3. METODE PENELITIAN
3.1 Model Analisis
Untuk dapat melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, variabel-variabel yang akan diteliti dapat dilihat dalam model analisis berikut :
Gambar 3.1 Model analisis hipotesis
3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan definisi yang dinyatakan atas suatu kriteria tertentu yang dapat diuji secara khusus (Cooper dan Emory, 1996). Menurut Kuncoro (2003), definisi operasional berarti penjelasan dalam terminologi operasional, dimana definisi operasional tersebut harus jelas dan spesifik, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Variabel sendiri, menurut Cooper dan Emory (1996), dapat diartikan sebagai sinonim untuk konstruk atau hal yang diteliti yang berupa symbol yang dapat diberi angka ataupun nilai. Dalam penelitian ini, digunakan tiga jenis variabel, yaitu variabel independen, variabel dependen, variabel intervening.
3.2.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi perubahan dalam variabel terikat, baik secara positif atau negatif (Cooper dan Emory, 1996).
H6 H7 H5 H4 H3 H2 H1 Organisational Innovation Intensity Environmental Turbulence Entrepreneurial Intensity Marketing Capability Competitive Advantage
Variabel independen dalam penelitian ini adalah environmental turbulence dan entrepreneurship intensity.
Konsep : Environmental Turbulence (V)
Definisi operasional : Pengaruh lingkungan eksternal terhadap strategi yang dijalankan oleh bank dilihat dari segi market dan teknologi
Indikator empirik : a. Market Turbulence
V1 : Bank kami senantiasa melakukan perubahan mengikuti keinginan
nasabah
V2 : Bank kami memiliki kemampuan dalam merespon peluang pasar
b. Technology Turbulence
V3 : Bank kami selalu menjadi bank terdepan dalam melakukan inovasi
produk perbankan dan/atau layanan jasa keuangan
V4 : Teknologi baru yang diterapkan perusahaan kami memiliki dampak
bagi operasional bank
Konsep : Entrepreneurship Intensity (W)
Definisi operasional : Mengidentifikasi gaya manajemen secara keseluruhan atas pengambil keputusan dalam bank
Indikator Empirik : a. Innovative
W1 : Dalam lima tahun terakhir, bank kami banyak memasarkan produk
perbankan dan/atau layanan jasa keuangan baru
W2 : Dalam lima tahun terakhir, bank kami banyak melakukan
perubahan atas produk perbankan dan/atau layanan jasa keuangan b. Proactive
W3 : Bank kami memiliki inisiatif yang senantiasa ditiru oleh pesaing
W4 : Dalam menghadapi pesaing, bank kami sering menjadi yang
pertama dalam memperkenalkan produk perbankan dan/atau layanan jasa keuangan baru dan pengelolaan organisasi
c. Risk-Taking
W5 : Top manajer di bank kami memiliki kecenderungan untuk memilih
investasi yang beresiko tinggi dengan kesempatan memperoleh tingkat pengembalian yang sangat tinggi
W6 : Top manajer di bank kami memiliki kebijakan pertumbuhan yang
didanai melalui dana pinjaman
3.2.1 Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis akan mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung, serta tidak dapat diamati dan diukur (Cooper dan Emory, 1996). Dalam penelitian ini, variabel intervening dapat terdiri atas marketing capability dan organizational innovation intensity.
Konsep : Marketing Capability (X)
Definisi operasional : Kemampuan bank dalam mengkombinasikan respon atas layanan jasa keuangan dan komunikasi pasar untuk menciptakan nilai. Indikator empirik :
a. Service Responsiveness
X1 : Bank kami senantiasa memberikan keberagaman layanan jasa
keuangan
X2 : Bank kami senantiasa memberikan respon yang cepat terhadap
pengaduan nasabah b. Marketing Communication
X3 : Bank kami memiliki keahlian dalam menjual
X4 : Bank kami senantiasa memberikan pelatihan kepada tenaga penjual
X5 : Bank kami senantiasa memberikan dukungan yang efektif kepada
tenaga penjual
X6 : Bank kami senantiasa mengembangkan dan menjalankan program
Konsep : Organizational Innovation Intensity (Y)
Definisi operasional : Aktivitas inovasi, yaitu semua ide baru yang diadopsi bank atas produk dan proses secara langsung dan tidak langsung dapat menambah nilai bagi bank
Indikator empirik : a. Product Innovation
Y1 : Banyak inovasi produk perbankan dan/atau layanan jasa keuangan
yang diperkenalkan oleh bank selama lima tahun terakhir
Y2 : Bank kami cenderung menciptakan produk perbankan/ layanan jasa
keuangan yang benar-benar baru sebagai dampak dari perubahan teknologi
b. Process Innovation
Y3 : Banyak inovasi proses yang diperkenalkan oleh bank selama lima
tahun terakhir
Y4 : Bank kami cenderung menciptakan suatu proses operasional yang
benar-benar baru sebagai dampak dari perubahan teknologi
3.2.3 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variable terikat yang dipengaruhi oleh perubahan variabel independen (Cooper dan Emory, 1996). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah competitive advantage.
Konsep : Competitive Advantage (Z)
Definisi operasional : Strategi yang digunakan oleh bank, yaitu berorientasi pada biaya, disebut cost leadership atau berorientasi pada diferensiasi, disebut differentiation.
Indikator empirik :
a. Cost Leadership
Z1 : Bank kami memiliki kemampuan untuk memperoleh dana pihak
ketiga secara konsisten
Z2 : Bank kami memiliki kemampuan dalam quality control atas
Z3 : Bank kami memiliki kemampuan dalam mengurangi biaya
operasional bank
Z4 : Bank kami sering melakukan inovasi pada pemrosesan layanan
jasa keuangan b. Differentiation
Z5 : Bank kami memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan
memperkenalkan produk perbankan dan/atau layanan jasa keuangan baru
Z6 : Bank kami memiliki kemampuan untuk membedakan produk
perbankan dan/atau layanan jasa keuangan dari pesaing melalui fitur/manfaat yang inovatif
Z7 : Bank kami memiliki kemampuan dalam membedakan produk
perbankan dan/atau layanan jasa keuangan dari pesaing melalui kualitas pelayanan jasa keuangan
Z8 : Bank kami memiliki kemampuan untuk memperlebar lini produk
perbankan dan/atau layanan jasa keuangan
3.3 Skala Pengukuran
Pengukuran dapat terdiri atas pemberian angka-angka terhadap suatu peristiwa sesuai dengan aturan tertentu (Cooper dan Emory, 1996). Menurut Cooper dan Emory (1996); Kuncoro (2003), terdapat empat jenis skala yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran, yaitu :
1. Skala nominal, merupakan skala pengukuran paling sederhana, dimana angka yang diberikan pada objek mempunyai arti hanya sebagai label dan tidak menunjukkan adanya tingkatan apapun. Objek dikelompokkan dalam set tertentu dan semua anggota set diberikan angka, dimana angka tersebut tidak memberikan arti apapun jika ditambahkan.
2. Skala ordinal, berarti skala pengukuran yang memberikan angka yang mengandung pengertian tingkatan. Skala ordinal tidak memberikan nilai absolute pada objek, tetapi hanya menunjukkan suatu urutan. Skala ini juga tidak menyatakan bahwa interval antar angka sama besar.
3. Skala interval, adalah skala pengukuran yang mengurutkan orang atau objek berdasarkan suatu atribut dan memberikan informasi mengenai interval antara satu orang atau objek dengan orang atau objek lainnya. Titik nol yang merupakan asal mula dapat ditetapkan secara bebas. Penggunakan skala interval memampukan penghitungan rata-rata dan standar deviasi dari variabel yang telah ditentukan.
4. Skala rasio, merupakan skala pengukuran yang mencakup semua ukuran sebelumnya dan dilengkapi dengan pemberikan keterangan mengenai nilai absolute atas objek yang diukur. Skala rasio memiliki titik nol, sehingga dapat dibuat perkalian ataupun pembagian.
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval. Hal ini dikarenakan skala interval responden diminta untuk menentukan pilihannya pada ranking yang memiliki jarak yang sama. Selain itu, instrumen yang digunakan adalah skala likert. Cooper dan Emory (1996) menyatakan bahwa dalam skala likert, responden diminta untuk memberikan respon terhadap pernyataan yang diajukan dengan memilih salah satu dari lima pilihan setuju sebagai berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju 2 = Tidak Setuju
3 = Netral 4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data
Untuk melakukan penelitian tentu dibutuhkanlah data. Data dapat diartikan sebagai fakta yang diberikan pada peneliti yang diambil dari lingkungan yang ditelitinya (Cooper dan Emory, 1996). Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Data Kuantitiatif
Data yang dapat diukur dalam skala numerik (Kuncoro, 2003). Data ini diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
3.4.2 Sumber Data
Pengumpulan data berarti pencatatan peristiwa atau karakteristik atas sebagian atau seluruh elemen populasi (Cooper dan Emory, 1996). Berdasarkan sumber datanya, dataa yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui sumber-sumber asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab penelitian kita (Cooper dan Emory, 1996). Dalam penelitian ini, data primer berasal dari kuesioner yang disebarkan kepada responden.
3.5 Instrumen dan Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Dalam studi pustaka, dilihat kembali semua penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan (Kuncoro, 2003). Data dan informasi ini dapat diperoleh melalui buku, jurnal-jurnal ilmiah, dan artikel-artikel lain guna dijadikan dasar dalam pembahasan teori-teori yang mendasari, perumusan hipotesa, dan penyusunan kuesioner.
2. Penyebaran kuesioner
Suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis kepada responden dengan harapan memperoleh jawaban dari pertanyaaan yang diberikan (Kuncoro, 2003). Kuesioner digunakan sebagai instrument dengan alasan mudah diolah, efisien dari segi waktu, dan lebih menjamin keakurasian data karena sudah disediakan pernyataan-pernyataan tertentu.
3.6 Populasi
Menurut Kuncoro (2003), populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum yang terletak di Surabaya. Alasan pemilihan populasi ini adalah untuk mempermudah penyebaran kuesioner.
3.7 Sampel dan Teknik Sampling 3.7.1 Sampel
Sampel adalah himpunan bagian dari suatu populasi secara keseluruhan yang dipilih secara cermat, sehingga dapat mewakili populasi tersebut (Cooper dan Emory, 1996). Menurut Jogiyanto dan Abillah (2009), jumlah sampel minimal yang direkomendasikan untuk PLS adalah 30 hingga 100, sedangkan menurut Yamin dan Kurniawan (2009), jumlah sampel minimal yang direkomendasikan untuk PLS adalah 35 hingga 100. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, digunakanlah jumlah sampel sebanyak 36 bank umum di Surabaya, dengan masing-masing bank umum diwakili oleh 1 atau 2 orang karyawan tetap dengan jabatan minimal setingkat supervisor.
.
3.7.2 Teknik Sampling
Menurut Kuncoro (2003), terdapat 2 macam teknik sampling yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian :
1. Probability Sampling, berarti pengambilan sampel berdasarkan prosedur seleksi, dimana setiap unit populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
2. Non-Probability Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dipilih secara arbitrer oleh peneliti, yaitu mengabaikan prinsip probabilitas, dimana pemilihan sampel tidak secara random.
Penelitian ini menggunakan teknik sampling, yaitu non-probability sampling. Hal ini dikarenakan tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan dan tersedia dari sumber tertentu. Selain itu, teknik sampling yang digunakan didasarkan pada metode judgement sampling. Artinya,
setiap elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dan pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu yang telah ditetapkan (Cooper dan Emory, 1996).
Kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah responden yang mewakili bank umum yang mengisi kuesioner harus merupakan karyawan yang bekerja pada bank umum di Surabaya dengan jabatan minimal setingkat supervisor. Tujuan ditetapkannya kriteria ini adalah karena karyawan tersebut dianggap telah memiliki pengalaman yang cukup untuk menguasai dengan baik bidang pekerjaannya.
3.8 Unit Analisis
Unit analisis adalah subjek dalam penelitian, yaitu objek, individu, atau kelompok yang diamati (Kuncoro, 2003). Unit analisis yang akan digunakan sebagai bahan analisis penelitian ini adalah bank umum di Surabaya.
3.9 Rancangan Kuesioner
Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini dapat terdiri atas 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan memaparkan tujuan atas dilakukannya penelitian dan sedikit penjelasan terkait penelitian yang dilakukan beserta dengan variablenya. Pada bagian isi terlampir daftar pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini yang didasarkan pada hal-hal yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan dalam kuesioner terdiri atas :
1. Environmental turbulence yang diadopsi dari Jaworski dan Kohli (1993); Han, Kim, Srivastava (1998).
2. Entrepreneurial intensity yang diadopsi dari Naman dan Slevin (1993); Weerawardena (2003); O’Cass dan Weerawardena (2009).
3. Marketing capability yang dikembangkan oleh Vijande, Sanzo-Perez, Gutierrez, dan Rodriguez (2012) berdasarkan rekomendasi dari Morgan, Zou, Vorhies, Katsikeas (2003).
4. Organisational innovation intensity yang diadopsi dari Weerawardena (2003); O’Cass dan Weerawardena (2009).
5. Competitive advantage yang diadopsi dari Hosseini, Azizi, Sheikhi (2012). Bagian penutup berisikan ucapan terima kasih dan data responden. Sebagai contoh, kuesioner yang telah dibuat akan dilampirkan.
3.10 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk analisis data adalah partial least square (PLS). Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi atas data yang diperoleh dalam proses penelitian.
3.10.1 Partial Least Square (PLS)
Partial Least Square (PLS) merupakan salah satu metode alternative SEM (Stuctural Equation Modeling) yang memanfaatkan path diagram yang memungkinkan untuk memasukkan semua variable yang diteliti berdasarkan model analisis yang telah ditentukan (Christmas, 2005). SEM sendiri adalah suatu teknik statistic yang dapat menganalisis hubungan antara konstrak laten dan indikatornya, konstrak laten yang satu dengan lainnya, dan kesalahan pengukuran secara langsung (Yamin dan Kurniawan, 2009). Proses perhitungan dalam PLS dilakukan dengan bantuan program aplikasi software SmartPLS (Yamin dan Kurniawan, 2009). Penggunaan PLS sebagai alat analisis data dikarenakan jumlah sampel yang dibutuhkan oleh PLS kecil (Jogiyanto & Abdillah, 2009). Informasi yang dihasilkan oleh PLS efisien dan mudah diinterpretasikan terutama pada model yang kompleks (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Selain itu, PLS juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh semua persamaan dalam model secara bersama-sama dan menyeluruh (Yamin dan Kurniawan, 2009).
Analisa PLS terdiri atas 2 model, yaitu outer model dan inner model (Jogiyanto & Abdillah, 2009). Outer model atau model pengukuran berguna untuk menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak laten dengan indikatornya, sedangkan inner model atau model structural berguna untuk menentukan spesifikasi hubungan antara konstrak laten dan konstrak laten lainnya, yaitu hubungan antara variable eksogen dan variable endogen (Yamin dan Kurniawan, 2009). Variabel eksogen adalah variable yang tidak dipengaruhi oleh variable
lainnya dan memberikan efek kepada variable lainnya, sedangkan variable endogen adalah variable yang dijelaskan oleh variable eksogen dan merupakan efek dari variable eksogen (Yamin dan Kurniawan, 2009).
3.10.1.1 Mengkonstruksi Diagram Path
Diagram path menunjukkan alur hubungan kausal antara variabel eksogen dan endogen, dimana hubungan ini dibangun berdasarkan pertimbangan teoritis yang benar dan pengetahuan logis yang dapat dipertanggungjawabkan (Haenlein dan Kaplan, 2004). Menurut Yamin dan Kurniawan (2009), pembangunan diagram path ini bertujuan untuk mempermudah visualisasi dan interpretasi hubungan antara variable yang telah dihipotesiskan dan melihat hubungan langsung dan tidak langsung antar variable, sehingga konsepnya lebih mudah untuk dipahami. Gambar berbentuk kotak menunjukkan indikator empirik, sedangkan gambar berbentuk bulat adalah konstruk yang terdiri atas variable endogen dan variable eksogen (Jogiyanto &Abdillah, 2009). Berikut gambar atas diagram path yang digunakan dalam penelitian ini :
3.10.1.2 Evaluasi Outer Model
Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat diuji dalam model prediksi hubungan relasional dan kausal jika belum melewati tahap purifikasi dalam outer model. Dalam evaluasi outer model, pengujian yang dilakukan adalah pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instumen penelitian.
3.10.1.2.1 Uji Validitas
Validitas berarti sejauh mana perbedaan yang diperoleh melalui alat pengukur mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya di antara responden yang diteliti (Cooper dan Emory, 1996). Dengan demikian, suatu skala dikatakan valid bila setiap pertanyaan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Kuncoro, 2003).
Menurut Cooper dan Emory (1996) dan Kuncoro (2003), terdapat 3 macam validitas, yaitu validitas isi, validitas yang berkaitan dengan criteria, dan validitas konstruk. Validitas isi memastikan bahwa ukuran telah mencakup sejumlah item yang representative dalam menyusun sebuah konsep (Kuncoro, 2003). Jika kuesioner mencakup secara memadai topik yang telah dirumuskan sebagai dimensi, maka dapat disimpulkan bahwa validitas isinya baik (Cooper dan Emory, 1996). Validitas berkaitan dengan kriteria mencerminkan keberhasilan ukuran yang digunakan untuk prediksi ataupun estimasi (Cooper dan Emory, 1996). Validitas berkaitan dengan criteria terjadi ketika sebuah ukuran membedakan individual pada kriteria yang akan diperkirakan (Kuncoro, 2003). Validitas konstruk membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran sesuai dengan teori dimana pengujian dirancang (Kuncoro, 2003).
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Korelasi yang kuat antara konstruk dan item-item pertanyaannya dan hubungan yang lemah dengan variabel lainnya merupakan salah satu cara untuk menguji validitas konstruk (Jogiyanto dan Abdillah, 2009). Menurut Kuncoro (2003), variabel konstruk dapat terdiri atas validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan (dicriminant validity).
1. Convergent validity
Convergent validity terjadi ketika nilai yang dihasilkan oleh 2 variabel yang mengukur konsep yang sama memiliki korelasi yang tinggi (Kuncoro, 2003), Pengujian convergent validity calam PLS dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor indikator dengan skor konstruk) indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Semakin tinggi nilai factor loading, maka peranan loading dalam menginterpretasikan matrik faktor semakin penting. Nilai loading factor (convergent validity) > 0,5 dapat dikatakan valid (Jogiyanto dan Abdillah, 2009).
2. Discriminant validity
Discriminant validity terjadi ketika 2 buah variable yang diperkirakan tidak berkorelasi memang memiliki nilai yang tidak menunjukkan adanya korelasi (Kuncoro, 2003). Dengan demikian, akan terlihat bahwa setiap indikator dalam suatu konstruk akan berbeda dengan indikator dalam konstruk lain dan mengumpul pada konstruk yang dimaksud. Discriminant validity dari model pengukuran dapat dinilai berdasarkan pengukuran cross loading dengan konstrak atau dengan cara membandingkan nilai square root of average variance extracted (akar AVE) dengan korelasi antar konstrak (Yamin dan Kurniawan, 2009). Jika nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar dibandingkan dengan nilai korelasi konstruk dengan konstruk lainnya, dapat disimpulkan bahwa model mempunyai discriminant validity yang cukup. Adapun rumus untuk menghitung AVE:
dimana = faktor loading dan
3.10.1.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas sendiri menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala pengukuran (Kuncoro, 2003). Dengan demikian, suatau skala dikatakan reliable, jika jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan konsisten terhadap suatu nilai dari waktu ke waktu.
Nilai composite reliabililty > 0,7 dinyatakan bahwa konstrak memiliki reliabilitas yang tinggi. Menurut Jogiyanto dan Abdillah (2009), pengujian ini tidak mutlak untuk dilakukan jika validitas konstruk telah terpenuhi, karena konstruk yang valid adalah konstruk yang reliabel, sebaliknya konstruk yang reliabel belum tentu valid. Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung composite reliability adalah sebagai berikut :
dimana = faktor loading dan
3.10.1.3 Evaluasi Inner Model
Inner model dievaluasi dengan melihat pada nilai R2, ukuran Stone-Geisser Q2 test, nilai koefisien path atau t-values tiap path.. Nilai R2 merupakan nilai yang dapat digunakan untuk menjelaskan seberapa besar variable eksogen mampu menerangkan variable endogen (Yamin dan Kurniawan, 2009). Jika nilai R2 besar, dapat disimpulkan bahwa variable eksogen mampu menjelaskan variable endogen (Yamin dan Kurniawan, 2009).
Model konstruk dapat diukur dengan menggunakan Q2 yang didasarkan pada pengujian Stone-Geisser Q2 test. Q2 berguna untuk mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya. Perhitungan Q2 dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Q2 = 1- (1 – R12) (1 – R22) … (1 – Rp2)
dimana R12 , R22 , Rp2 adalah R2 variabel endogen dalam model
Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis, dimana nilai tersebut ditunjukkan oleh nilai t-statistic. Jika nilai t-statistics lebih besar dari nilai t-table, maka hipotesis terdukung. Dalam prakteknya, pengujian yang biasa digunakan adalah pengujian dua arah, dengan batas nilai t-statistic 1,96 (Yamin dan Kurniawan, 2009) dan tingkat keyakinan 95 persen (α = 5 persen) (Jogiyanto dan Abdillah, 2009).
3.11 Rumusan Hipotesis dan Uji Hipotesis Penelitian 3.11.1 Rumusan Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah two-tailed test dimana nilai t-statistik harus lebih besar dari 1,96. Rumusan hipotesis antara variabel eksogen dan variabel endogen dalam penelitian ini, yaitu :
1. Pengaruh antara environmental turbulence terhadap entrepreneurial intensity
H10 : Tidak terdapat pengaruh positif antara environmental turbulence
terhadap entrepreneurial intensity pada bank umum di Surabaya. H1a : Terdapat pengaruh positif antara environmental turbulence
terhadap entrepreneurial intensity pada bank umum di Surabaya. 2. Pengaruh antara entrepreneurial intensity terhadap marketing capability
H20 : Tidak terdapat pengaruh positif antara entrepreneurial intensity
terhadap marketing capability pada bank umum di Surabaya. H2a : Terdapat pengaruh positif antara entrepreneurial intensity terhadap
marketing capability pada bank umum di Surabaya.
3. Pengaruh antara marketing capability terhadap organisational innovation intensity
H30 : Tidak terdapat pengaruh positif antara marketing capability
terhadap organisational innovation intensity pada bank umum di Surabaya.
H3a : Terdapat pengaruh positif antara marketing capability terhadap
organisational innovation intensity pada bank umum di Surabaya. 4. Pengaruh antara marketing capability terhadap competitive advantage
H40 : Tidak terdapat pengaruh positif antara marketing capability
terhadap competitive advantage. pada bank umum di Surabaya. H4a : Terdapat pengaruh positif antara marketing capability terhadap
competitive advantage. pada bank umum di Surabaya.
5. Pengaruh antara organisational innovation intensity terhadap competitive advantage
H50 : Tidak terdapat pengaruh positif antara organisational innovation
intensity terhadap competitive advantage pada bank umum di Surabaya.
H5a : Terdapat pengaruh positif antara organisational innovation
intensity terhadap competitive advantage. pada bank umum di Surabaya.
6. Pengaruh antara entrepreneurial intensity terhadap competitive advantage H60 : Tidak terdapat pengaruh positif antara entrepreneurial intensity
terhadap competitive advantage. pada bank umum di Surabaya. H6a : Terdapat pengaruh positif antara entrepreneurial intensity terhadap
competitive advantage pada bank umum di Surabaya.
7. Pengaruh antara entrepreneurial intensity terhadap organisational innovation intensity
H70 : Tidak terdapat pengaruh positif antara entrepreneurial intensity
terhadap organisational innovation intensity pada bank umum di Surabaya.
H7a : Terdapat pengaruh positif antara entrepreneurial intensity terhadap
organisational innovation intensity pada bank umum di Surabaya.
3.11.2 Uji Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dilakukanlah uji statistic untuk menentukan daerah penolakan H0, sehingga dapat diperoleh
kesimpulan atas hasil hipotesis penelitian. Uji statistic yang digunakan adalah uji t dan original sample estimate yang ditunjukkan oleh output dari PLS dalam table Result for Inner Model. Jika diperoleh [T- Statistic] > TTabel, yaitu sebesar 1,96 dan
original sample estimate positif, maka dapat disimpulkan daerah penolakan H0
adalah : Tolak. Masing-masing nilai T-Statistic dari variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan atas pengaruh setiap variabel secara parsial.