• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

2015

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

2015 - 2019

(2)

Kata Pengantar

Sebagai instansi yang telah melaksanakan program Reformasi Birokrasi tahap

kesatu

yaitu periode tahun 2010-2014, Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi (BPPT) telah menjalankan berbagai kegiatan perubahan pada 8 (delapan) area perubahan dengan menata ulang dan memperbaharui secara bertahap, berkelanjutan

dan konsisten

terhadap

sistem

penyelenggaraan birokrasi yang kurang optimal di lingkungan BPPT, dalam rangka mendorong tercapainya sasaran yang telah ditetapkan, adalah:

.

Tercapainya birokrasi yang bersih dan akuntabel;

.

Tercapainya birokrasi yang efektif dan eflsien; dan

.

Tercapainya birokrasi yang memiliki layanan publik yang berkualitas.

Jakarta, 15 Januari 2016

Kepala Badan

Pengkajian dan

Penerapan Teknologi

Dr. lr. Unggul Priyanto, MSc.

g

ROAD MAP REFORMASI BIRO(RASI-BPPT

I Pada saat ini BPPT telah memasuki tahap kedua dalam pelaksanaan reformasi

birokrasi

yaitu

periode

tahun 2015-2019,

masuk pada tahap

penguatan reformasi birokrasi menuju tata kelola pemerintahan berbasis kinerja, dalam upaya penyelarasan pelaksanaan penguatan program reformasi birokrasi perlu dilakukan penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi BPPT Tahun 2015-2019. Road Map Reformasi Birokrasi ini harus dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan reformasi birokrasi BPPT.

(3)

i ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ...

BAB I PENDAHULUAN ... BAB I-1 A. Latar Belakang ... BAB I-1 B. Dasar Hukum ... BAB I-6 C. Tujuan dan Sasaran ... BAB I-7 D. Manfaat ... BAB I-7

BAB II RENCANA AKSI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI 2015-2019 BAB II-1 A. Program Manajemen Perubahan ... BAB II-1 B. Program Penguatan Sistem Pengawasan ... BAB II-7 C. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja ... BAB II-15 D. Program Penguatan Kelembagaan ... BAB II-21 E. Program Penguatan Tatalaksana ... BAB II-26 F. Program Penguatan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia ... BAB II-33 G. Program Peraturan Perundang-Undangan ... BAB II-42 H. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik ... BAB II-49

BAB III PENGORGANISASIAN, PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN,

SISTEM PELAPORAN DAN ANGGARAN ... BAB III-1 A. Pengorganisasian ... BAB III-1 B. Penanggung Jawab Kegiatan ... BAB III-3 C. Sistem Pelaporan ... BAB III-8 D. Anggaran ... BAB III-9

BAB IV PENUTUP ... BAB IV-1

(4)

ii ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 ... BAB I-2 Gambar 1.2 ... BAB I-3 Gambar 1.3 ... BAB I-4 Gambar 1.4 ... BAB I-6

(5)

iii ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

DAFTAR TABEL

(6)

BAB I- 1

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi Birokrasi merupakan suatu perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama yang menyangkut aspek kelembagaan, sumber daya aparatur, ketatalaksanaan (business process), pengawasan, akuntabilitas, dan pelayanan publik sehingga mampu meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktivitas, transparansi, disiplin, dan etos kerja pegawai.

Gelombang globalisasi dan lingkungan strategis mengakibatkan perubahan ekspektasi internal maupun eksternal atas kinerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Laju perubahan atas tuntutan tersebut berakibat pada semakin sulitnya organisasi dalam memenuhi harapan internal dan eksternal sehingga teridentifikasi berbagai permasalahan yang mendasar sebagai berikut:

1. Kontribusi BPPT dalam penanggulangan berbagai krisis nasional masih belum memberikan dampak yang signifikan untuk memperkuat fungsi dan peran BPPT secara nasional;

2. Perencanaan program BPPT masih tampak kurang fokus pada satu kesatuan visi, misi, tujuan dan sasaran;

3. Proses bisnis utama yang merupakan enabling factor untuk mencapai sukses dalam kerangka tata kerja kerekayasaan belum optimal;

4. Sistem penghargaan berdasarkan kinerja dalam asas keadilan belum sepenuhnya berjalan seperti yang diharapkan;

5. Budaya organisasi yang mampu mewadahi dan meningkatkan komitmen para pegawai dalam melaksanakan tupoksi belum diterapkan secara efektif;

(7)

BAB I- 2

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Reformasi birokrasi adalah suatu program perubahan yang bersifat mendasar dan menyeluruh dengan demikian program reformasi birokrasi akan selalu berhadapan dengan tingginya resistensi dari dalam organisasi yang merupakan tantangan bagi manajemen perubahan.

Bagi BPPT reformasi birokrasi memang bukan suatu pilihan, melainkan suatu keharusan. Sehingga perlu dipersiapkan Program Reformasi Birokrasi BPPT secara holistik. Tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi perlu mempertimbangkan 5 faktor pencapaian sukses sebagai berikut:

1. Adanya dukungan Manajemen Puncak (sponsorship);

2. Adanya Keterlibatan Semua Pegawai (employee involvement); 3. Ketersedian Saluran Komunikasi;

4. Adanya Dukungan Budaya Organisasi; dan 5. Keberadaan Agen Perubahan.

BPPT adalah Lembaga Pemerintah dalam satu kesatuan sistem Pemerintahan RI yang melaksanakan Tugas Pemerintahan/ Pelayanan Publik melalui Perekayasaan Teknologi. Untuk berperan secara efektif dalam pelaksanaan tugas pemerintahan/pelayanan publik tersebut diatas, BPPT diharapkan mampu mengidentifikasi dan memastikan posisi organisasinya dalam perannya pada sistem pemerintahan sebagaimana yang tergambar pada diagram berikut:

Gambar-1.1 Keterkaitan antar Instansi Dalam Pelaksanaan Tugas Pokok BPPT MENRISTEK PRESIDEN/ WAPRES DPR INPUT PROGRAM LEMBAGA LITBANG KERJASAMA LEMBAGA TERKAIT LN KERJASAMA KEMENTRIAN, DEPARTEMEN, LEMBAGA NEGARA PERMINTAAN KAJI TERAP REKOMENDASI PENERAPAN AUDIT PELAKSANAAN KAJI TERAP BUMN/BUMND AUDIT/KERJASAMA SWASTA KERJASAMA LAP. TUGAS LAPORAN MENRISTEKDIKTI

(8)

BAB I- 3

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Dalam penguatan posisinya, BPPT diharapkan mampu menjalankan tugas secara efektif dalam sistem pemerintahan berperan:

1. Sebagai lembaga di bawah koordinasi Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi, pelaksana Kebijakan Sistem Inovasi Nasional dan Perekayasaan Teknologi atas hasil suatu riset ilmu dasar lembaga litbang /Perguruan Tinggi melalui program pemerintah.

2. Sebagai Mitra Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam memberikan input bagi Kebijakan dan Program pemerintah dalam hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan.

3. Sebagai Mitra Industri BUMN/BUMND dan Swasta Nasional dalam mengembangkan dan meningkatkan daya saing melalui rantai pertambahan nilai pada proses industri (industrial value added chain). Peran BPPT dalam sistem pemerintahan tersebut harus menjadi elemen penting dalam kajian dan perumusan Konsep Dasar Blue-Print Birokrasi BPPT 2025.

Gambar-1.2 Kontribusi BPPT Dalam Sistem Bisnis

Sebagai Lembaga Pemerintah dalam satu kesatuan sistem Pemerintahan RI yang melaksanakan Tugas Pemerintahan/Pelayanan Publik melalui Perekayasaan Teknologi, BPPT harus memberikan nilai yang ditawarkan

(9)

BAB I- 4

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

melalui 13 jenis pelayanan teknologi sebagai “business means” kepada para pemangku kepentingan eksternal yaitu rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultasi, pengujian, jasa operasional, pilot project, pilot plant, prototype, survey, referensi teknis, audit teknologi, dan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).

Ketigabelas layanan teknologi tersebut di atas menghasilkan 3 nilai layanan sebagai berikut:

1. Technology State of The Art

Berkontribusi dalam melahirkan teknologi unggul untuk berbagai kepentingan bagi para pemangku kepentingan

2. Membangun kemandirian Bangsa

Berkontribusi dalam program subtitusi teknologi untuk memperkecil ketergantungan dalam rangka meningkatkan kemandirian bangsa

3. Meningkatkan Daya Saing Industri

Berkontribusi dalam program peningkatan rantai pertambahan nilai untuk meningkatkan daya saing industri

Peluang kontribusi keterlibatan dan peran BPPT dalam tugas Perekayasaan Teknologi perlu dirumuskan dalam perspektif Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebagaimana yang tergambar dalam diagram di bawah ini.

Gambar-1.3 Peluang Kontribusi BPPT Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional

(10)

BAB I- 5

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Peran BPPT dalam pembangunan ekonomi nasional diwujudkan melalui peluang peningkatkan kontribusi teknologi sebagai salah satu komponen pertumbuhan ekonomi (GDP), sebagaimana berikut :

1. Factor Driven/RPJM ke-1 (2005-2009)

Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi nasional masih tergantung pada faktor sumber daya alam, peluang kontribusi BPPT dilakukan melalui partisipasi penataan sistem dan roadmap pengembangan industri nasional dalam upaya peningkatan daya saing nasional.

2. Factor Efficiency Driven/RPJM ke-2 (2010-2014) s.d RPJM ke-3 (2015-2019).

Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi nasional sudah mulai bertumpu pada faktor teknologi, peluang kontribusi BPPT dilakukan melalui pembangunan jejaring kemitraan sistem pemerintahan dan industri dalam rangka peningkatan daya saing nasional untuk memacu tumbuh dan kembangnya industri nasional melalui proses Perekayasaan Teknologi, proses Alih Teknologi, proses Komersialisasi Teknologi dan proses Audit Teknologi.

3. Innovation Driven/RPJM ke-4 (2020-2024)

Pada kondisi dimana pertumbuhan ekonomi nasional telah bertumpu pada kemampuan IPTEK yang makin maju dalam sistem inovasi nasional untuk menciptakan keunggulan kompetitif, peluang kontribusi BPPT adalah membangun kemitraan internasional untuk kepentingan peningkatan daya saing nasional dapat dilihat di bawah ini.

(11)

BAB I- 6

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Gambar-1.4 Peningkatan Kontribusi Teknologi Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Pada akhir fase transisi pembangunan eknonomi nasional (Innovation

Driven), kontribusi teknologi pada komponen pertumbuhan ekonomi

diharapkan akan meningkat mencapai 3 %. dari kondisi awal yang hanya sebesar 1,2 %.

Uraian tentang dasar-dasar kepentingan positioning, peran dan peluang kontribusi BPPT dalam perspektif Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menjadi konsep dasar kajian Postur Birokrasi BPPT 2025.

Kajian kesenjangan antara kondisi saat ini (Tahun 2015) dan kondisi yang diharapkan pada Postur Birokrasi 2025 adalah area perubahan dan pengembangan yang menjadi dasar strategi Reformasi Birokrasi di BPPT untuk mewujudkan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).

B. Dasar Hukum

1. Nawacita Joko Widodo-Jusuf Kalla 2014- 2019.

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

(12)

BAB I- 7

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

7. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025.

8. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019.

9. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional.

10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2015-2019.

C. Tujuan dan Sasaran

Tujuan reformasi birokrasi adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Sasaran Reformasi Birokrasi adalah birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien, dan birokrasi yang memiliki layanan publik yang berkualitas.

D. Manfaat

Manfaat delapan area perubahaan reformasi birokrasi sebagai berikut: 1. Mental Aparatur

Mendorong terciptanya budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi yang bersih dan akuntabel, efektif, dan efisien serta mampu memberikan pelayanan yang berkualitas.

2. Pengawasan

Mencegah tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang semakin lama semakin menjadi, sehingga berubah menjadi sebuah kebiasaan.

(13)

BAB I- 8

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

3. Akuntabilitas

Mendorong birokrasi lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerja sesuai dengan segala sumber yang dipergunakan.

4. Kelembagaan

Mendorong efisiensi, efektivitas, dan percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan dalam birokrasi. Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat mendorong tercipta perilaku yang lebih kondusif dalam upaya mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien.

5. Tatalaksana

Mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan, sekaligus juga untuk mengubah mental aparatur.

6. SDM Aparatur

Memperoleh sistem manajemen SDM yang mampu menghasilkan pegawai yang profesional.

7. Peraturan Perundang-undangan

Mencegah peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, disharmonis, dapat diinterpretasi berbeda atau sengaja dibuat tidak jelas untuk membuka kemungkinan penyimpangan.

8. Pelayanan Publik

Mendorong peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah, berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas, dan terjangkau serta menjaga profesionalisme para petugas pelayan.

(14)

BAB II- 1

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

BAB II

RENCANA AKSI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI 2015-2019

Pelaksanaan program reformasi birokrasi BPPT secara berkesinambungan diperbaharui berdasarkan hasil reformasi birokrasi pada periode 2010-2014. Adapun pelaksanaan reformasi birokrasi pada tingkat mikro BPPT terdiri dari empat langkah sesuai Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yaitu kondisi umum, asesmen organisasi, kondisi yang diinginkan, identifikasi permasalahan, dan rencana aksi.

A. Program Manajemen Perubahan 1. Kondisi Umum

Program reformasi birokrasi BPPT merupakan kebutuhan mendasar dan mendesak dalam upaya perbaikan dari kondisi organisasi saat ini menuju kondisi yang diinginkan, yaitu menuju ke arah kinerja yang lebih baik, sesuai tuntutan dinamika lingkungan strategis. Namun dalam upaya perubahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik akan terjadi resistensi pegawai terhadap perubahan yang dilakukan.

Program manajemen perubahan dilakukan dalam rangka membangun kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi, dan keterlibatan seluruh pegawai dalam melaksanakan program reformasi birokrasi. Pengelolan tersebut dilakukan melalui edukasi sehingga seluruh pegawai memahami dan berpartisipasi aktif dalam proses perubahan yang terjadi.

Pada akhirnya, proses manajemen perubahan di BPPT secara sistematis diharapkan membentuk perubahan pola pikir, pola tindak, dan budaya kerja pegawai.

2. Asesmen Organisasi

Program Manajemen Perubahan di BPPT dilaksanaan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sebagai berikut:

(15)

BAB II- 2

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

a. Pembentukan Tim Penggerak

1) Surat Keputusan Kepala BPPT Nomor 029 Tahun 2014 tentang Tim Kerja Kerekayasaan Program Penggerak Reformasi Birokrasi BPPT. 2) Surat Keputusan Kepala Unit Kerja BPPT tentang Tim Program

Management Office (PMO).

b. Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014

1) Dokumen Road Map Reformasi Birokrasi BPPT 2010-2014. 2) Sosialisasi Road Map Reformasi Birokrasi BPPT 2010-2014. c. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Reformasi Birokrasi

1) Laporan Monitoring per triwulan. 2) Evaluasi per triwulan.

d. Perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja

1) Sosialisasi Program Reformasi Birokrasi BPPT 2010-2014.

2) Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Agen Perubahan Unit Kerja. 3) Tersedianya media komunikasi Reformasi Birokrasi.

e. Pelaksanaan Penilaian Mandiri Program Reformasi Birokrasi (PMPRB) 1) Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Assesor PMPRB. 2) Agenda Kerja Pelaksanaan PMPRB.

3. Kondisi yang diinginkan

Kondisi yang diinginkan dalam Program Manajemen Perubahan adalah perubahan sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja pegawai atau unit kerja menjadi lebih baik secara sistematis dan konsisten.

4. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam tataran nasional (eksternal) pada bidang Program Manajemen Perubahan adalah perilaku aparatur negara yang kurang optimal mendukung tata kelola pemerintahan yang baik.

(16)

BAB II- 3

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Sedangkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan internal BPPT diidentifikasi, sebagai berikut:

a. Kepala Unit Kerja belum terlibat secara maksimal dalam menggerakkan pegawai secara masif dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi;

b. Sumber daya belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong gerakan Reformasi Birokrasi dalam setiap Unit Kerja;

c. Program Management Office (PMO) unit kerja belum terlibat secara optimal; dan

d. Sosialisasi dan internalisasi program reformasi birokrasi belum dilaksanakan secara kontinyu.

5. Rencana Aksi Manajemen Perubahan 2015 - 2019

Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Manajemen Perubahan selama 2010-2014, maka disusun rencana aksi 2015-2019, sebagai berikut:

a. Target dan Prioritas

1) Penyusunan Road Map dan Strategi implementasi

Penyusunan Road Map Program Birokrasi BPPT untuk 8 area perubahan sebagai peta arah pelaksanaan program reformasi birokrasi BPPT dan penetapan quick win lembaga. Dokumen Road Map bersifat living document sehingga dapat dilakukan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan penyusunan

Road Map dan Strategi Implementasi, sebagai berikut: a) Indikator Keberhasilan:

i. Tersusunnya road map untuk 8 area perubahan; dan ii. Penetapan quick win lembaga.

b) Bukti Dokumen:

(17)

BAB II- 4

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

ii. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Penetapan Quick Win;

iii. Dokumen Strategi Implementasi dan Komunikasi; dan iv. Laporan sosialisasi.

2) Monitoring Pelaksanaan kegiatan Program Reformasi Birokrasi Pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala per triwulan untuk menilai kemajuan pelaksanaan program reformasi birokrasi BPPT.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan monitoring pelaksanaan kegiatan program reformasi birokrasi, sebagai berikut: a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya monitoring; dan

ii. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan kegiatan. b) Bukti Dokumen:

i. Laporan pelaksanaan monitoring; dan ii. Laporan hasil evaluasi.

3) Perubahan Pola Pikir dan Budaya Kerja

Pelaksanaan sosialisasi Program Reformasi Birokrasi yang melibatkan pimpinan ke seluruh pegawai BPPT dan pembentukan agen perubahan di masing-masing unit kerja sebagai agen perubahan terhadap perubahan pola pikir dan budaya kerja.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan perubahan pola pikir dan budaya kerja, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Ditetapkannya pegawai sebagai agen perubahan di setiap unit kerja.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Panitia Penilai Pegawai Berprestasi;

(18)

BAB II- 5

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

ii. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Penetapan pegawai sebagai agen perubahan; dan

iii. Laporan rencana dan pelaksanaan pelatihan.

4) Pelaksanaan Penilaian Mandiri Program Reformasi Birokrasi (PMPRB)

Penilaian pelaksanaan program reformasi birokrasi BPPT dilakukan secara mandiri dan disampaikan ke Kementerian PAN & RB. Hasil penilaian tersebut diverifikasi oleh Tim Evaluasi Kementerian PAN & RB melalui kunjungan lapangan.

PMPRB terdiri dari komponen pengungkit dengan 8 unsur area perubahan serta komponen hasil yang terdiri dari 3 unsur yaitu birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien, dan birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan pelaksanaan PMPRB, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya PMPRB tepat waktu. b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Asesor PMPRB;

ii. Standar Operational Procedure (SOP) pelaksanaan

PMPRB;

iii. Laporan pelaksanaan sosialisasi PMPRB;

iv. Laporan pelaksanaan pelatihan Asesor PMPRB; dan v. Dokumen Penilaian PMPRB.

b. Pemeliharaan dan Peningkatan

1) Pembentukan Tim Penggerak Reformasi Birokrasi

Tim Penggerak Reformasi Birokrasi BPPT dibentuk untuk menjamin terlaksananya program reformasi birokrasi sesuai dengan Road Map

(19)

BAB II- 6

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari pembentukan Tim Penggerak Reformasi Birokrasi, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terbentuknya Tim Penggerak Reformasi Birokrasi BPPT 2015-2019.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Penggerak Reformasi Birokrasi BPPT; dan

ii. Dokumen rencana aksi pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

c. Rencana Tindak

(20)

BAB II- 7

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

B. Program Penguatan Sistem Pengawasan 1. Kondisi Umum

Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) BPPT merupakan sebuah konsekuensi logis dalam mengendalikan seluruh program dan kegiatan untuk memastikan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai sesuai visi dan misi melalui suatu sistem pengendalian yang dapat meminimalkan risiko.

SPIP merupakan proses integral pada program dan kegiatan dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan tercapainya tujuan organisasi, melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan SPIP dilaksanakan secara bertahap mulai dari tahap pembentukan Satuan Tugas, tahap peningkatan awareness pengendalian (sosialisasi dan diklat SPIP), tahap pemetaan (diagnostic assessment) dan terakhir tahap penyelenggaraan SPIP dengan mempertimbangkan

areas of improvement (AOI) yang dihasilkan pada saat pemetaan ke dalam pembangunan infrastruktur (norming), internalisasi (forming), dan pengembangan berkelanjutan (performing).

BPPT membangun dan mengembangkan Sistem Pelaporan Pelanggaran/

Whistleblowing System on-line terintegrasi dalam rangka memperkuat

sistem pengawasan. Sistem ini tidak hanya ditujukan bagi masyarakat di luar BPPT (pelanggan, mitra kerja dan masyarakat) melainkan juga sebagai saluran bagi pegawai BPPT untuk mengadukan pelanggaran ataupun penyimpangan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, penyalahgunaan wewenang, suap, gratifikasi, dan potensi adanya benturan kepentingan di lingkungan BPPT. Selain itu, BPPT membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) sebagai unit kerja percontohan.

(21)

BAB II- 8

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

2. Asesmen Organisasi

Program Penguatan Sistem Pengawasan BPPT dilaksanakan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan hasil sebagai berikut:

a. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) 1) Sosialisasi SPIP seluruh unit kerja/satuan kerja;

2) Identifikasi (self assessment) penerapan SPIP di dua unit kerja eselon 1 (SETAMA dan Kedeputian TPSA);

3) Identifikasi dan analisis resiko terhadap sembilan Satuan Kerja dengan bimbingan dan supervisi BPKP; dan

4) Evaluasi maturitas pelaksanaan SPIP oleh BPKP terhadap satu Satuan Kerja.

b. Penanganan Gratifikasi

1) Tahap pencanangan dan public campaign; dan

2) Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Pembentukan Unit Pengendali Gratifikasi (UPG).

c. Penanganan Pengaduan Masyarakat/Whistle Blowing System (WBS)

1) Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Pembentukan Tim Pengaduan Masyarakat;

2) Pembuatan Sistem Pengaduan Masyarakat; 3) Tahap sosialisasi sistem pengaduan masyarakat;

4) Implementasi sistem pengaduan masyarakat secara online; dan 5) Monitoring dan evaluasi sistem pengaduan masyarakat.

d. Penanganan Benturan Kepentingan

1) Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Pedoman Umum Benturan Kepentingan; dan

2) Tahap pengenalan sistem penanganan benturan kepentingan.

(22)

BAB II- 9

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

1) Tahap Pencanangan Zona Integritas oleh Kementerian PAN & RB, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Ombudsman;

2) Sosialisasi Zona Integritas Kementerian PAN & RB;

3) Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Penilai Internal Zona Integritas; dan

4) Identifikasi pengusulan unit kerja yang memenuhi syarat berpredikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Bebas Bersih dan Melayani (WBBM).

f. Optimalisasi Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)

1) Level 1 Tingkat Kematangan Kapabilitas APIP berdasarkan hasil penilaian menggunakan Internal Audit Capability Model (IACM) oleh BPKP.

3. Kondisi Yang Diinginkan

Kondisi yang diinginkan dalam Program Penguatan Sistem Pengawasan adalah meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatnya pemahaman dan terlaksananya sistem pengendalian intern, meningkatnya kualitas laporan keuangan dengan opini WTP, dan menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang.

4. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam tataran nasional (eksternal) pada bidang Program Penguatan Sistem Pengawasan adalah penyelenggaraan pemerintahan belum sepenuhnya mencerminkan penyelenggaraan yang bersih dan bebas KKN.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi pada lingkungan internal BPPT dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Manajemen risiko dilaksanakan pada sebagian kecil entitas organisasi; b. Gratifikasi, pengaduan masyarakat/WBS, benturan kepentingan dan

(23)

BAB II- 10

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

c. APIP belum didukung oleh manajemen SDM yang memadai secara kualitas dan kuantitas serta belum sepenuhnya berfokus pada client

dan audit berbasis resiko.

5. Rencana Aksi Penguatan Pengawasan 2015-2019

Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Penguatan Pengawasan selama 2010-2014, maka disusun rencana aksi 2015-2019, sebagai berikut:

a. Target dan Prioritas

1) Penanganan Gratifikasi

Pelaksanaan penanganan gratifikasi 2015-2019 berupa Unit Penanganan Gratifikasi diharapkan dapat terlaksana di lingkungan BPPT secara efisien dan efektif.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan penanganan gratifikasi, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Meningkatnya kesadaran pegawai melaporkan setiap gratifikasi yang diterima; dan

ii. Terbangun dan diterapkannya sistem penanganan gratifikasi.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Unit Penanganan Gratifikasi;

ii. Peraturan Kepala BPPT tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi;

iii. Laporan pelaksanaan sosialisasi tentang gratifikasi; iv. Laporan public campaign gratifikasi;

v. Laporan jumlah pegawai yang melaporkan penerimaan gratifikasi;

vi. Laporan Monitoring; dan vii. Laporan Evaluasi.

(24)

BAB II- 11

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

2) Penanganan Pengaduan Masyarakat/Whistle Blowing System

(WBS)

Pelaksanaan penanganan pengaduan masyarakat/ Whistle

Blowing System (WBS) 2015-2019 diharapkan dapat

diimplementasikan secara online dan dimanfaatkan oleh pegawai secara optimal.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan penanganan pengaduan masyarakat/WBS, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Berjalannya sistem pengaduan masyarakat/WBS secara efisien dan efektif; dan

ii. Terintegrasinya sistem pengaduan masyarakat/WBS dengan sistem LAPOR!.

b) Bukti Dokumen:

i. Peraturan Kepala BPPT tentang Pedoman Pengaduan Masyarakat/WBS;

ii. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Pengelola Pengaduan Masyarakat/WBS;

iii. SOP Pengaduan Masyarakat /WBS; iv. Formulir online/offline;

v. Laporan hasil survey pelaksanaan sistem pengaduan masyarakat/WBS; dan

vi. Laporan Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat. 3) Penanganan Benturan Kepentingan

Pelaksanaan penanganan benturan kepentingan 2015-2019 diharapkan dapat diimplementasikan secara konsisten, efisien dan efektif.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan penanganan benturan kepentingan, sebagai berikut:

(25)

BAB II- 12

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

i. Terlaksananya sistem penanganan benturan kepentingan secara optimal.

b) Bukti Dokumen:

i. Peraturan Kepala BPPT tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan;

ii. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Kerja Penanganan Benturan Kepentingan; dan

iii. Laporan Tindak Lanjut Penanganan Benturan Kepentingan.

4) Pembangunan Zona Integritas

Pembangunan Zona Integritas 2015-2019 diharapkan dapat diimplementasikan secara konsisten, efisien dan efektif pada lima unit kerja.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan pembanguan zona integritas, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Meningkatnya jumlah unit kerja yang berpredikat WBK/WBBM.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Unit Kerja/Satuan Kerja Pembangun Zona Integritas;

ii. Laporan Penilaian dan Penetapan Unit Kerja/Satuan Kerja sebagai unit kerja yang berpredikat WBK/WBBM; dan

iii. Laporan pelaksanaan Unit Kerja terpilih menjadi predikat WBK/WBBM.

5) Optimalisasi APIP

Optimalisasi APIP 2015-2019 diimplementasikan secara konsisten dalam rangka mengawal pelaksanaan Reformasi

(26)

BAB II- 13

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Birokrasi menuju tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan BPPT.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatatan Optimalisasi APIP, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Tercapainya tingkat kapabilitas APIP pada level 3 Internal Audit Capability Model (IACM); dan

ii. 100 % tindak lanjut temuan dan rekomendasi BPKP. b) Bukti Dokumen:

i. Road Map peningkatan kapabilitas APIP; ii. Laporan self assessment kapabilitas APIP;

iii. Laporan pelaksanaan peningkatan kapabilitas APIP; iv. Dokumen Audit berfokus pada client; dan

v. Dokumen Audit berbasis manajemen resiko. b. Pemeliharaan dan Peningkatan

1) Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Implementasi SPIP sampai dengan tahun 2015 diterapkan di seluruh unit kerja BPPT. Kegiatan ini dapat ditingkatkan melalui penerapan manajemen resiko pada seluruh satuan kerja.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan SPIP, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Meningkatnya jumlah unit kerja yang telah menerapkan SPIP dengan efektif;

ii. Meningkatnya kematangan implementasi SPIP;

iii. Tersedianya perencanaan sosialisasi dan pendidikan dan pelatihan SPIP; dan

(27)

BAB II- 14

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

iv. Tercapainya tingkat kematangan implementasi SPIP pada level 3.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Satuan Tugas SPIP;

ii. Laporan sosialisasi dan pendidikan dan pelatihan;

iii. Laporan penilaian dan pengendalian manajemen resiko; dan

iv. Laporan pelaksanaan SPIP. c. Rencana Tindak

(28)

BAB II- 15

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

C. Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja 1. Kondisi Umum

Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber daya yang diberikan kepada kementerian/lembaga bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan kinerja melalui pelaksanaan kegiatan yang mampu menghasilkan outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat penerapan sistem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerja sesuai dengan sumber daya yang digunakan.

Pelaksanaan Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja BPPT sesuai dengan RPJMN 2015-2019, khususnya terkait dengan tata kelola pemerintahan yang baik untuk membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja BPPT.

Arah kebijakan dan strategi yang ditempuh untuk agenda membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja BPPT meliputi penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja. Dalam rangka menerapkan kebijakan tersebut melalui strategi pemantapan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Penyelenggaraan SAKIP yang dilakukan oleh entitas akuntabilitas kinerja dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat satuan kerja hingga unit organisasi, meliputi rencana strategis, perjanjian kinerja, pengukuran kinerja, pengelolaan data kinerja, pelaporan kinerja dan review serta evaluasi kinerja. Pelaksanaan akuntabilitas dilaksanakan melalui pelaporan secara berkala untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan sesuai tugas dan fungsi termasuk pengelolaan sumber daya didasarkan suatu perencanaan strategis dalam mewujudkan pencapaian visi dan misi.

(29)

BAB II- 16

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

2. Asessmen Organisasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja BPPT sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 disusun dan disampaikan kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara & Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN & RB) tepat waktu, dengan nilai sebagaimana tersebut pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 1. Nilai Laporan Akuntabilitas Kinerja BPPT 2010-2014

Tahun Nilai Predikat

2010 61.60 CC

2011 61.90 CC

2012 62.39 CC

2013 65.14 B

2014 67.07 B

3. Kondisi yang diinginkan

Kondisi yang diinginkan dalam Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja adalah meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

4. Identifikasi Masalah

Permasalahan strategis dalam tataran nasional pada bidang penguatan akuntabilitas kinerja adalah Penyempurnaan SAKIP, Implementasi SAKIP sebagai Pilar Manajemen Kinerja, Pelaksanaan Kerja sama antara Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional dengan Kementerian PAN & RB, Pelaporan kinerja instansi pemerintah secara terbuka. Permasalahan di lingkungan internal BPPT dapat diidentifikasi sebagai berikut:

(30)

BAB II- 17

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

b. Pimpinan dalam mengakses dan meriviu kinerja belum didukung oleh instrument yang memadai; dan

c. Manajemen kinerja masih belum sepenuhnya diterapkan.

5. Rencana Aksi Program Penguatan Akuntabitas 2015-2019

Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Penguatan Akuntabilitas selama 2010-2014, maka disusun rencana aksi 2015-2019, sebagai berikut:

Peningkatan kualitas penerapan SAKIP BPPT perlu disusun pedoman yang berlaku secara internal, sehingga diharapkan terciptanya keselarasan dan keharmonisan antara seluruh dokumen SAKIP di tingkat lembaga dengan dokumen SAKIP ditingkat eselon bawahnya.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan penyusunan panduan SAKIP, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Meningkatnya pemahaman unit kerja dan pegawai dalam penerapan SAKIP; dan

ii. Tercapainya skor BB atas SAKIP. b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Penyusunan Pedoman SAKIP;

ii. Peraturan Kepala BPPT tentang Pedoman SAKIP; iii. Kalender Kerja pelaksanaan SAKIP;

iv. Indikator Kinerja Utama (IKU); v. Laporan Sosialisasi SAKIP;

vi. Laporan evaluasi penyusunan SAKIP unit kerja; dan vii. Berita Acara perjanjian kinerja;

(31)

BAB II- 18

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Pengembangan SIKURJA dilaksanakan agar pimpinan secara berkala dapat memantau, mengevaluasi, dan memperbaiki target kinerja. Kemudahan akses bagi pimpinan dalam memantau target kinerja secara real time sehingga dapat mengantisipasi kemajuan pelaksanaan program atau kegiatan. Pengembangan SIKURJA dilaksanakan sejalan dengan persyaratan SAKIP.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan pengembangan aplikasi SIKURJA, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Termanfaatkannya SIKURJA oleh pimpinan dalam memonitor, mengevaluasi dan memperbaiki target kinerja. b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Pengelola SIKURJA;

ii. Peraturan Kepala BPPT tentang SIKURJA; dan iii. Dokumen data kinerja terkini.

Peningkatan kompetensi pegawai yang terlibat secara aktif dalam pengelolaan kinerja dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Peningkatan kemampuan dilaksanakan sesuai dengan tuntutan dari pelaksanaan tugas. Pegawai yang telah mengikuti pelatihan dilakukan monitoring selama pegawai tersebut melaksanakan tugasnya untuk mengetahui efektivitas hasil dari pelatihan.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan peningkatan kompetensi pegawai mendukung akuntabilitas aparatur, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya pelatihan SAKIP untuk pegawai dan unit kerja.

(32)

BAB II- 19

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

i. Laporan pelaksanaan pelatihan SAKIP.

Monitoring dan evaluasi capaian kinerja sampai dengan tahun 2015 dilaksanakan melalui rapat pimpinan tidak secara berkala. Peningkatan monitoring dan evaluasi capaian kinerja selanjutnya dilakukan melalui penjadwalan yang telah ditetapkan.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan tersebut di atas, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya monitoring dan evaluasi capaian kinerja melalui rapat pimpinan secara berkala.

b) Bukti Dokumen:

i. Kalender rapat pimpinan; dan

ii. Laporan hasil monitoring dan evaluasi capaian kinerja. a. Target dan Prioritas

1) Penyusunan Panduan SAKIP

2) Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Pengukuran Kinerja (SIKURJA)

3) Peningkatan kompetensi pegawai b. Pemeliharaan dan Peningkatan

1) Meningkatkan monitoring dan evaluasi capaian kinerja 2) Meningkatkan sistim informasi program dan kegiatan c. Rencana Tindak

Sistem informasi program dan kegiatan sampai dengan tahun 2015 sudah terbangun, namun pengembangan sistemnya perlu ditingkatkan agar mudah diakses oleh mitra kerja internal dan pengayaan dokumen perencanaan yang diunggah.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan tersebut di atas, sebagai berikut:

(33)

BAB II- 20

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

a) Indikator Keberhasilan:

i. Tersedianya kemudahan akses sistem informasi mitra kerja internal; dan

ii. Meningkatnya jumlah dokumen perencanaan yang diunggah di website.

b) Bukti Dokumen:

i. Dokumen Frequent Ask And Question (FAQ); dan ii. Dokumen perencanaan yang diunggah.

(34)

BAB II- 21

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

D. Program Penguatan Kelembagaan 1. Kondisi Umum

Sejalan dengan arah pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka penataan dan penguatan organisasi BPPT perlu dilakukan sebagai upaya lebih mengaktualisasikan nilai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan nasional. Keberadaan BPPT sebagai lembaga pemerintah non kementerian mencerminkan nilai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai suatu bagian dari sistem pemerintah, BPPT akan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui mandat tugas dan fungsi BPPT diharapkan memberi solusi dalam pembangunan nasional di bidang teknologi, maka BPPT harus dapat menyesuaikan diri.

Perubahan makro dan proses globalisasi telah mengakibatkan perubahan ekspektasi internal maupun eksternal atas produk dan jasa BPPT menjadi pertimbangan pokok dalam kajian penataan dan penguatan organisasi secara berkala di lingkungan BPPT.

Kajian penataan dan penguatan organisasi BPPT dipengaruhi kondisi internal BPPT. Refokusing merupakan kajian utama dalam penataan dan penguatan organisasi internal BPPT. Refokusing dilakukan dalam rangka menghindari program yang saling tumpang tindih diantara unit kerja BPPT. Selain refokusing perlu juga dilakukan restrukturisasi unit kerja pada tingkat eselon II, eselon III dan eselon IV agar BPPT menjadi organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran.

BPPT dituntut untuk dapat memposisikan diri secara tepat dan strategis, serta mampu merespon dan memberikan solusi terbaik dalam setiap permasalahan yang terjadi pada bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai kerangka program pembangunan nasional.

2. Asesmen Organisasi

Program Penguatan Kelembagaan di lingkungan BPPT yang telah dilaksanaan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dihasilkan perumusan konsep dasar organisasi yang kemudian dilanjutkan dengan

(35)

BAB II- 22

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

evaluasi organisasi eksisting berdasarkan kajian perubahan dinamika lingkungan eksternal antara lain Nawa Cita, RPJMN 2015-2019, Rencana Strategis BPPT 2015-2019, dan perubahan kelembagaan ristek serta kondisi internal BPPT.

3. Kondisi yang Diinginkan

Kondisi yang diinginkan dalam Program Penguatan Kelembagaan adalah meningkatnya efisiensi, efektivitas, produktivitas, transparansi, dan akuntabilitas kelembagaan BPPT secara proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas pemerintahan, sehingga organisasi BPPT menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

4. Identifikasi Permasalahan

Permasalahan dalam tataran nasional pada bidang penguatan kelembagaan adalah kelembagaan birokrasi pemerintah masih belum efektif. Kelembagaan birokrasi pemerintah masih terdapat permasalahan mendasar, yaitu:

a. Organisasi gemuk, secara makro maupun mikro; dan b. Fungsi tumpang tindih.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi pada lingkungan internal BPPT dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Fungsi Organisasi:

1) Organisasi baru belum teruji dalam pelaksanaan fungsinya. b. Analisis Jabatan:

1) Peta Jabatan struktural dan fungsional belum sesuai dengan organisasi baru; dan

2) Informasi Jabatan struktural dan fungsional belum sesuai dengan organisasi baru.

c. Evaluasi jabatan:

1) nilai dan kelas jabatan struktural dan fungsional belum sesuai dengan organisasi baru.

(36)

BAB II- 23

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

5. Rencana Aksi Program Penguatan Kelembagaan 2015-2019

Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Manajemen Perubahan selama 2010-2014, maka disusun rencana aksi 2015-2019, sebagai berikut:

a. Target dan Prioritas

1) Analisis Jabatan dan Evaluasi Jabatan

Hasil penataan organisasi baru perlu dilakukan analisis jabatan untuk memberikan informasi tentang tugas dan tanggung jawab setiap pekerjaan dalam suatu jabatan. Informasi jabatan ini dikelompokkan ke dalam uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Hasil dari informasi jabatan dilakukan evaluasi jabatan yang merupakan pembobotan setiap jabatan untuk menghasilkan nilai jabatan (job value) dan kelas jabatan (job class).

Nilai dan kelas jabatan digunakan sebagai pertimbangan besaran tunjangan kinerja, sehingga terwujud besaran tunjangan kinerja yang adil dan selaras dengan beban dan tanggung jawab pekerjaan.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen pada kegiatan Analisis Jabatan dan Evaluasi Jabatan, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya analisis jabatan; dan ii. Terlaksananya evaluasi jabatan. b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Pelaksana Analisis Jabatan;

ii. Peraturan Kepala BPPT tentang Analisis Jabatan;

iii. Dokumen Peta jabatan untuk seluruh posisi dalam struktur organisasi;

iv. Dokumen informasi jabatan untuk seluruh posisi dalam struktur organisasi;

(37)

BAB II- 24

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

vi. Dokumen Job Grading.

b. Pemeliharaan dan Peningkatan 1) Evaluasi Organisasi

BPPT sebagai bagian dari sistem pemerintahan melakukan evaluasi secara terus menerus, minimal sekali dalam satu tahun. Kinerja organisasi tidak bisa lepas dari pengaruh struktur organisasi yang melekat, meskipun struktur organisasi hanya sebagian faktor yang berpengaruh terhadap kinerja.

Evaluasi organisasi yang dilakukan mencakup dimensi struktur organisasi yang terdiri dari kompleksitas diferensiasi vertikal dan horizontal, formalisasi penataan, serta sentralisasi dan desentralisasi kewenangan.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen pada kegiatan Evaluasi Organisasi, sebagai berikut :

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya evaluasi organisasi secara berkala. b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Pelaksana Evaluasi Organisasi BPPT;

ii. Dokumen evaluasi organisasi; dan

iii. Dokumen rekomendasi dan rencana tindak.

2) Penataan Organisasi

Rekomendasi hasil evaluasi organisasi sebagai dasar dilakukan penataan organisasi, melalui penyempurnaan nomenklatur, kedudukan, tugas, fungsi, struktur organisasi, peningkatan dan penurunan kelas, eselon, perubahan lokasi dan wilayah kerja, serta penghapusan organisasi.

Penataan organisasi dilaksanakan dengan Indikator keberhasilan dan bukti dokumen pada kegiatan Penataan Organisasi, sebagai berikut :

(38)

BAB II- 25

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya penataan organisasi sebagai tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Pelaksana Penataan Organisasi BPPT;

ii. Naskah Akademis; dan

iii. Peraturan Kepala BPPT tentang Organisasi dan Tata Kerja BPPT.

c. Rencana Tindak

(39)

BAB II- 26

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

E. Program Penguatan Tatalaksana 1. Kondisi Umum

Pelaksanaan tatalaksana sebagai realisasi dari tugas pokok dan fungsi unit kerja BPPT perlu dilakukan secara efektif, efisien, dan akuntabel agar mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi tercapainya perbaikan kualitas proses penyelenggaraan pemerintahan. Area perubahan bidang tata laksana terdiri atas:

a. Penerapan sistem, proses, dan prosedur kerja berbasis e-government

Peningkatan kualitas tata laksana meliputi pelaksanaan tata laksana inti dan pendukung pada berbagai tingkatan tata laksana yang terintegrasi antara tata laksana level L2 pada unit kerja setingkat Eselon 2/3 (Pusat/Balai Besar/Balai), level L1 pada unit kerja setingat Eselon I (Kedeputian Teknis/Sestama), dan level L0 pada tingkat BPPT.

Penyusunan tata laksana dilakukan dengan menyusun proses bisnis dan SOP. Implementasi SOP pada tata laksana diharapkan mampu mendorong terealisasinya penyelenggaraan birokrasi dilingkungan BPPT cepat, sederhana, transparan, akuntabel dengan memanfaatkan teknologi informasi yang mencakup pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronik.

b. Penerapan manajemen kearsipan yang handal

Penerapan tata laksana BPPT didukung oleh manajemen kerasipan yang andal sehingga pengelolaan arsip dinamis dan arsip statis secara professional. Pengelolaan arsip BPPT diarahkan berbasis IT, sehingga kemampuan telusur yang handal dan setiap saat dapat diakses dengan mudah.

c. Penerapan sistem pengadaan barang dan jasa

Pengadaan barang dan jasa secara elektronik merupakan salah satu area perubahan bidang tata laksana untuk meningkatkan transparansi, efisien, efektif dan akuntabel.

(40)

BAB II- 27

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

d. Penerapan keterbukaan informasi publik (KIP)

Keterbukaan Informasi publik mendorong implementasi tata laksana yang transparan dan akuntabel sehingga masyarakat diberi kemudahan akses untuk mengetahui apa yang direncanakan, dikerjakan dan dihasilkan oleh lembaga BPPT.

2. Asesmen Organisasi

Program Penguatan Tata Laksana BPPT dilaksanakan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan hasil sebagai berikut:

a. Rancangan proses bisnis telah disusun mengacu kepada organisasi lama dan belum ditetapkan;

b. Unit kerja sebagian besar telah memiliki SOP; c. Penerapan SOP sebagian besar berbasis IT;

d. Sistem pengelolaan arsip dinamis dan statis secara manual; e. Penerapan LPSE sesuai dengan peraturan;

f. Peraturan Kepala BPPT tentang Penerapan KIP;

g. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID); dan

h. Tersedianya sistem KIP.

3. Kondisi yang Diinginkan

Kondisi yang diinginkan dalam Program Penguatan Tata Laksana adalah meningkatnya efektivitas dan efisiensi dari sistem, proses, serta aktivitas tata laksana penyelenggaraan birokrasi pemerintahan dan pelayanan teknologi.

4. Identifikasi Permasalahan

Permasalahan dalam tataran nasional (eksternal) pada Program Penguatan Tata Laksana sebagai berikut:

a. Tata kelola pemerintahan yang baik belum sepenuhnya diterapkan;

b. Penerapan e-government belum berjalan efektif dan efisien Penerapan e-government belum merata pada seluruh birokrasi

(41)

BAB II- 28

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

pemerintah;

c. Adanya dua kebijakan nasional yang mengatur mengenai pengelolaan arsip secara elektronik; dan

d. Pengadaan barang dan jasa masih belum dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi pada lingkungan internal BPPT dapat diidentifikasi, sebagai berikut:

a. Petunjuk Teknis tentang penyusunan proses bisnis dan SOP belum ada;

b. Proses bisnis dan SOP belum disusun sesuai dengan penataan organisasi baru;

c. KIP oleh unit kerja belum dimanfaatkan secara optimal; d. Sistem kearsipan belum berbasis IT; dan

e. LPSE belum menerapkan seluruh standar yang berlaku.

5. Rencana Aksi Program Penguatan Tata Laksana 2015-2019

Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Manajemen Perubahan selama 2010-2014, maka disusun rencana aksi 2015-2019, sebagai berikut:

a. Target dan Prioritas

1) Proses Bisnis, SOP dan e-government

Penyusunan proses bisnis dan SOP yang terintegrasi mengacu kepada organisasi baru perlu disusun format standar proses bisnis dan juknis SOP, kemudian dilakukan penyusunan proses bisnis inti dan pendukung pada seluruh level (L0, L1, L2) organisasi baru. Setelah tersusun proses bisnis, unit kerja membuat SOP yang mengacu pada juknis SOP.

SOP dan Proses Bisnis perlu selalu dievaluasi secara berkala sehingga terdapat perbaikan yang berkelanjutan. SOP dan Proses Bisnis yang telah ditetapkan dielektronisasikan (

(42)

BAB II- 29

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

government). Pelaksanaan e-government perlu dikembangkan

sesuai dengan blue print yang sudah ada.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan proses bisnis, SOP dan e-government, sebagai berikut:

1) Indikator Keberhasilan:

i. Terintegrasinya proses bisnis dan SOP diseluruh level organisasi;

ii. Tercapainya indeks e-government 3,2. 2) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Penyusunan Proses Bisnis dan SOP;

ii. Peraturan Kepala BPPT tentang Petunjuk Teknis Pembuatan Proses Bisnis dan SOP;

iii. Peraturan Kepala BPPT tentang Proses Bisnis; iv. Peraturan Kepala Unit Kerja tentang SOP; dan

v. Dokumen revisi blue print pengembangan

e-government dan implementasinya.

2) Keterbukaan Informasi Publik

Pengembangan KIP perlu diinventarisir materi muatan yang substansi intinya berkaitan dengan sistem KIP. Materi tersebut dipergunakan untuk sosialisasi pemanfaatan sistem KIP unit kerja sehingga informasi pelayanan dapat dipergunakan oleh pemangku kepentingan secara efektif dan efisien.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari keterbukaan informasi publik sebagai berikut :

a) Indikator Keberhasilan:

i. Termanfaatkannya sistem KIP secara optimal oleh seluruh unit kerja; dan

(43)

BAB II- 30

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

ii. Terlaksananya peningkatan frekuensi akses sistem KIP oleh pemangku kepentingan.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Penggerak KIP;

ii. Peraturan Kepala BPPT tentang KIP;

iii. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang PPID; iv. Laporan sosialisasi KIP ke unit kerja; dan

v. Laporan pemeliharaan peningkatan kualitas KIP. 3) Sistem Pengelolaan Kearsipan

Pelaksanaan Sistem Pengelolaan Kearsipan 2015-2019 adalah mempersiapkan Sistem Informasi Kearsipan Dinamis (SIKD), pengelolaan arsip alih media, pengelolaan arsip statis, dan pengelolaan arsip berbasis IT.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari sistem pengelolaan kearsipan sebagai berikut :

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya penerapan sistem pengelolaan kearsipan dinamis dan statis berbasis IT; dan

ii. Terlaksananya Sistem Informasi Kearsipan Nasional (SIKN) dan Jaringan Informasi Kearsipan Nasional (JIKN).

b) Bukti Dokumen:

i. Laporan pengelolaan arsip dinamis; ii. Laporan implementasi SIKD;

iii. Laporan pengelolaan arsip alih media; iv. Laporan pengelolaan arsip statis; dan

v. Laporan pelaksanaan sistem pengelolaan arsip berbasis IT.

(44)

BAB II- 31

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

4) Penerapan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Penerapan LPSE BPPT sudah merupakan sebagai keharusan dalam rangka mewujudkan BPPT sebagai lembaga yang transparan dan akuntabel. Peningkatan kualitas penerapan LPSE akan dilakukan dengan:

a) Mempersiapkan SDM yang menangani pengadaan barang dan jasa dengan melakukan pelatihan yang berkesinambungan;

b) Melakukan pengukuran dan evaluasi implementasi LPSE sesuai standar; dan

c) Perbaikan Sistem LPSE sesuai persyaratan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari pengelolaan LPSE sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya 100 % pengadaan barang/jasa menggunakan LPSE.

b) Bukti Dokumen:

i. Surat Keputusan Kepala BPPT tentang Tim Pengelola LPSE;

ii. Laporan sosialisasi dan pelatihan;

iii. Laporan implementasi pengadaan barang/jasa pemerintah melalui LPSE; dan

iv. Laporan pemenuhan persyarataan implementasi LPSE. b. Pemeliharaan dan Peningkatan

1) Penetapan pedoman tata laksana dan petunjuk teknis SOP

Pada saat ini tata laksana dan SOP untuk standardisasi dan penilaian kesesuaian untuk inovasi dan layanan teknologi telah dibuat oleh Pusat Manajemen Informasi (PMI). Tata laksana dan SOP tersebut dibuat berdasarkan visi, misi, tugas dan fungsi organisasi baru. Hasil standardisasi dan penilaian kesesuaian

(45)

BAB II- 32

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

dijadikan acuan dalam pembuatan pedoman tata laksana dan petunjuk teknis SOP.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari penetapan pedoman tata laksana dan petunjuk teknis sop sebagai berikut: a) Indikator Keberhasilan:

i. Ditetapkannya pedoman tata laksana dan petunjuk teknis SOP.

b) Bukti Dokumen:

i. Pedoman tata laksana; dan

ii. Dokumen petunjuk teknis penyusunan SOP.

c. Rencana Tindak

(46)

BAB II- 33

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

F. Program Penguatan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Kondisi Umum

Aparatur Sipil Negara merupakan aset negara yang strategis dalam rangka menjalankan roda pemerintahan menuju tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam pelaksanaan RPJMN 2015-2019 salah satu strategi

suksesnya pembangunan nasional adalah “Dimensi Pembangunan

Manusia”. Dimensi tersebut dapat diwujudkan melalui Program Reformasi Birokrasi.

Arah kebijakan dan strategi dimensi pembangunan manusia ditempuh melalui penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN), sebagai berikut:

a. penetapan formasi dan pengadaan CPNS dilakukan secara selektif; b. penerapan sistem rekrutmen dan seleksi pegawai yang transparan,

kompetitif, dan berbasis TIK;

c. penguatan sistem dan kualitas penyelenggaraan diklat;

d. penerapan sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan berbasis kompetensi didukung oleh makin efektifnya pengawasan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN);

e. penerapan sistem manajemen kinerja pegawai; dan f. penguatan sistem informasi kepegawaian

nasional.

Keberadaan sumber daya manusia bagi BPPT sebagai lembaga yang melaksanakan tugas dan fungsi dibidang teknologi memiliki posisi yang sangat vital. Sebagai organisasi yang dituntut menghasilkan inovasi teknologi dan layanan jasa teknologi dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, Keberhasilan organisasi BPPT sangat ditentukan oleh kualitas pegawai yang bekerja di dalamnya. Perubahan lingkungan yang begitu cepat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi terus meningkat agar dapat memberikan kinerja yang prima.

(47)

BAB II- 34

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

Peran manajemen sumber daya manusia dalam organisasi BPPT melakukan pola pembinaan yang mengarah pada bagaimana mampu mengembangkan potensi sumber daya manusia agar menjadi kreatif, inovatif dan profesional.

Sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan profesional merupakan hasil pengembangan SDM melalui proses perencanaan, penerimaan, dan pengembangan kompetensi SDM. Melalui pengembangan kompetensi pegawai ini, juga akan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang berkinerja tinggi, dan melakukan inovasi sesuai bidang tugas.

Penunjang keberhasilan dari pengembangan SDM ini diantaranya adalah karir yang jelas melaui promosi jabatan terbuka, penetapan kinerja individu, penegakan disiplin, pelaksanaan evaluasi jabatan, dan sistem informasi kepegawaian.

2. Asesmen Organisasi

Upaya strategi pelaksanaan reformasi birokrasi nasional dilakukan untuk mendorong perbaikan penguatan sistem manajemen SDM ASN sebagai berikut:

a. Pembenahan sistem rekrutmen yang mulai diterapkan pada tahun 2012, dengan Penggunaan sistem Computer Assisted Test (CAT); b. Penerapan sistem promosi terbuka pada beberapa

Kementerian/ Lembaga; dan

c. Penundaan sementara (moratorium) tambahan formasi untuk penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil.

Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN BPPT dilaksanakan sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dengan hasil sebagai berikut:

a. Penerapan sistem rekruitmen yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi dengan menggunakan CATsystem;

b. Tersedianya proyeksi kebutuhan pegawai untuk lima tahun ke depan; c. Tersedianya dokumen standar kompetensi jabatan struktural yang

(48)

BAB II- 35

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

d. Tersedianya draft dokumen standar kompetensi jabatan fungsional perekayasa;

e. Tersedianya sistem pengembangan pegawai berbasis kompetensi; f. Tersedianya sistem penilaian prestasi kerja sebagai media

penetapan kinerja indivdu; dan

g. Tersedianya sistem informasi kepegawaian.

3. Kondisi yang Diinginkan

Kondisi yang diinginkan dalam Program Penataan Sistem Manajemen SDM ASN adalah meningkatnya profesionalitas, kapasitas, integritas, efektivitas manajemen, dan kreatifitas SDM aparatur.

4. Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam tataran nasional (eksternal) pada Program Penataan Sistem Manajemen SDM ASN adalah sebagai berikut:

a. Manajemen SDM Aparatur (ASN, TNI, dan Polri) masih belum berjalan secara efektif; dan

b. Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan masih belum mampu mendorong kinerja birokrasi.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi pada lingkungan internal BPPT dapat diidentifikasi, sebagai berikut:

a. Perencanaan dan redistribusi pegawai berlum disesuaikan dengan organisasi baru;

b. Standar kompetensi jabatan fungsional belum lengkap; c. Asesmen pegawai belum optimal;

d. Analisis kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi belum optimal; e. Pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi diselenggarakan

belum secara optimal;

f. Sistem penetapan kinerja individu belum sempurna;

(49)

BAB II- 36

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

pelaksanaan pola karir pegawai; dan

h. Sistem informasi kepegawaian belum sempurna.

5. Rencana Aksi Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN 2015-2019

Berdasarkan hasil capaian dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Penguatan Sistem Manajemen SDM ASN selama 2010-2014, maka disusun rencana aksi 2015-2019, sebagai berikut:

a. Target dan Prioritas

1) Pengembangan pegawai berbasis kompetensi

Pengembangan pegawai di lingkungan BPPT diawali dengan penyusunan standar kompetensi struktural dan standar kompetensi jabatan fungsional.

Pengukuran kompetensi pegawai dilakukan untuk mengetahui kesenjangan kompetensi pegawai dengan standar kompetensi jabatan yang ditetapkan.

Hasil pengukuran kompetensi ini digunakan untuk pertimbangan pengambilan keputusan dalam program pendidikan dan pelatihan, dan suksesi.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan pengembangan pegawai berbasis kompetensi, sebagai berikut: a) Indikator Keberhasilan:

i. Terlaksananya asesmen pegawai potensial;

ii. Tersedianya peta kebutuhan pelatihan (diklatpim, diklat teknis, diklat fungsional);

iii. Terlaksananya diklatpim, diklat teknis dan diklat fungsional; dan

iv. Tercapainya indeks profesionalitas ASN mencapai 82. b) Bukti Dokumen:

i. Peraturan Kepala BPPT tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional;

(50)

BAB II- 37

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

ii. Laporan hasil asesmen pegawai potensial;

iii. Laporan pemetaan kebutuhan pelatihan (diklatpim, teknis, fungsional); dan

iv. Laporan pelaksanaan diklatpim, diklat teknis dan diklat fungsional); dan

v. Laporan indeks profesionalitas ASN.

b. Pemeliharaan dan Peningkatan

1) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi

Sampai dengan tahun 2014 telah dilakukan perencanaan kebutuhan pegawai dengan menggunakan metode Work

Load/Work Capacity (WL/WC). Adanya perubahan organisasi

baru perlu dilakukan kaji ulang mengenai perencanaan kebutuhan pegawai yang meliputi formasi pegawai, proyeksi kebutuhan pegawai lima tahun ke depan, dan pemetaan pegawai.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan perencanaan kebutuhan pegawai, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan

i. Terlaksananya analisis beban kerja di setiap unit kerja; ii. Terlaksananya redistribusi pegawai;

iii. Terlaksananya revisi proyeksi kebutuhan pegawai;

iv. Terlaksananya penyiapan formasi pegawai per tahun; dan

v. Terpenuhinya kebutuhan ASN untuk mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan.

b) Bukti Dokumen

i. Dokumen analisis beban kerja; ii. Laporan redistribusi pegawai;

iii. Dokumen kaji ulang proyeksi kebutuhan pegawai; iv. Laporan formasi pegawai per tahun; dan

(51)

BAB II- 38

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI-BPPT

v. Road Map pengembangan ASN.

2) Rekrutmen pegawai

Rekrutmen pegawai tahun 2014 sudah terintegrasi dan menggunakan Computer Assisted Test (CAT) untuk Tes Kompetensi Dasar (TKD). Pada tahun 2015 dan seterusnya baik TKD maupun Tes kompetensi Bidang (TKB) menggunakan CAT. Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan penerimaan pegawai, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan

i. Terlaksananya rekrutmen pegawai dengan menggunakan CAT baik untuk TKD maupun TKB;

ii. Terlaksananya peningkatan mutu substansi tes TKB; dan iii. Terlaksananya peningkatan mutu infrastruktur tes.

b) Bukti Dokumen

i. Laporan pelaksanaan rekrutmen pegawai;

ii. Laporan peningkatan mutu substansi tes TKB; dan iii. Laporan peningkatan mutu infrastruktur tes.

3) Promosi Jabatan

Promosi jabatan dilaksanakan melalui seleksi terbuka sebanyak tiga kali (Pratama 2 kali, Madya 1 kali) dan job fit 1 kali. Selanjutnya akan diadakan evaluasi pelaksanaan promosi jabatan untuk dilakukan perbaikan terhadap sistem yang sudah ada jika diperlukan.

Indikator keberhasilan dan bukti dokumen dari kegiatan promosi jabatan melalui seleksi terbuka, sebagai berikut:

a) Indikator Keberhasilan:

Gambar

Gambar 1.1  ..................................................................................................
Tabel 1.1  ......................................................................................................
Tabel 1. Nilai Laporan Akuntabilitas Kinerja BPPT 2010-2014

Referensi

Dokumen terkait

Konfrontasi merupakan antara dasar utama terhasil daripada tindakan Indonesia terhadap Malaysia di bawah Presiden Sukarno bagi tempoh 1959-1965 yang

Data yang diperoleh pada siklus I antara lain (1) hasil observasi aktivitas peneliti (pendidik) dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok

Berdasarkan Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-statistik sebesar 0,000053 < 0,05 maka H₀ ditolak dan H₁ diterima, yang variabel bebas

Pada tampilan login ini sebagai halaman untuk masuk ke dalam sistem pakar diagnosa kerusakan mobil toyota dengan menggunakan metode fuzzy saw dapat dilihat pada gambar

Yang dimaksud dengan faktor eksternal ialah faktor- faktor permasalahan yang berasal dari luar Ombudsman sebagai Lembaga Pengawas Pelayanan

Suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang , mesin atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk dihasilkan arus data

Peserta didik yang memahami dirinya sebagai citra Allah, baik sebagai laki-laki atau perempuan, dan mampu mensyukurinya dengan melibatkan diri dalam kehidupan

Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui potensi dari alang-alang (Imperata cylindrica (L) Beauv.) sebagai bahan baku dalam produksi etanol