RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP BERBAGAI JENIS SUMBER KALIUM
SKRIPSI
OLEH :
EVI ROSALIA / 110301060
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) TERHADAP BERBAGAI JENIS SUMBER KALIUM
SKRIPSI
OLEH :
EVI ROSALIA / 110301060
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Berbagai Jenis Sumber Kalium
Nama : Evi Rosalia
NIM : 110301060
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Dr. Nini Rahmawati, S.P, M.Si.) (Ir. Rosita Sipayung, M.P.
Ketua Anggota
)
Mengetahui,
(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
EVI ROSALIA : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Berbagai Jenis Sumber Kalium. dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan ROSITA SIPAYUNG.
Ubi jalar merupakan salah satu makanan pokok bagi sekelompok penduduk Indonesia. Ubi jalar memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Selain itu juga memiliki nilai jual yang cukup baik. Salah satu upaya peningkatan produktivitas ubi jalar adalah penggunaan varietas unggul dan pemberian berbagai jenis sumber kalium. Penggunaan varietas unggul diharapkan mampu meningkatkan produksi ubi jalar karena berkaitan dengan potensi hasil yang tinggi. Pemberian berbagai jenis sumber kalium dibutuhkan ubi jalar untuk dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama umbi. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Namo Gajah, Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter dpl dari bulan Mei sampai Oktober 2015, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah varietas dengan 3 jenis yaitu Antin-2 (V1); Beta-2 (V2); Kidal (V3) dan faktor kedua yaitu pemberian berbagai jenis sumber kalium dengan 4 jenis yaitu Tanpa pemupukan kalium (K0); Pupuk KCl (K1); Biochar sekam padi (K2); dan kompos TKKS (K3). Parameter yang diamati adalah pertambahan panjang tanaman, panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per sampel, bobot biomassa tanaman per sampel, rataan bobot umbi, dan indeks panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman 4-8 MST, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per sampel, dan Indeks Panen. Pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman 4-6 MST. Interaksi antara perlakuan varietas dengan pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 4-8 MST.
ABSTRACT
EVI ROSALIA:Response in growth and productionsome varieties of sweet potatoes (Ipomoea batatasL.) on various types of potassium source . Supervised by NINI RAHMAWATI and ROSITA SIPAYUNG.
Sweet potato is a staple food for the population group of Indonesia . Sweet potato has a high nutritional content . It also has a pretty good selling point . One effort to improve the productivity of sweet potato is the use of high yielding varieties and the provision of various types of sources of potassium . The use of high yielding varieties is expected to increase the production of sweet potato because it is associated with high yield potential . Provision of various types of sources of potassium needed for the sweet potato can improve the growth and development of plants , especially tuber.This research was conducted in Desa Namo Gajah, Medan Tuntunganwith altitude ± 25 meters above sea surface began from Mei to October 2015. This research used factorial randomized block design with two factors. The first factor was varieties with three kinds Antin-2 (V1), Beta-2 (V2), and Kidal (V3) and the second factor was application of various types of source of potassium with four kinds without potassium fertilization (K0); KCl fertilizer (K1); Biochar rice husks (K2); TKKS compost (K3). Parameter observed was plant’s length; long tubers per sample; the number of tubers per sample; weight of tuber per sample; the weight of plant biomass per sample; the average weight of tubers ; and harvest index .
The result of this research showed that varieties were significantly effect to plant’s length parameter on 4-8 weeks after planting, the number of tubers per sample , weight of tuber per sample , and harvest Index. Application of various types of source of potassium were significantly effect to plant’s length parameter 4-6 weeks after planting. Interaction of varieties and application of various types of source of potassium significantly effect to plant’s length parameter on 4-8weeks after planting.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 21 April 1994 anak kedua dari 2
bersaudara dari ayahanda Alm. Suerlan dan Ibunda Rostina.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMA N 6 Medan dan pada tahun 2011
masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih minat
Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten praktikum di
Laboratorium Agroklimatologi dan Ekologi Tanaman dan Laboratorium Budidaya
Tanaman Obat dan Rempah.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Wanasari
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juduldari skripsi ini adalah
“Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea
batatasL.) Terhadap Berbagai Jenis Sumber Kalium”.Skripsi ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Nini Rahmawati, SP,
MSi dan Ir. Rosita Sipayung, MP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberi bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ayahanda Alm. Suerlan, Ibunda
Rostina, kakanda Rudi Sukmayana atas semangat, doa, dan dukungannya. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada mestika, rian, irna, riri, cut, desi, kak dwi,
eka, rada, heru, zein serta kepada seluruh tim asisten KLIMTAN dan teman-teman
lainnya yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Desember 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Biochar Sekam Padi ... 11
Kompos TKKS... 12
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Persiapan lahan ... 17
Pembuatan Bedengan ... 17
Persiapan bibit ... 17
Pembuatan Biochar sekam padi ... Pengaplikasian Pupuk KCl ... 17
Pengaplikasian Biochar sekam padi ... 18
Penanaman ... 18
Pemupukan Dasar ... 18
Pemeliharaan ... 19
Penyiraman... 19
Penyulaman... 19
Pengangkatan Batang... 19
Penyiangan dan Pembumbunan ... 19
Pengendalian hama dan penyakit... 19
Panen ... 20
Pengamatan Parameter ... 20
Pertambahan panjang tanaman (cm) ... 20
Panjang umbi per sampel (cm) ... 20
Jumlah umbi (umbi) ... 20
Bobot umbi per sampel (g) ... 21
Bobot umbi per plot (g) ... 21
Bobot biomassa tanaman (g) ... 21
Rataan bobot umbi ... 21
Indeks panen ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22
Pembahasan ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34
Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Rataan pertambahan panjang tanaman 4-8 MST (cm) ... 23
2. Panjang umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium ... 25
3. Jumlah umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium ... 26
4. Bobot umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium ... 27
5. Bobot biomassa tanaman per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium ... 29
6. Rataan bobot umbi dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium ... 29
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Diagram hubungan antara jumlah umbi per sampel dengan perlakuan varietas ... 26
2. Diagram hubungan antara bobot umbi per sampel dengan perlakuan varietas ... 27
3. Diagram hubungan antara bobot biomassa tanaman per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Bagan penanaman pada plot ... 39
2. Bagan plot penelitian ... 40
3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ... 41
4. Deskripsi varietas ubi jalar ... 42
5. Perhitungan kebutuhan pupuk berbagai sumber kalium ... 47
6. Perhitungan kebutuhan pupuk dasar tanaman ubi jalar ... 48
7. Data pertambahan panjang tanaman 1 MST ... 49
8. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 1 MST ... 49
9. Data pertambahan panjang tanaman 2 MST ... 50
10. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 2 MST ... 50
11. Data pertambahan panjang tanaman 3 MST ... 51
12. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 3 MST ... 51
13. Data pertambahan panjang tanaman 4 MST ... 52
14. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 4 MST ... 52
15. Data pertambahan panjang tanaman 5 MST ... 53
16. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 5 MST ... 53
17. Data pertambahan panjang tanaman 6 MST ... 54
18. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 6 MST ... 54
19. Data pertambahan panjang tanaman 7 MST ... 55
20. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 7 MST ... 55
21. Data pertambahan panjang tanaman 8 MST ... 56
23. Data pertambahan panjang tanaman 9 MST ... 57
24. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 9 MST ... 57
25. Data pertambahan panjang tanaman 10 MST ... 58
26. Sidik ragam pertambahan panjang tanaman 10 MST ... 58
27. Data panjang umbi per sampel ... 59
28. Sidik ragam panjang umbi per sampel ... 59
29. Data jumlah umbi per sampel ... 60
30. Sidik ragam jumlah umbi per sampel ... 60
31. Data bobot umbi per sampel ... 61
32. Sidik ragam bobot umbi per sampel ... 61
33. Data bobot biomassa tanaman per sampel ... 62
34. Sidik ragam bobot biomassa tanaman per sampel ... 62
35. Data rataan bobot umbi per sampel ... 63
36. Sidik ragam rataan bobot umbi per sampel ... 63
37. Data indeks panen ... 64
38. Sidik ragam indeks panen ... 64
39. Foto umbi ... 65
ABSTRAK
EVI ROSALIA : Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Terhadap Berbagai Jenis Sumber Kalium. dibimbing oleh NINI RAHMAWATI dan ROSITA SIPAYUNG.
Ubi jalar merupakan salah satu makanan pokok bagi sekelompok penduduk Indonesia. Ubi jalar memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Selain itu juga memiliki nilai jual yang cukup baik. Salah satu upaya peningkatan produktivitas ubi jalar adalah penggunaan varietas unggul dan pemberian berbagai jenis sumber kalium. Penggunaan varietas unggul diharapkan mampu meningkatkan produksi ubi jalar karena berkaitan dengan potensi hasil yang tinggi. Pemberian berbagai jenis sumber kalium dibutuhkan ubi jalar untuk dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama umbi. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Namo Gajah, Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter dpl dari bulan Mei sampai Oktober 2015, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah varietas dengan 3 jenis yaitu Antin-2 (V1); Beta-2 (V2); Kidal (V3) dan faktor kedua yaitu pemberian berbagai jenis sumber kalium dengan 4 jenis yaitu Tanpa pemupukan kalium (K0); Pupuk KCl (K1); Biochar sekam padi (K2); dan kompos TKKS (K3). Parameter yang diamati adalah pertambahan panjang tanaman, panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per sampel, bobot biomassa tanaman per sampel, rataan bobot umbi, dan indeks panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman 4-8 MST, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per sampel, dan Indeks Panen. Pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman 4-6 MST. Interaksi antara perlakuan varietas dengan pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman 4-8 MST.
ABSTRACT
EVI ROSALIA:Response in growth and productionsome varieties of sweet potatoes (Ipomoea batatasL.) on various types of potassium source . Supervised by NINI RAHMAWATI and ROSITA SIPAYUNG.
Sweet potato is a staple food for the population group of Indonesia . Sweet potato has a high nutritional content . It also has a pretty good selling point . One effort to improve the productivity of sweet potato is the use of high yielding varieties and the provision of various types of sources of potassium . The use of high yielding varieties is expected to increase the production of sweet potato because it is associated with high yield potential . Provision of various types of sources of potassium needed for the sweet potato can improve the growth and development of plants , especially tuber.This research was conducted in Desa Namo Gajah, Medan Tuntunganwith altitude ± 25 meters above sea surface began from Mei to October 2015. This research used factorial randomized block design with two factors. The first factor was varieties with three kinds Antin-2 (V1), Beta-2 (V2), and Kidal (V3) and the second factor was application of various types of source of potassium with four kinds without potassium fertilization (K0); KCl fertilizer (K1); Biochar rice husks (K2); TKKS compost (K3). Parameter observed was plant’s length; long tubers per sample; the number of tubers per sample; weight of tuber per sample; the weight of plant biomass per sample; the average weight of tubers ; and harvest index .
The result of this research showed that varieties were significantly effect to plant’s length parameter on 4-8 weeks after planting, the number of tubers per sample , weight of tuber per sample , and harvest Index. Application of various types of source of potassium were significantly effect to plant’s length parameter 4-6 weeks after planting. Interaction of varieties and application of various types of source of potassium significantly effect to plant’s length parameter on 4-8weeks after planting.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Ubi jalar merupakan salah satu makanan pokok bagi sekelompok
penduduk Indonesia, karena itu tanaman ubi jalar ikut memegang peranan penting
di dalam posisi lumbung pangan nasional.Tanaman tersebut juga memegang
peranan penting dalam perekonomian nasional, terutama di kalangan masyarakat
pedesaan di Indonesia.Ubi jalar memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi.Selain itu juga memiliki nilai jual yang cukup baik (Suparman, 2007).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi ubi jalar Indonesia
pada tahun 2012 adalah sebesar 2.483.460 ton dengan produktivitas 139.29 Ku/ha
dan mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu produksi sebesar 2.386.729 ton
dan produktivitas 147.47 Ku/ha. Produksi ubi jalar di provinsi Sumatera Utara
pada tahun 2013 sebanyak 116.671ton juga mengalamipenurunandibandingkan
pada tahun 2012 yaitu 186.583 ton.
Untuk mengatasi masalah tersebut upaya yang masih mungkin dapat
dilakukan untuk meningkatan produksi ubi jalar adalah melalui intensifikasi yaitu
melalui penggunaan benih unggul, perbaikan pengelolaan usahatani ubi jalar
dengan penggunaan pupuk berimbang dosis, waktu dan cara yang tepat sesuai
dengan kondisi dan sifat kimia tanah setempat (Sasongko, 2009).
Varietas Unggul Baru merupakan komponen teknologi produksi yang
sangat strategis dalam upaya meningkatkan produksi ubijalar karena berkaitan
dengan potensi hasil yang tinggi. Varietas unggul baru yang mempunyai karakter
sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pengguna juga relatif mudah diterima
2009, Badan Litbang Pertanian telah melepas masing-masing 10 varietas unggul
ubikayu dan 19 ubijalar, masing-masing dengan sifat keunggulan (Saleh, 2011).
Ubi jalar varietas Antin-2 di lepas tahun 2013, umur panen 4-4,5 bulan,
hasil rata-rata 20,4 ton/ha. Keunggulan varietas Antin-2 adalah kadar antosianin
510.80 mg/100 gbahan, agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Ubi jalar
varietas Beta-2dilepas tahun 2009.Umur panen tanaman 4-4,5 bulan, hasil
produksi 25-35 ton/ha. Adapun keunggulan dari ubi jalar varietas Beta-2 adalah
kadar betakaroten 4.629 mg/100 gbahan, agak tahan kudis dan boleng. Ubi jalar
varietas kidal tahun di lepas 2001 umur panen 4-4,5 bulan, hasil 25-30 ton/ha.
Adapun keunggulan ubi jalar varietas kidalyaitu agak tahan hama boleng dan
hama penggulung daun serta tahan penyakit kudis dan bercak daun (Balitkabi,
2011).
Salah satu pupuk anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman ubi jalar yang
dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan terutama umbi adalah
Kalium.Kalium adalah salah satu unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh
tanaman dalam jumlah besar. Peran kalium dalam tanaman, yakni membantu
proses fotosintesis untuk membentuk senyawa organik baru yang akan
ditranslokasikan ke organ tempat penyimpanan dalam hal ini umbi dan sekaligus
memperbaiki kualitas umbi tanaman ubi jalar (Sianturi dan Ernita, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
meningkatkan ketersediaan unsur hara/bahan organik tanah dengan pemberian
berbagai sumber kalium pada beberapa varietas ubi jalar sehingga
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuanuntuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatasL.) terhadap berbagai jenis sumber
kalium.
Hipotesa Penelitian
Aplikasi berbagai sumber kalium berpengaruh nyata meningkatkan
pertumbuhan dan produksi beberapa varietasUbi Jalar(Ipomoea batatasL.) dan
interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan
skripsi dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Suparman (2007), sistematika tanaman ubi jalar adalah sebagai
berikut : Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub-divisio :
Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Convolvulales , Famili :
Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatasL.
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi.Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
hara yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat
untuk menimbun sebagian makanan yang nantinya akanterbentuk umbi.
Kedalaman tanah akar tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar 15 persen dari
seluruh akarnya yang terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang
tumbuh agak dangkal. Ukuran umbi meningkat selama daun masih aktif
(Sonhaji, 2007).
Ubi jalar memiliki batang lunak, berbentuk bulat, batang ubi jalar
beruas-ruas dan panjang satu beruas-ruas antara 1-3 cm dan setiap beruas-ruas ditumbuhi daun, akar,
dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu tergantung
varietasnya, dan umumnya berkisar antara 2-3 meter untuk varietas ubi jalar
merambat (Juanda dan Cahyono, 2000).Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda
tergantung varietasnya. Tangkaidaun melekat pada buku-buku batang
(Suparman, 2007).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm,
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam.Penyerbukan dilakukan
oleh serangga.Biji terdapat dalam kapsul, sebanyak 1-4 biji.Biji matang berwarna
hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan pengausan
(skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Buah pada ubi jalar berkotak tiga yang terbentuk setelah terjadi
penyerbukan.Satu bulan setelah terjadi penyerbukan buah ubi jalar sudah masak,
didalam buah terdapat biji yang sangat ringan. Biji buah memiliki kulit yang keras
yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk
menghasilkan varietas ubi jalar yang baru (Juanda dan Cahyono, 2000).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu
21-27°C. Daerah yang mendapatkan sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan
daerah yang disukai.Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usah atani ubi
jalar tercapai pada musim kering (kemarau).Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedangkan pada
tanah sawah waktu yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen. Tanaman ubi
jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000mm/tahun, optimalnya
antara 750-1500mm/tahun (Deputi Menegristek,2008).
Ubi jalar sangat membutuhkan udara panas, lembab dan kandungan air
tinggi. Suhu yang dibutuhkan sekitar 24°C sampai 27°C dengan lama penyinaran
sepanjang tahun, asalkan berada di tempat lahan yang terbuka dan tidak
tergenangi air (Suparman, 2007).
Kelembaban berpengaruh terhadap laju transpirasi. Jika kelembaban udara
lingkungan di sekitar tumbuhan tinggi maka difusi air dalam ruang udara pada
tumbuhan akan berlangsung lambat. Sebaliknya, jika kelembaban di sekitar
tumbuhan rendah, difusi air dalam ruang udara pada tumbuhan berlangsung cepat
(Lakitan, 2007).
Tanah
Hampir semua jenis tanah petanian cocok untuk membudidayakan ubi
jalar.Janis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik aerasi serta drainasenya baik. Pananaman ubi jalar
pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang
hama penggerek (Cylas sp.). sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah
becek atau drainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi
jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol
(Deputi Menegristek, 2008).
Tanaman ini dapat diusahakan di berbagai tempat, baik dataran rendah
maupun dataran tinggi/pegunungan, serta di segala macam tanah.Tetapi yang
paling cocok dan potensial, dengan hasil produksi yang bagus dan tinggi adalah di
tanah pasir berlempung yang gembur dan halus.Tanah dengan pH 5.6-6.6 lebih
disukai untuk pertumbuhannya (Koswara, 2013).
Ubi jalar menyukai tanah liat berpasir remah yang berdrainase baik,
dengan aerase yang memadai.Pemadatan tanah berpengaruh buruk terhadap
Varietas Ubi Jalar
Konsumsi bahan pangan setiap tahun cenderung meningkat. Keadaan ini
disebabkan antara lain karena bertambahnya jumlah penduduk dan makin
meningkatnya pendapatan masyarakat. Untuk mengantisipasi kebutuhan tersebut
salah satu usaha di bidang tanaman adalah mengoptimalkan teknologi budidaya
tanaman pertanian, khususnya dengan pemakaian varietas unggul.Penggunaan
varietas merupakan teknologi yang dapat diandalkan, tidak hanya dalam hal
meningkatkan produksi pertanian, tetapi dampaknya juga meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani.Oleh karena itu varietas unggul yang
memiliki berbagai sifat yang diinginkan memegang peranan penting untuk tujuan
dimaksud.Varietas unggul pada umumnya memiliki sifat-sifat yang menonjol
dalam hal potensi hasil tinggi.Tahan terhadap organisme pengganggu tertentu dan
memiliki keunggulan pada ekolokasi tertentu serta mempunyai sifat-sifat
agronomis penting lainnya. Dengan menggunakan varietas unggul tahan hama dan
penyakit adalah merupakan cara paling murah untuk menekan pengganggu
tanaman tanpa adanya kekhawatiran akan dampak negatif terhadap lingkungan.
Dalam upaya untuk terus meningkatkan produksi pertanian, para pemulia tanaman
senantiasa berusaha menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat
yang dinginkan dan cocok untuk kondisi lingkungan tertentu (Balitkabi, 2011).
Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah
jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27,
jahe, kleneng, gedang, tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur,
prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas yang digolongkan sebagai varietas
30 ton/hektar, berumur pendek (genjah) antara 3-4 bulan, rasa ubi enak dan manis,
tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.) dan penyakit kudis oleh cendawan
Elsinoe sp., kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100 gram, keadaan serat ubi relatif rendah (Jayanto, 2009).
Ubi jalar termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di
daerah sub tropis. Disamping iklim, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ubi
jalar adalah jarak tanam, varietas dan lokasi tanam.Umumnya ubi jalar dibagi
dalam dua golongan, yaitu ubi jalar yang berumbi keras (karena banyak
mengandung pati) danubi jalar yang berumbi lunak (karena banyak mengandung
air).Dari warna daging umbinya, ada yang berwarna putih, merah kekuningan,
kuning, merah, krem, jingga atau ungu dan lain-lain.Menilik umurnya, ada ubi
jalar yang berumur pendek (dapat dipanen pada usia 4-6 bulan) dan ada yang
berumur panjang (baru dapat dipanen setelah berumur 8-9 bulan)
(Koswara, 2013).
Umbi tanaman ubi jalar memliki tekstur daging bervariasi, ada yang masir
(mempur) dan ada pula yang benyek berair. Rasa umbi tanaman ubi jalar pun
bervariasi, ada yang manis, kurang manis, dan ada pula yang gurih. Bentuk dan
ukuran umbi merupakan salah satu kriteria untuk menentukan harga jual di
pasaran. Bentuk umbi yang rata (bulat dan bulat lonjong) dan tidak banyak
lekukan termasuk umbi yang berkualitas baik (Juanda dan Cahyono, 2000).
Peningkatan konsumsi ubijalar juga dapat dilakukan melalui
promosiubijalar sebagai pangan fungsional dan pangan sehat.Senyawa
betakaroten pada ubijalar kuning/orange dan antosianin pada ubijalar ungu yang
dianggap sebagai makanan inferior. Betakaroten memiliki 100% aktivitas
provitamin A dan antosianin dapat berfungsi sebagai antioksidan, sehingga
berperan positif terhadap pemeliharaan kesehatan tubuh. Jepang merupakan salah
satu negara yang intensif mempromosikan manfaat antosianin ubijalar.Senyawa
fenol pada ubijalar juga berfungsi sebagai antioksidan, kandungan serat pangan
dan nilai glikemik indeks (GI) ubijalar yang relatif rendah memberi nilai tambah
bagi komoditas ini sebagai pangan fungsional (Ginting et al., 2011).
Ubi jalar ungu jenis Ipomoea batatasL. Poir memiliki warna ungu yang
cukup pekat pada daging ubinya, sehingga banyak menarik perhatian.Warna ungu
pada ubi jalar disebabkan oleh adanya pigmen ungu antosianin yang menyebar
dari bagian kulit sampai dengan daging ubinya.Konsentrasi antosianin inilah yang
menyebabkan beberapa jenis ubi ungu mempunyai gradasi warna ungu yang
berbeda.Secara nutrisi, ubi jalar pada umumnya didominasi oleh karbohidrat yang
dapat mencapai 27,9% dengan kadar air 68,5%, sedang dalam bentuk tepung
karbohidratnya mencapai 85,26% dengan kadar air 7,0% (Hardokoet al., 2010).
Sejauh ini pengolahan ubi jalar cenderung secara tradisional dan kurang
dapat diaplikasikan untuk produk yang lebih luas.Jenis ubi jalar yang berpotensi
untuk dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu ubi jalar oranye yang merupakan
sumber karbohidrat cukup tinggi dan memiliki senyawa antioksidan alami
beta-karoten.Ubi jalar oranye memiliki beragam varietas.Salah satu varietas unggul
yang sedang dikembangkan oleh Balai Penelitian Kacang dan Umbi atau
BALITKABI yaitu Beta 2. Ubi jalar oranye varietas Beta 2 ini memiliki
kandungan pati yang cukup tinggi yaitu 17.80 % dan total karoten sebesar 4629
Beta-2 adalah varietas ubi jalar yang memiliki kandungan betakaroten
tinggi, tetapi potensi produksi dan kandungannya lebih rendah dibandingkan
beta-1. Keunggulan varietas ubi jalar ini terbilang tinggi dan betakaroten juga
tinggi.Varietas ubi jalar yang kaya β-karotin ini potensial dikembangkan secara
potensial oleh agroindustri pangan dalam meningkatkan asupan pro-vitamin A
bagi masyarakat (Litbang Pertanian, 2013).
Kidal, merupakan varietas unggul baru ubijalar dengan tipe tanaman semi
kompak.Produktivitas mencapai 25-30 ton/ha.Bentuk umbi membulat, tangkai
umbi sangat pendek.Warna kulit umbi merah dan warna daging umbi kuning tua.
Rasa enak, kandungan bahan kering 31 %, kandungan pati 32,85 %, kandungan
beta karoten 345 mkg/100 g. Varietas Kidal agak tahan hama boleng, dan
penyakit kudis. Varietas ini cocok untuk dikonsumsi. Umur panen 4,0-4,5 bulan
(Dinas Pertanian Yogyakarta, 2011).
Pupuk KCl
Unsur nitrogen, fosfor dankalium, merupakan hara makro yangmutlak
diperlukan untuk pertumbuhandan perkembangan tanaman ubijalar.Unsur kalium
paling banyak dibutuhkankarena berperan penting dalam meningkatkan aktivitas
fotosintesis terutamapada periode pembentukkan umbi.Kalium diperlukan untuk
meningkatkanaktivitas kambium dalam akar yang menyimpan pati di dalamnya
dan jugauntuk meningkatkan aktivitas sintesis pati dalam umbi (Paulus, 2011).
Usaha yang dapat dilakukan dalam meningkatkan produksi ubi jalar
adalah dengan melakukan pemupukan baik pupuk organik maupun
anorganik.Salah satu pupuk an-organik yang dibutuhkan tanaman ubi jalar yang
Kalium.Kalium adalah suatu satu unsur hara esensial yang di butuhkan oleh
tanaman dalam jumlah besar.Kalium di serap tanaman dalam bentuk ion K+ di
dalam tanah.Ion ini bersifat dinamis, sehingga mudah tercuci tanah berpasir dan
tanah dengan pH rendah.peran kalium dalam tanaman, yakni membantu proses
fotosintesis, untuk membentuk senyawa organik baru yang akan ditranslokasikan
ke organ tempat penyimpanan dalam hal ini umbi dan sekaligus memperbaiki
kualitas umbi tanaman ubi jalar. KCl adalah pupuk buatan yang mengandung
Kalium (52% K20) di mana untuk memenuhi kebutuhan unsur hara dan perbaikan
tanah (Sianturi dan Ernita, 2014).
Dalam pemberian KCl, perlu diperhatikan jumlah kalium yang tersedia
dalam tanah. Pada tanah ber-pH rendah ketersediaan kaliumnya sangat
rendah.Ketersediaan kalium biasanya baik pada tanah netral maupun pada tanah
basa yang menunjukkan pencucian kaliaum dapat di tukar terbatas.Ketersediaan
kalium diartikan sebagai kalium yang dibebaskan dari bentuk tidak dapat
dipertukarkan kebentuk yang dapat dipertukarkan, sehingga dapat diserap
tanaman.Barbagai faktor yang dapat dipengaruhi ketersediaan tanaman adalah
peristiwa pembekuan dan pencairan, pembasahan dan pengeringan, ph tanah dan
pelapukan. Kalium diserap dalam bentuk K+ yang monovalen
(Gardner et al., 1991).
Biochar Sekam Padi
Biochar merupakan substansi arang kayu yang digunakan untuk kegiatan
pertanian. Biochar dibuatmenggunakan proses pirolisis. Bahan baku yang
digunakan adalah limbah pertanian dan limbah kehutanan.Bila
menghasilkan 3 substansi,yaitu: metana dan hidrogen yang dapat dijadikan bahan
bakar, bio-oil yang dapat diperbaharui dan arang hayati(biochar).Biochar dapat
memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produksi tanaman, terutama pada
tanah-tanah yang kurang subur.Kemampuan biochar untuk memegang air dan
hara dalam tanah membantu mencegah terjadinya kehilangan pupuk akibat aliran
permukaan (runoff) dan pencucian (leaching), sehingga memungkinkan
penghematan pupuk dan mengurangi polusi pada lingkungan sekitar.Kemampuan
mempertahankan kelembaban dapat membantu tanaman pada periode-periode
kekeringan.Biochar juga sangat penting dalam memperkaya karbon organik pada
tanah-tanahmarginal dan mempercepatperkembangan mikroba-mikroba untuk
penyerapan hara dalam tanah (BPTP, 2011).
Bahan dasar yang digunakan dalam pirolisis dapat berupa berbagai jenis
dan bentuk biomassa. Residu biomassa pertanian atau kehutanan, termasuk
potongan kayu, tempurung kelapa, tongkol jagung, sekam padi atau kulit buah
kacang-kacangan, kulit kayu, sisa-sisa usaha perkayuan, limbah industri tebu, sisa
penyulingan, dan bahan organik daur ulang lainnya. Pada saat ini residu tanaman
yang paling potensial untuk pembuatan biochar adalah sekam padi.Tanaman yang
khusus untuk mengambil energinya dapat digunakan untuk menghasilkan bahan
bakar hayati (biofuels) dengan biochar sebagai hasil samping yang dapat
diaplikasikan ke tanah (Gani, 2009).
Sekam dapat diproses menjadi biochar (emas hitam untuk pertanian) yang
digunakan sebagai amelioran utama untuk meningkatkan kandungan bahan
organik, menaikkan pH dan produksi berbagai tanaman. Biochar merupakan
yang resisten terhadap pelapukan sehingga mampu berfungsi sebagai ameliorant
organik yang efektif untuk memperbaiki kesuburan tanah dan mampu bertahan
hingga ratusan tahun di dalam tanah (Sudjana, 2014).
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah Limbah Pabrik KelapaSawit
yang jumlahnya sangat melimpah.Setiap pengolahan 1 ton TBSmenghasilkan 230
kg tandan kosong kelapa sawit.Pengolahan dan pemanfaatanTKKS oleh pabrik
kelapa sawit masih sangat terbatas. Alternatif lain denganmenimbun (open
dumping) untuk dijadikan mulsa di perkebunan kelapa sawitatau diolah menjadi
kompos (Hanum, 2009).
Keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yangdibutuhkan
tanaman antara lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Kompos TKKS dapatmemperkaya
unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifatfisik, kimia
dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifatyang
menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur-unsur hara yangdiperlukan
bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resikosebagai
pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercucioleh air
yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarangmusim (Eleni,
2014).
Kompos tankos memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:
1) membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman, 2) bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama
tanaman, 3) merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air, 4) dapat
Menurut Penelitian Astuti et al (2010), bahwa aplikasi kompos TKKS
berpengaruh terhadap perkembangan tanaman ubi jalar. Pemberian kompos
TKKS menngakibatkan perbedaan yang nyata dibandingkan yang tidak diberi
kompos padabeberapa komponen pertumbuhan, sebabtanah yang kaya akan bahan
organik relatifsedikit hara yang terfiksasi mineral tanah,sehingga yang tersedia
untuk tanaman lebihbesar. Pemberian kompos dapat memperbaiki kesuburan
tanahdibandingkan dengan tanah yang tidakdiberi kompos, dimana pemberian
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Namo Gajah Kecamatan
Medan Tuntungan tepatnya di belakang Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam
Malik Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut, mulai
bulan Mei 2015 sampai Oktober 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah bibit setek pucuk ubi jalar varietas Antin 2,
varietas Beta 2 dan varietas Kidal sebagai objek yang akan diamati, pupuk Urea
dan TSP untuk pemupukan dasar, biochar sekam padi dan kompos tandan kosong
kelapa sawit sebagai perlakuan yang akan diaplikasikan pada tanaman ubi jalar,
air untuk menyiram tanaman dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian
ini.
Alat yang digunakan yaitu cangkul, pisau/cutter, pacak sampel, meteran,
timbangan analitik, gembor, serta alat pendukung lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan
2 faktor :
Faktor I : Varietas Ubi Jalar (V) terdiri dari 3 jenis, yaitu :
V1 : Antin 2 (Ungu)
V2 :Beta 2 (Orange)
V3 : Kidal (Kuning Tua)
Faktor II : Berbagai Jenis Sumber Kalium (K) terdiri dari 3 jenis, yaitu :
K1 : Pupuk KCl
K2 : Biochar Sekam Padi
K3: Kompos TKKS
Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu :
V1K0 V2K0 V3K0
V1K1 V2K1 V3K1
V1K2 V2K2 V3K2
V1K3 V2K3 V3K3
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 36 plot
Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 216 tanaman
Jumlah sampel per plot : 4 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Ukuran Plot : 200 x 100 cm
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear sebagai berikut :
Yijk= μ + ρi+ αj+ βk+ (αβ)jk + εijk
dimana :
Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i denganperlakuan
Varietas ubi jalar taraf ke-j dan Sumber kalium taraf ke-k
ρi : Efek blok ke-i
αj : Efek varietas ubi jalar pada taraf ke-j
βk : Efek perlakuan sumber kalium pada taraf ke-k
(αβ)jk : Efek interaksi dari varietas ubi jalar pada taraf ke-j dan perlakuan
sumber kalium pada taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, varietas ubi jalar pada taraf ke-j dan perlakuan
sumber kalium pada taraf ke-k
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan penanaman yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma
di areal tersebut. Kemudian lahan diolah dan digemburkan dengan menggunakan
cangkul dengan kedalaman olah 20 cm. setelah itu dibuat plot-plot dengan ukuran
panjang 200 cm, lebar 100cm, dan tinggi 30 cm dengan jarak antar blok 50 cm
dan jarak antar plot 30 cm. pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam
30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.
Pembuatan Bedengan
Pembuatan bedengan dilakukan pada saat setelah dilakukan persiapan
lahan dengan ukuran 200 cm x 100cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak
antar blok 50 cm dengan media tanam yang digunakan adalah tanah lahan yang
sudah digemburkan dan dicampur dengan kompos.
Pembuatan Biochar sekam padi
Pembuatan biochar sekam padi dilakukan 1 bulan sebelum penanaman.
Proses pembuatannya yaitu dengan memasukkan sekam padi ke dalam drum
(pirolisator) lalu dibakar hingga membara. Jika suhu sudah mencapai 200 0C,
drum ditutup dan asap akan keluar melalui cerobong hal ini menandakan bahwa
pembakaran berjalan dengan baik. Setelah 2-3,5 jam dan sudah tidak
mengeluarkan asap lagi, arang dikeluarkan dan disiram dengan air. Selanjutnya
arang dijemur lalu siap untuk digunakan.
Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan adalah varietas Antin-2, Beta-2, dan Kidal berasal
Pengaplikasian Biochar sekam padi
Pengaplikasian Biochar sekam padi dilakukan sesuai dengan dosis anjuran
yaitu 10 ton/ha(0.5 kg/tanaman). Pengaplikasian Biochar sekam padidilakukan
dengan cara ditabur kemudian dicampurkan ke tanah dengan cara dicangkul
sampai merata. Di aplikasikan 1 minggu sebelum stek ubi jalar akan di tanam.
Pengaplikasian Kompos TKKS
Pengaplikasian kompos TKKS dilakukan sesuai dengan dosis anjuran
yaitu 20 ton/ha(600 gr/tanaman). Pengaplikasian kompos TKKS dilakukan
dengan cara ditabur kemudian dicampurkan ke tanah dengan cara dicangkul
sampai merata. Di aplikasikan 1 minggu sebelum stek ubi jalar akan di tanam.
Pengaplikasian Pupuk KCl
Pengaplikasian Pupuk KCl dilakukan sesuai dengan dosis anjuranyaitu
100 Kg/ha (1,5 gr/tanaman). Pengaplikasian Pupuk KCl diaplikasi secara tugal di
dekat masing-masing tanaman dan ditutup dengan tanah. Di aplikasikan 1 minggu
setelah stek ubi jalar di tanam dan pada 5 minggu setelah tanam.
Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan satu minggu setelah tanam.Pupuk yang
diberikan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubi jalar yaitu Urea
200 kg/ha (40 g/plot) dan TSP100 kg/ha (20 g/plot).Pupuk diaplikasikan secara
larikan dan ditutup kembali dengan tanah.
Penanaman
Stek pucuk ditanam tegak lurus dengan pangkal stek dibenamkan (1/3
bagian stek) sehingga tinggi 2/3 bagian stek di atas tanah, jarak tanam yang
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari tergantung
kondisi cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada setek yang rusak atau tidak
tumbuhpada saat 1 MST setelah penanaman di lapangan.
Pengangkatan Batang
Pengangkatan batang bertujuan mencegah terbentuknya umbi-umbi
kecil.Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan pada umur 50 HST atau
pengangkatan batang dilakukan berdasarkan pengamatan adanya akar yang
tumbuh pada ruas-ruas batang.
Penyiangandan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus
menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak
menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual
dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.Pembumbunan
dilakukan pada umur 4 MST hingga 8 MST dengan interval satu minggu.
Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hamadan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual
dengan mencabut tanaman yang terkena penyakit dan diganti dengan tanaman
transplanting, sedangkan pada tanaman yang terkena penyakit menjelang tanaman
fungisida dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan yaitu apabila terjadi
serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Panen
Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 18MST dengan kriteria
panen dapat dilihat dengan warna daun mulai menguning dan kemudian rontok.
Panen dilakukan dengan cara mencangkul guludan dan mengangkat tanaman
hingga ke akarnya. Tanaman dibersihkan dari kotoran-kotoran yang
menempel.kemudian umbi dipotong dari pangkal batang tanaman.
Parameter Pengamatan
Pertambahan panjang tanaman (cm)
Pertambahan panjang tanam diukur mulai pangkal batang (diatas
permukaan tanah) hingga ujung yang diluruskan, dan dilakukan pada 1 MST
sampai 10 MST yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 MST. Kemudian dihitung
selisihnya.
Jumlah umbi per sampel (umbi)
Jumlah umbi di hitung dengan menghitung jumlah umbi yang didapat
setelah di panen.Kriteria umbi yang dihitung adalah umbi yang sudah
membengkak dan bentuknya lebih besar dari akar.
Panjang umbi per sampel (cm)
Panjang umbi per sampeldiukur dengan menggunakan meteran setelah
Bobot umbi per sampel (g)
Bobot umbi persampelditimbang dengan menggunakan timbangan setelah
panen dengan menimbang semua umbi yang terdapat pada sampel setelah umbi
dibersihkan dari akar dan kotoran-kotoran yang menempel.
Bobot biomassa tanaman per sampel (g)
Bobot biomassa tanaman per sampel ditimbang dengan timbangan setelah
tajuk dan akarnya dipisahkan dari umbi serta dibersihkan dari tanah yang
dilakukan setelah panen.
Rataan bobot umbi
Rataan bobot umbi di hitung dengan rumus sebagai berikut :
Rataan bobot umbi = Bobot umbi
Jumlah umbi
Indeks panen
Indeks panen di hitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks Panen = Bobot umbi per sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 6-37)
diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap parameter
pertambahan panjang tanaman 4-8 MST, jumlah umbi per sampel,bobot umbi per
sampel, dan Indeks Panen.Pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh
nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman 4-6 MST.Interaksi antara
perlakuan varietas dengan pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh
nyata terhadap Pertambahan panjang tanaman 4-8 MST.
Pertambahan panjang tanaman (cm)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 6-25),
diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap pertambahan
panjang tanaman pada 4-8 MST, pemberian berbagai jenis sumber kalium
berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman pada 4-6 MST serta
interaksi antara perlakuan varietas dengan pemberian berbagai jenis sumber
kalium berpengaruh nyata pada 4-8 MST.
Dari data pengamatan 4 MST - 5 MST (Tabel 1), dapat diketahui
perlakuan varietas (V3) menghasilkan rataan pertambahan panjang tanaman yang
berbeda nyata dengan V1 dan V2 dengan rataan terendah pada V1.
Rataan pertambahan panjang tanaman 4-8 MST pada perlakuan varietas
Tabel 1. Rataan pertambahan panjang tanaman 4-8 MST (cm)
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%
Dari data pengamatan 4 MST – 6 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa
pemberian sumber kalium berupa kompos TKKS (K3) menghasilkan rataan
pertambahan panjang tanaman yang berbeda tidak nyata dengan K0 dan K1 namun
berbeda nyata dengan pemberian sumber kalium biochar sekam padi (K2) dengan
rataan terendah.
Dari data pengamatan 4 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa interaksi
pertambahan panjang tanaman tertinggi yakni 11.23 cm pada kombinasi
perlakuan varietas kidal dan pemberian sumber kalium berupa pupuk KCl (V3K1)
yang berbeda tidak nyata dengan V2K1 dan V3K0 dan berbeda nyata terhadap
perlakuan lainnya.
Dari data pengamatan 5 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa interaksi
perlakuan varietas dan pemberian berbagai sumber kalium menghasilkan rataan
pertambahan panjang tanaman tertinggi yakni 43.50 cm pada kombinasi perlakuan
varietas Beta-2 dan pemberian sumber kalium berupa pupuk KCl (V2K1) yang
berbeda tidak nyata dengan V3K0, V1K3, V2K1 dan V3K1 dan berbeda nyata
terhadap perlakuan lainnya.
Dari data pengamatan 6 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa interaksi
perlakuan varietas dan pemberian berbagai sumber kalium menghasilkan rataan
pertambahan panjang tanaman tertinggi yakni 53.08 cm pada kombinasi perlakuan
varietas Antin-2 dan pemberian sumber kalium berupa kompos TKKS(V1K3)
yang berbeda tidak nyata dengan V3K0, V2K1, V3K1 dan V2K3 dan berbeda
nyata terhadap perlakuan lainnya.
Dari data pengamatan 7 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa interaksi
perlakuan varietas dan pemberian berbagai sumber kalium menghasilkan rataan
pertambahan panjang tanaman tertinggi yakni 69.71 cm pada kombinasi perlakuan
varietas Beta-2 dan pemberian sumber kalium berupa kompos TKKS(V2K3) yang
berbeda tidak nyata dengan V1K0, V3K0, V3K1, V1K2, V1K3 dan berbeda nyata
terhadap perlakuan lainnya.
Dari data pengamatan 8 MST (Tabel 1), dapat diketahui bahwa interaksi
pertambahan panjang tanaman tertinggi yakni 54.91 cm pada kombinasi perlakuan
V3K3 (varietas Kidal dan sumber kalium berupa TKKS) yang berbeda tidak nyata
dengan V3K0, V1K0, V1K2, V2K3 dan berbeda nyata terhadap perlakuan
lainnya.
Panjang umbi per sampel (cm)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 26 dan 27),
diketahui bahwa, perlakuan varietas, pemberian berbagai jenis sumber kalium,
serta interaksi berbagai jenis sumber kalium dan varietas berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang umbi per sampel.
Rataan panjang umbi per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian
berbagai jenis sumber kalium dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Panjang umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Varietas kidal mampu menghasilkan panjang umbi tertinggi (20.37 cm),
sedangkan pada pemberian sumber kalium yaitu Pupuk KCl juga menghasilkan
panjang umbi tertinggi (21.14 cm).
Jumlah umbi per sampel (umbi)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 28 dan 29),
diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per
perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah umbi per sampel.
Rataan jumlah umbi per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian
berbagai jenis sumber kalium dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%
Dari data pengamatan jumlah umbi per sampel (Tabel 3), dapat diketahui
perlakuan varietas V3 menghasilkan rataan jumlah umbi per sampel tertinggi yang
berbeda nyata dengan V1 dan V2. Namun perlakuan V1 berbeda tidak nyata
dengan V2 dengan rataan terendah terdapat pada V1.
Diagram hubungan antarajumlah umbi per sampel dengan perlakuan
Gambar 1. Diagram hubungan antara jumlah umbi per sampel dengan perlakuan varietas
Diagram hubungan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan V3
(Kidal) menghasilkan jumlah umbi per sampelubi jalar tertinggi yakni 1.75 yang
berbeda nyata dengan perlakuan V1 dan V2.
Bobot umbi per sampel (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 30 dan 31),
diketahui bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per
sampel sedangkan pemberian berbagai jenis sumber kalium dan interaksi
perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot umbi per sampel.
Rataan bobot umbi per sampel pada perlakuan varietas dan pemberian
berbagai jenis sumber kalium dapat dilihat pada Tabel 4. 0
V1 (ANTIN-2) V2 (BETA-2) V3 (KIDAL)
Tabel 4. Bobot umbi per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf
α=5%
Dari data pengamatan bobot umbi per sampel (Tabel 4), dapat diketahui
perlakuan varietas (V3) menghasilkan rataan bobot umbi per sampel tertinggi
(136.35 g) yang berbeda nyata dengan V1 dan V2.Namun perlakuan V1 berbeda
tidak nyata dengan V2 dengan rataan terendah terdapat pada V1(52.87 g).
Diagram hubungan antarabobot umbi per sampel dengan perlakuan
varietas dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram hubungan antara bobot umbi per sampel dengan perlakuan varietas
V1 (ANTIN-2) V2 (BETA-2) V3 (KIDAL)
Diagram hubungan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan V3
(Kidal) menghasilkan bobot umbi per sampel ubi jalar tertinggi yang berbeda
nyata dengan perlakuan V1 dan V2.
Bobot biomassa tanaman per sampel (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 32 dan 33), diketahui bahwa, perlakuan varietas, pemberian berbagai jenis sumber kalium,
serta interaksi berbagai jenis sumber kalium dan varietas berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot biomassa tanaman per sampel.
Rataan bobot biomassa tanaman per sampel pada perlakuan varietas dan
pemberian berbagai jenis sumber kalium dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot biomassa tanaman per sampel dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Varietas
Dari data pengamatan bobot biomassa tanaman per sampel (Tabel 5), dapat
diketahui bahwa pada perlakuan varietas Antin-2 memiliki bobot biomassa
tertinggi yaitu 1059.85 g. Sedangkan pemberian sumber kalium berupa kompos
TKKS menunjukkan rataan tertinggi dari bobot biomassa tanaman per sampel
yaitu 969.64 g.
Rataan bobot umbi (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 34 dan 35),
serta interaksi berbagai jenis sumber kalium dan varietas berpengaruh tidak nyata
terhadap rataan bobot umbi.
Rataan bobot umbi ubi jalar pada perlakuan varietas dan pemberian
berbagai jenis sumber kalium dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot umbi ubi jalar dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Varietas
Dari data pengamatan rataan bobot umbi (Tabel 6), dapat diketahui bahwa
pada perlakuan varietas kidal memiliki hasil tertinggi yaitu 90.04 g. Sedangkan
pemberian berbagai jenis sumber kalium hasil terbaik rataan bobot umbi terdapat
pada pemberian sumber kalium pupuk KCl yaitu 85.10 g.
Indeks panen
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 36 dan 37),
diketahui bahwa, perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap indeks
panen.Sedangkan pemberian berbagai jenis sumber kalium, serta interaksi
berbagai jenis sumber kalium dan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap
indeks panen.
Indeks panen ubi jalar pada perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis
Tabel 7. Indeks panen ubi jalar dengan perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Varietas
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α=5%
Dari data pengamatan indeks panen (Tabel 7), dapat diketahui perlakuan
varietas (V3) menghasilkan indeks panen tertinggi (0.16) yang berbedatidak nyata
dengan perlakuan lainnya.
Diagram hubungan antaraindeks panen dengan perlakuan varietas dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram hubungan antara indeks panen dengan perlakuan varietas
Diagram hubungan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan V3
(Kidal) menghasilkan indeks panen ubi jalar tertinggi yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan lainnya.
V1 (ANTIN-2) V2 (BETA-2) V3 (KIDAL)
Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi ubi jalar(Ipomoea batatasL.) pada perlakuan varietas
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman 4,-5 MST,
jumlah umbi per sampel, bobot umbi per sampel, dan indeks panen.
Pertambahan panjang tanaman pada 4-5 MST (Tabel 1) dengan perlakuan
Varietas Kidal menghasilkan rataan tertinggi yaitu 11.23 cm (4 MST) dan 43.50
cm (5 MST). Hal ini diduga karena varietas yang digunakan merupakan varietas
unggul yakni Varietas Kidal.Hal ini sesuai dengan pernyataan Saleh (2011) bahwa
varietas unggul baru merupakan komponen teknologi produksi yang sangat
strategis dalam upaya meningkatkan produksi ubi jalar karena berkaitan dengan
potensi hasil yang tinggi. Varietas unggul baru yang mempunyai karakter sesuai
dengan kebutuhan dan preferensi pengguna juga relatif mudah diterima petani,
kompatibel dengan komponen teknologi budidaya lain.
Perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter
produksi jumlah umbi per sampel (Tabel 2); bobot umbi per sampel (Tabel 6);
dan indeks panen (Tabel 7). Hal ini diduga karena penggunaan Varietas Kidal
mampu meningkatkan produktivitas tanaman ubi jalar.Hal ini sesuai dengan
deskripsi varietas ubi jalar Balitkabi (2011) yakni keunggulan varietas kidal
berdaya hasil tinggi yaitu 25-30 ton/ha dan agak tahan hama boleng dan hama
penggulung daun serta tahan penyakit kudis dan bercak daun.Dengan
menggunakan varietas unggul tahan hama dan penyakit adalah merupakan cara
paling murah untuk menekan pengganggu tanaman tanpa adanya kekhawatiran
meningkatkan produksi pertanian, para pemulia tanaman senantiasa berusaha
menciptakan varietas unggul modern yang memiliki sifat-sifat yang dinginkan dan
cocok untuk kondisi lingkungan tertentu.
Suatu umbi dapat dikatakan berkualitas jika umbi hasil dari pertanaman
ubi jalar tersebut berukuran besar dan berbentuk bulat atau bulat lonjong dan tidak
terlalu banyak lekukan serta kondisi daripada umbi tersebut baik yakni tidak ada
luka pada kulit umbi. Dari hasil pengamatan visual, dapat dilihat bahwa beberapa
ubi jalar varietas Beta-2 dan Kidal memenuhi kriteria umbi yang berkualitas baik.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Juanda dan Cahyono (2000) bahwa bentuk dan
ukuran umbi merupakan salah satu kriteria untuk menentukan harga jual di
pasaran. Bentuk umbi yang rata (bulat dan bulat lonjong) dan tidak banyak
lekukan termasuk umbi yang berkualitas baik.
Pertumbuhan dan produksi ubi jalar(Ipomoea batatasL.) pada perlakuan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Berdasarkan hasil pengamatan dari sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh nyata terhadap parameter
pertambahan panjang tanaman 4-6 MST.
Pada parameter pertambahan panjang tanaman (Tabel 1), perlakuan
pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh nyata pada 4,5, dan 6 MST.
Pada pengamatan pertambahan panjang tanaman 6 MST, diperoleh rataan
tertinggi pada perlakuan kompos TKKS (K3) yakni 31.26 cm yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuan pupuk KCl (K1) dan kontrol (K0). Namun berbeda nayata
dengan perlakuan biochar (K2) dengan rataan terendah yakni 11.31 cm. Hal ini
disebabkan kompos TKKS mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan
kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman antara
lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat
yang menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur hara yang diperlukan
bagi pertumbuhan tanaman.
Pengaruh interaksi perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi
perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium berpengaruh
nyata pada parameter pertambahan panjang tanaman 4-8 MST.
Interaksi antara varietas dengan sumber kalium menunjukkan bahwa adanya
sinergi antara keduanya dalam meningkatkan pertambahan panjang tanaman.
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur 8 MST, perlakuan
V3K3yaituvarietas Kidaldanpemberian sumber kalium berupa kompos TKKS
denganrataan tertinggi 54.91 cm sedangkan perlakuan terendah V2K2 dengan
varietas Beta-2 dan pemberian sumber kalium berupa biochar yaitu 20.71 cm.Hal
ini dikarenakan penggunaan varietas kidal yang merupakan salah satu klon
unggul dan memenuhi persyaratan berdaya hasil yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Koswara (2013) bahwa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ubi jalar adalah jarak tanam, varietas, dan lokasi tanam.Pemberian
kompos TKKS juga memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan
pertambahan panjang tanaman karena disamping memiliki banyak kandungan
hara, kompos TKKS juga dapat memperbaiki kondisi tanah, dan bisa
diaplikasikan kapan saja.Seperti yang dijelaskan pada penelitian Eleni (2014)
yakni keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter pertambahan
panjang tanaman 4-5 MST, jumlah umbi per sampel, bobot umbi per
sampel, dan indeks panen. Perlakuan varietas terbaik diperoleh pada
varietas kidal.
2. Pemberian sumber kalium berpengaruh nyata terhadap parameter
pertambahan panjang tanaman 4-6 MST. Pemberian berbagai jenis
sumber kalium terbaik diperoleh pada sumber kalium berupa kompos
TKKS.
3. Interaksi perlakuan varietas dan pemberian berbagai jenis sumber kalium
berpengaruh nyata pada parameter pertambahan panjang tanaman 4-8
MST dengan rataan terbaik diperoleh pada varietas kidal dan pemberian
sumber kalium berupa TKKS .
Saran
Berdasarkan penelitian ini varietas ubi jalar yang baik digunakan adalah
varietas kidal serta pemberian sumber kalium yang baik digunakan adalah kompos
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, L.T.W., Hapsoh., L.A.M. Siregar. 2010. PertumbuhanUbi Jalar (Ipomoea batatas. L) Varietas Sari dan Beta 2 Akibat AplikasiKompos dan Pupuk KCl. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan.
Badan Pusat Statistik. 2014. Data Produksi Tanaman Ubi Jalar 2011-2014.Sumatera Utara. Medan.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 2011.Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Malang.
BPTP. 2011. Arang Hayati (BIOCHAR) sebagai Bahan Pembenah Tanah. Edisi Khusus Penas XIII, 22 Juni 2011.
Deputi Menegristek. 2008. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas).Kantor Deputi Menegrestik Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp. http://warintek.ristek.go.id [02 Maret 2015].
Dinas Pertanian Yogyakarta. 2015. Teknologi Produksi Ubi Jalar. http:
Eleni, W. 2014.Pengaruh Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit PadaPertumbuhan Dan Hasil Kacang Tanah. Program Studi Agroteknologi Fak. Pertanian Universitas Tamansiswa. Padang.
Gani, A. 2009.Potensi Arang Hayati “Biochar” sebagaiKomponen Teknologi Perbaikan ProduktivitasLahan Pertanian.Iptek Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 – 2009.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Susilo H. UI Press, Jakarta.
Ginting, E., J. Utomo., R. Yulifianti., M. Jusuf. 2011. Potensi Ubijalar Ungu sebagai PanganFungsional.Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 1 – 2011.
Hanum, 2009.Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit dari Unit Deoiling Ponds Menggunakan Membran Mikrofiltasi.Skripsi Program Studi Teknik Kimia. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hardoko., L. Hendarto., T.M. Siregar. 2010. Pemanfaatan Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatasL. Poir) Sebagai Pengganti Sebagian Tepung Terigu dan Sumber Antioksidan Pada Air Tawar.Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.Vol. XXI No. 1 Tahun 2010.
Juanda, D., dan B. Cahyono. 2000. Ubi Jalar. Budidaya dan analisis usaha tani.Kanisius.82 hal.
Kautsary, K.A., W.D.R. Putri., E. Widyastuti., 2015.Pengaruh Suhu Dan Lama Annealing Terhadap Sifat Fisikokimia Tepung Ubi Jalar Oranye (Ipomoea batatasL.) Varietas Beta 2. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.693-700, April 2015.
Koswara,S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian.Tropical Plant Curiculum Project.Bogor Agricultural University, Bogor.
Lakitan, B., 2007. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Litbang Pertanian. 2013. Ubi Jalar Varietas Beta-2.
Pakpahan, H., G. Manurung., A. Yulia. 2013. Aplikasi Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis guineensisJacq) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.Riau.
Paulus, J.M., 2011. Pertumbuhan Dan Hasil Ubi Jalar Pada Pemupukan Kalium Dan Penaungan Alami Pada Sistem Tumpangsari Dengan Jagung. J. Agrivigor 10(3): 260-271, Mei – Agustus 2011.
Rubatzky G.E dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia. Penerbit ITB Bandung.
Saleh,N. 2011.Peningkatan Produksi dan Kualtas Umbi-Umbian.Balitkabi. Malang.
Sasongko, L.A., 2009. Perkembangan Ubi Jalar Dan Peluang Pengembangannya Untuk Mendukung Program Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan Di Jawa Tengah. Mediaagro.Vol 5 No.1, 2009.
Sianturi, D.A dan Ernita. 2014. Penggunaan Pupuk KCl Danbokashi Pada TanamanUbi Jalar (Ipomeae batatas). Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXIX Nomor 1April 2014 (37 - 44).
Sonhaji,A. 2000. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar.Gaza publishing. Bandung.
Stell, R. G. D. Dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Steenis, C. G. G. J. 1978. Flora, Untuk Sekolah di Indonesia. Pradnya Paramitha, Jakarta.
Dystrudepts. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2014 Vol. 3 No.1 Hal : 63-66.
Lampiran 1. Bagan penanaman pada plot
25 cm 200 cm
10 cm
100 cm
30 cm 25 cm
30 cm
Lampiran 2. Bagan plot penelitian
U
Lampiran 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian
No. Pelaksanaan Penelitian Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1. Persiapan lahan X
2. Persiapan bibit X
3. Pembuatan Biochar Sekam Padi X
4. Pengaplikasian Biochar Sekam Padi X
5. Pengaplikasian Kompos TKKS X
6. Pengaplikasian Pupuk KCl X
7. Pemupukan Dasar X
8. Penanaman X
9. Pemeliharaan tanaman
Penyiraman X X X X X X X X X
Penyulaman X
Penyiangan X X X X X
Pembumbunan X X X X X
Pengendalian hama dan penyakit X X
10. Panen X
11. Pengamatan parameter
Pertambahan panjang tanaman (cm) X X X X X X X X X X X
Panjang umbi per sampel (cm) X
Jumlah umbi per sampel (umbi) X
Bobot umbi per sampel (g) X
Lampiran 4. Deskripsi varietas ubi jalar ANTIN 2 Dilepas Tanggal : 14 Juli 2014
SK Mentan : 232/PVHP/2014
Nama klon harapan : RIS 03063-05
Asal : Hasil persilangan dari samarinda dengan klon MSU 01008-16
Tipe tanaman : Semi kompak
Umur panen : 16-18 MST
Diameter buku ruas : Tipis Panjang buku ruas : Pendek
Warna dominan sulur : Hijau dengan sedikit bercak ungu Warna sekunder sulur : Ungu pada buku-buku
Bentuk daun dewasa
- Bentuk kerangka daun : Cuping
- Kedalaman cuping daun : Berlekuk dangkal - Jumlah cuping : Bercuping tiga - Bentuk cuping pusat : Agak melingkar Ukuran daun dewasa : Sedang
Warna tulang daun permukaan bawah
- Warna helai daun : Hijau
- Warna tulang daun utama : Sebagian warna ungu Pigmentasi dan panjang tangkai daun
- Pigmentasi pada tangkai daun : Ungu - Panjang tangkai daun : Pendek
Bentuk umbi : Elip panjang
Susunan pertumbuhan umbi : Terbuka Panjang tangkai umbi : Pendek
Warna kulit umbi : Ungu kemerahan Warna daging umbi : Ungu - betakarotin (basis basah) : 130,2 μg/100 gram
Ketahanan terhadap hama :Agak tahan penyakit kudis (Sphaceloma batatas) dan agak tahan
hama boleng (Cylas formicarius) Rata-rata hasil : 24,5 ton/ha