganda. Adapun model persamaan regresi linier berganda ditunjukkan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2+ e keterangan: Y = kepuasan kerja a = konstanta b = koefisien regresi

X1 = gaya kepemimpinan transformasional

X2 = gaya kepemimpinan transaksional

e = error term, yaitu variabel pengganggu merupakan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi tersebut.

Selanjutnya, untuk menguji hipotesis pertama digunakan uji F, yaitu pengujian secara simultan dengan cara menentukan probability value-nya Menurut Ghozali (2001) jika probability value uji F lebih kecilalpa 5%, berarti hipotesis yang diajukan diteima. Sebaliknya, jika probability value lebih besar alpa 5%, berarti hipotesis yang diajukan ditolak.

Sedangkan untuk mengji hipotesis kedua digunakan uji-t, yaitu pengujian secara parsial dengan cara menentukan nilai koefisien regresinya (beta). Menurut Ghozali (2001) jika nilai koefisien beta

(4)

suatu variabel independen menunjukkan lebih besar dari variabel lainnya, berarti variabel independen tersebut berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja. Untuk mengolah data tersebut digunakan komputer dengan memanfaatkan program SPSS for windows versi 14.00.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Analisis Linier Berganda

Dengan menggunakan program SPSS print out hasil uji validitas tersebut dapat dibuat persamaan regresi linear berganda sebagai berikut.

Y = 1,706 + 0,651X1 - 0,549 X2

Tabel 1

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Berganda

Variabel Koef. Regresi Probability value

X1 = gaya kepemimpinan

transformasional 0,651 0,13

X2 = gaya kepemimpinan transaksional -0,549 0,34 F hitung = 4,624 dan probability value = 0,014

R square = 0,586 (58,6%)

Sumber: Data diolah 2017

Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Nilai R Square = 0,586 artinya 58,6% perubahan kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional. Sisanya sebesar 41,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

b. Nilai koefisien regresi (beta) variabel X1 (gaya kepemimpinan transformasional) menunjukkan positip sebesar 0,651. Ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positip terhadap kepuasan kerja pegawai. Apabila indiaktor-indikator yang mencerminkan gaya kepemimpinan transformasional ditingkatkan keberadaanya maka kepuasan kerja pegawai akan meningkat. Dengan anggapan variabel lain konstan.

c. Nilai koefisien regresi atas variabel X2 (gaya kepemimpinan transaksional) menunjukkan negatip sebesar 0,549. Ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh genatip terhadap kepuasan kerja pegawai. Apabila indiaktor-indikator yang mencerminkan gaya kepemimpinan transaksional ditingkatkan keberadaanya maka kepuasan kerja pegawai akan menurun. Dengan anggapan variabel lain konstan..

Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis Pertama

Melihat tabel di atas tampak bahwa probability value uji F = 0,014 lebih kecil dari alpa 5%, berarti bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima.

Pengujian Hipotesis Kedua

Melihat tabel di atas tampak bahwa nilai koefisien regresi (beta) variabel X2 (gaya kepemimpinan transformasional) sebesar 0,651 menunjukkan lebih besar dari variabel variabel X2

(5)

berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja pegawai. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima.

Pembahasan

Berpijak pada hasil hipotesis kedua yang menyatakan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh dominan terhadap kepuasan kerja pegawai, maka di masa mendatang dalam rangka peningkatan kepuasan kerja mereka, pihak institusi sebaiknya menerapkan gaya kempemimpinan transformasional dan meningkatkan keberadaan indikator-indikatornya, yaitu: (a) kemampuan manajerial yang membanggakan, (b) dapat dipercaya dan memperoleh respek dari bawahannya, (c) mampu membangkitkan semangat pegawai untuk memacu kreativitas bawahannya, (d) dapat memotivasi bawahannya dengan mengungkapkan maksud penting dalam cara yang sederhana, (e) mampu memberikan dorongan untuk berpikir inovatif, (f) memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya untuk berpikir rasional, (g) memberikan perhatian secara individu kepada bawahannya, dan (h) sering menyediakan waktu untuk berkonsultasi dengan bawahannya.

Dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional ini menurut Bass (1997) menyebabkan pengikutnya melakukan pekerjaan melebihi apa yang ditetapkan karena adanya pengaruh dari pemimpin. Tingkat usaha ekstra bawahan mungkin disebabkan oleh komitmen mereka pada pimpinan, motivasi kerja mereka, merasa memiliki misi sehingga mendorong mereka berkinerja lebih baik dari yang ditetapkan. Selain itu, dalam kepemimpinan transformasional para bawahan merasakan kepercayaan, kebanggaan, loyalitas dan rasa hormat kepada atasan, dan mereka dimotivasi untuk berbuat melebihi apa yang ditargetkan atau diharapkan.

Bass dan Avolio (1990) juga menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional tidak hanya mengakui kebutuhan bawahan, tetapi juga mencoba berusaha meningkatkan kebutuhan tersebut dari tingkatan yang rendah ke tingkatan yang lebih tinggi sampai kepada tingkatan yang mapan. Dengan demikian proses kepemimpinan transformasional dapat menghasilkan kemampuan bawahan untuk memimpin diri mereka sendiri, mengambil tanggung jawab bagi tindakannya sendiri dan memperoleh imbalan melalui kemandirian yang kuat.

Selanjutnya, Burns (1998) menyatakan bahwa dalam kepemimpinan transformasional, pemimpin berupaya menimbulkan kesadaran dari para pengikutnya dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, seperti keserakahan, kecemburuan atau kebencian. Oleh karena itu, Burns (1998) memberikan cara pemimpin transformasional dalam memotivasi para pengikutnya sebagai berikut:

1. Membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu pekerjaan

2. Mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri

3. Mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada tingkatan yang lebih tinggi

Sedangkan Bass dan Avolio (1998) mengemukakan bahwa pemimpin transformasional

menggunakan pendekatan empat “I” untuk memotivasi pengikutnya, yaitu: Ideallized influence,

Inspirational motivation,Intellectual stimulation, dan Individuallized consideration. Berikut penjelasannya:

1. Ideallized Influence

(6)

menjadi teladan bagi anak buahnya. Para pemimpin ini dikagumi, dihormati dan dipercayai. Mereka dapat menggerakkan dan mengilhami bawahan dengan suatu visi, menanggung risiko bersama, hanya menggunakan kekuasaannya bilamana perlu dan tidak untuk kepentingan pribadi serta menanamkan rasa bangga pada bawahannya.

2. Inspirational Motivation

Pemimpin transformasional bersikap dengan cara-cara yang memberi motivasi dan inspirasi kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka dengan memberikan tantangan bagi para anak buah mereka di dalam bekerja. Pemimpin menciptakan pengharapan-pengharapan yang dikomunikasikan dengan jelas agar para anak buah tertarik untuk mencapainya dan menunjukkan komitmen terhadap tujuan-tujuan dan visi yang dimiliki bersama.

3. Intellectual Stimulation

Para pemimpin transformasional merangsang upaya anak buahnya untuk menjadi inovatif dan kreatif dengan cara mempertanyakan asumsi, menyajikan masalah dalam kerangka yang berbeda, dan menggunakan pendekatan baru bagi masalah-masalah lama sehingga kreativitas mendapatkan dorongan untuk tumbuh. Pemimpin tidak mengkritik kesalahan-kesalahan seorang anak buah di hadapan orang banyak. Anak buah diundang untuk memberikan ide-ide baru dan solusi-solusi masalah yang kreatif dan mereka diikutsertakan di dalam proses penyelesaian masalah dan penemuan solusi. Para anak buah didorong untuk mencoba pendekatan-pendekatan baru, dan ide-ide tidak dikritik semata-mata karena berbeda dengan ide-ide-ide-ide pemimpin.

4. Individuallized Consideration

Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan-kebutuhan tiap individu untuk mendapatkan pencapaian dan pertumbuhan dengan berperan sebagai pelatih atau pendamping. Anak buah dan rekan sekerja dikembangkan untuk mencapai level-level potensi yang makin lama makin tinggi dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) peluang-peluang pembelajaran baru diciptakan dengan suasana yang mendukung, (b) perbedaan kebutuhan dan keinginan antar individu dikenali dan diakui, (c) perilaku pemimpin menunjukkan bahwa dia menerima perbedaan-perbedaan individu, (d) pemimpin mendorong terjadinya pertukaran dua arah dalam komunikasi

dan mempraktekkan “manajemen dengan berjalan ke sekeliling” ruang kerja (management by walking

around), (e) interaksi dengan anak buah dilakukan secara personal, (f) pemimpin yang individuallized

consideration mampu mendengarkan secara efektif, (g) pemimpin mendelegasikan tugas sebagai cara

untuk mengembangkan kemampuan anak buah, (h) tugas-tugas yang didelegasikan dimonitor untuk melihat apakah anak buah memerlukan pengarahan atau dukungan tambahan dan sekaligus untuk menilai kemajuannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kepemimpinan transformasional melandaskan diri pada pertimbangan pemberdayaan potensi manusia. Dengan kata lain, tugas pemimpin transformasional adalah memanusiakan manusia melalui berbagai cara seperti memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang nyata.

2. Kepemimpinan transaksional menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan berupa proses transaksi dan pertukaran (exchanges process) yang bersifat ekonomis, sementara kepemimpinan transformasional pada hakikatnya menjelaskan proses hubungan antara atasan dan bawahan

(7)

organisasi. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan transaksional mendasarkan diri pada pertimbangan ekonomis-rasional,

3. Perubahan kepuasan kerja pegawai 58,6% dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional. Sisanya sebesar 41,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

4. Gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kepuasankerja guru

5. Gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh dominnan terhadap kepuasan kerja pegawai.

Saran

Berpijak pada simpulan di atas maka saran-saran untuk pihak institusi adalah:

1. Di masa mendatang dalam rangka peningkatan kepuasan kerja mereka, pihak institusi sebaiknya menerapkan gaya kempemimpinan transformasional dan meningkatkan keberadaan indikator-indikatornya, yaitu: (a) kemampuan manajerial yang membanggakan, (b) dapat dipercaya dan memperoleh respek dari bawahannya, (c) mampu membangkitkan semangat pegawai untuk memacu kreativitas bawahannya, (d) dapat memotivasi bawahannya dengan mengungkapkan maksud penting dalam cara yang sederhana, (e) mampu memberikan dorongan untuk berpikir inovatif, (f) memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya untuk berpikir rasional, (g) memberikan perhatian secara individu kepada bawahannya, dan (h) sering menyediakan waktu untuk berkonsultasi dengan bawahannya.

2. Dalam menerapkan gaya kepemimpinan transformasional hendaknya menggunakan pendekatan

empat “I” dalam rangka memotivasi pengikutnya, yaitu: Ideallized influence, Inspirational motivation,Intellectual stimulation, dan Individuallized consideration.

3. Pemimpin dengan gaya transformasional dalam memotivasi para pengikutnya sebaiknya menggunakan cara-cara sebagai berikut:

a. Membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu pekerjaan

b. Mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau tim daripada kepentingan diri sendiri

c. Mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan mereka pada tingkatan yang lebih tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Arief, S. 2000. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI-Press. Jakarta Arikunto, S, 2003, Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

As'ad, M, 2003, Psikologi Industri:Seri Sumber Daya Manusia, Liberty, Yogjakarta.

Bass, B.M. 1997. Does Transactional-Transformational Leadership Paradigm Transcend Organitaional and National Boundaries?. Jorunal American Psychology, 52: 130-139

---., dan B. J. Avolio. 1998. Improving Organizational Effectiveness Through Transformational

Leadership.In Hickman, Gill Robinson. Editor: Leading Organizations; Perpcetives for a New Era. Sage

Publications. London

Burns, J. M. G. 1998. Transactional and Transformational Leadership. In Hickman, Gill Robinson, Editor:

Leading Organizations; Perpcetives for a New Era. Sage Publications. London

Davis. K., dan J. W. Newstrom. 1995. Perilaku Dalam Organisasi. Jilid 1. Edisi Ketujuh. Alih Bahasa Agus Dharma. Erlangga. Jakarta.

(8)

Gibson, J. L., J.M., Ivancevich, dan J. Donnelly Jr. 1997, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Alih Bahasa Nunuk Adiarni, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

---. 1999, Organisasi dan Manajemen, Perilaku, Sruktur, dan Proses, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hasan, l, 2002, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta. Handoko, T. H, 2001, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE, Yogjakarta.

Heidjrachman dan S. Husnan, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogjakarta.

Howell, J.M. dan B.J. Avolio. 1993. Transformational Leadership, Transactional Leadership, Locus of Control, and Support for Innovation: Key Predictors of Consolidated-Business-Unit Performance.

Journal of Applied Psychology, 78 (6): 680-694.

Hasibuan, M.S.P. 1996. Organisasi dan Motivasi; Dasar Peningkatan Produktivitas, Bumi Aksara, Jakarta.

Kaihatu, T.S. dan W.A. Rini, 2007, Kepemimpinan Transformasional dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Atas Kualitas Kehidupan Kerja, Komitmen Organisasi dan Perilaku Ekstra Peran: Studi Pada Guru-Guru SMU di Kota Surabaya, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 98, No. 1, UK Petra, Surabaya.

Kreitner, R. dan A. Kinicki, 2005, Perilaku Organisasi, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Mathis, R. L. dan J. H. Jackson, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat, Jakarta Priyatmoko, 2005, Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan pada PT Sumbertaman Keramik Industri Probolinggo, TESIS

Universitas Gajayana, Malang.

Rivai, l, 2003, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robbins, S. P, 1996, Perilaku Organisas: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia, Jilid 2, PT. Prenhallindo, Jakarta.

---.. 2003, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima (Terjemahan), Penerbit Erlangga, Jakarta.

Samsuri, 2007, Analisis Pengaruh Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional terhadap Kepuasan Kerja Karyawan, TESIS Unversitas Brawijaya, Malang.

Siagian, S. P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketujuh, Bumi Aksara, Jakarta Singarimbun, M dan S. Effendi, 1995, Metode Penelitian Survai, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta. Sugiyono, 2003, Statistika Untuk Mahasiswa, CV. Alfabeta, Bandung.

Sule, E, 2002, Keterkaitan antara Kepuasan Kerja Karyawan dan Kepuasan Pelanggan dengan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.2, No.2, STIE YKPN, Yogjakarta.

Thoha, M, 2006, Kepemimpinan dalam Manajemen, Rajawali, Jakarta.

Tondok, M.S. dan R. Andarika, 2006, Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Dengan Kepuasan Kerja Karyawan, Jurnal Psyche, Vol. 1, No. 1, Bina Darma, Palembang.

Wexley, K. N. dan G. A. Yukl, 1998, Organizational Behaviour and Personnel Psychology, Edisi Bahasa Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

judul dan daftar tabel serta gambar yang lebih dari satu baris dan.

Sebagai insan intelektual yang berasal dari salah satu daerah di Indonesia yang terkenah dampak langsung beroperasinya perusahaan tersebut,penulis berminat untuk mengetahui

[r]

Lima pilar prioritas utama perubahan yang tepat sebaiknya menjadi rujukan pendidikan tinggi di Indonesia dengan keyakinan dapat menciptakan daya saing bangsa yang..

Seorang perempuan yang sedang menjalani iddah baik karena dicerai, fasakh maupun ditinggal mati oleh suami tidak boleh menikah dengan selain dengan laki-laki yang meninggalkan

Untuk operator 2 didapat total skor 64 yang termasuk dalam tingkat resiko sedang, dimana keluhan yang dirasakan operator yaitu pada bagian pinggang, pinggul,

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara kekuatan otot tungkai dan otot perut terhadap akurasi shooting pada siswa ekstrakurikuler futsal SMP Negeri

Purpose of study : This study aimed at finding the influence of muscle relaxation technique to insomnia in elderly people in social House Tresna Werdha (PSTW) Budhi