1 RASA UMBI KUKUS DAN RASA DAUN REBUS
UBI KAYU VARIEGATA (Manihot esculenta Crantz) Masturoh1, Dewi Indriyani Roslim2, Herman2
1
Mahasiswa Program S1 Biologi 2
Dosen Bidang Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus BinaWidya Pekanbaru, 28293, Indonesia [email protected]
ABSTRACT
“Variegata cassava” (Manihot esculenta Crantz) is one of the cassava genotypes in Province Riau. This cassava is more delicious than resilient other cassava. Besides that, this plant has unique leaves, green at the margin and the yellow at the middle. As a carbohydrate source, this cassava is used for food source for man and animal, as well as industrial row materials. Province Riau has acidic sood and less fertille. The aims of this study were to determine the taste of steamed tubers and boiled leaves variegata cassava from Rokan Hilir, Province Riau. This research was conducted at Biology Department, Faculty of Mathematic and Natural Science, University of Riau, for 12 months, started from February 2014 to February 2015. The materials of this study were seedling of “variegata cassava” and fertilizer (NPK Mutiara 16-16-16). The cassava stems planted, fertilized, and harvested. The result shows that the steamed cassava tubers are not bitter while boiled leave of variegta cassava are bitter.
Keywords : Cassava, fertilization.
ABSTRAK
Ubi kayu variegata merupakan salah satu genotipe ubi kayu yang ada di Provinsi Riau. Ubi kayu ini memiliki rasa umbi yang lebih enak dibandingkan ubi kayu lain. Selain itu ubi kayu variegata memiliki daun yang unik pada bagian tepi berwarna hijau dan bagian tengah berwarna kuning. Sebagai sumber karbohidrat, tanaman ubi kayu banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan ternak maupun bahan baku industri. Provinsi Riau memiliki tanah dengan pH asam dan kurang subur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasa umbi kukus dan rasa daun rebus ubi kayu variegata asal Rokan Hilir, Provinsi Riau. Penlitian ini dilakukankan di kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau selama 12 bulan mulai dari bulan Februari 2014 sampai Februari 2015. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit ubi kayu variegata dan pupuk NPK mutiara 16-16-16. Prosedur penelitian meliputi penenaman, pemupukan, pemeliharaan dan panen. Hasil penelitian menunjukan bahwa rasa umbi kukus ubi kayu variegata tidak pahit dan daun rebus ubi kayu variegata memiliki rasa pahit.
2 PENDAHULUAN
Indonesia dikatakan sebagai negara agraris yang berarti sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Komoditi pertanian yang umumnya ditanam oleh penduduk antara lain padi, jagung, sayuran, kacang-kacangan dan umbi-umbian seperti ubi kayu.
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung dan termasuk tanaman yang tidak kalah jauh manfaatnya jika dibandingkan dengan beras dan jagung. Sebagian besar masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman ubi kayu sebagai bahan makanan karena umbi dari tanaman ubi kayu memiliki kandungan pati yang cukup tinggi dan dapat diolah menjadi berbagai produk pangan seperti tepung tapioka. Tidak hanya itu, tanaman ubi kayu juga bermanfaat bagi pakan ternak (El-Sharkawy 2004). Tiga ratus juta ton produksi ubi kayu di dunia digunakan oleh sepertiga masyarakat di negara– negara tropis sebagai bahan makanan. Selain itu, 45% dari hasil produksi ubi kayu dikonsumsi langsung oleh beberapa negara sebagai sumber kalori (Rukmana 1997).
Produksi ubi kayu tergantung dari lima faktor, antara lain lahan, bibit, pestisida, pupuk yang digunakan, dan tenaga kerja yang sesuai dengan sistem usaha tani. Kelima faktor ini memiliki berpengaruh penting terhadap produksi ubi kayu (Hilman 2004).
Menurut Wargiono (2007) pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan produksi tanaman ubi kayu karena dapat memenuhi ketersediaan hara pada tanah. Penambahan areal panen dan perbaikan mutu tanaman ubi kayu merupakan dua
strategi yang tepat untuk meningkatkan produktifitas tanaman. Program pemuliaan tanaman seperti perbaikan sifat pada varietas ubi kayu, dan persilangan dibutuhkan untuk menghasilkan varietas yang lebih unggul (Utomo et al. 2012).
Indonesia memiliki permasalahan dalam mengembangkan tanaman ubi kayu, seperti masih rendahnya penerapan teknologi budidaya, terbatasnya modal usaha tani, sempitnya lahan, harga ubi kayu yang masih rendah, dan umbi yang cepat rusak jika setelah panen tidak segera diolah. Lahan pertama yang sempit menyebabkan sebagian petani ubi kayu menggunakan pupuk untuk meningkatkan produksi ubi kayu. Pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk anorganik.
Sebagian masyarakat lebih memilih tanaman perkebunan yang jauh lebih menguntungkan karena nilai ekonominya lebih tinggi dari tanaman ubi kayu. Kurangnya rasa simpati masyarakat terhadap ubi kayu dapat menyebabkan produksi tanaman ubi kayu semakin menurun. Produksi ubi kayu dapat ditingkatkan dengan cara membuka lahan baru, melakukan cara bercocok tanam dengan cara tumpang sari, dan pemupukan yang tepat (Wargiono 2007).
Provinsi Riau memiliki jenis tanah yang kurang subur dan memiliki pH tanah yang asam. Untuk melakukan pembudidayaan tanaman terlebih dahulu harus ada pengolahan tanah dan pemberian pupuk supaya unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terpenuhi. Pemupukan merupakan tahapan terpenting untuk mendukung pertumbuhan dan produksi ubi kayu. Tanaman ubi kayu memiliki respon yang baik terhadap pemberian pupuk.
3 Salah satu cara untuk meningkatkan
produktifitas ubi kayu dengan menggunakan pupuk NPK (Hershey 2002). Pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan produksi secara nyata dan tidak berdampak negatif terhadap ketersediaan hara di dalam tanah apabila takarannya tidak berlebihan. Pemberian pupuk NPK pada ubi kayu belum banyak dilakukan.
Ubi kayu variegata merupakan salah satu genotipe ubi kayu yang tumbuh di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau dan telah dikoleksi oleh Laboratorium Genetika. Ubi kayu variegata memiliki daun variegata, yaitu pada bagian tepi daun berwarna hijau dan bagian tengah daun berwarna kuning. Ubi kayu ini merupakan jenis ubi kayu yang aman untuk dikonsumsi dan rasa umbinya lebih enak dibandingkan dengan ubi kayu yang lain (Roslim et al. 2014). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rasa umbi kukus dan daun rebus ubi kayu variegata asal Rokan Hilir, Provinsi Riau.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2014 - Februari 2015 di Kebun Biologi, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.
Bahan penelitian yang digunakan adalah batang ubi kayu variegata, pupuk NPK Mutiara 16-16-16, dan air. Sedangkan alat yang digunakan Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, parang, timbangan, timbangan analitik, alat tulis, jangka sorong, dan peralatan dapur (kompor, pisau, baskom, dan panci).
Penelitian ini menggunakan, genotipe ubi kayu variegata dengan jarak tanam 100 cm x 100 cm. Panen dilakukan setelah ubi kayu berumur 12 bulan. Parameter penelitian ini meliputi: rasa umbi kukus dan rasa daun rebus ubi kayu variegata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ubi kayu merupakan jenis umbi-umbian yang diduga memiliki pola hubungan antara tingkat ketuaan, kekerasan dan kadar pati. Berdasarkan penelitian Wills et al. (2005) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur umbi-umbian maka, akan bertambah pula tingkat kekerasannya karena kandungan pati semakin meningkat, akan tetapi apabila terlalu tua kandungan pati menjadi menurun sedangkan kandungan seratnya semakin meningkat.
Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan umbi ubi kayu. Cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang membantu dalam proses fotosintesis. Pada ubi kayu apabila daun yang terbentuk semakin banyak maka umbi yang dihasilkan semakin banyak. Hal ini dapat disebabkan karena aktifitas fotosintesis yang tinggi (Zuraida 2010).
Pemberian pupuk bertujuan untuk membantu perbaikan hara yang ada di dalam tanah sehingga tanah menjadi subur. Pemupukan yang tepat dapat berpengaruh terhadap kualitas umbi yang dihasilkan karena berkaitan dengan ketersediaan hara yang ada di dalam tanah. Tanah merupakan faktor utama dalam pembudidayaan tanaman ubi kayu agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pemberian pupuk anorganik pada ubi kayu disarankan 200 kg Urea,
4 100 kg SP36 dan 100 kg KCL/ha
(Balitkabi 2004). Ubi kayu yang dipanen terlalu cepat dapat merugikan petani. Hal ini disebabkan karena kadar pati dan berat kering yang dihasilkan masih rendah, sehingga kualitas ubi kayu kurang baik.
Rasa pahit pada ubi kayu berkorelasi dengan tingginya kadar senyawa sianida (HCN). Varietas ubi kayu dengan kandungan hidrogen sianida (HCN) >100 mg/berat segar umbi dapat menyebabkan keracunan sehingga tidak aman untuk dikonsumsi (Valle 2004). Sedangkan ubi kayu Sedangkan ubi kayu dengan kandungan hidrogen sianida (HCN) < 50 mg/berat umbi segar dan aman untuk dikonsumsi. Kadar pati dan HCN merupakan karakter penting pada ubi kayu untuk mengetahui kualitas tepung dan rasa pahit yang dapat diketahui dari kadar HCN yang terdapat pada ubi kayu. Pada tanaman ubi kayu kadar pati yang ada di dalamnya sebesar 17% dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan (Jennings & Iglesias. 2002).
Uji rasa umbi dapat dilakukan dengan cara dibersihkan terlebih dahulu, lalu dikupas kulit bagian luar dan kulit bagian dalamnya, kemudian dipotong sepanjang 10 cm. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengukusan. Setelah matang umbi kukus didinginkan, kemudian dicoba untuk mengetahui rasa dan teksturnya.
Berdasarkan hasil percobaan umbi kukus memiliki rasa yang tidak pahit. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Roslim et al. (2014) yang menyatakan bahwa ubi kayu variegata termasuk salah satu genotipe ubi kayu di Provinsi Riau dan memiliki rasa yang tidak pahit.
Untuk rasa daun muda rebus, diambil 5 helai daun muda ubi kayu,
kemudian rebus hingga matang. Setelah matang dinginkan. Warna air rebusan daun menjadi sedikit kuning. Hal ini dapat disebabkan karena pada daun ubi kayu variegata mengandung pigmen karotenoid sehingga air hasil rebusannya berwarna sedikit kuning. Berdasarkan hasil percobaan rasa daun rebus ubi kayu memiliki rasa pahit. Menurut Hidayat et al. (2002) daun muda ubi kayu lebih tinggi senyawa sianidanya dari pada daun dewasa. KESIMPULAN
Bardasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rasa umbi kukus ubi kayu variegata tidak pahit. Daun rebus ubi kayu variegata memiliki rasa yang pahit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2015 dari DP2M DIKTI atas nama Dr. Dewi Indriyani Roslim, M.Si. DAFTAR PUSTAKA
Balitkabi. 2004. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Malang. hlm 31.
El-Sharkawy MA. 2004. Cassava biology and physiology. Journal of Plant Mol Biol. 56 : 481–501. Hershey C. 2002. Strategic
enviromental assessment: anassessment of the impact of cassava production and processing on the enviroment and biodiversity. Proc of the validation Forumon the Global
5 cassava Development Strategy.
Rome vol.5. 137 p.
Hidayat A, Zuraida N, Hanarida I. 2002. The cyanogenic potential of roots and leaves of ninety nine cassava cultivars. Indonesian J Agric Sci 3:25-32.
Hilman Y, Kasno A, Saleh N. 2004.
Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian. Kontribusi terhadap
Ketahanan pangan dan Perkembangan Teknologi. Dalam: Makrim. Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Bogor.hlm 95-132.
Jennings DL, Iglesias C. 2002. Breeding for Crop Improvement. In: RJ Hillocks, JM Thresh, AC Bellotti. (eds). Cassava: Biology, Production, and Utilization CAB I nternational Publishing. P. 149-166.
Roslim DI, Herman, Sofyanti N. 2014. Plasma Nutfah Ubi Kayu dari Provinsi Riau. Pekanbaru : UR Press.
Rukmana R. 1997. Ubi kayu budidaya dan pasca panen. Yogyakarta. Kanisius.
Utomo DS, Nababan MVE, Pramono E. 2012. Pengaruh perlakuan fisika dan kimia terhadap kecepatan dan daya berkecambah benih botani ubi kayu F1 keturunan betina UJ 3. Jurnal Agrotropika . 17 (2): 52 – 57. Valle TL. 2004. Cyanide acid content in
progenies from crosses of bitter and sweet cassava cultivars. Bragantia 63(2):221-226.
http://dx.doi.org/10. 1590/S0006-87052004000200007.
Wargiono J. 2007. Wilayah potensial untuk pengembangan ubi kayu sebagai bahan baku industri bioetanol. Seminar Puslitbangtan. Bogor.
Wills RBH, Lee TH, Graham D, McGlason WB, Hall EG. 2005. Postharvest: An introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. 2nd Ed. AVI Publ.Co.
Zuraida N. 2010. Karakterisasi Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma Nutfah Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Buletin Plasma Nutfah 16 (1):49-56.