• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis, karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, sekarang, maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya sendiri. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.Teori signaling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insiders) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar.Munculnya asymmetric information tersebut menyulitkan investor dalam menilai secara objektif berkaitan dengan kualitas perusahaan. Pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh manajer diragukan kebenarannya karena baik perusahaan buruk maupun perusahaan bagus akan sama-sama mengklaim bahwa perusahaannya prospeknya bagus. Karena pembuktian benar salahnya pernyataan tersebut membutuhkan waktu maka orang dalam perusahaan akan dapat mengambil keuntungan atas pernyataan yang tidak benar jika klaim-klaim tersebut dipercaya oleh investor luar.

(2)

10 Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa “perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor.” Arifin (2005:12) menyatakan bahwa:

Perusahaan yang berkualitas bagus tentu saja memiliki insentif untuk meyakinkan investor luar bahwa perusahaannya memang benar-benar bagus. Permasalahannya adalah bagaimana perusahaan tersebut dapat menyampaikan informasi mengenai keunggulan kinerja perusahaan ke investor luar namun tidak dapat ditiru (mimicked) oleh perusahaan yang berkinerja buruk. Salah satu caranya adalah dengan memberi sinyal (signal) yang membutuhkan biaya yang relatif mahal, yang tidak memungkinkan perusahaan yang berkualitas rendah untuk menirunya namun perusahaan yang berkinerja bagus masih tetap dapat membiayainya.Salah satu contohnya adalah dengan membayarkan dividen tunai dalam jumlah yang relatif besar. Dividen yang besar memang mengurangi jumlah capital expenditure sehingga pertumbuhan perusahaan mungkin akan terganggu namun karena kinerja perusahaan bagus, dia tetap dapat menghasilkan laba bahkan masih tetap tumbuh. Namun, tidak demikian halnya dengan perusahaan yang kualitasnya buruk, membayar dividen yang tinggi secara terus-menerus akan menghilangkan kesempatan mereka untuk melakukan investasi sehingga pertumbuhan perusahaan akan terhenti. Karena investor paham akan hal ini maka dia akan memberi nilai yang tinggi pada perusahaan yang membayar dividen besar dan akan memberi nilai rendah pada perusahaan yang dividennya kecil.

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Informasi berupa pemberian return saham yang cukup tinggi diharapkan dapat menjadi sinyal bagi perusahaan yang pada akhirnya akan menarik perhatian investor dan meningkatkan kepercayaannya untuk berinvestasi kedalam perusahaan tersebut.

(3)

11 2.1.2 Return Saham

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto,

2000:85). Investasi harus benar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham rnerupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan, kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan saham dipasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return

ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan dimasa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis.

Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja

dari perusahaan. Return historis ini berguna sebagi dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang.Sedangkan return ekspektasi (expected

return) adalah return yang diharapkanakan diperoleh oleh investor di masa

mendatang. Konsep risk dan return mempunyai peranan yang sangat besar dimana perilaku investor seringkali didasarkan pada konsep ini.

Return pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis yaitu capital gain/loss

dan yield. Capital gain/loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu.Yield merupakan persentase penerimaan kas

(4)

12 periodik terhadap harga investasi (Jogiyanto, 2000:107). Rumus yang digunakan untuk menghitung return saham adalah sebagai berikut:

𝑅𝑅𝑡𝑡 =𝑃𝑃𝑡𝑡𝑃𝑃− 𝑃𝑃𝑡𝑡−1 𝑡𝑡−1 Keterangan:

Rt : Return Saham

Pt : Harga Saham pada Periode t

Pt-1 : Harga Saham pada Periode t-1

2.1.3 Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196) menyatakan bahwa “rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lutviatul Hasanah (2008), Nur Rachma Arlian (2009), Hartati (2010) menyatakan bahwa rasio profitabilitas secara signifikan dapat mempengaruhi return saham. Adapun penelitian yang menyatakan hasil berbeda yaitu penelitian Arista dan Astohar (2012) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

(5)

13 Menurut Gill (2006 dalam Kasmir, 2008:130) mendefenisikan bahwa “rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat dikonversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan, dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo”. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu memenuhi uang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Salah satu alat yang dipakai untuk mengukur likuiditas adalah dengan menggunakan rasio cepat (quick ratio). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid dan mempunyai aset lancar lebih besar daripada hutang lancarnya.

2.1.5 Rasio Leverage

Rasio leverage menurut Kasmir (2008:151) merupakan “rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya”. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Sementara menurut Harahap (2011:306) mengartikan bahwa “rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset.Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh

(6)

14 hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity)”.

2.1.6 Price to Book Value

Price to book value adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja

harga pasar saham terhadap nilai bukunya.Rasio ini dihitung dengan membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (book

value per share).Book value per share digunakan untuk mengukur nilai shareholder equity atas setiap saham dan dasarnya nilai book value per share

dihitung dengan membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares).Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.Semakin kecil nilai price to book value maka harga dari suatu saham dianggap semakin murah (Leksmana dan Gunawan, 2003 dalam Martono, 2009).

Price to book value merupakan rasio yang penting sebagai salah satu

indikasi perusahaan dalam upaya komitmen yang tinggi terhadap pasar.Upaya peningkatan rasio price to book value berarti merupakan upaya peningkatan nilai perusahaan (Wahyudi, 2003 dalam Martono, 2009).Perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik, umumnya memiliki rasio price to book value di atas satu, yang menunjukkan nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya.Semakin tinggi rasio price to book value, maka semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga

(7)

15 saham akan semakin meningkat di pasar, yang pada akhirnya return saham tersebut akan meningkat.

2.1.7 Ukuran Perusahaan

Dalam melakukan investasi, besar kecilnya perusahaan juga bisa menjadi bahan pertimbangan investor. Ukuran perusahaan bisa diukur dengan total aktiva, total penjualan atau modal dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan dengan mudah memasuki atau mengakses pasar modal untuk memperoleh dana, sebaliknya perusahaan yang memiliki ukuran kecil akan mengalami kesulitan untuk melakukan akses kepasar modal.Ukuran perusahaan menunjukkan pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka.

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008, ukuran perusahaan terdiri dari empat kategori yaitu :

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiriyang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yangdimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidaklangsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhikriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yangdimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah

(8)

16 kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Adapun kriteria ukuran perusahaan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyarlima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidaktermasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4. Kriteria Usaha Besar adalah sebagi berikut :

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik

(9)

17 dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki total asset yang kecil. (Daniati dan Suhairi, 2006 dalam Simatupang : 2010).

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, price to book value dan ukuran perusahaan terhadap return saham. Dimana masing-masing penelitian mempunyai variabel independen yang berbeda-beda dari tahun ke tahun dan penelitian tersebut biasanya selalu bervariasi sesuai dengan kebutuhan sipeneliti (menambah atau mengembangkan penelitian yang sudah ada sebelumnya dengan objek perusahaan yang berbeda dan dari periode yang berbeda).Berikut penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Nathaniel (2008) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham” dengan debt to equity ratio (DER), earning per share (EPS), net profit margin (NPM), price to book value (PBV) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 23 perusahaan real estate &property yang terdaftar di BEI periode 2004-2006.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa faktor-faktor fundamental perusahaan seperti debt to equity ratio (DER),

earning per share (EPS), net profit margin (NPM), price to book value (PBV)

(10)

18 parsial menunjukkan PBV berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

return saham, earning per share (EPS)dan net profit margin (NPM) berpengaruh

secara positif dan tidak signifikan terhadap return saham, sedangkan DER berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap return saham.

Sementara penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hasanah (2008) yang “Analisis Pengaruh Leverage keuangan dan Rasio Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII Tahun 2005-2007” dengan debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 16 perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII periode 2005-2007.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA),

return on equity (ROE,) net profit margin (NPM) secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap return saham. Secara parsial menunjukkan debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), net profit margin (NPM) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan return on equity (ROE) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap return saham.

Arlian (2009) juga melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Market to Book Value terhadap Return Saham Perusahaan Property yang Terdaftar di BEI Tahun 2007” dengan return on asset (ROA), return on equity (ROE), leverage, market to book value sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan sampel 38 perusahaan property periode 2007. Hasil penelitian

(11)

19 menunjukkan bahwa secara simultan variabel return on asset (ROA), return on

equity (ROE), leverage, market to book value berpengaruh secara signifikan

terhadap return saham. Secara parsial return on asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, sedangkan return on equity (ROE), leverage,

market to book value tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2010) dengan judul “Pengaruh

Return on Asset (ROA), Debt to Equity (DER), Earning per share (EPS), Price Earning Ratio (PER) terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di BEI)” dengan return on asset (ROA), debt to equity ratio (DER),

earning per share (EPS), price earning ratio (PER) sebagai variabel independen

dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan sampel 192 perusahaan manufaktur dari periode 2005-2008.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel return on asset (ROA), debt to

equity ratio (DER), earning per share (EPS), price earning ratio (PER)

berpengaruh signifikan terhadap return saham.Secara parsial return on asset (ROA) dan debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham, sedangkan earning per share (EPS), price earning ratio (PER)

tidak berpengaruh secara signifikan.

Selanjutnya Arista dan Astohar (2012) melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham” dengan profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan dengan variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan sampel 170 perusahaan manufaktur periode 2005-2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara

(12)

20 simultan variabel debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), earning per

share (EPS), price to book value (PBV) mempunyai pengaruh signifikan terhadap

secara signifikan terhadap return saham. Secara parsial, debt to equity ratio (DER) dan price to book value (PBV) berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham, sedangkan return on asset (ROA) dan earning per share (EPS)

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Penelitian yang dilakukan Ganerse (2013) dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan F&B” dengan profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan sebagai variabel dependen dan return saham sebagai variabel independen. Penelitian ini menggunakan sampel 16 perusahaan food dan beverage tahun 2008-2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan, sedangkan variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan.

(13)

21 Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Nama, Tahun, dan Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian

Nathaniel , ST (2008)

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham”

Variabel independen:

debt to equity ratio

(DER), earning per

share (EPS), net profit margin (NPM), price to book value (PBV).

Variabel dependen:

Return saham

PBV berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. EPS, NPM, DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Hasanah (2008)

“Analisis Pengaruh Leverage keuangan dan Rasio

Profitabilitas terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index/JII Tahun 2005-2007”

Variabel independen:

debt to equity ratio

(DER), return on asset (ROA), return on equity (ROE), net profit margin (NPM).

Variabel dependen:

Return saham

DER, NPM, dan ROA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan ROE berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap return saham. Arlian (2009)

“Pengaruh Profitabilitas,

Leverage, Market to Book Value terhadap Return Saham

Perusahaan Property yang Terdaftar di BEI Tahun 2007”

Variabel independen:

return on asset (ROA), return on equity (ROE), leverage, market to book value.

Variabel dependen:

Return saham

ROA berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

Sedangkan ROE,

leverage, dan market to book value tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

Hartati (2010)

“Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity (DER),

Earning per share (EPS), Price Earning Ratio (PER)

terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)”

Variabel independen:

return on asset (ROA), debt to equity ratio

(DER), earning per

share (EPS), price earning ratio (PER).

Variabel dependen:

Return saham

ROA dan DER berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

Sedangkan EPS dan PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

(14)

22 Arista dan Astohar (2012)

“Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Return Saham”

Variabel independen:

debt to equity ratio

(DER), return on asset (ROA), earning per

share (EPS), price to book value (PBV).

Variabel dependen:

Return saham.

ROA dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

DER berpengaruh negatif dan signifikan.

PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham.

Ganerse dan Suarjaya (2013) “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan Food and

Beverage”

Variabel independen: Profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan. Variabel dependen:

Return saham.

Profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting.Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan sebagai tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian. Penelitian ini membahas mengenai rasio keuangan dan non keuangan dalam mempengaruhi return saham dan manakah yang signifikan. Dengan menguji 4 rasio keuangan dan 1 rasio non keuangan, yaitu rasio profitabilitas, likuiditas,

(15)

23

Return saham

(Y)

yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kerangka konseptual yang dibuat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 mengindikasikan bahwa rasio profitabilitas (X1), likuiditas (X2), leverage (X3), price to book value (X4), dan ukuran perusahaan (X5) mempengaruhi return saham (Y), baik secara parsial maupun simultan. Penjelasan detail mengenai pengaruh bahwa rasio profitabilitas, likuidita, leverage, price to

book value, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap return saham ialah

sebagai berikut: 1. Rasio profitabilitas

Return on asset (ROA) Sudana (2011:22) mengemukakan bahwa Return On Assets (ROA) menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan

seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2008) menunjukkan return on asset (ROA) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham. Hal

Likuiditas(X2) Profitabilitas(X1)

Leverage(X3)

Ukuran Perusahaan (X5)

(16)

24 ini mengindikasikan bahwa apabila return on asset (ROA) suatu perusahaan meningkat maka return yang diterima oleh perusahaan juga akan meningkat. 2. Rasio likuiditas

Current ratio (CR) merupakan ukuran untuk menghitung kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia (Syahyunan, 2004:84). Penelititan yang dilakukan oleh Uluipui (2005) menemukan bahwa current ratio (CR) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa pemodal akan memperoleh return yang lebih tinggi jika kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang semakin tinggi.

3. Rasio leverage

Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur total hutang yang diukur dari perbandingan total hutang dengan ekuitas pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2005 dalam Desy dan Astohar, 2012). Penelitian menurut Hartati (2010) menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.Apabila leverage tinggi, maka kemampuan perusahaan buruk karena mempunyai tingkat kebangkrutan yang tinggi karena proporsi hutang lebih tinggi dari modal sehingga investor menilai sebagai sesuatu yang kurang baik.

4. Rasio price to book value

Price to book value adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya.Semakin tinggi rasio price to book

(17)

25 suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham akan semakin meningkat di pasar, yang pada akhirnya return saham tersebut akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Arista dan Astohar (2012) menunjukkan bahwa price to book value berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

5. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut.Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan semakin banyak perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal masyarakat. Penelitian Ganerse dan Suarjaya (2013) membuktikan bahwa ukuran perusahaan secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan.

2.3 Hipotesa

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti.Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris (Idrus, 2009:18).Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu antardua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat

(18)

26 sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan lebih benar berdasar pengujian.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “rasio profitabilitas, likuiditas, leverage, price to book

value, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap return saham pada perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI”.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

promosi ini dilakukan apabila ada produk baru yang dimiliki oleh BMT Al-hidaya dan dengan cara sistem jemput bola karena hal ini merupakan langkah awal yang akan

Dalam tahun berjalan, Perusahaan dan entitas anak telah menerapkan semua standar baru dan standar revisi serta interpretasi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar

The form area is divided into four main aspects, they are the form of: Affirmative form ( number of the items are 1,8,9), Negative form (number of the items are 3,7),

Pemerintah juga harus lebih memperhatikan kualitas, distribusi serta kesejahteraan guru di Indonesia, karena guru merupakan salah satu tonggak untuk mendukung

PEMBANGUNAN DI ERA DESENTRALISASI Studi Kritis Realitas Pembangunan Dan Kelembagaan Di Kabupaten Blitar Ahmad Imron Rozuli... ADLN Perpustakaan

[r]

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden pada penelitian ini adalah menggunakan angket (kuesioner) untuk memperoleh data tentang persepsi

Pembangunan di sektor perbankan dapat mengurangi hambatan terhadap akses perbankan sehingga akses terhadap perbankan lebih mudah terutama bagi masyarakat miskin