• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG BURUNG PUYUH DAN BEBERAPA AGEN HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH (SOLANUM TUBEROSUM L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG BURUNG PUYUH DAN BEBERAPA AGEN HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH (SOLANUM TUBEROSUM L."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG BURUNG PUYUH DAN BEBERAPA AGEN HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

KENTANG MERAH (SOLANUM TUBEROSUM L.)

Ruben Pakpahan 1 , Arta J. Hutahayan 2, Rosmalina Sinaga 3

1 Fakultas Pertanian, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli email: rubenpakpahan46@gmail.com

2 Fakultas Pertanian, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli email: hutahayanarta@gmail.com

3 Fakultas Pertanian, Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli email: rosmalina.sinaga@gmail.com

Abstract - The Effect of Quail Cage Fertilizer and Several Biological Agents on the Growth and Production of Red Potatoes (Solanum tuberosum L.). This study aims to determine the effect of giving quail manure and several biological agents on the growth and production of red potato (Solanum tuberosum, L.). This study used a factorial randomized block design (RBD), which consisted of 2 factors: The first factor is the effect of giving quail manure (P) with 4 treatment levels, namely: P0: Without quail manure, P1: 4 kg of quail manure / plot, P2: 8 Kg of quail manure / plot, P3: Fertilizer for quail cages 12 kg / plot, The second factor is the treatment of several biological agents (A) with 3 levels of treatment, namely: A0: No biological agents, A1: Biological agent Trichoderma harzianum 20 g / plot, A2: Beauveria bassiana biological agent 20 g / plot, Thus, a combination of 12 treatments was obtained with 3 replications. Parameters observed were plant height (cm), number of leaves (strands), number of tubers per sample (fruit), number of tubers per plot (fruit), tuber production per sample (g), tuber production per plot (kg), intensity of attack. pest (%), disease severity (%). The results showed that giving quail manure had a very significant effect on plant height, number of leaves, number of tubers per sample, number of tubers per plot, tuber production per sample, tuber production per plot, disease severity and significant effect on the intensity of pest attack. The treatment of several biological agents had a very significant effect on tuber weight per sample, tuber weight per plot, intensity of pest attacks, and disease severity.

Keywords: Biological Agents

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi bahan pangan karbohidrat lain yang berasal dari beras, jagung, dan gandum. Tanaman ini berasal Amerika Selatan dan kini dibudidayakan secara luas di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia. Tanaman kentang masuk ke Indonesiapada abad ke-17 yang sebelumnya dibawa ke Eropa oleh Portugis dan dikembangbiakkan pada abad ke-16 (Idawati, 2012).

Kentang sudah menjadi bagian dari masyarakat di Indonesia. Terdapat ribuan orang di Indonesia sangat menggantungkan hidupnya dengan bertanam kentang. Kentang sangat cocok dibudidayakan di dataran tinggi. Tanaman tidak berkayu dan tergolong dalam suku terung-terungan (solanaceae) ini berasal dari Amerika Selatan dan kini dibudidayakan secara luas di Eropa dan Asia termasuk Indonesia (Rahayu, 2007).

Permasalahan dalam pertanaman kentang adalah rendahnya produksi kentang yang sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain teknik budidaya, mutu benih, kesuburan tanah, gangguan hama dan penyakit serta iklim dan cuaca yang

(2)

mendukung. Sekarang ini permintaan kentang di masyarakat meningkat sedangkan produksi kentang masih rendah sehingga perlu adanya peningkatan hasil tanaman kentang. Penggunaan pupuk merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi kentang.

Pemberian bahan organik sangat dianjurkan pada kebanyakan tanah tropika yang digunakan untuk penanaman sayuran secara intensif. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi mahluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian dan limbah kota (sampah) (Soenandar, 2012).

Limbah kotoran puyuh merupakan salah satu contoh permasalahan yang ada di bidang peternakan.

Kotoran puyuh sangat sayang apabila dibuang tanpa dimanfaatkan. Kotoran puyuh dapat diolah menjadi pupuk organik untuk menjadi pupuk bagi tanaman melon, bawang merah maupun komoditas lain.

Kotoran puyuh mengandung protein, unsur N, P, K dan masih banyak unsur lainnya, sehingga kotoran puyuh dapat dimanfaatkan daripada terbuang begitu saja. Menurut Ramaiyulis dan Nilawati (2009), kotoran puyuh mengandung kadar protein tinggi serta banyak mengandung unsur hara makro maupun mikro. Pemanfaatan limbah dari ternak puyuh tidak hanya pada kotoran saja tetapi sisa pakan juga dapat dimanfaatkan bersama dengan kotorannya.

Penggunaan agen hayati dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) semakin berkembang karena cara ini lebih unggul dibanding pengendalian berbasis pestisida. Menurut Jumar (2000). Pengendalian hayati memiliki keuntungan yaitu : (1). Aman artinya tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan keracunan pada manusia dan ternak, (2). tidak menyebabkan resistensi hama, (3). Musuh alami bekerja secara selektif terhadap inangnya atau mangsanya, dan (4). Bersifat permanen untuk jangka waktu panjang

apabila keadaan lingkungan telah stabil atau telah terjadi keseimbangan antara hama dan musuh alaminya.

Agens hayati yang dapat digunakan sebagai pengendali hama yaitu agens entomopatogen dari golongan cendawan Beauveria bassiana dan agens antagonis dari golongan cendawan Trichoderma harzianum sebagai agens hayati pengendali penyakit pada tanaman. Kedua agens hayati tersebut mudah didapatkan dan dapat dikembangkan secara massal.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk kandang merupakan produk yang berasal dari limbah usaha peternakan dalam hal ini adalah kotoran ternak (Setiawan, 2010). Jenis ternak yang bisa menghasilkan pupuk organik ini sangat beragam diantaranya sapi, kambing, ayam, kuda, kerbau, babi dan burung puyuh. Pupuk kandang dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seprti tanaman sayur, tanaman buah, tanaman palawija dan tanaman pangan.

Manfaat pupuk kandang yaitu menambah unsur hara dalam tanah, mempertinggi humus, mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimia tanah, mendorong kehidupan jasad renik, serta mengembalikan unsur hara yang tercuci.

Bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang bagi tanah akan menaikan daya menahan air, menambah humus atau bahan organik dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Agens hayati adalah setiap organisme yang meliputi spesies, sub spesies atau varietas dari semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan, bakteri, virus, mikroplasma, serta organisme lain yang dalam semua tahap perkembangannya dapat dipergunakan untuk keperluan lainnya (Permentan no 411 tahun 1995). Penggunaan agen hayati dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) semakin berkembang karena memiliki keunggulan dibandingkan pengendalian berbasis pestisida. Jenis jamur atau cendawan yang biasa digunakan dalam mengendalikan hama dan penyakit adalah Beauveria bassiana sp. dan Trichodema sp.

(3)

III. BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (UNITA) silangit Desa Pariksabungan Kec.

Siborongborong Kab. Tapanuli Utara dengan ketinggian tempat ± 1400 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini berlangsung pada Agustus sampai dengan November 2019.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit kentang merah varietas lokal, pupuk kandang burung puyuh, jamur Trichoderma harzianum, jamur Beauveria bassiana, kapur dolomit, pupuk NPK dan pupuk KCL. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu, gembor, parang, sprayer, timbangan, paku, palu, tali, kayu, meteran dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, dengan dua faktor perlakuan, yaitu:

Faktor Pupuk Kandang Burung Puyuh (P), terdiri dari 4 taraf :

P0 = tanpa perlakuan pupuk kandang burung puyuh (kontrol)

P1 = 4 kg/plot P2 = 8 kg/plot P3 = 12 kg/plot

Faktor Agen Hayati T. harzianum (A1), B. bassiana (A2)

A0 = tanpa agen hayati (kontrol)

A1 = Trichoderma harzianum (20 g/plot) A2 = Beauveria bassiana (20g/plot)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bibit

Umbi yang digunakan berasal dari umbi yang tua dengan ciri umbi yang kuat, bobot kurang lebih 60 gram. Bibit yang baik adalah umbi bertunas dan juga kuat yang telah melewati proses penyimpanan 4 bulan setelah panen, memiliki 3 hingga 5 mata tunas per umbi.

Pengolahan Tanah

Areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dilakukan dua kali.

Pengolahan pertama dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara membalikkan tanah. Kemudian dibiarkan selama dua minggu dengan tujuan untuk meningkatkan perkembangan mikrobiologi yang ada dalam tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dilakukan penggaruan dan membersihkan areal pertanaman dari rumput- rumputan kemudian diratakan lalu dibuat plot sesuai dengan ukuran plot yang telah ditentukan.

Kapur dolomit ditaburkan diatas petakan yang bertujuan untuk menetralkan pH tanah.

Aplikasi Pupuk kandang burung puyuh

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam sedalam 5-10 cm dan diisi dengan pupuk kandang burung puyuh. Pupuk kandang burung puyuh ini di aplikasikan 2 minggu sebelum tanam sesuai dengan taraf perlakuan.

Aplikasi Agen Hayati Trichoderma harzianum

Pengaplikasian jamur Trichoderma harzianum dilakukan 1 x 1 minggu setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam dengan dosis sesuai dengan taraf perlakuan. Pengaplikasian jamur tersebut dilakukan sampai tanaman berumur 10 minggu setelah tanam.

Beauveria bassiana

Pengaplikasian jamur Beauveria bassiana dilakukan 1 x 1 minggu dengan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam sesuai dengan taraf perlakuan yaitu 20 g/plot. Pengaplikasian jamur Beauveria bassiana dilakukan sampai tanaman berumur 10 minggu setelah tanam.

Penanaman

Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara memasukkan umbi bibit ke lubang tanam dua minggu setelah pengaplikasian pupuk kandang burung puyuh. Masing-masing ke lubang diletakkan satu umbi dengan posisi tunas menghadap ke atas.

Benih kentang yang umum digunakan berupa umbi dengan ukuran ± 60 gram per umbi.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam yaitu 2 kali dalam seminggu dan disesuaikan dengan keadaan iklim.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Tanaman yang disulam adalah tanaman yang mati total atau

(4)

pertumbuhannya tidak normal. Untuk penyulaman diambil dari cadangan bibit dengan memilih tanaman yang sehat.

Pemupukan

Pada penelitian ini pupukan organik diberikan pada umur 3 MST yaitu pupuk NPK 10 gram/tanaman dan KCl 10 gram/tanaman.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma dan disesuaikan dengan kondisi di areal pertanaman. Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali.

Pertama dilaksanakan setelah tanaman berumur 30 hari. Pembumbunan kedua dilaksanakan pada saat tanaman berumur 60 hari.

Panen

Pemanenan dilakukan setelah tanaman mencapai umur 12 MST (minggu setelah tanam). Pemanenan kentang dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut dan membongkarnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan cacat pada umbi.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ke titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Tanaman yang bercabang- cabang diambil cabang yang paling tinggi. Untuk menentukan batas permukaan tanah digunakan patokan standart. Pengukuran dilakukan mulai dari tanaman berumur 3 MST dengan interval 1 x 1 minggu sampai tanaman berumur 10 MST.

Jumlah Daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung semua daun yang telah membuka dilakukan satu kali dalam seminggu dengan menghitung jumlah daun tanaman sampel mulai berumur 3 MST dengan interval 1 x 1 minggu sampai tanaman berumur 10 MST.

Jumlah Umbi Per Sampel (buah)

Jumlah umbi per sampel dapat diketahui dengan cara membersihkan umbi dari tanah dan menghitung setiap umbi tanaman sampel yang telah ditentukan. Kemudian jumlahnya dirata-ratakan.

Penghitungan jumlah umbi dilakukan pada saat panen yaitu tanaman telah berumur 12 MST.

Jumlah Umbi Per Plot (buah)

Jumlah umbi per plot dapat diketahui dengan cara membersihkan umbi dari tanah dan menghitung

setiap umbi tanaman dalam plot yang telah ditentukan. Kemudian jumlahnya dirata-ratakan.

Penghitungan jumlah umbi dilakukan pada saat panen yaitu tanaman telah berumur 12 MST.

Produksi Umbi Per Sampel (g)

Produksi umbi per sampel dapat diketahui dengan cara menimbang umbi setiap tanaman sampel dan dirata-ratakan. Produksi ini diketahui setelah panen atau tanaman telah berumur 12 MST.

Produksi Umbi Per Plot (kg)

Produksi umbi per plot dapat diketahui dengan cara menimbang umbi secara keseluruhan pada setia plot atau petak. Produksi ini diketahui setelah panen atau tanaman telah berumur 12 MST.

Intensitas Serangan Hama (%)

Jumlah tanaman yang terserang hama dihitung pada saat tanaman berumur 3 MST sampai panen yaitu tanaman berumur 10 MST dilakukan 1 x 1 minggu dengan menghitung jumlah tanaman yang terserang hama dibagi jumlah seluruh tanaman dikali 100%.

Rumus intensitas serangan hama adalah sebagai berikut:

IS =

x 100%

Keterangan :

n : jumlah tanaman yang terserang hama v : jumlah seluruh tanaman yang diamati Keparahan Penyakit (%)

Perhitungan keparahan penyakit adalah untuk mengetahui tingkat serangan penyakit pada masing- masing tumbuhan. Selain itu, perkembangan suatu penyakit juga dapat diprediksi. Dengan dasar dari perhitungan keparahan yang telah diketahui, dapat dijadikan modal untuk dilakukan pengendalian.

Keparahanpenyakit =∑

x 100%

Keterangan :

n : jumlah tanaman yang terserang dalam kategori skor (v)

v : skor pada setiap kategori serangan N : jumlah seluruh tanaman yang diamati V : skor untuk serangan terberat

n ditentukan berdasarkan skor yang digunakan, skor keparahan menggunakan skor 1-5 dengan kategori serangan yang berbeda beda. Misal skor 0% = sehat, 10% = ringan, 10% - 25% = sedang, 25% - 50% = berat, dan 50% keatas (tanaman mati) = sangat berat.

(5)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Burung Puyuh Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kentang Merah

Hasil analisis sidikragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang burung puyuh berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per sampel, jumlah umbi per plot, produksi umbi per sampel, produksi umbi per plot, keparahan penyakit, dan berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan hama.

Hal ini diduga disebabkan karena pupuk kandang burung puyuh mengandung protein tinggi serta banyak mengandung unsur hara makro dan mikro.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Setiawan (2009) yang menyatakan bahwa kotoran burung puyuh merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang cukup baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung unsur-unsur hara makro (Ca,N, P, K, dan Cl) dan unsur-unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn, Mn dan Mo) yang diperlukan oleh tanaman.

Perlakuan pupuk kandang burung puyuh yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi kentang merah terdapat pada taraf P3 (pupuk kandang burung puyuh 12 kg/plot)

Penambahan pupuk kandang sebagai pupuk organik akan mendorong kehidupan jasad renik didalam tanah Jasad renik ini sangat penting peranannya dalam proses pelapukan bahan organik, yaitu amonifikasi dan nitrifikasi sejalan dengan pendapat Sutedjo, (2002). Pengaruh pemberian pupuk kandang burung puyuh bagi tanah akan menaikkan daya menahan air, menambah humus atau bahan organik dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Lingga dan Marsono (2007) yang menyatakan bahwa pupuk kandang sebagai pupuk organik sangat dibutuhkan tanaman untuk dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami, menambah unsur hara dapat memperbaiki struktur tanah.

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang sangat nyata pada taraf perlakuan P3 (12 kg/plot) untuk

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per sampel, jumlah umbi per plot, produksi umbi per sampel, produksi umbi per plot, keparahan penyakit dan berpengaruh nyata terhadap parameter intensitas serangan hama. Hal ini diduga penambahan dosis perlakuan pupuk kandang burung puyuh sampai 12 kg/plot dapat meningkatkan kandungan unsur hara dalam tanah sehingga dapat mencukupi kebutuhan hara pada tanaman.

Pengaruh Pemberian Beberapa Agen Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang Merah

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan agen hayati berpengaruh sangat nyata terhadap keparahan penyakit, intensitas serangan hama, berat umbi per sampel, berat umbi per plot dan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per sampel, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah umbi per plot.

Pemberian perlakuan agen hayati yang dilaksanakan setelah diolah secara statistik menunjukkan bahwa agen hayati yang diberikan pada tanaman memberikan pengaruh sangat nyata terhadap parameter intensitas serangan hama dan keparahan penyakit, dimana A1 ( Trichoderma harzianum) dengan dosis 20 gram per plot dapat mengurangi keparahan penyakit pada tanaman kentang merah.

Hasil analisis menunjukkan pemberian agen hayati pada taraf perlakuan A1 (Trichoderma harzianum) memberikan keparahan penyakit terendah yaitu 11,25%. Hal ini sesuai dengan pendapat Freeman et al., (2003) bahwa Trichoderma harzianum dapat dimanfaatkan sebagai Agen Pengendali Hayati (APH) yang menghambat pertumbuhan Collectorichum sp dan Botrytis cinerea penyebab busuk buah pada tanaman dan Phytophthora infestans penyebab busuk daun pada tanaman kentang (Hartal et al., 2010). Hasil penelitian Murkalina et al., (2010) juga menunjukkan bahwa Trichoderma harzianum dapat menekan pertumbuhan Fusarium sp. penyebab layu pada tanaman cabai.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Berlin et al.

(2013) yang menyatakan bahwa Trichoderma harzianum merupakan parasit yang menyerang banyak jamur patogen tanaman dan merupakan jamur yang terlibat dalam kompetisi alami sesama jamur. Hifa Trichoderma harzianum bekerja dengan

(6)

cara melilit hifa dari cendawan patogen sehingga hifa cendawan patogen mengalami vakuolasi, lisis, dan akhirnya hancur. Setelah hifa cendawan patogen hancur, Trichoderma harzianum melakukan penetrasi dan menggunakan isi hifa cendawan patogen sebagai sumber makanan. Yullia et al.

(2017) juga menyatakan bahwa Trichoderma harzianum dapat menghambat pertumbuhan cendawan patogen yang menular melalui tanah yang dapat menyebabkan penyakit fusarium atau menyebabkan tanaman menjadi layu.

Beauveria bassiana secara sangat nyata mampu menekan intensitas serangan hama pada taraf perlakuan A2 (20 g/plot). Hasil analisis menunjukkan perlakuan agen hayati pada taraf A2 (beauveria bassiana) memberikan intensitas serangan hama terendah yaitu 29,29%. Hal ini diduga cendawan Beauveria bassiana dapat mengendalikan serangan hama ulat grayak (Spodoptera litura)yang menyerang daun tanaman kentang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Koswanodin dan wahyono (2013) menunjukkan bahwa konsentrasi Beauveria bassiana 20 g/l pada hari ke-5 sudah dapat mematikan serangga

Interaksi Pengaruh Perlakuan Pupuk Kandang Burung Puyuh Dan Bebrapa Agen Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kentang Merah

Daftar sidik ragam memperlihatkan pengaruh sangat nyata terhadap parameter produksi umbi per sampel, produksi umbi per plot dan keparahan penyakit, berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per sampel, jumlah umbi per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan intensitas serangan hama.

Interaksi antara pemberian pupuk kandang burung puyuh dan beberapa agen hayati berpengaruh sangat nyata terhadap produksi umbi per sampel, produksi umbi per plot, keparahan penyakit dan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per sampel, jumlah umbi per plot. Hal ini diduga disebabkan karena perlakuan pupuk kandang burung puyuh dan beberapa agen hayati saling mendukung dalam meningkatkan pertumbuhan, produksi dan menekan keparahan penyakit tanaman kentang. Sejalan dengan penelitian Souri (2001)

yang menyatakan bahwa pupuk kandang berfungsi untuk mengembalikan kesuburan tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman, mengurangi stres tanaman pada kondisi kekurangan air. Kusuma (2012) juga menyatakan bahwa kotoran burung merupakan salah satu jenis pupuk kandang. Pupuk kandang kotoran burung puyuh ini termasuk pupuk panas, cepat terurai sehingga langsung diserap oleh tanaman. Pupuk kandang burung puyuh memiliki kandungan protein sebesar 21%, kandungan nitrogen sebesar 0,61%, kandungan P2O5 0,209%, kandungan K2O sebesar 3,133%.

Trichoderma merupakan cendawan yang dapat menambah unsur hara tanah. Jamur trichoderma mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Trichoderma selain sebagai pengurai dapat pula menjadi agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanamanseperti pernyataan Pahlevi (2015).

Beauveria bassiana merupakan salah satu cendawan entomopatogen yang berpotensi sebagai agen hayati. Sejalan dengan penelitian Soetopo dan Indrayani (2007) yang menyatakan bahwa cendawan ini dilaporkan sebagai agen hayati yang sangat efektif mengendalikan sejumlah spesies seranggga dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Hemiptera, Homoptera, Orthoptera, dan Diptera.

Beauveria bassiana cendawan penyebab penyakit muscardine putih pada serangga hama yang menghasilkan misselium dan konidium (spora) berwarna putih.

Oleh karena itu pemberian pupuk kandang burung puyuh dan beberapa agen hayati akan memiliki pengaruh yang saling mendukung dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang bebas dari serangan penyakit dan hama sehingga interaksi kedua perlakuan saling mempengaruhi.

V. KESIMPULAN

Perlakuan pupuk kandang burung puyuh berpengaruh sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per sampel, jumlah umbi per plot, produksi umbi per sampel, produksi umbi per plot, keparahan penyakit, dan berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan

(7)

hama. Perlakuan agen hayati berpengaruh sangat nyata terhadap keparahan penyakit, intensitas serangan hama, berat umbi per sampel, berat umbi per plot dan berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per sampel, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah umbi per plot. Interaksi antara perlakuan pupuk kandang burung puyuh dan beberapa agen hayati berpengaruh sangat nyata terhadap parameter produksi umbi per sampel, produksi umbi per plot dan keparahan penyakit, berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah umbi per sampel, jumlah umbi per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan intensitas serangan hama. Kombinasi perlakuan yang terbaik adalah P3A1 (pupuk kandang burung puyuh 12 kg/plot dan agen hayati Trichoderma harzianum 20 g/plot) karena produksi umbi tanaman kentang merah tertinggi baik per sampel dan per perplot terdapat pada kombinasi tersebut.

REFERENSI

[1] Agrios, G.N. 1997. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan). Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

[2] Azwar, 2008. Bercocok Tanam Perkebunan Tahunan. Gajah Mada University Press, Yokyakarta.

[3] Hughes, S.J. 1971. Phycomycetes, Basidiomycetes, and Ascomycetes as Fungi Imperfecti. In: Taxonomy of Fungi Imperfecti (B. Kendrick, ed.), pp. 7-36.

University of Toronto Press, Toronto.

[4] Idawati, Nurul, 2012. Pedoman Lengkap Bertanam Kentang. Penerbit Pustaka Baru Press, Yogjakarta.

[5] Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. PT Rineka Cipta. Jakarta

[6] Koswanodin, D. & Wahyono, T. E. 2013.

Keefektifan bioinsektisida Beauveria bassiana terhadap hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), walang sangit (Leptocorisa oratorius), pengisap polong (Nezara viridula) dan (Riptortus linearis).

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Bogor 18-19 Juni 2014.

[7] Kusuma, E.M. 2012. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Putih (Brassica juncea L.). Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Vol. 1. Juli 2012.

ISSN: 2301-7783.

[8] Lingga, P. dan Marsono, 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

[9] Murkalina. 2010. Uji antagonis Trichoderma harzianum terhadap Fusarium spp. Penyebab penyakit layu pada tanaman cabai (Capsicum annum) secara In Vitro.

Jurnal Fitomedika. 7 (2): 80 – 85.

[10] Novizan. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk Yang Efektif. Agro Media Pustaka.

Jakarta.

[11] Octriana, L. 2011. Potensi Agen Hayati dalam Menghambat Pertumbuhan Phytium sp secara in vitro. Buletin Plasma Nutfah (17) : 138-142

[12] Pahlevi, 2014. Tricodherma sp.

https//id.m.wikipedia.org (diakses pada 24 Januari 2020).

[13] Petijo, 2004. Benih Kentang. Penerbit Kanisius, Yogjakarta.

[14] Rahayu, 2007. Pengembangan Kentang Atlantik di Dataran Tinggi. Infotek vol 1 (5)

[15] Ramaiyulis dan Nilawati. 2009. Buku Ajar Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

[16] Raupong dan Anisa. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Perancangan Percobaan.

Makassar : Universitas Hasanuddin.

[17] Rifai. M.A. 1969. A Revision Of The GanusTrichoderma. Mycological Paper,

(8)

No.16. Common Wealth Mycological Institute Kew, Surrew, England.56 Hal.

[18] Samadi, b. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisisus.

[19] Setiadi, Nurulhuda, S.F. 2008. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta (ID):

Penebar Swadaya.

[20] Setiadi, 2009. Budidaya Kentang. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

[21] Setiawan, 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Puyuh dan NPK GRAND S-15 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juneea L) Pada Tanah Berpasir. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

[22] Setiawan, B. S. 2010. Membuat Pupuk Kandang Secara Cepat. Penebar Swadaya:

Bandung.

[23] Soelarso, B, 2001. Budidaya Kentang Bebas Penyakit. Penerbit Kanisius, Jakarta]

[24] Soenandar, M, 2012. Membuat Pestisida Organik. Penerbit Agromedia Cianjur, Jakarta Selatan

[25] Soetopo, D. dan IGGA. Indrayani. 2007.

Status Teknologi.dan Prospek Beauveria bassiana untuk Pengendalian Serangga Hama Tanaman Perkebunan yang Ramah Lingkungan. Perspektif. 6 (1):29-46.

[26] Souri, 2001. Penggunaan Pupuk Kandang.

Instalasi Penelitian dan Pangkajian Teknologi Pertanian, Mataram.

[27] unarjono, H, 2007.Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Penerbit Agromedia, Jakarta.

[28] Sutedjo, M.M, 2002. Upuk dan Pemupukan.

Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

[29] Tanada, Y dan Kaya, H.K. 1993. Insect Pathology. Academic Press, Inc., California. 666 hal.

[30] Trizelia, 2005. Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana (Balls.)Vuill.

(Deuteromycotina: Hyphomycetes):

Keanekaragaman Genetik, Karakterisasi Fisiologi dan Virulensinya Terhadap Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:

Pyralidae). Disertasi. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

[31] Wiryanta, W.T.B, 2004. Bertanam Kentang. Penerbit Agomedia Pustaka, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

arti dan ilmu yang mempelajari simbol kata disebut semantik. Akan tetapi semantik bukan saja suatu jenis cara mengartikan suatu obyek yang berupa kata-kata tetapi juga merupakan

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran seni musik dengan menggunakan perangkat TIK di SMP

Ditentukan panjang gelombang maksimum antosianin dengan memperhatikan spektrum serapan dari hasil scan pada rentang panjang gelombang 200-700, dimana dari spektra akan

[r]

sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).. Disamping itu, ternak sapi

Ada beberapa kelebihan dalam model pembelajaran Index Card Match menurut Sanjaya (2008:163), diantaranya: 1. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan pembelajaran, 2. Materi

Kami percaya bahwa semua informasi diatas benar adanya, namun harap diingat bahwa semua data yang diatas hanya bersifat ilustrasi saja dan dapat berubah sewaktu-waktu

Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan peningkatan nilai rata-rata antara kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa peningkatan nilai pada kelas eksperimen