• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding SEMNASAL (Seminar Nasional Sumberdaya Lokal) I ISBN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding SEMNASAL (Seminar Nasional Sumberdaya Lokal) I ISBN:"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

159

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN SUKUN DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN ITIK HIBRIDA

E.Yuniati1, S.Andaruisworo2

FakultasPeternakanUniversitas UN PGRI Kediri Jl. AchmadDahlan no.76 Kediri

ernayuniati69@yahoo.com

ABSTRAK

Pakan adalah kebutuhan terpenting dalam usaha peternakan sehingga biaya pakan akan menentukan biaya produksi. Untuk mengurangi biaya produksi diperlukan bahan baku yang murah, mudah diperoleh dan memiliki nutrisi yang cukup.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tepung daunsukun sebagai campuran pakan itik dan untuk meningkatkan jumlah pakan. Penggunaan kandang dalam penelitian ini berjumlah 3 kandang,1 kandang dengan penambahan 6% tepung daunsukun, 1 kandang dengan penambahan 9% tepung daunsukun, 1 kandang dengan penambahan 12% tepung daunsukun. Untuk setiap kandang perlakuan diisi dengan 25 ekoritik hibrida. Pakan diberikan 2 kali, yaitu pagi hari pada pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00 WIB. Itikyang digunakan berumur 15 hari, di mana itik ini telah memasuki fase pertumbuhan. Sedangkan untuk penimbangan dilakukan setiap minggu untuk mengetahui peningkatan bobot badan itik. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan (P> 0,05) pada penambahan tepung daunsukun 6%, 9%dan 12%. Untuk konsumsi itikhibridameningkatdariminggukeminggu,sehingga dengan konsumsi itik memenuhi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang. Ransum yang diberi tepungdaun sukun dapat menurunkan jumlah ransum konsentrat dengan penambahan tepung daun sukun hingga 12%. Berdasarkan penelitian dengan tepungdaun sukun pada itik hibrida sebagai berikut konsumsi tertinggi 1164,29 gram / ekor, bobot badan tertinggi1320 gram / ekor dankonversi 0,88.

Kata kunci: Itikhibrida,Tepung daunsukun, Performan

PENDAHULUAN

Pakanmerupakan kebutuhan yang paling utama dalam usaha peternakan, dimana dalam pemeliharaan secara intensif biaya pakan mencapai 70% sehingga biaya pakan sangat menentukan biaya produksi. Agar dapat menekan biaya produksi diperlukan bahan baku yang harga murah, mudah didapat dan mempunyai nilai gizi yang baik.

Dalam membuat pakan itik banyak bahan lokal yang dapat digunakan. Pembuatan pakan harus memperhatikan ketersediaan bahan, kandungan gizi bahan, kebutuhan gizi ternak dan harga bahan itu sendiri. Salah satu bahan pakan lokal adalah daun sukun. Menurut Elly (2016), penambahan tepung daun sukun 9% dalam pakan itik jantan tegal menghasilkan pertambahan berat badan yang tinggi.

Untuk itu diperlukan tentang penelitian yang dapat menghasilkan campuran pakan itik pedaging cepat dipotong sehingga bisa dijual. Tujuan penelitian adalah formulasi bahan campuan pakan daun sukun untuk meningkatkan jumlah pakan.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan ternak itik hibrida yang berumur 15 hari sebanyak 75 ekor. Pakan yang digunakan adalah BR1 dan tepung daun sukun. Alat :Tempat pakan dan minum serta timbangan.

(2)

160

Analisis yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) Model matematika Rancangan Alat Lengkap (RAL) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + α + Ɛij Keterangan :

I : 1,2,3,…p (jumlah perlakuan) dan j = 1,2,3…,1 (jumlah ulangan) Yij : Nilai pengamatan pada suatu percobaan

1 : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh perlakuan taraf ke i

Ɛij : Galat percobaan pada suatu percobaan ulangan ke - j perlakuan ke-i

Data yang diperoleh dan di analisa dengan menggunakan sidik ragam. Jika ( P > 0, 05 ) maka dilakukan uji BNT, ( Suhaimi, 2001 )

Perlakuan yang diamati sebagai berikut : H1 = 6% daun sukun + 94% ransum H2 = 9% daun sukun + 91% ransum H3 = 12% daun sukun + 88% ransum

Masing-masing perlakuan diulang 5 kali. Tiap ulangan berisi 5 ekoritik Apabila ada perbedaan dilanjut dengan uji Duncan.

Parameter Penelitian 1. Konsumsi Ransum

2. Pertambahan Bobot Badan 3. Konversi Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan ransum yang tersisa. Dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Grafik 1.KonsumsiItik Hibrida Keterangan:

H1=Hibrida 6%; H2=Hibrida 9%; H3=Hibrida 12%;

0 500 1000 1500

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5

K O N SU M SI ( G R A M )

Konsumsi Itik Hibrida

(3)

161

Pada grafik 1. dalam perlakuan rataan konsumsi itik hibrida pada minggu 1 itik masih menyesuaikan dengan lingkungan maupun dengan ransum yang ditambahkan dengan daun sukun untuk menaikkan daya suka/palabilitas ternak itik hibrida, minggu 1 itik masih stabil/sesuai dengan pemberian.

Minggu 2 itik hibrida diperoleh persen tertinggi pada perlakuan H3 yaitu penambahan daun sukun sebanyak 12% kemungkinan minggu 2 daya suka/palabilitas bisa meningkat sehingga H3 dengan penambahan 12% konsumsi juga meningkat.

Minggu 3 itik hibrida, P2, P3 konsumsi relatif sama. Kemungkinan pada minggu 3 jumlah perlakuan pada saat itik hibrida dipengaruhi oleh lingkungan seperti cuacanya baik sehingga dari semua perlakuan mengalami kesamaan dalam konsumsinya.

Minggu 4 itikhibrida dari perlakuan H1 rerata konsumsi untuk perlakuan H1, H2, H3 berturut-turut 928,57; 985,71; 986,71 gram. Dan yang paling banyak konsumsinya adalah diperlakuan H3 yaitu dengan penambahan daun sukun 12%. Dimanaitik sudah mulai mengalami pertumbuhan yang berbeda dan kebutuhan tubuhnya pun juga mengalami perbedaan. Anggorodi (1980) menyatakan konsumsi pakan dipengaruhi oleh besar dan bangsa, suhu sekitar, fase produksi, perkandangan, derajat kepadatan, tersedianya air bersih, tingkat penyakit dalam kelompok, kandungan energi dalam pakan.

Sedangkan diminggu 5 konsumsinya yang paling sedikit adalah itik yang dikandang H1 dan yang konsumsinya paling banyak adalah itik yang berada dikandang H3, kemungkinan dikandang yang diperlakuan penambahan 12% ini memang memerlukan konsumsi lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dan itik yang diperlakuan ini sudah mulai beradaptasi dengan pakannya. Aroma, rasa dan tekstur sangat mempengaruhi palabilitas pakan (Sudiyono dan Purwatri, 2007).

Untuk mengetahui pengaruh pemberian daun sukun dalam konsumsi itik hibrida maka dilakukan analisis sidik ragam. Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan 6%, 9% dan 12% daun sukun dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum itik hibrida. Pemberian ransum yang diberi penambahan daun sukun bisa menurunkan jumlah ransum konsentrat sehingga dapat ditambahkan 12% dari daun sukun. Itik yang diberi penambahan daun sukun sehingga itik bisa meningkatkan selera konsumsinya.. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1992) bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh iklim, kesehatan, palabilitas ransum, bentuk ransum serta bobot badan.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan berat akhir minggu dikurangi dengan berat awal minggu yang dihitung tiap minggunya. Berdasarkan grafik 2. terlihat bahwa perlakuan H1 paling sedikit bobot badannya, sebab diperlakuan H1denganpenambahan 6% di dapatkanbobot badan paling rendah, dibanding dengan bobot badan yang lainnya. Kemudian disusul dengan perlakuanH2 dan H3 penambahan daunsukun 9% dan 12%..Pertambahan bobot badan dihitung setiap minggu berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal persatuan waktu dalam satuan g/ekor/minggu. Sehingga dapat dilihat rerata bobot badan hasil penelitian itik hibrida tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Tidak adanya pengaruh yang tidak nyata dipengaruhi oleh tipe ternak itik hibrida pada waktu penelitian sedang cuacapanas, dan pada saat penelitian itik hibrida juga sering sekali mengalami stress. Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh

(4)

162

tipe ternak, suhu, lingkungan, jenis kelamin dan gizi yang ada dalam ransum (Nazaruddin, 1994).

Grafik.2.Bobot Itik Hibrida Keterangan:

H1=Hibrida 6%; H2=Hibrida 9%; h3=Hibrida 12%;

Persentase bobot badan dari minggu ke minggu mengalami peningkatan yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat (Jull, 1982)menyatakan bahwa persentase kenaikan bobot badan dari minggu keminggu berikutnya selama periode-periode pertumbuhan tidak sama. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik(strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi. Hal ini didukung (Wahyu, 1992) bahwa tingkat konsumsi ransum berpengaruh terhadap bobot badan mingguan. Tingkat konsumsi ransum yang rendah akan mengakibatkan zat-zat nutrisi makanan yang terkonsumsi juga rendah sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang tidak optimal yang menyebabkan penurunan bobot badan.

Untuk lokasi perkandangan sudah jauh dari keramaian, dengan harapan itik tidak mengalami stress tetapi pada saat penelitian itik hibrida tetap mengalami stress. Mungkin pengaruh pada saat dilakukan penimbangan setiap minggunya. Menurut (Sandhy, 2000) lokasi untuk peternakan harus jauh dari keramaian dan jauh dari pemukiman penduduk.Tidak hanya itu DOD harus dipilih dari indukan yang bagus, sehingga akan baik pula dalam pertumbuhannya. Menurut (Anwar, 2005) bibit itik yang dihasilkan haruslah berasal dari induk itik pilihan untuk mencapai bibit itik yang mempunyai pertumbuhan yang cepat khususnya untuk itik pedaging.

Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dengan membandingkan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang didapat setiap minggunya. Berdasarkan grafik 3. terlihat bahwa di minggu 1 konversi itik hibrida yang terendah ada diperlakuan P3 dimana diperlakuan ini diberi tambahan daun sukun sebanyak 12%, dimana dengan pemberian daun sukun 12% ini konsumsi sebanding dengan pertambahan bobot badan sehingga konversinya lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan yang lain karena mengalami pertambahan bobot badan yang lebih baik dibanding dengan perlakuan H1dan H2. Sehingga dengan konversi yang rendah maka penambahan daun sukun tersebut secara ekonomis lebih efisien. Tatalaksana, kualitas ransum, dan penggunaan bibit yang baik juga dapat berpengaruh (Yunus, 1991).

0 500 1000 1500

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5

Bobot Badan Itik Hibrida

(5)

163

Grafik 4.3 Konversi ransumItik Hibrida Keterangan:

H1=Hibrida 6%; H2=Hibrida 9%; P3=Hibrida 12%;

Minggu 2 konversi itik hibrida dari masing-masing perlakuan H1, H2 dan H3 yaitu 0,80; 0,77dan 0,75. Dimana konversi terendah ada diperlakuan H3 yaitu 0,75 gram, dimana H3 ini dalam perlakuannya ditambahkan daun sukun sebanyak 12%. Kemudian disusul oleh perlakuan P1 kemudian H2. (Jull, 1982) yang menyatakan bahwa persentase kenaikan bobot badan dari minggu ke minggu berikutnya selama periode-periode pertumbuhan tidak sama, kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh generasi (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi.

Minggu 3 terlihat bahwa konversi terendah ada di perlakuan H3, dimana dalam perlakuan H3 ini ditambahkan daun sukun sebanyak 12% dan tertinggi ada diperlakuan H1 dimana dalam perlakuan ini ditambahkan daun sukun sebanyak 6%. Sehingga dengan konversi lebih sedikit maka dengan penambahan daun sukun sebanyak 12% ini lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat North (1990) yang menyatakan bahwa nilai konversi pakan kecil semakin efisien karena konsumsi pakannya digunakan secara optimal untuk pertumbuhan.

Minggu 4 untuk konversi terlihat bahwa itik hibrida didalam perlakuan konversi terbaik ada diperlakuan 12% kemudian disusul oleh penambahan daun sukun 9%, lalu penambahan daun sukun 6%. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal (1997) dan Zuprizal (1993) yang menyatakan bahwa besar kecilnya nilai konversi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan dan kemampuan ternak untuk mengubah pakan menjadi daging, keseimbangan pakan, ukuran tubuh, temperatur lingkungan, berat hidup, bentuk fisik pakan strain, dan jenis kelamin.

Minggu 5 dari grafik 3. konversi itik hibrida tertinggi ada diperlakuan H1, kemudian disusul perlakuan H3 dan H2, Konversi yang terendah ada diperlakuan H2, dimana diperlakuan ini dari pakan yang diberikan dapat dicerna oleh tubuh sehingga lebih efisien dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Menurut pendapat (North, 1990) yang menyatakan bahwa nilai konversi pakan kecil semakin efisien karena konsumsi pakannya digunakan secara optimal untuk pertumbuhan itik.

Untuk mengetahui pengaruh penambahandaun sukun maka dilakukan analisis keragaman. Hasil keragaman menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Hasil yang tidak berbeda nyata ini disebabkan penambahan daun sukun hanya selisih sedikit antar perlakuan dan bobot maupun konsumsinya juga menunjukan perbedaan yang tidak nyata sehingga untuk konversi juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Konversi ransum

0 0.5 1 1.5

minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5

K O N V ER SI (G R A M ) H1 H2 H3

(6)

164

dipengaruhi oleh genetika, ukuran tubuh, suhu lingkungan, kesehatan, tercukupinya nutrien ransum (Rasyaf, 1987). Tatalaksana, kualitas ransum, dan penggunaan bibit yang baik juga dapat berpengaruh (Yunus, 1991). Rasyaf (1991) berpendapat bahwa semakin kecil konversi ransum berarti pemberian ransum makin efisien, namun jika konversi ransum tersebut membesar, maka telah terjadi pemborosan.

PENUTUP

Berdasarkan konsumsi, PBB dan konversi itik hibrida dapat disimpulkan selama penelitian bahwa tepung daun sukun dapat menggantikan peran ransum sebanyak 12%. Disarankan penambahan daun sukun dalam pakan sebesar 12%

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dibiayai oleh Direktora tRiset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Penguat Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Elly,T.Ibnu,H.Snovie,A.S,Emmy,S dan Sri,M. 2016. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Sukun ke dalam Pakan terhadap Kualitas Daging Itik Tegal Jantan umur 9 minggu.Proseding Seminar Nasional Optimalisasi Sumberdaya Lokal pada Peternakan Berbasis Teknologi 2.Makasar 2016.

Jull. 1982. Sukses Beternak Ayam Petelur. PT. Agromedia Pustaka. Depok.

Kamal. M. 1997. Pengaruh Penambahan DL metionin sintesis kedalam ransum fase akhir terhadap perlemakan tubuh ayam broiler. Buletin Peternakan 18:40-46.

Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas cetakan ke-4 Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Zuprizal. 1993. Pengaruh Penggunaan Pakan Tinggi Protein Terhadap Penampilan, Karkas dan Perlemakan Ayam Daging Fase Akhir. Buletin Peternakan 17:110-118.

Gambar

Grafik 1.KonsumsiItik Hibrida  Keterangan:
Grafik 4.3 Konversi ransumItik Hibrida  Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Green (1991), untuk mengetahui jumlah sampel untuk penelitian regresi, dapat menggunakan rumus 50+8n, di mana n adalah jumlah variabel. Jadi, jumlah sampel yang

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan modul pembelajaran berbasis inkuiri terhadap keterampilan proses sains dan hasil belajar mahasiswa

Sistem static transfer switch (STS) merupakan suatu sistem dimana output UPS berasal dari inverter di by-pass ke Input PLN pada saat kondisi overload (bila PLN ada) dengan

Diketahui bahwa kelebihan penggunaan pisau teknologi tepat guna antara lain: (1) Me- ningkatkan produktivitas, (2) Mudah penggu- naannya yaitu secara otomatisas hanya dengan

Istarani (2014:192) mengatakan: “model pembelajaran Complete Sentence adalah rangkaian proses belajar mengajar yang diawali dengan penyampaian materi ajar oleh guru,

Metode kanguru adalah suatu metode yang dilakukan untuk perawatan bayi baru lahir khususnya bayi prematur yang pelaksanaannya dilakukan dengan kontak langsung antara

Sedangkan PT PJB Muara Karang hanya bertugas membangkitkan tenaga listrik dan mengelola asset pembangkit dengan hasil produksi listrik disalurkan melalui jaringan