• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Biologi Ikan Mas

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas

Gambar 2.1. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Klasifikasi ikan mas menurut Khairuman and Sunendra (2008) adalah sebagai berikut: Filum : Cordata Kelas : Pisces Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus

Spesies: Cyprinus carpio L 2.1.2 Morfologi Ikan Mas

Tubuh ikan mas dibagi atas 3 bagian yaitu, bagian kepala, badan dan bagian ekor. Di bagian kepala ikan mas terdapat mulut kecil yang membelah bagian depan kepala, sepasang mata, sepasang lubang hidung di atas mulut, dan tutup insang yang terletak pada bagian belakang kepala. Bagian tubuh ikan mas seluruhnya ditutupi oleh sisik yang besar dan berjenis cycloid yaitu sisik halus berbentuk lingkaran. Ikan mas memiliki 5 macam sirip, antara lain sirip punggung yang terletak di bagian

(2)

punggung (dorsal fin), sirip dada yang terletak di belakang tutup insang (pectoral fin), sirip perut yang terletak pada perut (pelvic fin), sirip ekor yang terletak di belakang tubuh dengan bentuk cagak (caudal fin) dan sirip dubur yang terletak di belakang dubur (anal fin) (Santoso, 2011).

2.1.3 Habitat Ikan Mas

Perairan air tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau adalah tempat hidup (habitat) yang disukai ikan mas. Ikan mas dapat hidup dengan baik pada suhu 25-30°C dan pada daerah dengan ketinggian 150-600 m (dpl). Ikan mas tergolong ikan air tawar tetapi ikan mas pernah ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30‰ (Amri and Khairuman, 2008).

2.2 Kualitas air

Pertumbuhan ikan sangat membutuhkan air yang berperan penting sebagai media budidaya. Air merupakan media budidya yang terdiri dari parameter fisik dan kimia serta sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup ikan. Sifat-sifat fisika dan kimia air tersebut antara lain kecerahan, oksigen terlarut (DO), pH, CO2, suhu,

kekeruhan, warna, unsur-unsur, kalium yang mempengaruhi aktivitas hidup

(Khairuman and Sunendra, 2002). Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima oleh ikan dan tidak berpengaruh negatif bagi pertumbuhan ikan, penetasan telur dan kelulushidupan ikan. (Zonneveld et al, 1991). Ikan akan mudah terserang penyakit jika air yang digunakan kurang baik.

2.2.1 Suhu

Suhu yang optimal dibutuhkan ikan untuk dapat hidup dengan baik. Sistem metabolisme tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh suhu (Pamunjtak, 2010). Suhu

(3)

optimal bagi pertumbuhan ikan berkisar antara 20-30 oC (James and Evison, 2002). Jika suhu terlalu rendah maka ikan akan kehilangan nafsu makan, akibatnya pertumbuhan ikan akan terhambat. Apabila suhu terlalu tinggi maka ikan akan stress bahkan sampai mati karena kekurangan oksigen.

2.2.2 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan ikan. pH dikatakan normal jika bernilai 7, jika pH air <7 maka air tersebut bersifat asam, sedangkan pH >7 menunjukkan air tersebut bersifat basa. Pada kondisi keasaman yang tinggi (pH rendah) kandungan DO terlarut akan berkurang sehingga konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernafasan ikan naik dan selera makan menjadi berkurang. Usaha budidaya ikan hanya dapat berjalan dengan baik apabila pH berada pada kisaran normal (Kordi and Ghufran, 2004)

2.2.3 Oksigen Terlarut (DO)

Kehidupan organisme perairan dipengaruhi oleh salah satu faktor penting yaitu Oksigen. Oksigen terlarut berperan dalam menghasilkan laju pertumbuhan yang optimum, ketahanan terhadap serangan penyakit, aktivitas pergerakan yang normal, dan mampu menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan (Sutaman, 1993). Menurut James and Evison (2002), oksigen terlarut di dalam air sebagai media hidup yang baik minimal sebesar 5,5 ppm.

(4)

2.3 Aeromonas hydrophila

2.3.1 Klasifikasi Aeromonas hydrophila

Gambar 2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila (Wikipedia, 2015) Klasifikasi bakteri Aeromonas hydrophila (Holt, 1994) :

Filum : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Pseudanonadeles Family : Vibrionaceae Genus : Aeromonas

Spesies : Aeromonas hydrophila

2.3.2 Karakteristik Bakteri Aeromonas hydrophila

Bakteri A.hydrophila merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang dengan ujung bulat dengan diameter 0,3-1,0 µm dan panjang 1,0-3,5 mm serta dapat bergerak dengan menggunakan flagel tunggal. Bakteri Aeromonas hydrophila dapat melakukan fermentasi glukosa dengan disertai maupun tidak disertai produksi gas (Cipriano and Bullock, 2001).

(5)

Golongan bakteri patogen oportunistik ini dapat menyebabkan penyakit pada ikan dalam kondisi lemah. Ketika ikan memiliki kondisi yang normal, bakteri ini tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan ikan. Faktor yang dapat mempengaruhi infeksi bakteri A.hydrophila antara lain, perubahan kondisi lingkungan, ikan stress, dan kualitas air yang buruk (Camus, 1998).

2.3.3 Habitat dan Penyebaran Bakteri Aeromonas hydrophila

Bakteri Aeromonas hydrophila dapat hidup 3 jenis air yakni air laut, air payau serta air tawar akan tetapi bakteri ini lebih sering ditemukan pada air tawar karena mengandung bahan organik yang tinggi. Pada daerah tropis dan subtropis, ketika musim panas (kemarau) datang biasanya banyak sekali temukan kasus pendarahan organ dalam pada ikan. Hal itu disebabkan karena pada musim panas konsentrasi bahan organik dalam kolam tinggi. Bakteri A.hydrophila banyak ditemukan pada bagian insang, sisik, hati dan ginjal ikan. ada pula yang berpendapat bahwa bakteri ini dapat hidup pada saluran pencernaan (Irianto, 2005). 2.3.4 Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) sering disebut dengan nama penyakit bercak merah (red sore disease) (White, 1991). Penyakit MAS adalah penyakit pada ikan mas yang disebabkan oleh infeksi bakteri dari genus Aeromonas. Penyakit ini dapat menyerang ikan mulai pada stadia larva sampai stadia benih ikan (Camus, 1998). Genus Aeromonas yang dapat berhubungan dengan ikan adalah Aeromonas hydrophila, Aeromonas sorbia dan Aeromonas caviae (Camus, 1998). Bakteri Aeromonas hydrophila, memilki kemampuan yang lebih ganas dibandingkan dengan Aeromonas sorbia (Cipriano and Bullock, 2001).

(6)

Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila (Austin and Austin, 1987).

2.3.5 Gejala Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

Ikan mas yang terserang penyakit MAS biasanya ditandai dengan warna tubuh yang gelap, mata menonjol, sisik terkelupas, sirip rusak, indang berwarna putih kemerahan terkadang mengeluarkan nanah sehingga ikan kesulitan bernafas, megap-megap di atas air, kulit menjadi kasar dan timbul pendarahan yang selanjutnya diikuti dengan luka borok, perut kembung dan apabila perut ikan dibedah akan terlihat pendarahan pada organ dalam yaitu hati, ginjal dan limfa (Kordi and Ghufran, 2010).

2.4 Daun Sirsak

2.4.1 Klasifikasi Daun Sirsak

Gambar 2.3 Sumber: Dokumentasi Pribadi Klasifikasi dari tumbuhan sirsak

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Familia : Annonceae

(7)

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L. (Sunarjono, 2005). 2.4.2 Morfologi Daun Sirsak

Tanaman sirsak termasuk dalam tumbuhan menahun (perensial) berakar tunggang, berkayu keras, dengan pertumbuhan tegak lurus ke atas hingga mencapai ketinggian kurang lebih 15 m. Secara morfologi daunnya berbentuk menyirip dengan ujung daun runcing. Permukaan daun licin dan mengkilat hal ini dikarenakan adanya lapisan kutikula. Tanaman sirsak memiliki daun yang tepinya rata, daging daunnya tebal dan kaku seperti kulit/belulang dan berwarna hijau muda sampai hijau tua (Sunarjono, 2005).

2.4.3 Kandungan Kimia Daun Sirsak

Daun sirsak memiliki beberapa kandungan termasuk senyawa Annonaceous acetogenins. Annonaceous acetogenins merupakan senyawa yang memiliki potensi sitotoksik. Senyawa sitotoksik merupakan senyawa yang dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel kanker (Mardiana and Ratnasari, 2011). Fenol merupakan senyawa toksik dari salah satu gugus acetogenins. Senyawa ini sering digunakan sebagai antiseptik dan antibakteri. Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan cara menghancurkan dinding sek dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga akan terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut (Sumantri et al, 2014).

Kandungan daun sirsak lainnya adalah alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan minyak atsiri. Masing-masing senyawa tersebut memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda. Mekanisme kerja alkaloid sebagai antibakteri yaitu dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan

(8)

dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Mekanisme lain senyawa aktif alkaloid sebagai antibakteri yaitu komponen alkaloid diketahui sebagai interkelator DNA dan dapat menghambat enzim topoisomerase pada sel bakteri (Sulastrianah et al, 2014).

Mekanisme kerja senyawa aktif saponin sebagai antibakteri adalah dengan cara merusak membran sel bakteri akibat terjadinya peningkatan permeabilitas membran dikarenakan saponin yang berinteraksi dengan dinding sel bakteri. Hal ini mengakibatkan membran sel bakteri rusak dan membran tersebut bocor sehingga komponen penting dari dalam sel bakteri akan keluar (Sulastrianah et al, 2014).

Tannin merupakan salah satu senyawa yang dapat mengendapkan protein. Mekanisme kerja tanin yaitu dengan cara menginaktivasi enzim, bereaksi dengan membran sel, dan menginaktivasi fungsi materi genetik yang berada pada sel bakteri. Selain itu, pada bakteri gram negatif seperti A.hydrophila ini terdapat sisi hidrofilik yaitu gugus karboksil, amino, fosfat dan juga hidroksil yang peka terhadap senyawa polar sehingga tannin yang lebih bersifat polar dapat lebih mudah menembus dinding sel bakteri Gram negatif (Sulastrianah et al, 2014).

Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa fenol dapat bersifat sebagai koagulator protein. Protein yang mengalami koagulasi tidak akan berfungsi. Selain itu flavonoid dapat mengganggu sintesis membran sel melalui penghambatan yang mengakibatkan penggabungan rantai glikan tidak terhubung silang ke dalam peptidoglikan membran sel sehingga menuju suatu struktur yang lemah dan menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri (Sulastrianah et al, 2014).

(9)

2.4.4 Manfaat Daun Sirsak

Ada beberapa manfaat daun sirsak yang sering digunakan untuk obat tradisional : 1) Sebagai Antikanker Hasil penelitian menemukan bahwa acetogenin menghambat sintesis adenosine trofosfat (ATP) oleh mitokondria sel. ATP merupakan sumber energi bagi sel kanker. Padahal sel kanker memerlukan banyak energi karena mereka melakukan proses pembelahan yang sangat cepat. Akibat penghambatan itu maka sel kanker mengalami kekurangan pasokan energi sehingga akhirnya akan mati. Acetogenin hanya menyerang sel kanker dan tanpa mengalami kerusakan pada sel normal (Komansila et al., 2012).

2) Sebagai Anti inflamasi Daun sirsak memiliki anti kandungan flavonoid yang bisa digunakan sebagai anti inflamasi. Flavonoid merupakan antioksidan yang kuat karena aktivitasnya sebagai antioksidan dan anti inflamasi. antioksidan ini mempunyai aktivitas menetralkan radikal bebas sehingga mencegah kerusakan oksidatif pada sebagian besar biomulekul dan menghasilkan proteksi terhadap kerusakan oksidatif secara signifikan. Antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif (Ramadani, 2009).

3) Sebagai anti diabetes Senyawa bioaktif yang terdapat dalam daun sirsak yaitu flavonoid, memiliki sifat antihiperglikemia, yaitu menurunkan konsentrasi glukosa darah, meningkatkan konsentrasi serum insulin,

(10)

meningkatkan perbaikan atau proliferasi sel β pancreas, serta meningkatkan efek hormon insulin dan adrenalin (Adeyemi, 2009).

4) Sebagai Antibakteri Kandungan fitokimia annonaceous acetogenin pada ekstrak daun sirsak merupakan agen aktif antibakteri. Khasiat daun sirsak mampu mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti diare, bisul, infeksi saluran kemih dan ISPA (Akiyama et al., 2001).

2.5 Pemanfaatan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk kegiatan belajar dan dapat meningkatkan kualitas belajarnya (Supriadi, 2015). Dilihat dari perancangannya, secara garis besar sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a) sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yakni sumber-sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. b) Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utililization) yakni sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Terdapat beberapa syarat agar suatu hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Syarat tersebut diantaranya adalah kejelasan potensi, kejelasan tujuan, kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang diungkap, kejelasan pedoman eksplorasi, dan kejelasan perolehan yang diharapkan. Penelitian dapat dijadikan sebagai sumber belajar harus melalui kajian proses dan identifikasi hasil penelitian. Agar dapat digunakan sebagai sumber belajar, maka penelitian tersebut dapat

(11)

ditinjau dari kajian proses dan hasil penelitian. Proses kajian penelitian berkaitan dengan pengembangan keterampilan sedangkan hasil penelitiannya berupa fakta dan konsep (Prastowo, 2018).

(12)

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Benih ikan mas yang sehat

Akibat faktor perubahan kondisi lingkungan seperti air

yang keruh, pH tidak sesuai, dan pemberian pakan yang

berlebihan.

Terinfeksi penyakit MAS yang disebabkan oleh bakteri

Aeromonas hidrophyla, ditandai dengan sisik terkelupas, mata menonjol,

siripnya rusak, insang berwarna merah keputihan dan keluar nanah, timbul luka

bercak merah pada kulit dan warna tubuh gelap.

Pengobatan alami dengan ekstrak daun sirsak 1. Saponin 2. Tannin 3. Flavonoid 4. Alkaloid

Flavonoid akan menginduksi kebocoran membran sehingga membran lebih permeable

kemudian terjadi lisis dan gangguan keseimbangan elektrokimia yang penting bagi

kehidupan sel.

Alkaloid memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak dinding sel melaluikomponen

penyusun peptidoglikan pada sel bakteri. Perendaman ikan mas yang terinfeksi bakteri

dengan ekstrak daun sirsak berbagai konsentrasi yaitu 0 ppm, 1250 ppm, 1500

ppm, 1750 ppm dan 2000 ppm. Penurunan jumlah bakteri Aeromonas hidrophyla yang terdapat pada tubuh ikan mas ditandai dengan luka pada tubuh ikan

yang semakin hari semakin membaik, sehingga meningkatkan kelulushidupan

benih ikan mas. Hasil penelitian dikaji sebagai sumber belajar

biologi.

Tannin memiliki aktivitas antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, inaktivasi enzim

dan inaktivasti materi genetik. Saponin akan meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga struktur dan fungsinya berubah dan mengakibatkan protein terdenaturasi sehingga membran sel akan rusak

(13)

2.7 Hipotesis

a. Ada pengaruh perendaman berbagai konsentrasi larutan ekstrak daun sirsak (Anonna muricata L.) terhadap kelulushidupan benih ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

b. Terdapat konsentrasi larutan ekstrak daun sirsak (Anonna muricata L.) yang paling efektif untuk meningkatkan kelulushidupan benih ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

(14)

Gambar

Gambar 2.1. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila (Wikipedia, 2015)  Klasifikasi bakteri Aeromonas hydrophila (Holt, 1994) :
Gambar 2.3 Sumber: Dokumentasi Pribadi  Klasifikasi dari tumbuhan sirsak
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Benih ikan mas yang sehat

Referensi

Dokumen terkait

Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi dapat disebabkan oleh 4 macam reaksi adalah : (1)

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.. Berdasarkan mekanisme kerjanya,

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Fajriyah, 2009).. Antioksidan

Radikal bebas memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga radikal bebas cenderung mencari elektron dari molekul stabil untuk dijadikan pasangan sehingga

Antioksidan merupakan suatu zat yang dapat mencegah atau menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas. Proses tersebut terjadi melalui donor elektron atau atom hidrogen

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi 2011).. 2.4

Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel melawan radikal bebas, seperti oksigen singlet, superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil dan peroxynitrite.

Prinsip dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH yaitu reaksi penangkapan atom hidrogen dari senyawa antioksidan oleh radikal bebas DPPH untuk mendapatkan