• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUTUSAN NOMOR HK.2010/10/IV/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUTUSAN NOMOR HK.2010/10/IV/MP.15 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN MAHKAMAH PELAYARAN TENTANG"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TENTANG

KECELAKAAN KAPAL MIRING DAN TERBALIKNYA KM. BJL-I DI PERAIRAN DERMAGA 107 PELABUHAN TANJUNG PRIOK JAKARTA

Pada tanggal 13 Januari 2014, pukul 20.05 WIB, KM. BJL-I GT. 2555, sedang sandar di dermaga 107 pelabuhan Tanjung Priok sedang melakukan kegiatan pemuatan dan setelah selesai pemuatan tanggal 14 Januari 2014 pukul 03.40 WIB, KM. BJL-I miring ke kiri 90º (

terbalik

) di dermaga 107 pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada posisi 06º 06’ 10” S/106º 54’ 30” T.

Akibat peristiwa kecelakaan tersebut, tidak terdapat korban jiwa maupun luka dari Awak Kapal maupun penumpang, namun terdapat kerugian harta benda berupa KM. BJL-I terbalik dan seluruh muatannya terendam air.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut dengan suratnya nomor KL.205/2/9/DN-14, tanggal 19 Maret 2014, telah melimpahkan berkas kecelakaan kapal tersebut kepada Mahkamah Pelayaran untuk dilakukan Pemeriksaan Lanjutan.

Berdasarkan Pasal 253 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran juncto Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2004 dan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Mahkamah Pelayaran telah mengadakan penelitian dan pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal, untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal tersebut, dan menentukan ada atau tidak adanya kesalahan atau kelalaian dalam penerapan standar profesi kepelautan serta menjatuhkan sanksi administratif kepada Tersangkut yang terbukti bersalah atau lalai.

Berkas-berkas yang diterima oleh Mahkamah Pelayaran, antara lain berupa :

1. Berita Acara Nakhoda, dibuat di Tanjung Priok, tanggal 15 Januari 2014, oleh Nakhoda Pengganti;

2. Laporan Kecelakaan Kapal (LKK), nomor KL.205/1/5/SYB.TPK-14, dibuat di Tanjung Priok, tanggal 22 Januari 2014, oleh Nakhoda KM. BJL-I dan diketahui oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

3. Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), Nakhoda dan Anak Buah Kapal, dibuat di Tanjung Priok, tanggal 15 dan 16 Januari 2014, oleh Kepala Kelompok Barang Berbahaya Seksi Penjagaan dan Petugas Penyidik Seksi Penunjang Keselamatan Bidang Penjagaan dan Patroli Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, terhadap :

(2)

a. Nakhoda, Agus Pudjianto;

b. Nakhoda Pengganti, I Gede Yuliartana Putra Adi; c. Mualim I, Suria Asih;

d. Juru Mudi, Toni Risdianto; e. KKM, Petrus Sunarjo; f. Masinis I, Suhut Hidayat;

g. Juru Minyak, Made Sudarmawan.

4. Berita Acara Pendapat (

Resume

), dibuat di Tanjung Priok, tanggal 20 Januari 2014, oleh Kepala Seksi Penunjang Keselamatan dan Penyidikan Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, dan diketahui oleh Kepala Bidang Penjagaan Patroli dan Penyidikan, Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok; 5. Dokumen Kapal, terdiri dari :

a. Surat Laut, nomor PK.674/150/SL-PM/DK-09 nomor urut 1839, diberikan di Jakarta, tanggal 04 Februari 2009, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

b. Surat Ukur Internasional (1969) nomor 957/Ga, dikeluarkan di Semarang, tanggal 15 September 2008, oleh Kepala Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang;

c. Sertifikat Perpanjangan Keselamatan Kapal Penumpang untuk daerah pelayaran Lokal, nomor B.3093/PK.001/78/SYB.TPK-13, diterbitkan di Tanjung Priok, tanggal 27 Desember 2013, berlaku sampai dengan 12 Maret 2014, oleh Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

d. Sertifikat Internasional Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak, nomor PK.402/1351/IOPP/DK-12, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 15 Agustus 2012, berlaku sampai dengan 31 Mei 2015, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

e. Sertifikat Garis Muat, nomor 004899, diterbitkan di Jakarta, tanggal 04 Januari 2012, berlaku sampai dengan 23 Nopember 2016, oleh Biro

Klasifikasi Indonesia (BKI);

f. Sertifikat Klasifikasi Lambung, nomor Register 10998, nomor IMO 7912903, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 04 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 23 Nopember 2016, oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI);

g. Sertifikat Klasifikasi Mesin, nomor Register 10998, nomor IMO 7912903, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 04 Januari 2012, berlaku sampai dengan tanggal 23 Nopember 2016, oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI);

(3)

h. Sertifikat Manajemen Keselamatan, nomor PK.401/3072/SMC/DK-12, diterbitkan di Jakarta, tanggal 31 Oktober 2012, berlaku sampai dengan 24 November 2011, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

i. Dokumen Penyesuaian Manajemen Keselamatan, nomor PK.401/3071/DOC/DK-12, diterbitkan di Jakarta, tanggal 31 Oktober 20PK.401/3071/DOC/DK-12, berlaku sampai dengan 18 Agustus 2015, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

j. Penempatan kapal dalam trayek liner angkutan laut dalam negeri, nomor AL.101/93/15/7/13, dikeluarkan di Jakarta, tanggal 04 Desember 2013, masa berlaku trayek tanggal 01 Januari 2014 s/d 31 Maret 2014, oleh Direktur Lalu Lintas Dan Angkutan Laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut;

k. Docking Report, nomor FF09KP2-AO.09, tanggal 12 September 2012, dibuat dan diserahkan di Jakarta, tanggal 21 Maret 2013, oleh PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Galangan – II, dan disetujui PT. Bangka Belitung Jaya Line;

l. Manifest, dikeluarkan di Pangkalbalam, tanggal 10 Januari 2014, oleh PT. Bangka Belitung Jaya Line;

m. Daftar Anak Buah Kapal (

Crew List

), dibuat di Tanjung Priok, tanggal 13 Januari 2014, oleh Nakhoda KM. BJL-I, dan diketahui oleh Kepala Bidang Keselamatan Berlayar Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok;

n. Surat Keterangan Susunan Perwira, nomor PK.304/44/14/KSOP.PKBLM-13, dikeluarkan di Pangkalbalam, tanggal 31 Desember 2013, oleh Kepala Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Pangkalbalam;

o. Surat Persetujuan Berlayar (SPB), nomor JL/SYB.U/580/01/2014, diterbitkan di Tanjung Priok, tanggal 14 Januari 2014, oleh Syahbandar Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok.

6. Sertifkat Keahlian Pelaut, terdiri dari :

a. ANT II, nomor 6200002508N20304, tahun 2004, atas nama Agus Pudjianto; b. ANT IV, nomor 6200094535N40602, tahun 2002, atas nama I Gede Yuliartana

Putra Adi;

c. ANT III, nomor 66201022314N30210, tahun 2010, atas nama Suria Asih; d. ATT IV, nomor 6200028961T40310, tahun 2010, atas nama Petrus Sunaryo; e. ATT IV, nomor 6200085212T40212, tahun 2012, atas nama Suhut Hidayat. Dari berkas dan keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) serta keterangan lainnya, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :

(4)

A. Berkas dan keterangan yang diberikan dalam pemeriksaan pendahuluan:

1. Data Kapal

Nama : BJL - I eks SENTOSA-8

Jenis : Kapal Penyeberangan Penumpang dan Kendaraan

Bendera/Tanda Panggilan : Indonesia/YHXG

Pembuatan/Konstruksi : Tahun 1979, di Japan/Baja Isi kotor/Isi bersih : GT. 2555/NT. 767

Tanda selar : GT. 2555 No.957/Ga

Tenaga Penggerak Utama : 2 (dua) buah Mesin Diesel DAIHATSU, 6 DSM-28L, 4 Tak Kerja Tunggal, 2 x 1800 HP pada putaran 720 Rpm

Ukuran Pokok

Panjang : 67.92 meter

Lebar : 13.40 meter

Dalam : 9.80 meter

Pemilik : PT. Bangka Belitung Jaya Line

Nakhoda : Agus Pudjianto

Awak Kapal : 23 (dua puluh tiga) orang 2. Jalannya Peristiwa.

a. Tanggal 13 Januari 2014 Pukul 20.05 WIB, KM. BJL-I jenis kapal Ro-Ro berbendera Indonesia GT.2555 dengan awak kapal sebanyak 23 orang sedang sandar di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok melakukan kegiatan pemuatan;

b. Tanggal 14 Januari 2014 Pukul 00.15 WIB kegiatan pemuatan selesai dilakukan antara lain 6 unit kendaraan besar roda empat, 22 unit kendaraan roda empat ukuran sedang, 13 unit kendaraan kecil roda empat serta 2 unit kendaraan roda 2, disamping muatan kendaraan juga memuat penumpang sebanyak 20 orang, supir kendaraan 26 orang dan kenek sebanyak 16 orang, juga bersamaan dengan itu KM. BJL-I mengisi air tawar 20 Ton dan Bahan Bakar sebanyak 10 Ton;

c. Setelah KM. BJL-I melakukan pemuatan, ternyata kapal miring ke kanan sebesar ± 5°, untuk mengurangi kemiringan tersebut Mualim I mencoba untuk buang air ballast dari tangki

heeling kanan dan mengisi air tawar

sebanyak 10 Ton tanki kiri dan kemiringan kapal berkurang menjadi ± 4° ke kanan;

(5)

d. Mengetahui hal tersebut Nakhoda pengganti memerintahkan Mualim I untuk mengisi air ballast ke

heeling kiri dan pukul 02.42 WIB kegiatan

pengisian air tawar sebanyak 10 Ton dihentikan pada tangki sebelah kiri sekaligus juga menghentikan pengisian air ballast ke

heeling kiri dan pukul

02.50 WIB KM. BJL-I kembali kekedudukan tegak (

Steady

), tidak lama kemudian pukul 03.00 WIB kapal miring kekiri ± 6,5°;

e. Pada pukul 03.05 WIB, KM. BJL-I makin miring ke kiri ± 22,5° dan mesin generator mati (

black out

) melihat kondisi tersebut Nakhoda melalui pengeras suara dari anjungan kapal memerintahkan pada seluruh penumpang dan para awak kapal agar segera turun dari atas kapal dan mencari ruang terbuka untuk dapat menyelamatkan diri masing-masing, tak lama kemudian setelah seluruh penumpang dan awak kapal turun ke darat, lebih kurang pukul 03.40 WIB kapal miring kiri sebesar ± 90°;

f. Akibat dari kejadian tersebut tidak terdapat korban jiwa maupun luka, namun terdapat kerugian harta benda yaitu kapal terbalik 90° dan semua muatan terendam air.

3. Dalam peristiwa kecelakaan ini, Mahkamah Pelayaran menetapkan Tersangkut dan para Saksi sebagai berikut :

a. Tersangkut : Nakhoda yang diganti, Agus Pudjianto.

b. Saksi –Saksi : 1) Nakhoda Pengganti, I Gede Yuliartana Putra Adi; 2) Mualim I, Suria Asih

3) KKM, Petrus Sunarjo; 4) Masinis II, Suhut Hidayat; 5) Juru Mudi, Toni Risdianto;

6) Juru Minyak, Made Sudarmawan; 7) DPA, Ari Waldi.

B. Dalam upaya untuk memperoleh keterangan lebih lanjut sehubungan dengan Kecelakaan Kapal, Mahkamah Pelayaran telah memanggil secara patut kepada Tersangkut dan para Saksi guna didengar keterangannya dihadapan Sidang

Pemeriksaan Lanjutan ke 1, di Kantor Mahkamah Pelayaran, Jakarta, pada tanggal 19 Januari 2015, dan Sidang Pemeriksaan Lanjutan ke 2, di Kantor Mahkamah

Pelayaran, Jakarta, pada tanggal 03 Pebruari 2015. Keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP) dan dihadapan Sidang Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal Mahkamah Pelayaran adalah sebagai berkut :

1. Tersangkut Nakhoda yang di ganti, Agus Pudjianto, dalam keadaan sehat, tanpa didampingi Penasehat Ahli, memberikan keterangan sebagai berikut : a. Lahir di : Magelang

Tanggal : 04 Februari 1956

Agama : Islam

(6)

Alamat : DSN. Saragan 2, RT.003/RW.009, Desa Banyurojo, Kec. Mertoyudan, Kab. Magelang

Pendidikan

Umum : 1) SD, ijazah tahun 1968, di Magelang; 2) SMP, ijazah tahun 1971, di Magelang; 3) SMA, ijazah tahun 1974, di Magelang. Kepelautan : 1) MPB III, ijazah tahun 1978, di Semarang; 2) ANT III, ijazah tahun 2001, di Semarang; 3) ANT II, ijazah tahun 2004, di Semarang.

Pengalaman berlayar :

1) Mualim III, Kargo, tahun 1978 s/d 1979; 2) Mualim II, Kargo, tahun 1979 sd 1980; 3) Mualim I, Kargo, 1980 s/d 1982; 4) Nakhoda, Supply, 1982 s/d 2012; 5) Nakhoda, KM. Nusa Agung, tahun 2013; 6) Nakhoda, KM. BJL I, tahun 2013 s/d kejadian.

b. Tanggal 12 Januari 2014 pukul 05.00 WIB kapal KM. BJL-I dalam keadaan kosong bergerak keluar dari kade 107 sehabis bongkar muatan dari pelabuhan Pangkal Balam dan berlabuh jangkar di bouy Barat menunggu sandar kembali untuk melakukan rencana pemuatan;

c. Tanggal 12 Januari pukul 06.00 WIB dilakukan serah terima Jabatan berdasarkan pemberitahuan via pesan singkat telephone genggam (SMS

Via Handphone

) terhadap saksi Nakhoda pengganti saudara I Gede Yuliartama Putra Adi selanjutnya dicatat di dalam buku harian kapal; d. Tanggal 13 Januari 2014 pukul 19.30 WIB, KM. BJL-I diperintahkan oleh

Agent untuk bergerak sandar di Dermaga 107 guna pelaksanaan pemuatan kemudian olah gerak dikendalikan oleh saksi Nakhoda Pengganti dan pukul 20.40 WIB kapal sandar selanjutnya Tersangkut turun dari kapal menuju Dermaga 107, cuaca pada saat itu cukup baik;

e. Tersangkut Nakhoda Agus Pudjianto naik kapal (

Sign On

) menggantikan Saksi Nakhoda I Gede Yuliartana Putra Adi yang sedang menjalankan cuti yang mana telah menjalankan tugas menjadi Nakhoda KM. BJL-I yang berlayar Liner dari Tanjung Priok menuju Pangkal Balam pulang pergi selama 8 (delapan) Trip atau selama 2 (dua) Minggu;

f. Menurut pendapat Tersangkut Nakhoda yang diganti bahwa selama kapal KM. BJL-I di Nakhodai dalam pelayarannya kondisi baik, hanya kapal selama pelayaran condong miring kekiri ± 3°;

(7)

g. Pada saat kejadian Tersangkut Nakhoda yang diganti berada di dermaga 107 sedang berbincang-bincang dengan pemilik kapal saudara Ishak sehingga tidak mengetahui sama sekali sebab-sebab kejadian tersebut, namun sesuai pernyataan Tersangkut Nakhoda di persidangan bahwa muatan yang dimuat khususnya kendaraan besar (

Truck

) bermuatan rata-rata

over weight

melebihi kapasitas muat;

2. Tersangkut Mualim I, Suria Asih, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut:

a. Lahir di : Jakarta Tanggal : 08 Mei 1979 Agama : Kristen

Alamat : Jln. Dewi Sartika Gg. Budi RT.012/RW.003 no.19 Kel. Cawang, Kec. Kramat Jati, Jakarta Timur

Pendidikan

Umum : 1) SD, ijazah tahun 1993; 2) SMP, ijazah tahun 1996; 3) SMA, ijazah tahun 1999; Kepelautan : 1) STPANT, ijazah tahun 2003; 2) ANT III, ijazah tahun 2010. Pengalaman berlayar :

Mualim I, KM. BJL I, 08 Januari 2014 s/d kejadian.

b. Mahkamah Pelayaran telah memanggil secara patut terhadap Saksi Mualim I Suria Asih guna didengar keterangannya, dengan surat panggilan pertama nomor MP.101/312/12/MP.14, tanggal 17 Desember 2014 dan surat panggilan kedua nomor MP.101/07/01/MP.15, tanggal 21 Januari 2015, namun yang bersangkutan telah tidak hadir memenuhi panggilan sidang tersebut sesuai dengan Surat Ketidakhadiran dari Perusahaan Pelayaran PT. Bangka Belitung Jaya Line Nomor 0101/BBJL/SP-I/2015, tanggal 14 Januari 2015;

c. Dalam Sidang Pemeriksaan Lanjutan pada tanggal 03 Februari 2015, dan dalam perkembangannya dari keterangan Tersangkut Nakhoda yang diganti dan keterangan lainnya, Tim Majelis Mahkamah Pelayaran berkesimpulan dan sepakat menetapkan status Mualim I yang dalam surat panggilan dipanggil sebagai Saksi ditingkatkan statusnya menjadi Tersangkut;

d. Tersangkut mulai bekerja (

Sign On

) di Kapal KM. BJL-I sejak tanggal 08 Januari 2014 atas perintah lisan Via telepon genggam dari saudara Ishak selaku pemilik kapal (

owner

) dari PT. BBJL yang menggantikan saudara Alfian tanpa serah terima jabatan selaku Mualim- I lama;

(8)

e. KM. BJL-I sandar di gudang 107 Pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 13 Januari 2014 pukul 20.00 WIB dan dilanjutkan dengan kegiatan rencana muat berdasarkan informasi dari Agent saudara Nardi melalui Saksi Nakhoda pengganti yang disampaikan kepada Tersangkut dengan muatan berupa 22 unit Cold Deasel, 6 unit Truck Fuso, 1 unit alat berat kecil, 21 Unit kendaraan kecil baru ;

f. Tanggal 14 Januari 2014 pukul 00.15 WIB setelah selesai pemuatan setelah dilakukan pemeriksaan ternyata ada perubahan muatan yang diangkut antara lain adalah 20 unit colt deasel, 6 unit truck fuso, 1 unit alat berat kecil, 27 unit kendaraan kecil baru;

g. Tersangkut Mualim I mengatakan bahwa pengaturan dalam pemuatan di atas kapal KM. BJL-I adalah tanggung jawabnya yang diatur sendiri tanpa rencana muat (

stowage plane

) dibantu oleh perwira Dek lainnya, Juru Mudi dan Kelasi;

h. Pada saat pemuatan selesai dilakukan, ternyata draft over 2 Cm, diduga KM. BJL - I kelebihan muatan ± 14 Ton dan kapal miring lebih kurang 0,5° kanan,mengingat hal tersebut Tersangkut atas inisiatif sendiri berupaya untuk mengembalikan kapal pada posisi tegak dengan cara membuang air ballast dengan sepengetahuan Saksi Nakhoda pengganti pada tangki kanan dan tanggal 14 Januari 2014 pukul 01.00 WIB kapal kembali tegak (

steady

);

i. Tanggal 14 Januari pukul 02.35 WIB dilakukan pengisian air tawar sebanyak 10 (sepuluh) ton pada tangki kiri atas perintah pemilik kapal melalui saudara Ismail dan saudara Windi namun bersamaan dengan itu juga dilakukan pemindahan (

Transfer

) air tawar dari Tangki kiri ke kanan atas sepengetahuan Saksi Nakhoda pengganti dan menyetujuinya ;

j. Setelah beberapa saat transfer air tawar dari tangki kiri ke kanan, kemudian dilakukan pengisian air tawar pada tangki kiri sebanyak 10 ton, ternyata perlahan-lahan kapal miring kembali 4° ke kanan;

k. Mengingat KM.BJL-I miring kembali ke kanan, Tersangkut memerintahkan kepada awak kapal untuk memanggil Saksi Nakhoda pengganti yang sedang beristirahat dan Saksi Nakhoda pengganti segera naik ke anjungan kapal untuk memerintahkan menyetop transfer air tawar dari tangki kiri ke tangki kanan, namun kapal sudah miring kanan ± 6° dan pengisian air tawar dari darat ke tangki kiri tetap diteruskan, selanjutnya Tersangkut diperintahkan untuk mengisi air ballast (

heeling kiri

) sebagai upaya untuk menegakkan kondisi kapal yang miring sampai ± 4° kanan dan Saksi Nakhoda pengganti memerintahkan untuk stop pengisian ballast tangki heeling kiri dan pengisian tangki air tawar;

(9)

l. Setelah Saksi Nakhoda Pengganti memerintahkan Tersangkut untuk menghentikan pengisian ballast tangki heeling kiri dan tangki air tawar, berangsur-angsur kapal kembali ke kedudukan semula (

Steady

), namun tidak bertahan lama sesaat kemudian kapal menjadi miring kiri ± 6°, melihat kondisi tersebut, Saksi Nakhoda pengganti memerintahkan kepada semua awak kapal dan para penumpang untuk siap-siap menyelamatkan diri ketempat yang aman dan tidak lama kemudian kapal makin miring ke kiri ± 10° dan bersamaan dengan itu mesin mati (

Black Out

);

m. Pada saat mesin generator mati (

Black Out

) Tersangkut segera menghubungi pihak Kepanduan untuk meminta bantuan, namun tidak lama kemudian kapal makin miring kekiri ± 22.5° dan pukul 03.40 WIB KM. BJL-I miring / terbalik 90°;

n. Dalam kejadian tersebut tidak terdapat korban jiwa maupun luka, namun terdapat kerugian harta benda berupa seluruh muatan yang berada di atas kapal ikut tenggelam beserta kapalnya;

3. Saksi Nakhoda Pengganti, I Gede Yuliartana Putra Adi, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut:

a. Lahir di : Bali

Tanggal : 03 Februari 1972 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Desa Tolai, Kec. Torue, Kab. Parigi Moutong, Sulawesi Tengah Pendidikan

Umum : SMP, ijazah tahun 1989, di Tolai, Sulawesi Tengah

Kepelautan : 1) MPI, ijazah tahun 1993, di Barombong, Sulawesi Tengah; 2) ANT IV, ijazah tahun 2002, di Jakarta.

Pengalaman berlayar :

Nakhoda, KM. BJL I, Juni 2010 s/d 17 Desember 2013.

b. Tanggal 12 Januari 2014 pukul 05 00 WIB kapal selesai bongkar muatan dan diperintahkan melalui keagenan untuk labuh jangkar di luar buoy Barat menunggu rencana untuk melakukan pemuatan;

c. Tanggal 12 Januari pukul 06.00 WIB diadakan serah terima jabatan Nakhoda di atas KM. BJL-I dari Saudara Agus Pudjianto selaku Nakhoda lama kepada saudara I Gede Yuliartama Putra Adi selaku Nakhoda baru, berdasarkan perintah lisan pemilik kapal saudara Ishak dan via pesan kilat melalui Telephon genggam kepada saudara Nakhoda Lama dan baru tanggal 11 Januari 2014;

d. Tanggal 13 Januari 2014 pukul 19.30 WIB Saksi diperintahkan saudara Wendi selaku agent untuk membawa KM. BJL-I bergerak sandar di gudang 107 dalam rangka rencana pemuatan;

(10)

e. Pukul 20.40 WIB kapal selesai sandar di gudang 107 dan dilangsungkan dengan kegiatan pemuatan hingga pukul 24.00 WIB dan tanggal 14 Januari pukul 00.30 WIB Saksi meninggalkan Anjungan pergi ke kamar untuk istirahat;

f. Pukul 02.30 WIB Saksi dibangunkan oleh Juru Mudi Jaga yang menyatakan bahwa kapal KM. BJL-I dalam kondisi miring kanan ± 5° dan Saksi menuju ke Anjungan untuk memeriksa kondisi kapal tersebut dan menanyakan pada Mualim I sebagai penanggung jawab muatan yang dijawab oleh Mualim I kemiringan terjadi akibat pengisian air tawar di tangki sebelah kanan dan telah dipindahkan ke tangki sebelah kiri;

g. Saksi memerintahkan pada Mualim I melakukan pemompaan air laut untuk melakukan

heeling tank

sebelah kiri selama kurang lebih 5 (lima) menit dan pada pukul 02.38 WIB kemiringan berkurang menjadi 4,5° ke kanan dan pukul 02.50 WIB kapal kembali tegak (

Steady

), tidak lama kemudian pukul 02.55 WIB kapal KM. BJL-I berubah kemiringannya menjadi ke kiri sebesar kurang lebih 1° dan selanjutnya pukul 02.59 WIB kemiringan bertambah menjadi kurang lebih 5,5° ke kiri;

h. Pukul 03.05 WIB kemiringan kapal menjadi kurang lebih 22,5° ke kiri, mengingat kemiringan kapal tidak dapat diatasi lagi Saksi memerintahkan dari Anjungan melalui pengeras suara untuk persiapan meninggalkan kapal dan tidak lama kemudian mesin kapal mati (

Black Out

) dan pukul 03.15 WIB kemiringan menjadi 90° KM. BJL-I terbalik dan pukul 03.45 WIB seluruh awak kapal dan penumpang di evakuasi menuju ke darat di Dermaga 107;

i. Dalam kejadian tersebut para awak kapal dan penumpang tidak terdapat korban jiwa maupun luka, namun terdapat kerugian harta benda berupa terbaliknya KM. BJL-I dan semua muatan ikut terendam air laut.

4. Saksi KKM, Petrus Sunarjo, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut:

a. Lahir di : Temanggung Tanggal : 05 Januari 1952 Agama : Kristen

Alamat : Jl. Poksai Blok VB7 no.13 LK.II RT.010/RW. Beringin Raya, Kemiling, Lampung

Pendidikan

Kepelautan : ATT IV, ijazah tahun 2010. Pengalaman berlayar :

KKM, KM. BJL-I

b. Tanggal 11 Januari 2014 pukul 14.00 WIB KM. BJL-I bertolak dari pelabuhan Pangkal Balam Bangka menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan jumlah awak kapal 23 ( dua puluh tiga ) orang;

(11)

c. Tanggal 12 Januari 2014 pukul 13.00 WIB kapal tiba di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan pukul 15.00 WIB di perintahkan Agent untuk sandar di gudang 107 untuk melakukan pembongkaran muatan yang di bawa dari Pelabuhan Pangkal Balam, setelah selesai pembongkaran muatan pukul 24.00 WIB, kapal diperintahkan labuh jangkar di bouy Barat;

d. Tanggal 13 Januari 2014 pukul 20.00 WIB Kapal BJL.I diperintahkan kembali untuk sandar di dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok untuk melakukan pemuatan;

e. Pukul 21.30 WIB setelah kapal sandar di Dermaga 107 dilakukan pengisian bahan bakar (

Bunker

) sebanyak 10 Ton dan setelah selesai bunker kapal miring kanan 0,5°;

f. Pada saat kejadian Saksi sedang istirahat dan mengetahui adanya kejadian kapal miring dari pengumuman Saksi Nakhoda Pengganti melalui pengeras suara (

Public Addresser

) dan selanjutnya Saksi bergerak bangun menuju kamar mesin untuk mengamankan Loog Book dan melihat ada tidaknya para awak kapal bagian mesin, karena kondisi di

car deck

sudah banyak air dan kendaraan Truck yang di muat sudah mulai bergerak bergeser ke kiri lambung kapal maka saksi naik kembali dan sempat meneriaki para pengemudi kendaraan Truck untuk menyelamatkan diri dan tidak lama kemudian terdengar suara letupan dari kamar mesin dibarengi dengan motor bantu mati (

Black Out

) dan Saksi berusaha ke anjungan namun tidak bisa karena kapal sudah terlalu miring dan akhirnya Saksi menyelamatkan diri melalui lambung kanan bersama Mandor mesin, Mualim I dan Masinis I. 5. Saksi Juru Mudi, Toni Risdianto, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan

lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP, adalah sebagai berikut: a. Lahir di : Ciamis

Tanggal : 16 Juli 1980 Agama : Islam

Alamat : Jl. Dusun Empang Sari, Desa/Kec. Kalipucung, Kab. Ciamis, Jawa Barat

Pendidikan

Kepelautan : ANT D, ijazah tahun 2011.

Pengalaman bekerja : Juru Mudi, KM. BJL I

b. Saksi mengatakan bahwa setelah KM. BJL - I sandar di dermaga 107 kapal langsung melakukan kegiatan pengisian air tawar sebanyak 10 ton pada tangki sebelah kanan atas perintah Tersangkut Mualim I dan beberapa saat kemudian saksi diperintahkan kembali untuk memindahkan pengisian ke tangki sebelah kiri karena kapal sudah miring kanan, setelah pengisian air tawar ternyata KM. BJL - I masih miring kanan;

(12)

c. Pada saat kapal masih miring kanan, Mualim II saudari Dewi memberi arahan kepada Saksi untuk mencoba hibob tros kiri agar dapat menahan kapal untuk tidak miring ke kanan, namun kapal tetap masih miring kanan dan tidak lama kemudian kapal kembali miring namun miring kiri selanjutnya kapal mengalami mati mesin bantu (

Black Out

) dan Saksi Mualim II naik ke Anjungan;

d. Pada saat kejadian Saksi berada di haluan bersama Saksi Kelasi jaga Saudara Yossi dan para penumpang dan para supir Truck berteriak untuk meminta bantuan evakuasi kepada Kapal Tunda yang lewat tapi tidak ada respon, melihat kapal semakin miring bertahan di lambung kanan kapal, tidak lama kemudian ada 2 (dua) unit Kapal Tunda milik PT. PELINDO datang untuk memberi bantuan pada KM. BJL-I namun tidak dapat tertolong sampai kapal miring perlahan-lahan;

e. Saksi mengatakan bahwa ketika kapal sudah mulai miring perlahan-lahan, Saksi bersama Kelasi dan para penumpang berjalan ke belakang anjungan untuk menyelamatkan diri, mengingat posisi tersebut paling dekat dan lebih aman untuk dilalui ke Dermaga.

6. Saksi Masinis I, Suhut Hidayat, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP adalah sebagai berikut :

a. Lahir di : Jakarta Tanggal : 04 Mei 1973 Agama : Islam

Alamat : Kp. Kayu Ringin RT.03/RW.01 no.21 Bekasi Pendidikan

Kepelautan: 1) ATT D, ijazah tahun 2002; 2) ATT V, ijazah tahun 2004; 3) ATT IV, ijazah tahun 2012.

Pengalaman berlayar :

1) Juru Minyak, Kapal Cargo, PT. Tempuran Mas, tahun 1997 s/d tahun 1999;

2) Juru Minyak, Kapal Cargo, PT. Multi Trans, tahun 2000 s/d 2002;

3) Juru Minyak, Kapal Cargo, PT. Utima Fasicic Line, tahun 2002 s/d tahun 2004;

4) Masinis II, Tug Boat PT. Tri Sukses Wantama, tahun 2009 s/d 2010; 5) Masinis II, Tug Boat PT. MBSS, tahun 2012;

6) Masinis I, KM. BJL-I, tahun 2012 s/d kejadian.

(13)

b. Pada saat kejadian Saksi sedang istirahat di kapal dan terbangun setelah kamar tidur terbuka sendiri akibat dari miringnya KM. BJL-I dan mencoba keluar kamar dan bertemu dengan Tersangkut Mualim I selanjutnya bergabung dengan Saksi KKM di lambung sebelah kanan sambil memantau keliling untuk menjaga jangan sampai ada awak kapal atau penumpang yang terjun ke laut;

c. Saksi mengatakan bahwa pada saat kapal proses miring kiri pihak kapal sudah melakukan permohonan bantuan, namun tidak juga kunjung datang namun beberapa saat kemudian setelah kapal KM. BJL-I makin miring bantuan datang berupa Kapal Tunda dari pihak PT. Pelindo;

d. Pada kejadian tersebut tidak terdapat korban jiwa maupun luka-luka terhadap awak kapal dan penumpang, melainkan terdapat kerugian harta benda berupa semua muatan dan barang-barang awak kapal maupun penumpang tenggelam bersama kapalnya.

7. Saksi Juru Minyak, Made Sudarmawan, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, keterangan yang diambil dari BAPP adalah sebagai berikut :

a. Lahir di : Kembang Makmur Tanggal : 09 Februari 1987 Agama : Hindu

Alamat : Kembang Makmur, Luwuk Utara, Palopo Pendidikan

Kepelautan: ATT D, ijazah tahun 2012. Pengalaman berlayar :

Juru Minyak, September 2012 s/d kejadian.

b. Saksi pada saat kejadian berada di kamar mesin sedang melakukan penjagaan dan tanggal 14 Januari 2014 pukul ± 02.30 WIB sedang melakukan Transfer air tawar dari tangki sebelah kiri ke tangki sebelah kanan dikarenakan kapal miring kiri ± 1,5° dan setelah transfer air tawar ternyata kapal kembali tegak;

c. Tanggal 14 Januari 2014 pukul 02.40 WIB kapal tiba-tiba miring ke kiri lagi, kemudian Saksi naik ke atas dek melewati tangga sebelah kiri kapal, akan tetapi Saksi tidak dapat keluar karena pintu tidak dapat dibuka karena adanya muatan, kemudian Saksi kembali lagi ke ruang kamar mesin menuju tangga sebelah kanan sambil mematikan mesin dan Saksi naik lagi melalui tangga kanan kapal dikarenakan air laut sudah mulai menggenangi kamar mesin;

8. Saksi DPA, Ari Waldi, tidak hadir dalam sidang pemeriksaan lanjutan, dan tidak di BAPP di Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, dan tidak ada informasi yang didapat.

(14)

C. Pendapat Mahkamah Pelayaran.

Atas dasar penelitian dan pemeriksaan secara seksama terhadap berkas yang diterima Mahkamah Pelayaran dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, serta keterangan-keterangan yang diberikan para Tersangkut dan para Saksi dihadapan Sidang Pemeriksaan Lanjutan ke 1, di Kantor Mahkamah Pelayaran, Jakarta, pada tanggal 19 Januari 2015, dan Sidang Pemeriksaan Lanjutan ke 2, di Kantor Mahkamah Pelayaran, Jakarta, pada tanggal 03 Februari 2015, sehubungan Kecelakaan Kapal miring dan terbaliknya KM. BJL-I, di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 14 Januari 2014, pukul 03.00 WIB, telah sampai pada pendapat sebagai berikut :

1. Tentang Kapal, Surat Kapal dan Awak Kapal.

Berdasarkan pemeriksaan atas data-data administratif, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan terhadap Tersangkut dan para Saksi, maka keadaan kapal, surat kapal, dan Awak Kapal dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Kapal.

KM. BJL-I ex Sentosa – 8 berbendera Indonesia adalah jenis kapal Penyeberangan Penumpang dan Kendaraan (RO-RO), konstruksi baja pemilik PT. Bangka Belitung Jaya Lines Tonase kotor ( GT ) 2555, Tonase Bersih ( NT ) 767 dibangun di Negara jepang oleh IWAGI ZOSEN CO.LTD pada tahun 1979 tanda panggilan YHXG tempat pendaftaran Jakarta tanda pendaftaran 2004 Pst.No.3645/L, ukuran Panjang 67,92 meter Lebar 13,40 meter dan Dalam 9,80 meter dan kapal di klaskan oleh Biro Klasifikasi Indonesia No. Reg.10998 No.IMO.7912903 tanggal 04 Januari 2012 berlaku sampai 23 Nopember 2016 A 100 P “ Car Ferry “ jumlah geladak 2 (dua) dan jumlah baling-baling 2 (ganda).

Kapal digerakkan oleh mesin utama 2 ( dua ) unit mesin Diesel Daihatsu, 6 DSM-28L, 4 Tak kerja tunggal, tenaga Effektif 2 x 1800 HP pada putaran 720 Rpm dibantu oleh mesin bantu 2 ( dua ) unit Daihatsu, 6 DSB-18 A, 2 x 400 HP, dok terakhir dilakukan pada 02 Maret 2013 s/d 13 Maret 2013 di Tanjung Priok dan berlayar untuk daerah pelayaran lokal dengan Pangkal Balam sebagai pelabuhan pangkal.

b. Surat-surat Kapal.

KM. BJL – I memiliki Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang, Surat Laut, Surat Ukur Internasional dan surat-surat lainnya yang dipersyaratkan dan masih berlaku sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(15)

c. Awak Kapal.

Berdasarkan surat keterangan awak kapal (Crew List) tertanggal 13 Januari 2014 yang diketahui oleh kantor Kesyahbandaran Klas I Tanjung Priok No.PK.306/ 14/SYB.TPK-14, kapal di awaki 23 (dua puluh tiga) orang, ada 9 (sembilan) perwira kapal diantaranya terdiri dari :

Bagian Dek

Nakhoda : Agus Pudjianto sertifikat ANT II, tahun 2004; Mualim I SR : M. Aroef sertifikat ANT III, tahun 2012; Mualim I JR : Agus Jaya Sukmana sertifikat ANT IV, tahun 2012; Mualim II : Nana Sumangga sertifikat ANT IV, tahun 2003; Mualim III : Anuar sertifikat ANT V, tahun 2010 Bagian Mesin

K K M : Petrus Sunaryo sertifikat ATT IV, tahun 2010; Masinis II : Suhut Hidayat sertifikat ATT IV, tahun 2012; Masinis III : Arif Nurmansyah sertifikat ATT V, tahun 2011; Masinis IV : Kornelius Duo sertifikat ATT V, tahun 2002. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa KM.BJL-I sebelum terjadi kecelakaan tenggelam Kapal, Surat-Surat kapal dan Awak Kapal dapat diterima.

2. Tentang Cuaca.

Berdasarkan hasil analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, dan berdasarkan keterangan para Tersangkut dan para Saksi, maka mengenai keadaan cuaca pada saat kejadian kecelakaan kapal di lokasi kejadian adalah sebagai berikut :

a. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, dengan suratnya tanggal 10 November 2014, bahwa keadaan cuaca pada tanggal 14 Januari 2014, pukul 03.00 WIB, di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta adalah sebagai berikut : Cuaca : Berawan banyak dan hujan ringan – sedang

disertai badai guntur pada malam hari Arah dan Kecepatan Angin : Barat 5.3 – 7.4/14.4 knots

Arah dan Kecepatan Arus : Tenggara 1.9 – 8.5 Cm/det Tinggi Gelombang : Utara, 0.6 Meter – 1.0/1.3 Meter Jarak Penglihatan : 1.5 – 3.0 Mil

b. Menurut keterangan Tersangkut Nakhoda di hadapan Sidang pemeriksaan Lanjutan dan Para saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan (BAPP), keadaan pada saat kejadian cuaca cerah, laut tenang, jarak pandang baik.

(16)

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa keterangan Tersangkut dan para Saksi tentang keadaan cuaca pada saat kejadian dapat diterima.

3. Tentang Muatan dan Stabilitas Kapal.

Berdasarkan data ukuran kapal, daftar manifest, tata letak bangunan kapal, dan tata letak susunan muatan, maka mengenai keadaan muatan dan stabilitas kapal adalah sebagai berikut :

a. Tentang Keadaan Muatan.

Ukuran pokok kapal sesuai Surat Ukur Internasional ( 1969 ) L X B X H = 67,92 m x 13,40 m x 9,80 m Lambung Bebas Tropik (LT) = 808 mm =0,808 m Tebal Plat gladak diperkirakan (t) = 11 mm = 0,011 m

Sarat maksimal H = 9,80 m T = 0,011 m + 9,811 m LT = 0,808 m - Sarat maksimal = 9,003 m Displacement kapal ( D ) = 67,92 x 13,40 x 9,003 x 0,80 x 1,025 = 6718,984 Ton

Berat Kapal Kosong ( W ) = 0,30 x D = 2015,695 Kapasitas Angkut ( DWT ) = D – W

= 6718,984 – 2015,695 = 4703,289 Ton

Saat kapal selesai muat di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok dengan Sertifikat Garis Muat Internasional oleh Biro Klasifikasi Indonesia ( BKI ) No.004899, diterbitkan tanggal 04 Januari 2012 yang berlaku sampai dengan 23 Nopember 2016 menerangkan sebagai berikut :

- Lambung timbul dari garis geladak ke garis muat air laut ( L ) : 808 mm - Pengurangan Lambung Timbul untuk air Tawar ( T ) : 83 mm

- KM. BJL – I tercatat :

Draft Depan :3,4 M Draft Belakang :4,6 M

Sehingga lambung timbul pada kondisi tersebut adalah sebagai berikut : Draft rata-rata : 4,0 M

Lambung timbul pada kondisi tersebut : 9,80 M – 4,0 M = 5,80 M

KM. BJL – I dari kondisi diatas melebihi kapasitas angkutnya.

(17)

b. Tentang Keadaan Stabilitas.

KM. BJL-I sebelum kejadian setelah memuat kondisi stabilitas baik dengan GM (Grafity Metacenter) + 1.5 dan setelah adanya kemiringan yang di akibatkan pengisian air tawar pada tangki sebelah kanan dan pengisian air ballast untuk heeling kiri mengakibatkan GM kapal tidak terkendali, apalagi adanya pergeseran muatan ke lambung kiri kapal dimana titik kemiringan, terendah yang mempercepat kapal terbalik.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa keadaan muatan dan keadaan stabilitas KM. BJL-I tidak dapat diterima.

4. Tentang Navigasi dan Olah Gerak.

Setelah menganalisa tentang kelengkapan alat bantu navigasi, aturan-aturan bernavigasi, situasi lingkungan tempat kejadian, dan kebiasaan pelaut yang baik (

good seamanship

), maka cara bernavigasi dan cara berolah gerak dinilai sebagai berikut :

Pada tanggal 14 Januari 2014 KM. BJL – I sedang sandar di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok sedang melakukan kegiatan pemuatan.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa kapal pada saat kejadian tidak sedang bernavigasi dan tidak sedang berolah gerak dapat diterima.

5. Tentang Sebab Terjadinya Kecelakaan.

Setelah menganalisa fakta-fakta dasar, kondisi lingkungan (faktor alam), dokumen, faktor teknis, faktor manusia dan faktor organisasi, mengenai kecelakaan kapal miring dan terbaliknya KM. BJL-I , maka Majelis Sidang Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa :

a. Tersangkut Mualim I Saudara Suria Asih sebagai penanggung jawab pengaturan muatan dalam melaksanakan tugasnya tidak melalui proses perencanaan muat (

Stowage Plan

) yang di buat lebih dulu dengan alasan bahwa Tersangkut Mualim I tidak mendapatkan daftar muatan (

Cargo

Manifest

) sehingga pemuatan dilaksanakan secara acak tidak beraturan dan akibatnya kapal mudah oleng (

miring

) sebesar ± 5° kanan setelah selesai dilakukan pemuatan, melihat kondisi tersebut Tersangkut Mualim I dengan inisiatif sendiri untuk diadakan heeling kiri dengan membuang air ballast yang berada di tangki kanan dan tidak lama kemudian kapal kembali tegak (

steady

) dan Tersangkut Mualim I mencoba kembali memindahkan air tawar yang berada ditangki kiri ke tangki kanan, bersamaan dengan itu juga di isi air tawar dari darat ke tangki kiri diharapkan bersamaan dengan itu kapal tetap akan tegak (

Steady

), ternyata kapal menjadi miring kiri ± 6° sehingga pengisian air tawar di hentikan atas perintah Saksi Nakhoda pengganti dan lama kelamaan kapal semakin miring kiri tidak dapat

(18)

dikendalikan disamping itu juga pengaruh muatan Truck yang di muat di Gladak Mobil (

Car Deck

) dengan muatan yang menggunung juga mempengaruhi olengan kapal.

b. Pemuatan semua kendaraan tidak dilakukan pelasingan, sehingga pada saat kapal miring dengan derajat tertentu, kendaraan yang dimuat tersebut ikut bergeser kepada titik terendah ditambah jumlah penumpang dan awak kapal yang berlarian untuk menyelamatkan diri atas perintah Saksi Nakhoda Pengganti ketempat dimana titik terendah kemiringan berada yang mengakibatkan percepatan kapal miring dan terbalik secara otomatis titik

berat G (

Gravity

) bergeser keatas dengan cepat mendekati titik M (

Metacentris

) yang akhirnya titik G (

Gravity

) dan titik M (

Metacentris

)

menjadi satu garis dan kapal miring 90° (

terbalik

).

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa miring dan terbaliknya KM. BJL-I di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok disebabkan karena tidak tanggapnya Tersangkut Mualim I dalam melaksanakan tugasnya yang harus dilaksanakan sebelum dan sesudah memuat tentang perencanaan pemuatan (

Stowage Plan

) dan tidak dilakukan Pelasingan terhadap semua muatan yang mudah bergerak.

6. Tentang Upaya Penyelamatan.

Berdasarkan pemeriksaan data dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan, dan berdasarkan hasil pemeriksaan lanjutan, maka mengenai upaya penyelamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Saksi Nakhoda bersama Tersangkut Mualim I berupaya untuk melakukan tindakan untuk mengembalikan kapal ke posisi tegak seperti semula pada saat kapal miring ke kanan dengan cara

heeling

kiri dan kanan, ternyata tidak bisa dilakukan akhirnya kapal miring 90° terbalik;

b. Saksi Nakhoda berusaha dengan cepat memberikan perintah meninggalkan kapal pada semua awak kapal dan para penumpang, sehingga tidak terjadi musibah hilangnya jiwa manusia yang meliputi awak kapal dan para penumpang dapat menyelamatkan diri.

Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa upaya penyelamatan yang dilakukan dapat diterima.

7. Tentang Kesalahan dan Kelalaian.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, dalam kasus kecelakaan kapal miring / terbaliknya KM. BJL-I, pada tanggal 14 Januari 2014, pukul 03.00 WIB, di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, maka beban tanggung jawab terhadap kesalahan dan kelalaian adalah sebagai berikut :

(19)

a.

Tersangkut (

Pertama

) Nakhoda yang di ganti saudara Agus Pudjianto dalam kejadian kecelakaan kapal BJL-I tidak berada di kapal, telah dilakukan mutasi turun secara lisan melalui pesan singkat telepon genggam oleh pemilik kapal (

Owner

), namun secara Administrasi (

juridis formal

) Tersangkut Nakhoda masih bertanggung jawab mengingat dalam susunan perwira yang ditanda tangani oleh pejabat Kesyahbandaran dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) masih atas nama yang bersangkutan yaitu Saudara Agus Pudjianto selaku Nakhoda KM. BJL-I, berarti Tersangkut Nakhoda Saudara Agus Pudjianto telah ikut serta bertanggung jawab atas kejadian kecelakaan kapal tersebut dan tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebiasaan pelaut yang baik (

Good

Seamanship

) dan dinilai belum memenuhi kewajibannya sesuai amanah pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (

KUHD

);

b.

Tersangkut (

Kedua

) Mualim I saudara Suria Asih tidak melakukan sesuatu yang wajib dilakukan guna keselamatan dan keamanan kapalnya yaitu melakukan lebih dulu perhitungan rencana muat (

Tentativ Stowage Plan

) sebelum memuat dan mengatur muatan secara benar dan tepat guna Stabilitas yang baik, juga tidak melakukan pelasingan atas semua muatan yang sudah di muat khususnya kendaraan-kendaraan Truck yang mudah bergerak, sehingga ini merupakan kekeliruan dan kelalaian yang tidak sesuai dengan amanah pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dengan demikian Mahkamah Pelayaran berpendapat bahwa Tersangkut (Pertama ) Nakhoda atas nama Agus Pudjianto, dan Tersangkut (Kedua) Mualim I atas nama Saudara Suria Asih tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kebiasaan pelaut yang baik (

good

seamanship

), sehingga semuanya belum memenuhi kewajibannya sesuai amanah pasal 342 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (

KUHD

).

8. Tentang Hal-Hal Yang Meringankan dan Memberatkan.

Berdasarkan proses persidangan terhadap Tersangkut, dan hal-hal pribadi yang disampaikan oleh Tersangkut, maka dipandang perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Tentang Hal-hal yang meringankan.

Tersangkut (Pertama) Nakhoda yang di ganti atas nama Agus Pudjianto hadir dalam persidangan lanjutan ke II dan cukup kooperatif.

b. Tentang Hal-hal yang memberatkan.

Tersangkut (Kedua) Mualim – I atas nama saudara Suria Asih tidak hadir dalam persidangan Lanjutan.

(20)

Atas dasar kenyataan-kenyataan tersebut di atas, berdasarkan Pasal 373 huruf (a) Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD), Pasal 253 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Pasal 18 huruf (b) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal dengan mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, Mahkamah Pelayaran :

MEMUTUSKAN :

I. Menyatakan bahwa Tersangkut Mualim I telah di panggil secara patut guna didengar keterangannya di hadapan sidang pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal, namun yang bersangkutan telah tidak hadir memenuhi panggilan tersebut, sehingga pemeriksaan lanjutan dilaksanakan secara

in absensia

.

II. Menyatakan bahwa Kecelakaan Kapal Miring / Terbaliknya KM. BJL-I, tanggal 14 Januari 2014, pukul 03.40 WIB di Dermaga 107 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, disebabkan karena Tersangkut (Pertama) Nakhoda yang di ganti saudara Agus Pudjianto dalam kejadian kecelakaan KM. BJL - I tidak berada di kapal, telah dilakukan mutasi turun secara lisan melalui pesan singkat telepon genggam oleh pemilik kapal (

Owner

), namun secara Administrasi (

Juridis

formal

) Tersangkut Nakhoda pengganti masih ada tanggung jawabnya mengingat dalam susunan perwira yang di tanda tangani oleh pejabat Kesyahbandaran dan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) atas nama yang bersangkutan yaitu saudara Agus Pudjianto selaku Nakhoda KM. BJL-I, berarti Tersangkut (Pertama) Nakhoda pengganti Saudara Agus Pudjianto ikut serta bertanggung jawab atas kejadian kecelakaan kapal tersebut.

III. Menyatakan bahawa Tersangkut (Kedua) Mualim I saudara Suria Asih tidak melakukan sesuatu yang wajib dilakukan guna keselamatan dan keamanan kapalnya yaitu melakukan lebih dulu perhitungan rencana muat sementara (

Tentativ Stowage Plan

) sebelum memuat dan mengatur muatan secara benar dan tepat guna Stabilitas yang baik, juga tidak melakukan pelasingan atas semua muatan yang sudah di muat khususnya kendaraan-kendaraan Truck yang mudah bergerak.

IV. Menghukum :

1) Tersangkut I (Pertama) Nakhoda yang di ganti, atas nama Agus Pudjianto, lahir tanggal 04 Februari 1956, memiliki ijazah pelaut ANT II nomor 6200002508N20304 tahun 2004, diterbitkan di Jakarta, tanggal 23 Januari 2004, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dengan mencabut sementara Sertifikat Keahlian Pelaut tersebut, untuk bertugas sebagai Nakhoda di kapal-kapal Niaga berbendera Indonesia selama jangka waktu 2 (dua) bulan.

(21)

2) Menghukum Tersangkut II (Kedua) Mualim – I, atas nama Suria Asih, lahir di Jakarta tanggal 08 Mei 1979, memiliki ijazah Pelaut ANT – III nomor

6201022314N30210 Tahun 2010, di terbitkan di Jakarta, tanggal 25 Februari 2010, oleh Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat

Jenderal Perhubungan Laut, dengan mencabut sementara Sertifikat Keahlian Pelaut tersebut, untuk bertugas sebagai Mualim I atau Nakhoda di kapal-kapal Niaga berbendera Indonesia selama jangka waktu 4 (empat) bulan.

V. Putusan ini mulai berlaku sejak Berita Acara Pelaksanaan Putusan Mahkamah Pelayaran dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut diterima oleh Terhukum. Demikian Putusan Mahkamah Pelayaran yang dibacakan oleh Ketua Majelis dalam sidang terbuka di Jakarta, pada hari Kamis, tangggal 09 April 2015, dengan dihadiri oleh para Anggota Majelis dan Sekretaris Majelis Pengganti, serta dihadiri oleh Terhukum Nakhoda tanpa dihadiri Terhukum Mualim I.

Ketua : ………... Capt. Gajah Rooseno, M. Mar.

Anggota : ………... Dr. Capt. D. R. Sumakud, S.H,M.H, M.M, M.Mar.

Anggota : ………... Iswandi, ATT-I, M. Si.

Anggota : ………... Ir. Benny Haryono, M. M.

Anggota : ………... Asril Pasaribu, S. H.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian tugas akhir ini, adapun metode yang dilakukan yakni pengumpulan data melalui studi literasi yang bersumber dari antara lain: kajian desain yang disajikan

Analisis wah target peningkata ce improvem kan bagia Perwakilan dap kinerj gan targe dengan ket aratur Neg tikberatkan menyempu utama (IKU gi BPKP gsung. maksudka ksanaan g telah

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk

1. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disingkat Satpol PP adalah Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta. Unit Pelaksana Teknis Satuan Polisi Pamong Praja

Logo dibuat bukan sekedar sebagai merek dagang atau simbol perusahaan melainkan harus mampu mempresentasikan korporasi dan mampu memberikan kepercayaan (trust) dalam tempo

Dengan perancangan identitas dan pengaplikasian yang baru, diharapkan dapat membantu membuat Taman Bunga Nusantara lebih dikenal baik melalui identitasnya sendiri dan melalui

Promosi dengan jalur periklanan memerlukan orang- orang yang kreatif agar dapat memikat massa untuk tertarik pada produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan

dalam matriks.Kebutuhan ruangan merupakan masukan ketiga.Masukan ini mengambil bentuk tataletak yang telah ada.Untuk tataletak yang baru, harus dikembangkan sebuah