Lampiran 1. Bagan lahan penelitian
I II III IV
25 cm
30 cm 25 cm
X = Tanaman Sampel
X
X
X
X X
X
200 cmLampiran 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian
No. Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan (bila tidak turun hujan)
Penyulaman X X
Penyiangan dan Pembumbunan Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
Pengangkatan Lilit Batang X Pengendalian Hama dan penyakit Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
Lampiran 4. Deskripsi Ubi jalar Varietas Antin-1
Asal : Persilangan varietas lokal Samarinda dari Blitar dengan Kinta varietas lokal Papua Daya hasil : 26-36 t/ha
Umur panen : 4,0-4,5 bulan Tipe tanaman : Semi kompak Kemampuan menjalar : Sedikit membelit Diameter buku ruas : Sedang
Panjang buku ruas : Sangat Panjang
Warna dominan sulur : Hijau dengan sedikit bercak ungu Warna sekunder sulur : Hijau pada pangkal
Batang : Berbulu
Garis bentuk umum daun : Segitiga samasisi (triangular) Tepi cuping (anak daun) : Berlekuk sangat dangkal Jumlah cuping (anak daun) : 3
Bentuk cuping bagian tengah : Segitiga samasisi (triangular) Ukuran daun dewasa : Sedang
Pigmentasi urat daun bagian
bawah : Sebagian kecil ungu diseluruh urat daun Warna daun dewasa : Hijau
Warna daun muda : Ungu kecoklatan
Ukuran daun : Sedang
Panjang tangkai daun : Pendek
Pigmentasi tangkai daun : Hijau dengan ujung ungu
Bentuk umbi : Bulat telur melebar pada ujung umbi Warna kulit umbi : Putih susu krem
Kadar pati : 32,48% Kadar betakarotin : 380,92 μg/100 g Kadar vitamin C : 21,52 mg/100 g Kadar Antosianin : 33,89 mg/100 g
Ketahanan thd hama : Agak tahan boleng (Cylas formicarius) Ketahanan thd penyakit : Tahan kudis (S.batatas) dan bercak daun
(Cercospora sp.), toleran kekeringan
Pemulia : M. Jusuf, Tinuk S.W., Joko Restuono, dan
Lampiran 5. Deskripsi Ubi jalar Varietas Kidal Tahun pelepasan : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 529/Kpts/TP.240/10/2001 No. induk : Inaswang Op 95-6
Asal : Persilangan bebas dari induk Inaswang Daya hasil : 25,0-30,0 t/ha
Warna sekunder sulur : Hijau pada buku-buku Bentuk kerangka daun : Berbentuk hati
Kedalam cuping daun : Tidak ada Jumlah cuping daun : Bercuping satu Bentuk cuping pusat : Gerigi
Ukuran daun dewasa : Sedang Warna daun dewasa : Hijau
Warna daun muda : Hijau; warna ungu melingkari tepi daun Panjang tangkai daun : Sedang
Bentuk umbi : Membulat Pertumbuhan umbi : Tertutup
Panjang tangkai umbi : Tidak bertangkai Warna kulit umbi : Merah
Warna daging umbi : Kuning tua Rasa umbi : Enak dan manis
Kadar :
- betakarotin : 347,84 μg/100 g - vitamin C : 20,22 mg/100 g
Ketahanan thd hama : Agak tahan hama boleng (Cylas formicarius)
dan hama penggulung daun
Ketahanan thd penyakit : Tahan kudis (S.batatas) dan bercak daun (Cercospora sp.)
Lampiran 7. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST (cm)
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 1 MST
Lampiran 8. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST
Lampiran 9. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST
Lampiran 10. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
V2S2A2 17,20 10,63 15,85 13,38 39,86 14,27
TOTAL 88,89 126,01 95,82 101,13 394,65
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 26,72 31,96 27,07 28,81 110,35
RATAAN 3,34 4,00 3,38 3,60 3,58
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST
Lampiran 11. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
V1S1A1 13,88 19,13 23,25 43,95 100,21 25,05
V1S1A2 14,25 8,75 21,08 34,63 78,71 19,68
V1S2A1 17,75 11,50 20,13 27,45 76,83 19,21
V1S2A2 15,13 10,63 21,25 15,00 62,01 15,50
V2S1A1 11,20 14,63 32,75 33,75 92,33 23,08
V2S1A2 27,50 20,25 31,00 24,58 103,33 25,83
V2S2A1 30,08 15,68 32,88 55,63 134,27 33,57
V2S2A2 18,85 12,25 24,40 46,25 82,90 25,44
TOTAL 148,64 112,82 206,74 281,24 730,59
RATAAN 18,58 14,10 25,84 35,16 23,42
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 34,49 30,31 40,87 47,02 148,29
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST
Lampiran 12. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
V1S1A1 13,88 11,80 29,50 42,75 97,93 24,48
V1S1A2 35,13 31,38 23,50 34,88 124,89 31,22
V1S2A1 37,38 62,83 19,63 37,30 157,14 39,29
V1S2A2 38,88 41,50 24,25 21,25 125,88 31,47
V2S1A1 44,80 58,63 37,00 53,50 193,93 48,48
V2S1A2 38,75 40,83 34,25 32,50 146,33 36,58
V2S2A1 71,68 62,28 35,00 30,75 199,71 49,93
V2S2A2 57,53 39,75 29,25 88,00 157,00 53,63
TOTAL 338,03 349,00 232,38 340,93 1202,81
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 51,30 51,98 43,26 51,43 190,35
RATAAN 6,41 6,50 5,41 6,43 6,19
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST
Lampiran 13. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
V1S1A1 13,88 25,50 25,00 11,20 75,58 18,90
V1S1A2 17,38 8,63 12,75 10,50 49,26 12,32
V1S2A1 14,75 19,25 5,88 16,13 56,01 14,00
V1S2A2 15,75 8,83 8,00 8,50 41,08 10,27
V2S1A1 15,25 15,13 26,50 18,25 75,13 18,78
V2S1A2 17,00 23,18 25,50 31,25 96,93 24,23
V2S2A1 33,50 34,50 21,75 24,50 114,25 28,56
V2S2A2 25,75 20,38 29,25 24,25 73,88 24,91
TOTAL 153,26 155,40 154,63 144,58 582,12
RATAAN 19,16 19,43 19,33 18,07 19,00
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 35,06 34,92 34,61 33,75 133,22
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST
Lampiran 14. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 8 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 194,26 152,96 122,25 112,93 540,15
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 8 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 38,61 34,49 30,86 30,12 127,54
RATAAN 4,83 4,31 3,86 3,77 4,19
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 8 MST
Lampiran 15. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 9 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 9 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 40,58 26,70 27,62 24,26 112,70
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 9 MST
Lampiran 16. Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 10 MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Transformasi Data Pertambahan Panjang Tanaman 10 MST (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 20,14 19,84 22,79 23,68 82,91
RATAAN 2,52 2,48 2,85 2,96 2,70
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 10 MST
Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Umbi per Sampel (umbi)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Transformasi Data Pengamatan Jumlah Umbi per Sampel (umbi) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Jumlah Umbi per Sampel
Lampiran 18. Data Pengamatan Panjang Umbi per Sampel (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
V1S1A1 0,00 2,00 10,30 0,00 12,30 3,08
V1S1A2 0,00 0,00 9,83 0,00 9,83 2,46
V1S2A1 0,00 9,00 0,00 0,00 9,00 2,25
V1S2A2 0,00 9,50 12,15 0,00 21,65 5,41
V2S1A1 3,00 9,70 10,69 10,69 34,08 8,52
V2S1A2 2,25 10,40 12,61 8,69 33,95 8,49
V2S2A1 2,50 11,35 11,33 10,11 35,29 8,82
V2S2A2 3,00 11,91 11,14 8,00 34,05 8,51
TOTAL 10,75 63,86 78,05 37,49 190,15
Transformasi Data Pengamatan Panjang Umbi per Sampel (cm) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 9,97 21,98 24,59 15,40 71,94
RATAAN 1,25 2,75 3,07 1,93 2,25
Sidik Ragam Panjang Umbi per Sampel
Lampiran 43. Data Pengamatan Diameter Umbi per Sampel (mm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Transformasi Data Pengamatan Diameter Umbi per Sampel (mm) X’=√X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 20,71 32,39 32,76 21,98 107,84
Sidik Ragam Diameter Umbi per Sampel
Lampiran 20. Data Pengamatan Bobot Umbi per Sampel (gram)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 114,09 198,36 223,66 122,64 658,75
Transformasi Data Pengamatan Bobot Umbi per Sampel (gram) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 23,82 36,93 39,13 24,54 124,42
RATAAN 2,98 4,62 4,89 3,07 3,89
Sidik Ragam Bobot Umbi per Sampel
Lampiran 21. Data Pengamatan Bobot Umbi per Plot (gram)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
TOTAL 114,09 188,54 207,77 129,30 639,70
RATAAN 14,26 23,57 25,97 16,16 19,99
Transformasi Data Pengamatan Bobot Umbi per Plot (gram) X’= √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Lampiran 23. Tanaman Ubi jalar Umur 6 MST
Lampiran 25. Daun, Batang dan Bunga Varietas Antin-1
VARIETAS ANTIN-1
Lampiran 26. Warna daging umbi varietas Antin-1
Lampiran 27. Umbi Varietas Antin-1
Lampiran 28. Daun, Batang dan Bunga Varietas Kidal
VARIETAS KIDAL
Lampiran 29. Warna daging umbi varietas Kidal
Lampiran 30. Umbi Varietas Kidal
DAFTAR PUSTAKA
Anada, P., S. Muhartini, dan S. Waluyo, 2013. Pengaruh Kadar Atonik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Jenis Jahe (Zingiber officinale Roscoe). Diakses melalui: http: //journal.ugm.ac.id (26 Februari 2015).
Apriliyanti, T. 2010. Kajian Sifat Fisikokimia dan Sensori Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas Blackie) Dengan Variasi Proses Pengeringan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. dalam Darma, D. P., I M.
Ardaka, I G. Tirta. 2011. Pengaruh Jumlah Ruas dan Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stek Pranajiwa (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benth. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 8 No. 2, April 2011.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Ubi jalar Varietas Antin-1. Diakses melalui: http://litbang.pertanian.go.id (26 Februari 2015).
Badan Pusat Statistik. 2014. Diakses melalui: http: //BPS.go.id
(20 Februari 2015).
Bahar, M., dan A. Zein, 1993. Parameter Genetik Pertumbuhan Tanaman, Hasil
dan Komponen Hasil Jagung. Zuriat 4(1). dalam Sudarmadji, R. Mardjono dan H. Sudarmo., 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, dan
Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen
(Sesamum indicum L.). Jurnal Littri Vol. 13 No. 3, September 2007.
Dewi, R. dan H. Sutrisno. 2014. Karakter Agronomi dan Daya Hasil Tiga Klon Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas) di Lahan Masam Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 14 (1).
Djanaguiraman, M., D. Devi, J. Sheeba, U. Bangarusamy, and R. Babu. 2004. Effect of oxidative stress on abscission of tomato fruits and its regulation by nitrophenols. Trop. Agric. Res. 16.
Ginting, E., J. S. Utomo, R. Yulifianti, dan M. Jusuf. 2011. Potensi Ubi jalar
Gardner, F. P., R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. Penerjemah: H. Susilo. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Gopalakrishnan, T. R. 2007. Vegetable Crops Horticulture Science Series IV. New India Publishing Agency, New Delhi.
Harms, C. L. And E. S. Oplinger. 1988. Plant Growth Regulators: Their Use In Crop Production. North Central Region Extension Publication 303.
Diakses melalui: http://www.extension.umn.edu (26 Februari 2015).
Huaman, Z.1992. Systematic Botany and Morphology of the Sweetpotato Plant. Technical information Bulletin 25. International Potato Center. Lima, Peru.
Juanda , D. dan B. Cahyono. 2000. Ubi Jalar Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.
Juhardi, D. 1995. Studi Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Shorea selanica BL dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh IBA pada Media Campuran Tanah dan Pasir. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Lestari, B. L. 2011. Kajian Zat Pengatur Tumbuh Atonik dalam Berbagai Konsentrasi dan Interval Penyemprotan terhadap Produktivitas Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum L.). Fakultas Pertanian Universitas Mochamad Soroedji Jember. J. Rekayasa, Vol: 4 (1) April 2011.
Mangoendidjojo, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Ministry of Agriculture Guyana, 2014. Sweet Potato Cultivation and Post Harvest
Handling. Diakses melalui: http://agriculture.gov.gy/sweet-potato (26 Februari 2015).
Nasir, M.1999. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Harapan Karakter Agronomi Tanaman Lombok (Capsicum annum L.). Habitat 11 (109).
Ratnasari, N. 2014. Pengaruh Asal Bahan dan Bentuk Pangkal Batang terhadap
Pertumbuhan Stek Ubi Kayu. Diakses melalui: http://repository.unej.ac.id (26 Februari 2015).
Rayan. 2009. Pembiakan Vegetatif Stek Jenis Koompassia excelsa (Becc.) Taub. Sistem Koffco. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda.
Rozi, F. dan R. Krisdiana. 2011. Prospek Ubi jalar Berdaging Ungu Sebagai Makanan Sehat dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balitkabi, Malang.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia. ITB Press, Bandung.
Rukmana, R. 1997. Ubi jalar Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Sasongko, L. A. Perkembangan Ubi jalar dan Peluang Pengembangannya untuk Mendukung Program Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan di Jawa Tengah. J. Mediagro Vol. 5 No. 1, 2009.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Sonhaji, A. 2007. Mengenal dan Bertanam Ubi jalar. Gaza Publishing, Bandung.
Suparman. 2007. Bercocok Tanam Ubi jalar. Penerbit Ganesha Exact, Jakarta.
Stansfield, W. D., 1991. Genetika. Alih Bahasa M. Affandi dan L. T. Hardy. Erlangga, Jakarta.
Sutjahjo, S., S. Sujiprihati, dan M. S. Syukur. 2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agrononi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian,
Institut pertanian Bogor.
Syakir, M., M.H. Bintoro, D., dan Amrin, Y. D. 1992. Pengaruh Berbagai Zat
Pengatur Tumbuh dan Bahan Stek terhadap Pertumbuhan Stek Cabang Buah Lada. Pembr. Littri. 19 (3-4).
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika. Penerjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Van Steenis, C. G. G. J. 2006. Flora Pegunungan Jawa. Pusat Penelitian Biologi
LIPI, Bogor.
Wahyuni, D. K. 2002. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Atonik terhadap Pertumbuhan Awal Bibit Pisang (Musa paradisiaca L.) Varietas Raja Hasil Perbanyakan Kultur Jaringan. Skripsi. FKIP
Universitas Jember.
Welsh, J. R., 2005. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. John Wiley and Sons, New York.
Widhi, A. dan Dahrul S. 2008. Kajian Formulasi Cookies Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dengan Karakteristik Tekstur Menyerupai Cookies
Keladi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat, Jalan Bajak V, Desa Amplas,
Medan, Sumatera Utara dengan ketinggian tempat ±25 di atas permukaan laut.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan Januari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit ubi jalar varietas
Antin-1 dan Kidal, pupuk Urea 20 g/plot, KCl 10 gr/plot, dan TSP 10 g/plot
pupuk dasar yang diberikan, zat pengatur tumbuh Atonik dengan konsentrasi 0,25
dan 0,50 ml/l air, insektisida dan fungisida.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, tali, meteran, pacak
sampel, timbangan analitik, pacak perlakuan, gembor, jangka sorong digital, buku
tulis, kalkulator, spidol, penggaris dan pena.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan 3 faktor yaitu :
Faktor III : Perendaman dengan ZPT Atonik (A) dengan 2 taraf, yaitu :
A1 = 0,25 ml
A2 = 0,50 ml
Maka diperoleh 8 kombinasi
V1S1A1 V2S1A1
V1S1A2 V2S1A2
V1S2A1 V2S2A1
V1S2A2 V2S2A2
Jumlah ulangan (Blok) : 4 ulangan
Jumlah plot : 32 plot
Ukuran Plot : 200 cm x 50 cm
Jarak antar tanaman : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jarak antar plot : 100 cm
Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 192 tanaman
Jumlah sampel per plot : 4 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 128 tanaman
Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
µ = Rataan umum dari nilai pengamatan
l = Pengaruh ulangan ke l
αi = Pengaruh aditif dari bahan asal stek ke-i
j = Pengaruh aditif zat pengatur tumbuh Atonik taraf ke-j
k = Pengaruh aditif dari penggunaan varietas ke-k
α ij = Interaksi antara bahan asal stek ke-i dengan zat pengatur tumbuh
Atonik taraf ke-j
α ik = Interaksi antara bahan asal stek ke-i dengan varietas ke-k
jk = Interaksi antara zat pengatur tumbuh Atonik ke-j dengan varietas
ke-k
α jk = Interaksi antara bahan asal stek ke-i dengan zat pengatur tumbuh
Atonik ke-j pada varietas ke-k
εijkl = Galat dari varietas ke-k ulangan ke-l yang diberi perlakuan bahan
asal stek ke-i dan zat pengatur tumbuh Atonik ke-j
Data dianalisis dengan sidik ragam jika nyata dilanjutkan dengan
menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf α = 5 %
(Steel dan Torrie, 1993).
Heritabilitas
Untuk menganalisis apakah keragaman fenotipe peubah amatan
(karakter yang diamati) disebabkan oleh faktor genotipe atau lingkungan, maka
digunakan heritabilitas. Nilai heritabilitas dapat dihitung dengan menggunakan
Tabel 1. Tabel Analisis Sidik Ragam
Sumber Keragaman (SV) Derajat bebas (DF) Kuadrat Tengah (MS)
Ulangan (r-1) -
Menurut Stansfield (1991) kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :
Heritabilitas tinggi > 0.5
Heritabilitas sedang = 0.2 – 0.5
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Areal
Areal penanaman yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari
gulma di areal tesebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengan
menggunakan cangkul dengan kedalaman olah kira-kira 20 cm. setelah itu dibuat
plot-plot dengan ukuran 200 x 50 cm dan jarak antar blok 50 cm. pada sekeliling
daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan
air di sekitar areal penelitian.
Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan
lahan dengan ukuran 200 x 50 cm dengan jarak antar plot 100 cm dan jarak antar
blok 50 cm.
Persiapan Bahan Tanam
Pengambilan stek pada pagi hari yaitu pada waktu kandungan air
maksimum agar tidak layu saat disimpan sebelum penanaman. Asal bahan stek
berasal dari bagian pucuk dan pangkal dari Balitkabi Malang dengan panjang stek
adalah 20-25 cm dan terdapat sekitar delapan atau sembilan buku.
Penanaman
Penanaman stek dilakukan dengan ditanam secara mendatar atau agak
miring dengan sudut ≤ 450 sedalam 5-10 cm, dengan sekurangnya tiga atau empat
buku dibenamkan ke dalam tanah dengan jarak tanam 30 cm. Penanaman
Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan pada 2 MST. Pupuk yang diberikan sesuai
dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubi jalar yaitu Urea 100 kg/ha (20 g/plot),
KCl 100 kg/ha (10 g/plot), SP36 50 kg/ha (10 g/plot). Pupuk diaplikasikan secara
larikan dan ditutupi kembali dengan tanah.
Aplikasi ZPT Atonik
Aplikasi ZPT Atonik dilakukan dilakukan dengan cara perendaman
dengan konsentrasi 0,25 ml dan 0,50 ml selama 60 menit dilakukan pada saat
sebelum penanaman.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman
dilakukan pagi atau sore hari bila tidak ada hujan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada stek yang rusak atau tidak tumbuh
setelah 2-3 MST.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma
untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Pembumbunan
Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 50 HST atau
pengangkatan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang
tumbuh pada ruas-ruas batang.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan
bahan aktif karbofuran dengan konsentrasi yang dianjurkan dan pengendalian
dilaksanakan sesuai dengan kondisi lapangan.
Panen
Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 16 MST. Panen dilakukan
dengan cara mencabut tanaman hingga ke akarnya. Tanaman dikering anginkan
dan kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Umbi dipotong
dari batang tanaman.
Peubah Amatan
Pertambahan panjang tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur mulai pangkal batang (diatas permukaan tanah)
hingga ujung yang diluruskan, dan diukur setiap minggu mulai 1 MST sampai
dengan 10 MST.
Jumlah umbi per sampel (umbi)
Jumlah umbi per sampel dihitung dengan menghitung jumlah umbi setelah
panen.
Panjang umbi per sampel (cm)
Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi menggunakan
Diameter umbi per sampel (mm)
Diameter umbi dihitung setelah panen dengan cara membelah bagian
dalam umbi secara horizontal dan diukur dengan menggunakan jangka sorong
digital.
Bobot umbi per sampel (g)
Bobot umbi per sampel dihitung dengan menghitung bobot umbi setelah
panen.
Bobot umbi per plot (g)
Bobot umbi per plot dihitung dengan menghitung bobot umbi setelah
panen per plot.
Uji organoleptik
Uji organoleptik atau uji rasa di lakukan setelah panen dengan cara
menguji kriteria kemanisan dan tekstur umbi pada 10 orang penguji yang
diberikan jumlah tester sebanyak 5,00 g untuk masing-masing penguji.
Tabel kriteria uji organoleptik sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria uji organoleptik
Kemanisan skor Tekstur Skor
Tidak Manis 1 Remah 1
Sedang 2 Sedang 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan panjang tanaman
Data pengamatan dan sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada
1 MST dan 10 MST dapat dilihat pada Lampiran 7 – 16. Rataan pertambahan
panjang tanaman pada 1 MST dan 10 MST dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan pertambahan panjang tanaman 1 MST (cm) dan 10 MST (cm)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata pada
pertambahan panjang tanaman 1 MST yaitu perlakuan varietas dan stek. Varietas
Antin-1 (V1) memiliki nilai rataan tertinggi (5,43 cm) yang berbeda nyata dengan
varietas Kidal (V2) dengan nilai rataan. Perlakuan stek pucuk (S1) memiliki nilai
rataan tertinggi (4,87 cm) yang berbeda nyata dengan perlakuan stek pangkal (S2),
sedangkan perlakuan zat pengatur tumbuh Atonik tidak ada yang berbeda nyata
Perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada pertambahan
panjang tanaman 10 MST. Perlakuan varietas Antin-1 (V1) memiliki nilai rataan
tertinggi (9,15 cm) yang berbeda nyata dengan varietas Kidal (V2), sedangkan
perlakuan asal sumber stek tidak berbeda nyata.
Jumlah umbi per sampel (umbi)
Data pengamatan dan sidik ragam pada jumlah umbi per sampel dapat
dilihat pada Lampiran 17. Rataan jumlah umbi per sampel dapat dilihat pada
Tabel 4 sebagai berikut.
Tabel 4. Rataan jumlah umbi per sampel (umbi)
Perlakuan Varietas Rataan
V1 (Antin-1) V2 (Kidal)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 4 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara varietas
Kidal (V2) dengan nilai rataan (3,36 umbi) dan varietas Antin-1 (V1) dengan
nilai rataan (0,66 umbi), sedangkan perlakuan asal sumber stek tidak berbeda
Gambar 10. Umbi Varietas Kidal Sumber: Koleksi pribadi
Panjang umbi per sampel (cm)
Data pengamatan dan sidik ragam pada panjang umbi per sampel dapat
dilihat pada Lampiran 18. Rataan panjang umbi per sampel dapat dilihat pada
Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5. Rataan panjang umbi per sampel (cm)
Perlakuan Varietas Rataan
V1 (Antin-1) V2 (Kidal)
Asal stek
S1 = Stek pucuk 2.77 8.50 5.64
S2 = Stek pangkal 3.83 8.67 6.25
Atonik
A1 = 0,25 ml 2.66 8.67 5.67
A2 = 0,50 ml 3.94 8.50 6.22
Rataan 3.30b 8.59a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara varietas
Kidal (V2) dengan nilai rataan (10,46 cm) dan varietas Antin-1 (V1) dengan
Diameter umbi per sampel (mm)
Data pengamatan dan sidik ragam pada diameter umbi per sampel dapat
dilihat pada Lampiran 19. Rataan diameter umbi per sampel dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rataan diameter umbi per sampel (mm)
Perlakuan Varietas Rataan
V1 (Antin-1) V2 (Kidal)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara varietas
Kidal (V2) dengan nilai rataan (23,02 mm) dan varietas Antin-1 (V1) dengan
nilai rataan (5,71 mm), sedangkan perlakuan asal sumber stek tidak berbeda
nyata.
Bobot umbi per sampel (g)
Data pengamatan dan sidik ragam pada bobot umbi per sampel dapat
dilihat pada Lampiran 20. Rataan bobot umbi per sampel dapat dilihat pada
Tabel 7. Rataan bobot umbi per sampel (g)
Perlakuan Varietas Rataan
V1 (Antin-1) V2 (Kidal)
Asal stek
S1 = Stek pucuk 7.47 36.85 22.16
S2 = Stek pangkal 4.88 33.15 19.01
Atonik
A1 = 0,25 ml 8.11 37.23 22.67
A2 = 0,50 ml 4.24 32.77 18.50
Rataan 6.17b 35.00a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara varietas
Kidal (V2) dengan nilai rataan (35,00 g) dan varietas Antin-1 (V1) dengan nilai
rataan (6,17 g), sedangkan perlakuan asal sumber stek tidak berbeda nyata.
Bobot umbi per plot (g)
Data pengamatan dan sidik ragam pada bobot umbi per plot dapat dilihat
pada Lampiran 21. Rataan bobot umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan bobot umbi per plot (g)
Perlakuan Varietas Rataan
V1 (Antin-1) V2 (Kidal)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 8 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara varietas
Kidal (V2) dengan nilai rataan (33,81 g) dan varietas Antin-1 (V1) dengan nilai
rataan (6,17 g), sedangkan perlakuan asal sumber stek tidak berbeda nyata.
Uji organoleptik
Dari hasil pengamatan uji rasa yang dilakukan pada 10 responden terhadap
kriteria kemanisan dan tekstur pada ubi jalar varietas Antin-1 dan varietas Kidal
Tabel 9. Uji organoleptik
Tabel 9 menunjukkan hasil uji rasa yang dilakukan pada 10 responden
diperoleh rasa umbi dari varietas Antin-1 80% mengatakan tidak manis dan 20%
mengatakan manis pada kriteria tekstur daging umbi 100% mengatakan bertekstur
remah. Hasil uji rasa pada varietas Kidal 100% mengatakan manis. Pada kriteria
tekstur daging umbi 70% mengatakan bertekstur sedang dan 30% mengatakan
bertekstur padat.
Heritabilitas
Nilai heritabilitas (h2
)
untuk masing-masing peubah amatan yang diamatidapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:
Tabel 10. Nilai heritabilitas pada masing-masing peubah amatan
Peubah Amatan Nilai
Heritabilitas Kriteria
Pertambahan panjang tanaman tanaman 10 MST (cm) 0.91 Tinggi
Jumlah umbi per sampel (umbi) 0.99 Tinggi
Panjang Umbi per sampel (cm) 0.96 Tinggi
Diameter umbi per sampel (mm) 0.98 Tinggi
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai heritabilitas untuk semua peubah
amatan tergolong tinggi. Nilai heritabilitas tertinggi diperoleh pada peubah
amatan jumlah umbi per sampel dengan nilai 0,99.
Pembahasan
Pengaruh Varietas terhadap Peubah Amatan Pertumbuhan dan Produksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap
peubah amatan pertambahan panjang tanaman pada 1 MST, 5 - 10 MST. Varietas
Antin-1 dan varietas Kidal menunjukkan perbedaan yang nyata dalam fase
pertumbuhan vegetatif. Varietas Antin-1 memiliki nilai rataan tertinggi pada
pertambahan panjang tanaman 1 MST tetapi varietas Kidal memiliki nilai rataan
tertinggi pada 5 – 10 MST.
Perbedaan respon pertambahan panjang menunjukkan bahwa pengaruh
genetik tiap varietas berbeda pada setiap fase pertumbuhan dan tiap varietas juga
memiliki susunan genetik yang berbeda meskipun kedua varietas tersebut
merupakan jenis tanaman yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sitompul dan Guritno (1995) Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan
susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan
berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama
ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua
tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang
diameter umbi, bobot umbi per sampel dan bobot umbi per plot tertinggi terdapat
pada varietas Kidal (V2). Varietas Kidal memiliki potensi produksi yang lebih
tinggi daripada varietas Antin-1. Hal ini disebabkan karena varietas Antin-1 lebih
sedikit menghasilkan umbi bahkan ada banyak sampel yang tidak menghasilkan
umbi. Salah satu faktor yang menyebabkan tidak terbentuknya umbi adalah
ketidaksesuaian lingkungan pertumbuhan varietas Antin-1 yaitu musim saat
dilaksanakannya penelitian adalah musim penghujan, sementara tanaman ubi jalar
akan memiliki pertumbuhan dan produksi yang optimal pada saat musim kemarau
(kering). Hal ini sesuai dengan pernyataan Rukmana (1997) bahwa ubi jalar
adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan
suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% – 60% dan lama penyinaran 11-12
jam per hari dengan curah hujan 750 mm – 1500 mm per tahun. Produksi dan
pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani ubi jalar yang cocok adalah pada
saat musim kemarau (kering).
Pengaruh Asal Stek terhadap Peubah Amatan Pertumbuhan dan Produksi
Berdasarkan analisis sidik ragam didapatkan hasil bahwa perlakuan asal
stek pucuk hanya berbeda nyata terhadap peubah amatan pertambahan panjang
tanaman pada 1 MST dengan nilai rataan 4,87 cm. Pada stek bagian pucuk
terdapat jumlah auksin yang lebih banyak yang menyebabkan pertambahan
panjang tanaman lebih cepat dibandingkan dengan bagian pangkal. Auksin
berperan dalam pertumbuhan dan pemanjangan sel, dapat menginduksi
pembelahan sel serta diferensiasi sel, membantu proses pembentukan buah,
menghambat proses absisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gardner et al. (1991)
yang sedang mengalami perkembangan. Pemberian auksin dapat membantu pola
pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tanaman seperti pada tunas dan akar
apabila sesuai dengan kebutuhan tanaman, karena salah satu peranan auksin
adalah merangsang pembentukan tunas.
Nilai yang di peroleh memiliki perbedaaan yang jauh antara Antin-1 (V1)
dengan Kidal (V2) hal ini disebabkan varietas Antin-1 memiliki potensi hasil
yang tergolong rendah jika dilihat dari komponen produksi jumlah umbi, diameter
umbi dan bobot umbi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Dewi dan Sutrisno (2014) yang bahwa varietas Antin-1 memiliki rataan
komponen produksi terendah bila dibandingkan dengan varietas lainnya. Pada
jumlah umbi, varietas ungu Lokal Lampung menghasilkan jumlah umbi yang
lebih banyak dibandingkan dengan varietas Ayamurasaki dan Antin-1 yakni 4,67
buah, meskipun berbeda tidak nyata dengan varietas Ayamurasaki yang
menghasilkan 3,67 buah, dan varietas Antin-1 yang menghasilkan 3,00 buah. Pada
komponen berat umbi, varietas lokal Lampung menghasilkan berat umbi per
tanaman terberat yakni 878,33 g. Kemudian diikuti varietas Ayamurasaki
menghasilkan 590 g, dan varietas Antin-1 menghasilkan 166,67 g. Sedangkan
pada diameter umbi, varietas ungu lokal Lampung menghasilkan diameter umbi
yang lebih besar dibandingkan dengan varietas Ayamurasaki dan Antin-1 yakni
51,13 mm, meskipun berbeda tidak nyata dengan varietas Ayamurasaki yang
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Atonik terhadap Parameter Pertumbuhan
dan Produksi
Berdasarkan analisis hasil sidik ragam pada perlakuan Atonik tidak
berbeda nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Hal ini dikarenakan pada
masa pertumbuhan stek setelah aplikasi Atonik intensitas cahaya pada lahan
penelitian terlalu tinggi. Adanya intensitas cahaya yang terlalu tinggi menghambat
kinerja auksin yang pada dasarnya lebih efektif bekerja pada kondisi gelap.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Taiz and Zeiger (2010) bahwa cahaya juga
merupakan faktor penghambat pertumbuhan. Hormon auksin menjadi tidak aktif
ketika ada cahaya. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang ditanam di tempat
terkena cahaya matahari menjadi lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang
ditanam di tempat gelap. Kekurangan cahaya pada saat perkecambahan akan
menyebabkan gejala etiolasi yang menyebabkan batang kecambah akan tumbuh
lebih cepat tetapi lemah dan berwarna kuning pucat.
Pendugaan Heritabilitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas tertinggi pada
peubah amatan Jumlah umbi per sampel dengan nilai 0,99. Nilai heritabilitas yang
tinggi disebabkan pengaruh varian genetik lebih besar sedangkan varian
lingkungannya lebih kecil. Nilai heritabilitas rendah menunjukkan bahwa faktor
lingkungan lebih berperan dibandingkan faktor genetik. Sedangkan nilai
heritabilitas sedang disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik sama besar
pengaruhnya. Hal ini didukung dengan pendapat Bahar dan Zein (1993) bahwa
variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila
populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang diharapkan
akan besar. Sedangkan pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa
faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila
dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih
diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Ada pengaruh asal stek peubah amatan pertambahan panjang tanaman
1 MST terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas ubi jalar
2. Tidak ada pengaruh zat pengatur tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan
dan produksi dua varietas ubi jalar
3. Ada pengaruh varietas pada peubah amatan pertambahan panjang tanaman
1 MST, 5-10 MST terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar
4. Tidak ada interaksi antara asal stek, zat pengatur tumbuh Atonik, dan
varietas terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian yang serupa dalam jangka waktu yang
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Tanaman Ubi jalar
Ubi jalar atau ketela rambat (sweet potato) diduga berasal dari benua
Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi
jalar adalah: Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah.
Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah
sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai
menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropis, pada abad
ke-16. Penyebaran ubi jalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang dan
Indonesia dilakukan oleh masyarakat spanyol (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia
diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang
diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang menangani ubi jalar,
antara lain adalah International Potato Centre (IPC) dan Centro International de
La Papa (CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) (Rukmana, 2007).
Ciri Morfologi
Ubi jalar termasuk tanaman dikotiledon (biji berkeping dua). Selama
pertumbuhannya, tanaman semusim ini dapat berbunga, berbuah, dan berbiji.
c. Bunga berbentuk terompet
d. Berbuah kapsul dan berbiji pipih
e. Berakar serabut dan berakar lumbung
f. Umbi bervariasi
Tekstur utama ubi jalar dapat dibedakan setelah umbinya dimasak, ada tiga
tipe tekstur umbi, yaitu:
a. Daging umbi padat, kesat, dan bertekstur baik;
b. Daging umbi lunak, lembap dan lengket; serta
c. Daging umbi kasar, dan berserat.
(Apriliyanti, 2010).
Juanda dan Cahyono (2000) menggolongkan ubi jalar berdasarkan warna
yakni:
a. Ubi jalar putih yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna putih.
Misalnya, varietas tembakur putih, varietas tembakur ungu, varietas Taiwan dan
varietas MLG 12659-20P.
b. Ubi jalar kuning, yaitu jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna
kuning, kuning muda atau putih kekuningan; misalnya: varietas Lapis 34, varietas
South Queen 27, varietas Kawagoya, varietas Cicah 16 dan varietas Tis 5125-27.
c. Ubi jalar orange yaitu jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna
jingga hingga jingga muda; misalnya, varietas Ciceh 32, varietas mendut dan
varietas Tis 3290-3.
d. Ubi jalar ungu yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna ungu
hingga ungu muda; misalnya: MSU 01022-12, MSU 01008-16, MSU 01016-19,
Ayamurasaki, dan Antin-1.
Botani Tanaman
Tanaman ubi jalar menurut Steenis (2006) diklasifikasikan sebagai
berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta;
Subdivisio : Angiospermae; Kelas : Dicotyledoneae; Ordo : Solanales;
Family : Convolvulaceae; Genus : Ipomoea; Spesies: Ipomoea batatas (L.) Lamb.
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih tetap aktif
(Sonhaji, 2007).
Batang ubi jalar berbentuk silinder dan panjang, memiliki ruas, yang
pertumbuhannya tergantung pada kebiasaan pertumbuhan budidaya dan
ketersediaan air dalam tanah. Beberapa kultivar memiliki batang dengan
karakteristik melilit. Panjang ruas dapat bervariasi dari pendek hingga sangat
panjang, dan menurut diameter batang bisa tipis atau sangat tebal. Tergantung
pada kultivar ubi jalar, warna batang bervariasi dari hijau hingga benar-benar
berpigmen dengan anthocyanin (merah – ungu) (Huaman, 1992).
Ubi jalar merupakan spesies heksaploid dengan 90 kromosom somatik.
Semua klon yang berbunga dan tidak berbunga, memiliki durasi dan inisiasi
pembungaan yang bervariasi. Bunga berkumpul keluar dari ketiak dan tumbuh
terkurung. Bunga ubi jalar adalah jenis biseksual. Mahkota bunga terlihat
menarik, berwarna ungu keputih-putihan dan berbentuk corong dibentuk oleh
perpaduan dari lima kelopak. Bunga mekar dimulai sebelum fajar dan menutup
pada pukul 9-11 pagi. Bunga ubi jalar merupakan bunga dengan tipe penyerbukan
entomophilis (dibantu oleh serangga). Buah berbentuk kapsul dengan jaringan
septa yang palsu. Kulit biji memiliki struktur yang keras dan tahan terhadap air.
Oleh karena itu, skarifikasi diperlukan untuk mendorong perkecambahan
(Gopalakrishnan, 2007).
Daun-daun sederhana dan secara spiral diatur bergantian pada batang
lingkaran di sekitar batang untuk setiap dua daun berada di bidang vertikal yang
sama pada batang). Bentuk dari garis umum daun ubi jalar antara lain bulat,
Gambar 2. Daun, batang dan bunga tanaman ubi jalar varietas Antin-1 Sumber: Koleksi pribadi
reniform (berbentuk ginjal), berbentuk hati (berbentuk hati), segitiga, hastatus
(trilobular dan berbentuk tombak dengan dua hati basal divergen), lobed dan
hampir terbagi dua (Huaman, 1992).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3 – 4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada
pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan
Gambar 3. Bunga tanaman ubi jalar varietas Kidal Sumber: Koleksi pribadi
Bagian dasar putik berisi 2 ovarium, dan masing-masing ovarium
berpotensi menghasilkan 2 biji. Oleh karena itu setiap buah, yang disebut kapsul,
dapat mengandung maksimal 4 biji. Kapsul hasil penyerbukan buatan biasanya
hanya berisi 1 atau 2 biji, dan sebagian besar kapsul hasil penyerbukan alami
mengandung 2 sampai 3 biji (Wilson et al.,1989).
Biji terdapat dalam kapsul, sebanyak 1 – 4 biji. Biji matang berwarna
hitam, bentuknya memipih dan keras, dan biasanya memerlukan pengausan
(skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Akar penyimpanan adalah bagian komersial dari ubi jalar yang tanaman
yang disebut sebagai "umbi". Banyak kultivar yang berkembang memiliki akar
penyimpanan pada tunas dari stek batang yang berada di bawah tanah. Namun,
kultivar yang banyak tersebar menghasilkan akar penyimpanan pada beberapa
adalah ujung proksimal yang bergabung ke batang, melalui tangkai akar, dimana
banyak tunas adventif ditemukan. Tunas adventif yang terletak di bagian tengah
dan distal biasanya tumbuh lambat daripada yang terletak di ujung proksimal
(Huaman, 1992).
Gambar 4. Umbi tanaman ubi jalar varietas Kidal umur 14 MST Sumber: Koleksi pribadi
Syarat Tumbuh
Iklim
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan
lembab, dengan suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% – 60% dan lama
dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) tetapi umur panen menjadi panjang
dan hasil yang didapat rendah (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar cocok dibudidayakan di daerah yang memiliki suhu
yang tinggi pada siang maupun malam hari, umumnya intensitas cahaya tinggi
dan hari panjang yang mendukung pertumbuhan tajuk
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman ubi jalar ini adalah tanah yang
mengandung pasir, kadar lempungnya ringan dan longgar, kondisinya gembur,
sehingga udara dan air dalam tanah dapat saling berganti dengan lancar; dengan
demikian umbi berkembang tanpa mengalami hambatan. Pada tanah yang berat
sebenarnya dapat juga ditanami ubi jalar namun harus diolah dan diberi campuran
pasir kompos dan pupuk organik, supaya tanah jadi longgar (Suparman, 2007).
Tanah dengan kerapatan tinggi atau aerasi jelek menghambat
pembentukan akar dan hasil rendah. Media yang gembur diperlukan untuk
pertumbuhan umbi, sehingga penanamannya harus dilakukan di atas guludan.
Apabila pertanaman tidak dilakukan di atas guludan maka umumnya akan
dihasilkan umbi yang kecil-kecil sebab biasanya batang menjalar ke segala arah
dan setiap perakaran pada buku yang berhubungan dengan tanah menghasilkan
umbi yang kecil-kecil. Keasaman tanah optimum untuk pertumbuhannya yaitu
antara 5,6 – 6,6. Ubi jalar juga peka terhadap garam. Pembungaan dan
pembentukan akar dipacu dengan hari pendek, 11 jam atau kurang. Pada panjang
Varietas Ubi jalar
Berbagai varietas ubi jalar berkembang di Indonesia. Warna umbinya
beraneka ragam, seperti putih, ungu, merah, kuning, atau oranye. Umbi ubi jalar
yang berwarna kuning kaya akan beta karoten (provitamin A) dan vitamin C.
Umbi berwarna ungu juga merupakan sumber vitamin C dan beta karoten yang
sangat baik. Bahkan, kandungan beta karotennya lebih tinggi dibandingkan ubi
jalar berdaging kuning. Sementara itu, ubi jalar berdaging putih tidak
mengandung vitamin tersebut atau sangat sedikit. Namun, umbi yang berwarna
putih dapat dijadikan tepung karena berkadar bahan kering tinggi
(Purwono dan Purnamawati, 2007).
Gambar 5. Tanaman ubi jalar varietas Kidal Sumber: Koleksi pribadi
karoten 345 mkg/100 g. Varietas Kidal agak tahan terhadap hama boleng, dan
penyakit kudis. Varietas ini cocok untuk konsumsi. Umur panen 4,0–4,5 bulan
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).
Varietas Ayamurasaki merupakan varietas ubi jalar ungu yang mulai
banyak ditanam petani di daerah Malang dan digunakan sebagai pembanding
dalam prog pemuliaan ubi jalar ungu. Kandungan antosianinnya cukup tinggi
(282 mg/100 g bb) dengan potensi hasil 15-20 t/ha. Balitkabi telah melepas
varietas Antin-1 ubi jalar ungu kombinasi putih, yang sesuai untuk bahan baku
keripik (Ginting et al., 2011).
Ubi jalar Antin-1 merupakan hasil persilangan antara varietas lokal
Samarinda dari Blitar dengan Kinta varietas lokal Papua. Varietas ini toleran
terhadap kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan memiliki
corak warna yang atraktif yakni berwarna ungu bercampur putih pada daging
umbi. Potensi hasil mencapai 33,2 ton /ha dengan umur panen 4 - 4,5 bulan, serta
pigmen ubi jalar yang berwarna ungu megandung antosianin yang berfungsi
sebagai antioksidan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).
Keunggulan varietas Antin-1 ialah memiliki potensi hasil tinggi dan
toleran terhadap kekeringan. Corak warna umbi ungu bercampur putih yang
atraktif cocok di buat menjadi keripik. Mengandung zat antosianin sebagai
antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang menyebabkan penuaan, kanker
dan penyakit-penyakit degeneratif lainnya. Antosianin juga memiliki kemampuan
sebagai anti-mutagenik dan anti-karsinogenik terhadap mutagen dan karsinogen
yang terdapat pada bahan pangan dan olahannya, mencegah gangguan pada fungsi
hati, anti-hipertensi dan menurunkan kadar gula darah (anti-hiperglisemik).
Varietas ubi jalar ini berpotensi dikembangkan secara komersial oleh industri
pangan dan olahan termasuk untuk penyediaan bahan baku farmasi
(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2012).
Perbanyakan Ubi jalar Secara Vegetatif
Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah
dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar
adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari
induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk
beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna
(Juhardi, 1995).
Keberhasilan stek membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase
Tanaman ubi jalar diperbanyak dengan stek batang. Bagian yang terbaik
untuk distek adalah bagian pucuk yang berdaun muda. Bahan tanaman (stek)
dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus
disemai atau melalui proses penunasan. Perbanyakan tanaman dengan stek batang
atau stek pucuk secara terus menerus mempunyai kecendrungan penurunan hasil
pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, perbanyakan harus
diperbaharui setelah 3-5 generasi. Caranya dengan menanam atau menunaskan
umbi untuk bahan perbanyakan (Purwono dan Purnamawati, 2007).
Bagian apikal dan tengah sulur merupakan bagian perbanyakan terbaik
untuk memperoleh hasil asimilat yang lebih tinggi di bagian akar. Pada bagian
bawah biasanya memiliki struktur yang tebal dan berkayu, terkadang sulit untuk
berkembang dan bagian tersebut lebih mudah terserang kumbang penggerek
(Nedunchezhiyan et al., 2012).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ratnasari (2014) mengenai pengaruh
asal bahan stek menunjukkan hasil bahwa terjadi interaksi antara asal bahan stek
bagian tengah dengan kombinasi bentuk potongan pangkal stek meruncing (A2B2)
terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, laju tumbuh tinggi tanaman
dan jumlah daun. Asal bahan stek bagian tengah (A) dan bentuk pangkal stek
bentuk meruncing (B2) menghasilkan pertumbuhan stek ubi kayu paling baik.
Nedunchezhiyan et al., (2012) melaporkan bahwa di berbagai belahan
India, sulur dengan panjang 20-40 cm dengan 3-5 mata tunas merupakan bagian
optimal untuk produksi. Di Cuba, stek batang dengan panjang 25-30 cm
merupakan panjang yang ideal. Studi pada produksi bahan tanam yang dilakukan
mampu meningkatkan jumlah sulur per tanaman, panjang sulur dan produksi di
bagian akar. Stek pucuk apikal menghasilkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan stek pertengahan batang. Hasil yang sama dilaporkan oleh
Siddique (1988) di Bangladesh.
Zat Pengatur Tumbuh Atonik
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik lengkap, selain dari
nutrisi, yang memodifikasi proses fisiologi tanaman. ZPT disebut biostimulan
atau penghambat alami, yang bertindak di dalam sel-sel tanaman untuk
menstimulasi atau menghambat enzim tertentu atau enzim sistem dan membantu
mengatur metabolisme tanaman. Mereka biasanya aktif pada konsentrasi yang
sangat rendah pada tanaman (Harms dan Oplinger, 1988).
Selama beberapa dekade, zat pengatur tumbuh telah
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman kapas, mempercepat
kematangan, dan meningkatkan hasil. Salah satu jenis ZPT tersebut adalah
Atonik (Asahi Co, Ltd .; Nara Prefecture, Jepang), produk yang tersedia secara
komersial mengandung bahan aktif, natrium 5-nitroguaiacolate (NaC7H6NO4)
1,25 g/l, natrium orto-nitrophenolate (NaC6H4NO3) 2,5 g/l, dan natrium
para-nitrophenolate (NaC6H4NO3) 3,75 g/l. Bahan-bahan aktif yang dikenal dengan
istilah nitrophenolates, ditemukan secara alami pada tanaman dan merangsang
pertumbuhan tanaman dengan mengubah aktivitas enzim antioksidan tertentu,
natrium 5 nitroguaiakol. Senyawa tersebut sangat efektif dalam mengatur
pertumbuhan akar, meningkatkan keberhasilan perakaran stek, mempercepat
perakaran, dan meningkatkan kualitas akar adventif. Proses munculnya akar
adventif terdiri dari tiga tahap yaitu: 1. Terjadi diferensiasi sel yang diikuti dengan
terbentuknya sel-sel meristematis (inisiasi akar), 2. Diferensiasi sel-sel
meristematis hingga terbentuknya primordia akar, dan 3. mulai munculnya
akar-akar baru (Ashari, 1995 dalam Dharma et al., 2011).
Zat pengatur tumbuh dapat mendorong pertumbuhan akar sehingga
penyerapan hara menjadi lebih efektif. ZPT Atonik di dalam tanaman dapat
berfungsi mendorong pertumbuhan tanaman, memperbaiki mutu dan
meningkatkan hasil tanaman. Dalam cara kerjanya, Atonik cepat terserap oleh
tanaman dan merangsang aliran protoplasmatik sel serta mempercepat
perkecambahan dan perakaran, tetapi bila konsentrasinya berlebihan maka dapat
menghambat pertumbuhan. Bila taraf konsentrasi Atonik optimum disemprotkan
melalui daun, proses sintesis protein meningkat (Lestari, 2011).
Menurut Anada et al., (2013) penggunaan zat pengatur tumbuh seperti
Atonik, pada dasarnya mengandung auksin sintetik yang akan mendorong
terjadinya pembelahan, pembesaran dan perpanjangan sel melalui pengaktifan
pompa ion pada membran plasma dinding sel menjadi longgar yang
mengakibatkan tekanan pada dinding sel berkurang, sehingga dengan mudah air
masuk ke dalam sel dan terjadi pembesaran dan perpanjangan sel.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rayan (2009) pada tanaman
Koompassia excelsa (Becc.) Taub. perlakuan pemberian zat perangsang akar
Atonik dengan konsentrasi 10 ml/1 liter air selama 1 jam menghasilkan persentase
stek menjadi anakan atau bibit sebesar 84%. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian zat perangsang akar dengan menggunakan Atonik dapat meningkatkan
persentase bahan stek menjadi bibit.
Hasil penelitian Wahyuni (2002) pada bibit pisang yang berumur 10
minggu setelah tanam menunjukkan bahwa konsentrasi Atonik berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, panjang akar, jumlah
akar, diameter batang, berat basah bibit dan berat kering bibit dan lama
perendaman Atonik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah
daun, luas daun, panjang akar, jumlah akar, diameter batang, berat basah bibit dan
berat kering bibit. Kombinasi konsentrasi 1,5 ml/l air dan lama perendaman dalam
atonik 90 menit menghasilkan pertumbuhan bibit pisang raja yang optimal.
Heritabilitas
Variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi.
Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu
dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang baru
diharapkan akan besar. Sedangkan pendugaan nilai heritabilitas tinggi
menunjukkan bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan
fenotip bila dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut
lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat
disebabkan pengaruh genetiknya lebih besar daripada pengaruh lingkungan yang
berperan dalam ekspresi karakter tersebut. Ada dua macam heritabilitas, yaitu
heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas
mempertimbangkan keragaman total genetik dalam kaitannya dengan keragaman
fenotipiknya, sedangkan heritabilitas arti sempit melihat lebih spesifik pada
pengaruh ragam aditif terhadap keragaman fenotipiknya (Nasir, 1999).
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi
genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
penting dalam prog pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini di harapkan
terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang
disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti
yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif dan epistasis.
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila
seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas
akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).
Keragaman dalam spesies tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
keragaman yang disebabkan faktor lingkungan dan keragaman yang disebabkan
oleh faktor genetik. Ragam lingkungan dapat diketahui, dengan menumbuhkan
tanaman yang memiliki genetik sama, pada lingkungan berbeda. Ragam genetik
disebabkan karena diantara tanaman memiliki sifat genetik yang berbeda. Ragam
genetik dapat diamati dengan menanam galur atau vaerietas berbeda pada
Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan
aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap
bahwa susunan genetik dari bahan tanaman digunakan adalah sama karena
berasaldari varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan
susunan genetik mungkin selalu terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan
berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama
ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua
tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) Lamb. merupakan tanaman
pangan dan golongan ubi-ubian aslinya berasal dari Amerika Latin
(Martin dan Leonard, 1967). Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena
mudah pengelolaannya dan tahan terhadap kekeringan; di samping itu dapat
tumbuh pada berbagai macam tanah (Lingga, Sarwono, Rahardi, Raharja,
Afriastini, Wudianto, Apriadji, 1989). Keistimewaan tanaman ubi jalar, sebagai
salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang keempat setelah padi, jagung dan
ubi kayu adalah dalam hal kandungan gizinya terutama pada kandungan beta
karoten yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman pangan Iainnya
dimana kandungan beta karoten ubi jalar mencapai 7100 Iu, terutama pada
varietas ubi jalar yang warna daging ubinya jingga kemerah-merahan
(Juanda dan Cahyono, 2000).
Menurut Badan Pusat Statistik, produksi ubi jalar di Indonesia tahun 2013
mencapai 2.386.729 ton/tahun dengan luas lahan panen 161.850 Ha. Sedangkan
produksi ubi jalar di Indonesia tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
2.360.063 ton/tahun dengan luas lahan panen 156.691. Di Sumatera Utara sendiri,
produksi ubi jalar pada tahun 2013 mencapai 116.671 ton/tahun dengan luas
lahan panen 9.101. Sedangkan di tahun 2014, produksi ubi jalar mengalami
peningkatan sebesar 132.687 ton/tahun dengan luas lahan panen 10.128 Ha
(BPS, 2014).
Ketahanan pangan yang terlalu bergantung pada satu komoditi seperti
nasional akan rapuh. Oleh karenanya, ke depan kita perlu memberikan perhatian
dalam meningkatkan upaya pengembangan pangan alternatif yang berbasis
umbi-umbian seperti ubi jalar misalnya. Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat, maka tuntutan konsumen terhadap
bahan pangan juga kian bergeser. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati
konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta
penampakan dan citarasa yang menarik, tetapi juga harus memiliki fungsi
fisiologis tertentu bagi tubuh (Rozi dan Krisdiana, 2011).
Zat perangsang pertumbuhan yang banyak diperdagangkan saat ini
memiliki fungsi hampir sama dengan fitohormon, salah satunya adalah Atonik.
Zat pengatur tumbuh dapat mendorong pertumbuhan akar sehingga penyerapan
hara menjadi lebih efektif (Lestari, 2011).
Menurut Rayan (2009) berdasarkan hasil uji-t terhadap persentase stek
menjadi anakan, perlakuan bahan stek menunjukkan bahwa bahan stek pucuk
lebih baik dibandingkan dengan bahan stek batang dan memberikan pengaruh
yang nyata. Hal ini disebabkan karena bahan stek pucuk lebih juvenil atau lebih
muda dibandingkan dengan bahan stek batang, dan juga bahan stek batang
sebagian pori-porinya kemungkinan mengandung zat lilin yang menghambat
tumbuhnya akar dalam pengakaran stek sehingga menghasilkan persentase stek
menjadi anakan lebih kecil.
bawang merah. Interval penyemprotan Atonik tidak berpengaruh nyata terhadap
berat basah umbi, jumlah umbi, diameter umbi, dan berat kering umbi bawang
merah. Terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan konsentrasi dan interval
penyemprotan Atonik terhadap diameter umbi bawang merah. Atonik dengan
konsentrasi 0,25 cc/l yang disemprotkan pada umur 15-20-25-30 hari setelah
tanam dapat meningkatkan diameter umbi bawang merah.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mempelajari perbedaan
pertumbuhan dan produksi dua varietas ubi jalar berdasarkan bahan sumber stek
pada berbagai dosis zat pengatur tumbuh Atonik.
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh asal stek terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas ubi
jalar
2. Ada pengaruh zat pengatur tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan
dan produksi dua varietas ubi jalar
3. Ada pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar
4. Ada interaksi antara asal stek, zat pengatur tumbuh Atonik, dan varietas
terhadap pertumbuhan dan produksi ubi jalar.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Prog Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, dan
ABSTRACT
CUT TIA MARDI, 2016. The effect of the cutting sources and the Atonik
plant growth regulator on the growth and yield of several sweet potatoes (Ipomoea batatas L.) Lamb. varieties, supervised by Hot Setiado and Khairunnisa Lubis.
The aim of the research was to know the effect of the cutting sources and Atonik plant growth regulator on the growth and yield of several sweet potatoes varieties. The research was conducted on the public farming, Amplas Village, Medan, North Sumatera, Indonesia with 25 metres altitude, from September 2015 to January 2016. The randomized block design was used with three factors, i.e : variety (Antin-1, Kidal), the cutting source (shoot cutting and base cutting), the Atonik plant growth regulator (0,25 ml and 0,50 ml). The variable observed were: the extention of the plant length, the weight of the tuber per sample, the number of tuber per sample, the length of tuber per sample, the diameter of tuber per sample, the weight of tuber per plot and the organoleptic test.
The results showed that the variety was significantly affected the extention the plant length, the weight of tuber per sample, the number of tuber per sample, the length of tuber per sample,the diameter of tuber per sample, the weight of tuber per plot. The cutting sources was significantly affected. The interaction among varieties, the cutting sources, and the Atonik plant growth regulator was not significantly affected..
Key words : the cutting sources, the Atonik plant growth regulator, varieties, production, sweet potato.
ABSTRAK
CUT TIA MARDI, 2016. Pengaruh Asal Stek dan Zat Pengatur Tumbuh
Atonik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Lamb. dibimbing oleh Hot Setiado dan Khairunnisa Lubis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asal stek dan zat pengatur tumbuh Atonik terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas ubi jalar. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat bajak V, kelurahan Harjosari II kecamatan Medan Amplas, Sumatera Utara, Medan, Indonesia dengan ketinggian tempat +25 m diatas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan Januari 2016 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan tiga faktor perlakuan yaitu : varietas (Antin-1 dan Kidal), bahan asal stek (stek pucuk dan stek pangkal) dan zat pengatur tumbuh Atonik (0,25 ml dan 0,50 ml). Peubah amatan yang diamati adalah pertambahan panjang tanaman, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter umbi per sampel, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot dan uji organoleptik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter umbi per sampel, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot. Stek berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, Interaksi antara varietas, stek, dan Zat pengatur tumbuh Atonik tidak berpengaruh nyata.
PENGARUH ASAL STEK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH ATONIK TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) Lamb
S K R I P S I
Oleh :
CUT TIA MARDI