• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KESEHATAN TAHUN 2016"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

KESEHATAN

TAHUN 2016

GAMBARAN DERAJAT KESEHATAN

MASYARAKAT DIKABUPATEN

PULANG PISAU TAHUN 2016

(2)

[Pick the date]

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PULANG PISAU

TAHUN 2016

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan karunia-Nya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 ini dapat tersusun.

Profil Kesehatan ini merupakan dokumen tentang gambaran pencapaian kegiatan pembangunan sektor kesehatan di Kabupaten Pulang PisauTahun 2016 yang diharapkan dapat menjadi sumber informasi kesehatan, bahan monitoring dan evaluasi dalam perbaikan kegiatan-kegiatan sektor kesehatan di tahun-tahun berikutnya.

Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 ini. Kritik dan saran demi kesempurnaan Profil Kesehatan ini senantiasa kami harapkan.

Akhirnya semoga upaya kita bersama dalam meningkatkan pembangunan kesehatan di Kabupaten Pulang Pisau yang terus berkembang ini mendapatkan rahmat, hidayah, dan ridho-Nya.

Pulang Pisau, September 2017

Kepala dinas kesehatan Kabupaten pulang Pisau

dr. Muliyanto Budihardjo,M.Hlth.Sc NIP. 19610826 199703 1 002

(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB. I BAB. II BAB. III BAB. IV BAB. V BAB. VI DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Tabel 1-81 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Sistematika Penyajian

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PULANG PISAU

A. Geografis B. Topografis C. Demografi

D. Sosial Ekonomi Budaya

SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian (Mortalitas) B. Angka Kesakitan (Morbiditas) C. Status Gizi

SITUASI DALAM UPAYA KESEHATAN

A. Pelayanan Kesehatan Dasar B. Akses dan Mutu Pelayanan

Kesehatan

C. Perilaku Hidup Masyarakat D. Pembinaan Kesehatan

Lingkungan Dan Sanitasi Dasar SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran Halaman i ii iv v 1 3 4 6 8 8 13 16 20 43 46 76 78 79 87 91 93 95 95

(5)

Data Klinik Kesehatan

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Nama Tabel Halaman

Tabel 2.1 Struktur Penduduk Kabupaten Pulang Pisau

menurut golongan umur Tahun 2016 10

Tabel 2.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang

Pendidikan di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2015

14

Tabel 2.3 Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pulang

Pisau Tahun 2016

14

Tabel 2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi

Kasar (APK) menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Pulang Pisau

Tahun 2016

(7)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Pulang Pisau 7

Gambar 2.2 Grafik Jumlah Penduduk menurut Kecamatan

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 9

Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk Pulang Pisau

menurut kelompok umur dan jenis kelamin Tahun 2016

12

Gambar 2.4 Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis

Kelamin di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

12

Gambar 2.5 Grafik Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten

Pulang Pisau Tahun 2016 15

Gambar 3.1 Grafik Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1000

Kelahiran Hidup Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

17

Gambar 3.2 Grafik Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000

kelahiran hidup di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

18

Gambar 3.3 Grafik Angka Kematian Balita (AKABA) per

1000 kelahiran hidup di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

20

Gambar 3.4 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas di

Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 21

Gambar 3.5 Grafik Angka Kesakitan (Annual Parasite

Incidence) Malaria Per 1000 Penduduk Berisiko di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

24

Gambar 3.6 Grafik CNR (Case Notification Rate) Kasus Baru

TB BTA + Per 100.000 Penduduk tahun 2012 – 2016

27

Gambar 3.7 Grafik CNR (Case Notification Rate) Seluruh

Kasus TB Per 100.000 Penduduk tahun 2012 – 2016

27

Gambar 3.8 Grafik Proporsi Kasus TB Anak 0-14 tahun

Terhadap Jumlah Seluruh Kasus TB Tahun 2014 – 2016

(8)

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar 3.9 Grafik Angka Keberhasilan Pengobatan

Penderita TB Paru BTA + Tahun 2014 – 2016 28

Gambar 3.10 Grafik Persentase Balita dengan Pneumonia

ditemukan dan ditangani Tahun 2012- 2016 31

Gambar 3.11 Grafik Angka Penemuan Kasus Baru (New Case

Detection Rate /NCDR) Kusta Per 100.000 Penduduk

tahun 2012 – 2016

33

Gambar 3.12 Grafik Persentase Kasus Kusta Anak Usia 0 –

14 Tahun untuk tahun 2012 – 2016 34

Gambar 3.13 Prevalensi Rate Kusta di Kabupaten Pulang

Pisau Tahun 2012-2016 34

Gambar 3.14 Cakupan penderita kusta selesai berobat (RFT)

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2015-2016 35

Gambar 3.15 Grafik Tren Penemuan Kasus AFP Non Polio

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 - 2016 37

Gambar 3.16 Grafik Perkembangan Kasus, IR dan CFR DBD

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 -2016 40

Gambar 3.17 Grafik Jumlah Perkiraan Kasus Diare, Diare

ditangani dan Persentase diare ditangani di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

41

Gambar 3.18 Incident Rate penyakit diare di Kabupaten

Pulang Pisau tahun 2012 – 2016 42

Gambar 3.19 Grafik Jumlah Kasus ditangani dan Incident

Rate Filariasis di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

43

Gambar 3.20 Grafik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 - 2016 44

Gambar 3.21 Grafik Kasus Balita Gizi Buruk yang ditemukan

dan mendapat perawatan di Kabupaten pulang Pisau

Tahun 2012 - 2016

45

Gambar 4.1 Grafik Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di

(9)

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar 4.2 Grafik Cakupan Imunisasi TT 1 dan TT 2 Ibu

Hamil di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 48

Gambar 4.3 Grafik Cakupan Ibu hamil dengan komplikasi

kebidanan yang ditangani Tahun 2012 – 2016 49

Gambar 4.4 GrafikCakupan Ibu hamil yang mendapatkan

Tabel Fe 1 dan Fe 3 Tahun 2012 - 2016 50

Gambar 4.5 Grafik Cakupan Persalinan oleh tenaga

kesehatan

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

51

Gambar 4.6 Grafik Cakupan Penanganan Komplikasi

Neonatal pada Tahun 2012 – 2016 53

Gambar 4.7 Grafik Cakupan KN1 dan KN 3(KN Lengkap)

Tahun 2012 – 2016 54

Gambar 4.8 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi

Tahun 2012 - 2016

55

Gambar 4.9 Cakupan Anak Balita (12-59 tahun) Mendapat

Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

56

Gambar 4.10 Grafik Cakupan Penimbangan Balita dan BGM

Di Puskesmas yang ada di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

57

Gambar 4.11 Perkembangan Kasus Gizi Buruk Tahun 2012 –

2016 58

Gambar 4.12 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan

(Penjaringan) Siswa SD & Setingkat tahun 2016 59

Gambar 4.13 Grafik Cakupan SD/MI Yang Mendapat

Pelayanan Gigi di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

61

Gambar 4.14 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan

Mulut di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012-2016

62

Gambar 4.15 Grafik Persentase Pemakaian Kontrasepsi

Peserta KB Baru Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

(10)

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar 4.16 Grafik Persentase Pemakaian Kontrasepsi

Peserta KB Aktif Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

65

Gambar 4.17 Grafik Cakupan UCI Desa/Kelurahan

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 66

Gambar 4.18 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Kabupaten

Pulang Pisau Tahun 2016 67

Gambar 4.19 Grafik Cakupan UCI Desa/Kelurahan

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012-2016 68

Gambar 4.20 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012-2016 69

Gambar 4.21 Cakupan Pemberian Tablet Fe-1 dan Fe-3

untuk Ibu hamil di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

70

Gambar 4.22 Capaian Pelayanan Ibu Nifas dan Ibu Nifas

mendapatkan Vitamin A di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

71

Gambar 4.23 Cakupan Bayi (6-11 bulan) mendapat Vitamin A

100.000 UI di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

72

Gambar 4.24 Cakupan Vitamin A pada Balita (12-59 Bulan)

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 73

Gambar 4.25 Grafik Cakupan Asi Ekslusif di Kabupaten

Pulang Pisau Tahun 2016 75

Gambar 4.26 Kejadian Luar Biasa di Kabupaten Pulang Pisau

Tahun 2012 – 2016 76

Gambar 4.27 Cakupan Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

79

Gambar 4.28 Cakupan Rumah Sehat di Kabupaten Pulang

Pisau Tahun 2016 81

Gambar 4.29 Penduduk dengan akses terhadap fasilitas

sanitasi yang layak (jamban sehat) menurut jenis jamban Tahun 2016

(11)

Nomor Nama Gambar Halaman

Gambar 4.30 Sumber Air Minum Yang Digunakan Keluarga

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 83

Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas Perawatan dan Non

Perawatan di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

88

Gambar 5.2 Persentase Posyandu menurut Strata dan

Posyandu Aktif di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

89

Gambar 5.3 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016 90

Gambar 5.4 Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Kabupaten

Pulang Pisau Tahun 2016 91

Gambar 5.5 Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten Pulang

Pisau Tahun 2016 92

Gambar 5.6 Pembiayaan Kesehatan (di Dinas Kesehatan)

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan UUD 1945 pasal 28 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, dan mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Juga lain disampaikan dalam UU no 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik menyatakan bahwa salah satu kewajiban dan tanggung jawab badan publik (lembaga eksekutif, legislatif, dan badan lain yang fungsinya dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara) adalah menyediakan dan atau menerbitkan informasi publik yang berada dibawah kewenangannya kepada informasi publik.

Sejak diberlakukannya desentralisasi, beberapa peraturan perundangan-undangan bidang kesehatan sebagai tidak lanjut Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah yang kemudian diganti dengan Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang kemudian diganti dengan dengan Undang-Undang No. 33 tahun 2004, telah dan terus disusun. Peraturan Perundang-Undangan kesehatan bidang kesehatan antara lain :

1. Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Keputusan Menteri kesehatan RI No. 574/ Menkes/ SK/ IV/ 2000 tentang kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2014.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 120/ Menkes/ SK/ VII/ 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2014 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi dan Kabupaten Sehat.

(13)

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1457/ Menkes/ SK/ X/ 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut

diperlukan indikator, antara lain indikator Indonesia Sehat, dan Indikator Kinerja dari standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan. Indikator Indonesia Sehat yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri tersebut di atas dapat digolongkan ke dalam : (1) Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan status Gizi:(2) Indikator Hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, Perilaku hidup, Askes dan mutu pelayanan kesehatan : serta (3) Indikator Proses dan masukan yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan. Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait, Sedangkan Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal Kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri atas 18 indikator pelayanan bidang kesehatan.

Bertolak dari hasil tersebut diatas maka dibuatlah Profil Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016 yang bertujuan untuk menunjukan gambaran situasi pencapaian atau kinerja kesehatan di Kabupaten Pulang pisau. Profil ini secara rutin diterbitkan setiap tahun, yang merupakan hasil analisis dari kegiatan-kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau selama tahun 2016, Profil Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016 ini merupakan tahun kedua penyusun Profil yang mengacu kepada Petunjuk Teknis penyusun Profil Kesehatan Kabupaten/kota tahun 2013 (Revisi tahun 2014) yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2013.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan” dengan indikator kinerja pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang bersifat dinamis mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Visi tersebut dapat dicapai apabila

(14)

kabupaten sebagai salah satu bagian wilayah dalam sistem kesehatan Indonesia dapat menjadi kabupaten yang sehat yang tercermin dalam visi “Masyarakat Pulang Pisau yang Sehat Mandiri dan Berkeadilan”.

Disamping itu profil juga bermanfaat sebagai bahan untuk perencanaan pembangunan kesehatan di tingkat Kabupaten. Oleh karena itu data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan mengevaluasi pembangunan kesehatan di Kabupaten Pulang Pisau.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan Profil Kesehatan

KabupatenPulang Pisau tahun 2016 ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Tersedianya data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna.

2. Tujuan khusus :

1. Sebagai data/informasi hasil pencapaian kegiatan pembangunan bidang kesehatan Kabupaten Pulang pisau tahun 2016.

2. Sebagai alat evaluasi dan pemantauan hasil pembangunan kesehatan sehingga nantinya dapat disusun perencanaan dan

perbaikan dalam rangka mencapai tujuan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pulang Pisau.

3. Sebagai bahan masukan untuk penyusun profil Kabupaten Pulang Pisau dan profil kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah atau profil Kesehatan wilayah yang lebih luas.

3. Motto, Visi dan Misi Dinas Kesehatan :

1. Motto Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau :

(15)

2. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau :

“ Masyarakat Pulang Pisau yang Sehat Mandiri dan

Berkeadilan “

3. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau :

1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan sektor terkait.

2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.

3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.

4. Meningkatkan kualitas manajemen, standarisasi dan sistem

informasi kesehatan.

C. Sistematika penyajian

Sistematika penyajian profil kesehatan Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016 ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan.

Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya profil kesehatan Kabupaten Pulang pisau. Dalam bab ini juga diuraikan secara ringkas pula isi dari Profil Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau dan sistematika penyajian.

Bab II. Gambaran Umum Kabuapaten Pulang Pisau

Dalam bab ini diuraikan gambaran secara umum Kabupaten Pulang pisau.Selain uraian tentang geografis, administrasi dan informasi umum lainya juga disajikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi sektor kesehatan antara lain kependudukan,ekonomi , sosial budaya dan pendidikan.

(16)

Bab III. Situasi Derajat kesehatan Kabupaten Pulang Pisau

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang. Pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefaramasian dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan upaya kesehatan lainnya yang dilaksanakan Kabupaten.

Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau

Bab ini menyajikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI. Penutup

Bab iniberisi tentang kesimpulan terhadap hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari profil yang disajikan. Selain menyajikan keberhasilan juga diuraikan tentang hal-hal yang masih dianggap kurang dalam rangka perbaikan pembangunan kesehatan serta saran-saran untuk perbaikan program kesehatan ke depannya.

Daftar Pustaka

Berisi bahan-bahan yang digunakan sebagai rujukan dalam penyusunan profil kesehatan Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016.

Lampiran

Pada lampiran ini dicantumkan seluruh tabel-tabel yang digunakan dalam penyusunan profil kesehatan Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016.

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PULANG PISAU

A. Geografis

Kabupaten pulang pisau merupakan satu dari delapan daerah pemekaran di Provinsi Kalimantan tengah. Dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 05 tahun 2002 tanggal 10 April 2002, yang

terletak di daerah Khatulistiwa antara 100 – 00 Lintang Selatan dan 1100

- 120 0 Bujur Timur, dengan luas wilayah Kabupaten Pulang Pisau

adalah 8.997 Km2 atau 899.700 Ha (5,85% dari luas Kalimantan Tengah

sebesar 153.564 Km2), dengan batas wilayah Kabupaten Pulang Pisau

sebagai berikut:

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas.

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan Kota

Palangka Raya.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas.

Adapun Batas yang terbagi dalam 2 (dua) kawasan kawasan pasang surut ( di bagian selatan ) merupakan potensi pertanian tanaman pangan dan kawasan non pasang surut (bagian utara) merupakan lahan sangat potensi untuk daerah perkebunan. Dari luas wilayah tersebut terdiri dari Kawasan Hutan Lindung dengan luas

dengan luas 1.961 Km2. Kawasan Hutan Gambut luas 2.789 Km2,

Kawasan Mangrove (Bakau) dengan luas 280 Km2 , Kawasan Air Hitam

seluas 65 Km2,sedangkan kawasan budidaya dengan luas sebagai

berikut :

Hutan produksi 369 Km2

Hutan produksi Tetap 753 Km2

Pertanian Ladang Basah (Sawah) 404 Km2

Perkebunan dan peternakan 1.384 Km2

Permukiman Perkotaan 46 Km2

Permukiman Transmigrasi 99 Km2

(18)

Perairan dan Sungai 492 Km2

Kabupaten Pulang Pisau memiliki delapan kecamatan yaitu kecamatan Kahayan Kuala, Pandih Batu, Maliku, Kahayan Hilir, Jabiren Raya, Kahayan Tengah, Banama Tingang, dan Sebangau Kuala.

(19)

B. Topografis

Secara Topografis Kabupaten Pulang pisau termasuk daerah beriklim tropis dan lembab dengan temperatur udara berkisar antara

210 – 230 C, yang intesitas cukup banyak sehingga menyebabkan

tingginya penguapan yang menimbulkan awan aktif/total. Daerah Topografis Kabupaten Pulang Pisau terdiri dari :

1) Bagian Utara merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian

antara 50-100 meter dari permukaan air laut dan mempunyai

tingkat kemiringan 8-150. Serta daerah penggunungan dengan

tingkat kemiringan ±15-250.

2) Bagian Selatan terdiri dari rawa-rawa dan dataran rendah yang

berpotensi mengalami banjir cukup besar pada musim hujan, Selain itu juga ada 2 (dua) jalur

3) Sungai/Anak sungai yang berada di wilayah Kabupaten Pulang

Pisau yaitu :

 Sungai Kahayan dengan panjang 626 Km

 Sungai Sebangau dengan panjang 180 Km

 Sungai Anjir Kalampan dengan panjang 6,50 Km

 Sungai Anjir Basarang dengan panjang 7 Km

 Sungai Terusan Raya dengan panjang 6 Km.

C. Demografi

1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data BPS jumlah penduduk Kabupaten Pulang Pisau pada tahun 2016 sebanyak 125.484 jiwa, dengan kepadatan

penduduk sebesar 14 jiwa/Km2 (data Puskesmas yag bersumber dari

data Kecamatan tahun 2016) (tabel 1 lampiran).

Jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Kahayan Hilir dengan jumlah penduduk 30.895 jiwa (kepadatan penduduk

85,82/Km2), terendah di Kecamatan Sebangau Kuala sebesar 7.328

jiwa (kepadatan penduduk 1,93 /Km2). Jumlah Rumah Tangga (KK)

pada 2013 adalah sebesar 31.500 KK dan 2014 adalah sebesar 31.659 KK, tahun 2015 adalah sebesar 31.901 dengan rata-rata

(20)

jiwa/KK adalah 3.91 Sedangkan pada tahun 2016 sebesar 38.135 KK dengan rata-rata jiwa/KK adalah 3,29.(tabel 1 lampiran).

Tahun 2016 jumlah penduduk mengalami peningkatan dikarenakan banyaknya warga pendatang yang menetap sehingga

mempengaruhi penambahan jumlah penduduk (mobilisasi

penduduk).

Gambar 2.2. Grafik Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

Sumber : Target Kabupaten Proyeksi penduduk Indonesia 2010 - 2035, BPS ( Diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI)

2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Golongan Umur

Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir.

10.211 11.080 11.642 16.078 4.306 3.854 4.337 3.816 9.404 10.203 10.722 14.805 3.966 3.550 3.997 3.513 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 Kahayan Kuala Pandih Batu Maliku Kahayan Hilir Jabiren Raya Kahayan Tengah Banama Tingang Sebangau Kuala Laki-Laki Perempuan

(21)

Perkembangan struktur umur penduduk ditentukan oleh adanya perubahan kondisi sosial dan ekonomi serta norma-norma hidup masyarakat. Sebagai contoh, turunnya angka kelahiran (fertilitas) sebagai hasil upaya keras pemerintah melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) menyebabkan pertumbuhan

penduduk pada kelompok anak-anak dapat dikendalikan.

Membaiknya derajat kesehatan masyarakat seiring dengan membaiknya pelayanan kesehatan menyebabkan semakin tinggi angka harapan hidup. Di samping itu, globalisasi mempercepat pengaruh pada mobilitas penduduk baik yang bersifat permanen maupun sementara.

Struktur Penduduk menurut golongan umur dapat dilihat pada

tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Struktur Penduduk Kabupaten Pulang Pisau menurut golongan umur tahun 2016

KELOMPOK UMUR L P TOTAL 0 - 4 6.001 5.513 11.514 5 - 9 5.741 5.552 11.293 10 - 14 6.086 5.607 11.693 15 - 19 5.714 5.196 10.910 20 - 24 5.082 4.512 9,594 25 - 29 5.209 4.720 9.929 30 - 34 5.236 4.896 10.132 35 - 39 5.133 4.909 10.042 40 - 44 4.836 4.335 9.171 45 - 49 4.307 3.961 8.268 50 - 54 3.467 3.417 6.884 55 - 59 3.094 2.834 5.928 60 - 64 2.279 1.856 4.138 65 - 69 1.453 1.292 2.745 70 - 74 857 804 1.661 75+ 829 753 1.582 JUMLAH 65.324 60.160 125.484

Sumber : Target Kabupaten Proyeksi penduduk Indonesia 2010 - 2035, BPS ( Diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI)

Indikator lainnya yang terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan untuk mengetahui produktivitas

(22)

penduduk adalah rasio beban tanggungan. Rasio beban tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara jumlah kelompok umur belum/tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun keatas) dengan jumlah kelompok umur produktif (umur 15-64 tahun). Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur produktif lebih besar dibandingkan kelompok umur belum/tidak produktif. Rasio beban tanggungan pada tahun 2016 sebesar 48. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk umur produktif harus menanggung beban hidup sekitar 48 penduduk umur belum/tidak produktif.

Memahami komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan salah satu aspek yang penting khususnya dalam analisis kependudukan dan umumnya dalam perencanaan pembangunan. Misalnya , potensi pertumbuhan penduduk ke depan dapat diperkirakan melalui pengamatan dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini. Perencanaan untuk penyediaan pelayanan kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan dasar penduduk lainnya juga membutuhkan informasi mengenai komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Untuk menggambarkan jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

(23)

Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk Pulang Pisau menurut kelompok umur dan jenis kelamin Tahun 2016

Sumber : Target Kabupaten Proyeksi penduduk Indonesia 2010 - 2035, BPS (Diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI)

Gambar 2.4. Grafik Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

Sumber : Target Kabupaten Proyeksi penduduk Indonesia 2010 - 2035, BPS

8000,0 6000,0 4000,0 2000,0 ,0 2000,0 4000,0 6000,0 8000,0 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75+ Laki-Laki2 Perempuan 52% 48% Laki-Laki Perempuan

(24)

D. Sosial Ekonomi Budaya 1. Pendidikan

Kemampuan baca tulis penduduk merupakan ukuran dasar untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan. Semakin tinggi tingkat melek huruf penduduk,

Maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di suatu wilayah. Dari hasil Susenas 2016 diketahui bahwa angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Pulang Pisau mencapai 98,70 persen. Jika dirinci menurut jenis kelamin kemampuan baca tulis perempuan usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Pulang Pisau lebih rendah yaitu mencapai 98,05 persen berbading 99,28 persen untuk laki-laki. Dengan kata lain, perempuan yang buta huruf lebih banyak dibandingkan laki-laki.

Keadaan tingkat pendidikan masyarakat sangat berpengaruh pada sektor kesehatan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Perkembangan jumlah anak yang memasuki usia sekolah terus membaik, dikarenakan sadar akan pentingnya pendidikan. Pada tahun 2015 di wilayah Kabupaten Pulang Pisau menunjukan perkembangan pendidikan yang cukup baik dengan ditandai APK dari SD, SMP, dan SMA. Angka Parsitipasi Kasar untuk jenjang SD/MI adalah 109,92 % yang berarti seluruh anak usia SD antara 7-12 tahun telah terserap di SD. Untuk APK SMP/MTS adalah 106,26% yang berarti juga seluruh anak usia SMP/MTS telah terserap di SMP/MTS. Pada jenjang SMA/MA, APK sudah lebih baik dari tahun 2014 yaitu 86,52%. Data lebih lengkap dapat dilihat di table 2.1 dan 2.2 dibawah ini:

(25)

Tabel 2.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2015

Angka Partisipasi Kasar Tahun 2015

SD / MI 109,92 SMP / MTS 106,26 SMA / MA 86,52 PT 18,07

Sumber : BPS Kabupaten Pulang Pisau

Tabel 2.3 Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

Angka Partisipasi sekolah Tahun 2016

7 - 12 99.05 13 - 15 91.54 16 – 18 62.65 19 - 24 26.18

Sumber : BPS Kabupaten Pulang Pisau

Tabel 2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Pulang Pisau

Tahun 2016

Jenjang Pendidikan

Angka Partisipasi murni Angka Partisipasi Kasar

Laki -

Laki Perempuan Jumlah

Laki - Laki Perempuan Jumlah SD / MI 94.35 97.34 95.98 Belum Rilis SMP / MTS 78.53 71.59 74.95 SMA / MA 58.21 41.48 51.73

Sumber : BPS Kabupaten Pulang Pisau

2. Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Kabupaten Pulang Pisau menurut Data Puskesmas tahun 2016 bersumber dari BPS sebanyak 125.484 jiwa dengan

(26)

Pemeluk agama terbesar di kabupaten Pulang Pisau adalah Islam 79,85%, agama Kristen Protestan 18,17 %, Katolik 0,64 %, Hindu 1,34 %, Budha 0,01% (Sumber : Kementrian Agama Kabupaten

Pulang Pisau Tahun 2016)

Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah pertanian dalam arti luas ( petani kebun kelapa, ubi kayu, karet, kopi, buah-buahan dan rotan ) dan sisanya Pedagang, Pegawai serta pengusaha. Sedangkan indikator ekonomi Kabupaten Pulang Pisau adalah sebagai berikut :

1. Nilai PDRB Bruto Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2015 adalah Rp. 2.693.884,24 (dalam juta rupiah)

2. PAD tahun 2015 adalah Rp.36.487.815.000,- 3. Laju pertumbuhan ekonomi 7,80 %

(Sumber : BPS Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2015)

Gambar 2.5. Grafik Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

Sumber : Kementrian Agama Kabupaten Pulang Pisau

79,85% 18,17% 0,64% 1,34% 0,01% 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 ISLAM KRISTEN PROTESTAN

(27)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Yang dimaksud dengan keadaan kesehatan menurut UU RI No.36 tahun 2009 adalah: keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.

Gambaran masyarakat Kabupaten Pulang Pisau masa depan yang ingin dicapai segenap komponen masyarakat melalui pembangunan Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau yaitu: Masyarakat Pulang Pisau yang

Sehat Mandiri dan Berkeadilan. Terdapat beberapa keterkaitan dari

beberapa aspek yang dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan, diantaranya : (1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi, (2) Indikator hasil yang terdiri dari indikator - indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta (3) indikator proses dan masukan, yang terdiri dari indikator indikator untuk pelayanan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan kontribusi sektor lain.

A. Angka Kematian ( Mortalitas )

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu kewaktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

AKB adalah indikator yang sensitif terhadap ketersedian,

pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan, terlebih terhadap pelayanan perinatal disamping itu AKB juga mempunyai hubungan dengan angka GNP perkapita, pendapatan keluarga,pendidikan ibu

(28)

dan kesehatan gizi keluarga. Indikator ini juga merupakan indikator yang terbaik untuk pembangunan sosial ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak

mudah untuk menemukan faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang terampil, serta kesedian masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkat AKB.

Untuk Kabupaten Pulang Pisau, AKB (dilaporkan) tahun 2016

adalah 7/1000 Kelahiran Hidup. Jumlah Kelahiran Hidup adalah 2.148 bayi sedangkan kematian bayi yang dilaporkan adalah 16 bayi (Termasuk kematian neonatal, kematian neonatal 14 bayi dan kematian bayi 2 bayi). (Tabel. 5 lampiran).

Pada tahun 2016 jumlah kematian bayi mengalami kenaikan

dari tahun 2015. Akan tetapi angka kematian bayi ini belum dapat menggambarkan angka kematian bayi yang sesungguhnya, karena mungkin ada yang belum/tidak dilaporkan sehingga tidak tercatat di Puskesmas.

Gambar 3.1 Grafik Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1000 Kelahiran Hidup Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau

Pangkoh Maliku Pulang Pisau Bukit rawi

1 7 5 1 0 0 2 0 Bayi Neonatal

(29)

2. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu ( AKI ) menggambarkan permasalahan status ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas. Kematian ibu adalah parameter sejauh mana kesejahteraan ibu dapat tercapai dengan baik penyakit atau kelainan kehamilan pada ibu hamil, ibu bersalin dan nifas ( sampai dengan 42 hari setelah persalinan) sebagai akibat dari kelainan yang berkaitan dengan kehamilan atau penyakit lain yang diperburuk oleh kehamilan dan bukan karena kecelakaan atau penyebab insidental yang berhubungan. Angka Kematian Ibu

dipengaruhi oleh kondisi kesehatan lingkungan, tingkat

pendidikan/pengetahuan ibu maternal, status gizi dan pelayanan kesehatan. Untuk tahun 2016 Angka Kematian Ibu (AKI) ada 2 / 2148 x 100.000 = 93/100.000 kelahiran hidup, terdiri dari 0 untuk kematian ibu hamil dan ibu nifas dan 2 orang untuk kematian ibu bersalin. Lebih jelas tentang angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup dari tahun 2012 - 2016 pada grafik berikut ini :

Gambar 3.2 Grafik Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau dan Profil Kesehatan 161,2 200,7 241 294 93 2012 2013 2014 2015 2016

(30)

3. Angka Kematian Balita (AKABA)/ Jumlah Balita Mati

Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5 tahun. AKABA dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak termasuk status gizi, sanitasi dan angka kesakitan lainnya. Penurunan Angka kematian Bayi sangat berpengaruh pada kenaikan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir. Angka Kematian Bayi sangat peka terhadap perubahan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberikan gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan juknis profil kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013, definisi:

 Kematian Neonatal : Kematian yang terjadi pada bayi usia sampai

dengan 28 hari

 Kematian Bayi : Kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan

(termasuk neonatal)

 Kematian Anak Balita : Kematian yang terjadi pada anak usia

12-59 bulan

 Kematian Balita : Kematian yang terjadi pada bayi/anak usia 0 -

59 bulan (bayi + anak balita)

Dari definisi diatas, Angka Kematian Balita di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016 sebesar 8 per 1000 kelahiran hidup, dimana terdapat 18 kematian balita (kematian bayi 16 (termasuk neonatal) dan kematian anak balita 2 ) dari 2148 kelahiran hidup, dan bila dibandingkan dengan sasaran pembangunan kesehatan pada RPJMN 2015 – 2019 angka kemantian bayi ditargetkan 24 / 1000 kelahiran hidup, sedangkan AKABA di Kabupaten Pulang Pisau sebesar 8 / 1000 kelahiran hidup sehingga masih diatas target (Tabel 5 Lampiran).

(31)

Gambar 3.3 Grafik Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau dan Profil Kesehatan

B. Angka Kesakitan (Morbiditas)

Angka kesakitan atau morbiditas adalah angka kesakitan, baik

insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Angka kesakitan menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Angka kesakitan juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang dapat diperoleh dengan melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota maupun maupun dari data sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh malalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Kasus penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Pulang Pisau berdasarkan Laporan Bulanan (LB1) Kesakitan di Puskesmas dan jaringannya terlihat pada gambar berikut.

5,4 6,5 5 3 7 2012 2013 2014 2015 2016

(32)

Gambar 3.4 10 Penyakit terbanyak di Puskesmas di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016

Sumber : Laporan kesakitan Puskesmas tahun 2016

Gambar 3.4 memperlihatkan bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat yang berkunjung ke puskesmas adalah infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan masyarakat.

Kabupaten Pulang Pisau juga dihadapkan juga pada masalah beban ganda. Di satu sisi kasus penyakit infeksi masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif juga meningkat. Selain itu perilaku masyarakat yang tidak sehat masih menjadi faktor utama disamping lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Berikut ini akan diuraikan kondisi program pemberantasan dan pengendalian penyakit di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016.

1. Penyakit Menular

Menurut Renstra Kementrian Kesehatan tahun 2015 – 2019

untuk mengendalikan penyakit menular maka strategi yang

dilakukan, melalui:

a. Perluasan cakupan akses masyarakat (termasuk skrining cepat bila ada dugaan potensi meningkatnya kejadian penyakit menular seperti Mass Blood Survey untuk malaria) dalam

861 905 1022 1447 1690 2104 2646 5000 6058 11259 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Diabetes Melitus Penyakit rongga mulut Pulpa dan Jar. Periapikal Asma Diare Dyspepsia Penyakit Kulit dan Alergi Gastritis Peny. pd sist. Otot & jar. pengikat (termsk Reumatik) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) ISPA

(33)

memperoleh pelayanan kesehatan terkait penyakit menular terutama di daerah-daerah yang berada di perbatasan, kepulauan dan terpencil untuk menjamin upaya memutus mata rantai penularan.

b. Untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular, dibutuhkan strategi innovative dengan memberikan otoritas pada petugas kesehatan masyarakat (Public

Health Officers), terutama hak akses pengamatan faktor risiko

dan penyakit dan penentuan langkah penanggulangannya.

c. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam membantu upaya pengendalian penyakit melalui community base surveillance berbasis masyarakat untuk melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan melaporkannnya kepada petugas kesehatan agar dapat dilakukan respon dini sehingga permasalahan kesehatan tidak terjadi.

d. Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit menular seperti tenaga epidemiologi, sanitasi dan laboratorium.

e. Peningkatan peran daerah khususnya kabupaten/kota yang menjadi daerah pintu masuk negara dalam mendukung implementasi pelaksanaan International Health Regulation (IHR) untuk upaya cegah tangkal terhadap masuk dan keluarnya penyakit yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

f. Menjamin ketersediaan obat dan vaksin serta alat diagnostik cepat untuk pengendalian penyakit menular secara cepat.

Sedangkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau tahun 2013 – 2018 upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah yang sudah dilakukan melalui Program Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) adalah dengan : pencegahan dan penanggulangan faktor resiko, peningkatan

(34)

penanggulangan wabah. Selain itu juga Perlu adanya kerja sama lintas sektor dalam penanggulangan infeksi penyakit menular utamanya ATM (AIDS/HIV, TBC dan Malaria) karena ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol dan perlu upaya keras untuk dapat mencapai target MDG’s.

Penyakit menular yang disajikan dalam Profil Kesehatan ini adalah Penyakit Malaria, TB Paru, Pneumonia Balita dan Kusta.

a. Penyakit Malaria

Penyakit malaria masih endemis di Indonesia, namun tidak seluruh Provinsi dan Kabupaten memiliki masalah malaria. Masyarakat yang sering berpergian/melancong perlu mengetahui apakah wilayah yang akan dikunjunginya merupakan daerah yang berisiko / endemis malaria / tidak, untuk itu dapat dilihat pada daftar daerah risiko malaria. Untuk dapat mengetahui ukuran besarnya masalah malaria yang terdapat pada sekelompok manusia (populasi) disuatu wilayah dengan tepat, ada 2 hal pokok

yang harus dilakukan yaitu : menemukan penyakit malaria (disebut juga penemuan penderita) dimasyarakat dan melakukan

pengukuran atas penyakit tersebut. Ada beberapa macam ukuran yang dapat digunakan untuk menggambarkan besarnya masalah malaria (endemisitas) pada suatu daerah, yang sering digunakan di Indonesia adalah : Annual Malaria Incidence (AMI) dan Annual

Parasite Incidece (API). Sebelum tahun 2007, AMI sebagai ukuran

tingat kesakitan malaria masih banyak dipakai di luar pulau Jawa dan Bali pada daerah-daerah yang tidak memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium di tingkat Puskesmas, sehingga masih mengandalkan gejala klinis dalam mendiagnosis penyakit malaria. Pada masa kini, yang dipakai adalah ukuran API karena pada umumnya Puskesmas sudah memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium malaria.

Untuk kasus malaria di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2016, dari hasil kompilasi laporan puskesmas terdapat 246 kasus Malaria Klinis, 39 diantaranya positif (15,85%) dan untuk yang

(35)

meninggal adalah 0 kasus. Kasus Malaria melalui pemeriksaan Lab terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Maliku yaitu 16 kasus. (Tabel 22)

Gambar 3.5 Grafik Angka Kesakitan (Annual Parasite Incidence) Malaria Per 1000 Penduduk Berisiko

di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 – 2016

Sumber :Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

b. Penyakit TB Paru BTA (+)

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchyma paru, sebab itu TB pada selaput paru (pleura) atau TB pada kelenjar hilus dianggap sebagai TB Ekstra Paru. Bila penderita TB paru juga bisa mengalami TB Ekstra Paru, maka untuk kepentingan pencatatan maka penderita tersebut hanya dicatat sebagai penderita TB paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB paru dapat dibagi menjadi :

a. TB paru BTA positif, yaitu bila sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan sediaan dahak SPS hasilnya positif atau sediaan dahak hasilnya BTA positif dan pemeriksaan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.

3,9 3 4,16 1,35 0,31 2012 2013 2014 2015 2016

(36)

b. TB paru BTA negatif rontgen positif, yaitu bila semua sediaan dahak SPS hasilnya negatif tapi foto rontgen ada menunjukkan gambaran TB aktif. TB paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan kerusakan paru yang luas, seperti adanya proses milier dan atau keadaan umum penderita buruk.

Tipe pasien TB ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Terdapat beberapa tipe pasien yaitu :

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan ( 4 minggu). b. Kasus kambuh ( Relaps )

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan BTA positif ( apusan atau kultur ).

c. Kasus setelah putus berobat ( Default )

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.

d. Kasus gagal ( Failure )

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e. Kasus pindahan ( Transfer In )

Adalah pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki register TB untuk melanjutkan pengobatanya.

f. Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang.

(37)

Penemuan penderita tuberculosis dapat dilakukan pada orang dewasa dan anak. Penemuan tuberculosis pada orang dewasa dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak serumah dengan penderita TBC paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya dahak, bilasan lambung, biopsi, dan lain-lain. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat. Sehingga sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan pada gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada, dan uji tuberkulin.

Untuk diagnosa TB pada Orang Dewasa, jika Pasien yang mempunyai keluhan batuk terus-menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak nafas, dan nyeri dada, badan terasa lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kurang enak badan, berkeringat pada malam hari walaupun tidak beraktivitas dan terjadi demam lebih dari sebulan, dianggap sebagai tersangka penderita TB (suspek TB). Semua suspek TB yang ada dicatat dalam formulir tersangka penderita yang diperiksa dahak SPS. Yang harus dicatat dalam formulir ini adalah nomor urut, nomor identitas sediaan, nama tersangka, umur dan jenis kelamin, alamat, tanggal dan hasil pemeriksaan dahak dan nomor registrasi laboratorium.

Dari data puskesmas yang berhasil dikumpulkan

menunjukan Jumlah kasus baru TB BTA+ ditemukan sebanyak 40 Kasus, Jumlah seluruh kasus TB sebanyak 82 (Tabel 7),

(38)

diobati sebanyak 44 orang dan sembuh sebanyak 36 orang (81,82 %) Angka pengobatan lengkap 2 orang(4,55%). (Tabel 9)

Gambar 3.6 Grafik CNR (Case Notification Rate) Kasus Baru TB BTA + Per 100.000 Penduduk tahun 2012 – 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR) Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah

tertentu. Angka ini bila dikumpulkan serial, akan

menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. CNR didapatkan dari rumus : (Jumlah pasien TB(semua tipe) yg dilaporkan / Jumlah Penduduk) x 100.000. Angka ini berguna untukmenunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan penemuan pasien baru TB BTA + dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016.

Gambar 3.7 Grafik CNR (Case Notification Rate) Seluruh Kasus TB Per 100.000 Penduduk tahun 2012 – 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

47,9 62,1 38,86 35,24 31,88 2012 2013 2014 2015 2016 72,3 67,9 53,98 73,69 65,35 2012 2013 2014 2015 2016

(39)

Untuk angka CNR seluruh kasus TB per 100.000 penduduk terjadi naik turun dimana dari tahun 2012 sampai dengan 2014 terjadi penurunan angka CNR, kemudian pada tahun 2015 terjadi kenaikan kembali sebesar 73,69 dan kembali menurun pada tahun 2016 sebesar 65,35.

Gambar 3.8 Grafik Proporsi Kasus TB Anak 0-14 tahun Terhadap Jumlah Seluruh Kasus TB Tahun 2014 – 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2014 – 2016

Proporsi pasien TB Anak diantara seluruh pasien TB adalah persentase pasien TB anak (<15 tahun) diantara seluruh pasien TB tercatat. Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%. Bila angka ini terlalu besar dari 15%, kemungkinan terjadi overdiagnosis. Jika dilihat dari grafik diatas, angka proporsi dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 semuanya berada dibawah 15 %.

Gambar 3.9 Grafik Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru BTA + Tahun 2014 – 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2014 – 2016

3% 1,09% 2,44% 2014 2015 2016 84,91% 76,92% 86,36% 2014 2015 2016

(40)

Angka Keberhasilan Pengobatan

Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

Angka kesembuhan dihitung juga untuk pasien BTA positif pengobatan ulang dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap obat terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilans kekebalan obat.

2. Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat baris kedua (second-line drugs).

3. Menunjukan prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang terjadi pada pasien dengan HIV.

Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap (Lihat lampiran tabel 9)

Cara perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatan katagori 1. Perhitungan untuk angka keberhasilan pengobatan ini adalah :

(Jumlah pasien baru TB BTA Positif (sembuh + pengobatan legkap) / jumlah pasien baru TB BTA Positif yang diobati) x 100 %

Di UPK, indikator angka kesembuhan dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru BTA Positif yang mulai berobat dalam 9 - 12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan.

Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat, angka ini dapat dihitung dari laporan TB.08. Angka minimal yang harus dicapai

(41)

adalah 85%. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan.

Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default, dan pindah. Angka default tidak boleh lebih dari 10%, karena akan menghasilkan proporsi kasus retreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yang disebabkan karena ketidak-efektifan dari pengendalian Tuberkulosis. Menurunnya angka default karena peningkatan kualitas penanggulangan TB akan menurunkan proporsi kasus pengobatan ulang antara 10-20 % dalam beberapa tahun. Sedangkan angka gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat. Dari grafik 3.8 angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2016 sudah lebih dari 85%.

c. Pneumonia Balita

Bayi dan balita merupakan populasi yang paling rentan terkena Pneumonia. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan kondisi lingkungan yang tidak sehat. Upaya pemberantasan penyakit Pneumonia difokuskan pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.

Perkiraan penderita Pneumonia balita pada tahun 2016 sebanyak 1.255 balita. Penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 13 kasus (1,04%). Hasil lengkap per Puskesmas dapat dilihat pada tabel 10, dimana wilayah penemuan kasus pneumonia ini semuanya berada di wilayah Puskesmas Jabiren. Berikut ditampilkan grafik persentase balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2012-2016.

(42)

Gambar 3.10 Grafik Persentase Balita dengan Pneumonia ditemukan dan ditangani Tahun 2012- 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Gambar 3.9 menunjukkan bahwa tren penderita (balita)

ditemukan dan ditangani tahun 2012-2016 mengalami

peningkatan dan penurunan. Walaupun persentase penderita yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012, kemudian meningkat kembali pada tahun 2014 dan 2015, dan akhirnya menurun lagi pada tahun 2016, namun peningkatan dan penurunannya tidak signifikan.

d. HIV AIDS

Sebagai dalah satu daerah perbatasan yang menghubungkan anatara kabupaten dan ibukota provinsi Kalimantan Tengah, maka Kabupaten Pulang Pisau berpotensi sebagai tempat terjadinya penularan HIV-AIDS dan kemungkinan terjadinya penularan HIV-AIDS cukup besar. Kasus HIV-AIDS di masyarakat merupakan fenomena gunung es, karena kasus yang dilaporkan hanya kasus yang ditemukan oleh petugas kesehatan saja. Penyakit lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Jumlah Kasus HIV, AIDS dan Syphilis yang ditemukan di Kabupaten Pulang Pisau pada Tahun 2016 ini untuk kasus HIV, AIDS dan Syphilis adalah 0 kasus (Tabel.11). Kasus yang dilaporkan adalah jumlah penderita

0,40% 0,30% 0,64% 1,44% 1,04% 2012 2013 2014 2015 2016

(43)

yang berobat ke sarana puskesmas dan jaringannya, sehingga jumlah penderita sebenarnya di populasi belum terdeteksi.

e. Penyakit Kusta

Meskipun Indonesia telah mencapai eleminasi kusta pada pertengahan 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia dan merupakan negara dengan urutan ketiga penderita terbanyak di dunia setelah Negara India dan Brazil. Hal ini sangat memprihatinkan. Di era globalisasi, dimana kesehatan semakin membaik dan teknologi makin maju, namun ternyata penyakit kusta belum dapat diatasi.

Kusta adalah penyakit yang tidak membahayakan dan tidak mematikan, namun kusta ini menimbulkan kecacatan jika tidak diketahui sejak dini. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan petugas, akibatnya sebagian penderita dan mantan penderita dikucilkan sehingga tidak mendapat akses pelayanan kesehatan dan pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Apabila sejak awal penyakit kusta sudah terdeteksi terdapat bakteri penyebab kusta, penyakit ini tidak akan menimbulkan kecacatan. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit menular karena tiap individu memiliki kekebalan normasl terhadap bakteri tersebut.

Penderita PB adalah penderita kusta pada tahun X – 1 dan Penderita MB adalah penderita kusta pada tahun X – 2 sedangkan X adalah tahun data. Jumlah penderita kusta di Kabupaten Pulang Pisau pada tahun 2016 adalah sebanyak 4 kasus (tipe Pausi Basiler sebanyak 0 kasus, tipe Multi Basiler sebanyak 4 kasus), dengan Angka Penemuan Kasus Baru Kusta (NCDR) sebesar 3,19 per 100.000 penduduk. Kasus terbanyak terdapat di wialyah Puskesmas Bahaur Tengah 2 orang dan wilayah Puskesmas Pulang Pisau sebanyak 2 orang. Data lengkap di setiap

(44)

Kecamatan dan Puskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 14. Angka penemuan kasus baru (NCDR) kusta per 100.000 penduduk di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2012-2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.11 Grafik Angka Penemuan Kasus Baru (New Case Detection Rate /NCDR) Kusta Per 100.000 Penduduk

tahun 2012 – 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Gambar 3.10 memperlihatkan terjadi peningkatan dan penurunan NCDR dari tahun 2012- 2016 walaupun kenaikan dan penurunannya tidak begitu signifikan. Dimana pada tahun 2012 terdapat 4 kasus kusta (PB 0 kasus, MB 4 kasus), 2013 3 kasus (PB 0 kasus, MB 3 kasus), 2014 4 kasus (PB 1 kasus, MB 3 kasus), 2015 3 kasus (PB 1 kasus, MB 2 kasus) sedangkan pada tahun 2016 terdapat 4 kasus (PB 0 kasus, MB 4 kasus).

Tingkat penularan penyakit di kusta di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Pada tahun 2012 proporsi anak di antara penderita baru sebesar 50 persen dan pada tahun 2016 sebesar 25% atau 1 orang. Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat 2. Jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru tahun 2012 sampai dengan 2016 sebanyak 0 orang atau 0 persen.

3,14 2,19 2,88 2,4 3,19 2012 2013 2014 2015 2016

(45)

Gambar 3.12 Grafik Persentase Kasus Kusta Anak Usia 0 – 14 Tahun untuk tahun 2012 – 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Prevalensi rate penyakit kusta di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2015 menjadi 0,48 per 10.000 penduduk. Data prevalensi rate di setiap Kecamatan dan Puskesmas dapat dilihat di lampiran tabel 16. Tren prevalensi rate kusta di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2012-2016 terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.13 Prevalensi Rate Kusta di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012-2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Gambar 3.12 memperlihatkan Prevalensi Rate (PR) Kusta di

0% 10% 20% 30% 40% 50% 2012 2013 2014 2015 2016 50% 0% 0% 0% 25% 2012 2013 2014 2015 2016 PR 0,3 0,1 0,29 0,64 0,48 0,3 0,1 0,29 0,64 0,48 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Per 10 .000 Pen duduk

(46)

cakupannya masih cukup baik yaitu masih di bawah batas toleransi (1 per 10.000 penduduk).

Indikator lainnya terkait pengendalian dan penanggulangan penyakit kusta adalah angka penderita kusta tipe PB dan MB selesai berobat (Release From Treatmen/RFT). Jumlah penderita kusta PB baru tahun 2015 yang selesai berobat sampai dengan tahun 2016 sebesar 100 persen. Jumlah penderita kusta MB baru tahun 2015 yang selesai berobat sampai 2016 sebesar 40 persen. Angka penderita kusta selesai berobat terlihat pada gambar berikut.

Gambar 3.14 Cakupan penderita kusta selesai berobat (RFT) di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2015-2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Gambar 3.13 memperlihatkan cakupan selama 2 tahun terakhir, penderita Kusta tipe PB yang selesai diobati sudah mencapai 100%, namun penderita kusta tipe MB selesai diobati sejak 2 tahun terakhir menurun dan tidak mencapai target nasional. 2015 2016 PB 100 100 MB 50 40 100 100 50 40 0 20 40 60 80 100 120 Pers en ta se

(47)

f. AFP (Non Polio)

Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah semua anak yg berusia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yg sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa. Untuk anak <15 tahun, dapat dilaporkan sebagai kasus AFP jika terdapat gejala klinis yang pasti misalnya penyakit polio. Penyakit polio harus dibuktikan atau sudah tidak ada dengan penemuan kasus AFP.

Dalam upaya untuk mebebaskan dari penyakit Polio, pemerintah telah melaksanakan program eradikasi polio (ERAPO) yang terdiri dari pemberian imunisasi Polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada anak balita melalui PIN dan surveilans AFP. Surveilans AFP pada hakekatnya adalah pengamatan dan penjaringan semua kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan sifatnya Flaccid (Layuh), seperti sifat kelumpuhan pada Poliomyelitis.

Hasil pemeriksaan virologis dan klinis akan menjadi bukti yang syah dan meyakinkan apakah semua kasus AFP yang terjaring termasuk kasus polio atau tidak, sehingga dapat diketahui apakah masih ada polio liar di masyarakat. Pada tahun 2016 ditemukan 5 kasus AFP (Non Polio) (14,49%) di Pangkoh 4 orang dan Bereng 1 orang dari jumlah penduduk <15 tahun sebanyak 34.500 orang. AFP Rate 14,49 per 100.000 penduduk <15th. (Tabel. 18). Tren penemuan kasus AFP non polio di Kabupaten Pulang Pisau tahun 2012-2016 terlihat pada gambar berikut:

(48)

Gambar 3.15 Grafik Tren Penemuan Kasus AFP Non Polio di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2012 - 2016

Sumber: Bidang P2P dan Profil Kesehatan Tahun 2012 – 2016

Gambar 3.14 memperlihatkan bahwa kasus AFP non Polio cenderung meningkat sejak tahun 2014. Kasus AFP non Polio di tahun 2014 sebanyak 1 kasus dan meningkat tujuh kali lipat pada tahun 2015 menjadi 7 kasus, dan menurun kembali pada tahun 2016 menjadi 5 kasus.

2. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi, pada profil kesehatan ini penyakit yang akan dibahas antara lain penyakit tetanus neonatorum, campak, difteri, pertusis dan hepatitis B, Polio, dan Tetanus (Non Neotarum).(Tabel 19 dan 20)

a. Tetanus Neonatorum dan Tetanus Non Neonatorum

Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi berusia dibawah 28 hari. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya dan memiliki tingkat morbiditas yang tinggi. Untuk mencegah tetanus neonatorum diberikan imunisasi TT pada semua wanita subur atau wanita hamil trimester III, selain memberikan penyuluhan,bimbingan dan

0 0 1 7 5 0 0 2.72 20.07

AFP Rate (Non Polio); 14,49 0 5 10 15 20 25 30 2012 2013 2014 2015 2016

AFP Rate (Non Polio) jumlah kasus

(49)

pendampingan pada dukun beranak dalam perawatan tali pusat. Penanganan kasus tetanus neonatorum dan non neonatarum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan yakni pertolongan persalin yang higines dan ditunjang dengan imunisasi TT pada ibu hamil. Untuk tahun 2012 – 2016 Tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum dan non neonatarum di Kabupaten Pulang Pisau, (Tabel 19)

b. Campak

Campak atau nama lainnya Measles atau Rubeola merupakan penyakit virus dan akut yang sangat menular dan mendatangkan komplikasi serius. Penyakit campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB). Umumnya menyerang anak-anak, anak remaja atau dewasa muda yang tidak terlindungi dengan imunisasi. Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih.

Dari hasil kompilasi profil puskesmas Pada tahun 2012 dan 2013 ditemukan sebanyak 5 kasus dan tidak ada kasus kematian akibat campak, sedangkan pada tahun 2014, 2015 dan 2016 tidak ditemukan kasus campak yang terjadi di Kabupaten Pulang Pisau. (tabel 20)

c. Difteri

Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relative rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Sepanjang tahun 2016, kasus difteri yang terjadi di Kabupaten Pulang pisau berjumlah 3 kasus yaitu di Puskesmas Pulang Pisau dan jumlah pasien yang meninggal adalah 1 orang, angka kematian (case fatality rate (CFR)) 33,33 %

(tabel 19)

d. Pertusis/Batuk Rejan

Sepanjang tahun 2016 tidak ditemukan kasus pertusis di Kabupaten Pulang Pisau. (tabel 19)

(50)

e. Hepatitis B

Prioritas program vaksinasi hepatitis B adalah bayi serta anak-anak, karena jika bayi terkena infeksi misalnya sewaktu persalinan karena ibunya menderita hepatitis B maka lebih dari 90% akan menjadi hepatitis kronik. Apabila yang terkena anak-anak yang lebih besar maka keadaan kronisitas menurun hanya menjadi 20-30% saja. Sedang jika orang dewasa yang terkena maka keadaan kronik hanya terjadi pada 4-50% saja. Sepanjang tahun 2016 di Kabupaten Pulang Pisau tidak ditemukan adanya kasus hepatitis B. (tabel 20)

f. Polio

Penyakit polio atau poliomyelitis adalah penyakit paralisis atau kelumpuhan yang disebabkan oleh virus. Virus polio sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Kasus terbanyak, penyakit polio menyerang anak-anak, namun bukan berarti orang dewasa bisa bebas dari penyakit polio. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi polio pada saat bayi atau anak-anak. Sepanjang tahun 2016 di Kabupaten Pulang Pisau tidak ditemukan adanya kasus Polio. (tabel 20)

3. Penyakit potensi KLB/Wabah a. Demam Berdarah Dengue

Penyakit DBD sebagai salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah karena penyebarannya yang cepat, berpotensi kematian dan semua kabupaten/kota sudah pernah terjangkit DBD. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian relative tinggi. Angka insiden DBD secara nasional berfluktuasi dari tahun ketahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan namun kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode 2-5 tahun sedangkan angka kematian cenderung menurun. Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada pergerakan potensi

Gambar

Gambar 2.2. Grafik Jumlah Penduduk menurut Kecamatan   di Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016
Gambar 2.3 Grafik Jumlah Penduduk Pulang Pisau menurut   kelompok umur dan jenis kelamin Tahun 2016
Gambar 2.5. Grafik Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten   Pulang Pisau Tahun 2016
Gambar 3.1 Grafik Angka Kematian Bayi (AKB) Per 1000  Kelahiran Hidup Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hadits di atas, sangat jelas bahwa apabila ada yang melakukan perbuatan liwath (homoseks) maka hukumannya adalah dibunuh baik pelakunya maupun

Et al ., 2019 Sulawesi Tengah Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga, hewan peliharaan terhadap kejadian asma Penelitian survey

Dengan tidak melupakan bahwa Fast Video memiliki beberapa outlet yang tersebar di Propinsi DKI Jakarta, di mana para pelanggan pun dapat melakukan transaksi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan etnografi pada materi geometri yang menjadi salah satu konten dari PISA.Tujuan dari penelitian ini untuk

Pendidikan untuk anak usia 0-5 tahun atau biasa disebut dengan pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar

Hasil pengujian nilai CBR sebelum pencampuran Kapur Cangkang Kerang sebesar 4,6 %, dan setelah pencampuran kapur didapat nilai sebesar 9 %, maka disini terjadi kenaikan

Sebelum dilakukan penelitian pendahuluan mengenai rancang bangun alat pencetak briket tipe screw untuk proses produksi biobriket pelet dari arang Cangkang Kakao Sebagai

elektronegatif akan menaikkan kekuatan asam dan dapat menjadi lebih besar bila gugus penarik elektron yang kuat terikat pada atom karbon α lebih dari satu. • Misalnya, dalam