• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Motivasi Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Motivasi Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN PELATIHAN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR PUSAT

PT. BANK SUMUT MEDAN

TESIS

Oleh

JAM'AN HADI

107019037/IM

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN PELATIHAN

TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR PUSAT

PT. BANK SUMUT MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JAM'AN HADI

107019037/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR PUSAT PT. BANK SUMUT MEDAN

Nama Mahasiswa :

JAM'AN HADI

Nomor Pokok : 107019037

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

Tanggal lulus : Agustus 2012

(4)

Tanggal : Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

Anggota :

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul: Analisis Pengaruh Motivasi Dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pusat Pt. Bank Sumut Medan.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya, kecuali yang secara tertulis diacu dalam tesis ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012 Yang membuat Pernyataan,

(6)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR PUSAT

PT. BANK SUMUT MEDAN

ABSTRAK

PT. Bank Sumut sebagai alat kelengkapan otonomi daerah dibidang perbankan, berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebagai pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum seperti dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998. Banyak terjadi perubahan struktur organisasi termasuk penggantian para pejabat maupun staf dilingkungan PT. Bank Sumut sehingga banyak pegawai belum atau kurang memiliki pengetahuan sebagai bekal untuk melakukan tugas-tugasnya, untuk itulah dengan adanya motivasi dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi dan pelatihan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu motivasi dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan. Metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, dari 228 populasi diperoleh sampel sebanyak 70 orang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji serempak (uji F) dan secara parsial (uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi dan pelatihan secara serempak mempunyai pengaruh yan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Nilai dari R Square sebesar 73,0 % menunjukkan bahwa variasi dari variabel dependen (kinerja) dapat diterangkan oleh kedua variabel independen (motivasi dan pelatihan) dan sisanya 27% dipengaruhi variabel independen lainnya seperti pendidikan, disiplin dll yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian dengan uji t (secara parsial) menunjukkan bahwa motivasi dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel motivasi yang dominan pengaruhnya terhadap variabel kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan.

(7)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF MOTIVATION AND TRAINING ON THE PERFORMANCE OF THE EMPLOYEES

OF THE HEAD OFFICEOF PT. BANK SUMUT MEDAN

ABSTRACT

PT. Bank Sumut as the local autonomy fittings in the field of banking functions as the activator and the driving force of the acceleration of development in the provincial or district/municipal level, as the cashier who saves the money of local government, and as one of the sources of original locally-generated revenues through its activity as Public Bank as regulated in Law No.10/1998. The organizational structure of PT. Bank Sumut has changed a lot including the change of its officials and staff that many of them do not know how to implement their duties; therefore, motivation and training are intended to improve the performance of the employees. The purpose of this study was to find out and analyze the influence of motivation and trainings on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan. The hypothesis of this study was that motivation and trainings had a positive and significant influence on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan. The population of this study was 228 persons and 70 of them were selected to be the samples for this study based on Slovin formula. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests, F test and t test at the level of significant 95% or α =0.05. The result of F test showed that, simultaneously, motivation and trainings had a significant influence on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan with p = 0.000 and R Square = 73.0% which means that 73.0% of variation of dependent variable (performance) can be explained by both independent variables (motivation and training) and the remaining 275 is explained by the other independent variables such as education, discipline and so forth which are not included in this study. The result of t test showed that, partially, motivation and trainings had a positive and significant influence on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan and the variable of motivation had more dominant influence on the variable of the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan rasa syukur Kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan KaruniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis

ini. Di dalam penulisan tesis ini, peneliti telah berupaya dan berusaha dengan

segala kemampuan yang ada, namun peneliti menyadari dalam penulisan tesis ini

banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A (K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen dan juga selaku Ketua Komisi Pembanding yang telah banyak

memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekertaris Program Studi Ilmu

Manajemen.

5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penulisan Tesis ini.

6. Ibu Dr.Yenni Absah, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

(9)

7. Ibu Prof. Dr. Prihatin Lumbanraja, SE, M.Si selaku Anggota Komisi

Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan Tesis.

8. Ibu Dr. Beby KF Sembiring, MM selaku Anggota Komisi Pembanding yang

telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan Tesis ini.

9. Bapak Pimpinan PT. Bank Sumut Medan.

10. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

11. Orang tua saya, Ayahanda Abdul Rahman dan Ibunda Hindun atas semua kasih

sayang dan semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian Tesis ini.

12. Kepada istri saya tercinta Ertika Dewi dan kedua putri saya Suci Fadiya Hadi

dan Hayatul Althafunnisa Hadi yang dengan penuh kesabaran serta segala

bantuan, dukungan moral dan materialnya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan kuliah.

13. Rekan-rekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen Angkatan XIX, atas

bantuan dan dukungan selama peneliti menempuh studi dan dalam penulisan

Tesis ini.

Semoga ALLAH SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian kepada Peneliti.

Peneliti menyadari tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat

berguna bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan serta penelitian dalam

bidang sumber daya manusia.

Medan, Agustus 2012

Peneliti,

(10)

RIWAYAT HIDUP

JAM'AN HADI, lahir di Sei Ular, pada tanggal 15 Juni 1976 , anak pertama

dari dua bersaudara, dari pasangan Ayahanda Abdul Rahman dan Ibunda Hindun.

Pendidikan Sekolah Dasar ( SD ) Inpres Pematang Buluh Lulus Desa Sei. Ular

Tahun 1989. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Hinai Kiri Kec. Secanggang

Lulus Tahun 1992. Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Stabat Lulus Tahun 1995,

Starata-1 ( S1 ) di Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Wasliyah Medan

Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Lulus Tahun 2004, kemudian melanjutkan

pendidikan di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara pada tahun 2010. Bekerja sebagai Staf PT. Bank Sumut Medan

sejak 2007 sampai dengan sekarang.

Medan, Agustus 2012

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ………...………... i

ABSTRACT .. ………...………. ii

KATA PENGANTAR……….. iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL .... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu... ... 10

2.2. Teori Motivasi... ... 11

2.2.1. Pengertian Motivasi ... 11

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi ... 17

2.2.3. Tujuan Pemberian Motivasi ... 18

2.2.4. Pengukuran Motivasi Kerja ... 18

2.3. Teori Pelatihan ... ... 20

2.3.1. Pengertian Pelatihan ... 20

(12)

2.3.3. Manfaat Pendidikan dan Pelatihan ... 24

2.3.4. Dimensi-Dimensi Program Pendidikan dan Pelatihan... 26

2.3.5. Evaluasi Program Pelatihan... 26

2.3.6. Pelatihan di Tempat Kerja (On the Job Training/OJT) .... 27

2.4. Teori Kinerja……….. 28

2.4.1. Pengertian Kinerja………. .. 28

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja……… 30

2.4.3. Metode Penilaian Kinerja ... 32

2.5. Kerangka Konseptual ... 35

2.6. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian... ... 39

3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi... 39

3.3.2. Sampel... 40

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 42

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 42

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas... 43

3.7.1. Uji Validitas ... 44

3.7.2. Uji Reliabilitas... ... 46

3.8. Metode Analisis Data ... 47

3.8.1. Analisis Deskriptif ... 47

3.8.2. Analisis Statistik…... 47

(13)

3.9.1. Uji Normalitas ... 50

3.9.2. Uji Multikolinieritas …... 50

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 52

4.1. Hasil Penelitian………... 52

4.1.1. Sejarah Singkat Sejarah Singkat PT. Bank sumut..…… 52

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bank sumut………..……... 53

4.1.2.1. Visi PT. Bank sumut……….. 53

4.1.2.2. Misi PT. Bank sumut……….. 53

4.1.3. Tujuan dan Fungsi PT. Bank Sumut……….… 54

4.1.3.1. Tujuan Bank Sumut………. 54

4.1.3.2. Fungsi PT. Bank Sumut……… 54

4.1.4. Struktur Organisasi PT. Bank Sumut……….. 55

4.2. Karakteristik Responden……… 56

4.2.1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia ……… 56

4.2.2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin…….. 56

4.2.3. Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja………. 57

4.2.4. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan………. 58

4.3. Analisis Statistik Seskripsi……….……… 59

4.3.1. Penjelasan Responden Atas Motivasi (X1) ……… 59

4.3.2. Penjelasan Responden Pelatihan (X2) ………... 62

4.3.3. Penjelasan Responden Atas Kinerja (Y) ………..….. 65

4.4. Analisis Statistik Inferential………..………. 68

4.4.1. Pengujian Asumsi Klasik………. 68

(14)

4.4.1.2 Uji Multikolonieritas…..………..… 69

4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas……… 70

4.4.2. Pengujian Hipotesis……….……….………. 71

4.4.2.1 Uji Serempak……… 72

4.4.2.2 Uji Parsial………. 73

4.5. Pembahasan ………..………. 74

4.4.1. Pengaruh Variabel motivasi terhadap kinerja pegawai….. 74

4.4.2. Pengaruh Variabel pelatihan terhadap kinerja pegawai…. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..…………. 78

5.1. Kesimpulan………. 78

5.2. Saran………... 79

DAFTAR PUSTAKA ……….. 80

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Hasil Penilaian Kinerja Pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut…. 5

1.1. Jenis Pelatihan Yang diikuti pegawai Kantor Pusat ………….…. 7

3.1 Sampel Pegawai Lembaga Pelatihan SDP PT. Bank Sumut Medan 42

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 44

3.3 Hasil Uji Validitas Motivasi………. 44

3.4 Hasil Uji Validitas Pelatihan ………... 45

3.5 Hasil Uji Validitas Kinerja………...… 45

3.6 Hasil Uji Reliabilitas……….………..………. 46

4.1 Responden berdasarkan Usia ……….……… 56

4.2 Responden berdasarkan Jenis Kelamin……..………. 57

4.3 Responden berdasarkan Masa Kerja…….…….……… 57

4.4 Responden berdasarkan Pendidikan ………..……….. 58

4.5 Penjelasan Responden Atas Motivasi ……….………… 59

4.6 Penjelasan Responden Atas Pelatihan……….………… 62

4.7 Penjelasan Responden Atas Kinerja ………...……… 65

4.8 Hasil Uji Multikolinieritas………...……… 69

4.9 Hasil Uji Regressi Motivasi Dan Pelatihan ……….……….. 71

4.10 Nilai Koefisien Determinasi (R Square) ……….……… 72

4.11 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Serempak……...……… 72

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Model Kinerja……….. 33

2.2. Kerangka Konseptual……….. 38

4.1 Struktur Organisasi……….. ... 55

4.2 Diagram Pencar Hasil SPSS……….. . 69

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Angket/Kuesioner………. ………….………. 83

Lampiran 2. Data validitas dan reliabilitas………. 87

Lampiran 3. Data Responden……….. 92

(18)

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR PUSAT

PT. BANK SUMUT MEDAN

ABSTRAK

PT. Bank Sumut sebagai alat kelengkapan otonomi daerah dibidang perbankan, berfungsi sebagai penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah, bertindak sebagai pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum seperti dimaksudkan pada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998. Banyak terjadi perubahan struktur organisasi termasuk penggantian para pejabat maupun staf dilingkungan PT. Bank Sumut sehingga banyak pegawai belum atau kurang memiliki pengetahuan sebagai bekal untuk melakukan tugas-tugasnya, untuk itulah dengan adanya motivasi dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi dan pelatihan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu motivasi dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan. Metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, dari 228 populasi diperoleh sampel sebanyak 70 orang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji serempak (uji F) dan secara parsial (uji t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa motivasi dan pelatihan secara serempak mempunyai pengaruh yan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Nilai dari R Square sebesar 73,0 % menunjukkan bahwa variasi dari variabel dependen (kinerja) dapat diterangkan oleh kedua variabel independen (motivasi dan pelatihan) dan sisanya 27% dipengaruhi variabel independen lainnya seperti pendidikan, disiplin dll yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian dengan uji t (secara parsial) menunjukkan bahwa motivasi dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan. Hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel motivasi yang dominan pengaruhnya terhadap variabel kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan.

(19)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF MOTIVATION AND TRAINING ON THE PERFORMANCE OF THE EMPLOYEES

OF THE HEAD OFFICEOF PT. BANK SUMUT MEDAN

ABSTRACT

PT. Bank Sumut as the local autonomy fittings in the field of banking functions as the activator and the driving force of the acceleration of development in the provincial or district/municipal level, as the cashier who saves the money of local government, and as one of the sources of original locally-generated revenues through its activity as Public Bank as regulated in Law No.10/1998. The organizational structure of PT. Bank Sumut has changed a lot including the change of its officials and staff that many of them do not know how to implement their duties; therefore, motivation and training are intended to improve the performance of the employees. The purpose of this study was to find out and analyze the influence of motivation and trainings on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan. The hypothesis of this study was that motivation and trainings had a positive and significant influence on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan. The population of this study was 228 persons and 70 of them were selected to be the samples for this study based on Slovin formula. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests, F test and t test at the level of significant 95% or α =0.05. The result of F test showed that, simultaneously, motivation and trainings had a significant influence on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan with p = 0.000 and R Square = 73.0% which means that 73.0% of variation of dependent variable (performance) can be explained by both independent variables (motivation and training) and the remaining 275 is explained by the other independent variables such as education, discipline and so forth which are not included in this study. The result of t test showed that, partially, motivation and trainings had a positive and significant influence on the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan and the variable of motivation had more dominant influence on the variable of the performance of the employees of the Head Office of PT. Bank Sumut Medan.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut organisasi baik swasta

maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna menghadapi tuntutan

perubahan dan berupaya menyusun kebijakan yang selaras dengan perubahan

lingkungan. Organisasi harus mampu menyusun kebijakan yang tepat untuk

mengatasi setiap perubahan yang akan terjadi. Penyusunan kebijakan yang

menjadi perhatian manajemen salah satunya menyangkut pemberdayaan sumber

daya manusia.

Sumber daya perusahaan terdiri dari aset tangible maupun aset intangible

seperti kemampuan, proses organisasi, atribut-atribut perusahaan, informasi dan

pengetahuan. Sumber daya manusia merupakan sumber pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi.

Kemampuannya ini terus diasah oleh perusahaan dari waktu ke waktu dan

perusahaan terus mengembangkan keahliannya sebagai pilar perusahaan agar

selalu memiliki keunggulan kompetitif.

Setiap langkah perusahaan untuk mengembangkan diri dapat dengan

mudah ditiru oleh perusahaan lain, sehingga tidak mungkin terus menerus

dipertahankan sebagai competitive advantage. Sebaliknya, sumber daya manusia

merupakan sumber keunggulan kompetitif yang potensial yang dimiliki berupa

intelektualitas, sifat, keterampilan, karakter personal, serta proses intelektual dan

(21)

Pentingnya kontribusi sumber daya manusia sebagai salah satu faktor

pendukung kesuksesan perusahaan amat disadari oleh para pimpinan puncak

organisasi. Sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan pengembangan

berkesinambungan terhadap kuantitas dan kualitas "aset sumber daya manusia",

pengetahuan mereka melalui pelatihan sumber daya manusia atau merangsang

sumber daya manusia-nya agar "learning by doing" dalam sebuah semangat yang

termaksud dalam learning organization.

Membangun kemampuan sumber daya manusia yang didasari oleh

kapasitas perusahaan untuk mempertahankan pegawai, merupakan langkah awal

dalam penciptaan aset sumber daya manusia startegis. Namun langkah awal

tersebut tergantung pada proses organisasi untuk mencetak sumber daya manusia

yang kompeten dan kemampuan perusahaan untuk merekrut individu-individu

terbaik.

Faktor penentu keberhasilan atau kegagalan organisasi adalah faktor

sumber daya manusia. Keunggulan mutu bersaing suatu organisasi sangat

ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya. Penanganan sumber daya

manusia harus dilakukan secara menyeluruh dalam kerangka sistem pengelolaan

sumber daya manusia yang bersifat strategis, integrated, interrelated dan unity.

Organisasi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, memiliki

kompetensi tertentu yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan

pekerjaannya.

Paradigma lama manajemen sumber daya manusia atau yang biasanya

disebut manajemen personalia, selama ini memiliki fungsi spesialisasi yang

(22)

dengan perekrutan, pelatihan, pengupahan/penggajian dan sebagainya. Hasil yang

diperoleh dari pengelolaan sumber daya manusia yang baik dapat dipastikan

bahwa pegawai yang telah memenuhi kriteria yang dibutuhkan sesuai dengan

kebutuhannya masing-masing.

Paradigma lama manajemen sumber daya manusia lebih banyak melayani

manajemen fungsional yang lain dalam organisasi, seperti fungsi pemasaran

keuangan, produksi atau lainnya. Secara teori berbagai definisi tentang motivasi

biasanya terkandung keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan

dan insentif. Dengan demikian suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang

mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan dan motif itulah yang

menggerakkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak-tanduk seseorang

yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan. Dorongan seseorang untuk

bekerja dipengaruhi adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dan tingkat kebutuhan

yang berbeda pada setiap pegawai, sehingga dapat terjadi perbedaan motivasi

dalam berprestasi.

Motivasi sangat berperan dalam meningkatkan kinerja pegawai.

Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja pegawai (job

performance) atau hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Pegawai termotivasi untuk bekerja dengan semangat tinggi, apabila ia memiliki

keyakinan akan terpenuhinya harapan-harapan yang didambakan serta tingkat

manfaat yang akan diperolehnya. Motivasi yang timbul karena adanya

(23)

daya/kekuatan/dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu (perilaku)

bagi tercapainya tujuan organisasi ditempat bekerja.

Tenaga kerja yang kompeten atau ahli, disiplin dan produktif sesuai

dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar

hubungan kerja, perlu diadakan pelatihan kerja sesuai dengan persyaratan jabatan

pekerjaan yang diperlukan. Pelatihan kerja dapat dilakukan secara non jenjang

dan/atau berjenjang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali,

meningkatkan dan mengembangkan kerja peserta pelatihan.

Keberhasilan organisasi adalah dengan cara melihat hasil kinerja. Sasaran

yang menjadi obyek kinerja adalah kecakapan, kemampuan pegawai dalam

melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang di evaluasi dengan menggunakan

tolak ukur tertentu secara obyektif dan dilakukan secara berkala. Dari hasil

penilaian dapat dilihat kinerja organisasi yang dicerminkan oleh kinerja pegawai

atau dengan kata lain, kinerja merupakan hasil kerja konkret yang dapat diamati

dan diukur.

Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya, yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman

dan keunggulan serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin dengan

baik. Kinerja juga merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu

yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik

kuantitas maupun kualitas.

Pada umumnya, tujuan setiap organisasi, baik organisasi publik maupun

(24)

tugas-tugasnya secara efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi kerja dapat

diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan pegawai untuk meningkatkan

kemampuan kerjanya. Dengan demikian, pengembangan pegawai merupakan

upaya untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja pegawai dalam mencapai

hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan.

Perbaikan efektivitas dan efisiensi kerja itu dapat dilakukan dengan cara

pelatihan. Kemampuan pegawai terhadap pelaksanaan tugas maupun pengetahuan

umum yang mempengaruhi pelaksanaan tugas sangat menentukan keberhasilan

dalam pelaksanaan tugas dengan baik. Pegawai yang kurang memiliki

kemampuan yang cukup tentang bidang kerjanya akan bekerja tersendat-sendat.

Fenomena yang berkembang di Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan

terkait dengan masih ditemukan divisi yang tidak mengalami perubahan hasil

kinerja dan belum optimal dalam meningkatkan kinerja.

Motivasi yang ada pada setiap pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut

harus dikembangkan dengan baik. Dengan diberikannya motivasi bagi pegawai

akan berdampak terhadap semakin tingginya disiplin kerja. Motivasi merupakan

salah satu usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai. Motivasi dan kinerja

adalah dua elemen yang konstruktif dan korelatif. Keduanya saling mensyaratkan

dan tidak bisa dilepaskan dengan yang lain. Prestasi kerja pegawai akan rendah

apabila tidak mempunyai motivasi untuk melaksanakan pekerjaan itu. Sebaliknya

kalau pegawai tersebut mempunyai motivasi yang tinggi untuk melaksanakan

pekerjaan tersebut maka pada umumnya tingkat kinerja pegawai akan tinggi.

Pada dasarnya pelatihan merupakan proses yang berlanjut dan bukan

(25)

berkembang pesat seperti saat ini, peran pelatihan sangat besar peranannya untuk

membekali pegawai agar lebih kreatif dalam mencapai tujuan perusahaan secara

efektif dan efisien. Sementara secara umum tujuan pelaksanaan pelatihan adalah

memperbaiki efektifitas dan efisiensi kerja pegawai dalam melaksanakan dan

mencapai sasaran program-program kerja yang telah ditetapkan perusahan.

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Motivasi Dan

Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut

Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah motivasi dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan?.

2. Apakah motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan?.

3. Apakah pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi dan pelatihan

(26)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi terhadap kinerja

pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelatihan terhadap kinerja

pegawai Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh adalah :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pusat PT. Bank Sumut Medan

didalam menyikapi fenomena yang terjadi terkait motivasi dan pelatihan

dapat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja pegawai Kantor Pusat PT.

Bank Sumut Medan.

2. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan Bagi Kalangan Akademis tentang

bagaimana pengaruh motivasi dan pelatihan dapat bermanfaat untuk

meningkatkan kinerja pegawai

3. Bagi Pihak Lain

Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya sebagai

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Yulius (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh

Diklat, Kemampuan, Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Aparatur Industri di Daerah Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

variabel dominan yang mempengaruhi kinerja pegawai. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, daftar pertanyaan, dan studi

dukumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Diklat,

Kemampuan, Motivasi kerja dan Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja pegawai dan yang paling dominan berpengaruh

terhadap kinerja pegawai adalah motivasi.

Simanungkalit (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Teknis Serta Motivasi Terhadap Kinerja

Alumni Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I di Medan”. Dalam

penelitian ini bertujuan untuk melihat variabel yang dominan yang mempengaruhi

kinerja pegawai Alumni Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I di

Medan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, kuesioner,

dan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier.

Ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Pelatihan dan Motivasi

(28)

Gunawan (2008) meneliti dengan judul “ Analisis Pengaruh Motivasi

Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Bank

Agroniaga Tbk Cabang Bandung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan menganalisis pengaruh motivasi kerja, serta budaya organisasi terhadap

kinerja pegawai dan mengetahui dan menganalisis pengaruh penghargaan, serta

pendidikan dan pelatihan kerja terhadap motivasi kerja pegawai pada PT. Bank

Agroniaga Tbk Cabang Bandung. Metode analisis data dengan menggunakan

analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda. Hasil

penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa motivasi kerja dan budaya

organisasi secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai pada

PT. Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung. Secara parsial budaya organisasi

berpengaruh lebih dominan daripada motivasi kerja. Terhadap kinerja pegawai.

Selanjutnya pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa, penghargaan serta

pendidikan dan pelatihan kerja secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

motivasi kerja pegawai pada PT. Bank Agroniaga Tbk Cabang Bandung, dan

secara parsial penghargaan berpengaruh lebih dominan daripada pendidikan dan

pelatihan kerja terhadap motivasi kerja pegawai.

2.2. Teori Motivasi

2.2.1. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam diri pegawai yang

mengaktifkan, menggerakkan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan

karena itu kunci untuk mengerti motivasi adalah memahami hubungan kebutuhan,

dorongan dan tujuan (Rivai 2006:148), dorongan adalah motif dari dalam diri

(29)

diri pada kelompok agar berkerja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan sesuai dengan perancanaan dan pola organisasi. Mengarahkan

perilaku adalah suatu konstruksi yang mengaktifkan dan cara memberi dorongan

atau daya pada organisasi untuk melakukan aktivitas.

Menurut Robin (2003:133) Pengertian motivasi adalah kemauan untuk

berusaha ketingkat yang lebih tinggi menuju tercapainya tujuan organisasi tanpa

mengabaikan kemauan untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan pribadi. Sementara Gibson (2000:138) mendefinisikan

motivasi adalah kekuatan yang mendorong seorang pegawai yang dapat

menimbulkan dan mengarahkan perilaku.

Motivasi kerja diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau

semangat kerja, atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Mathis (2001:276) adalah

atasan, rekan kerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang

dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan.

Menurut Buchari (2000:79) motivasi merupakan salah satu unsur pokok

dalam perilaku seseorang, motivasi adalah suatu proses psikologi, kadang-kadang

istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-istilah lainnya, seperti kebutuhan

(need), keinginan (want), dorongan (drive). Sementara Gibson (2000:127)

mendefinisikan motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri pegawai

yang memulai dan mengarahkan perilaku.

Buhler, (2004:191) memberikan pendapat tentang pentingnya motivasi

sebagai berikut: “Motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan

(30)

Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya

sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja

setinggi-tingginya bagi para karyawan dalam perusahaan”. Pengertian motivasi erat

kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna

mencapai tujuan. Ada hubungan yang kuat antara kebutuhan motivasi, perbuatan

atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan, karena setiap perubahan senantiasa berkat

adanya dorongan motivasi. Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan dan

karenanya perbuatan tesebut terarah pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan

telah tercapai maka akan tercapai kepuasan dan cenderung untuk diulang kembali,

sehingga lebih kuat dan mantap.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai motivasi sebagaimana telah

diuraikan di atas maka dapat dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah

kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau

activities) dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian

kebutuhan, memberi kepuasan maupun mengurangi ketidakseimbangan. Motivasi

itu tidak akan ada jika tidak dirasakan rangsangan, hal semacam di atas yang

akan menumbuhkan motivasi dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat

menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan

atau pencapaian keseimbangan.

Mc Gregor dalam Rivai (2006:142) mengemukakan dua pandangan yang

saling bertentangan tentang kodrat manusia, yang dia sebutkan sebagai teori X

dan teori Y. Dalam teori X, Mc Gregor berasumsi bahwa “manusia pada dasarnya

(31)

Teori Y didasarkan kepada asumsi bahwa “manusia pada dasarnya suka bekerja

sama, tekun bekerja dan bertanggung jawab”.

Teori X selanjutnya mengasumsikan adanya kesederhanaan di kalangan

massa karena rata-rata manusia ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai

ambisi yang relatif sedikit, menginginkan jaminan keselamatan dan lebih suka

pengikut, sementara teori Y dimulai dengan asumsi bahwa manajemen

bertanggung jawab atas pengorganisasian unsur-unsur produksi, yaitu uang,

bahan-bahan, peralatan dan pegawai tapi kesamaan itu berakhir di sini.

Teori Y mengemukakan, motivasi, potensi untuk berkembang, kapasitas

untuk memikul tanggung jawab dan kesediaan untuk mengarahkan perilaku ke

arah perwujudan tujuan-tujuan organisasi. Kesemuanya terdapat dalam diri

individu tetapi menjadi tanggung jawab manajemen di dalam pengembangannya.

Maslow, dalam Rivai (2006:176) telah mengembangkan sebuah teori

motivasi, ia menyebutkan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia dapat

dimasukkan ke dalam 5 (lima) kategori yang disusun menurut prioritas, yaitu:

1. Kebutuhan yang bersifat psikologis.

2. Kebutuhan akan jaminan keamanan.

3. Kebutuhan sosial.

4. Kebutuhan yang bersifat pengakuan dan penghargaan.

5. Kebutuhan akan kesempatan mengembangkan diri.

Mathis (2003:256) menyatakan, bahwa orang yang memiliki motivasi

berprestasi memiliki dorongan untuk berkembang dan tumbuh, serta ingin

berhasil. Karakteristik pegawai yang berorientasi prestasi, pegawai bekerja keras

(32)

terdapat sedikit resiko gagal, dan apabila mendapatkan balikan spesifik tentang

prestasi di waktu lalu. Para manajer, cenderung mempercayai bawahannya sendiri,

mau berbagi dan menerima gagasan secara terbuka, menetapkan tujuan tinggi, dan

berharap bahwa pegawainya juga akan berorientasi prestasi. Individu yang tinggi

motivasi berprestasi, akan menunjukkan keutamaan yang tinggi kepada situasi

yang sederhana, yaitu kemungkinan derajat mencapai keberhasilan dan kegagalan

adalah sama. Sebaliknya, orang-orang yang rendah motivasi kerjanya, suka

kepada situasi yang sangat sukar atau sangat mudah mencapai keberhasilan.

Ciri-ciri yang ada pada individu yang mempunyai motivasi kerja atau pencapaian yang

tinggi:

1. Suka membuat kerja yang berkaitan dengan prestasi,

2. Suka mengambil risiko yang sederhana,

3. Lebih suka membuat kerja yang mana individu itu bertanggung jawab bagi

keberhasilan kerja itu,

4. Suka mendapat kemudahan tentang kerja itu,

5. Lebih mementingkan masa depan daripada masa sekarang dan masa lalu,

6. Tabah apabila menemui kegagalan.

Sifat-sifat tersebut dikatakan sebagai puncak yang membedakan

seseorang. Seseorang individu itu lebih berhasil daripada individu yang lain

karena mereka mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi. Keinginan ini

memberi mereka motivasi untuk bekerja dengan lebih tekun. Individu dengan

kebutuhan tinggi untuk berprestasi, lebih menyukai situasi pekerjaan dengan

(33)

Bila karakteristik-karakteristik ini berlaku, peraih prestasi tinggi akan

termotivasi. Bukti dengan konsisten memperagakan, misalnya bahwa peraih

prestasi tinggi, sukses dalam kegiatan wiraswasta, seperti menjalankan bisnis

mereka sendiri dan mengelola unit mandiri di dalam sebuah organisasi yang besar.

Beberapa langkah untuk mengembangkan motivasi berprestasi, adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan-tujuan atau hasil-hasil akhir dari kegiatan, harus bersifat khusus dan

ditentukan dengan tegas;

2. Tujuan-tujuan atau hasil-hasil yang diinginkan untuk dicapai, harus

menunjukkan suatu tingkat resiko yang sedang untuk individu-individu yang

terlibat. Ini berarti bahwa tujuan-tujuan harus mengandung resiko yang tinggi,

sehingga akan mengejutkan atau menghalang-halangi individu yang terlibat;

3. Tujuan-tujuan harus mempunyai sifat sedemikian rupa, sehingga tujuan-tujuan

tersebut sewaktu-waktu dapat disesuaikan sebagai jaminan situasi, terutama

apabila tujuan-tujuan tersebut berbeda banyak;

4. Individu-individu harus diberi umpan balik yang seksama dan jujur mengenai

prestasi mereka;

5. Individu-individu diberi tanggung jawab untuk suksesnya hasil dari

kegiatan-kegiatan mereka. Tanggung jawab terhadap hasil-hasil ini, harus merupakan

tanggung jawab yang sungguh-sungguh;

6. Penghargaan-penghargaan dan hukuman-hukuman dengan hasil kerja yang

sukses atau yang gagal, harus dihubungkan dengan selayaknya dengan

(34)

Artinya, harus ada penghargaan yang besar untuk hasil kerja yang besar, dan

sebaliknya, hanya ada hukuman-hukuman yang ringan bagi mereka yang

kegagalannya sedikit.

Berdasarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

motivasi kerja pegawai dalam penelitian ini adalah persepsi peserta diklat

terhadap suatu perangsang/dorongan keinginan dan daya gerak yang

menyebabkan seorang pegawai/peserta bersemangat dalam melaksanakan

tugasnya, karena terpenuhi kebutuhannya.

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Pandangan para ahli mengenai motivasi, menimbulkan pertanyaan

bagaimanakah kiranya para pimpinan organisasi dapat memanfaatkan

pengetahuannya untuk memperbaiki pemahaman tentang perilaku individu dalam

organisasi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut Mathis

(2003:224) adalah

1. Atasan

2. Rekan kerja,

3. Sarana fisik,

4. Kebijaksanaan

5. Peraturan

6. Imbalan jasa uang dan non uang,

(35)

2.2.3. Tujuan Pemberian Motivasi

Lindner (2000:187), mengemukakan bahwa: pemberian motivasi adalah

sesuatu yang sangat penting yang dilakukan oleh para manajer untuk dapat

bertahan. Pegawai yang termotivasi dibutuhkan untuk merubah lingkungan kerja

secara cepat. Pegawai yang termotivasi membantu organisasi untuk bertahan.

Pegawai yang termotivasi akan lebih produktif, kreatif dan inisiatif. Untuk itu

manajer perlu memahami apa yang memotivasi pegawai berkaitan dengan peran

yang ditampilkan.

Pemberian motivasi pada dasarnya adalah memberi kepuasan kerja kepada

pegawai dengan harapan pegawai akan bekerja dan mempunyai produktivitas

yang lebih baik lagi di dalam bekerja yang pada akhirnya kinerja organisasi juga

akan semakin baik.

2.2.4. Pengukuran Motivasi Kerja

Pengukuran motivasi kerja dapat diketahui dengan melakukan survei

dalam mendiagnosis bidang masalah tertentu kepada pegawai, sebagai contoh,

kuesioner diberikan guna mengumpulkan ide untuk memperbaiki sistem

penghargaan kinerja atau untuk menentukan seberapa puas para pegawai dengan

program tunjangan mereka. Mathis (2003:90), menyatakan bahwa: salah satu jenis

survei yang sering dilakukan oleh banyak organisasi adalah survei sikap (attitude

survey) yang berfokus pada perasaan dan keyakinan para pegawai tentang

pekerjaannya dan organisasi. Dengan berfungsi sebagai cara untuk mendapatkan

data tentang cara para pegawai memandang pekerjaan, supervisor mereka, rekan

kerja mereka, kebijakan dan praktik organisasional, pengembangan dan jaminan

(36)

awal mula untuk meningkatkan motivasi kerja untuk periode waktu yang lebih

lama.

Murray dalam Mangkunegara (2006:72), menyatakan bahwa: pengukuran

motivasi dapat dilakukan dengan melihat karakter orang sebagai berikut:

1. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.

2. Kreatif dan inovatif.

3. Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan.

4. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan.

5. Selalu mencari sesuatu yang baru.

6. Berkeinginan menjadi orang terkenal atau menguasai bidang tertentu.

7. Melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang memuaskan.

8. Inisiatif kerja tinggi.

9. Melakukan sesuatu yang lebih baik dari pada orang lain.

Robbins dalam Sayuti (2006:75), menyebutkan bahwa pengukuran

motivasi kerja dapat dilakukan dengan melihat pada beberapa aspek antara lain

sebagai berikut:

1. Mempunyai sifat agresif.

2. Kreatif di dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Mutu pekerjaan meningkat dari hari ke hari.

4. Mematuhi jam kerja.

5. Tugas yang diberikan dapat diselesaikan sesuai dengan kemampuan.

6. Inisiatif kerja yang tinggi dapat mendorong prestasi kerja.

7. Kesetiaan dan kejujuran.

(37)

9. Tercapai tujuan perorangan dan tujuan organisasi.

10. Menghasilkan informasi yang akurat dan tepat.

2.3. Teori Pelatihan

2.3.1. Pengertian Pelatihan

Menurut Mangkuprawira (2004:96), Pelatihan adalah sebuah proses

mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar pegawai semakin

terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik,

sesuai dengan standart. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan

ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera. Menurut

Gomes (2000:154), Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi

pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya,

atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.

Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,

meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,

sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tetertentu, sesuai

dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Menurut Nasution

(2000:47), Pelatihan adalah suatu proses, teknis dan metode belajar mengajar

dengan maksud mentransfer suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang

lain sesuai dengan standard yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelatihan adalah

suatu proses yang sistematik untuk pengembangan pengetahuan, meningkatkan

ketrampilan dan memperbaiki perilaku yang berguna untuk mencari kecocokan

antara kemampuan dan permintaan kebutuhan organisasi dalam upaya mencapai

tujuan. Menurut Rivai (2005:132) Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan

(38)

ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif

singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktek daripada teori,

sementara ketrampilan adalah meliputi pengertian physical skill, social skill,

managerial skill dan lain-lain. Lebih lanjut disebutkan bahwa pengertian

pelatihan adalah proses secara sistimatis mengubah tingkah laku pegawai untuk

mencapai tujuan organisasi, pelatihan berkaitan dengan keahlian dan

kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini dan membantu

pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar lebih berhasil

dalam melaksanakan pekerjaannya.

Pengertian pelatihan adalah juga proses belajar mengajar dengan

menggunakan teknik dan metode tertentu. Secara konsepsional dapat dikatakan

bahwa latihan dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan dan kemampuan

kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya sasaranya adalah seseorang atau

sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang efisiensi,

efektivitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu dan dapat ditingkatkan

secara terarah dan progmatik.

Berdasarkan uraian sebelumnya secara ringkas dapat dikemukakan bahwa

dalam pengembangan pegawai istilah-istilah yang sering dipakai, baik dalam buku

maupun praktek, adalah: “pendidikan”, “pengembangan” dan “latihan”.

Pendidikan ialah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum

seseorang termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan

memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan untuk

(39)

Pengembangan pegawai dapat diartikan dengan usaha-usaha untuk

meningkatkan ketrampilan maupun pengetahuan umum bagi pegawai agar

pelaksanaan pencapaian tujuan lebih efisien. Dalam pengertian ini, maka istilah

pengembangan akan mencakup pengertian latihan dan pendidikan yaitu sarana

peningkatan ketrampilan dan pengetahuan umum bagi pegawai.

Pengertian latihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan

kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi. Latihan membantu

pegawai dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna

meningkatkan ketrampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi

dalam usaha mencapai tujuannya. Pendidikan dan latihan adalah suatu proses

yang akan menghasilkan suatu perubahan perilaku. Secara konkrit penataran

perilaku berbentuk meningkatkan kemauan dan kemampuan itu mencakup

kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Pada garis besarnya dibedakan adanya dua macam metode atau

pendekatan yang digunakan dalam pendidikan dan pelatihan pegawai yakni :

1. Metode di luar pekerjaan (Off the Job Site)

Pendidikan dan pelatihan dengan menggunakan metode ini berarti pegawai

sebagai peserta pelatihan ke luar sementara dari kegiatan atau pekerjaannya.

Kemudian mengikuti pendidikan atau pelatihan, dengan menggunakan

teknik-teknik belajar mengajar seperti lazimnya. Pada umumnya metode ini mempunyai

dua macam teknik, yaitu :

a. Teknik presentasi informasi, dengan menyajikan informasi, yang tujuannya

(40)

peserta yang nantinya akan diadopsi oleh peserta pelatihan di dalam

pekerjaannya nanti.

b. Metode-metode simulasi, merupakan suatu peniruan karakteristik atau

perilaku tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga peserta pelatihan

dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya di tempat kerja.

Metode-metode simulasi ini mencakup simulator alat-alat, studi kasus, permainan

peranan, teknik penyelesaian berbagai macam masalah.

2. Metode di dalam pekerjaan (On the Job Site)

Pelatihan ini berbentuk penugasan pegawai-pegawai baru kepada pegawai

yang sudah berpengalaman untuk membimbing atau mengajarkan kepada para

pegawai baru. Para pegawai baru ini diharapkan dapat memberikan suatu

contoh-contoh pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan

yang jelas dan konkret, yang akan dikerjakan oleh pegawai baru tersebut segera

setelah pelatihan berakhir. Cara ini biasa disebut sebagai mentoring. Cara ini

dianggap sangat ekonomis dan efisien karena karena tidak perlu membiayai para

trainers dan trainee.

Setelah berakhirnya pendidikan dan pelatihan, seyogianya dilakukan

evaluasi terhadap proses dan hasilnya. Evaluasi terhadap proses mencakup

organisasi penyelenggaraan pelatihan dan penyampaian materi pelatihan.

Sedangkan evaluasi terhadap hasil mencakup evaluasi sejauh mana materi yang

diberikan itu dapat dikuasai atau diserap oleh peserta pelatihan. Cara melakukan

evaluasi ini dapat secara formal dalam arti dengan mengedarkan kuisioner yang

harus diisi oleh para peserta pelatihan. Tetapi juga dapat dilakukan secara

(41)

2.3.2. Faktor-faktor yang Berperan dalam Pelatihan

Menurut Rivai (2006), ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan

dan berperan dalam pelatihan, yaitu:

1. Efektivitas biaya.

2. Materi program yang dibutuhkan.

3. Prinsip-prinsip pembelajaran.

4. Ketepatan dan kesesuaian fasilitas.

5. Kemampuan dan preferensi peserta pelatihan.

6. Kemampuan dan preferensi instruktur pelatihan.

2.3.3. Manfaat Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai merupakan sebuah proses

mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar pegawai semakin

trampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik,

sesuai dengan standar. Biasanya pendidikan dan pelatihan merujuk pada

pengembangan ketrampilan bekerja yang dapat digunakan dengan segera.

Sedangkan pengembangan sering dikategorikan secara eksplisit dalam

pengembangan manajemen, organisasi, dan pengembangan individu pegawai.

Pengembangan lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan organisasi jangka panjang

(Tanjung, 2003:67). Menurut Sirait (2006:76), “Manfaat pendidikan dan pelatihan

juga dirasakan di kemudian hari, di samping kenyataan bahwa apabila

membicarakan pendidikan dan pelatihan berarti kita membicarakan juga

pengembangan. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan dan pelatihan

(42)

1. Program orientasi belum cukup bagi penyelesaian tugas-tugas, meskipun

program orientasi dilakukan secara lengkap.

2. Adanya perubahan-perubahan dalam teknik penyelesaian tugas.

3. Adanya jabatan-jabatan baru yang memerlukan ketrampilan-ketrampilan.

4. Ketrampilan pegawai kurang memadai untuk menyelesaikan tugas.

5. Penyegaran atau mutasi.

Sering kali orang yang sudah bosan menjadi tidak sadar bahwa apa yang

dilakukannya tidak baik lagi. Pendidikan dan Pelatihan dapat memperbaiki skill

dan kebiasaan kerja yang kurang baik.

Mello (2002) “Organization can benefit from training, beyond bottom line and general efficiency and profitability measures, when they create more flexible workers who can assume varied responsibilities and have a more holistic understanding of what the organization does and the role they play in the organization’s success. Providing employees with broader knowledge and skills and emphasizing and supporting on going employee development also help organizations reduce layers of managements and make employees more accountable for results. Everyone (employees, employers, and customers) benefits from effective and development programs”

(43)

2.3.4. Dimensi-Dimensi Program Pendidikan dan Pelatihan

Dimensi program pendidikan dan pelatihan yang efektif yang diberikan organisasi kepada pegawainya dapat diukur melalui:

1. Isi pendidikan dan pelatihan, yaitu apakah isi program pendidikan dan

pelatihan relevan dan sejalan dengan kebutuhan, dan apakah pelatihan itu up

to date.

2. Metode Pendidikan dan pelatihan, apakah metode pendidikan dan pelatihan

yang diberikan sesuai untuk subjek itu dan apakah metode pendidikan dan

pelatihan tersebut sesuai dengan gaya belajar peserta.

3. Sikap dan ketrampilan instruktur, yaitu apakah instruktur mempunyai sikap

dan ketrampilan yang dapat mendorong orang untuk belajar.

4. Lama waktu pendidikan dan pelatihan, yaitu berapa lama waktu pemberian

materi pokok yang harus dipelajari dan seberapa cepat tempo penyampaian

materi tersebut.

5. Fasilitas pendidikan dan pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan dapat dikendalikan oleh instruktur, apakah relevan

dengan jenis pelatihan dan apakah maknanya memuaskan (Sofyandi,

2008:44).

2.3.5. Evaluasi Program Pelatihan

Evaluasi Program Pelatihan merupakan kegiatan untuk menilai mutu

penyelenggaraan pelatihan secara menyeluruh dengan memperhatikan masukan,

proses dan keluaran. Sistematika evaluasi program pelatihan, terdiri atas;

1. Judul/Nama Pelatihan

(44)

a. Masukan

b. Proses

c. Keluaran

3. Hasil evaluasi program, yaitu ;

a. Masing-masing unsur yang dinilai

b. Penilaian (Assessment)

c. Nilai menggunakan indek huruf (A, B, C dan D)

2.3.6. Pelatihan di Tempat Kerja (On the Job Training/OJT)

Pelatihan di tempat kerja merupakan kegiatan untuk mendapatkan

pengalaman kerja di dunia usaha/industri atau perusahaan atau lembaga/instansi

terkait dengan\judul/nama pelatihan (program pelatihan), dan dilaksanakan secara

sistematis dan terpadu dengan bimbingan dari pegawai ahli atau supervisor di

bidangnya, sehingga lulusan program pelatihan memiliki wawasan dunia kerja

sehingga menjadi siap bekerja untuk menduduki suatu jabatan/pekerjaan.

Pelatihan di Tempat Kerja dirancang dengan memperhatikan kebutuhan

Program Pelatihan dituangkan kedalam bentuk format Rancangan Pelatihan di

tempat kerja segmen pada lampiran 2 (dua) pada format Pelatihan. Format

Rancangan Pelatihan di tempat kerja, sebagai berikut :

a. Judul/nama Pelatihan :

b. Nama Peserta Pelatihan

c. Nama Lembaga/Perusahaan

d. Kegiatan di tempat kerja

e. Pembimbing di tempat kerja

(45)

2.4. Teori Kinerja

2.4.1. Pengertian Kinerja

Para ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi

menjelaskan konsep kinerja (performance) dengan menggunakan ungkapan

bahasa dan tinjauan dari sudut pandang yang berbeda-beda namun makna yang

terkandung pada hakekatnya sama, yaitu catatan outcome yang dihasilkan dari

fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama suatu periode waktu tertentu.

Kinerja pegawai merupakan aspek yang penting dalam manajemen sumber

daya manusia beberapa pengertian yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

Sedarmayanti (2007:70) menyatakan bahwa kinerja merupakan sistem yang

digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang karyawan telah

melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan, atau merupakan perpaduan dari

hasil kerja (apa yang harus dicapai seseorang) dan kompetensi (bagaimana

seseorang mencapainya). Mangkunegara (2006:64) menyatakan bahwa kinerja

sumber daya manusia merupakan istilah dari kata Job Performance atau Actual

Performance (Prestasi Kerja) adalah Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seseorang pegawai di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan untuk mencapai tujuan organisasi. Kualitas

adalah kemampuan yang dimiliki pegawai yang lebih berorientasi pada intelejensi

dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki pegawai. Kuantitas

adalah jumlah kerja yang dilaksanakan oleh seseorang pegawai dalam suatu

periode tertentu. Tujuan organisasi adalah keadaan atau tujuan yang ingin dicapai

(46)

Kustriyanto dalam Mangkunegara (2006:98) juga menyatakan bahwa

kinerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja

persatuan waktu. Selanjutnya Handoko (2001:76) menyatakan bahwa kinerja

(perfomance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi

mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan dimana dalam kegiatan ini

dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik

kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.

Rivai (2003:175) menyatakan bahwa; prestasi kerja atau kinerja adalah

kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian, dalam pencapaian tujuan

perusahaan. Oleh karena itu kontribusi tersebut perlu diukur seberapa besar

pengaruhnya terhadap nilai yang diberikannya dalam mencapai tujuan

perusahaan. Proses penilaian kinerja sangat berhubungan dengan keahlian

karyawan. Dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal, perusahaan

membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi. Pada saat yang sama karyawan

memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman bagi

tindakan-tindakan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penilaian seharusnya

menggambarkan kinerja karyawan.

Menurut Simanjuntak (2005:115) kinerja adalah tingkat pencapaian hasil

atas pelaksanaan tugas tertentu dalam hal ini mencakup kinerja individu, kinerja

kelompok, kinerja perusahaan yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern.

Menurut Furtwengler (2002:134) kinerja dilihat dari hal kecepatan, kualitas,

layanan dan nilai maksudnya kecepatan dalam proses kerja yang memiliki kualitas

yang terandalkan dan layanan yang baik dan memiliki nilai merupakan hal yang

(47)

Dharma (2005:44) menyatakan bahwa penilaian kinerja didasarkan pada

pemahaman, pengetahuan, keahlian, kepiawaian dan prilaku yang diperlukan

untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan analisis tentang atribut

perilaku seseorang sesuai kriteria yang ditentukan untuk masing-masing

pekerjaan. Menurut Mahsun (2006:62) bahwa kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program, kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam

strategic planning suatu organisasi.

Menurut Robertson dalam Mahsun (2006:98) juga menyatakan bahwa

pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap

tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas

efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang/jasa, kualitas

barang/jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan.

2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut Mahsun

(2006:57) ada beberapa elemen pokok yaitu :

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

4. Evaluasi kinerja/feed back, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Konteks pemerintahan sebagai sektor publik menurut Mahsun (2006:45)

bahwa ada beberapa aspek yang dapat dinilai kinerjanya :

(48)

2. Kelompok Proses (Proccess).

3. Kelompok Keluaran (Output).

4. Kelompok Hasil (Outcome).

5. Kelompok Manfaat (Benefit).

6. Kelompok Dampak (Impact).

Fokus pengukuran kinerja sektor publik justru terletak pada outcome dan

bukan input dan proses outcome yang dimaksudkan adalah outcome yang

dihasilkan oleh individu ataupun organisasi secara keseluruhan, outcome harus

mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat menjadi tolok ukur

keberhasilan organisasi sektor publik.

Menurut Mangkunegara (2006:54) terdapat aspek-aspek standar pekerjaan

yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif meliputi :

Aspek kuantitatif yaitu :

1. Proses kerja dan kondisi pekerjaan,

2. Waktu yang dipergunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan,

3. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan, dan

4. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja

Aspek kualitatif yaitu :

1. Ketepatan kerja dan kualitas pekerjaan,

2. Tingkat kemampuan dalam bekerja,

3. Kemampuan menganalisis data atau informasi, kemampuan atau

kegagalan menggunakan mesin atau peralatan, dan

(49)

2.4.3. Metode Penilaian Kinerja

Menurut Muljadi (2006:73) bahwa seluruh aktivitas organisasi harus

diukur agar dapat diketahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas organisasi,

pengukuran dapat dilakukan terhadap masukan (input) dari program organisasi

yang lebih ditekankan pada keluaran (output), proses, hasil (outcome), manfaat

(benefit) dan dampak (impact) dari program organisasi tersebut bagi kesejahteraan

masyarakat.

Pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan yang

meliputi :

1. Penetapan indikator kinerja

2. Penentuan hasil capaian indikator kinerja

Menurut Palmer dalam Mahsun (2006:46) terdapat beberapa jenis

indikator kinerja Pemerintah Daerah antara lain :

1. Indikator biaya (misalnya biaya total, biaya unit)

2. Indikator produktivitas (misalnya jumlah pekerjaan yang mampu dikerjakan

pegawai dalam jangka waktu tertentu)

3. Tingkat penggunaan (misalnya sejauhmana layanan yang tersedia

digunakan)

4. Target waktu (misalnya waktu rata-rata rata yang digunakan untuk

menyelesaikan satu unit pekerjaan)

5. Volume pelayanan (misalnya perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang

harus diselesaikan pegawai)

6. Kebutuhan pelanggan (jumlah perkiraan atas tingkat volume pekerjaan yang

(50)

7. Indikator kualitas pelayanan

8. Indikator kepuasan pelanggan

9. Indikator pencapaian tujuan.

Menurut Mahsun (2006:54) bahwa indikator kinerja terdiri dari :

1. Pelayanan yang tepat waktu dan berkualitas,

2. Tingkat keterampilan pendidikan yang sesuai dengan bidang kerja,

3. Kehadiran/keterlambatan

Cara pengukuran kinerja menurut Muljadi (2006:62) terdiri dari :

1. Membandingkan kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan.

2. Membandingkan kinerja nyata dengan hasil yang diharapkan.

3. Membandingkan kinerja nyata dan standar kinerja.

Model Kinerja dapat dilihat pada bagan berikut :

(Sumber Simanjuntak, 2005)

Gambar 2.1 Model Kinerja

Menurut Simamora dalam Mangkunegara (2006:59) kinerja dipengaruhi

oleh tiga faktor:

1. Faktor Individual yang mencakup kemampuan, keahlian, latar belakang dan

demografi.

KINERJA INDIVIDU

MANAJEMEN

KINERJA ORGANISASI

(51)

2. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, attitude, personality, pembelajaran

dan motivasi.

Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,

struktur dan Menurut Timple dalam Mangkunegara (2006:60) faktor kinerja

terdiri dari dua faktor yaitu :

1. Faktor Internal yang terkait dengan sifat-sifat seseorang misalnya kinerja

baik disebabkan mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras.

2. Faktor Eksternal yang terkait dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan

tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim

organisasi.

Neal dalam Mangkunegara (2006:64) terdapat beberapa aspek kinerja

yang dapat diukur yaitu :

1. Akurasi (Pemenuhan standar akurasi)

2. Prestasi (Menyelesaikan tanggung jawab dan tugas)

3. Administrasi (Menunjukkan efektivitas administratif)

4. Analitis (Analisa secara efektif)

5. Komunikasi (Berkomunikasi dengan pihak lain)

6. Kompetensi (Menunjukkan kemampuan dan kualitas)

7. Kerjasama (Bekerjasama dengan orang lain)

8. Kreativitas (Menunjukkan daya imaginasi dan daya kreatif)

9. Pengambilan Keputusan (Pengambilan keputusan dan pemberian solusi)

10. Pendelegasian (Menunjukkan orang yang diberi kuasa untuk berbicara atau

bertindak bagi orang lain)

Gambar

Gambar 2.1 Model Kinerja
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Tabel 3.1
Tabel 3.2.  Operasionalisasi  Variabel, Definisi, Demensi, Indikator dan Skala Pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan lingkar batang, parameter pertumbuhan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tangkai daun, lebar daun, lebar tajuk, ILD bobot basah akar – tajuk dan

Artinya bahwa varia- bel pengalaman praktik kerja industri (X1) dan vari- abel lingkungan keluarga (X2) berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha siswa (Y), sehingga

PENGARUH PERSEPSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (Survei pada Mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis Angkatan. “2014/2015−2015/2016” Fakultas Ilmu Administrasi Universitas

Melakukan bimbingan dan fasilitasi bagi lembaga untuk mendapatkan pemahaman mengenai ketentuan tempat baca dan bahan bacaan yang harus dimiliki oleh lembaga, serta membantu

hipokalsemia hiperurisemia Kelebihan cairan intravaskulair Edema MK: Kelebihan volume cairan MK: -Gangguan keseimbangan elektrolit -Penurunan curah jantung -Resiko Aritmia

34 of 2016 on New Tari s for Income Tax on Transfers of and Conditional Sale and Purchase Agreements for Land and/or Buildings, the Regional Government of DKI Jakarta Province has

Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu ( Aquilaria Malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun pada Batang.. Teori Praktis

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan komitmen