EARLY CHILDHOOD
EARLY CHILDHOOD
AND THE WILL TO BE
AND THE WILL TO BE
ONESELF
ONESELF
Autonomy vs Shame & Doubt
Autonomy vs Shame & Doubt
18 months-3 years
18 months-3 years Dr. J an Prasetyo, SpKJ (K)
• Psikoanalisis telah memperkaya
perbenda-haraan kata dengan kata “analitas”
pleasureableness & willfulness tertentu
organ2 eliminatif dalam masa kanak dini
• 2 perkembangan berangsur2 memberi anal
pengalaman2 “volume” yg penting:
– kedatangan kotoran yg terbentuk lebih baik
– kordinasi umum dari sistem otot yg memungkinkan perkembangan pelepasan volunter sebagaimana juga retensi
• Dimensi baru dari pendekatan kepada
hal2 ini tak terbatas pada sfingter.
• Suatu kemampuan umum berkembang u/
bergantian menahan & mengeluar-kan
sesuai kehendak & u/ menyimpan erat &
u/ membuang jauh2 dengan disengaja
apapun yg dipegang.
• Kepentingan keseluruhan dari tahap II masa
kanak ini berada pada
– pencapaian yg cepat
• dalam maturasi muskuler • dalam verbalisasi
• dalam diskriminasi
– kemampuan u/ menkordinasi sejumlah pola tindakan yg sangat bertentangan yg dicirkan dengan
• Dalam cara ini & yg lainnya, anak yg masih
sangat dependen mulai mengalami kehendak
otonom-nya kekuatan2 jahat diikat &
dilepaskan karena si anak sering tak
berimbang terhadap kehendak kejamnya
sendiri & orangtua & anak sering tak
• Sejauh ketepatan analitas diperhatikan,
segala sesuatu bergantung pada apakah
lingkungan budaya ingin membuat sesuatu
darinya.
• Ada kebudayaan primitif & agraris dimana
orangtua mengabaikan perilaku anal &
menyerahkan kepada anak yg lebih tua u/
memimpin si adik keluar dari semak2
sehingga kepatuhannya dalam hal ini terjadi
pada waktu yg sama dengan kehen-daknya
u/ mengimitasi kakaknya. Peradaban Barat
telah memilih u/ memandang hal ini lebih
serius. Disinilah jaman mesin telah
menyediakan ideal dari suatu tubuh yg
terlatih secara mekanis, berfungsi tanpa cela,
& selalu bersih, tepat waktu, & wangi.
Apa yg membuat masalah anal
berpotensi menjadi penting & sukar?
• Zona anal meminjamkan dirinya lebih dari yg lain
kepada ekspresi dari subborn insistence pada
impuls2 yg bertentangan karena ini merupakan
zona model bagi 2 modus kontradiktori yg harus
silih berganti retensi & eliminasi
• Tahap keseluruhan ini menjadi pertempuran bagi
otonomi. Sebagaimana ia siap u/ berdiri di atas
kakinya lebih kokoh, sang bayi juga belajar u/
menjabarkan dunianya sebagai “saya” & “kamu,” &
“aku” & “milikku.”
• Setiap ibu mengetahui bagaimana seorang anak bisa lembut secara menakjubkan pada tahap ini, jika & ketika ia telah membuat
keputusan bahwa ia ingin melakukan apa yg ia kira harus ia
lakukan. Tidaklah mungkin u/ menemukan suatu formula andal u/ membuatnya mau berlaku begitu saja.
• Setiap ibu mengetahui bagaimana seorang anak dengan penuh kasih pada tahap ini akan mendekat rapat2 kepadanya &
bagaimana anaknya akan mencoba u/ mengesampingkannya
secara mendadak tanpa belas kasihan. Pada saat yg sama si anak suka menyimpan barang2 & membuangnya, memegang benda2 yg ditemukan & membuangnya keluar melalui jendela rumah &
• Kesemuanya ini tampaknya tendensi2 yg kontra-diktif formula modus retentif-eliminatif. Semua modalitas dasar meminjamkan diri mereka kepada ekspektasi & sikap
baik yg bermusuhan maupun yg ramah.
• “to hold” tahanan at kekangan yg destruktif & kejam vs pola pemeliharaan: “to have & to hold.”
• “Let go” pelepasan kekuatan-kekuatan destruktif yg bertentangan vs “to let pass” & ”to let be” yg tenang
Masalah regulasi mutual antara dewasa & anak
sekarang menghadapi ujian terberatnya.
• kendali luar oleh pelatihan yg terlalu kaku at
terlalu dini merenggut si anak dalam
usahanya secara bertahap u/ mengendalikan
perut & fungsi lainnya secara sengaja &
dengan pilihan bebasnya pemberontakan
ganda & suatu kekalahan ganda.
• tak berdaya melawan instingtualitas analnya
sendiri & kadang2 takut terhadap pergerakan
perutnya sendiri & tak berdaya di luar
mencari pemuasan & kendali baik dengan
regresi maupun dengan progresi palsu
• Dgn kata lain, kembali kepada kendali oral
mengisap jempolnya & menjadi sangat menuntut;
bermusuhan & degil, sering menggunakan
kotorannya sebagai amunisi agresif; menganggap
diri mandiri & mampu tanpa bantuan siapapun yg
tanpa pernah sungguh2 ia miliki
• Tahap ini menjadi menentukan bagi rasio
– loving good will:hateful self-insistence – kerja sama:kedegilan
– ekspresi-diri:kekangan-diri yang kompulsif at kepatuhan yg lembut
• Suatu rasa kendali-diri tanpa hilangnya penghargaan diri merupakan sumber ontogenik dari suatu rasa kehendak
bebas.
• rasa hilangnya kendali-diri yg tak dapat dihindari & kendali berlebih parental kecenderungan bagi keraguan & malu. • U/ pertumbuhan otonomi diperlukan firmly developed early
trust → bayi harus yakin bhw kepercayaan(faith)nya thdp diri
sendiri & dunia tak akan terancam o/keinginan u/ menuruti pilihannya
• Hanya parental firmness yg dpt melindungi anak
dr konsekuensi perbuatannya
• Tp lingkungan jg hrs mendukung keinginan u/
‘stand on his own feet’ (mandiri) sambil tetap
melindungi dr rasa keterasingan baru, perasaan
mengekspos diri scr prematur & bodoh—shame
—dan secondary mistrust/”double take” thdp diri
sendiri & pelatihnya—doubt.
Shame
• emosi infantil yg kurang dipelajari sangat cepat dan mudah terserap o/ perasaan bersalah
• seperti seseorang yg terpajan sepenuhnya & sadar sedang diperhatikan
• Rasa malu impuls u/ menutupi wajah at bersembunyi ke kolong
• Potensi ini dimanfaatkan secara berlimpah dalam metoda
edukasional dari “shaming” yg dipakai secara sangat eksklusif o/ orang2 primitif.
• Kedestruktifan dari shaming diimbangi o/ alat2 u/ “menyelamatkan muka.”
• Terlalu banyak shaming -/ rasa kesopan-santunan determinasi terselubung u/ mencoba u/ lari dari
hal2 ketika tak dilihat, bila bukan dalam rasa tak tahu malu yg disengaja
• Terdapat suatu batas kepada daya tahan individu seorang anak & dewasa di hadapan tuntutan2
dirinya, tubuhnya, kebutuhan2nya, & harapan2nya = jahat & kotor, & u/ percaya dalam
ketidakmungkinsalahan mereka yg memberi penghakiman
• Sesekali, ia akan memutar balik hal2,
menjadi terlupa secara terselubung
kepada opini orang lain, & menganggap
jahat hanya fakta bahwa mereka ada:
kesempatannya akan datang ketika
mereka tidak ada at ketika ia dapat
meninggalkan mereka
• Bahaya psikiatrik tahap ini adalah potensi perburukan pengasingan normatif hingga mencapai titik yg dpt menyebabkan tendensi neurotik/psikotik
• Anak yg sensitif dpt mengembangkan precocious
conscience
• Bukannya menempatkan sesuatu sesuai aturan lalu mengujinya dgn repetitive play, ia t’obsesi dgn repetitivitasnya sendiri & ingin melakukan sesuatu ‘hanya dgn cara itu’ (just so)
• Dgn obsesivitas & penundaan infantil at repetisi ritualistik, anak belajar gain power atas orang tua → model infantil dr neurosis kompulsi dewasa
• Pd masa remaja, org yg kompulsif dpt melakukan
manuver yg m’ekspresikan keinginan u/ ‘melarikan diri’ dr sesuatu tp tnyt tdk mampu → precocious conscience tdk membiarkannya melarikan diri dr apapun
• Ia menjalani krisis identitasnya dlm keadaan habitually
ashamed, apologetik & takut dilihat orang, at justru
overkompensatorik—penyimpangan otonomi,
Doubt
• Brother of shame
• Menyangkut kesadaran memiliki bagian muka & belakang—terutama ‘behind’’.
• Bag.blkg tubuh, dgn fokus agresif & libidinal pd sfingter, tdk dpt terlihat o/anak tp dpt didominasi will org lain
• ‘Behind’ mrpkn area gelap dr tubuh anak, yg dpt diinvasi o/org yg menyerang otonominya & menganggap produk keluarannya sbg ‘evil’’.
• Basic sense of doubt thdp apa yg tertinggal di blkg mjd model habitual ‘double take’ & bentuk lain dr compulsive
doubting.
• Ekspresi dewasa: paranoiac fears thdp hidden
persecutor & secret persecutions yg mengancam dr blkg
• Saat adolesen diekspresikan dlm transitory total
self-doubt—perasaan bhw semua yg berada di masa lalu tdk
bisa ditambahkan sbg prasyarat u/ suatu permulaan baru.
• Kepribadian ‘anal’ punya variasi normal & abnormal
• Bila terintegrasi dgn sifat kompensatoriknya, impulsivitas akan melepaskan ekspresi sementara kompulsivitas
berguna dlm hal2 yg menyangkut aturan, ketepatan waktu & kebersihan
• Bedanya adl apakah kita tetap menjadi tuan dr modalitas u/ membuat segala sesuatu mjd teratur at justru aturan yg menguasai pengaturnya (the rules master the ruler)
• Perlu stamina & fleksibilitas u/ melatih kemauan anak agar dpt membantunya mengatasi terlalu banyak
kemauan, menumbuhkan kemauan baik, &
memertahankan autonomous sense of free will
• Psikoanalisis terutama berfokus pada toilet training yg terlalu dini & berlebihan serta unreasonable shaming sbg kausa pengasingan anak dr tubuhnya; tp tdk
memformulasikan apa yg sebaiknya tak dilakukan pd anak
• Ahli hanya dapat menentukan kerangka rujukan yg di dalamnya tdpt sejumlah pilihan yg boleh & sebaiknya dilakukan
• Jenis & derajat sense of autonomy yg diberikan org tua bergantung pd dignity & sense of personal independence yg diperoleh dr kehidupan mereka sendiri
• Sense of autonomy mrpkn refleksi dignity ortu sbg
autonomous human being
• Tak peduli apa yg dilakukan scr detil, anak akan
merasakan bagaimana org tuanya hidup sbg org yg penyayang, kooperatif & tegas, serta apa yg membuat org tuanya tampak benci, cemas, & bercabang
• Kebutuhan dasar manusia u/ mengekspresikan
otonominya diamankan dlm prinsip law & order
yg menentukan hak & kewajiban tiap org
• Banyak lasting sense of doubt & indignity of
punishment & restriction yg mrpkn konsekuensi
dr frustrasi org tua dlm pernikahan, pekerjaan &
kewarganegaraan
• Bila org sejak kecil sudah mengharapkan otonomi, kebanggaan & kesempatan yg besar, namun stlh dewasa ternyata diatur o/ organisasi & mesin2 yg impersonal & tll rumit u/ dimengerti → kekecewaan kronik & mendalam yg membuat mereka enggan memberikan measure of autonomy ke orang lain at anak2nya.
• Mereka dikuasai ketakutan irasional akan kehilangan
otonominya yg tersisa at, scr paradoksikal, justru merasa kurang dikontrol & tdk diberi tahu apa yg hrs dilakukan