• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA DI PT. TIRTA INVESTAMA AIRMADIDI MINAHASA UTARA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA DI PT. TIRTA INVESTAMA AIRMADIDI MINAHASA UTARA TAHUN 2016"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

EVALUASI PELAKSANAAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA DI PT. TIRTA INVESTAMA AIRMADIDI MINAHASA UTARA TAHUN 2016

THE EVALUATION OF JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) IMPLEMENTATION IN THE EFFORT OF DANGERS CONTROLLING IN PT. TIRTA INVESTAMA AIRMADIDI NORTH MINAHASA 2016

Dedy Wahyu Reang*, Paul A.T Kawatu*, Alm. Johan Josephus* * Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK

Angka kecelakaan di tempat kerja masih tinggi. Pada tahun 2015, menurut International Labour Organization (ILO) terdapat 6000 kasus kecelakaan kerja yang fatal setiap hari. Di Indonesia, setiap hari terdapat satu kasus kecelakaan kerja dalam 100.000 tenaga kerja, dan 30% merupakan kecelakaan kerja di sector konstruksi, oleh sebab itu diperlukan analisa potensi kecelakaan disetiap lapangan kerja. Tujuan penelitian adalah Untuk mengevaluasi pelaksanaan dengan metode Job Safety Analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya di PT. Tirta Investama – Airmadidi. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada 6 informan yang terdiri dari 2 kontraktor, 1 Safety Controller, 1 Supervisor Electrik , 1 Supervisor Mechanik, dan 1 manager Safety Health Environment (SHE). Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Hasil wawancara menemukan bahwa implementasi Job Safety Analysis (JSA) pada PT. Tirta Investama – Airmadidi untuk menganalisa pekerjaan pergantian mesin yang lama dengan mesin yang baru sudah berjalan dengan baik. JSA ini dilakukan oleh manager Safety Health Environment (SHE) dan sudah sesuai prosedur JSA. Hasil dari indepth interview didukung oleh adanya dokumen tertulis dari JSA. Oleh sebab itu penting untuk manager, supervisor dan pekerja untuk mengaplikasikan dalam metode JSA.

Kata Kunci: Evaluasi pelaksanaan, Job Safety Analysis

ABSTRACT

Occupational injuries are still common. In 2015, according to International Labour Organization (ILO) there were 6000 cases of fatal occupational injuries everyday. While in Indonesia, there were one case of occupational injury within every 100.000 workforces everyday and 30% of them occurred in the construction sector. Therefore it is necessary to analyse the potential accidents in every task in workplaces. This study aims to evaluate the implementation of Job Safety Analysis (JSA) method as an effort to control the hazard in PT. Tirta Investama – Airmadidi. This study is a qualitative study. The data were collected using indepth interview to six respondents that consist of 2 contractors, 1 safety controller, 1 electricity supervisor, 1 mechanical supervisor, and 1 Safety Health Environment (SHE) manager. Data validation were also undertaken by observation and documentation method. The result of in-depth interview reveals that the implementation of Job Safety Analysis (JSA) in PT. Tirta Investama – Airmadidi to analyse the task of replacement of told equipment with the new ones is sufficient. The JSA has been carried out by the Safety Health Environment (SHE) manager and has meet the requirement of the JSA procedure. The JSA paper and documentation support the interview result. Therefore it is important to for managers, supervisors and workers to apply the recommendation in the JSA.

Keywords:Evaluating Implementation, Job Safety Analysis

PENDAHULUAN

Melihat perkembangan pembangunan di Indonesia telah membawa kemajuan pesat di segala bidang seperti bidang

industri, pertambangan, properti, transportasi dan lainnya. Maka dengan kemajuan tersebut akan banyak membuka lapangan kerja bagi setiap

(2)

2 orang di Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah pekerja yang ada di Indonesia, maka setiap perusahaan itu wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terdapat dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1. Tujuan adanya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ini adalah untuk mengurangi setiap risiko-risiko yang ada di tempat kerja atau sering disebut dengan manajemen risiko/Risk

Management (Ramli, 2013).

Data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2015 juga turut mencatat, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia. Di Indonesia sendiri, terdapat kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% di antaranya terjadi di sektor konstruksi.

Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik yang bermanfaat untuk mengidentifikasi dan menganalisa bahaya dalam suatu pekerjaan (Job) seperti bekerja di laboratorium, memotong papan, membersihkan tumpahan B3 sampai pada hal yang terkecil seperti membuka pintu. Hal ini sejalan dengan pendekatan sebab kecelakaan yang bermula dari adanya kondisi atau tindakan yang tidak aman saat melakukan suatu aktivitas. Karena itu dengan melakukan identifikasi

bahaya pada setiap jenis pekerjaan dapat dilakukan langkah pencegahan yang tepat dan efektif. (Ramli, 2010)

Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengevaluasi pelaksanaan dengan metode Job Safety Analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya di PT. Tirta Investama – Airmadidi sedangkan tujuan khusus untuk mengevaluasi pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya di PT. Tirta Investama – Airmadidi dan untuk mengetahui pengetahuan pekerja tentang pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA) dalam upaya pengendalian bahaya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tujuan untuk memahami secara mendalam tentang Pengetahuan dan Evaluasi Metode Job Safety Analysis (JSA) dalam Upaya Pengendalian Bahaya di PT. Tirta Investama – Airmadidi, Minahasa Utara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2016. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yaitu 2 orang kontraktor, 1 orang Safety Controller, 2 orang Supervisor (1 orang

Supervisor Electrik dan 1 orang

Supervisor Mechanik), 1 orang manager Safety, Health, and Environment (SHE), dan yang menjadi informan kunci berjumlah 3 orang yaitu 2 orang

(3)

3 Supervisor (1 orang Supervisor Electrik dan 1 orang Supervisor Mechanik) dan 1 orang Safety Controller.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan secara langsung dan mendalam yaitu dengan tanya jawab dan berhadapan langsung dengan responden untuk mengumpulkan data primer. Wawancara ini didukung dengan buku catatan, perekam suara dan video. Dokumentasi pada penelitian ini berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Job Safety Analysis (JSA) di PT. Tirta Investama–Airmadidi untuk mengumpulkan data sekunder. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam, alat perekam (voice recorder), kerta catatan, alat tulis, video dan laptop.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis data model interaktif yaitu teknik analisis data yang selalu menggunakan reduksi, display data, serta verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Untuk menjaga kualitas dan keakuratan data dilakukan triangulasi sumber dan metode.

HASIL DAN PEMBAHASAN

AQUA berdiri sejak tahun 1973 pendiri Aqua yaitu Alm.Bpk Tirto Utomo. AQUA merupakan Pionir airminum

dalam kemasan di Indonesia. Pada tahun 1991 Pabrik AQUA Airmadidi di resmikan oleh Bpk.Presiden NKRI Soeharto. Pada tanggal 11 September 1991 merupakan produksi pertama AQUA Airmadidi dengan nama PT. SULUT KLABATINDO. Tahun 1973-1978 merupakan masa perjuangan AQUA memperkenalkan produknya kepada konsumen dan tahun 1995 AQUA mulai mengembangkan teknologi in-line proces dalam proses produksinya dan pada tahun 1998 AQUA menjalin aliansi strategis dengan Group DANONE.

DANONE adalah perusahaan multinasional dari eropa yang mengfokuskan bisnisnya pada beverages, produk berbasis susu dan makanan bayi. Di indonesia perusahaan lain yang tergabung dalam DANONE Group adalah Sari Husada, Nutricia dan Danone Indonesia Aliansi tersebut memacu kinerja perusahaan sejak tahun 2002 AQUA telah menjadi produsen AMDK No.1 di Dunia sekaligus menjadikan Group DANONE sebagai perusahaan air minum terbesar di Dunia. Total Volume akhir tahun 2014 tercatat mencapai 11 Miliyard Liter. Dalam proses produksinya AQUA menerapkan

Premium Quality Assurance,

diantaranya; Sistem Management Mutu (ISO 9001), Sistem Managemen Lingkungan (ISO 14000), Sistem

(4)

4 Managemen Keamanan Pangan (FFSC 22000/ISO 22000), juga sistem yang merupakan persyaratan Danone diantaranya : IGEA/GMP, Treaceability, Biovigilance dan HACCP.

Semua penerapan sistem tersebut bertujuan untuk menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain itu, untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan serta Kesejahteraan bagi karyawan dan pihak ke-3 yang bekerja dengan Danone-Aqua, AQUA menerapkan Sistem WISE untuk Safety dan Management K3 (SMK3). WISE merupakan suatu sistem manajemen K3 yang berasal dari luar negeri yang lebih menekankan kepada kesadaran perubahan perilaku safety dari semua orang yang berada di perusahaan. WISE ini memiliki 13 elemen yaitu visible management commitment, safety policy, standart, goals and objective, supportive safety personal, safety, safety Steering committee, motivation, communication,

training, incident investigation,

observastion and audit, contractor. Kontraktor yang di PT. Tirta Investama Airmadidi ini sedang melakukan proyek pergantian mesin yang lama ke mesin yang baru. Kontraktor ini berasal dari PT. Taiyo Sinar Raya Teknik yang bertempat di kota Jakarta sebagai kantor pusat perusahaan ini ada. PT. Taiyo Sinar

Raya Teknik ini bergerak dibidang jasa khusus kontraktor. Jumlah kontraktor yang bekerja di PT. Tirta Investama Airmadidi sebanyak 63 orang dengan ketenrangan 55 orang pekerja atau karyawan dan 8 orang sebagai staf project manager.

Karakteristik Informan

Secara umum karakteristik informan dapat dilihat dari umur yaitu 2 orang antara umur 35-40 tahun, 2 orang antara umur 40-45 tahun dan 1 orang antara umur 50-55 tahun. Informan pertama dengan pekerjaan sebagai Safety Controller dengan pendidikan terakhir Diploma III, informan ke 2 pekerjaannya sebagai Supervisor Electric dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), informan ke 3 pekerjaannya sebagai Supervisor Mechanic dengan pendidikan terakhir SMK, informan ke 4 dengan pekerjaan sebagai manager Safety

Health Environment (SHE) dan

pendidikan terakhirnya S2, informan ke 5 dengan pekerjaan sebagai kontraktor mechanical dan pendidikan terakhirnya yaitu SMA dan informan ke 6 dengan pekerjaan sebagai kontraktor electrical dan pendidikan terakhirnya yaitu SMK Pernyataan masing-masing informan diberi kode A1 untuk Safety Controller, A2 untuk Supervisor Electric, A3 untuk

(5)

5 Manager Safety Health Environment (SHE), B1 untuk kontraktor bagian Mechanical dan B2 untuk kontraktor bagian Electrical.

Evaluasi Metode Job Safety Analysis (JSA)

1. Evaluasi Pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA)

Pelaksanaan JSA oleh kontraktor di PT. Tirta Investama – Airmadidi untuk pergantian mesin, sudah berjalan dengan baik. Dari hasil wawancara mengenai berapa kali dilakukan evaluasi JSA, peneliti mendapat persamaan pendapat antara A1, A4 dan B1 bahwa JSA di evaluasi ketika ada pekerjaan baru atau pekerjaan yang mempunyai resiko yang tinggi. Hasil wawancara mengenai siapa yang melakukan evaluasi JSA, peneliti mendapat persamaan pendapat dari semua informan bahwa yang melakukan evaluasi JSA adalah dari pihak supervisor, safety man atau safety control dan manager Safety Health Environmant (SHE) dari PT. Tirta Investama – Airmadidi. Dari hasil wawancara mengenai bagaimana menilai resiko pekerjaan yang dilakukan, peneliti mendapatkan persamaan pendapat antara A1 dan A3 bahwa tingkat resiko ada 3 yaitu high risk, medium risk dan low risk apalagi bekerja diketinggian itu termasuk dalam

high risk. Dari hasil wawancara

mengenai bagaimana pengendalian yang dilakukan selain JSA, peneliti mendapat persamaan pendapat antara A2, B1 dan B2 bahwa pengendalian bahaya yang dilakukan selain JSA adalah Kiken Yoshi (KY) itu dilakukan setiap pagi sebelum bekerja dan itu lebih cepat dimengerti dan karena itu merupakan tugas yang akan dilakukan saat bekerja atau hari itu juga.

Hal yang sama terjadi juga pada penelitian dari Arizal Said Fauzi tentang Job Safety Analysis sebagai langkah awal dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan akibat kerja di area Attachment Fabrication PT. Sanggar Sarana Baja Jakarta Timur bahwa penilaian potensi bahaya dengan JSA bisa mengendalikan kecelakaan kerja sehingga tercipta keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja fabrikasi dan tercapai standar mutu pelayanan jasa fabrikasi yang ditargetkan. Dari hasil penelitian didapatkan berbagai gambaran potensi dan factor bahaya yang terdapat di area Attachment Fabrication yang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahaya operasional dan bahaya kondisional. Bahaya operasional berhubungan dengan penggunaan sarana atau alat-alat fabrikasi, seperti peralatan gerinda, mesin las, kendaraan angkat-angkut, dan sebagainya. Sedangakan

(6)

6 bahaya kondisional berhubungan dengan keadaan lingkungan.

Menurut Permenaker No. 5 tahun 1996 Lampiran II tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja point 12.1.7, bahwa evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin peningkatan secara berkelanjutan. Untuk itu sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan bahwa evaluasi yang dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab itu sudah benar dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada sehingga dengan evaluasi yang dilakukan bisa menemukan hal-hal yang belum dijalankan dalam penerapan JSA. Karena pentingnya JSA ini sehingga harus diperhatikan dengan lebih dari setiap aspek yang ada mulai dari identifikasi sampai pada evaluasi sehingga JSA ini bisa diterapkan dengan benar oleh pihak yang terkait.

2. Pengetahuan tentang pelaksanaan Job Safety Analysis (JSA)

Dari hasil wawancara mengenai apa yang diketahui tentang JSA, peneliti mendapatkan persamaan pendapat dari semua informan bahwa JSA adalah suatu pekerjaan untuk memprediksi potensi-potensi bahaya yang akan terjadi serta cara penanggulangannya. Dari hasil wawancara, untuk mengidentifkasi potensi bahaya yang ada, sebelum

bekerja terlebih dahulu harus mengetahui permasalahan – permasalahan yang terjadi pada pekerjaan yang pertama lakukan preparation alat dan preparation safety. Selanjutnya adalah persiapan menganalisa suatu pekerjaan dari awal sampai sebelum mulai pekerjaan, ada working prosedur, dan pekerjaannya dilakukan pengawasan dari awal bekerja sampai akhir pekerjaan. kedua untuk pabrikasi support, instalasi kabel rak dam seterusnya untuk warring kabel di produksi. Selanjutnya mensupervisi pekerjaan, pengecekan pekerjaan kemudian juga menrecord pekerjaan dan memastikan bahwa pekerjaan tidak ada masalah dan juga untuk menjaga kualiti assurance yang ada di perusahaan dan membimbing anak-anak bekerja dan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan dengan schedule yang tepat .Hasil wawancara mengenai kegiatan yang dilakukan berbahaya atau tidak dan apakah pernah terjadi kecelakaan sebelumnya, peneliti mendapatkan persamaan pendapat dari semua informan yang mengatakan bahwa setiap pekerjaan pasti memiliki resiko bahaya yang tinggi tetapi bersyukur bahwa tidak ada kecelakaan yang terjadi saat bekerja. Hasil wawancara mengenai prosedur keselamatan sebelum melakukan pekerjaan, peneliti mendapatkan persamaan pendapat antara A1,A2, dan

(7)

7 A3 bahwa prosedur yang dilakukan sebelum melakukan pekerjaan harus menyiapkan alat terlebih dahulu yaitu Safety Body Harness karena mereka bekerja diketinggian. Hasil wawancara mengenai apakah pekerja sudah mengikuti JSA dan apa sudah mengikuti pelatihan sebelumnya, peneliti mendapatkan persamaan pendapat semua informan bahwa mereka sudah melakukan semua jenis pekerjaan yang ada di JSA karena pekerjaan yang dilakukan pasti memiliki resiko bahanya sendiri dan sebelum bekerja sudah diberikan pelatihan terlebih dahulu dari manajer yang terkait. Hasil wawancara mengenai cara menentukan tingkat resiko yang ada di setiap pekerjaan, peneliti mendapat pendapat dari A4 bahwa JSA sudah ada pedomannya atau langsung mengacu ke JSA karena JSA itu merupakan prosedurnya.

Identifikasi tentang pentingnya pengetahuan penerapan JSA juga terdapat pada hasil penelitian dari Dian Purnamasari di PT. Adisatria Abadi di Yogjakarta yang mengatakan bahwa ada 5 faktor yang mempengaruhi dalam identifikasi bahaya yang dilakukan yaitu faktor bahan manusia, faktor orang atau tenaga kerja, faktor cara kerja, faktor alat kerja dan faktor lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengetahuan tentang pelaksanaan JSA di PT. Tirta Investama – Airmadidi sudah baik, mulai dari pekerja, supervisor dan manager. Dalam proses identifikasi terhadap potensi bahaya yang dilakukan sudah baik karena sebelum bekerja dilakukan analisa terhadap pekerjaan mulai dari awal sampai akhir agar tidak terjadi kecelakaan kerja. Ini yang membuat setiap pekerja merasa aman dalam bekerja dan tetap diawasi pekerjanya agar bisa mengikuti semua yang ada di Job Safety Analysis (JSA)

2. Implementasi pelaksanaan JSA di PT. Tirta Investama – Airmadidi untuk menganalisa pekerjaan penggantian mesin lama dengan mesin yang baru, sudah berjalan dengan baik. Pelaksanaan JSA dilakukan setiap ada pekerjaan baru atau pekerjaan resiko yang tinggi dan JSA dievaluasi langsung para pimpinan yang terkait langsung dengan pekerjaan di lapangan dan sudah sesuai dengan aturan yang berlaku dan JSA juga memiliki manfaat yang sangat baik dalam mengurangi tingkat resiko kecelakaan yang di perusahaan. Pengendalian yang dilakukan dengan menggunakan Job Safety Analysis (JSA) sangat membuat pekerja merasa aman dengan

(8)

8 tambahan beberapa metode pengendalian lainnya seperti risk assesmant, Qiken Yoci Training (QYT) sehingga pekerja memang tidak akan lupa dengan keselamatan diri masing-masing dan orang lain.

SARAN

1. Training sebaiknya dilakukan 3 bulan satu kali agar supaya pengetahuan pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja bisa ditingkatkan agar supaya setiap bukan hanya tahu bekerja tapi paham tentang arti pentingnya keselamatan diri sendiri dan orang lain.

2. Berikan reward kepada pekerja yang bekerja dengan baik dan aman agar yang lainnya terpacu untuk bekerja lebih baik dan lebih aman.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. 2015. Angka Kasus Kecelakaan Kerja Menurun.

http://www.bpjsketenagakerjaan .go.id/berita/2943/Angka-Kasus

Kecelakaan-Kerja-Menurun.html (Online) Diakses tanggal 14 September 2016 Fauzi, A, Said. 2009. Job Safety

Analysis Sebagai Langkah Awal

Dalam Upaya Pencegahan

Terjadinya Kecelakaan Akibat

Kerja di Area Attachment

Fabrication PT. Sanggar

Sarana Baja Jakarta Timur. Surakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Sebelas Maret. (Online) Diakses tanggal 14 September 2016

Purnamasari, Dian. 2010. Penerapan Job Safety Analysis Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bagian Pickled PT. Adi

Satria Abadi Yogyakarta.

Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. (Online) Diakses tanggal 14 September 2016

Materi Risk Assesment dan Profil Perusahaan di PT. Tirta Investama Airmadidi

Permenaker No. 5 tahun 1996 Lampiran II point 12.1.7 tentang Pedoman Teknis Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ramli, Soehatman. 2010. Sistem

Manajemen Keselamatan &

Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat

Ramli, Soehatman. 2013. Smart Safety

Panduan Penerapan SMK3

yang Efektif. Jakarta: Dian Rakyat

Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 pasal 87 ayat 1 tentang Ketenagakerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwanti dkk (2015) menyebutkan bahwa ibu yang memiliki umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun 2.1 lebih besar mengalami

DATA_BAHAN_BAKU NO_BAHAN_BAKU varchar(10) NAMA_BAHAN_BAKU varchar(20) HARGA integer SATUAN integer JENIS_BAHAN_BAKU integer DATA_TENAGA_KERJA NO_TENAGA_KERJA varchar(10)

Pengembangan Model Persamaan Konsumsi Bahan Bakar Efisien Untuk Mobil Penumpang Berbahan Bakar Bensin Sistem Injeksi Elektronik (EFI) , Prosiding, Seminar Nasional

Questions manifesting high-order thinking skills are those belonging to the analysis, synthesis, and evaluation levels of Bloom’s cognitive domain, while questions

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi produk dan harga mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sebesar 47,3 persen, yang berarti terdapat 52,7 persen variabel yang tidak

hasil simulasi dan analisis kestabilan gerak kopling inersia dari jenis F-104 terlihat bahwa pesawat udara tersebut dapat menjadi tidak stabil saat gerak roll. pada

Permasalahan dari perusahaan ini adalah tinggi rendahnya kinerja karyawan, untuk suatu upaya yang dapat meningkatkan kinerja karyawan, dengan permasalahan tersebut

Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang mempengaruhi pengembangan Inseminasi Buatan di Sumatera Utara antara lain peluang yang dimiliki seperti Program