• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

K

entang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori dan mineral yang penting bagi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi cukup baik. Luas areal pertanaman kentang di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan perkembangan permintaan dan pertambahan jumlah penduduk. Setiap 100 g umbi kentang mengandung 19,1 g karbohidrat, 11 mg Ca, 60 g P, 0,8 g Fe, serta protein dan vitamin.

Jawa Barat merupakan penyumbang kentang terbesar di Indonesia, namun produktivitas rata-rata yang dicapai masih rendah, yaitu 16,20 t/ha. Produktivitas tersebut lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas rata-rata nasional yang mencapai 19,20 t/ha (Bachrein et al. 1997). Rendahnya produktivitas antara lain disebabkan oleh penerapan teknik budi daya yang kurang tepat dan lingkungan yang kurang mendukung (Asandhi 1991).

Teknik budi daya yang mempengaruhi produktivitas kentang meliputi penggunaan bibit berkualitas baik, varietas berproduksi tinggi, pengendalian hama dan penyakit yang optimal, penggunaan sarana produksi yang tepat, serta pe-ngelolaan tanah dan air. Selain itu, pemupukan masih me-merlukan perhatian untuk mendapatkan umbi berkualitas baik, seperti ukuran umbi sesuai yang dikehendaki, kandung-an gula rendah, serta kkandung-andungkandung-an pati dkandung-an berat jenisnya tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian unsur hara N, P, dan K penting untuk mendukung perkembangan umbi kentang (Rosliani et al. 1998).

Penggunaan pupuk anorganik terus meningkat dalam upaya meningkatkan produksi pangan (padi, palawija, dan hortikultura). Namun demikian, dicabutnya subsidi harga pupuk oleh pemerintah menyebabkan pupuk anorganik sulit diperoleh dan harganya mahal. Untuk mengatasi hal itu, maka penggunaan pupuk anorganik harus efisien, baik pupuk majemuk NPK maupun pupuk tunggal.

Percobaan bertujuan mengetahui varietas kentang dan jenis pupuk anorganik yang menunjukkan pertumbuhan paling baik dan hasilnya tinggi.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilaksanakan di kebun petani di Desa Canggal, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah dengan ketinggian tempat 1.150 m dpl, dan jenis tanah Regosol. Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1. Percobaan dimulai bulan Desember 2004 sampai Mei 2005.

TEKNIK PENGAMATAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK MAJEMUK

DAN TUNGGAL PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG

Engkos Koswara

1

Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jalan Tangkuban Perahu No. 517 Lembang, Bandung 40391, Telp. (022) 2786245, Faks. (022) 2786416

Gambar 1. Tata letak percobaan penggunaan pupuk anorganik majemuk dan tunggal pada empat varietas kentang, Temanggung,2004/ 2005 I II III IV 1 m 1 m 1 m 1 m 8 m I II III IV Lahan yang digunakan merupakan lahan berteras

Teras Teras Teras 3 m V1P1 V1P2 V4P2 V4P1 V3P1 V3P2 V2P2 V2P1 V2P1 V2P2 V3P2 V3P1 V3P1 V3P2 V4P2 V4P1 V3P1 V3P2 V2P2 V2P1 V4P1 V4P2 V1P2 V1P1 V4P1 V1P2 V1P1 V1P1 V2P1 V2P2 V3P2 V3P1 t t t t

(2)

Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah. Petak utama terdiri atas empat varietas kentang (V), yaitu: (1) Atlantik (V1), (2) Hertha (V2), (3) Granola (V3), dan (4) 095 (V4). Anak petak terdiri atas dua jenis pupuk anorganik (P), yaitu: (1) pupuk majemuk NPK 15:15:15 dengan takaran 1 t/ ha (P1) dan (2) pupuk tunggal urea 300 kg/ha + SP36 300 kg/ ha + KCl 200 kg/ha. Percobaan diulang empat kali. Petak percobaan berukuran 8 m x 3 m dengan jumlah petak per-cobaan 32 petak. Kentang ditanam dengan jarak 80 cm x 30 cm sehingga setiap petak terdapat 100 tanaman. Jumlah tanaman percobaan 3.200 tanaman.

Bahan dan alat yang diperlukan antara lain bibit kentang dari empat varietas dengan ukuran 50-60 g/tanaman sebanyak 3.200-3.500 tanaman, pupuk majemuk NPK 15:15:15 sebanyak 40-50 kg dan pupuk tunggal urea 20 kg, SP36 sebanyak 15-20 kg, dan KCl 10-15 kg. Selain itu, digunakan pula pupuk kandang ayam 2,30-2,50 ton, fungisida 4-5 kg, insektisida untuk mengendalikan hama 2-2,5 liter, dan perekat untuk pelarut 1-1,5 liter per ha. Alat pendukung yang diperlukan adalah etiket percobaan dan ajir untuk sampel tanaman, meteran, timbangan, kantong plastik, karung waring, alat tulis, tali rafia, dan penggaris jarak tanam.

Pupuk kandang ayam digunakan sebagai pupuk dasar. Pengendalian hama dan penyakit atau organisme peng-ganggu tumbuhan (OPT) dilakukan berdasarkan anjuran dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Parameter yang diamati dan diukur adalah: (1) pertumbuh-an tpertumbuh-anampertumbuh-an, meliputi tinggi tpertumbuh-anampertumbuh-an, diameter tpertumbuh-anampertumbuh-an, dpertumbuh-an jumlah cabang tanaman; (2) hasil umbi, meliputi jumlah dan bobot umbi berdasarkan kelas umbi; dan (3) serangan OPT dan timbulnya gejala kekurangan unsur hara pada tanaman secara selintas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tanah Awal

Analisis tanah Regosol dilaksanakan sebelum percobaan. Hasilnya disajikan dalam Tabel 1. Kemasaman tanah (pH) termasuk agak masam, sedangkan C-organik, N-total, dan P2O5 termasuk sedang, rasio C/N rendah, dan K sangat tinggi.

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tinggi tanaman tidak menunjukkan adanya interaksi antara varietas dan pupuk (Tabel 2). Secara mandiri, pengaruh varietas pada umur tanaman 30, 40, 50, dan 60 hari setelah tanam (HST) menunjukkan adanya perbedaan.

Varietas Hertha memperlihatkan pertumbuhan yang paling tinggi pada umur 60 HST, mencapai 72,90 cm, dan berbeda dengan varietas 095 yang hanya 57,01 cm, tetapi tidak berbeda dengan Atlantik dan Granola. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusmana dan Basuki (2004) yang menyata-kan bahwa tinggi tanaman terendah dicapai oleh varietas 095, sedangkan varietas Hertha, Atlantik, dan Granola tinggi-nya berkisar 60- > 75 cm. Tinggi tanaman varietas Granola dan Atlantik seimbang. Keragaan masa vegetatif pertanaman kentang umur 40 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

Penggunaan pupuk, baik pupuk majemuk NPK maupun pupuk tunggal urea + SP36 + KCl tidak menunjukkan per-bedaan pada tinggi tanaman. Tanaman kentang dapat me-nyerap unsur hara dari kedua jenis pupuk anorganik ini dengan baik. Walaupun kandungan N, P, K pupuk tunggal lebih rendah dibandingkan pupuk majemuk, pupuk tunggal mudah terurai dan cepat diserap tanaman. Pupuk majemuk bekerja lebih lambat dengan menyediakan unsur hara untuk tanaman sedikit demi sedikit.

Hasil pengukuran diameter tajuk tanaman (Tabel 3) tidak menunjukkan adanya interaksi yang berbeda antara varietas dan pupuk, namun secara mandiri varietas menunjukkan

Tabel 1. Hasil analisis tanah Regosol Temanggung sebelum percobaan, Temanggung, 2004/2005

Ciri kimia tanah Nilai Kelas pH (H2O) 6,80 Agak masam C-organik (%) 2,83 Sedang N-total (%) 0,29 Sedang Rasio C/N 1 0 Rendah P2O5 Olsen (ppm) 65,70 Sedang K2O5 (ppm) 243,10 Sangat tinggi

Tabel 2. Tinggi tanaman empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005

Varietas/perlakuan Tinggi tanaman (cm)

30 HST 40 HST 50 HST 60 HST Atlantik Pupuk majemuk 37,55 58,35 68,73 70,16 Pupuk tunggal 36,96 58,30 67,84 69,83 Hertha Pupuk majemuk 42,75 62,76 72,85 72,90 Pupuk tunggal 42,68 61,88 72,60 72,86 Granola Pupuk majemuk 37,50 59,75 69,66 70,56 Pupuk tunggal 37,28 58,88 69,50 70,49 095 Pupuk majemuk 23,53 44,58 55,38 57,01 Pupuk tunggal 23,47 44,45 55,39 56,94 HST = hari setelah tanam

(3)

perbedaan. Varietas Hertha memiliki diameter tanaman paling lebar pada umur 60 HST, yaitu 71,23 cm, dan berbeda dengan varietas lain terutama Atlantik yang hanya 57,64 cm. Kedua jenis pupuk tidak menunjukkan adanya perbedaan pada diameter tajuk tanaman kentang.

Hasil perhitungan jumlah cabang tanaman kentang (Tabel 4) tidak menunjukkan adanya interaksi yang berbeda antara varietas dan pupuk. Secara mandiri pengaruh varietas menunjukkan perbedaan. Varietas Hertha mempunyai cabang tanaman paling banyak pada umur 60 HST yaitu 4,80, dan berbeda dengan Atlantik yang hanya 2,56 tetapi tidak berbeda dengan varietas lainnya. Fatchullah et al. (1983) menyatakan cabang utama tanaman kentang klon 095 lebih sedikit dibandingkan dengan varietas lain seperti Granola. Kedua jenis pupuk tidak menunjukkan perbedaan pengaruh pada jumlah cabang tanaman kentang.

Hasil analisis parameter jumlah dan bobot umbi kentang kelas A (Tabel 5) tidak menunjukkan adanya interaksi yang berbeda antara varietas dan pupuk. Secara mandiri pengaruh varietas menunjukkan perbedaan. Varietas Hertha menghasil-kan umbi kelas A paling banyak yaitu 261,75 umbi/petak, dan berbeda dengan varietas 095 yang hanya 191,12 umbi/petak. Varietas Hertha juga memiliki bobot umbi kelas A paling tinggi (31,69 kg/petak) dan berbeda dengan varietas lainnya. Secara mandiri, kedua jenis pupuk tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah dan bobot umbi kentang kelas A. Menurut Sahat dan Asandhi (1995), varietas Hertha meng-hasilkan umbi yang dapat dipasarkan lebih banyak dengan nilai lebih tinggi daripada varietas Granola.

Tabel 3. Diameter tanaman empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005

Varietas/perlakuan Diameter tanaman (cm)

30 HST 40 HST 50 HST 60 HST Atlantik Pupuk majemuk 45,90 52,79 56,66 57,64 Pupuk tunggal 45,91 52,80 55,82 57,60 Hertha Pupuk majemuk 64,65 68,36 70,10 71,23 Pupuk tunggal 65,25 67,87 71,08 71,13 Granola Pupuk majemuk 53,53 61,30 64,39 66,18 Pupuk tunggal 54,22 60,71 65,13 67,20 095 Pupuk majemuk 51,13 58,13 59,95 60,99 Pupuk tunggal 52,25 58,15 58,78 60,85 HST = hari setelah tanam

Tabel 4. Jumlah cabang empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005

Varietas/perlakuan Jumlah cabang tanaman

30 HST 40 HST 50 HST 60 HST Atlantik Pupuk majemuk 1,53 1,83 2,00 2,56 Pupuk tunggal 1,48 1,81 1,98 2,54 Hertha Pupuk majemuk 4,43 4,38 4,54 4,80 Pupuk tunggal 4,35 4,32 4,52 4,79 Granola Pupuk majemuk 4,03 4,36 4,55 4,61 Pupuk tunggal 4,02 4,34 4,53 4,60 095 Pupuk majemuk 3,25 3,66 3,91 4,05 Pupuk tunggal 3,20 3,65 3,89 4,03 HST = hari setelah tanam

Tabel 5. Jumlah dan bobot umbi kelas A empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005

Varietas/perlakuan Jumlah umbi Bobot umbi per petak per petak (kg) Atlantik Pupuk majemuk 205,75 24,69 Pupuk tunggal 204,98 24,50 Hertha Pupuk majemuk 261,75 31,69 Pupuk tunggal 260,85 31,53 Granola Pupuk majemuk 203,37 19,45 Pupuk tunggal 202,85 19,38 095 Pupuk majemuk 191,12 18,28 Pupuk tunggal 191,10 18,20

Gambar 2. Tanaman kentang umur 40 hari setelah tanam pada percobaan penggunaan jenis pupuk anorganik majemuk dan tunggal, Temanggung, 2004/2005

(4)

Tabel 6. Jumlah dan bobot umbi kelas B empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005

Varietas/perlakuan Jumlah umbi Bobot umbi kelas B/petak kelas B/petak (kg) Atlantik Pupuk majemuk 293,62 19,26 Pupuk tunggal 292,87 19,15 Hertha Pupuk majemuk 432,50 26,40 Pupuk tunggal 431,75 26,28 Granola Pupuk majemuk 541,87 32,85 Pupuk tunggal 540,92 32,78 095 Pupuk majemuk 409,12 19,59 Pupuk tunggal 408,77 19,35

Tabel 7. Jumlah dan bobot umbi kelas C empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung 2004/ 2005.

Varietas/perlakuan Jumlah umbi Bobot umbi kelas C/petak kelas C/petak (kg) Atlantik Pupuk majemuk 208,25 5,19 Pupuk tunggal 207,78 5,16 Hertha Pupuk majemuk 300,25 8,47 Pupuk tunggal 300,15 8,46 Granola Pupuk majemuk 595,87 20,28 Pupuk tunggal 594,50 19,95 095 Pupuk majemuk 395,37 11,27 Pupuk tunggal 395,20 11,15 Jumlah dan bobot umbi kentang kelas B (Tabel 6) tidak

menunjukkan perbedaan antara varietas dan pupuk. Varietas Granola menghasilkan umbi kelas B paling tinggi, yaitu 541,87 umbi/petak dan berbeda dengan Atlantik, tetapi tidak ber-beda dengan Hertha dan 095. Bobot umbi kelas B varietas Granola juga paling tinggi yaitu 32,85 kg/petak yang tidak berbeda dengan Hertha, tetapi berbeda dengan Atlantik dan 095. Kedua jenis pupuk tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah dan bobot umbi kentang kelas B. Hasil panen kentang dapat dilihat pada Gambar 3.

Jumlah dan bobot umbi kentang kelas C (Tabel 7) tidak menunjukkan adanya interaksi yang berbeda antara varietas dan pupuk. Secara mandiri varietas menunjukkan perbedaan pada jumlah dan bobot umbi kelas C. Varietas Granola meng-hasilkan umbi kelas C paling tinggi, yaitu 595,87 umbi/petak, dan berbeda dengan varietas lainnya di antaranya Hertha. Menurut Sahat dan Asandhi (1995), persentase umbi kecil varietas Hertha lebih sedikit dibandingkan dengan Granola. Begitu pula untuk umbi kelas C, Granola memperlihatkan paling tinggi yaitu 20,28 kg/petak, tidak berbeda dengan 095, tetapi berbeda dengan Atlantik dan Hertha. Kedua jenis pupuk tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah umbi kentang kelas C. Hasil yang sama juga diperoleh Sahat dan Asandhi (1995) yang menyimpulkan bahwa varietas Granola menghasilkan umbi kecil lebih banyak dibandingkan Hertha, namun tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah dan bobot umbi kentang kelas C.

Jumlah dan bobot umbi total (kelas A + B + C) per petak (Tabel 8) tidak menunjukkan adanya interaksi yang berbeda antara varietas dan pupuk. Varietas Granola me-nunjukkan jumlah umbi kentang total paling tinggi yaitu 1.341,00 umbi/ petak dan berbeda dengan varietas lainnya. Begitu pula bobot umbi kentang total Granola paling tinggi yaitu 72,58 kg/ petak yang tidak berbeda dengan Hertha, tetapi berbeda dengan Atlantik dan 095 yaitu 49,14 kg/petak. Hasil pe-nelitian Kusmana dan Basuki (2004) menunjukkan bahwa hasil umbi kentang varietas Granola lebih tinggi dibanding-kan dengan varietas Atlantik. Ukuran umbi bergantung pada varietas dan diturunkan secara genetik (Howard 1969). Kedua jenis pupuk tidak menunjukkan perbedaan pada jumlah dan bobot umbi total.

Secara umum hasil percobaan ini mengungkapkan bahwa dua jenis pupuk yang dicoba, yaitu pupuk tunggal N, P, dan K dan pupuk majemuk NPK, tidak memperlihatkan perbedaan baik pada pertumbuhan maupun hasil tanaman kentang. Hal ini terjadi karena kandungan N, P, dan K kedua jenis pupuk tersebut relatif sama. Hasil penelitian pemupukan oleh Nurtika dan Hekstra (1975) dan Kusumo (1977) me-nunjukkan bahwa kebutuhan pupuk untuk tanaman kentang

Gambar 3. Umbi kentang kelas A, B, dan C pada percobaan peng-gunaan jenis pupuk anorganik majemuk dan tunggal, Temanggung, 2004/2005

(5)

Tabel 8. Jumlah dan bobot umbi kelas A + B + C empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung,2004/ 2005

Varietas/perlakuan Jumlah umbi Bobot umbi per petak per petak (kg) Atlantik Pupuk majemuk 707,62 49,14 Pupuk tunggal 706,88 48,90 Hertha Pupuk majemuk 994,50 66,56 Pupuk tunggal 993,82 66,54 Granola Pupuk majemuk 1.341,00 72,58 Pupuk tunggal 1.340,52 72,40 095 Pupuk majemuk 958,12 49,14 Pupuk tunggal 957,85 48,96

adalah 100-150 kg N/ha,100-150 kg P2O5/ha, dan 100-150 kg K2O/ha. Selanjutnya, menurut Asandhi (1991), anjuran pe-mupukan untuk tanaman kentang di dataran medium atau tinggi adalah 150-200 kg N/ha, 120-150 kg P2O5/ha, dan 100 kg K2O/ha.

KESIMPULAN

Kentang varietas Hertha menunjukkan pertumbuhan tanam-an paling tinggi dibtanam-andingktanam-an dengtanam-an Grtanam-anola, Atltanam-antik, dtanam-an 095, yaitu tinggi tanaman 72,90 cm, diameter tajuk 71,23 cm, dan jumlah cabang 4,80. Varietas Hertha juga menghasilkan umbi kelas A paling tinggi (31,69 kg/petak), sedangkan untuk umbi kelas B dan C oleh varietas Granola yaitu kelas B 32,85 kg/petak dan kelas C 20,28 kg/petak. Varietas Granola menghasilkan umbi total (kelas A + B + C) paling tinggi, baik dalam jumlah maupun bobot umbi, yaitu jumlah umbi 1.341/

petak dan bobot umbi 72,58 kg/petak. Pupuk majemuk NPK 15:15:15 takaran 1 t/ha atau pupuk tunggal urea 300 kg/ha + SP36 300 kg/ha + KCl 200 kg/ha dapat disarankan untuk digunakan dalam budi daya tanaman kentang.

DAFTAR PUSTAKA

Asandhi, A.A. 1991. Petunjuk teknis bercocok tanam kentang di dataran medium. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bachrein, S. Sinaga, dan A. Dimyati. 1997. Tantangan dan peluang

pengembangan usaha tani kentang di Jawa Barat. hlm 16-35. Prosiding Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi Pertanian. Pembibitan Kentang, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Lembang.

Fatchullah, D., Aliudin, dan A.A. Asandhi. 1993. Daya hasil beberapa varietas kentang introduksi di dataran tinggi. Buletin Penelitian Hortikultura 25(1): 65-70.

Howard, H.W. 1969. Genetic of Potato (Solanum tuberosum). Logos Press. Ltd,London.

Kusmana dan R.S. Basuki. 2004. Produksi dan mutu klon kentang dan kesesuaiannya sebagai bahan baku kentang goreng dan kerupuk kentang. Jurnal Hortikultura 1494): 246-252. Kusumo, S. 1977. Pengaruh dosis pupuk DAP dan TSP terhadap

hasil kubis dan kentang. Buletin Penelitian Hortikultura 5(1): 3-6.

Nurtika, N. dan A. Hekstra. 1975. Pengaruh pemupukan NPK terhadap produksi kentang, kubis dan kacang jogo. Buletin Penelitian Hortikultura 3(4): 33-45.

Rosliani, R., N. Sumarni, dan Suwandi. 1998. Pengaruh sumber dan dosis pupuk N, P, dan K pada tanaman kentang. Jurnal Hortikultura 6(1): 988-999.

Sahat, S. dan A.A. Asandhi. 1995. Percobaan varietas komersial kentang di dataran tinggi Ngabiak, Magelang. Jurnal Hortikultura 5(4): 16-21.

Gambar

Gambar 1. Tata letak percobaan penggunaan pupuk anorganik majemuk dan tunggal pada empat varietas kentang, Temanggung,2004/ 2005III III IV1  m1  m1  m 1  m 8 mIIIIIIIV
Tabel 2. Tinggi  tanaman empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005
Tabel 4. Jumlah cabang empat varietas kentang dengan dua jenis pupuk, Temanggung, 2004/2005
Gambar 3. Umbi kentang kelas A, B, dan C pada percobaan peng- peng-gunaan jenis pupuk anorganik majemuk dan tunggal, Temanggung, 2004/2005
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi ketipisan tebal kelongsong tersebut beberapa kemungkinan yang perlu dilakukan adalah menggunakan serbuk U-7Mo dengan partikel yang lebih halus

Dalam makalah ini ditinjau hasil penentuan koefisien muai termal dan perubahan panjang sebagai fungsi temperatur dan waktu pada pelat elemen mini, bahan bakar U 3 Si 2− Al

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerahNya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul PERANCANGAN BUKU ESAI FOTO RITUAL SESAJI

Oleh yang demikian, kajian permainan bahasa ini mampu memainkan peranan yang penting dalam memberi penerangan dan kefahaman kepada masyarakat tentang kepentingan

Hasil penelitian ini adalah: Belief pembelajar orang Indonesia terhadap kegiatan peer response cenderung positif sebelum dan sesudah kegiatan peer response, bahkan

Parameter pengamatan meliputi Hubungan jumlah daun dengan panjang tunas, persentase keberhasilan grafting, Kandungan Peotein bagian tanaman,dan titik pertautan

Eksplan penyangga bunga merupakan eksplan paling responsif dalam inisiasi tunas dan perbanyakan tunas hasil inisiasi pada media MS + 0,2 mg/l BAP + 0,02 mg/l NAA dengan

Penelitian bertujuan untuk mengkaji sumber eksplan dari tingkat umur panen rimpang yang berbeda terhadap kapasitas pembentukan kalus embriogenik pada kultur meristem jahe