• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Pada Beberapa Varietas Kentang (Solanum Tuberosum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Pada Beberapa Varietas Kentang (Solanum Tuberosum L.)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA BEBERAPA

VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)

SKRIPSI

Oleh :

NATASSA K. BR. GINTING 060301007 / BDP – AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA BEBERAPA

VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)

SKRIPSI

Oleh :

NATASSA K. BR. GINTING 060301007 / BDP – AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.)

Nama : Natassa K. Br. Ginting

NIM : 060301007

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ir. Jasmani Ginting, MP Ir. Asil Barus, MS

Ketua Angota

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

NATASSA K. BR. GINTING: Pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kentang, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan ASIL BARUS.

Kentang merupakan sumber karbohidrat, mineral dan vitamin.Selain itu dapat dijadikan alternatif bahan pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kentang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Gurusinga Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang berada ±1.340 m dpl dari bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 2 varietas yaitu varietas granola dan varietas selek tani, faktor kedua konsentrasi giberelin dengan 4 taraf yaitu 0 mg/l, 5 mg/l, 10 mg/l dan 15 mg/l.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot, jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA. Perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D.

Interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.

(5)

ABSTRACK

NATASSA K. BR. GINTING: The respons given giberelin of growth and

production some variety of potato, tuition of JASMANI GINTING and ASIL BARUS.

Potato constitute source of carbohydrate, minerals and vitamins, and else can be alternative food material substance. The objective of the research was to know the response given giberelin of growth and production some variety of potato. The research was done in land of farming in Gurusinga village, Berastagi, Karo, North Sumatera above ±1.340 metres above sea level from December 2011 to March 2011 use Randomized Block Design with two factor. The first factor was variety in two lwvwls namely: variety of granola and variety of selek tani. The second factor was concentration giberelin with four level namely: 0 mg/l, 5 mg/ l, 10 mg/l and 15 mg/l.

The result of the research showed that variety was significant on the total of plant hight, especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class A, B, C, D and production/hectare, but not significant on leaf total chlorophyll and tuber total class AA. Giberelin showed significant of total especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class B and production/hectare, but not significant on plant hight, leaf total chlorophyll and tuber total class AA, A, C, D.

The interaction between variety and giberelin showedthat no significant for all parameter.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Natassa K. Br. Ginting dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 22 Desember

1988 dari bapak M. Ginting dan ibu M. Br. Sebayang. Penulis merupakan putri

pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan yang ditempuh adalah SD Ledjen Djamin Ginting Berastagi

lulus tahun 2000, SLTP Negeri I Berastagi lulus tahun 2003, SMU Negeri I

Berastagi tahun 2006. Terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi,

Departemen Budidaya Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006

melalu jalur PMDK

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di SIPEF Bukit

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengaruh Pemberian Giberelin Terhadap Pertumbuhan dan Poduksi pada

Beberapa Varietas Kentang (Solanum tuberosum L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Ir. Jasmani Ginting sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak

Ir. Asil Barus, Ms sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak

M. Ginting dan ibu M. Br. Sebayang yang telah membesarkan penulis dengan

segenap cinta dan kasih sayang, juga kepada adik saya Anastasia Br. Ginting yang

telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua rekan – rekan stambuk 06 atas doa dan

motivasi.

Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan

penulisan skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juni 2011

(8)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Pertumbuhan Kentang ... 9

Varietas ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN ... 22

Persiapan Lahan ... 22

Pembuatan Bedengan dan Saluran Drainase ... 22

Persiapan Bibit ... 22

Pembuatan Larutan Giberelin ... 22

Perlakuan Bibit dengan Giberelin ... 23

Penanaman ... 23

Pemeliharaan Tanaman ... 23

Pemupukan ... 23

Penyiangan dan Pembumbunan ... 24

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 24

Panen ... 24

(9)

Tinggi Tanaman(cm) ... 25

Jumlah Klorofil Daun (unit/ 6 mm3) ... 25

Jumlah Batang Utama per Sampel(batang) ... 25

Jumlah Umbi per Sampel (umbi) ... 25

Berat Umbi per Sampel (kg) ... 25

Berat Umbi Per Plot (kg)... 26

Jumlah Kelas Umbi per Plot (umbi)... 26

Produksi per Hektar (ton) ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Hasil ... 27

Pembahasan ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

Kesimpulan ... 53

Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman pada umur 9 MST pada berbagai perlakuan

varietas dan giberelin ……….. 28

2. Rataan jumlah batang utama per sampel pada umur 9 MST

pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin ………... 29

3. Rataan jumlah klorofil daun per sampel pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ……… 31

4. Rataan jumlah umbi per sampel pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………. 32

5. Rataan berat umbi per sampel pada berbagai perlakuan varietas dan

giberelin ……….. 33

6. Rataan berat umbi per plot pada berbagai perlakuan varietas dan

giberelin ……… 36

7. Rataan jumlah kelas umbi AA per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………. 38

8. Rataan jumlah kelas umbi A per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………... 39

9. Rataan jumlah kelas umbi B per plot pada berbagai perlakuan pupuk kimia dan hayati……….. 40

10. Rataan jumlah kelas umbi C per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ………... 42

11. Rataan jumlah kelas umbi D per plot pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin ……… 43

12. Rataan produksi per hektar pada berbagai perlakuan varietas dan

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan tinggi tanaman kentang 9 MST (cm) dengan varietas

kentang ... 28

2. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (batang) dengan varietas kentang ... 30

3. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (batang) dengan giberelin ... 30

4. Hubungan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan varietas Kentang ... 32

5. Hubungan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan giberelin ... 33

6. Hubungan Berat Umbi per Sampel (kg) dengan varietas kentang... 34

7. Hubungan Berat Umbi per Sampel(kg) dengan giberelin ... 35

8. Hubungan Berat Umbi per Plot (kg) dengan varietas kentang ... 36

9. Hubungan Berat Umbi per Plot (kg) dengan giberelin ... 37

10. Hubungan Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi) dengan varietas kentang ... 39

11. Hubungan Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Varietas kentang ... 40

12. Hubungan Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Giberelin ... 41

13. Hubungan Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi) dengan Varietas kentang ... 43

14. Hubungan Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi) dengan Varietas Kentang ... 44

15. Hubungan Produksi Per Hektar (Ton) dengan Varietas kentang ... 46

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan Tanaman Per Plot ... 55

2. Bagan Percobaan ... 56

3. Deskripsi Varietas Kentang ... 57

4. Jadwal Kegiatan ... 59

5. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 3 MST (cm)………...60

6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang3MST ... 60

7. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 4 MST (cm) ... 61

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 4MST ... 61

9. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 5 MST (cm) ... 62

10. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 5 MST ... 62

11. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 6 MST (cm) ... 63

12. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 6 MST ... 63

13. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 7 MST (cm) ... 64

14. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 7 MST ... 64

15. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 8 MST (cm) ... 65

16. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 8 MST ... 65

17. Data pengamatan tinggi tanaman kentang 9 MST (cm) ... 66

18. Daftar sidik ragam tinggi tanaman kentang 9 MST ... 66

19. Data Pengamatan Jumlah Batang Utama 9 MST ... 67

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Batang Utama 9 MST ... 67

(13)

22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil Daun... 68

23. Bobot Umbi Per Sampel (kg) ... 69

24. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi Per Sampel ... 69

25. Jumlah Umbi Per Sampel (umbi) ... 70

26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Per Sampel ... 70

27. Bobot Umbi Per Plot (kg) ... 71

28. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi Per Plot ... 71

29. Jumlah Umbi Kelas AA (>200 g per umbi) per plot ... 72

30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas AA Per Plot ... 72

31. Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi) Per Plot ... 73

32. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas A Per Plot ... 73

33. Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) Per Plot ... 74

34. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas B Per Plot ... 74

35. Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi) Per Plot ... 75

36. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas C Per Plot ... 75

37. Jumlah Umbi Kelas D (<65 g per umbi) Per Plot ... 76

38. Daftar Sidik Ragam Jumlah Umbi Kelas D Per Plot ... 76

39. Produksi Per Hektar (ton) ... 78

(14)

ABSTRAK

NATASSA K. BR. GINTING: Pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas kentang, dibimbing oleh JASMANI GINTING dan ASIL BARUS.

Kentang merupakan sumber karbohidrat, mineral dan vitamin.Selain itu dapat dijadikan alternatif bahan pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kentang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Gurusinga Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang berada ±1.340 m dpl dari bulan Desember 2010 sampai Maret 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 2 varietas yaitu varietas granola dan varietas selek tani, faktor kedua konsentrasi giberelin dengan 4 taraf yaitu 0 mg/l, 5 mg/l, 10 mg/l dan 15 mg/l.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot, jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA. Perlakuan giberelin berpengaruh nyata terhadap jumlah batang utama, berat umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, berat umbi per plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D.

Interaksi antar kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata untuk semua parameter yang diamati.

(15)

ABSTRACK

NATASSA K. BR. GINTING: The respons given giberelin of growth and

production some variety of potato, tuition of JASMANI GINTING and ASIL BARUS.

Potato constitute source of carbohydrate, minerals and vitamins, and else can be alternative food material substance. The objective of the research was to know the response given giberelin of growth and production some variety of potato. The research was done in land of farming in Gurusinga village, Berastagi, Karo, North Sumatera above ±1.340 metres above sea level from December 2011 to March 2011 use Randomized Block Design with two factor. The first factor was variety in two lwvwls namely: variety of granola and variety of selek tani. The second factor was concentration giberelin with four level namely: 0 mg/l, 5 mg/ l, 10 mg/l and 15 mg/l.

The result of the research showed that variety was significant on the total of plant hight, especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class A, B, C, D and production/hectare, but not significant on leaf total chlorophyll and tuber total class AA. Giberelin showed significant of total especial bar, tuber weight/sample, tuber total/sample, tuber weight/plot, tuber total class B and production/hectare, but not significant on plant hight, leaf total chlorophyll and tuber total class AA, A, C, D.

The interaction between variety and giberelin showedthat no significant for all parameter.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberresum L.) bukan tanaman asli Indonesia, tetapi datang dari benua Eropa . Pusat keanekaragaman genetik kentang yang

meruoakan sumber aslinya adalah Amerika Latin, yakni pegunungan Andes di

Peru dan Bolivia. Banyak ahli menduga kentang dari Amerika Selatan Menebar

ke Eropa melalui perdaganagan Spanyol. Dari spanyol menyebar ke Inggris

selanjutnya Asia dan Afrika (Sunarjono, 2007)

Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum perang dunia

II yang disebut Eugenheimer, yang merupakan hasil seleksi di negeri Belanda

pada tahun 1890. Sesudah kemerdekaan, varietas-varietas kentang hasil silangan

dalam negeri ditemukan dan sejak tahun 1963 lebih dari varietas-varietas unggul

yang mempunyai kualitas ekspor di introduksikan dari belanda dan jerman

(Soelarso, 1997).

Kentang adalah sumber karbohidrat. Ia juga kaya mineral dan vitamin.

Khasiat dari kentang antara lain adalah mencegah kanker, pengobatan asam urat,

ginjal, sistem lambung dan jantung, untuk kesehatan lever, jaringan otot, untuk

proses peremajaan kulit. Kandungan gizi kentang dalam 100 gr kentang antara

lain: Protein 2,00 gr, lemak 0,30 gr, karbohidrat 19,10 gr, kalsium 11,00 mg,

fosfor 56,00 mg, serat 0,30 gr, besi 0,30 mg, vitamin B1 0.09 mg, vitamin B2 0,03

(17)

Data dari Biro Pusat Statistik tahun 2009 menunjukkan bahwa luasan

panen kentang di Sumatera Utara yaitu 8,013 Ha dengan produksi 120,587 ton

dan produktivitas 16,17 ton/ha. Sedangkan di Jawa yaitu luasan panen 15,344 Ha

dengan produksi 320,542 ton dan produktivitasnya 20,89 ton/ha. Dari data

tersebut produksi kentang di Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan dengan di

Sumatera Utara yaitu sebesar 4,72 ton/ha (http:/www.bps.co.id, 2010).

Pupuk buatan yang dibutuhkan tanaman kentang setiap hektar adalah Urea

300 kg, Sp-36 300 kg dan KCl 100 kg. Pupuk buatan digunakan sebagai pupuk

dasar yang diberikan pada saat sebelum penanaman atau pada saat penanaman

bibit kentang (Sunarjono,2007). Sedangkan dosis pemupukan yang digunakan di

Kebun Percobaan Tanaman Buah dan Hortikultura di desa Tongkoh, Kecamatan

Barus Jahe, kabupaten karo, Sumatera Utara adalah N 175 kg/ha, P2O5 90 kg/ha

dan K2O 135 kg/ha.

Secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan

(hormon endogen). Tetapi karena pola budidaya yang kurang intensif yang

disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen

tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif

tanaman. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan

bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan

hormon (selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Dengan penambahan

hormon eksogen (ZPT) maka diharapkan menghasilkan pertumbuhan vegetatif

dan generatif tanaman yang optimal

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang

(18)

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satunya adalah giberelin,

giberelin dapat mempengaruhi antara lain : panjang batang atau ruas batang,

mendorong pembungaan, buah, tumbuhnya mata tunas yang dorman

(Santoso dan Fatimah, 2004)

Salah satu fungsi giberelin adalah berperan dalam pemanjangan sel

pertumbuhan mata tunas menjadi lebih baik dan dapat tumbuh lebih cepat.

Dengan pertumbuhan tunas lebih baik, diharapkan jumlah stolon yang terbentuk

akan lebih baik dan jumlahnya lebih banyak.

Kentang sudah menjadi alternatif diversifikasi pangan masyarakat

Indonesia sehingga konsumsi bahan pangan berumbi semakin meningkat.

Kentang tidak hanya untuk campuran sayur, sup atau membuat perkedel atau

pastel, melainkan juga dijadikan keripik, french fries. Tanaman kentang memiliki banyak varietas antara lain : Varietas Granola yang merupakan varietas unggul

karena produktivitasnya mencapai 30 ton/ha, tahan terhadap penyakit, warna kulit

dan daging umbi kuning, bentuk relatif lonjong/ oval. Varietas desiree umbi

lonjong, kulit merah, daging umbi kuning muda.

Salah satu komoditi andalan Sumatera Utara adalah kentang, yang

diarahkan untuk pasar ekspor disamping memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Ekspor kentang menduduki peringkat pertama dalam hal volume maupun devisa

diantara seluruh ekspor sayur-sayuran di Sumatera Utara. Tetapi Produksi kentang

per Ha masih lebih rendah dibandingkan di Jawa bahkan di luar negeri. Dengan

penggunaan ZPT giberelin dan varietas diharapkan dapat meningkatkan produksi

(19)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi

beberapa varietas kentang.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian giberelin terhadap pertumbuhan dan produksi pada beberapa varietas

kentang (Solanum tuberosum L.)

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh Pemberian giberelin dan penggunaan varietas yang berbeda

serta interaksi kedua perlakuan terhadap terhadap pertumbuhan dan produksi

kentang (Solanum tuberosum L.).

Kegunaan Penelitian

Untuk bahan dalam penyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk

mendapat gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Sharma (2002), kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki sistematika sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospemae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberesum L.

Akar memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar tunggang bisa

menembus sampai kedalaman 45 cm. Sedangkan akar serabutnya tumbuh

menyebar (menjalar) ke samping dan menembus tanah dangkal. Akar berwarna

keputih-putihan, halus dan berukuran sangat kecil. Dari akar-akar ini ada akar

yang akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon) dan

akhirnya menjadi umbi (Setiadi, 2009).

Batang yang berada di atas permukaan tanah berwarna hijau polos, hijau

kemerahan, atau ungu tua. Penampang lintang batang berbentuk bulat atau

bersudut. Batang yang bersudut dapat bersayap dan tidak bersayap, sayap dapat

berupa lebar (> 0,5 cm) atau sempit (<0,5 cm) dan tepi sayap dapat lurus atau

(21)

Pertumbuhan batang memiliki tiga tipe yaitu tegak, menyebar dan menjalar

(Soelarso, 1997).

Daun majemuk menempel di satu tangkai (rachis). Jumlah helai daun

umumnya ganjil, saling berhadapan dan di antara pasang daun terdapat pasangan

daun kecil seperti telinga yang di sebut daun sela. Pada pangkal tangkai daun

majemuk terdapat sepasang daun kecil yang disebut daun penumpu (stipulae).

Tangkai lembar daun sangat pendek dan seolah-olah duduk. Warna daun hijau

muda sampai hijua gelap dan tertutup oleh bulu-bulu halus (Sunarjono, 2007).

Bunga kentang berjenis kelamin dua (hermaphroditus atau bunga

sempurna), warna mahkota bunga putih, merah jambu, atau ungu. Daun kelopak,

daun mahkota dan benang sari masing-masing berjumlah 5 buah dengan satu buah

putik. Mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang, benang sari

berwarna kuning melingkari putik. Bunga kentang tersusun dalam bentuk

karangan bunga yang tumbuh pada ujung batang. Satu karangan memiliki 1-30

bunga tapi umumnya 7-15 pada tiap karanagn bunga. Susunanya ada yang

sederhana atau majemuk. Bunga kentang membuka pada pagi hari dan menutup

pada sore hari yang berlangsung 3-7 hari (Soelarso, 1997).

Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah akan membesar dan

berkembang menjadi buah. Buah berwarna hijau tua sampai keungu-unguan,

berbentuk bulat, berukuran kira-kira 2,5 cm dan berongga dua. Buah kentang

mengandung 500 bakal biji dan yang dapat berkembang menjadi biji hanyalah

berkisar antara 100-300 biji. Buah bisa dipanen pada umur 6-8 minggu setelah

(22)

Umbi terbentuk dari ujung stolon yang membengkak. Pada bagian ujung

umbi terdapat banyak mata yang bersisik, sedangkan pada bagian pangkalnya atau

tangkai umbi tidak ada matanya. Mata umbi tersebut dapat tumbuh menjadi

tanaman baru. Satu mata umbi bisa menghasilkan satu batang utama atau lebih

(Sunarjono, 2007).

Syarat Tumbuh

Iklim

Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap budi daya tanaman kentang.

Di Indonesia, tanaman kentang di usahakan di daerah yang memiliki ketinggian

500 m – 3000 m di atas permukaan laut, dan pada ketinggian optimum antara

1000 m – 2000 m di atas permukaan laut (Soelarso, 1997).

Tanaman kentang memerlukan banyak air, terutama pada stadia berbunga,

tetapi tidak menghendaki hujan lebat yang berlangsung terus-menerus. Curah

huajn yang baik untuk pertumbuhan tanaman kentang ialah 2.000-3000

mm/tahun. Hujan lebat yang berkepanjangan menghambat pancaran sinar

matahari, memperlemah energi surya, hingga fotosintesis tidak berlangsung

optimal. Hal ini menyebabkan umbi yang terbentuk kecil dan produksinya rendah

(Sunarjono, 2007).

Suhu udara yang ideal untuk kentang berkisar antara 15 – 180 C pada

malam hari dan 24 – 300 C di siang hari. Namun kentang masih bisa hidup di

daerah yang suhu udaranya terutama pada malam hari di bawah suhu ini. Ukuran

(23)

mempunyai suhu pada siang hari 24 – 350 C dan 15 – 240 C di malam hari

(Setiadi, 2009).

Untuk pembentukan umbi, tanaman kentang menghendaki hari pendek,

tetapi untuk pembentukan bunga tanaman menghendaki hari panjang 16-18 jam

sehari. Di daerah tropok basah seperti di Indonesia, hari pendek disertai suhu

tinggi akan mendorong pembentukan umbi yang optimal. Sebaliknya, bila hari

lebih panjang pembentukan umbi akan terhampat, kadang-kadang tanaman tidak

menghasilkan umbi (Sunarjono, 2007)

Tanah

Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai struktur

cukup halus atu gembur, darinase baik, tanpa lapisan kedap air, debu atau debu

berpasir dan sedikit kering. Lapisan keras akan menyebabkan genangan air dan

perakaran kentang tidak dapat menembus lapisan kedap air. Lebih suka tanah

vulkalis (andosol). Tanah lempung berpasir dan subur, rasa umbi lebih enak dan

kandungan karbohidratnya lebih tinggi. Pada tanah liat yang berat, umbi

cenderung berlemak dan aromanya berkurang (Soelarso, 1997).

Tanah yang gembur atau mengandung sedikit pasir,mengandung banyak

humus merupakan tanah yang bisa menjaga kelembapan tanah ketika musim

hujan. Kelembapan tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%.

Kelembapan yang lebih dari ini menyebabkan kentang mudah terserang oleh

penyakit busuk batang, leher akar atau umbi (Setiadi, 2009).

Tanaman kentang tumbuh pada tanah dengan pH antara 5-5,5. Pada tanah

(24)

keracunan Mn. Selain itu tanaman menjadi mudah terserang nematoda. Sementara

itu pada tanah basa (pH lebih dari 7), sering timbul gejala keracunan unsur K dan

umbinya mudah terserang penyakit kudis, sehingga tidak laku dijual

(Sunarjono, 2007).

Pertumbuhan Kentang

Baik pembentukan ubi maupun umbi diikuti dengan penghentian

pertumbuhan memanjang yang normal. Pada brambang penghentian ini bersifat

sistemik dan sempurna, termasuk pula penghambatan pertumbuhan akar (Sideris,

1925) dan perombakan dalam daun maupun akar yang telah berkembang. Pada

tanaman pembentuk umbi, terjadi hambatan pertumbuhan batang dimana akan

terbentuk ubi, ini merupakan hambatan sistemik pertumbuhan vegetatif. Masa

perkembangan ubi bersamaan waktunya dengan penghentian pertumbuhan bagian

tanaman diatas tanah, diikuti senescence bagian tersebut pada akhir pembentukan

atau pertumbuhan ubi (Heddy, dkk, 1994).

Pembelahan pada bakal umbi selanjutnya berlansung pada semua selnya,

sehingga penampang melintang (diameter) umbi bertambah cepat. Ukuran umbi

pada dasarnya tergantung pada aktivitas pembelahan sekunder yang terjadi pada

semua sel umbi, tetapi laju pembelahan dan pembesaran sel tidak seragam pada

semua bagian umbi. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan umbi

adalah laju dan kuantitas fotisintat yang dipasok dari tajuk tanaman. Pada tanaman

kentang, ukuran umbi rata-rata berbanding terbalik dengan jumlah umbi yang

terbentuk. Pertumbuhan umbi akan terhenti jika tajuk tanaman mati karena

(25)

Usaha budidaya tanaman (bertanam) merupakan suatu kegiatan vital

dalam kelangsungan hidup manusia yang menggunakan hasil tanaman sebagai

bahan makanan utama dan untuk banyak keperluaan lain. Karena itu tujuan akhir

dari segala upaya yang dilakukan pada setiap usaha bertanama, apapun yang

dilakukan, adalah untuk mendapatkan hasil yang setinggi mungkin baik dari

kuantitas maupun kualitas dan apakah itu berupa bagian generatif atau vegetatif

tanaman (Sitompul dan Bambang, 1995).

Pertumbuhan dan mutu kentang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti

temperatur, kelembapan, cahaya, jenis tanah dan nutrisi. Banyak faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan kentang yang tak dapat dikendalikan: panjangnya

bertumbuh musim, udara dan temperatur tanah, intensitas cahaya dan lamanya,

kelembaban dan angin. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan panen

dapat dikendalikan oleh penanam: varetas kentang, ukuran benih umbi,

pemotongan umbi, jenis potongan umbi, ukuran potongan umbi, operasi penanam,

tumbuhan berdiri,batang tanaman utama, kelembapan, nutisi, pengendalian hama,

waktu penanaman dan tanggal panen. Hanya ketika semua faktor level optimum

maka akan didapat kentang berkwalitas dengan hasil yang menguntungkan

Pertumbuhan kentang terdiri dari 3 stadium pertumbuhan yaitu :

1. Stadium Awal Pertumbuhan

a. Bila jumlah suhu komulatif setelah penanaman (12-13 hari) tunas akan

muncul pada permukaan tanah.

b. Pada saat bersamaan tumbuhnya tunas di permukaan tanah, tumbuh stolon.

(26)

d. Setelah stadium primordia bunga, batang umbi akan memanjang dengan

cepat.

2. StadiumTertinggi Pertumbuhan

a. Kira-kira 10-20 hari setelah tunas tumbuh, bentuk primordia bunga sudah

dapat terlihat.

b. Di bagian dalam tanah, ujung stolon menebal mulai membentuk umbi.

c. Kira-kira 20-25 hari setelah bertunas, umbi mulai membesar dan pada

stadium ini jumlah kentang dapat diperhitungkan.

d. Umbi akan terus membesar sampai daun-daun mati.

e. Pertumbuhan batang paling aktif adalah pada sekitar 25-30 hari setelah

bertunas

f. Biasanya, 45-50 hari setelah tumbuhnya tunas, pertumbuhan batang

berhenti.

g. Pada stadium perhentian pertumbuhan batang, jumlah pengisapan air

sangat tinggi. Bila pada saat ini persediaan air tidak mencukupi,

pertumbuhan di permukaan tanah akan berkurang dan hasilnya akn

menurun.

h. Pada iklim sejuk, kandungan zat tepung tinggi, sedangkan pada suhu

tinggi akan menurun.

3. Stadium Penyempurnaan Umbi

a. Setelah 75-80 hari bertunas, daun-daun umumnya menguning sekitar 10

hari kemudian mati.

(27)

c. Kentang yang telah dipanen akan memasuki masa dormansi dan tidak

bertunas lagi.

d. Masa dormansi berbeda-beda menurut varietasnya, tetapi umumnya sekitar

85-105 hari.

(Soelarso, 1997).

Varietas

Secara botani, varietas adalah suatu populasi tanaman dalam satu spesies

yang menunjukkan ciri berbeda yang jelas.Dalam

merupakan unit terkecil dalam hierarki klasifikasi. Semua anggota spesies yang

sama dapat secara alamiah saling kawin dan menghasilkan keturunan. Namun

demikian, untuk sejumlah spesies tertentu terdapat variasi yang sangat jelas di

dalamnya

Kelastarian sifat yang dimiliki suatu tanaman atau kelompok tanaman dari

generasi ke generasi berikutnya sangat tergantung pada kombinasi gen yang

terdapat dalam kromosom sel tanaman.Kombinasi atau kumpulan gen-gen

tersebut pada suatu individu tanamandisebut genitipe. Perwujutan genotipe yang

tanpak disebut phenotipe, yakni penampilan suatu genotipe tertentu pada

lingkungan tempat tumbuh tanaman. Hal demikian dikenal sebagai interaksi

antara faktor genetik dengan lingkungan (Sitompul dan Bambang, 1995).

Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya

produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat

(28)

akan menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan menurun tergantung

pada komposisis genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).

Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman

penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase

pertumbuhan yang berbeda pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai

bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan

tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan selalu dan mungkin

terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama

(Sitompul dan Bambang, 1995).

Selain ditentukan oleh faktor kultur teknis, produksi tanaman kentang juga

ditentukan oleh banyaknya tunas batang tersebut. Secara teoritis, makin banyak

tunas bantang, makin banyak umbi yang terbentuk. Satu batang biasanya

mempunyai 1-5 umbi. Penggunaan umbi belah (1/2 umbi, 1/3 umbi atau ¼ umbi)

akan mengurangi jumlah tunas cabang, konsekuansinya jumlah umbi lebih sedikit

(Sunarjono, 2007).

Varietas granola merupakan varietas unggul karena produktifitasnya bisa

mencapai 30-35 ton/Ha. Dari jumlah ini, 20 ton berkualitas baik (AB), 5 ton

kualitas sedang (C), 4 ton kualitas TO (campuran) dan 1 ton kualitas rindil.

Granola juga tahan terhadap penyakit, bila varietas lain kerusakan akibat penyakit

biasa 30%, granola hanya 10%. Umur panen normal adalah 90 hari, meskipun

umur 80 hari sudah dapat dipanen. Warna kulit dan daging umbi kuning dan

(29)

Varietas Selek tani berbatang besar, berdaun rimbun, berbunga ungu, dan

mudah berbuah. Tanaman tahan terhadap penyakit Phytophora infestans, penyakit

layu dan virus daun menggulung dan penyakit kulit. Selek tani termasuk kentang

berumur sedang (110 hari) dan produktivitasnya tinggi. Umbi Selek tani

berbentuk oval sampai oval panjang, bermata dangkal, kulit berwarna kuning, dan

dagingnya kuning.

Giberelin

Giberelin ditemukan di Jepang dalam penelitian mengenai penyakit padi

yang menyebabkan tanaman tumbuh sangat tinggi. Tanaman tak dapat tegak dan

kemudian mati akibat lemahnya batang dan kerusakan oleh parasit. Sejak 1890-an

orang Jepang telah mengenal penyakit ini, disebut penyakit bakanae yang disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi. Tahun 1926, ahli penyakit tanaman menemukan bahwa ekstrak dari jamur ini bila diberikan pada tanaman padiakan

menyebabkan gejala yang sama dengan serangan langsung. Tahun 1930-an T.

Yabuta dan T. Hayashi dapat mengisolasikan senyawa aktif dari jamur ini dan

disebut dengan giberelin (lakitan, 1996).

Beberapa fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :

1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga

tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses

pembelahan sel.

2. Meningkatkan pembungaan.

3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah

(30)

lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan

menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi

perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak

endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi

pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecambah

4. Berperan pada pemanjangan sel.

5. Berperan pada proses partenokarpi. pada beberapa kasus pembentukan buah

dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi atau pembuahan, proses ini dinamai

partenokarpi.

Agar hormon tumbuhan yang terdapat dalam jumlah yang relatif sangat

kecil bersifat aktif dan khas, dapat dipastikan harus ada tiga syarat utama dalam

sistem respon yaitu:

1. Hormon harus ada dalam jumlah yang cukup dalam sel yang tepat.

2. Hormon harus dikenali dan diikat erat oleh setiap kelompok sel yang tanggap

terhadap hormon (sel sasaran yang peka), diperlukan protein penerima yaitu

suatu protein yang memilih suatu diantara molekul yang jauh lebih kecil.

3. Protein penerima harus bias menyebabkan perubahan metabolik lainyang

mengarah pada penguatan isyarat atau kurir hormon. Nyatanya, proses

penguatan terjadi secara berurutan,sebelum respon terhadap terjadi.

(Santoso dan Fatimah, 2004).

Bila dormansi berakhir dengan adanya imbibisi air dan pada

keadaan-keadaan tertentu dengan hilangnya inhibitor, biji kembali menjadi pusat aktivitas

(31)

subselular terorganisasi. Pada beberapa tumbuhan aktivitas sitokinin meningkat

dengan cepat segera setelah embrio menjadi turgid kembali. Pada biji serealia,

gibberellin dilepaskan dari embrio dan diangkut ke endosperm dimana zat ini

menyebabkan dimulainya perombakan simpanan pati dam protein. Gibberellin

menginisiasi sintesa amilase, enzim pencerna, dalam sel aleuron, lapisan

sel-sel paling luar dari endosperm. Giberelin juga terlibat dalam pengaktifan sintesa

protease dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Senyawa-senyawa gula dan

asam-asam amino, zat-zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh aktivitas amilase dan

protease ditranspor ke embrio dan di sini zat-zat ini mendukung perkembangan

embrio dan munculnya kecambah (Heddy, 1996).

Giberelin (GA) merupakan kelompok lainnya dari zat pengatur tumbuh

atau hormon. Kelompok ini dicirikan dengan adanya struktur dasar kimia yang

disebut rangka ’gibbane’. Meskipun telah banyak ditemukan berbagai bentuk GA dengan berbagai variasi aktivitas biologinya, ternyata hanya 2-3 saja yang dapat

dikatakan komersil salah satunya Giberelin acid (GA3). Dari tanaman telah

dijumpai ±72 jenis GA. GA ada yang mengelompokan menjadi 2, yaitu : GA

dengan jumlah karbon 19, merupakan kelompok yang paling aktif dan GA dengan

jumlah karbon 20. GA sintetik yang paling banyak dipasaran dalah GA3 disusul

GA4, GA7 dan GA9 yang semuanya termasuk dalam kelompok berkarbon 19

(32)

GA3 yang lazim digunakan tampaknya yang paling lambat terurai, namun

selama pertumbuhan aktif, sebagian besar giberelin dimetabolismekan dengan

cepat melalui proses hidroksilasi, menghasilkan produk yang tidak aktif. Juga,

giberelin dengan mudah diubah menjadi konjugat yang sebagian besar tidak aktif.

Konjugat ini mungkin disimpan atau dipindahkan sebelum dilepaskan pada saat

dan tempat yang tepat. Konjugat yang dikenal meliputi glukosida, yang

glukosanya dihubungkan dengan ikatan eter pada salah satu gugus –OH atau

dengan ikatan ester pada gugus karboksil giberelin tersebut. Proses metabolik

penting lainnya ialah perubahan giberelin yang aktif sekali menjadi kurang aktif

(Salisbury and Ross, 1995).

GA dapat merangsang pertumbuhan batang pada strain pendek kacang

kapri dan sebagian strain pendek jagung. GA juga mengingkatkan besaran daun

beberapa jenis tumbuhan. Demikian juga besar bunga dan buah dapat

ditingkatkan. Giberelin dapat pula memecahkan dormansi biji dan tunas pada

sejumlah tanaman. Respon terhadap giberelin meliputi peningkatan pembelahan

sel dan pembesaran sel. Giberelin lebih efektif pada tanaman utuh (Heddy, 1996).

CH3 COOH

Gibberellic-acid (GA3)

(33)

Biji yang belum matang mengandung giberelin dalam jumlah yang cukup

tinggi dibandingkan dengan bagian tumbuhan lainnya. Daun muda diduga

menjadi tempat utama sintesis giberelin seperti halnya auksin. Akar

juga mensintesis giberelin, namun giberelin eksogen menimbulkan efek

kecil pada pertumbuhan akar, dan menghambat pertumbuhan akar, dan

menghambat pertumbuhan akar liar. Untuk giberelin, selain melalui difusi,

pengangkutan berlangsung melalui xilem dan floem dan tidak polar

(Salisbury and Ross, 1995).

Aspek khusus dari pertumbuhan adalah dormansi (ketidak aktifan). Pada

tanaman yang rontok tunas apikal menjadi dorman (tak aktif) setiap musim gugur

dan pertumbuhan berlangsung hanya jika dormansi dipecahkan dengan proses

dingin atau siklus gelap oleh cahaya yang tepat. Untuk beberapa tanaman, seperti

birch dan sycamore (Eagles dan Wareing, 1964), giberelin mampu mengganti

pemrosesan dingin atau cahaya, dengan hasil bahwa kapasitas tunas dipulihkan.

Biji-biji juga sering memperlihatkan dormansi (Wilkins, 1989).

Pemberian giberelin langsung pada daun sedikit memaju pertumbuhannya

Dan mempengaruhi bentuknya, sedangkan bila langsung diberikan pada akar,

biasanya hampir tidak terlihat efeknya pada akar itu sendiri. Tapi, bila giberelin

diberikan dengan cara apa pun di tempat yang dapat mengangkutnya ke aspek

tajuk, peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel tampak mengarah pada

pemanjangan batang dan (pada beberapa spesies) perkembangan daun muda. Pada

spesies yang perkembangan daunnya berlangsung lebih cepat, terpacunya laju

fotosintesis menghasilkan peningkatan keseluruhan pertumbuhan termasuk akar

(34)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitia

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian di Desa Gurusinga,

Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan ketinggian

± 1.340 m di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember

2010 hingga bulan Maret 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kentang varietas

granola (G4), selek tani (G7), giberelin, NaOH, alkohol 96%, air, pupuk kandang,

pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, fungisida Manzate 82WP, insektisida

Meotrin 50EC dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,

meteran, tali plastik, bambu, timbangan, pacak sampel, plang nama, dan alat tulis

dan peralatan lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor 1 : Varietas kentang (V) dengan 2 Taraf perlakuan yaitu :

V1 : varietas granola

(35)

Faktor 2 : Konsentrasi giberelin (G) dengan 4 Taraf perlakuan yaitu :

G0 : 0 mg/ liter

G1 : 5 mg/ liter

G2 : 10 mg/ liter

G3 : 15 mg/ liter

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 8 kombinasi yaitu :

V1G0 V2G0

VIGI V2G1

VIG2 V2G2

VIG3 V2G3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah kombinasi : 8 kombinasi

Jumlah plot penelitian : 24 petak

Jarak antar plot : 100 cm

Jarak antar ulangan : 150 cm

Jarak tanam : 100 cm x 40 cm

Jumlah tanaman/plot : 20 tanaman

Jumlah tanaman sampel : 6 tanaman

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 144 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 440 tanaman

(36)

Model Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana :

Yijk :Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan varietas pada

taraf ke-j dan konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

µ :Nilai tengah perlakuan

ρi :Pengaruh blok ke-i

αj :Pengaruh varietas pada taraf ke-j

βk :Pengaruh konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

(αβ)jk :Pengaruh interaksi antara varietas pada taraf ke-j dan konsentrasi

giberelin pada taraf ke-k

εijk :Pengaruh galat percobaan blok ke-i yang mendapat perlakuan

varietas ke-j dengan konsentrasi giberelin pada taraf ke-k

Jika analisis data nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji

(37)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Lahan dibersihkan dari rerumputan, batuan dan sampah-sampah lainnya.

Kemudian lahan diolah dengan menggunakan traktor yang bertujuan

menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah lahan diolah kemudian dibuat

plot sesuai dengan metode penelitian.

Pembuatan Plot dan Saluran Drainase

Plot berukuran lebar 240 cm, panjang 380 cm dan tinggi 25 cm dan jarak

antar bedengan 100 cm. Selanjutnya dibuat saluran drainase pada pinggir lahan

dengan lebar 50 cm yang lebih rendah dari lahan.

Persiapan Bibit

Bibit kentang yang digunakan adalah bibit yang berukuran 31-45 gram.

Bibit yang digunakan adalah bibit yang mata tunasnya belum tumbuh yang akan

siap tanamam 14 hari kemudian.

Pembuatan Larutan Giberelin

Giberelin yang digunakan adalah giberelin berbentuk serbuk dengan

kandungan 96%. Setiap perlakuan dengan berat giberelin 5 mg/l (35 mg/7 l air),

10 mg (70 mg/l air) dan 15 mg (105 mg/l air). Giberelin di larutkan dengan

menggunakan NaOH dan alkohol 96%, setelah giberelin larut maka dapat di

(38)

Perlakuan Bibit dengan Giberelin

Bibit yang telah disediakan direndam dalam larutan giberelin selama 1

jam, sedangkan untuk perlakuan kontrol direndam dengan air selama 1 jam.

Kemudian bibit ditiriskan dan dikering anginkan kemudian bibit disimpan

kembali di dalam kardus dan diutup dibiarkan selama 14 hari

Penanaman

Sebelum penanaman dibuat lubang tanam sedalam 5-10 cm dengan jarak

tanam 100 cm x 40 cm. Penanaman dilakukan dengan cara memasukkan bibit

pada lubang tanam yang telah ditentukan. Masing-masing lubang dimasukkan

bibit dengan posisi tunas menghadap keatas selanjutnya ditutup dengan tanah

setebal ± 5 cm.

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sebanayak 1kg/lubang

tanama dan pupuk Urea (15,2 gr/tanaman), SP-36 (10 gr/tanaman) dan KCL

(9 gr/tanaman). Pupuk kandang dimasukkan pada lubang tanam bersamaan

dengan pupuk Urea, SP-36 dan KCL kemudian di campurkan dengan tanah

menggunakan cangkul dan ditutup dengan tanah yang berasal dari galian lubang

tanam. Pupuk Urea diberikan 2 tahap yaitu pada saat sebelum penanaman dan

pada saat tanaman berumur 4MST. Pemupukan urea pada tahap ke dua diberikan

(39)

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma yang dilakukan secara

manual dengan cara mencabut gulma. Pembumbunan dilakukan bersamaan

dengan penyiangan yang dilakukan dengan cara mempertinggi permukaan tanah

di sekitar tanaman sehingga lebih tinggi dari tanah sekelilingnya dan memperbaiki

bentuk bedengan yang rusak. Pembumbunan dilakukan 2 kali yaitu pada umur

30 HST bersamaan dengan pemberian pupuk susulan dan pada umur 60 HST.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan intensif dengan

pemberian pestisida. Pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida Manzate

82WP dengan dosis 0,4 gr/liter air. Pengendalian hama dilakukan dengan

insektisida Meotrin 50EC dengan dosis 2 ml/liter air. Pengendalian dilakukan

dengan interval 1 minggu sekali dan pada tanaman yang terserang di lakukan 2

kali seminggu .Penyemprotan dilakukan merata sampai dibelakang sisi daun.

Panen

Pemanenan dapat dilakukan dengan kriteria daun menguning merata dan

kulit umbi tidak mudah lecet sehingga tidak mudah terluka terkena gesekan dan

batangnya telah menguning dan telah mencapai umur panen. Pemanenan

dilakukan pada saat umur tanaman 97 hari. Umbi kentang dipanen dengan cara

membongkar guludan secara hati-hati dengan menggunakan cangkul agar umbi

(40)

Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai ke titik

tumbuhTanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran tanaman dilakukan

mulai umur 3 MST dengan interval 1 minggu sampai tanaman berumur 9 MST.

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3)

Perhitungan jumlah klorofil yaitu dengan dengan menggunakan klorofil

meter. Pengukuran dilakukan pada 10 daun pada setiap batang atau cabang

tanaman per sampel dan dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman

berumur 50HST.

Jumlah Batang Utama per Sampel (Batang)

Jumlah batang utama di hitung banyaknya jumlah batang yang muncul

pada permukaan tanah yang dilakukan pada saat tanaman berumur 9 MST

Jumlah Umbi Per Sampel (Umbi)

Umbi dihitung seluruhnya pada setiap tanaman sampel dengan mengamati

berapa banyak umbi yang terdapat pada setiap tanaman sampel. Dihitung setelah

selesai panen.

Berat Umbi Per Sampel (Kg)

Berat umbi dihitung setelah selesai panen, dilakukan pada tanaman sampel

pada setiap perlakuan. Umbi terlebih dahulu dibersihkan dari tanah yang

(41)

Berat Umbi Per Plot (Kg)

Berat umbi dihitung setelah selesai panen, dilakukan pada setiap plot,

kemudian ditimbang berat umbi seluruhnya.

Jumlah Kelas Umbi per Plot

Mutu umbi di amati kemudian dimasukkan ke dalam kelas-kelasnya yaitu:

Kelas AA (Super) : > 200 g/umbi

Kelas A : 146 – 200 g/umbi

Kelas B : 101 -145 g/umbi

Kelas C : 65 - 100 g/umbi

Kelas D : < 65 g/umbi

Produksi Per Hektar (Ton)

Dari hasil yang telah diperoleh dihitung produksi per hektar tanaman

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil analisis secara statistika menunjukkan perlakuan varietas

berpengaruh terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah batang utama, berat umbi

per tanaman sampel, jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per plot,

jumlah kelas umbi A, B, C, D dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh

nyata terhadap parameter jumlah klorofil daun dan jumlah kelas umbi AA.

Giberelin berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah batang utama,

berat umbi per tanaman sampel, jumlah umbi per tanaman sampel, berat umbi per

plot,jumlah kelas umbi B dan produksi per hektar tetapi tidak berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman, jumlah klorofil dan jumlah kelas umbi AA, A, C, dan D.

Interaksi antara varietas dan giberelin menunjukkan pengaruh yang tidak

nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman kentang umur 3 s/d 9 MST serta analisis

sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 5 s/d 18 yang menunjukkan perlakuan

varietas berpengaruh pada umur 3 s/d 9 MST. Sedangkan perlakuan giberelin

pada umur 3 s/d 9 MST serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan tinggi tanaman kentang umur 9 MST pada berbagai perlakuan

(43)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada umur 9 MST (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l)

Rataan

0 5 10 15

Granola 58.36 63.38 61.67 63.02 61.61 b

Selek tani 74.35 72.93 75.65 77.03 74.99 a

Rataan 66.36 68.16 68.66 70.03

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

tinggi tanaman 9 MST yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Selek tani

yaitu 74.99 cm dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 61.61 cm.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa pemberian giberelin berpengaruh terhadap

tinggi tanaman 9 MST pada tanaman kentang. Tinggi tanaman tertinggi terdapat

pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 70.03 cm dan berturut-turut diikuti oleh

konsentrasi 10 mg/l yaitu 68.66 cm, 5 mg/l yaitu 68.16dan tanpa pemberian

giberelin yaitu 66.36 cm.

Gambar 1. Hubungan Tinggi Tanaman 9 MST (cm) dengan Varietas Kentang.

Dari gambar 1 terlihat bahwa tinggi tanaman kentang 9 MST tertinggi

(44)

Jumlah Batang Utama per Sampel (Batang)

Data pengamatan jumlah batang utama per sampel kentang pada umur

9 MST serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 19 s/d 20 yang

menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin berpengaruh nyata terhadap

jumlah batang utama serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap

jumlah batang utama.

Data rataan jumlah batang utama per tanaman sampel kentang umur

9 MST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan Jumlah batang utama per tanaman sampel kentang umur 9 MST (batang) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin.

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 3.11 3.28 3.06 3.61 3.26 b

Selek tani 4.72 4.83 5.83 6.00 5.35 a

Rataan 3.92 c 4.06 c 4.44 b 4.81 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

jumlah batang utama 9 MST yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas

Selek tani yaitu 5.35 batang dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 3.26 batang.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah

batang utama 9 MST pada tanaman kentang. Jumlah batang terbanyak terdapat

pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 4.81 batang, dan berturut-turut diikuti oleh 10 mg/l

yaitu 4.44 batang, 5 mg/l yaitu 4.06 batang dan tanpa pemberian giberelin yaitu

(45)

Gambar 2. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (Batang) dengan Varietas kentang.

Dari gambar 2 terlihat bahwa jumlah batang utama per sampel 9 MST

terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan jumlah batang utama kentang umur 9 MST dengan berbagai

perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (Batang) dengan Giberelin.

Gambar 3 menunjukkan hubungan jumlah batang utama per sampel pada

berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah batang utama

(46)

Jumlah Klorofil Daun (unit/6 mm3)

Data pengamatan jumlah klorofil daun kentang kentang pada umur

50 HST serta analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 21 s/d 22 yang

menunjukkan perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun.

Data rataan jumlah klorofil daun kentang umur 50 HST pada berbagai

perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan Jumlah klorofil daun kentang umur 50 HST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin.

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 50.97 49.47 49.62 50.06 50.03

Selek tani 49.86 48.68 50.23 49.91 49.67

Rataan 50.41 49.08 49.93 49.99

Dari Tabel 3 dapat dilihat varietas berpengaruh terhadap jumlah klorofil

yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Granola yaitu 50.03 dan diikuti oleh

varietas Selek tani yaitu 49.67.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin bepengaruh terhadap jumlah

klorofil daun. Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada konsentrasi tanpa

pemberian giberelin yaitu 50.41 dan berturut-turut diikuti oleh 15 mg/l yaitu

49.99,10 mg/l yaitu 49.93 dan 5 mg/l yaitu 49.08.

Jumlah Umbi per Sampel (umbi)

Data pengamatan jumlah umbi per sampel kentang serta analisis sidik

ragamnya dapat dilihat pada lampiran 23 s/d 24 yang menunjukkan perlakuan

varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah

(47)

Data rataan jumlah umbi per sampel kentang pada berbagai perlakuan

varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah umbi per sampel (umbi) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 8.11 10.33 10.89 12.28 10.4 b

Selek tani 15.44 16.22 16.89 18.56 16.78 a

Rataan 11.78 d 13.28 bc 13.89 b 15.42 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

jumlah umbi per sampel yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek tani

yaitu 10.67 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 10.4 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah

umbi per sampel pada tanaman kentang. Jumlah umbi per tanaman sampel

terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 15.42 umbi, dan berturut-turut

diikuti oleh 10 mg/l yaitu 13.89 umbi, 5 mg/l yaitu 13.28 umbi dan tanpa

pemberian giberelin yaitu 11.78.

(48)

Dari gambar 4 terlihat bahwa jumlah umbi per tanaman sampel (umbi)

terbanyak pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan jumlah umbi per tanaman sampel kentang berbagai perlakuan

giberelin dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) dengan Giberelin.

Gambar 5 menunjukkan hubungan jumlah umbi per sampel (umbi) pada

perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah umbi per sampel akan

meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

Berat Umbi per Sampel (Kg)

Data pengamatan Berat umbi per sampel kentang serta analisis sidik

ragamnya dapat dilihat pada lampiran 25 s/d 26 yang menunjukkan perlakuan

varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat

umbi per sampel.

Data rataan berat umbi per sampel tanaman kentang pada berbagai

perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 5.

(49)

Tabel 5. Rataan Berat umbi per sampel (kg) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin.

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 0.95 1.18 1.16 1.34 1.16 b

Selek tani 1.73 1.74 1.88 1.84 1.8 a

Rataan 1.34 d 1.46 bc 1.52 ab 1.59 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

berat umbi per tanaman sampel yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas

Selek tani yaitu 1.8 kg dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 1.16 kg.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap berat

umbi per tanaman sampel pada tanaman kentang. Berat umbi per tanaman sampel

tertinggi terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 1.59 kg, dan berturut-turut

diikuti oleh 10 mg/l yaitu 1.52 kg, 5 mg/l yaitu 1.46 kg dan tanpa pemberian

giberelin yaitu 1.34 kg.

Gambar 6. Hubungan antara berat umbi per sampel (kg) dengan Varietas.

Dari gambar 6 terlihat bahwa berat umbi per tanaman sampel (kg)

(50)

Hubungan berat umbi per tanaman sampel (kg) kentang berbagai

perlakuan giberelin dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Hubungan Berat Umbi per Sampel (Umbi) dengan Giberelin.

Gambar 7 menunjukkan hubungan jumlah batang utama per tanaman

sampel pada berbagai perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah batang

utaman tanaman akan meningkat sejalan dengan bertambahnya konsentrasi

giberelin.

Berat Umbi per Plot (kg)

Data pengamatan berat umbi per plot kentang serta analisis sidik ragamnya

dapat dilihat pada lampiran 27s/d 28 yang menunjukkan perlakuan varietas dan

giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap berat umbi per plot.

Data rataan berat umbi per plot kentang pada berbagai perlakuan varietas

dan giberelin dapat dilihat pada tabel 6.

(51)

Tabel 6. Rataan Berat umbi per plot (Kg) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 19.70 21.94 21.61 23.59 21.71 b

Selek tani 37.80 38.88 40.80 43.93 40.35 a

Rataan 28.75 c 30.41 b 31.20 b 33.76 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

berat umbi per plot (kg) yaitu tertinggi pada tanaman kentang varietas Selek tani

yaitu 40.35 kg dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 21.71 kg.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap berat

umbi per plot (kg) pada tanaman kentang. Berat umbi per plot tertinggi terdapat

pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 33.76 kg, dan berturut-turut diikuti oleh 10 mg/l

yaitu 31.20 kg, 5 mg/l yaitu 30.41 kg dan tanpa pemberian giberelin yaitu

28.75 kg.

Gambar 8. Hubungan antara Berat Umbi per Plot (kg) dengan Varietas kentang.

Dari gambar 8 terlihat bahwa berat umbi per plot (kg) tertinggi pada

(52)

Hubungan berat umbi per plot (kg) dengan berbagai perlakuan giberelin

dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Hubungan berat umbi per plot (kg) dengan Giberelin.

Gambar 9 menunjukkan hubungan berat umbi per plot (kg) pada berbagai

perlakuan giberelin adalah linier yang artinya berat umbi per plot akan meningkat

sejalan dengan bertambahnya konsentrasi giberelin.

Jumlah Umbi Menurut Kelasnya Per Plot.

a. Jumlah Umbi Kelas AA (>200 gr per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas AA (>200 gr per umbi) serta analisis

sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 29 s/d 30 yang menunjukkan

perlakuan varietas dan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak

nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas AA (>200 gr per umbi) kentang pada

berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 7.

(53)

Tabel 7. Rataan jumlah umbi kelas AA (umbi) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/ l air) Rataan

0 5 10 15

Granola 6.33 10.00 7.00 10.67 8.50

Selek tani 9.67 9.67 11.00 10.00 10.08

Rataan 8.00 9.83 9.00 10.33

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

jumlah umbi kelas AA (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas

Selek tani yaitu 10.08 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 8.50 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah

umbi kelas AA (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas AA (umbi)

terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 10.33 umbi, dan berturut- turut

diikuti oleh 5 mg/l yaitu 9.83 umbi, 10 mg/l yaitu 9.00 umbi dan tanpa

pemberian giberelin yaitu 8.00 umbi.

b. Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas A (146-200 g per umbi) serta

analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 31 s/d 32 yang menunjukkan

perlakuan varietas bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas A dan

perlakuan giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas A (146-200 g per umbi) kentang pada

(54)

Tabel 8. Rataan jumlah umbi kelas A pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 10.33 9.67 11.33 10.67 10.5 b

Selek tani 13.67 14.33 13.33 14.67 14 a

Rataan 12.00 12.00 12.33 12.67

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

jumlah umbi kelas A (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek

tani yaitu 14 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 10.5 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah

umbi kelas A (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas A (umbi)

terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 12.67 umbi, dan berturut-

turut diikuti oleh 10 mg/l yaitu 12.33 umbi, 5 mg/l yaitu 12.00 umbi dan tanpa

pemberian giberelin yaitu 12.00 umbi.

Gambar 10. Hubungan antara Jumlah Umbi Kelas A (146-200 g per umbi) dengan Varietas.

Dari gambar 10 terlihat bahwa jumlah umbi kelas A (umbi) terbanyak

(55)

c. Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas B (101–145 g per umbi) serta

analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 33 s/d 34 yang menunjukkan

perlakuan varietasi dan giberelin bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas B

serta interaksi keduanya berpengaruh nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas B (101–145 g per umbi) pada berbagai

perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rataan jumlah umbi kelas B pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 7.00 9.00 13.33 12.33 10.42 b

Selek tani 17.67 20.00 19.33 25.33 20.58 a

Rataan 12.33 d 14.5 bc 16.3 b 18.83 a

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan.

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap parameter

jumlah umbi kelas B (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang varietas Selek

tani yaitu 20.58 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu 10.42 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah

umbi kelas B (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas B (umbi)

terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 18.83 umbi, dan berturut- turut

diikuti oleh 10 mg/l yaitu 16.3 umbi, 5 mg/l yaitu 14.5 umbi dan tanpa

(56)

Gambar 11. Hubungan antara Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Varietas.

Dari gambar 11 terlihat bahwa jumlah umbi kelas B (umbi) terbanyak

pada varietas Selek tani dan diikuti oleh varietas Granola.

Hubungan jumlah umbi kelas B (umbi) dengan berbagai perlakuan

giberelin dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Hubungan Jumlah Umbi Kelas B (101–145 g per umbi) dengan Giberelin.

Gambar 12 menunjukkan hubungan jumlah umbi kelas B pada berbagai

perlakuan giberelin adalah linier yang artinya jumlah umbi kelas B akan

(57)

d. Jumlah Umbi Kelas C (65-100 g per umbi)

Data pengamatan jumlah umbi kelas C (65-100 g per umbi) serta analisis

sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 35 s/d 36 yang menunjukkan

perlakuan varietas bepengaruh nyata terhadap jumlah umbi kelas C dan perlakuan

giberelin serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Data rataan jumlah umbi kelas C (65-100 g per umbi) kentang pada

berbagai perlakuan varietas dan giberelin dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan jumlah umbi kelas C pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin

Varietas Giberelin (mg/l) Rataan

0 5 10 15

Granola 8.33 13.33 10.67 13.33 11.42 b

Selek tani 23.33 23.67 27.00 28.33 25.58 a

Rataan 15.83 18.50 18.83 20.83

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % uji Duncan

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa varietas berpengaruh terhadap

parameter jumlah umbi kelas c (umbi) yaitu terbanyak pada tanaman kentang

varietas Selek tani yaitu 25.58 umbi dan diikuti oleh varietas Granola yaitu

11.42 umbi.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa giberelin berpengaruh terhadap jumlah

umbi kelas C (umbi) pada tanaman kentang. Jumlah umbi kelas C (umbi)

terbanyak terdapat pada konsentrasi 15 mg/l yaitu 20.83 umbi, dan berturut- turut

diikuti oleh 10 mg/l yaitu 18.83 umbi, 5 mg/l yaitu 18.50 umbi dan tanpa

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada umur 9 MST (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin
Tabel 2. Rataan Jumlah batang utama per tanaman sampel kentang  umur 9 MST (batang) pada  berbagai perlakuan varietas dan giberelin
Gambar 3. Hubungan Jumlah Batang Utama 9 MST (Batang) dengan  Giberelin.
Tabel 3. Rataan Jumlah klorofil daun kentang umur 50 HST pada berbagai perlakuan varietas dan giberelin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, jumlah klorofil, umur panen, produksi per sampel, produksi per plot berat biji

Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun pada 2 minggu setelah tanam, diameter umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel,

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, dan produksi umbi per plot.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata umur panen, jumlah umbi per sampel, bobot basah umbi per sampel, dan bobot kering umbi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Varietas Granola (G4) dan Varietas Selek Tani (G7) berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah batang , jumlah umbi per

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, umur berbunga, cabang produktif, jumlah buah per sampel dan berat buah

Hasil analisis data menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun pada 2 minggu setelah tanam, diameter umbi per sampel, bobot segar umbi per sampel,

Perlakuan beberapa jenis varietas berpengaruh nyata pada perameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan panjang daun pasir. Pada penelitian ini perlakuan