• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2012: 57) “media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video, televisi, komputer dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan media manakala digunakan untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan”. Trianto (2011: 234) menjelaskan bahwa :

Media pembelajaran adalah sebagai penyampai pesan (the carriers

of message) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of the message). Media pembelajaran hanya meliputi media

yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pembelajaran yang terencana (arti sempit). Media pembelajaran tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks, tetapi juga bentuk sederhana seperti slide, foto, diagram buatan guru, objek nyata, dan kunjungan ke luar kelas (arti luas).

Arsyad (2007: 4) mengatakan “media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran”. Hernawan dkk (2007: 5) mengatakan bahwa:

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (message/software). Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan ajar itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.

(2)

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat yang dijadikan perantara untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi dari penyampai pesan ke penerima pesan. Sarana atau alat yang dimaksud dapat berupa foto, video, rekaman, slide dan lainnya.

b. Prinsip-prinsip Penggunaan Media dalam Pembelajaran

Sanjaya (2012: 75-76) menyatakan bahwa terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada komunikasi pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut yaitu :

1) Media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa, bukan dipandang dari sudut kepentingan guru.

2) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujauan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3) Media yang digunakan harus sesuai dengan pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pelajaran. Contohnya untuk membelajarkan siswa memahami pertumbuhan

(3)

jumlah penduduk Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang mencerminkan pertumbuhan penduduk.

4) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahaminpelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian pula sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang, akan sulit menangkap bahan pembelajaran yang disajikan dengan visual.

5) Media yang akan digunakan harus memerhatikan efektivitas dan efisiensi. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat murah belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memerhatikan efektivitas penggunaannya 6) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam

mengoperasikannya. Sering media yang kompleks terutama media-media mutakhir seperti media-media komputer, LCD, dan media-media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya.

Hernawan dkk (2007: 65) juga mengatakan bahwa ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media yaitu :

1) Kesesuaian dengan tujuan (instructional goals). Perlu dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum (TIU) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini bisa dianalisis media apa

(4)

yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Selain itu analisis dapat diarahkan pada taksonomi tujuan dari Bloom dkk apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.

2) Kesesuaian dengan materi pembelajaran (instructional content), yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.

3) Kesesuaian dengan karakteristik pembelajar atau siswa. Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan digunakan.

4) Kesesuaian dengan teori. Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling disukai dan paling bagus, namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset sehingga teruji validitasnya.

5) Kesesuaian dengan gaya belajar siswa. Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa.

(5)

6) Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang tersedia. Bagaimana bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia maka kurang efektif.

Penjelasan di atas mengenai prinsip-prinsip penggunaan media, dapat disimpulkan bahwa prinsip penggunaan media pada dasarnya adalah media yang digunakan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai. Oleh karena itu, maka media yang digunakan harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa agar siswa lebih mudah memahami, serta memperhatikan keefektifan dan keefisienan penggunaan media tersebut.

c. Manfaat media pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran oleh guru tentu memiliki banyak manfaat yang memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Trianto (2011: 234) menjelaskan bahwa :

Media pembelajaran diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik, metode pembelajaran lebih bervariasi, siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas, pembelajaran lebih menarik dan mengatasi keterbatasan ruang.

Secara lebih khusus Sanjaya (2012: 70-72) menjelaskan manfaat media pembelajaran yaitu :

(6)

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu

Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.

3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar sisswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah menyajikan bahan-bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret ke dalam kelas sehingga siswa menjadi lebih memahami. Media pembelajaran juga bermanfaat dapat menjadikan siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih bervariasi.

2. Adobe Flash

Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang dengan pesat, telah banyak diciptakan teknologi-teknologi yang dibuat agar memudahkan

(7)

manusia dalam melakukan aktivitasnya. Salah satunya adalah perangkat lunak Adobe Flash yang dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran dengan tampilan yang lebih menarik. Adobe flash merupakan program pembuat animasi yang diproduksi oleh perusahaan peranti lunak dari Amerika Serikat yaitu Adobe System Incorporated. Sunyoto (2010: 1) mengatakan bahwa :

Perangkat lunak Adobe Flash yang selanjutnya disebut Flash dahulunya bernama “Macromedia Flash”, merupakan software multimedia unggulan yang dahulunya dikembangkan oleh Macromedia, tetapi sekarang dikembangkan dan didistribusikan oleh Adobe System. Sejak tahun 1996,

Flash menjadi metode populer untuk menambahkan animasi dan interaktif

website. Flash biasanya digunakan untuk membuat animasi, hiburan, dan berbagai komponen web, diintegrasikan dengan video dalam halaman web sehingga dapat menjadi aplikasi multimedia yang kaya (Rich Multimedia

Application).

Adobe flash merupakan salah satu program untuk membuat desain

animasi. Animasi merupakan objek bergerak yang dinamis dan memberikan interaksi yang lebih menarik dibandingkan dengan objek yang statis. Dengan animasi objek, sebuah tampilan yang interaktif dan menarik akan didapat (Rini W., 2010: 1).

Keunggulan dari Flash adalah dapat digunakan untuk membuat aplikasi-aplikasi, diantaranya yaitu aplikasi web dan aplikasi desktop karena aplikasi flash selain dikompilasi menjadi format .swf, flash juga dapat dikompilasi menjadi format .exe. Flash dapat memanipulasi vektor dan citra raster, dan mendukung bidirectional streaming audio dan video. Bahasa skrip yang terdapat di dalam flash dinamakan “ActionScript”. Format file

(8)

dijalankan dengan Adobe Flash Player yang dapat ditanam pada browser, telepon seluler atau software lain.

3. Pendekatan Saintifik

Pelaksanaan pembelajaran dan implementasi kurikulum 2013 menekankan dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik (scientific

approach). Pendekatan ilmiah termasuk dalam pendekatan yang

menjadikan siswa sebagai subjek belajar. Kemendikbud (2014: 33) menjelaskan bahwa :

Proses pembelajaran menggunaan pendekatan saintifik hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Warso (2013: 149) mengatakan bahwa “pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah”. Oleh karena itu, pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar, berusaha sendiri menemukan pengetahuannya, serta berlatih berpikir kritis sehingga antara pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa seimbang.

Berdasarkan Permendikbud No.81a Tahun 2013, proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

(9)

1) Mengamati

Kegiatan mengamati dijelaskan dalam Permendikbud No.81a Tahun 2013 yaitu guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Kegiatan menanya dalam Permendikbud No.81a Tahun 2013 dijelaskan bahwa guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

3) Mengumpulkan informasi

Permendikbud No.81a Tahun 2013 menjelaskan bahwa tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena

(10)

atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

4) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar

Permendikbud No.81a Tahun 2013 menjelaskan bahwa informasi yang dikumpulkan pada kegiatan sebelumnya dijadikan dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

5) Mengomunikasikan

Permendikbud No.81a Tahun 2013 menjelaskan bahwa kegiatan mengomunikasikan adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

Penjelasan di atas mengenai pendekatan saintifik dapat disimpulkan bahwa konsep pendekatan saintifik (scientific approach) adalah menggali informasi dan memahami materi dengan cara ilmiah. Cara-cara ilmiah tersebut yaitu melakukan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik mendorong siswa untuk berpikir kritis, analistis, tepat dalam mengidentifikasi, memahami, dapat

(11)

memecahkan masalah serta mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran Tematik

Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik dengan pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Menurut Trianto (2013: 152) mengatakan bahwa :

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengajaran terpadu, anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.

Majid (2013: 119) menyatakan “pendidik lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus pada suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka, bukan ketepatan siswa dalam melakukan replikasi atas apa yang dilakukan”. Dilek (2002: 1) mengatakan pembelajaran tematik adalah :

Traditionally, in a thematic, integrated teaching approach based on Bruner’s spiral curriculum concept, the task is practised concurrently by selecting appropriate content from the subject based curriculum Integration is generally used in a single class teacher system where usually the teacher teaches all curriculum subjects. It is thought that pupils' psychomotor, affective and cognitive skills can be improved through thematic teaching approach.

Maksud dari penjelasan di atas adalah dalam pembelajaran tematik, pendekatan pembelajaran yang saling terintegrasi didasari oleh konsep kurikulum Brunner, tugas yang diberikan guru kepada siswa berasal dari hal yang paling dekat dengan siswa. Pengintegrasian tersebut pada umumnya

(12)

digunakan oleh guru kelas yang mengajarkan semua mata pelajaran pada kurikulum tertentu. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, sehingga keterampilan berpikir siswa dapat tergali. Aspek keterampilan psikomotor, afektif dan kognitif siswa dapat dimunculkan melalui pembelajaran menggunakan pendekatan tematik. Rusman (2013: 254) juga menjelaskan bahwa :

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran pada sebuah tema sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Siswa menggali sebuah konsep dengan cara mengalami langsung dan menghubungkan konsep tersebut dengan konsep lain yang telah dimiliki.

Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang membedakannya dengan model pembelajaran yang lain. Kemendikbud (2014: 27) mengatakan terdapat beberapa ciri-ciri pembelajaran tematik terpadu yaitu :

1. Berpusat pada anak

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak

3. Pemisahan antarmuatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan)

(13)

4. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya)

5. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran)

6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik. Suryosubroto (2009:136-137) menyatakan bahwa pada pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dan juga kelemahan. Keunggulan yang dimaksud adalah :

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa 2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat

perkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan yang ditimbulkannya, yaitu :

(14)

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang menyatukan beberapa mata pelajaran dalam sebuah tema, pembelajarannya student center serta bersifat fleksibel. Pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas memiliki keunggulan yaitu memudahkan siswa untuk belajar dengan mengalami secara langsung sehingga siswa mengorganisasikan sendiri pengalamannya, pembelajarannya lebih bermakna dan berkesan dihati siswa. Pembelajaran tematik juga memiliki kelemahan yaitu tidak semua guru mampu untuk mengintegrasikan mata pelajaran dengan tepat dan dibutuhkan keterampilan tingkat tinggi untuk melaksanakannya.

5. Makanan Sehat dan Bergizi

Makanan sehat adalah makanan yang mengandung gizi seimbang sesuai kebutuhan tubuh kita. Zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Berdasarkan asalnya, bahan makanan terdiri dari dua jenis, yaitu bahan makanan nabati dan bahan makanan hewani.

Nadhiroh dan Farida (2009: 4-6) menjelaskan syarat-syarat makanan sehat, yaitu :

a. Makanan bergizi seimbang b. Makanan diolah dengan benar

(15)

c. Makanan tersimpan dengan baik

d. Makanan tidak tercampur bahan kimia beracun e. Makanan masih segar dan belum kadaluarsa

Pembelajaran mengenai makanan yang sehat dan bergizi diberikan pada anak usia Sekolah Dasar (SD) agar anak dapat memahami dengan baik antara makanan yang sehat dengan makanan yang tidak sehat. Anak usia SD cenderung memilih makanan yang terlihat enak tanpa mengetahui apakah makanan tersebut mengandung bahan berbaya atau tidak seperti pengawet, pewarna, dan perasa. Pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi dapat membantu anak untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang masuk ke dalam tubuh mereka.

6. Research and Development (R & D)

a. Pengertian R&D

Menurut Sukmadinata (2007: 164) “Research and Development adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan”. Sugiyono (2010: 407) menjelaskan bahwa :

Penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan uji keefektifan produk supaya dapat berfungsi dimasyarakat luas.

Penjelasan mengenai pengertian R&D di atas, dapat disimpulkan bahwa R&D adalah salah satu jenis metode penelitian yang menghasilkan produk baru yang merupakan pengembangan dari produk

(16)

sebelumnya. Produk yang telah dibuat berdasarkan pada analisis kebutuhan. Keefektifan produk tersebut harus diuji coba terlebih dahulu agar dapat digunakan oleh masyarakat.

b. Langkah-langkah R&D

Menurut Borg dan Gall (1983: 775) menyatakan bahwa terdapat beberapa langkah-langkah dalam R&D yaitu sebagai berikut:

1) Research and information collecting. Includes review of literature, classroom observations, and preparation of report of state of the art.

2) Planning. Includes defining skills, stating objectives determining, course sequence, and smale scale feasibility testing.

3) Develop preliminary form of product. Includes preparation of instruuctional materials, handbooks, and evaluation devices.

4) Preliminary field testing. Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 to 12 subjects. Interview, observational and questionnare data collected and analyzed.

5) Main product revision. Revision of product as suggested by the preliminary field-test results.

6) Main field testing. Conducted in 5 to 15 schools with 30 to 100 subjects. Quantitative data on subjects precourse adn postcourse performance are collected. Results are evaluated with respect to course objectives adn are compared with control group data when appropriate.

7) Operational product revision. Revision of product as suggested by field-test results.

8) Operational field testing. Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects. Intervie, observationaland questionnaire data collected and analyzed.

9) Final product revision. Revision of product as suggested by operational field-test results.

10) Dissemination and implementation. Report and product at professional meetings and in journal. Work with publisher who assumes commercial distribution. Monitor distribution to provide quality control.

Sukmadinata (2007: 169) menjelaskan sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan menurut Borg and Gall sebagai berikut :

(17)

1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information

collecting). Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam

skala kecil, dan pertimbangan- pertimbangan dari segi nilai.

2) Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3) Pengembangan draf produk (develop preliminary form of product). Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi.

4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba pada lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai dengan 12 subjek uji coba (guru). Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket.

5) Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6) Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih luas pada 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 orang subjek uji coba. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.

(18)

7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product

revision). Menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan anlisis hasilnya,

9) Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10) Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation). Melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan dalam jurnal. Bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan. Memonitor penyebaran untuk pengontrolan kualitas.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian terdiri dari 10 tahap. Penelitian dimulai dari tahap mengumpulkan data dari lapangan, kemudian peneliti membuat rencana dari data yang ada untuk mengembangkan produk melalui uji coba yang dilanjutkan dengan revisi produk. Produk yang telah memenuhi kriteria kemudian disebarkan/diperbanyak untuk melengkapi produk yang ada.

7. Model Pengembangan Media Pembelajaran

Mengembangkan sebuah produk media tentu terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan sampai media siap produksi. Susilana

(19)

(2011: 28) menjelaskan model yang digunakan untuk pengembangan media yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.1 Diagram Prosedur Pengembangan Media

1) Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa

Perencanaan sebuah media pembelajaran harus didasarkan atas kebutuhan (need). Kebutuhan yang dimaksud adalah adanya kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang diinginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang dimiliki oleh siswa. Kebutuhan inilah yang dijadikan dasar dalam membuat media pembelajaran sehingga media dapat berfungsi dengan baik. Media yang akan digunakan juga harus memperhatikan

Perencanaan Pembuatan Media

Ya 

(20)

karakteristik siswa yang sesuai dengan gaya belajar para siswa, dan didasarkan pada kurikulum yang berlaku.

2) Perumusan Tujuan

Dalam pembelajaran tujuan merupakan faktor yang sangat penting karena tujuan tersebut dijadikan arah oleh siswa dalam melakukan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan tersebut. Perumusan tujuan harus memiliki ketentuan diantaranya adalah selalu berpatokan pada perilaku siswa (learned oriented), spesifik dan operasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya, dan sesuai dengan formula teknik perumusan tujuan pembelajaran dari Baker (1971) yaitu ABCD (Audience, Behaviour, Conditioning dan

Degree).

3) Perumusan Materi

Sebuah program media didalamnya harus berisi materi yang harus dikuasai oleh siswa. Perumusan materi didasarkan pada perumusan tujuan. Materi yang disusun perlu memperhatikan kriteria-kriteria tertentu yaitu materi dalam media pembelajaran harus sudah benar-benar teruji kebenarannya (sahih atau valid), tingkat kepentingan, kebermanfaatan media secara akademis (kemampuan) dan non akademi (lifeskill) siswa, kemudahan dalam mempelajari dan kesesuaiannya dengan kebutuhan setempat serta daya tarik media sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajarinya lebih lanjut.

(21)

4) Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

Untuk mengukur tujuan pembelajaran maka perlu dirumuskan alat pengukur keberhasilan belajar yang dapat berupa tes, penugasan, atau daftar cek perilaku. Alat pengukur keberhasilan dikembangkan berdasarkan tujuan dan materi yang telah disiapkan. Tiga kemampuan yang diukur adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

5) Penulisan Garis Besar Program Media (GBPM)

GBPM merupakan petunjuk yang dijadikan pedoman oleh para pengembang program media yang dibuat dengan mengacu pada analisis kebutuhan, tujuan dan materi. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh jika menggunakan GBPM yaitu terjadinya persamaan persepsi, efisien, efektif, motivasi dan kreatif. GBPM dapat juga digunakan untuk memprediksi (antisipasi) durasi program.

6) Perencanaan Pembuatan Media

Untuk menggambarkan secara umum media yang akan dikembangkan maka diperlukan format perencanaan pembuatan media yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan media, sesuai dengan tujuan dan kompetensi tertentu. Fungsinya format perencanaan pembuatan media ini adalah sebagai penuntun dalam memproduksi media, mengetahui unsur-unsur media (audio, teks dan visual) yang harus ditampilkan dalam media beserta urutannya dengan jelas tertera dalam naskah ini.

(22)

7) Tes/Uji Coba

Tes atau uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validasi media yang dikembangkan, dengan menggunakan instrumen berupa angket. Media dinilai oleh validator yaitu pakar media dan pakar materi. 8) Revisi

Revisi merupakan kegiatan perbaikan terhadap media yang sebelumnya sudah diujicobakan dan dinilai oleh validator perbaikan dilakukam sesuai dengan saran dari validator sehingga media menjadi lebih baik dari sebelumnya.

9) Media Siap Produksi

Media yang telah tervalidasi dan telah telah direvisi kemudian diproduksi.

B. Kerangka Berpikir

Pendidikan, kurikulum, dan proses pembelajaran merupakan tiga hal yang tidak dapat terpisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Proses pembelajaran di sekolah dasar memiliki banyak faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah guru, siswa, kurikulum, metode pembelajaran, media pembelajaran serta lingkungan. Tugas seorang guru adalah menjadi fasiltator bagi siswanya untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif serta menumbuhkan minat siswa agar belajar dengan baik dan penuh semangat. Oleh karena itu guru harus pandai dalam memilih metode dan media yang sesuai dengan karakteristik

(23)

para siswanya sehingga pembelajaran yang berlangsung akan lebih bermakna.

Media merupakan segala alat peraga dan bahan yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi mengenai materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran pada kurikulum 2013 menuntut siswa untuk lebih berpikir kritis, dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran siswa melakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah mengamati, menanya, mencoba, mengomunikasikan, dan mengkonfirmasi sehingga guru dituntut untuk lebih banyak berupaya. Namun pembelajaran yang telah dilaksanakan masih belum bermakna karena siswa masih belum sepenuhnya memahami apa yang sedang dipelajarinya, hal ini dikarenakan metode dan media yang digunakan masih sangat terbatas. Media yang digunakan masih terbatas hanya pada gambar-gambar yang ada di buku siswa atau LKS, sedangkan untuk media yang berbasis teknologi juga masih sangat kurang variasinya.

Pembelajaran yang dilakukan masih dominan dengan metode ceramah dari guru, sehingga siswa cepat merasa bosan, mengantuk dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran berkurang. Penggunaan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan siswa akan menjadi lebih fokus dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan

(24)

media pembelajaran berbasis flash. Melalui pengembangan media pembelajaran berbasis flash ini diharapkan guru mampu meningkatkan pemahaman siswa dan membuat siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

C. Hipotesis Penelitian

Adanya keefektifan penggunaan media pembelajaran berbasis flash pada materi tema makananku sehat dan bergizi sub tema makananku sehat dan bergizi pembelajaran ke-2 terhadap prestasi belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar.

D. Produk yang dihasilkan

Hasil penelitian pengembangan ini yaitu sebuah produk yang berupa media pembelajaran berbasis flash materi tema makananku sehat dan bergizi sub tema makananku sehat dan bergizi pembelajaran ke-2 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Media pembelajaran ini merupakan media berbasis teknologi yang apabila digunakan untuk mengajar di kelas memerlukan beberapa alat penunjang yaitu LCD proyektor, laptop/komputer dan speaker. Media pembelajaran berbasis flash materi tema makananku sehat dan bergizi sub tema makananku sehat dan bergizi pembelajaran ke-2 terdiri dari lima komponen yaitu gambar dan animasi, penjelasan materi, video, suara dan soal latihan.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram  Prosedur Pengembangan Media  1) Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa korupsi di Indonesia bukan merupakan kejahatan biasa ( ordinary crimes ) melainkan sudah merupakan kejahatan yang sangat luar biasa ( extra- ordinary crimes ).. Dalam

Papa Djoko yang memberikan jalan dalam pelaksanaan skripsi, Mama Naniek yang selalu mendukung dan memberikan semangat, Mbak Andina yang memberikan dukungan moril

Penutupan daerah penangkapan ikan merupakan alternatif dari penutupan musim penangkapan. Sebagai salah satu contoh adalah larangan melakukan.. penangkapan ikan di daerah

Pada perlakuan intensitas cahaya yang berbeda, nilai a* dan b* larutan fikosianin pH netral, asam dan basa menghasilkan data bahwa pada hari ke-0 masing-masing

Pada Gambar 7, terlihat bahwa konduktivitas stabil pada dosis 0 kGy sampai dengan 30 kGy pada daerah frekuensi kedua, sedangkan pada dosis 0 kGy hingga 30 kGy konduktivitas naik

Metode pendekatan Vogel yang dianggap sebagai metode konvensional yang terbaik, juga tidak selalu dapat menemukan solusi awal yang optimum (Taha, H.A,1992 dan Siang,

Setelah semua dokumen dan aplikasi pendukung produk baru telah selesai dibuat oleh divisi terkait, akan dilakukan launching produk jika pengembangan yang dilakukan