• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIRA PRIHATININGSIH J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDIRA PRIHATININGSIH J"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA

MRANGGEN KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO

Disusun Oleh: INDIRA PRIHATININGSIH

J310110072

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

(2)
(3)

iii

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA

MRANGGEN KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO Indira Prihatiningsih (J 310 1100 72)

Pembimbing: I.Endang Nur W, SSt., M.Si Med II. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si

Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Email :Indiraprihatiningsih28@gmail.com

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN CONSUMPTION OF CARBOHYDRATES AND TOOTHBRUSHING BEHAVIOR ANDTHE INCIDENCE OF DENTAL

CARIES IN TODDLERS AT MRANGGEN POLOKARTO SUKOHARJO The main problem in the oral cavity of children today is a dental caries. Caries is a disease or disorder that occurs in hard tissue of teeth due to dental hard tissue demineralization. Consumption of carbohydrates and rarely brush the teeth will grow the bacteria and cause dental caries. This study was aimed to determine the correlation between carbohydrates intake and toothbrushing behavior and incidence of dental caries.The type of research was observational study with cross sectional design. The samples were 81 children aged 24-59 months. Sampling method using proportional random sampling.Correlation between variables were tested using chi-square test.Results show that 64.2% of children under five suffering from dental caries, children with good carbohydrate consumption was 54.3% and children with good toothbrushing behavior was 56.8%. The p-value of correlation test between dental caries incidence and carbohydrate consumption and toothbrushing behavior were 0.001 and 0.01, respectively. There was a correlation between consumption of carbohydrates and toothbrushing behaviour and the incidence of dental caries in toodlers at Mranggen.

Keywords :Dental caries, Carbohydrate consumption, Toothbrushing behaviour Literature : 87 : 1990-2015

(4)

iv ABSTRAK

HUBUNGAN KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN PERILAKU

MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK BALITA DI DESA MRANGGEN KECAMATAN POLOKARTO SUKOHARJO

Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit karies gigi.Karies adalah penyakit atau kelainan yang terjadi pada jaringan keras gigi akibat demineralisasi jaringan keras gigi.Konsumsi karbohidrat berlebih dan jarang menggosok gigi akan menimbulkan bakteri yang menyebabkan terjadinya karies gigi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi karbohidrat dan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi.Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 81 balita yang berusia 24-59 bulan.Pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling.Variabel diuji menggunakan uji hubungan chi-square.Hasil penelitian menunjukkan anak balita yang mengalami karies gigi sebesar 64,2%, konsumsi karbohidrat yang baik yaitu 54,3% dan perilaku menggosok gigi yang baik 56,8%. Hasil uji hubungan konsumsi karbohidrat dengan karies gigi mendapatkan p value 0.001 dan perilaku menggosok gigi dengan karies gigi mendapatkan p value 0.004.Ada hubungan antara konsumsi konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi anak balita di Desa Mranggen.Ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies.

Kata Kunci : Karies Gigi, Konsumsi Karbohidrat, Perilaku Menggosok Gigi.

(5)

1 PENDAHULUAN

Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang optimal (Kurnia, 2008). Menurut Soebroto (2009) gigi merupakan jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Kesehatan gigi dipengaruhi oleh kandungan gizi pada makanan, jenismakanan, kebersihan gigi dan kepekaan air ludah (Moestopo, 2000).

Masalah utama dalam rongga mulut anak sampai saat ini adalah penyakit karies gigi.Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk menurunkan prevalensi penyakit karies gigi namun dirasa kurang berhasil, terbukti masih tingginya prevalensi penyakit tesebut (Supartini, 2004).Karies adalah penyakit atau kelainan yang terjadi pada jaringan keras gigi akibat demineralisasi jaringan keras gigi. Kondisi ini disebabkan oleh bakteri dalam plak, dengan tanda awal berupa terjadinya perubahan warna permukaan gigi. Semakin lama daerah ini akan berubah warna menjadi lebih gelap (cokelat/hitam) lalu terbentuklah lubang, jika jaringan keras sudah rusak, struktur gigi tidak bisa lagi diregenerasi. Rasa nyeri akan muncul apabila karies sudah mencapai saraf gigi. Penanggulangan dini karies gigi sangat penting.Karies adalah penyebab utama kehilangan gigi yang terlalu cepat (Fiereza, 2012).

Tiga faktor internal yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu gigi, mikroorganisme dan substrat serta satu faktor tambahan yaitu faktor waktu.Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan

plak karena membantu

perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel gigi. Substrat juga merupakan faktor yang paling berperan dalam metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies (Pintauli, 2008).Karbohidrat merupakan salah satu substrat dalam mulut yang paling berperan terhadap kemungkinan terjadinya karies gigi, karena karbohidrat mudah difermentasikan. Karbohidrat dapat diubah oleh mikroorganisme yang dapat merusak email pada gigi sehingga terjadinya karies gigi (Donald dkk, 2004)

Notoatmodjo dalam Fankari (2004) menjelaskan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat juga disebabkan oleh faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut sehingga anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada anak-anak ketika setelah mengkonsumsi makanan mereka

(6)

2 jarang melakukan kumur ataupun menggosok gigi, walaupun terdapat beberapa anak-anak yang melakukan menggosok gigi akan tetapi mereka hanya melakukan satu hari sekali pada saat mandi pagi atau sore hari sehingga dapat memicu terjadinya karies gigi. Menurut Rahmawati (2012) menjelaskan bahwa peran ibu dalam mengajari menyikat gigi yang lama dan bersih merupakan faktor yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap kesehatan gigi dan mulut pada anak.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2013 menunjukkan 74,1% penduduk mengalami karies gigi dan 68.9% tidak dirawat. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo yangmembawahi 12 puskesmas pada tahun 2013 angka prevalensi karies gigi pada balita 1-4 tahun adalah sebanyak 306 kasus. Prevalensi kejadian karies gigi terbesar berada di Puskesmas Polokarto yang mencapai 87 kasus yaitu sebesar 28,4%.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 4 posyandu di Kelurahan Mranggen Kecamatan Polokato Sukoharjo didapatkan hasil dari 133 balita yang mengalami karies gigi sebesar 102 balita. Sehingga didapatkan prevalensi angka kejadian karies gigi di Kelurahan Mranggen sebesar 76,69%. Sedangkan untuk perilaku menggosok gigi pada balita terdapat 13 balita yang melakukan menggosok gigi 2-3 kali sehari dan dapat diprevalensikan sebesar12,6%

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak balita yang terdaftar di Posyandu di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto Sukoharjo, yang berjumlah 733 balita. Berdasarkan kriterian inklusi dan eklusi sampel penelitian ini berjumlah 81 anak balita.Metode pemeriksaan untuk mengetahui apakah anak balita tersebut menderita karies gigi atau tidak kariesakan dibantu oleh Tim dari Fakultas Kedokteran Gigi UMS yang berjumlah dua orang. Metode untuk mengetahui konsumsi karbohidrat dan perilaku menggosok gigi menggunakan form FFQ Semi Kuantitatif.

Skor untuk perilaku menggosok gigi menggunakan penilaian skala Likert sedangkan untuk uji hubungan antar variabel menggunakan uji Chi-Square.Pengambilan data dilakukan pada Mei - September 2015 yang dilakukan di posyandu-posyandu yang ada di Desa Mranggen dengan pengambilan sampel sudah ditentukan sesuai dengan Perhitungan proporsi sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

Mranggen Polokarto

Penelitian ini dilakukan di Desa Mranggen yang terletak di kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo, dengan luas wilayah 4,4175 km2 dan jumlah penduduk Desa Mranggen berjumlah 9.310 jiwa. Desa Mranggen merupakan

(7)

3 wilayah kerja dari Puskesmas Polokarto dan memiliki 15 Posyandu antara lain Posyandu Kedungrejo, Posyandu Mranggen, Posyandu Sangiran, Posyandu Padasan 1, Posyandu Padasan 2, Posyandu Kranggan, Posyandu Wonosari, Posyandu Kabangan, Posyandu Kalangan, Posyandu Pundungsari, Posyandu Jatisari, Posyandu Ndagas, Posyandu Jatirejo, Posyandu Ndagen dan Posyandu Lemahbang. Posyandu-posyandu tersebut berfungsi untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan balita. Batas wilayah Desa Mranggen adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara:Desa

Wonorejodan Desa Wonosobo 2. Sebelah Selatan:Desa Godog 3. SebelahTimur:Desa Polokarto. 4. Sebelah Barat:Desa Bakalan Karakteristik Sampel Penelitian

Subjek penelitian ini adalah ibu balita dan balita yang berusia 24-59 bulan di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan karakteristik subjek seperti yang tertera dibawah ini

Tabel 1

Karakteristik Sampel Berdasarkan Usia Umur Jumlah Persentase

(%) 24-36 Bulan 37-59 Bulan 42 39 51,9 48,1 Total 81 100 Berdasarkan penelitian diketahui bahwa usia balita paling banyak terdapat pada kisaran usia 36 bulan. anak yang berusia 24-36 bulan pada saat pengambilan

data lebih banyak karena anak usia tersebut pada umumnya belumbanyak yang bersekolah sehingga lebih banyak dijumpai.

Tabel 2

Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki Perempuan 51 30 63 37 Total 81 100

Jumlah balita laki-laki lebih besar 23% dibanding jumlah balita perempuan. Diketahui bahwa di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto jumlah balita laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah balita perempuan. Jumlah sebaran jenis kelamin yang tidak rata jumlahnya dikarenakan pengambilan data secara random/acak sehingga tidak ada jumlah ketentuan per jenis kelamin sampel.

Karakteristik Ibu Balita

Jumlah responden ibu dalam penelitian ini berjumlah 81 orang. Ibu yang menjadi responden adalah ibu dari anak balita yang anaknya dijadikan sampel penelitian Distribusi ibu dapat dikelompokkan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan seperti pada tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Ibu BerdasarkanTingkat Pendidikan Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) SD SMP SMA PT 23 33 16 9 28,4 40,7 19,8 11,1 Total 81 100

(8)

4 Berdasarkan hasil diatas diketahui karakteristik responden menurut tingkat pendidikan presentase terbesar adalah 32 responden (40,7%) dengan pendidikan terakhir adalah SMP. Kondisi ini menyebabkan kemampuan responden dalam menangkap informasi tentang karies gigi masih kurang, sehingga tersebut berdampak pada cukup tingginya kejadian karies gigi pada anak responden.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%) IRT Karyawan Wiraswasta 35 16 30 43,2 19,8 37 Total 81 100

Karakteristik responden yang berdasarkan pekerjaan persentase terbesar adalah buruh rumah tangga dengan jumlah responden 35 ibu dengan persentase (43,2%). Miller et al (2010) berpendapat bahwa bahwa seorang ibu yang bekerja akan memperoleh lebih banyak informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kesehatan anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Analisis Univariat

1. Distribusi Konsumsi Karbohidrat

Menurut Tabel 5 dibawah ini menunjukkan hasil data hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi pada 81 anak balita di

Desa Mranggen Polokarto Sukoharjo

Tabel 5

Distribusi Konsumsi Karbohidrat Kategori Jumlah (n) Persentase % Baik 44 54,3 Tidak Baik 37 45,7 Total 81 100

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian dari data konsumsi karbohidrat dapat dikatakan bahwa dari 81 responden yang baik sebesar 54,3% atau sebanyak 44 anak sedangkan konsumsi karbohidrat tidak baik sebesar 45,7% atau sebanyak 37 anak. Konsumsi

karbohidrat dilihat

menggunakanFood Frequency Questionnaire (FFQ) Semi Kuantitatif dimana metode yang digunakan dalam perhitungan FFQ disini dengan memodifikasi atau memperkirakan URT (Ukuran Rumah Tangga) dalam gram.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2007) menyatakan bahwa dari 68 responden yang diteliti terdapat 18 responden atau 26,47% dengan tingkat konsumsi karbohidrat rendah sedangkan 50 responden atau 73,53% memiliki tingkat konsumsi karbohidrat tinggi.

2. Distribusi Perilaku Menggosok Gigi

Data hasil gambaran perilaku menggosok gigi 81 balita di Desa Mranggen Kecamatan Polokarto

(9)

5 Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6

Distribusi Perilaku Menggosok Gigi Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Baik 46 56,8 Kurang 35 43,2 Total 81 100

Berdasarkan data diatas diketahuisecara acak diketahui bahwa perilaku menggosok gigi yang baik lebih banyak daripada perilaku menggosok gigi yang kurang yaitu sebesar 56,8% atau sekitar 46 responden. Hasil gambaran diatas sejalan Hasil gambaran diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ana dkk (2015) pada judul penelitian peran orang tua dalam membimbing menyikat gigi dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah dan diketahui 50% atau 13 dari 26 responden yaitu orang tua yang masih membimbing anak dalam menyikat gigi.

Menurut Bahar dalam Maulani (2005) menyatakan bahwa menyikat gigi setelah seseorang makan, sisa makanan khususnya makanan yang mengandung karbohidrat, akan mengalami fermentasi atau

peragia terhadap glukosa makanan.

3. Distribusi Kejadian Karies Gigi Gambaran kejadian karies gigi yang dilihat berdasarkan pemeriksaan tim dari kedokteran gigi UMS yang berjumlah dua orang dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini :

Tabel 7

Distribusi Kejadian Karies Gigi Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Karies 52 64,2 Tidak Karies 29 36,8 Total 81 100

Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan kejadian karies gigi pada anak balita usia 24-59 bulan di Desa Mranggen diketahui bahwa anak dengan karies gigi lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak karies yaitu 64,2%. Tingginya kejadian karies gigi disebabkan oleh peranan makanan yang dapat menyebabkan karies gigi, yaitu mengkonsumsi makanan yang manis secara berlebihan tanpa memperlihatkan kesehatan gigi (Riyanti, 2005).

Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat dengan Kejadian Karies Tabel 8

Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi Konsumsi KH

Kejadian Total

(%) Nilai p Karies (%) Tidak Karies (%)

Baik 47,7 52,3

100 0.001

(10)

6 Hasil analisa hubungan konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa nilai p dari data diatas adalah 0,001 (H0 ditolak <0,05), maka dapat diartikan bahwa ada hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2007) pada judul penelitian Hubungan antara tingkat konsumsi karbohidrat dan frekuensi makan makanan kariogenik dengan kejadian penyakit karies gigi pada anak prasekolah di TK ABA 52 semarang, yang mendapatkan p value 0,019 yang artinya ada hubungan antara

tingkat konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi.

Adanya hubungan antara konsumsi karbohidrat dan kejadian karies gigi sesuai dengan pernyataan bahwa konsumsi karbohidrat berlebih akan menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering, sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih permanen dan semakin banyak email yang terlarut. Hal ini menyebabkan gigi akan mudah sekali terkena karies gigi (Nursyanto, 1992 dalam Dian, 2007). Selain itu menurut Artaria (2009), orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi.

2. Hubungan Antara Perilaku Menggosok Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Tabel 9

Hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi Perilaku menggosok gigi Kejadian Total (%) Nilai p Karies (%) Tidak Karies (%)

Tidak Baik 80 20

100 0.01

Baik 52,2 47,8

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dari 81 balita terdapat 80% yang memiliki perilaku menggosok gigi tidak baik dan menderita karies. Salah satu faktor terjadinya karies gigi yaitu mengenai kebrsihan gigi dan mulut (Indri, 2009).Data perilaku menggosok gigi anak balita diambil dari wawancara langsung dari ibu balita menggunakan form kuesioner.Hasil analisis hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak balita usia 24-59 bulan di Desa Mranggen menggunakan analisa uji Chi-Square diketahui bahwa nilai p 0,01 (p<0.05) yang artinya bahwa H0 ditolak sehingga ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies

gigi pada anak balita usia 24-59 bulan di Desa Mranggen. Hasil penelitian yang mendukung hasil data penelitian diatas seperti yang dilakukan oleh Ningsih, dkk (2013) yang menyatakan terdapat kecenderungan peningkatan persentase kejadian karies gigi pada anak dengan perilaku menggosok gigi yang salah yaitu sebesar 63.8%.

Adanya hubungan perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah disebabkan oleh banyak faktor antara lain memiliki kegemaran mengkonsumsi makanan manis yang dapat merusak kesehatan gigi dan mulut. Selain itu kebiasaan setelah mengkonsumsi makanan mereka jarang membersihkan gigi yaitu dengan

(11)

7 cara menggosok gigi secara rutin. Pentingnya upaya ini adalah untuk menghilangkan plakyang menempel pada gigi.Penelitian menunjukkan bahwa jika semua plak dibersihkan dengan cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada

kebanyakan orang dapat

dikendalikan.Banyak para ahli berpendapat bahwa menyikat gigi 2 kali sehari sudah cukup (Ariningrum, 2000).

KESIMPULAN

1. Konsumsi karbohidrat anak balita di

Desa Mranggen sebagian

besarbaiksebesar 54,3%.

2. Perilaku menggosok gigi anak balitadi Desa Mranggen sebagian besar baik dengan persentase sebesar 56,8% 3. Kejadian karies gigi pada anak balita

sebanyak 64,2% di Desa Mranggen mengalami karies gigi.

4. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi karbohidrat dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,001.

5. Ada hubungan antara perilaku menggosok gigi dengan kejadian karies gigi dengan p value 0,01

Saran

1. Pihak Puskesmas Polokarto dapat melakukan tindak lanjut penyuluhan mengenai karies gigi kepada masyarakat setempat.

2. Meningkatkan kerja sama antara petugas posyandu dan petugas kesehatan puskesmas yaitu pemeriksaan kesehatan gigi pada saat posyandu sehingga dapat dilakukan penanganan awal terhadap masyarakat yang telah menderita karies gigi.

3. Meningkatkan peran serta orang tua dalam membimbing anak dalam merawat gigi serta memperkenalkan kepada anak

sejak dini akan pentingnya kebersihan gigi dan mulut.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkandapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor terjadinya karies gigi yang berhubungan langsung terhadap konsumsi karbohidrat dan perilaku menggosok gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Dian. 2007. Hubungan Tingakat Konsumsi Karbohidrat dan Frekuensi Makanan Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah TK ABA 52 Semarang. Skripsi. Universitas Negri Semarang. Semarang

AriningrumRatih. 2000. Beberapa Cara Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut. Cermin Dunia Kedokteran No. 126/2000, hlm 45-51

Departemen Kesehatan RI.Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT).2004, Volume

3Soebroto.2009.Apa yang tidak Dikatakan dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda.Bookmarks.Yogyakarta. Fankari.2004. Pengaruh Penyuluhan

Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi Terhadap Perubahan Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dasar.Karya Tulis Ilmiah DIV Perawat Pendidik UGM.Yogyakarta.

Indri.2009. Keadaan Dan Masalah Mesehatan Gigi Dan Mulut Di Indonesia.EGC. Jakarta.

Kurnia. 2008. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya. Bandung

(12)

8 Moestopo. 2000. Penuntun Diit Anak. PT.

Gramedia. Jakarta.

Ningsih, Ambari., Hutomo, LC., dan Rahaswanti, Ayu. 2013. Gambaran Perilaku Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sidemen, Kecamatan

Sidemen, Kabupaten

Karangasem.Medika Udayana. 4(2). Notoatmodjo, s. 2003.Pendidikan dan

perilaku kesehatan. PT RinekaCipta.Jakarta

Pintauli, S., dan Taizo, H. 2008.Menuju Gigi dan Mulut Sehat: pencegahan

danpemeliharaan. USU Press.Medan : h 12-14

Riyanti E, Chemiawan E, Rizalda RA.2005. Hubungan pendidikan penyikatan gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar Islam terpadu (SDIT) Imam Bukhari. Bandung.

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.EGC. Jakarta. Soebroto.2009. Apa yang tidak Dikatakan

dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda.Bookmarks.Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Maka untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan dari pengupasan kulit nanas secara manual perlu pengupas kulit nanas yang mampu mengupas kulit nanas dengan

Informasi yang didapat berdasarkan hasil wawancara dengan branch manager, area service officer, back office, customer service, serta service manager Bank Syariah

Tabel 1 Produksi kopi green bean PT Sinar Mayang Lestari tahun 2013 Produksi ton Ceri Green bean Kebun PT Sinar Mayang Lestari 12400 1080 Petani Mitra 21700 4320 Agen 27900 5400

Program Indonesia dituangkan dalam sasaran pokok RPJMN 2015- 2019 yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian

Pemutus Tenaga ( PMT ) merupakan peralatan saklar atau switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup,

Dalam penelitian ini terdapat lima variabel utama ( construct variables ) dalam model penelitian yang dirancang yaitu Market Based View (MBV), Resource Based View

Rumah sakit besar diseluruh negeri mungkin akan diminta mengirim Tim Medik Bencana yang akan dikirim pada lokasi bencana dan bekerja atas arahan Komandan Medik yang ditunjuk,

Penelitian ini telah menghasilkan suatu desain pembelajaran dalam bentuk lintasan belajar ( learning trajectory ) dari bentuk informal ke bentuk formal pada