• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agroindustri hasil laut (AIHL) sebagai suatu perusahaan skala usaha kecil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agroindustri hasil laut (AIHL) sebagai suatu perusahaan skala usaha kecil"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Agroindustri hasil laut (AIHL) sebagai suatu perusahaan skala usaha kecil dan menengah (UKM) kegiatannya dimulai dari pengadaan bahan baku melalui usaha penangkapan yang dilakukan oleh nelayan, kegiatan pascapanen, dan usaha pengolahan lanjut yang dilakukan oleh distributor atau pedagang untuk memenuhi permintaan konsumen dapat dianalisis sebagai suatu sistem. Kegiatan AIHL sebagai suatu sistem bertujuan untuk meningkatkan .

..

pendapatan neiayan atau kelompok nelayan, usaha pengolahan, usaha distribusi atau pedagang, dan sekaligus upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah (Gambar 4).

Gambar 4. Kondisi aktual kegiatan agroindustri hasil laut.

Dalam kenyataannya di lapang ternyata upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan semua pihak yang terkait belum terdistribusi secara proporsional. Adanya pihak sebagai penetap harga (price makee terutama oleh

(2)

pedagang atau eksportir sebagai distributor terhadap pengusaha AWL, dan pihak pengusaha AlHL temadap nelayan sebagai pbnerima harga

@rice

taker)

rnenetapkan harga secara sepihak dan sering NIe~gikan pihak produsen (nelayan dan pengusaha AIHL). Oleh karena itu diperlukan suatu sistem AlHL terpadu yang marnpu memberikan peningkatan pendapatan secara proporsional sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak.

Untuk mencapai tujuan sistem AIHL, masingmasing sub sistem yang terkait melakukan interaksi, interaksi utarna adalah ikan hasil tangkapan nelayan rnenjadi input bahan baku bagi usaha pengolahan hasil laut. Nelayan penangkap atau usaha pascapanen perikanan pedesaan (UP-3) primer menjual bahan baku (ikan) kepada usaha pengolah dengan jumlah dan harga yang disepekati. Penetapan harga jual oleh nelayan penangkap didasarkan kepada biaya eksploitasi, kualitas dan kuantitas bahan baku, biaya transaksi, dan lain-lain. Sedangkan bagi pengolah hasil laut penetapan harga beli bahan baku didasarkan kepada harga jual produk, biaya produksi, dan biaya transaksi lainnya.

Pengembangan sistem AIHL sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku; input faktor produksi; preferensi konsumen lokal yang masih menganggap produk agroindustri hasil laut sebagai produk inferior; terbatasnya peran lembaga pembiayaan usaha formal dan informal dalam pengadaan modal untuk pengembangan usaha; dan kontinuitas perrnintaan konsumen baik dalam maupun luar negeri dalarn jumlah dan waktu yang tepat.

(3)

Faktor lingkungan bisnis yang mempengaruhi sistem AlHL sebagai UKM berorientasi ekspor seperti disajikan pada Gambar 5 menuntut produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu sesuai perrnintaan konsurnenlbuyer. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap US $ akan mempengaruhi biaya produksi dan harga jual produk, terutama ikan teri nasi.

Gambar 5. Faktor lingkungan bisnis sistem agroindustri hasil laut.

Pada saat ini trend kegiatan perikanan memiliki keterkaitan intemasional yang sangat tinggi. Dengan dikeluarkannya

Code

of Conduct of Responsible Fisheries (CCRF) oleh FAO, yang intinya menekankan pada sistern dan teknologi produksi yang bertanggung jawab atas lingkungan dan keberlanjutannya, maka Indonesia sebagai anggota PBB harus pula mengikuti tuntutan CCRF. Penerapan manajemen mutu terpadu atau Hazard Analysis on Critical Control Point (HACCP) sebagai mekanisme inspeksi lapangan atas sistem produksi, pengolahan, dan

(4)

distribusi pangan yang akan dipasarkan ke pasar global menjadi persyaratan agar produk yang diekspor tidak ditolak negara penerima.

Faktor-faktor lain yang juga akan mempengaruhi sistem AlHL adalah permintaan dan penawaran konsumen, adanya komitmen-komitmen blok perda- gangan dunia (APEC. AFTA) yang kesemuanya menjadikan sistem AlHL semakin kompleks. Bagi pemerintah sistem AlHL merupakan sumber penghasilan pajak berupa pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penghasilan (Pph), pajak ekspor, dan pajak penghasilan perorangan dari tenaga kerja.

Sistem AlHL sebagai UKM yang berada di pedesaan merupakan sumber lapangan ke ja, apalagi pada saat-saat musim ikan banyak tenaga kerja dibutuhkan dan bagi masyarakat di sekitar lokasi juga dapat dimanfaatkan untuk penyediaan sarana dan prasarana produksi penangkapan dan pengolahan dan sekali gus sebagai penyedia sumber protein ikani.

Kemampuan sistem AlHL untuk mencapai tujuan tergantung pada I) kemampuan masing-masing sub sistem dalam mengelole sumber daya dan faktor input; 2) harmonisasi konflik antar sub sistem; dan 3) kemampuan untuk rnemanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan lingkungan. Usaha penangkapan yang dilakukan nelayan dalam pengadaan bahan baku dipengaruhi oleh produktivitas nelayan; kegiatan UP-3 primer dapat dilihat dari aktivitas proses bahan baku menjadi ikan yang siap diolah atau menjadi produk pada level tertentu;

.

..

sedangkan kegiatan UDP-2 tersier dapat dilihat dari kemampuannya untuk menghasilkan produk olahan lanjut atau divepifikasi produk menjadi produk lain yang diminta konsumen.

(5)

Untuk mengetahui kemampuan masing-rnasing sub sistem dalam menghasilkan produk dapat diukur dari indeks produktivitas (IP) yang rnenggarnbarkan rasio antara output dengan input. Sampai saat ini belurn dijumpai inforrnasi yang berkaitan dengan IP usaha pengolahan hasil laut, dan model AGROSllA menyediakan sub model PRITAS yang dapat digunakan untuk mengukur IP sistem agroindustri hasil laut. Jika diketahui IP sistem agroindustri hasil laut rendah, rnaka diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasinya agar tujuan sistem AlHL dapat dioptimumkan.

Harrnonisasi konfliks kepentingan antara sub sistem hanya dapat dilakukan V

apabila ada kesetaraan, atau masing-masing sub sistem telah rnandiri (independence) dan dapat rnelakukan ke rja sama dengan baik (interdependence). Pada kondisi aktual sub sistem pengadaan bahan baku dalarn ha1 ini nelayan penangkap rnemiliki tingkat ketergantungan yang tinggi (dependence) kepada pedagang atau agen, dan usaha pengolah hasil laut; dan pada kondisi tertentu usaha pengolah hasil laut sangat tergantung pula pada usaha perdagangan atau distributor, teffltama dalarn menentukan kualitas dan harga produk. Untuk itu diperlukan pernberdayaan nelayan atau kelompok .nelayan agar posisi tawamya setara dengan sub sistem lainnya.

Pemanfaatan peluang dalam arti upaya untuk meningkatkan pendapatan biasanya terjadi pada saat-saat tidak rnusim ikan, perrnintaan meningkat dan harga cenderung meningkat pula; dan khusus untuk produk ikan teri nasi kering peningkatan nilai tukar rupiah terhadap US $ juga merupakan peluang untuk meningkatkan pendapatan. Untuk mengatasi tantangan lingkungan, terutama

(6)

masalah musirn penangkapan, para nelayan hanya rnampu beradaptasi sesuai dengan pola rnusim atau melakukan upaya rnelalui rnodemisasi alat penangkapan untuk mencari daerah-daerah penangkapan baru.

Berdasarkan karakteristik sistem AIHL yang kompleks, dinamis, dan probabilistik seperti diuraikan di atas, rnaka dalarn merancang model AGROSllA skala UKM diperlukan pendekatan kesisteman, yaitu suatu metodologi pemecahan persoalan yang kompleks untuk rnenghasilkan keputusan yang efektif dengan memandang sistern secara utuh dan menyeluruh.

Pendekatan kesisteman menurut Eriyatno (1998) dilakukan melalui tahap- tahap, meliputi analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, permodelan sistern, verifikasi model, dan implernentasi. Pada bab ini pembahasan hanya dilakukan sampai identifikasi sistern, sedangkan yang lain akan dibahas pada

bab berikutnya.

4.1 Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil survei lapang komponen aktor yang terlibat dalarn sistem agroindustri hasil laut (AIHL) mencakup 1) nelayan; 2) usaha pascapanen perikanan pedesaan

(UP-3

primer); 3) pengusaha pengolahan hasil laut; 4) pedagang atau eksportir; 5) konsumen; 6) lembaga pembiayaan usaha; dan 7.) instansi pernerintah terutama pihak perikanan dan instansi terkait lainnya di daerah dan di pusat.

(7)

Kebutuhan dari masing-masing kornponen aktor tersebut di atas adalah sebagai berikut :

7) Nelayan

.

.,

>

tlarga jual ikan hasil tangkapan menguntungkan

>

Permintaan ikan kontinyu 9 Produktivitas nelayan meningkat 9 Kesejahteraan keluarga meningkat.

2) Usaha pascapanen perlkanan

>

Peningkatan nilai tambah produk

>

Harga jual produk menguntungkan

>

Pernbagian keuntungan proporsional

>

Tersedianya bantuan dana dari lembaga pemhiayaan usaha

>

Adanya bantuan teknologi dan informasi

3) Usaha pengolahan hasil laut

9 Pasokan bahan baku terjamin, harga terendah, dan rnutu baik

>

Pemasaran produk terjamin dengan harga rnenguntungkan

>

Usaha pengolahan menguntungkan dan produk yang dihasilkan marnpu bersaing secara global

>

Tersedianya modal usaha dengan persyaratan peminjaman yang saling menguntungkan.

(8)

>

Mutu produk sesuai standar atau selera konsurnen dengan harga terendah

>

Biaya produksi dan biaya transaksi rendah

>

Harga jual rnenguntungkan dan permintaan konsurnen tinggi

>

Pasokan produk tejarnin dari segi jurnlah rnaupun waktu

5) Konsumen

*

Harga ikan rendah, rnutu produk sesuai standar atau sesuai permintaan

.

..

konsumen, dan tersedia setiap waktu

>

Diversifikasi produk

6) Lembaga Pemblayaan Usaha

P Manajemen dan proposal agroindustri hasii laut yang layak

>

Resiko penyaluran kredit kecil dan pengernbalian kredit yang tejarnin % Bunga kredit atau bagi hasil usaha menguntungkan dan jurnlah nasabah

rneningkat. 7) Instans1 pemerlntah

>

Bertambahnya jurnlah usaha agroindustri hasil laut yang berdaya saing tinggi (harga, rnutu, dan delivery)

>

Bertambahnya lapangan ketja dan kesempatan berusaha

>

Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan pengusaha agroindustri hasil laut

>

Meningkatnya ekspor produk agroindustri hasil laut

>

Potensi surnber daya ikan lestari

(9)

4.2 Formulasi Perrnasalahan

Permasalahan yang sering rnengancarn keiangsungan hidup usaha agro- industri hasil laut adaiah ketidakseirnbangan dalarn pernenuhan kebutuhan rnasing- rnasing aktor yang terlibat, selanjutnya dapat rnenirnbulkan konflik. Dalam sistern agroindustri hasil laut berbagai kornponen aktor terkait satu dengan yang lainnya. Keterkaitan ini ditunjukkan oleh adanya interaksi antar respon yang terjadi dari setiap kornponen aktor untuk memenuhi kebutuhan baik yang bersifat saling rnendukung rnaupun bersifat sating rnelernahkan. Keberhasilan perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut sangat ditentukan oleh sejauh rnana tingkat kepentingan atau harmonisasi berbagai aktor dapat dipenuhi.

Dari identifikasi analisis kebutuhan masing-rnasing aktor, ada kebutuhan aktor yang kontraktif atau konflik, terutarna untuk nelayan menghendaki agar harga jual ikan hasil tangkapannya tertinggi, sedangkan pengusaha agroindustri hasil laut dan pedagang menginginkan harga kornoditi hasil perikanan rendah agar mendapatkan keuntungan yang tinggi.

Perilaku rasional ekonorni yang berlaku rnenuntut penguasaan pasar baik dari segi bahan baku rnaupun produk yang berirnplikasi kepada kebutuhan untuk mengurangi pesaing. Kondisi ini rnenirnbulkan konflik antara kebijakan pernerintah yang berusaha untuk rnenurnbuhkernbangkan jumlah pengusaha kecil agroindustri hasil laut yang rnernpunyai daya saing baik dari rnutu maupun harga. Secara urnum kelernahan dari pengusaha agroindustri hasil laut adalah pada aspek permodalan, karena pengernbangannya rnernbutuhkan dukungan lernbaga pernbiayaan usaha dalarn bentuk penyediaan kredit dengan bunga yang rendah, tepat waktu, dan

(10)

kemudahan prosedural. Lembaga pembiayaan usaha menginginkan perusahaan agroindustri yang dibantu layak secara finansial, resiko penyaluran kredit kecil, atau bunga kredit yang menguntungkan.

Memahami konflik kebutuhan antar komponen aktor yang terjadi seperti yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang dihadapi dalam perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut adalah :

1) Penetapan harga bahan baku (ikan) yang kureng adil dari nelayan penangkap ke pengusaha agroindustri dan penetapan harga jual produk deri pengusaha agroindustri ke pedagang atau distributor. Nelayan berada pada pihak penerima harga

(price

taket), dan pada sisi lain pengusaha agroindustri juga berada pada posisi penerima harga dari pedagang atau distribotor ( p r i c e maker).

2) Keterbatasan jurnlah bahan baku akibat fluktuasi musirn, meningkatnya permintaan ikan segar, meningkatnya harga, rnutu bahan baku rendah rnengakibafkan biaya produksi meningkat.

3) Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha penangkapan dan usaha agroindustri hasil laut. Peran lembaga keuangan formal (kredit komersial) untuk membantu pengembangan usaha hampir tidak ada.

4) Belum adanya perencanaan regional yang integrati) untuk agroindustri hasil laut dan belum diterapkannya undang-undang anti monopoli secara konsekuen, akan menyebabkan " usaha yang kuat akan menguasai usaha yeng Iemah '*, dan akhirnya usaha yang lemah akan mati.

(11)

5) Mutu produk yang dihasilkan belurn memenuhi standar yang ditetapkan atau betum sesuai dengan permintaan pembeli

(buyer).

Untuk mengatasi pemlasalahan seperti yang telah dijelaskan di atas, telah dirancang model AGROSttA dengan tujuan antara lain untuk perencanaan produksi yang rnempertimbangkan kapasitas produksi dan permintaan konsurnen, penetapan

.

mutu produk sesuai standar atau permintaan konsumen dan peningkatan peran lembaga pernerintahan dalarn pembinaan agroindustri hasil laut. Dengan adanya model AGROSllA diharapkan akan te Qadi sinergi kebutuhan komponen aktor yang terkait dalam sistem, harrnonisasi konflik kepentingan, mernperhatikan peluang dan tantangan yang akan dihadapi, sehingga keunggulan-keunggulan yang dimiliki dalarn sistem agroindustri hasil laut dapat memberikan niiai tambah kepada sernua pihak yang terkait.

4.3 ldentifikasi Sistem

ldentifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pemyataan- pernyataan kebutuhan kornponen aktor dalam sistem dengan permasalahan yang telah diformulasikan. Menurut Eriyatno (1998) identifikasi sistem dapat di- gambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat dan diagram input output. Dalam sistem AGROSllA diagram sebab akibat rnenggambarkan interkoneksi antar peubah-peubah penting yang diturunkan dari identifikasi kebutuhan dan rnasalah yang telah diformulasikan pada suatu sistem tertutup (closed-loop system) untuk melihat interaksi antar komponen sistem terkait seperti yang ditunjukan pada Gambar 6. Melalui diagram lingkar sebab-akibat sebagai suatu tahapan dalam konseptualisasi sistern perencanaan dan pembinaan dapat ditunjukkan prediksi dan

(12)

hipotesis tentang dinamika dan prilaku sistem perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut yang dirancang.

Keterangan : tanda + terjadl peninglcatan

Gambar 8. Diagram lingkar sebab akibat sistem agroindustri hasil laut.

Penetapan sistern perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut se- bagai suatu sistern tertutup rnemberikan fasilitas adanya mekanisme pengendalian (kontrol) terhadap timbutnya suatu output sistem-yang tidak dlkehendaki. Dengan demikian berdasarkan konseptualisasi model dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat serta dikaitkan dengan tujuan dari sistem perencanaan dan pembinaan agroindustri hasil laut, maka identifikasi sistem ini divisuaiisasikan dalam bentuk diagram input-output seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.

(13)

Gambar 7 menunjukan, bahwa rancang bangun sistem A l H t ditujukan untuk menciptakan agroindustri hasil laut terpadu, usaha menguntungkan, mutu produk sesuai dengan standar ekspor, dan terciptanya lapangan dan kesempatan kerja. Hasil ini dapat dicapai dengan memanipulasi input terkendali, tak terkendali, dan lingkungan. Dengan sistem kontrol, output yang tidak dikehendaki akan dikontrol dan mernberikan sejumlah informasi penting datam pengelolaan selanjutnya.

PeraturanlKebijakan Pernerintah " I k l i m * Globalisasi Perdagangan ' Preferensi Konsumsn ! I I I ' Perrnintaan Pasar I I

* Nilai Tukar Rupiah I

' Potensi Hasil Laut I I t I

i

OUTPUT DlKEHENDAKl * Terciptanya AlHL Terpadu * Usaha Menguntungkan

Mutu Produk Sesuai Standar Ekspor

* Perluasan Lapangan Kerja

Kredit Produka.

Teknologi Penangkapan Teknolorri Penaolahan * Upah Tenaga Kerja

'

Instansi Pernbina

OUTPUT TAK DlKEHENDAKl ' Biaya Produksi Tinggi ' Stok lkan Berkurang

'

Kredit Berrnasalah Meningkat Limbah Industri Meningkat

1

(14)

4.4 Ruang lingkup rekayasa sistem

Fokus analisis agroindustri hasil laut ditujukan pada kegiatan agroindustri hasil laut skafa usaha kecil dan menengah dengan pemilihan produk didasarkan pada faktor kewilayahan dan indeks niaga masing-masing produk. Produk agroindustri hasil laut dengan bahan baku ikan pelagis kecil yang tertangkap sekitar pantai yang terpilih dipertimbangkan sebagai komoditas unggulan daerah.

Dalam penelitian ini faktor regional pada pendekatan wilayah yang dianalisis mencakup 1) potensi SDA seperti pengadaan bahan baku; 2) lokasi industri dan infrastruktur mencakup biaya dan sarana transportasi, dan fasilitas pengolahan; 3) budaya lokal berkaitan budaya masyarakat pesisir dan pantai seperti kesempatan kerja, keamanan dan ketentraman, dan organisasi sosial; 4) analisis pemiagaan mencakup pola produksi, investasi, arus produksi dan barang, harga, dan kelembagaan, dan kesempatan kerja; dan 5) teknotogi lokal atau pedesaan ber- kaitan dengan perkembangannya apakah sejalan dengan perkembangan IPTEK.

.

..

Berdasarkan kondisi wilayah untuk identifikasi faktor regional yang diprioritaskan mencakup faktor peluang ekspor, peluang pasar domestik, biaya produksi, biaya bahan penunjang, dan kernudahan transportasi. Faktor tain yang dipakai untuk verifikasi adalah indeks niaga yang dihitung berdasarkan harga juaf produk dikalikan dengan rendemen, kemudian dibagi dengan harga bahan baku produk yang bersangkutan. Metode pemilihan komoditas unggulan daerah dilakukan dengan Teknik Comparative Perfofmance Index (CPI), yang secara prosedural disajikan pada Gambar 8. Peringkat keputusan ditetapkan berdasarkan

(15)

Batasan wilayah pengkajian

4'

INPUT :

I . Alternatif kom oditas. dan

2 . Kritrrie seleksi

.t

Konverlri nllai dengan Comperatlve Performance

Index (CPI)

*

Tentukan nilai minimum setiap lajur. beri nilai 100

tidak

Komoditas unggulan daerah terpillh

Gambar 8. Prosedur penetapan komoditas unggulan daerah dengan teknik Cornparafive Performance

Index

(CPI).

urutan nilai terkecil dari penilaian semua kriteria yang ada. Komoditas produk unggulan daerah yang terpilih selanjutnya diverifikasi den menjadi masukan untuk model sistem penunjang keputusan dan dijadikan sebagai basis dalam pe-

Gambar

Gambar 4.  Kondisi aktual kegiatan agroindustri hasil laut.
Gambar 5.  Faktor lingkungan bisnis sistem agroindustri hasil laut.
Gambar  8.  Diagram lingkar sebab akibat sistem agroindustri hasil laut.
Gambar  7 menunjukan, bahwa rancang bangun sistem A l H t  ditujukan untuk  menciptakan agroindustri hasil laut terpadu,  usaha menguntungkan,  mutu produk  sesuai  dengan  standar ekspor,  dan terciptanya lapangan dan  kesempatan kerja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Integrated Microbanking System Collect adalah nama dari aplikasi yang diterapkan oleh BMT Kube Sejahtera Unit 068 Palangka Raya untuk operasional kerja pelayanan sismpan pinjam

Kaya naman naging mabisa at mahalagang ritwal ito para na rin sa mga dayuhan gaya ng mga Kastila nang dumating sila dito sa Filipinas noong siglo 16.. Marami sa kanilang mga

Lem Lemak ak ak akan an men men gh ghala alangi ngi mas mas ukn ukn ya ya ga gara ram m kedalam tubuh ikan, sehingga ikan yang kandungan lemaknya kedalam tubuh ikan, sehingga

Gagasan tersebut terus bergulir dan ditindak-lanjuti dengan serangkaian diskusi ilmiah, seminar, lokakarya sampai konsultasi ke Menteri Kesehatan, dan akhirnya

Bentuk aktivitas jasa informal yang menggunakan papan-papan yang diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah bilik semi permanen. Para penjajanya juga

 Pelajar bertaraf akademik aktif boleh juga mendaftar kursus melalui kaedah biasa iaitu ketika tempoh aktiviti Pendaftaran Kursus Atas Talian (PKDT) di Pusat

Dari jawaban kedua informan tersebut menunjukkan bahwa prinsip ukhuwah telah diterapkan pada Bank Muamalat Cabang Makassar karena pengambilan keputusan berdasarkan