• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. financial statement fraud dengan pengujian fraud diamond pada peusahaan go

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. financial statement fraud dengan pengujian fraud diamond pada peusahaan go"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang kecurangan laporan keuangan. berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan kecurangan.

Yesiariani dan Rahayu (2017) melakukan penelitian tentang deteksi

financial statement fraud dengan pengujian fraud diamond pada peusahaan go public di BEI dalam Indeks LQ-45 periode 2010-2014 . Penelitian ini diperoleh

hasil bahwa variabel external pressure (LEV) dan variabel rationalization (TATA) berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Variabel financial target (ROA) dan variabel financial stability (ACHANGE) berpengaruh negatif signifikan terhadap financial statement fraud. Sedangkan variabel personal financial need (OSHIP), variabel nature of industry (RECEIVABLE), variabel change in auditor (AUDCHANGE), variabel

ineffective monitoring (DBOUT), dan variabel capability (DCHANGE) tidak

berpengaruh terhadap financial statement fraud.

Yulistyawati et al. (2019) melakukan penelitian mengenai analisis faktor penyebab terjadinya kecurangan pelaporan keuangan dengan fraud diamond pada perusahaan manufaktur periode 2011-2014. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa : pertama, variabel pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan. hal ini menunjukan bahwa kepemilikan saham oleh pihak internal tidak serta merta memicu manajemen atau eksekutif senior untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Kedua, variabel opportunity berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Temuan ini menunjukan bahwa semakin besar peluang manajemen untuk melakukan fraud maka semakin

(2)

8

besar pula resiko terjadinya fraud pada pelaporan keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini, peluang diciptakan oleh lemahnya pengendalian manajemen persediaan menjadi penyebab utama kecurangan laporan keuangan. Ketiga,

rationalization berpengaruh pada kecurangan pelaporan keuangan. hal ini karena

rasionalisasi manajemen dalam penilaian subjektif dan pengambilan keputusan terkait penggunaan prinsip akrual terbukti meningkatkan risiko manajemen melakukan kecurangan. Keempat, capability tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Menunjukan bahwa change in director bukan indikasi utama terjadinya kecurangan. Hal ini disebabkan karena change in

director diperusahaan sampel merupakan pergantian rutin, dimana anggota dewan

baru bersala dari internal perusahaan. Jadi alasan pergantian dewan karena peran jabatan dalam struktur dewan direksi.

Nugraheni dan Triatmoko (2016) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya financial statement fraud dengan perspektif diamond fraud theory pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Hasil peneltian diperoleh bahwa variabel financial targets,

external pressure dan financial personal need berpengaruh terhadap financial statement fraud. Sedangkan, variabel financial stability monitoring, nature of industry, opini audit dengan bahasa penjelas, dan perubahan direksi tidak

berpengaruh terhadap financial statement fraud.

Tiffani dan Marfuah (2015) melakukan penelitian tentang deteksi financial statement fraud dengan analisis fraud triangle pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2013. Hasil penelitian diperoleh bahwa financial stability dan external pressure berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan

(3)

9

laporan keuangan, artinya perusahaan yang mempunyai ketidakstabilan keuangan dan tekanan dari eksternal yang tinggi, membuat manajemen mempunyai potensi yang lebih tinggi juga dalam melakukan kecurangan laporan keuangan. effective monitoring berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan, artinya semakin besar proporsi komite audit independen, maka proses memonitoring terhadap perusahaan semakin efektif sehingga akan menurunkan potensi manajemen dalam melakukan kecurangan laporan keuangan. sedangkan, personal financial need, financial target, nature of industry dan rationalization tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

Setiawati dan Baningrum (2018) melakukan penelitian tentang deteksi

fraudulent financial reporting pada perusahaan manufaktur yang listed di BEI

periode 2014-2016. Hasil penelitian diperoleh bahwa hanya satu variabel yang berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting yaitu financial target, artinya semakin rendah nilai ROA maka semakin rendah pula laba yang dihasilkan sehingga kinerja perusahaan terkesan buruk, jadi kemungkinan terjadinya

fraudulent financial reporting juga cukup tinggi. Sedangkan, variabel financial

stability, external pressure, personal financial needs, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external auditor, change in auditor, change of directors, frequent number of ceo’s pictures tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial

(4)

10

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

N o Nama (Tahun) Judul/Jurnal Objek/Variabel/A nalisis Hasil 1. Yesiariani dan Rahayu (2017) Deteksi financial statement fraud dengan pengujian fraud diamond pada perusahaan go public di bei dalam indeks LQ-45 periode 2010-2014 Objek: 110 perusahaan dalam indeks LQ-45 di BEI Variabel: IV= financial stability, external pressure, personal financial need, financial targets, nature of industry, ineffective monitoring, change in auditor, rationalization, capability. DV= financial statement fraud Teknik Analisis: analisis regresi linear berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel external pressure (LEV) dan variabel rationalization (TATA) terbukti berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Variabel financial stability (ACHANGE) dan

variabel financial target (ROA), berpengaruh negatif signifikan terhadap financial statement fraud. Variabel personal financial need (OSHIP), variabel nature of industry (RECEIVABLE), variabel ineffective monitoring (DBOUT), variabel change in auditor (ΔCPA) dan variabel capability (DCHANGE) tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. 2. Yulistyawati, Suardika, dan Sudana (2019) Analisis faktor penyebab terjadinya kecurangan pelaporan keuangan dengan fraud diamond pada Objek: 76 perusahaan manufaktur listing di BEI Variabel: IV= pressure, opportunity,

Hasil penelitian ini adalah variabel pressure, capability tidak berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan. variabel opportunity, rationalization berpengaruh terhadap

(5)

11 perusahaan manufaktur periode 2011-2014 rationalization, capability DV= fraudulent financial reporting Teknik Analisis: analisis regresi linear berganda kecurangan laporan keuangan. 3. Nugraheni dan Triatmoko (2016) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya financial statement fraud dengan perspektif diamond fraud theory Objek: 105 perusahaan perbankan terlist di BEI Variabel: IV= financial targets, financial stability pressure, external pressure, personal financial need, ineffective monitoring, nature of industry, opini audit, capability DV= financial statement fraud Teknik Analisis: analisis regresi logistic

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Variabel financial targets, external pressure dan financial

personal need berpengaruh terhadap financial statement fraud. Variabel financial stability pressure, external pressure, ineffective monitoring, nature of industry, opini audit dengan bahasa penjelas, dan perubahan direksi tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud. 4. Laila Tiffani dan Marfuah (2015) Deteksi financial statement fraud dengan analisis fraud triangle pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia Objek: 90 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Variabel: VI= financial stability, external pressure, effective monitoring,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa financial stability dan external pressure berpengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. effective monitoring berpengaruh negatif signifikan terhadap financial statement fraud. personal

(6)

12 personal financial need, financial target, nature of industry dan rationalization VD= financial statement fraud Teknik Analisis: Analisis regresi logistik financial need, financial target, nature of industry dan rationalization tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. 5. Erma Setiawati dan Ratih Mar Baningrum (2018) Deteksi Fraudulent Financial Reporting Menggunakan Analisis Fraud Pentagon : Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listed Di Bei Tahun 2014-2016 Objek: 252 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Variabel: VI= financial target, financial stability, external pressure, personal financial needs, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external auditor, change in auditor, change of directors, frequent number of ceo’s pictures VD= Fraudulent Financial Reporting Teknik Analisis: analisis regresi logistik

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hanya variabel financial target yang berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. sedangkan, financial stability, external pressure, personal financial needs, nature of industry, ineffective monitoring, quality of external auditor, change in auditor, change of directors, frequent number of ceo’s pictures tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting.

(7)

13 B. Tinjauan Pustaka

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan keagenan sebagai satu atau lebih pihak (principals) yang dilibatkan oleh pihak lain (agent) untuk melakukan layanan jasa atas nama mereka yang melibatkan perwakilan beberapa kewenangan untuk pengambilan keputusan kepada agent. Dasar teori keagenan adalah mengasumsikan bahwa adanya hubungan kontraktual antara agent dan principals yang memiliki kepentingan yang berbeda. Menurut Ujiyantho dan Pramuka (2007) ialah dalam suatu perusahaan, manajer berperan sebagai agent yang bertanggung jawab secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan pemilik (principals), namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya. Perbedaan kepentingan antara agent dan

principals inilah yang disebut dengan agency problem. Selain itu, dalam situasi

ini manajemen mengetahui lebih banyak informasi tentang perusahaan dibandingkan dengan principal, bagi principal hal ini akan sulit mengontrol secara efektif atas tindakan yang dilakukan oleh manajemen. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi atau yang sering disebut asimetri informasi.

Masalah dapat terjadi apabila eksekutif atau manajer dalam pengambilan keputusan mengutamakan keuntungan pribadi (rationalization). Konflik kepentingan antara agent dan principals mengakibatkan manajer sebagai agent mengahadapi beberapa tekanan dari principals untuk mencari cara agar kinerja perusahaan dapat meningkat. Teori keagenan bermaksud untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam hubungan keagenan, sebagaimana dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah bagaimana menyusun kontrak yang lebih

(8)

14

baik antara agent dan principals dalam mengukur kinerja agent terkait dengan penerimaan kompensasi sehingga perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi dapat berkurang. kesempatan melakukan penipuan akan lebih terbuka apabila manajemen memiliki kewenangan yang luas (capability) serta peluang untuk meningkatkan keuntungan (opportunity). Solusi dalam pemecahan masalah agent adalah dengan memastikan bahwa eksekutif atau manajer melakukan yang terbaik untuk pemilik (principals) dengan meningkatkan jumlah dan kualitas informasi yang tersedia untuk principals dan membuat eksekutif senior menjadi pemilik bagian dari perusahaan melalui kompensasi mereka.

2. Fraud Triangle

Fraud triangle Theory merupakan suatu konsep dasar yang meneliti

penyebab terjadinya kecurangan. Konsep ini disebut juga Cressey’s Theory, istilah ini muncul karena penelitian yang dilakukan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1953. Penelitian yang dilakukan Cressey ialah berjudul Other’s People Money: A

Study in the Social Psychology of Embezzelent. Penelitian Cressey ini secara

umum menjelaskan alasan mengapa orang-orang melakukan Fraud yang dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan, Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang ada dalam setiap situasi fraud yaitu Pressure (Tekanan),

Opportunity (Kesempatam), dan Rationalization (Rasionalisasi).

3. Fraud Diamond

Fraud diamond theory merupakan sebuah pandangan baru tentang

fenomena fraud yang dikemukakan oleh (Wolfe dan Hermanson, 2004) . Fraud diamond merupakan suatu bentuk penyempurnaan dari fraud triangle theory oleh

(9)

15

kualitatif yang dipercaya memiliki pengaruh terhadap fraud yakni capability. Wolfe dan Hermanson (2004) berasumsi bahwa penipuan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat juga untuk melaksanakan setiap detail dari penipuan. Adapun elemen-elemen dari fraud diamond theory yaitu, tekanan (pressure), kesempatan/peluang (opportunity), rasionalisasi (rationalization), kemampuan (capability).

4. Tekanan (Pressure)

Tekanan (pressure) yaitu salah satu kondisi yang selalu ada saat terjadi kecurangan laporan keuangan (Cressey, 1953). Tekanan yang mendorong orang melakukan kecurangan karena kebutuhan gaya hidup, lemah dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja (Salman, 2005). Tekanan juga bisa timbul disaat kinerja perusahaan berada dibawah titik rata-rata kinerja industri (Skousen et al., 2008). Kondisi yang seperti ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi tidak stabil karena ketidakmampuan untuk memaksimalkan aset yang dimiliki serta tidak dapat memanfaatkan sumber dana investasi secara efesien.

5. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan (Opportunity) yaitu terbukanya kesempatan dikarenakan pelaku percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi (Sukirman dan Sari, 2013). Kesempatan merupakan kondisi yang membuka peluang untuk melakukan kecurangan bagi manajemen atau pelaku kecurangan. Peluang bisa terjadi karena adanya pengendalian yang lemah dan kecurangan yang diambil memiliki resiko kecil untuk dideteksi. Kesempatan akan timbul ketika sistem pengendalian internal perusahaan lemah (Gagola dan Antonius, 2011). Perusahaan dengan

(10)

16

pengendalian internal yang lemah dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan. Asimetri informasi antara pemeilik perusahaan selaku principal dengan manajemen selaku agen juga bisa menjadi faktor kesempatan manajemen melakukan kecurangan. Asimetri informasi terjadi saat seluruh tindakan manajemen tidak dapat diawasi secara langsung oleh pemeliki perusahaan.

6. Rasionalisasi (Rationalization)

Rasionalisasi (Rationalization) merupakan pembenaran yang dilakukan oleh pelaku kecurangan atas perbuatan yang dilakukan (Skousen et al., 2008) . Kecurangan dilakukan berdasarkan rencana yang akan terjadi atau sudah terjadi dengan rasionalisasi manajemen untuk membenarkan sesuatu yang salah dan yang menurut pelaku itu bukan pelanggaran. Penentu utama dari kualitas laporan keuangan ialah integritas manajemen atau sikap. Ketika integritas manajemen dipertanyakan maka keandalan laporan keuangan diragukan. Bagi mereka yang standar moralnya rendah mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan, sedangkan yang berstandar moral lebih tinggi mungkin tidak begitu mudah. Pelaku kecurangan akan terus mencari alasan untuk mengidentifikasikan bahwa tindakan mereka itu benar (Molida, 2011).

7. Kemampuan (Capability)

Kemampuan (capability) sebagai salah satu fraud risk factor yang melatar belakangi terjadinya fraud dan posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan agar kecurangan tidak tersedia untuk orang lain (Wolfe dan Hermanson, 2004). Dalam hal ini mereka yang memiliki kemampuan dalam segi untuk melakukan

(11)

17

kecurangan maka mereka akan mengesampingkan internal control, melihat dan mengendalikan situasi yang cocok untuk tindakan mereka dalam memenuhi kepentingan pribadinya dan mereka juga dapat mengajak pihak lain untuk bekerjasama.

8. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Reporting) Menurut ACFE (2014) kecurangan laporan keuangan merupakan kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. ACFE membagi kecurangan dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan tindakan yang dilakukan, yaitu : (1) Penyalahgunaan aset ( asset misappropriation), termasuk tindakan berupa pencurian, penggelapan atau penyalahgunaan aset milik perusahaan atau pihak lain yang merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat dihitung/diukur. (2) Pernyataan kecurangan atau pernyataan yang salah (fraudulent misstatement), meliputi tindakan yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan memanipulasi keuangan dalam laporan keuangan untuk mencari keuntungan. (3) Korupsi (corruption), merupakan jenis kecurangan yang sulit dideteksi karena adanya pihak yang bekerja sama dengan pihak lain. Hal ini kerap dan marak terjadi dalam dunia bisnis maupun pemerintahan.

Menurut AICPA (2002) kecurangan merupakan tindakan sengaja atau kelalaian jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang dirancang untuk menipu pengguna laporan keunagan yang dampaknya menyebabkan laporan keuangan, dalam semua hal yang material, disajikan tidak sesuai dengan

(12)

18

prinsip akuntansi umum yang berlaku (GAAP- Generally Accepted Accounting

Principles). Jenis laporan keuangan yang berisi kecurangan, yaitu : (1)

manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukungnya yang menjadi sumber data dalam laporan keuangan. (2) kekeliruan atau kelalaian yang disengaja atas pristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan. (3) sengaja dalam penyalahgunaan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.

C. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Pressure terhadap fraudulent financial reporting

Variabel pressure (tekanan) adalah dorongan seseorang untuk tujuan yang ingin diraih tetapi dibatasi oleh ketidakmampuan sehingga mengakibatkan seseorang melakukan kecurangan. Umumnya, tekanan muncul disebabkan oleh masalah finansial atau kebutuhan, namun tidak sedikit juga disebabkan oleh keserakahan (Nugraheni dan Triatmoko, 2016). Dalam penelitian ini pressure diproksikan dengan financial stability dan menggunakan perhitungan perubahan total aset (ACHANGE). Menurut AICPA (2002) kecurangan terjadi ketika kondisi stabilitas keuangan perusahaan terganggu oleh keadaan ekonomi dan manajemen perusahaan yang salah. . Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Tiffani dan Marfuah (2015) bahwa semakin tinggi kondisi ketidakstabilan keungan perusahaan, maka kemungkinan perusahaan melakukan kecurangan laporan keuangan juga semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) menyatakan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:

(13)

19

H1: Pressure berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. 2. Pengaruh Opportunity terhadap fraudulent financial reporting

Variabel Opportunity (kesempatan) adalah sebuah kondisi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan kecurangan yang dianggap aman oleh pelaku untuk berbuat curnag dengan anggapan tindakan kecurangannya tidak akan terdeketeksi (Albrecht et al., 2012). Dalam penelitian ini opportunity diproksikan dengan nature of industry dan menggunakan perhitungan perubahan piutang (RECEIVABLE). nature of industry (sifat industri) merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Pada laporan keuangan terdapat akun-akun yang jumlah saldonya ditentukan oleh perusahaan melalui suatu estimasi, contohnya estimasi saldo akun piutang yang tak tertagih. Summers dan Sweeney (1998) Menyatakan bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan besaran tidak tertagihnya piutang, dan dalam pernyataan lain bahwa manajer akan fokus terhadap kedua akun tersebut jika berniat melakukan manipulasi atas laporan keuangan. hasil penelitian Sihombing dan Rahardjo (2014) mendukung pernyataan mereka bahwa nature of industry berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:

H2: Opportunity berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. 3. Pengaruh Rationalization terhadap fraudulent financial reporting

Variabel Rationalization (rasionalisasi) adalah alasan yang dibenarkan untuk sesuatu perilaku yang salah atau pemebanaran diri sendiri. Seseorang yang mempunyai integritas yang rendah menimbulkan pola pikir orang tersebut merasa benar saat melakukan kecurangan. Rationalization merupakan faktor kualitatif

(14)

20

yang tidak bisa dihindari dari terjadinya kecurangan. Rationalization diperlukan bagi pelaku agar pelaku dapat mencerna perilakunya yang melawan hukum untuk tetap mempertahankan pendiriannya sebagai yang dipercaya (Tuankotta dan Theodorus.M, 2010). Dalam penelitian ini rationalization diproksikan dengan pergantian auditor (AUDCHANGE). Menurut SAS No. 99 AICPA (2002) menyatakan bahwa pengaruh adanya pergantian auditor dalam perusahaan dapat menjadi indikasi terjadinya kecurangan. Auditor yang lama mungkin lebih mengetahui segala kemungkinan kecurangan yang dilakukan manajemen, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, dengan adanya pergantian auditor, maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan semakin meningkat. Pernyataan tersebut terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dan Raharja (2012); Hanum (2014) bahwa dengan adanya pergantian auditor atau pengunduran diri (AUDCHANGE), maka akan berpengaruh pada fraudulent

financial reporting. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:

H3: Rationalization berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. 4. Pengaruh Capability terhadap fraudulent financial reporting

Variabel Capability (kemampuan), Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) bahwa penipuan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat untuk melaksanakan setiap detail dari penipuan. Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa seseorang yang memiliki kemampuan yang didukung dengan kesempatan membuat mereka mudah untuk mencapai tujuan yang diinginkan termasuk tujuan untuk melakukan kecurangan. Kemampuan dalam manajemen yang didasari posisi jabatan, kecerdasan dan kepercayaan diri itu membuat mereka berani dalam melakukan penipuan.. Dalam penelitian ini

(15)

21

capability diproksikan dengan pergantian direksi (DCHANGE). Change in director (perubahan direksi) adalah penyerahan wewenang dan tanggungjawab

kepada direksi baru dari direksi lama. Perubahan direksi ini akan bersifat positif apabila merubah dengan tujuan bahwa direksi yang baru lebih berkompeten dari direksi lama. Namun, jika melakukan perubahan dengan tujuan untuk menyingkirkan direksi lama yang telah mengetahui adanya tindak kecurangan dalam perusahaan. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa kedudukan seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan agar kecurangan tidak tersedia untuk orang lain. Wolfe dan Hermanson (2004) juga menyatakan bahwa perubahan direksi dapat menyebabkan stress period yang berdampak pada terbukanya peluang melakukan kecurangan. Hal ini karena direksi yang baru belum mengatahui sepenuhnya mengenai perusahaan, yang berakhir pada kinerja yang tidak efektif, sehingga membuka peluang untuk kecurangan. Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Sasongko dan Wijayantika (2019) bahwa pergantian direksi berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis sebagai berikut:

H4: Capability berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting

(16)

22

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Fraudulent Financial Reporting (Y) Pressure/Tekanan (X1) Opportunity/Kesempatan (X2) Rationalization/Rasionalisasi (X3) Capability/Kemampuan (X4)

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Reporting dalam Perspektif Fraud Triangle (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

1) Keandalan pelaporan keuangan ( Reliability of financial reporting ) Laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen tidak hanya digunakan oleh pihak manajemen tetapi

“Pengaruh Faktor-Faktor dalam Perspektif Fraud Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Studi Kasus Pada Perusahaan Berdasarkan Sanksi dari Bapepam Periode 2008-2012).”

Sementara itu menurut Read dan Rama (2003) audit internal akan mempunyai peran penting dalam meminimalkan financial fraud dengan menggunakan sarana whistle blowing. BPKP

“ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Diamond”.. Fakultas Ekonomika

Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2016 – 2018..

PENGARUH FRAUD PENTAGON TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING PADA PERUSAHAAN KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2018-2021 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Jurnal Pendidikan Tambusai 7906 Analisis Fraud Diamond terhadap Fraudulent Financial Statement pada Beberapa Jurnal Tahun 2018-2022, Studi Meta Analisis Charen Carolin1, Meidy