• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).

Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syock Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal ( Mubin, 2009:19).

(2)

2.1.2 Etiologi DBD

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang terdapat dalam tubuh nyamuk Aedes aegepty (betina). Virus ini termasuk famili Flaviviridae yang berukuran kecil sekali yaitu 35-45 mm. Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam ini melalui 2 mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk, dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya. Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue pada darahnya (viremia). Virus yang sampai ke lambung nyamuk akan mengalami replikasi (memecah diri/berkembang biak), kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di kelejar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk (Darmowandowo, 2001).

2.1.3 Manifestasi klinik

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD dengan masa inkubasi antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut atau suhu meningkat tiba-tiba, sering disertai menggigil, saat demam pasien compos mentis.

Gejala klinis lain yang sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai pada saat penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :

(3)

a. Perdarahan pada kulit atau petechie, echimosis, hematom.

b. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.

Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran klinis lain yang tidak khas dijumpai pada penderita DBD adalah :

a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu menelan.

b. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.

c. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik-bintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba) kadang kesadarannya menurun (Mubin, 2005: 8).

(4)

Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986 (dalam Arif. M, 2001; 429) adalah

a. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik

b. Manifestasi perdarahan.

c. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus d. Dengan/adanya renjatan

e. Kenaikan nilai hematokrit.

Menurut (Mubin, 2009) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat : 1. Derajat 1 :

Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji tourniquet positif)

2. Derajat II

Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain pada hidung (epistaksis)

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah

4. Derajat IV

Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.

(5)

2.1.4 Poses Penularan

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).

Virus memasuki tubuh ke manusia melalui gigitan nyamuk menembus kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah virus sudah cukup maka virus akan memasuki sirkulasi (viremia), yang pada saat itu manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus dengue dalam tubuh manusia maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada prinsipnya bentuk reaksi tubuh terhadap keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut :

1. Bentuk reaksi pertama

Mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil, kulit berupa gejala ruang (rash).

(6)

2. Bentuk reaksi kedua

Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah darah dan kualitas komponen-komponen pembuluh darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan.

3. Bentuk reaksi ketiga

Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma atau cairan darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala asites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura. Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue (Darmowandowo, 2001: 22)

2.1.5 Bionomik Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)

Bionomik vektor adalah tata cara atau perilaku vektor. Vektor penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini memiliki kemampuan jarak terbang sejauh 40-100 meter dan tidak dapat hidup diatas ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut dan kurang dapat berkembang biak dengan baik didaerah bersuhu rendah . Pada dasarnya dalam kehidupan nyamuk terdapat 3 macam tempat yang dibutuhkannya, yaitu tempat untuk beristirahat (resting places), tempat untuk mendapatkan makanan (feeding places), dan tempat untuk berkembang biak (breeding places). Tempat berkembang biak nyamuk aedes berupa genangan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, jernih dan gelap baik yang berada di dalam ruangan ataupun di luar ruangan. Dalam

(7)

kehidupan di air, perkembangan nyamuk aedes dari telur sampai mencapai nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-14 hari, yaitu 2-3 hari untuk perkembangan dari telur menjadi jentik, 4-9 hari dari jemtik menjadi pupa, 1-2 hari dari pupa menjadi nyamuk dewasa. Berdasarkan kesenangan untuk mendapatkan darah, nyamuk aedes biasanya menggigit manusia pada pukul 09.00-10.00 pagi dan antara pukul 16.00-17.00 petang, Tapan: 2004 (dalam Ahmad, 2009: 21).

2.1.6 Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan DBD

Untuk mencegah penyakit DBD nyamuk penularnya harus diberantas (Aedes aegypti) sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara cepat memberantas nyamuk Aedes aegypti memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan pemberantasan nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat berkembang biaknya dirumah-rumah dan di tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD sekurang kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 2005).

PSN-DBD bisa melalui penggunaan insektisida untuk langsung membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang lazim dipakai saat ini. Cara penggunaan malation adalah dengan pengasapan (thermal fogging), atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk yakni abate. Cara penggunaan bubuk abate adalah dengan menaburkan bubuk abate pada tempat yang menjadi sarang nyamuk. Sedangkan PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M, menguras bak mandi, tempayan minimal seminggu sekali, karena perkembangan

(8)

nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup tempat penampungan air rapat-rapat dan langkah terakhir dari 3M adalah membersihkan halaman rumah dari barang-baranng yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang dan bertelur (Hendarwanto, 2001).

2.1.7 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menurut (Mansjoer, 2005) penatalaksanaan demam berdarah dengue yaitu: a. DHF tanpa Renjatan

1. Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )

2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres 3. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

b. DHF dengan Renjatan 1. Pasang infus RL

2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )

3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2.1.8 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Penyulit

Menurut (Mansjoer, 2005) terdapat pula penatalaksanaan demam berdarah tanpa penyulit yaitu :

a. Tirah baring

b. Beri makanan lunak, dan bila belum nafsu makan di beri minum 1.5 – 2 liter dalam 24 jam dengan air teh, gula atau susu

c. Berikan paracetamol bila demam

(9)

e. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut 2.1.9 Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sardjana : 2007 (dalam Ahmad 2009: 23 ) menyebutkan diagnosis demam berdarah dengue dapat ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi: a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif, terdapat petekie, perdarahan mukosa atau perdarahan dari bagian tubuh lain danhematemesis atau melena

c. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul)

d. Terdapat minimal satu tanda dari kebocoran plasma seperti peningkatan hematokrit lebih dari 20%, penurunan hematokrit lebih dari 20% setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya dan tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites, atau hipoproteinemia.

Seorang penderita DBD dikatakan mengalami Sindrom Syok Dengue (SSD) apabila seluruh kriteria diatas terjadi ditambah tanda-tanda kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun sampai diastolik dibawah 20 mmHg, kulit dingin serta pasien gelisah

2.1.10 Penanganan Keperawatan Untuk Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menurut Sardjana : 2007 (dalam Ahmad 2009), penanganan keperawatan untuk pasien demam berdarah (DBD) terbagi atas berikut :

(10)

1. Tindakan Observasi

a. Observasi tanda – tanda vital klien seperti suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4 jam atau lebih sering. Pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer suhu tubuh. Normal suhu tubuh (36.5oC-37.5 oC) . Rasional tindakan ini adalah sebagai pedoman acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. b. Observasi intake dan output, tiap 3 jam sekali atau lebih sering. Rasional :

Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

c. Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

d. Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer e. Observasi adanya tanda – tanda syok, rasional tindakan ini adalah agar dapat

segera dilakukan tindakan apabila klien mengalami shock. 2. Tindakan mandiri:

a. Kaji saat timbulnya demam, rasional tindakan ini adalah untuk mengidentifikasi pola demam klien dan sebagai indikator untuk tindakan selanjutnya.

b. Berikan kompres hangat pada axilla, rasional tindakan ini adalah untuk membantu menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang

(11)

tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.

d. Catat intake dan output, rasional tindakan ini adalah untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.

e. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ). Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

f. Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare, kehausan, turgor kulit buruk), rasional tindakan ini adalah untuk mengetahui penyebab defisit volume cairan.

g. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

h. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ). Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

i. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

j. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan Berikan dan Bantu oral hygiene masukan peroral

k. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

3. Tindakan kolaborasi:

a. Pemberian antipiretik, rasional tindakan ini adalah untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

(12)

b. Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, rasional tindakan ini adalah untuk mengatasi defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk 2.1.11 Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan, Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang, Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut menjadi proses berurutan :

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

(13)

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikap.

2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut, Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012) :

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

(14)

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada, Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012).

2.1.12 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Arikunto, 2000).

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100% b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 55%-75% c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 55%

2.1.13 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Hendra (2008), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

(15)

Semakin tua umur seseorang maka proses – proses perkembangan mentalnya bertambah baik., akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental seperti ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

b. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non-formal.

c. Pekerjaan

Hurlock : 1998 (dalam Notoadmojo, 2003 ) mengatakan bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan kehidupannya sehari-hari.

(16)

2.1.14 Definisi Keluarga

Menurut Depkes RI, 2001 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing – masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Bailon S.G: 2000 (dalam Effendi, 2001: 33)

Peranan Keluarga adalah : 1. Peranan ayah.

Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak , berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan ibu; Sebagai istri dan ibu dari anak - anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya

3. Peranan anak; Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual. Pada dasarnya tugas-tugas keluarga ada 8 tugas pokok antara lain adalah:

(17)

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya. 2. Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga.

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya. 4. Sosialisasi antara anggota keluarga.

5. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

Freedman : 1981 (dalam Suprajitno, 2005: 42) membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu:

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya. 2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas yang ada

(18)

2.1 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori 2.2 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Ket : : Menggambarkan

Pengetahuan

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan :  Umur  Pendidikan  Pekerjaan Perawatan DBD Pengetahuan : 1. Pengertian DBD 2. Penyebab DBD 3. Tanda dan Gejala

DBD 4. Cara perawatan DBD Perawatan DBD Tindakan Observasi a. Observasi suhu tubuh menggunakan thermometer

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

c. Observasi intake dan output, tiap 3 jam sekali.

Tindakan Mandiri a. Kaji saat timbulnya

demam

b. Berikan kompres hangat pada axilla c. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. d. Anjurkan untuk

minum 1500-2000 ml /hari (sesuai toleransi) e. Timbang BB tiap hari f. Berikan makanan

sedikit namun sering

Tindakan Kolaborasi a. Pemberian

antipiretik

b. Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi

(19)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori  2.2  Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

• Ketepatan dalam menjelaskan perkembangan transportasi di Indonesia Kriteria: Ketepatan dalam menjelaskan Bentuk Penilaian: Membuat makalah mengenai topik atau isu

Apabila surat peringatan ini tidak diindahkan dalam 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing selama 7 (tujuh) hari kerja, maka akan dikenakan sanksi penertiban berupa

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan yang kurangnya persaingan bekerja dalam sektor wisata yang mana disebabkan minimnya perhatian pemerintah dalam menganggarkan belanja

Dan untuk aplikasi ‘binary encoding’ parsing akan melakukan parsing terhadap dokumen text-based RSS yang sama dengan yang digunakan oleh aplikasi pertama yang

Sebelum melaksanakan suatu perkawinan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pelamaran ( madduta) pada saat inilah pihak perempuan mengajukan jumlah Uang Panaik

BBNI memiliki indikator MACD dan Rsi mengindikasikan pola Uptrend, BBNI belum berhasil menembus Resistance di level harga 5550 sehingga terbuka peluang untuk kembali menguji

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat terlihat bahwa banyak faktor yang berhubungan efektivitas kerja guru. Namun peneliti menganggap hal yang paling penting

Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengalami preeklamsia ringan sebanyak 28 orang (56%)., Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati