HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor yang berada pada ketinggian 216 m di atas permukaan laut, 06.55 LS dan 106.72 BT pada bulan Mei 2008 – Juli 2009. Hasil analisis tanah dari lokasi penelitian yang dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB disajikan lengkap pada Tabel 2.
Tabel 2. Data hasil analisis contoh tanah tempat penelitian
Parameter Hasil Kriteria *
C. Organik (%) 1.76 rendah
N- total (%) 0.19 rendah
P Bray (ppm) 2 sangat rendah
P HCl 25% (ppm) 22.2 sedang
Ca (me/100g) 1.52 sangat rendah
Mg (me/100g) 0.51 rendah K (me/100g) 0.1 rendah Na (me/100g) 0.17 rendah KTK (me/100g) 11.02 rendah KB (%) 20.87 rendah pH H2O 5.1 masam Tekstur Pasir (%) 10.34 Debu (%) 28.65 Liat (%) 61.01
* Menurut kriteria sifat kimia tanah Balai Penelitian Tanah Bogor
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Darmaga Bogor, Kota Bogor memiliki rata-rata curah hujan tinggi (345.91 mm/bln), jumlah hari hujan 297 hari/tahun, suhu harian antara 21.2 oC – 32.4 oC, jumlah rata-rata bulan basah 12 bulan/tahun. Berdasarkan kondisi tersebut menurut Schmidt dan Ferguson kota Bogor termasuk wilayah yang beriklim basah (Wisnubroto et al. 1983). Data klimatologi wilayah Darmaga Bogor dari Januari 2008 – Juli 2009 disajikan pada Lampiran 3.
Analisis Karakter Agronomi
Batang
Batang tanaman jarak pagar berbentuk bulat, batang muda berwarna hijau muda dan batang tua berwarna hijau keabuan (Gambar 3). Batang memiliki buku yang merupakan tempat duduknya tangkai daun. Tabel pengamatan karakter kualitatif dan nilai kategori bagian-bagian tanaman serta hasil pengamatan karakter kualitatif disajikan lengkap pada Lampiran 4 dan 5.
Tanaman jarak pagar tumbuh bercabang dengan sistem percabangan yang tidak teratur (Gambar 4). Berdasarkan hasil analisis Santoso (2009), cabang primer tumbuh dan berkembang dari batang utama dekat dengan permukaan tanah namun terkadang cabang primer muncul pula pada bagian atas dari batang utama. Cabang primer terhenti perpanjangannya setelah terbentuk bunga pada bagian terminal cabang, setelah bunga berkembang terbentuk percabangan sekunder pada titik tumbuh aksilar dekat tangkai bunga (malai). Umumnya cabang sekunder yang terbentuk dua cabang dengan ukuran yang sama, namun terkadang terbentuk hanya satu. Percabangan berikutnya adalah cabang tertier, cabang tertier tumbuh setelah terbentuknya bunga berikutnya dan jumlah cabang tertier yang muncul biasanya dua. Menurut Tjitrosoepomo (1985) tipe percabangan demikian disebut sebagai sistem percabangan menggarpu atau dikotom.
a b
a b c d
e f g h
Gambar 4. Cabang yang muncul dari batang utama pada genotipe jarak pagar; (a) IP-1A, (b) IP-1M, (c) IP-2P, (d) Lombok Timur, (e) Lombok Barat, (f) Lombok Tengah, (g) Sumbawa (h) Bima
Berdasarkan sidik ragam yang disajikan pada Tabel 3, genotipe berpengaruh sangat nyata pada karakter jumlah cabang sekunder dan jumlah cabang produktif, berpengaruh nyata pada karakter sudut cabang primer. Genotipe pada karakter jumlah cabang primer, tinggi tanaman saat muncul bunga pertama, diameter pangkal batang umur 6 bulan setelah tanam dan panjang ruas tidak berbeda nyata. Nilai tengah jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, jumlah cabang produktif, sudut cabang, tinggi tanaman pada saat muncul bunga pertama, diameter pangkal batang umur 6 bulan setelah tanam dan panjang ruas masing-masing genotipe jarak pagar disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Sidik ragam karakter kuantitatif batang pada delapan genotipe jarak pagar Kuadrat Tengah Sumber Keragaman db Jumlah cabang primer 12 BST Jumlah cabang sekunder 12 BST Jumlah cabang produktif 12 BST Sudut cabang primer (◦) Tinggi tanaman berbunga (cm) Diameter pangkal batang 6 BST (mm) Panjang ruas (cm) Ulangan 2 0.49tn 1.63tn 3.69* 17.47tn 7.54tn 12.75tn 0.36** Genotipe 7 1.05tn 7.49** 17.93** 15.17* 102.25tn 4.03tn 0.02tn Galat 14 1.48 1.11 0.92 5.53 40.29 7.19 0.02
Tabel 4. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif batang pada delapan genotipe jarak pagar Genotipe Jumlah cabang primer 12 BST Jumlah cabang sekunder 12 BST Jumlah cabang produktif 12 BST Sudut cabang primer (◦) Tinggi tanaman berbunga (cm) Diameter pangkal batang 6 BST (mm) Panjang ruas (cm) IP-1A 4.8 6.1 a 5.1 b 48.99 abc 80.52 49.62 2.47 IP-1M 6.1 3.3 b 3.3 c 48.80 abc 87.16 47.61 2.3 IP-2P 5.2 7.0 a 10.3 a 50.85 ab 68.22 47.2 2.41 Lombok Timur 4.6 3.9 b 4.1 bc 48.47 bc 81.15 48.6 2.37 Lombok Barat 4.1 2.8 b 2.9 c 48.40 bc 80.93 48.32 2.31 Lombok Tengah 5.0 2.8 b 3.7 bc 53.17 a 87.08 50.64 2.42 Sumbawa 4.6 4.1 b 3.4 bc 45.53 c 80.63 47.77 2.29 Bima 5.0 3.3 b 3.2 c 47.63 bc 81.26 47.77 2.27 Rata-rata 4.9 4.2 4.5 48.98 80.87 48.44 2.36 KK (%) 24.7 25.3 21.2 4.8 7.85 5.54 6.65
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%; BST = bulan setelah tanam.
Jumlah cabang sekunder berbeda pada beberapa genotipe. Jumlah cabang sekunder terbanyak dimiliki oleh genotipe IP-2P dan IP-1A dan jumlah cabang sekunder yang dimiliki oleh genotipe Lombok Tengah, Lombok Barat, IP-1M, Lombok Timur, Sumbawa dan Bima tidak berbeda. Menurut Santoso (2009), jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder mempengaruhi tipe pertumbuhan tanaman jarak pagar, dimana tanaman jarak pagar yang memiliki jumlah cabang primer yang sedikit tipe pertumbuhannya tampak tegak akan tetapi jika jumlah cabang sekundernya banyak, tipe pertumbuhannya tampak seperti semak. Jumlah cabang produktif yang diamati pada delapan genotipe berkisar antara 2.9 (Lombok Barat) hingga 10.3 (IP-2P). Cabang produktif adalah cabang yang menghasilkan buah.
Sudut cabang primer antar genotipe memiliki perbedaan, genotipe Lombok Tengah memiliki sudut cabang yang paling besar dan genotipe Sumbawa memiliki sudut cabang paling kecil. Menurut Raden (2009), sudut cabang mempunyai fungsi strategis dalam mengoptimalkan cabang atau tanaman dalam menyerap sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintesis.
Tinggi tanaman pada saat muncul bunga pertama, diameter pangkal batang umur 6 bulan setelah tanam dan panjang ruas tidak menunjukkan perbedaan antar genotipe dengan rata-rata tinggi tanaman, diamater pangkal batang umur 6 bulan
dan panjang ruas berturut-turut adalah 80.87 cm, 48.44 mm dan 2.36 cm. Menurut Santoso (2009), ukuran diameter pangkal batang suatu genotipe akan bertambah seiring dengan semakin bertambahnya jumlah cabang primer, karena percabangan (cabang primer) banyak terbentuk di pangkal batang dekat permukaan tanah. Pertumbuhan jarak pagar pada umur 6 bulan terlihat pada Gambar 5.
a b c d
e f g h
Gambar 5. Pertumbuhan tanaman jarak pagar umur 6 bulan setelah tanam; (a) genotipe IP-1A, (b) IP-1M, (c) IP-2P, (d) Lombok Timur, (e) Lombok Barat, (f) Lombok Tengah, (g) Sumbawa dan (h) Bima
Daun
Daun jarak pagar bertipe daun tunggal yang terletak pada buku batang yang didukung oleh tangkai daun, dengan tangkai daun berbentuk silinder dan tak berongga. Daun jarak pagar berbentuk bulat dengan bentuk ujung daun yang runcing dan pada pangkal daun berlekuk dalam, memiliki tipe tulang daun menjari dengan lima tulang daun utama, serta pada daun muda tidak memiliki bulu (Gambar 6). Jika dilihat dari permukaan daun, jarak pagar memiliki tekstur daun muda dan daun tua baik permukaan atas dan permukaan bawah yang licin (Gambar 7). Daun muda pada tanaman jarak pagar umumnya berwarna coklat
pada genotipe IP-1A, IP-1M, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa, Bima dan berwarna hijau kekuningan pada genotipe IP-2P. Daun tua berwarna hijau muda pada genotipe IP-1M, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa serta Bima dan berwarna hijau pada genotipe IP-1A dan IP-2P.
a b c d
e f g h
Gambar 6. Daun beberapa genotipe jarak pagar; (a) IP-1A, (b) IP-1M, (c) IP-2P, (d) Lombok Timur, (e) Lombok Barat, (f) Lombok Tengah, (g) Sumbawa dan (h) Bima
a b c d e
Gambar 7. Permukaan daun jarak pagar; (a). daun muda licin dan berwarna hijau kekuningan, (b) permukaan atas daun muda licin dan berwarna coklat, (c). permukaan bawah daun muda licin dan berwarna coklat, (d). permukaan atas daun tua licin dan berwarna hijau, dan (e). permukaan bawah daun tua licin dan berwarna hijau.
Sidik ragam beberapa karakter kuantitatif daun disajikan pada Tabel 5. Genotipe pada semua karakter yang diamati tidak berbeda nyata kecuali jumlah daun saat muncul bunga pertama berpengaruh sangat nyata.
Tabel 5. Sidik ragam karakter kuantitatif daun pada delapan genotipe jarak pagar
Kuadrat Tengah Panjang tangkai
daun (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm)
Sumber
Keragaman db
muda tua muda tua muda tua
Jumlah daun saat muncul bunga pertama Ulangan 2 0.71tn 6.06tn 0.20tn 3.58** 0.57tn 4.01** 60.76tn Genotipe 7 1.27tn 4.13tn 0.57tn 0.22tn 0.53tn 0.44tn 756.24** Galat 14 1.59 3.89 0.43 0.48 0.55 0.61 86.41
Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Nilai tengah panjang tangkai daun muda dan tua, panjang daun muda dan daun tua, lebar daun muda dan daun tua, jumlah daun saat muncul bunga pertama masing-masing genotipe disajikan pada Tabel 6. Rata-rata panjang tangkai daun muda 9.91 cm, panjang tangkai daun tua 20.92 cm, panjang daun muda 9.75 cm, panjang daun tua 12.02 cm, lebar daun muda 10.64 cm dan rata-rata lebar daun tua 13.78 cm.
Tabel 6. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif daun pada delapan genotipe jarak pagar
Genotipe Panjang tangkai daun (cm) daun (cm) Panjang daun (cm) Lebar Jumlah daun saat muncul
muda tua muda tua muda tua bunga pertama
IP-1A 11.41 21.37 10.54 11.86 11.35 13.55 116.6 ab IP-1M 9.83 20.72 9.63 11.71 10.59 13.27 102.5 bc IP-2P 10.08 23.22 9.92 12.09 10.34 13.52 132.1 a Lombok Timur 9.85 20.51 9.66 12.27 10.54 14.21 90.6 cd Lombok Barat 9.36 20.41 9.37 12.00 11.03 14.12 87.6 cd Lombok Tengah 9.72 21.69 9.39 12.51 10.42 14.23 84.5 d Sumbawa 9.64 19.46 10.19 12.01 10.84 13.93 100.8 bcd Bima 9.39 19.96 9.33 11.73 10.02 13.42 104.2 bc Rata-rata 9.91 20.92 9.75 12.02 10.64 13.78 102.4 KK (%) 12.72 9.42 6.71 5.78 6.99 5.67 9.1
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Tangkai daun menghubungkan helaian daun dengan batang/cabang/ranting. Bagian ujung dan pangkal tangkai daun saat berumur muda berwarna ungu,
sedangkan bagian tengah berwarna kuning kehijauan. Warna ungu ini akan berkurang dan menjadi kuning kehijauan seiring dengan pertumbuhan tanaman.
Karakter jumlah daun saat muncul bunga pertama antar genotipe terdapat perbedaan. Masing-masing genotipe memiliki jumlah daun tertentu untuk masuk ke fase generatif. Jumlah daun saat muncul bunga pertama paling banyak dimiliki oleh genotipe IP-2P dan genotipe Lombok Tengah memiliki jumlah daun yang paling sedikit.
Bunga
Bunga jarak pagar tersusun dalam malai (inflorescence), malai bunga terbentuk di ujung cabang dengan warna bunga yang sama antar genotipe yaitu kuning kehijauan. Bunga memiliki lima kelopak bunga (sepal) dan lima mahkota bunga (petal). Bunga jantan mempunyai 10 benang sari (stamen) tersusun dalam dua lingkaran masing-masing terdiri atas lima benang sari. Kepala sari berwarna kuning muda dan kepala putik berwarna hijau sementara itu kelopak bunga dan tangkai bunga berwarna hijau muda. Bunga betina berukuran lebih besar dibanding bunga jantan (Gambar 8).
a b c
Gambar 8. Bunga jarak pagar; (a). malai bunga terbentuk di ujung cabang, (b) perbedaan bentuk bunga; (i) bunga betina, (ii) bunga jantan, (c) posisi bunga betina diantara bunga jantan
Sidik ragam beberapa karakter kuantitatif bunga disajikan pada Tabel 7. Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap karakter umur berbunga dan jumlah malai per tanaman. Genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter jumlah bunga jantan per malai. Semetara itu genotipe tidak berpengaruh nyata terhadap karakter
jumlah bunga betina per malai, jumlah buah per malai dan persentase bunga betina menjadi buah.
Tabel 7. Sidik ragam karakter kuantitatif bunga pada delapan genotipe jarak pagar
Kuadrat Tengah Jumlah bunga
Sumber
Keragaman db berbunga Umur
(HST) jantan per malai
betina per malai Jumlah buah per malai % bunga betina menjadi buah Jumlah malai per tanaman Ulangan 2 172.40* 155.51tn 0.58tn 0.41tn 12.38tn 18.27tn Genotipe 7 640.74** 524.63* 0.42tn 0.39tn 29.58tn 151.93** Galat 14 40.69 162.76 0.26 0.21 10.48 9.70
Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn tidak nyata; HST: hari setelah tanam
Tabel 8. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif bunga pada delapan genotipe jarak pagar Jumlah bunga Genotipe Umur berbunga (HST) jantan per malai betina per malai jumlah buah per malai % bunga betina menjadi buah Jumlah malai per tanaman IP-1A 151.4 c 115.1 a 5.4 4.7 86.91 13.0 b IP-1M 160.5 bc 77.1 c 5.4 4.5 82.09 5.4 c IP-2P 134.2 d 103.2 ab 4.8 4.2 89.23 26.0 a Lombok Timur 174.6 a 87.4 bc 5.2 4.5 85.47 7.2 c Lombok Barat 170.1 ab 85.1 bc 5.7 5.1 88.12 5.1 c Lombok Tengah 170.4 ab 108.5 ab 6.0 5.3 88.58 6.4 c Sumbawa 177.8 a 90.8 bc 5.4 4.5 83.83 6.6 c Bima 171.4 ab 85.7 bc 5.6 4.7 84.85 6.4 c Rata-rata 163.8 94.1 5.4 4.7 86.13 9.5 KK (%) 3.9 13.6 9.5 9.83 3.10 32.7
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%, HST = hari setelah tanam
Nilai tengah umur berbunga, jumlah bunga jantan dan betina per malai, jumlah buah per malai, persentase bunga betina menjadi buah dan jumlah malai per tanaman masing-masing genotipe disajikan pada Tabel 8. Umur tanaman mulai berbunga berbeda antar genotipe. Genotipe yang paling cepat berbunga yaitu IP-2P (134.2 HST) dan yang paling lambat berbunga yaitu Sumbawa (177.8 HST) dan Lombok Timur (174.6 HST).
Jumlah bunga jantan per malai berbeda antar genotipe. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak dibanding bunga betina. Bunga betina terletak di tengah,
dikelilingi oleh bunga jantan. Perbandingan rata-rata jumlah bunga jantan dengan bunga betina adalah 17:1 (Tabel 8). Menurut Hartati (2006), potensi tanaman jarak pagar dalam membentuk bunga jantan dan bunga betina dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain ketersediaan air, cahaya dan kesuburan tanah.
Dari kedelapan genotipe yang diamati jumlah bunga jantan per malai terbanyak dimiliki oleh IP-1A (115.1 bunga) dan genotipe yang memiliki jumlah bunga jantan paling sedikit yaitu IP-1M (77.1 bunga). Rata-rata jumlah bunga betina per malai, jumlah buah per malai dan persentase bunga betina menjadi buah berturut-turut adalah 5.4, 4.7 dan 86.13% (Tabel 8). Jumlah malai per tanaman berbeda antar genotipe. Jumlah malai per tanaman terbanyak dimiliki oleh IP-2P (26.0 malai) kemudian diikuti oleh IP-1A (13.0 malai). IP-1M, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa serta Bima memiliki jumlah malai per tanaman yang sama. Dalam satu malai mekarnya bunga tidak terjadi secara bersamaan. Menurut Raden (2009) umumnya bunga yang berada di ujung malai utama mekar lebih dahulu kemudian diikuti oleh bunga lainnya. Kuncup yang terbentuk terlebih dahulu akan mekar lebih awal.
Buah
Buah jarak pagar sering disebut kapsul dan istilah biologinya biasa disebut buah kendaga (rhegma), mempunyai sifat seperti buah berbelah dan tiap bagian buah mudah pecah sehingga biji yang terdapat di dalamnya dapat terlepas dari bilik atau ruang (Tjitrosoepomo 1985). Berdasarkan jumlah kendaganya keseluruhan genotipe jarak pagar dalam penelitian ini termasuk ke dalam buah berkendaga tiga, ketika masak pecah menjadi tiga bagian, masing-masing pecah dan mengeluarkan satu biji. Warna buah muda dan buah masak antar genotipe tidak berbeda, yaitu pada buah muda berwarna hijau muda dan buah masak berwarna kuning (Gambar 9).
a b c d
Gambar 9. Buah jarak pagar; (a) buah muda, (b) buah masak, (c) penampang melintang buah dan (d) biji dalam bilik/ruang
Sidik ragam beberapa karakter kuantitatif buah disajikan pada Tabel 9. Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap karakter umur panen dan jumlah buah per tanaman. Pengaruh genotipe pada karakter tebal daging buah, panjang buah masak, diameter buah dan bobot buah rata-rata tidak nyata. Nilai tengah tebal daging buah, panjang buah masak, diameter buah masak, umur panen, jumlah buah per tanaman dan boot buah rata-rata disajikan pada Tabel 10.
Tabel 9. Sidik ragam karakter kuantitatif buah pada delapan genotipe jarak pagar
Kuadrat Tengah Sumber
Keragaman db daging buah Tebal
(mm) Panjang buah masak (mm) Diameter buah masak (mm) Umur panen (HST) Jumlah buah per tanaman Bobot buah rata-rata (g) Ulangan 2 0.17tn 0.53tn 0.73tn 87.20tn 203.01tn 0.04tn Genotipe 7 0.15tn 0.99tn 0.41tn 596.18** 2552.21** 1.05tn Galat 14 0.16 0.74 0.72 113.74 168.72 0.67
Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata, HST: hari setelah tanam
Tabel 10. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif buah pada delapan genotipe jarak pagar
Genotipe daging Tebal
buah (mm) Panjang buah masak (mm) Diameter buah masak (mm) Umur panen (HST) Jumlah buah per tanaman Bobot buah rata-rata (g) IP-1A 3.62 29.43 26.79 216.9 b 60.5 b 11.38 IP-1M 3.67 29.79 27.27 227.2 ab 24.3 c 12.05 IP-2P 4.23 30.33 27.04 196.6 c 109.9 a 12.81 Lombok Timur 3.65 29.08 27.17 234.9 ab 32.4 c 11.24 Lombok Barat 3.63 29.89 27.27 226.4 ab 25.8 c 11.57 Lombok Tengah 3.81 29.66 27.89 236.8 ab 34.0 c 11.47 Sumbawa 3.85 29.91 26.72 237.9 a 29.6 c 11.26 Bima 3.53 28.47 26.87 236.5 ab 30.5 c 10.91 Rata-rata 3.75 29.57 27.13 226.6 43.4 11.59 KK (%) 10.53 2.9 3.13 4.7 29.9 7.06
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%, HST: hari setelah tanam
Rata-rata tebal daging buah, panjang buah masak, diameter buah masak dan bobot buah rata-rata berturut-turut adalah 3.75 mm, 29.57 mm, 27.13 mm dan 11.59 g. Pada karakter umur panen terdapat perbedaan antara genotipe Sumbawa dengan IP-2P dan antara genotipe IP-1A dengan IP-2P, dimana genotipe yang paling lama dipanen adalah Sumbawa (237.9 HST) dan yang paling cepat dipanen yaitu genotipe IP-2P (196.6 HST). IP-2P memiliki umur panen paling cepat karena terbentuknya bunga pertama pada genotipe ini juga lebih cepat, sementara itu untuk genotipe Sumbawa dengan Bima, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Timur dan IP-1M memiliki umur panen relatif sama. Proses pematangan buah pada setiap malai tidak serempak. Proses pemanenan pada tanaman jarak pagar ini dilakukan secara bertahap. Panen dilakukan dengan memetik buah yang telah berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Yeyen et al. (2006) bahwa tingkat kemasakan buah memberikan pengaruh terhadap kadar minyak, buah yang dipanen saat berwarna kuning memberikan kadar minyak yang paling tinggi.
Jumlah buah per tanaman genotipe IP-2P berbeda dengan IP-1A, sedangkan antar genotipe IP-1M, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima tidak terdapat perbedaan. Jumlah buah per tanaman tertinggi dicapai oleh genotipe IP-2P (109.9 buah).
Biji
Biji jarak pagar sesaat setelah dipanen tampak berwarna hitam kecoklatan pada genotipe Lombok Timur dan Lombok Tengah, berwarna hitam pada genotipe IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Barat, Sumbawa dan Bima. Ketika biji mulai kering permukaan biji tersebut akan tampak garis-garis putih dan retakan-retakan halus (Gambar 10).
a b
Sidik ragam karakter kuantitatif ukuran biji disajikan pada Tabel 11. Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap karakter panjang biji dan jumlah biji per tanaman, genotipe berpengaruh nyata terhadap karakter bobot 100 biji. Pengaruh genotipe pada karakter tebal biji dan jumlah biji per buah tidak nyata.
Tabel 11. Sidik ragam karakter kuantitatif ukuran biji pada delapan genotipe jarak pagar
Kuadrat Tengah Sumber
Keragaman db Panjang biji
(mm) Tebal biji (mm) Jumlah biji per buah Jumlah biji per tanaman Bobot 100 biji (g) Ulangan 2 0.26tn 0.09tn 0.01tn 1876.46tn 0.95tn Genotipe 7 1.74** 0.03tn 0.01tn 18709.89** 15.60* Galat 14 0.38 0.04 0.05 1642.03 4.34
Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Tabel 12. Nilai tengah beberapa sifat kuantitatif ukuran biji pada delapan genotipe jarak pagar
Genotipe Panjang Tebal Jumlah biji Jumlah biji Bobot 100
biji (mm) biji (mm) per buah per tanaman biji (g)
IP-1A 19.83 b 9.13 2.7 162.6 b 68.50 ab IP-1M 20.10 b 9.10 2.8 64.3 c 68.36 ab IP-2P 22.06 a 8.92 2.7 297.7 a 72.33 a Lombok Timur 20.00 b 9.02 2.7 87.9 c 67.37 bc Lombok Barat 20.06 b 8.91 2.7 67.8 c 67.86 bc Lombok Tengah 19.96 b 9.11 2.6 93.7 bc 69.25 ab Sumbawa 19.96 b 9.11 2.7 82.7 c 69.91 ab Bima 19.69 b 8.89 2.7 82.9 c 64.32 c Rata-rata 20.20 9.02 2.7 117.5 68.49 KK (%) 3.05 2.22 8.2 34.5 3.04
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Nilai tengah panjang biji, tebal biji, jumlah biji per buah, jumlah biji per tanaman dan bobot 100 biji disajikan pada Tabel 12. Tebal biji rata-rata 9.02 mm dan rata-rata jumlah biji per buah 2.7. Pada karakter panjang biji, genotipe IP-2P memiliki panjang biji berbeda dengan ketujuh genotipe lainnya. Panjang biji terpanjang dimiliki oleh IP-2P (22.06 mm). Jumlah biji per tanaman terbanyak dicapai oleh genotipe IP-2P (297.7 biji). Bobot 100 biji terberat dicapai oleh IP-2P (72.33 g), sedangkan bobot terendah pada genotipe Bima (64.32 g).
Sidik ragam karakter kuantitatif bobot biji disajikan pada Tabel 13. Genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap karakter bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per petak dan bobot kering biji per hektar. Pengaruh genotipe pada karakter bobot basah biji dan bobot kering biji tidak nyata.
Tabel 13. Sidik ragam karakter kuantitatif bobot biji pada delapan genotipe jarak pagar
Kuadrat Tengah Sumber
Keragaman db Bobot basah
biji (g) Bobot kering biji (g) Bobot kering biji per tanaman (g) Bobot kering biji per petak (kg) Bobot kering biji per hektar
(kg)
Ulangan 2 0.000007tn 0.00125tn 1612.93tn 0.23tn 10080.80tn
Genotipe 7 0.000740tn 0.00295tn 10986.58** 1.58** 68666.15**
Galat 14 0.001124 0.00177 1134.99 0.16 7093.70
Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Tabel 14. Nilai tengah sifat kuantitatif bobot biji pada delapan genotipe jarak pagar Genotipe Bobot basah biji (g) Bobot kering biji (g) Bobot kering biji per tanaman
(g)
Bobot kering biji per petak
(kg)
Bobot kering biji per hektar
(kg) IP-1A 1.12 0.73 118.62 b 1.42 b 295.83 b IP-1M 1.14 0.72 48.27 c 0.58 c 120.83 c IP-2P 1.14 0.74 223.21 a 2.68 a 558.33 a Lombok Timur 1.12 0.67 59.08 bc 0.71 bc 147.92 bc Lombok Barat 1.15 0.71 49.32 c 0.59 c 122.92 c Lombok Tengah 1.12 0.72 66.9 bc 0.80 bc 166.67 bc Sumbawa 1.15 0.70 56.76 bc 0.68 bc 141.67 bc Bima 1.11 0.65 53.59 c 0.64 c 133.33 c Rata-rata 1.13 0.7 84.47 1.01 210.42 KK (%) 2.97 5.98 39.88 39.88 39.88
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
Nilai tengah bobot basah biji, bobot kering biji, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per petak dan bobot kering biji per hektar disajikan pada Tabel 14. Rata-rata bobot basah biji dan bobot kering biji adalah 1.13 g dan 0.7 g. Bobot kering biji per tanaman terberat dicapai oleh IP-2P (223.21 g).
Bobot kering biji per petak tertinggi diperoleh genotipe IP-2P (2.68 kg). Bobot kering biji per hektar tertinggi dicapai oleh genotipe IP-2P (558.33 kg).
Produktivitas jarak pagar tertinggi pada tahun pertama yaitu 558.33 kg/ha (2.68 kg/petak) diperoleh genotipe IP-2P. Produktivitas yang tinggi ini didukung oleh jumlah cabang produktif, jumlah malai per tanaman, jumlah buah per tanaman dan jumlah biji per tanaman yang tinggi. IP-2P memiliki rata-rata jumlah buah per malai yang rendah dibanding dengan genotipe lainnya, namun IP-2P memiliki jumlah malai per tanaman yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe lain, sehingga jumlah buah per tanaman dan jumlah biji per tanaman tinggi.
Pada tahun pertama untuk genotipe yang sama, produksi biji kering menunjukkan hasil yang lebih rendah dibanding produksi di daerah beriklim kering. Hasil penelitian Santoso et al. (2008) tahun pertama di Lombok menunjukkan genotipe IP-1A memiliki produksi 656.5 kg/ha, Lombok Timur 376.3 kg/ha, Lombok Barat 674.7 kg/ha, Lombok Tengah 351.7 kg/ha, Sumbawa 551.1 kg/ha dan Bima 604.7 kg/ha. Hasil penelitian Raden (2009) tahun pertama di daerah Bogor, produksi biji kering per hektar untuk genotipe Lombok Barat menunjukkan hasil 272 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe yang berproduksi baik di daerah beriklim kering belum tentu memiliki produksi yang baik pula di daerah beriklim basah. Genotipe IP-2P memiliki produktivitas yang tinggi karena merupakan genotipe yang beradaptasi di daerah dengan curah hujan tinggi, sehingga pada penelitian ini IP-2P dapat berproduksi dengan baik.
Kadar Minyak
Sidik ragam kadar minyak disajikan pada Tabel 15. Genotipe berpengaruh nyata terhadap kadar minyak biji panen pertama dan kedua, sedangkan tidak nyata pada kadar minyak kernel panen pertama dan kedua. Nilai tengah kadar minyak kernel dan kadar minyak biji panen pertama dan panen kedua disajikan pada Tabel 16.
Tabel 15. Sidik ragam kadar minyak pada delapan genotipe jarak pagar
Kuadrat Tengah
Kadar minyak kekrnel (%) Kadar minyak biji (%)
Sumber
Keragaman db
panen 1 panen 2 panen 1 panen 2
Ulangan 2 1.55tn 2.22tn 1.86tn 2.78tn
Genotipe 7 11.70tn 11.67tn 6.16* 6.91*
Galat 14 5.44 5.14 1.86 2.59
Keterangan: **: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Tabel 16. Nilai tengah sifat kuantitatif karakter kadar minyak pada delapan genotipe jarak pagar
Kadar minyak kernel (%) Kadar minyak biji (%)
Genotipe
panen 1 panen 2 panen 1 panen 2
IP-1A 48.45 46.16 32.59 c 31.27 b IP-1M 48.74 42.61 32.96 c 31.42 b IP-2P 47.49 47.26 32.68 c 33.48 ab Lombok Timur 47.72 47.25 32.18 c 30.46 b Lombok Barat 51.19 49.38 35.61 ab 31.61 b Lombok Tengah 49.1 47.57 36.00 a 30.91 b Sumbawa 44.62 46.62 33.20 bc 34.96 a Bima 46.15 45.3 33.28 bc 32.82 ab Rata-rata 47.93 46.52 33.56 32.12 KK (%) 4.86 4.87 4.07 5.01
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. tn = tidak nyata
Rata-rata kadar minyak kernel panen pertama adalah 47.93% dan kadar minyak kernel panen kedua adalah 46.52%. Kadar minyak biji pada panen pertama tertinggi dicapai oleh genotipe Lombok Tengah (36.00%). Pada panen kedua kadar minyak biji tertinggi ini dicapai genotipe Sumbawa (34.96%).
Analisis Korelasi dan Analisis Lintas
Karakter hasil adalah sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh sejumlah gen. Untuk menduga hubungan antar karakter dengan hasil dihitung melalui korelasi yang disajikan dalam Lampiran 6. Karakter kuantitatif yang berkorelasi positif nyata dengan bobot kering biji per tanaman adalah jumlah cabang
sekunder, jumlah cabang produktif, panjang tangkai daun tua, jumlah daun, jumlah malai per tanaman, jumlah buah per tanaman, bobot basah buah, panjang biji, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji dan bobot 100 biji. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terdapat perubahan pada karakter tersebut maka perubahan tersebut akan mempengaruhi bobot kering biji per tanaman. Hubungan antara tinggi tanaman saat muncul bunga pertama, umur berbunga dan umur panen dengan bobot kering biji per tanaman berkorelasi negatif dan sangat nyata. Hal ini berarti bobot kering tanaman akan bertambah jika ketiga karakter tersebut menurun.
Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter kuantitatif terhadap bobot kering biji per tanaman disajikan pada Tabel 17. Dari delapan belas karakter kuantitatif yang dianalisis pengaruh langsung maupun tidak langsungnya terhadap bobot kering biji per tanaman, tidak seluruhnya memberikan pengaruh langsung yang besar.
Tabel 17. Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter dengan bobot kering biji per tanaman
Pengaruh tidak langsung melalui Karakter X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X1 0.0274 -0.0007 0.0146 -0.0020 0.0194 -0.0068 -0.2942 -0.0002 0.3430 X2 -0.0172 0.0011 -0.0200 -0.0083 -0.0288 0.0099 0.3712 0.0002 -0.4207 X3 -0.0157 0.0008 -0.0255 -0.0142 -0.0303 0.0115 0.4796 0.0002 -0.5247 X4 0.0021 0.0003 -0.0141 -0.0257 -0.0134 0.0087 0.2649 0.0002 -0.2861 X5 -0.0131 0.0008 -0.0190 -0.0085 -0.0406 0.0103 0.4151 0.0002 -0.4462 X6 0.0131 -0.0008 0.0205 0.0156 0.0293 -0.0143 -0.4221 -0.0003 0.4733 X7 -0.0157 0.0008 -0.0239 -0.0133 -0.0329 0.0118 0.5119 0.0002 -0.5657 X8 0.0148 -0.0006 0.0174 0.0119 0.0233 -0.0127 -0.3686 -0.0003 0.4164 X9 -0.0165 0.0008 -0.0234 -0.0129 -0.0317 0.0118 0.5069 0.0003 -0.5713 X10 -0.0006 0.0002 -0.0141 -0.0124 -0.0169 0.0065 0.2843 0.0002 -0.3065 X11 -0.0117 0.0004 -0.0180 -0.0112 -0.0263 0.0081 0.4154 0.0002 -0.4563 X12 -0.0165 0.0008 -0.0232 -0.0126 -0.0313 0.0116 0.5038 0.0002 -0.5694 X13 0.0002 0.0002 -0.0085 -0.0053 -0.0139 0.0049 0.2140 0.0001 -0.2372 X14 -0.0104 0.0005 -0.0138 -0.0116 -0.0181 0.0068 0.2790 0.0001 -0.3155 X15 -0.0020 -0.0002 0.0017 0.0038 0.0097 -0.0005 -0.0512 0.0000 0.0468 X16 0.0074 -0.0006 0.0086 0.0042 0.0179 -0.0051 -0.1275 -0.0001 0.1217 X17 -0.0030 0.0000 -0.0025 -0.0003 0.0061 -0.0019 0.0353 0.0000 -0.0278 X18 -0.0084 0.0002 -0.0051 0.0020 -0.0104 0.0018 0.0627 0.0001 -0.0571
Keterangan: ** = nyata pada tingkat signifikan 1%; Nilai sisa = 0.01768; Angka yang bergaris bawah pada diagonal = pengaruh langsung; Angka di atas dan di bawah diagonal= pengaruh tidak langsung; X1= Tinggi tanaman pada saat muncul bunga pertama; X2=Jumlah cabang sekunder; X3=Jumlah cabang produktif; X4=Panjang tangkai daun tua; X5=Jumlah daun saat muncul bunga pertama; X6= Umur berbunga; X7= Jumlah malai per tanaman; X8= Umur panen; X9= Jumlah buah per tanaman
Tabel 17. Pengaruh langsung dan tidak langsung beberapa karakter dengan bobot kering biji per tanaman (lanjutan)
Pengaruh tidak langsung melalui Karakter X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 Pengaruh total X1 -0.0001 -0.0056 -0.6623 0.0007 0.0158 0.0001 0.0011 0.0003 0.0002 -0.55 ** X2 0.0005 0.0051 0.8053 0.0218 -0.0178 0.0003 -0.0023 0.0000 -0.0001 0.70 ** X3 0.0013 0.0093 1.0037 0.0343 -0.0225 0.0001 -0.0013 -0.0003 -0.0001 0.90** X4 0.0012 0.0057 0.5393 0.0212 -0.0187 0.0002 -0.0006 0.0000 0.0001 0.48** X5 0.0010 0.0085 0.8491 0.0349 -0.0185 0.0003 -0.0017 0.0004 -0.0002 0.77** X6 -0.0011 -0.0074 -0.8958 -0.0348 0.0197 0.0000 0.0014 -0.0004 0.0001 -0.80** X7 0.0013 0.0107 1.0825 0.0427 -0.0226 0.0001 -0.0010 -0.0002 -0.0001 0.98** X8 -0.0011 -0.0072 -0.7826 -0.0183 0.0167 0.0001 0.0013 0.0003 0.0002 -0.69** X9 0.0013 0.0105 1.0965 0.0424 -0.0229 0.0001 -0.0008 -0.0001 -0.0001 0.99** X10 0.0024 0.0090 0.5959 0.0479 -0.0166 -0.0003 0.0003 0.0000 0.0000 0.58** X11 0.0016 0.0131 0.8649 0.0517 -0.0261 0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0000 0.80** X12 0.0013 0.0103 1.1000 0.0414 -0.0232 0.0001 -0.0008 -0.0001 -0.0001 0.99** X13 0.0011 0.0067 0.4465 0.1021 -0.0204 -0.0001 0.0005 0.0005 0.0002 0.49** X14 0.0010 0.0083 0.6156 0.0503 -0.0415 0.0001 -0.0004 0.0002 -0.0001 0.55** X15 0.0005 -0.0008 -0.0839 0.0095 0.0015 -0.0014 0.0018 -0.0010 0.0002 -0.06 X16 0.0002 -0.0003 -0.2215 0.0140 0.0038 -0.0006 0.0039 -0.0007 0.0002 -0.17 X17 0.0000 0.0003 0.0446 -0.0177 0.0025 -0.0005 0.0010 -0.0029 -0.0001 0.03 X18 0.0000 0.0002 0.1174 -0.0256 -0.0059 0.0005 -0.0011 -0.0004 -0.0007 0.07
Keterangan: ** = nyata pada tingkat signifikan 1%; Nilai sisa = 0.01768; Angka yang bergaris bawah pada diagonal = pengaruh langsung; Angka di atas dan di bawah diagonal= pengaruh tidak langsung; X10= Bobot basah buah rata-rata; X11= Panjang biji; X12= Jumlah biji per tanaman; X13= Bobot kering biji rata-rata; X14= Bobot 100 biji; X15= Kadar minyak kernel panen pertama; X16= Kadar minyak biji panen pertama; X17= Kadar minyak kernel panen kedua; X18= Kadar minyak biji panen kedua
Terdapat dua karakter yang memiliki pengaruh langsung yang besar dan positif terhadap bobot kering biji per tanaman yaitu jumlah malai per tanaman dan jumlah biji per tanaman. Karakter jumlah malai per tanaman (X7) berkorelasi
positif sangat nyata (r7y = 0.98) dan memiliki pengaruh langsung yang positif (P7y
= 0.51). Demikian juga untuk jumlah biji per tanaman, karakter ini berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot kering biji per tanaman (r12y = 0.99) memiliki
nilai yang hampir sama dengan pengaruh langsungnya (P12y = 1.10). Semakin
banyak jumlah malai per tanaman dan jumlah biji per tanaman maka bobot kering biji per tanaman juga akan semakin besar. Tingginya hubungan langsung pada kedua karakter tersebut menunjukkan bahwa karakter jumlah malai per tanaman dan jumlah biji per tanaman merupakan karakter penting yang menentukan bobot kering biji per tanaman. Peningkatan nilai kedua karakter ini akan selalu diikuti oleh peningkatan bobot kering biji per tanaman.
Karakter jumlah buah per tanaman berkorelasi positif sangat nyata dengan bobot kering biji per tanaman (r9y =0.99) namun pengaruh langsung dari
karakter jumlah buah per tanaman bernilai negatif (P9y = -0.57). Singh dan
Chaudhary (1979) menyatakan bila koefisien korelasi antara faktor-faktor penyebab dan akibat hampir sama dengan nilai koefisien lintasannya, maka korelasi menyatakan hubungan yang benar dan akan menghasilkan seleksi tanaman yang efektif. Dengan demikian karakter jumlah biji per tanaman dan jumlah malai per tanaman dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk hasil tinggi. Jika korelasi bernilai positif tetapi pengaruh langsungnya bernilai negatif atau bernilai kecil, maka pengaruh tak langsunglah yang menyebabkan korelasi tersebut.
Gambar 11. Diagram lintas beberapa karakter kuantitatif dengan bobot kering biji per tanaman
Karakter jumlah buah per tanaman memiliki korelasi positif dan sangat nyata disebabkan oleh pengaruh tidak langsung melalui karakter jumlah malai per tanaman (P7r7,9 = 0.51) dan pengaruh tidak langsung melalui jumlah biji per
tanaman (P12r12,9 = 1.09). Hubungan antara bobot kering biji per tanaman dengan
beberapa karakter kuantitatif digambarkan melalui diagram lintas (Gambar 11). Karakter tinggi tanaman pada saat muncul bunga pertama, jumlah cabang
sekunder, jumlah cabang produktif, panjang tangkai daun tua, jumlah daun saat muncul bunga pertama, umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot basah buah rata-rata, panjang biji, bobot kering biji, bobot 100 biji memberikan pengaruh langsung yang sangat kecil terhadap bobot biji per tanaman
.
Pendugaan Parameter Genetik
Pendugaan parameter genetik bertujuan untuk mengetahui potensi genetik delapan genotipe jarak pagar yang diuji. Analisis dilakukan terhadap ragam genotipe, ragam fenotipe, heritabilitas arti luas, koefisien keragaman genetik dan koefisien keragaman fenotipe. Hasil analisis nilai duga parameter genetik disajikan pada Tabel 18.
Tabel. 18. Parameter genetik beberapa karakter kuantitatif
Karakter Rataan umum genotipe Ragam (Vg) Ragam fenotipe (Vp) h2 (bs) Kritteria h2bs KKG Kriteria KKG KKP
JCSKUN 4.17 2.13 3.23 65.79 tinggi 35.00 agak rendah 43.15
JCPROD 4.51 5.67 6.59 86.09 tinggi 52.85 cukup tinggi 56.96
SDTCBG 48.98 3.21 8.74 36.77 sedang 3.66 rendah 6.04
JD 102.37 223.28 309.68 72.1 tinggi 14.6 rendah 17.19
UB 163.79 200.02 240.71 83.09 tinggi 8.63 rendah 9.47
JBJANTAN 94.11 120.62 283.38 42.57 sedang 11.67 rendah 17.89
JMALAI 9.51 47.41 57.11 83.01 tinggi 72.37 tinggi 79.43
UPANEN 226.65 160.81 274.55 58.57 tinggi 5.6 rendah 7.31
JBUAH 43.39 794.5 963.22 82.48 tinggi 64.97 tinggi 71.54
PBIJI 20.2 0.45 0.83 54.41 tinggi 3.33 rendah 4.52
JBTAN 117.45 5689.29 7331.32 77.6 tinggi 64.22 tinggi 72.9
B100BJ 68.49 3.76 8.09 46.42 sedang 2.83 rendah 4.15
BKBTAN 84.47 3283.86 4418.86 74.31 tinggi 67.84 tinggi 78.7
BKBJPETAK 1.013 0.47288 0.64 74.31 tinggi 67.88 tinggi 78.75
BKBJha 211.17 20524.15 27617.85 74.31 tinggi 67.84 tinggi 78.7
Keterangan: Vg = ragam genotipe; Vp = ragam fenotipe; h2 (bs) = heritabilitas arti luas; KKG = koefisien
keragaman genetik; KKP = koefien keragaman fenotipe; JCPRIM= jumlah cabang primer; JCSKUN= jumlah cabang sekunder; JCPROD = jumlah cabang produktif; SDTCBG= sudut cabang primer; JD= jumlah daun saat muncul bunga pertama; UB= umur berbunga; JBJANTAN= jumlah bunga jantan per malai; JMALAI= jumlah malai per tanaman; UPANEN= umur panen; JBUAH= jumlah buah per tanaman; PBIJI= panjang biji; JBTAN= jumlahh biji per tanaman; B100BJ= bobot 100 biji; BKBTAN= bobot kering biji per tanaman; BKBJPETAK= bobot kering biji per petak; BKBJha= bobot kering biji per hektar
Nilai duga heritabilitas arti luas terhadap beberapa karakter kuantitatif berkisar antara 36.77% untuk sudut cabang primer dan 86.09% untuk jumlah
cabang produktif. Berdasarkan kriteria Stanfield (1983), nilai heritabilitas karakter sudut cabang primer (36.77%), jumlah bunga jantan per malai (42.57%) dan bobot 100 biji (46.42%) tergolong sedang. Karakter jumlah cabang sekunder (65.79%), jumlah cabang produktif (86.09%), jumlah daun saat muncul bunga pertama (72.10%), umur berbunga (83.09%), jumlah malai per tanaman (83.01%), umur panen (58.57%), jumlah buah per tanaman (82.48%), panjang biji (54.41%), jumlah biji per tanaman (77.60%), bobot kering biji per tanaman (74.31%) dan bobot kering biji per petak (74.31%) dan bobot kering biji per hektar (74.31%) memiliki nilai heritabilitas yang tergolong tinggi. Karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih dominan terhadap karakter yang ditampilkan tanaman karena faktor genetiknya memberi sumbangan yang lebih besar dibanding faktor lingkungan.
Koefisien keragaman genetik (KKG) dan fenotipe (KKP) delapan genotipe jarak pagar berkisar antara 2.83-72.37% dan 4.15-79.43%. Dari nilai KKG absolut 0-72.37% ditetapkan nilai relatifnya. Nilai absolut 72.37% sebagai nilai relatif 100%. Kriteria KKG relatif adalah rendah (0 < x < 25%), agak rendah (25% < x < 50%), cukup tinggi (50% < x < 75%), dan tinggi (75% < x ≤ 100%) (Moedjiono dan Mejaya 1994). Jadi nilai absolut kriteria tersebut adalah rendah (0% < x < 18.09%), agak rendah (18.09% < x < 36.19%), cukup tinggi (36.19% < x < 54.28%) dan tinggi (54.28% < x ≤ 72.37%). Karakter dengan KKG relatif rendah dan agak rendah digolongkan sebagai karakter yang memiliki keragaman genetik sempit, sedangkan karakter dengan kriteria KKG relatif cukup tinggi dan tinggi digolongkan sebagai karakter yang memiliki keragaman genetik luas.
Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat karakter dengan KKG tergolong rendah yaitu sudut cabang primer, jumlah daun saat muncul bunga pertama, umur berbunga, jumlah bunga jantan per malai, umur panen, panjang biji, bobot 100 biji, dan karakter yang memiliki KKG agak rendah yaitu jumlah cabang sekunder. Karakter kuantitatif yang memiliki KKG tergolong cukup tinggi yaitu jumlah cabang produktif dan karakter dengan KKG tergolong tinggi yaitu jumlah malai per tanaman, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per petak dan bobot kering biji per hektar.
Terdapat tujuh karakter yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi dan koefisien keragaman genetik (KKG) yang luas. Karakter tersebut adalah jumlah cabang produktif, jumlah malai per tanaman, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per petak dan bobot kering biji per hektar.
Karakter yang memiliki ragam genetik luas berarti bahwa seleksi terhadap karakter tersebut berlangsung efektif dan mampu meningkatkan potensi genetik karakter pada generasi selanjutnya (Zen dan Bahar 2001). Seleksi dapat dilakukan lebih leluasa pada karakter yang mempunyai ragam genetik luas dan dapat digunakan dalam perbaikan genotipe.
Berdasarkan informasi korelasi, pengaruh langsung dan tidak langsung serta heritabilitas maka karakter jumlah biji per tanaman dan jumlah malai per tanaman merupakan karakter seleksi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil bobot kering biji per tanaman. Seleksi pada kedua karakter ini akan efektif, karena mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi, berkorelasi positif terhadap hasil dan memiliki nilai korelasi yang hampir sama dengan pengaruh langsungnya serta kedua karakter ini memiliki ragam genetik yang luas. Karakter-karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi akan diwariskan secara kuat terhadap keturunannya, sehingga akan memberikan respon seleksi yang cepat.
Analisis Kekerabatan Berdasarkan Karakter Kualitatif
Matrik kemiripan karakter kualitatif disajikan pada Tabel 19. Matrik kemiripan menunjukkan rentang kemiripan berkisar antara 0.81-1.00. Nilai koefisien fenotipik tertinggi yaitu 1.00 diperoleh pada genotipe Lombok Barat dengan IP-1M, Bima dengan IP-1M, Lombok Timur dengan Lombok Tengah, dan Lombok Barat dengan Bima. Nilai koefisien fenotipik terendah diperoleh genotipe IP-2P dengan Lombok Timur yaitu 0.81.
Hasil analisis data dari karakter kualitatif berdasarkan koefisien kemiripan yang diukur dengan menggunakan analisis pengelompokan jarak genetik menghasilkan suatu dendrogram. Kedelapan genotipe jarak pagar memiliki
kemiripan berkisar antara 86-100% atau terdapat keragaman morfologi sebesar 0-14 % (Gambar 12).
Tabel 19. Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data kualitatif
Genotipe IP1A IP1M IP2P Lotim Lobar Loteng Sumbawa Bima
IP1A 1.000 IP1M 0.952 1.000 IP2P 0.905 0.857 1.000 Lotim 0.905 0.952 0.810 1.000 Lobar 0.952 1.000 0.857 0.952 1.000 Loteng 0.905 0.952 0.810 1.000 0.952 1.000 Sumbawa 0.905 0.952 0.905 0.905 0.952 0.905 1.000 Bima 0.952 1.000 0.857 0.952 1.000 0.952 0.952 1.000
Keteragan: Lobar= genotipe Lombok Barat; Lotim= genotipe Lombok Timur; Loteng= genotipe Lombok Tengah
Pada tingkat kemiripan 93 % diperoleh tiga kelompok, kelompok A terdiri atas genotipe IP-1A, IP-1M, Lombok Barat, Bima, Lombok Timur dan Lombok Tengah, kelompok B dan C masing masing hanya terdiri atas satu genotipe, yaitu di kelompok B genotipe Sumbawa dan kelompok C genotipe IP-2P. Genotipe IP-2P tidak berada pada kelompok A dan B, hal ini kemungkinan karena adanya perbedaan dalam warna daun muda, warna daun tua dan bentuk buah. Warna daun muda pada saat pengamatan umumnya berwarna coklat. Pada genotipe IP-2P sebagian besar dari populasi pada umur pengamatan tersebut daun muda berwarna hijau kekuningan. Selain itu warna daun tua berwarna hijau dan bentuk buah agak elips.
Koefisien kemiripan 0.86 0.89 0.93 0.96 1.00 IP1A IP1M Lobar Bima Lotim Loteng Sumbawa IP2P
Gambar 12. Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan karakter kualitatif
A
B C
Kelompok A yang terdiri atas genotipe IP-1A, IP-1M, Lombok Barat, Bima, Lombok Timur dan Lombok Tengah mempunyai kesamaan pada karakter tipe tanaman, warna batang muda, warna batang tua, bentuk batang, bentuk daun, panjang pangkal daun berlekuk, bentuk ujung daun, tipe tulang daun, bulu pada daun muda, warna daun muda, tekstur permukaan daun bagian atas dan bagian bawah pada daun muda dan daun tua, warna kepala sari, warna kepala putik, warna buah muda, warna buah masak, bentuk buah dan bentuk biji. Nilai korelasi matrik kesamaan MxComp sebesar r = 0.887, artinya dendrogram yang dihasilkan dengan goodness of fit sesuai menggambarkan pengelompokan delapan genotipe jarak pagar tersebut.
Analisis Kekerabatan Berdasarkan Karakter Kuantitatif
Karakter yang digunakan dalam pengelompokan ini adalah karakter kuantitatif yang menunjukkan perbedaan nyata pada taraf α= 5%. Karakter tersebut adalah jumlah cabang sekunder, jumlah cabang produktif, sudut cabang primer, jumlah daun saat muncul bunga pertama, umur berbunga, jumlah bunga jantan per malai, jumlah malai per tanaman, umur panen, jumlah buah per tanaman, panjang biji, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per petak, bobot kering biji per hektar dan kadar minyak biji. Hasil analisis pengelompokan dari karakter kuantitatif disajikan dalam bentuk matrik kemiripan (Tabel 20).
Tabel 20. Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data kuantitatif
Genotipe IP1A IP1M IP2P Lotim Lobar Loteng Sumbawa Bima
IP1A 1.000 IP1M 0.278 1.000 IP2P 0.278 0.056 1.000 Lotim 0.389 0.611 0.111 1.000 Lobar 0.278 0.667 0.000 0.722 1.000 Loteng 0.333 0.778 0.111 0.833 0.667 1.000 Sumbawa 0.278 0.667 0.056 0.667 0.667 0.667 1.000 Bima 0.222 0.611 0.000 0.778 0.667 0.667 0.722 1.000
Keteragan: Lobar= genotipe Lombok Barat; Lotim= genotipe Lombok Timur; Loteng= genotipe Lombok Tengah
Nilai koefisien kemiripan tertinggi yaitu 0.83 diperoleh pada genotipe Lombok Timur dan Lombok Tengah. Nilai koefisien kemiripan terendah diperoleh genotipe IP-2P dengan Lombok Barat dan IP-2P dengan Bima yaitu 0.00. Hasil analisis data dari karakter kuantitatif berdasarkan koefisien kemiripan yang diukur dengan menggunakan analisis pengelompokan jarak genetik menghasilkan suatu dendrogram. Kedelapan genotipe jarak pagar memiliki kemiripan berkisar antara 9-83% atau terdapat keragaman morfologi sebesar 17-81% (Gambar 13). Koefisien kemiripan 0.09 0.27 0.46 0.65 0.83 IP-1A IP-1M Lotim Loteng Bima Lobar Sumbawa IP-2P
Gambar 13. Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan karakter kuantitatif
Delapan genotipe jarak pagar pada koefisien kemiripan 0.46 dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok A hanya terdiri atas genotipe IP-1A. Kelompok B terdiri atas genotipe IP-1M, Lombok Timur, Lombok Tengah, Bima, Lombok Barat dan Sumbawa. Genotipe IP-2P berdasarkan karakter kuantitatif termasuk dalam kelompok C (Gambar 13). Nilai korelasi matrik kesamaan MxComp sebesar r = 0.975, artinya dendrogram yang dihasilkan dengan goodness of fit sangat sesuai menggambarkan pengelompokan delapan genotipe jarak pagar tersebut.
C A
Analisis Kekerabatan Berdasarkan Isozim
Kelima isozim (peroksidase, esterase, alkohol dehidrogenase, aspartat aminotransferase dan malat dehidrogenase) yang dicobakan memberikan polimorfisme pada pola pitanya. Wendel dan Weeden (1989) mengemukakan bahwa pola pita isozim yang polimorfik dapat diinterpretasikan sebagai susunan genetik dari individu, karena enzim adalah produk langsung dari gen. Oleh karena itu tidak setiap enzim akan cocok untuk suatu tanaman atau akan terjadi keragaman polimorfisme dari setiap enzim yang diuji.
Hasil lima macam isozim yang digunakan menunjukkan jumlah variasi pola pita yang terbentuk setiap enzim berbeda, kecuali untuk enzim aspartat aminotransferase (AAT) dan malat dehidrogenase (MDH) memiliki jumlah pola pita yang sama yaitu dua variasi pola pita. Pengamatan terhadap analisis isozim dengan enzim peroksidase (PER) menunjukkan adanya dua daerah aktif. Pada delapan genotipe yang diuji pada penelitian ini variasi pola pita yang terbanyak ditunjukkan oleh enzim peroksidase (PER) (Gambar 14-15). Sistem enzim peroksidase (PER) menunjukkan tujuh variasi pola pita. Genotipe IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Barat, Sumbawa dan Bima memiliki pola pita yang saling berbeda satu dengan yang lain, sementara itu untuk genotipe Lombok Timur dan Lombok Tengah memiliki variasi pola pita yang sama yaitu pola pita keempat.
Gambar 14. Variasi pola pita isozim PER pada 8 genotipe jarak pagar
IP-1A IP-1M IP-2P Lotim Lobar Loteng Smbw Bima
0
(+)
Gambar 15. Interpretasi pola pita PER dari 8 genotipe jarak pagar
Enzim esterase (EST) menghasilkan jumlah pola pita sebanyak 4 variasi pola pita yang berada dalam satu daerah aktif (Gambar 16-17). Genotipe IP-1A, IP-2P, Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima mempunyai variasi pola pita yang sama yaitu pola pita pertama. Variasi pola pita kedua dimiliki oleh genotipe IP-1M, variasi pola pita ketiga dimiliki oleh genotipe Lombok Timur dan variasi pola pita keempat dimiliki oleh genotipe Lombok Barat.
Gambar 16. Variasi pola pita isozim EST pada 8 genotipe jarak pagar
Gambar 17. Interpretasi pola pita EST dari 8 genotipe jarak pagar
0 (+)
IP-1A IP-1M IP-2P Lotim Lobar Loteng Smbw Bima Pola pita 1 2 3 4 5 4 6 7
Enzim alkohol dehidrogenase (ADH) membedakan genotipe ke dalam tiga variasi pola pita yang berada dalam satu daerah aktif dengan satu sampai tiga alel. Genotipe Bima, Sumbawa, Lombok Tengah, Lombok Timur, IP-2P dan IP-1M memiliki variasi pola pita yang sama yaitu pola pita kesatu yang terdiri atas tiga alel. Genotipe Lombok Barat memiliki variasi pola pita kedua yang hanya terdiri dari satu alel. Variasi pola pita ketiga dimiliki oleh genotipe IP-1A dengan dua alel. Hasil analisis isozim genotipe jarak pagar dengan enzim alkohol dehidrogenase (ADH) disajikan pada Gambar 18-19.
Gambar 18. Variasi pola pita isozim ADH pada 8 genotipe jarak pagar
Gambar 19. Interpretasi pola pita ADH dari 8 genotipe jarak pagar
Pada enzim malat dehidrogenase (MDH) delapan genotipe jarak pagar yang diamati hanya dibedakan menjadi dua pola pita yang berada dalam satu daerah aktif dengan dua sampai tiga alel. Genotipe IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima memiliki kesamaan variasi pola pita yaitu pola pita pertama dengan masing masing genotipe memiliki tiga alel. Hanya genotipe Lombok Barat yang mempunyai pola pita kedua dan memiliki dua alel (Gambar 20-21).
Bima Smbw Loteng Lobar Lotim IP-2P IP-1M IP-1A
0 (+)
Gambar 20. Variasi pola pita isozim MDH pada 8 genotipe jarak pagar
Gambar 21. Interpretasi pola pita MDH dari 8 genotipe jarak pagar
Seperti halnya enzim malat dehidrogenase (MDH), enzim aspartat aminotransferase (AAT) membedakan genotipe jarak pagar yang diamati ke dalam dua variasi pola pita dengan satu daerah aktif dan memiliki dua sampai tiga alel. Genotipe IP-1A, IP-1M, IP-2P, Lombok Barat dan Bima memiliki variasi pola pita yang sama yaitu pola pita kesatu dengan masing masing genotipe memiliki dua alel. Genotipe Lombok Timur, Lombok Tengah dan Sumbawa memiliki variasi pola pita kedua dengan masing-masing tiga alel. Hasil analisis isozim genotipe jarak pagar dengan enzim aspartat aminotransferase (AAT) disajikan pada Gambar 22-23.
Gambar 22. Variasi pola pita isozim AAT pada 8 genotipe jarak pagar
0 (+)
IP-1A IP-1M IP-2P Lotim Lobar Loteng Smbw Bima
IP-1A IP-1M IP-2P Lotim Lobar Loteng Smbw Bima
0 (+)
IP-1A IP-1M IP-2P Lotim Lobar Loteng Sumbawa Bima ( + ) Rf 0.20 0.50 0.75
Gambar 23. Interpretasi pola pita AAT dari 8 genotipe jarak pagar
Tabel 21. Jumlah pita dan tingkat polimorfisme 5 isozim pada delapan genotipe jarak pagar
No. Isozim Jumlah pita Pita polimorfik Pita monomorfik
1 Peroksidase 7 5 (71.43 %) 2 2 Esterase 6 2 (33.33 %) 4 3 Alkohol dehidrogenase 3 2 (66.67 %) 1 4 Malat dehidrogenase 3 1 (33.33 %) 2 5 Aspartat aminotransferase 3 1 (33.33 %) 2 22 11 (50.00 %) 11
Analisis lima isozim (peroksidase, esterase, alkohol dehidrogenase, malat dehidrogenase dan aspartat aminotransferase) terhadap delapan genotipe jarak pagar menghasilkan 22 pita yang dapat mengungkap keragaman kedelapan genotipe dengan polimorfisme 50.00% (Tabel 21). Berdasarkan hasil analisis isozim yang menggunakan lima enzim dan analisis pengelompokan, diperoleh nilai kemiripan yang disajikan dalam bentuk matrik (Tabel 22) dan dendrogram berdasarkan UPGMA (Gambar 24). Nilai koefisien kemiripan dari delapan genotipe berkisar antara 0.706-0.977. Nilai koefisien kemiripan tertinggi yaitu 0.977 diperoleh pada genotipe Lombok Tengah dengan Lombok Timur. Nilai koefisien kemiripan terendah yaitu 0.706 diperoleh pada genotipe Lombok Timur dengan Lombok Barat.
Gambar 24 menunjukkan bahwa genotipe jarak pagar memiliki kemiripan berkisar 75-98% atau terdapat keragaman 2-25%. Genotipe jarak pagar dikelompokkan ke dalam tiga kelompok pada tingkat kemiripan 0.86. Kelompok A terdiri atas genotipe IP-1A, IP-2P, Bima, Lombok Timur, Lombok Tengah dan
Sumbawa. Kelompok B terdiri atas genotipe IP-1M dan kelompok C terdiri atas genotipe Lombok Barat. Genotipe Lombok Timur dan Lombok Tengah memiliki tingkat kemiripan 98% hal ini menunjukkan adanya kesamaan genetik diantara keduanya. Nilai korelasi matrik kesamaan MxComp sebesar r = 0.932, artinya dendrogram yang dihasilkan dengan goodness of fit sangat sesuai menggambarkan pengelompokan delapan genotipe jarak pagar tersebut.
Tabel 22. Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data isozim
Genotipe IP1A IP1M IP2P Lotim Lobar Loteng Sumbawa Bima
IP1A 1.000 IP1M 0.889 1.000 IP2P 0.944 0.895 1.000 Lotim 0.872 0.878 0.927 1.000 Lobar 0.828 0.774 0.774 0.706 1.000 Loteng 0.895 0.850 0.950 0.977 0.727 1.000 Sumbawa 0.857 0.811 0.919 0.900 0.733 0.923 1.000 Bima 0.889 0.842 0.947 0.927 0.710 0.950 0.919 1.000
Keteragan: Lobar= genotipe Lombok Barat; Lotim= genotipe Lombok Timur; Loteng= genotipe Lombok Tengah Koefisien kemiripan 0.75 0.81 0.86 0.92 0.98 IP-1A IP-2P Bima Lotim Loteng Sumbawa IP-1M Lobar
Gambar 24. Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data isozim
Analisis Gabungan Data Kualitatif dan Isozim
Matrik kemiripan hasil dari analisis gabungan data kualitatif dengan isozim disajikan dalam Tabel 23. Matrik kemiripan menunjukkan rentang C
A
kemiripan 0.822-0.988. Nilai koefisien kemiripan tertinggi 0.988 diperoleh genotipe Lombok Timur dengan Lombok Tengah dan koefisien kemiripan terendah pada genotipe IP-2P dengan Lombok Barat.
Delapan genotipe jarak pagar memiliki rentang kemiripan 87-99% atau terdapat keragaman 1-13% (Gambar 25). Pengelompokan delapan genotipe berdasarkan gabungan data kualitatif dan analisis isozim ini menunjukkan jarak genetik terdekat 0.01 (tingkat kemiripan 99%) terdapat pada genotipe Lombok Timur dan Lombok Tengah. Genotipe Lombok Tengah dan Lombok Timur memiliki kesamaan genetik dan diduga masih satu jenis.
Tabel 23. Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan gabungan data kualitatif dan isozim
Genotipe IP1A IP1M IP2P Lotim Lobar Loteng Sumbawa Bima
IP1A 1.000 IP1M 0.923 1.000 IP2P 0.923 0.875 1.000 Lotim 0.889 0.916 0.867 1.000 Lobar 0.901 0.904 0.822 0.842 1.000 Loteng 0.900 0.902 0.878 0.988 0.853 1.000 Sumbawa 0.909 0.911 0.886 0.927 0.889 0.938 1.000 Bima 0.923 0.925 0.900 0.940 0.877 0.951 0.962 1.000
Keteragan: Lobar= genotipe Lombok Barat; Lotim= genotipe Lombok Timur; Loteng= genotipe Lombok Tengah Koefisien kemiripan 0.87 0.89 0.92 0.94 0.96 0.99 IP1A IP1M Lotim Loteng Sumbawa Bima IP2P Lobar
Gambar 25. Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan data gabungan data kualitatif dan isozim
C B A
Delapan genotipe jarak pagar yang diuji mengelompok menjadi tiga kelompok pada tingkat keragaman genetik 11% (tingkat kemiripan 89%). Kelompok A terdiri atas genotipe IP-1A, IP-1M, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima. Kelompok B hanya terdiri atas genotipe IP-2P, sementara itu genotipe Lombok Barat berada pada kelompok C (Gambar 25). Nilai korelasi matrik kesamaan MxComp dari analisis gabungan data kualitatatif dan isozim sebesar r = 0.856, artinya dendrogram yang dihasilkan dengan goodness of fit sesuai menggambarkan pengelompokan delapan genotipe jarak pagar tersebut.
Analisis Gabungan Data Kualitatif, Kuantitatif dan Isozim
Matrik kemiripan hasil dari analisis gabungan data kualitatif, kuantitatif dengan isozim disajikan pada Tabel 24. Matrik kemiripan menunjukkan rentang kemiripan 0.550-0.942. Nilai koefisien kemiripan tertinggi 0.942 diperoleh genotipe Lombok Timur dengan Lombok Tengah dan koefisien kemiripan terendah 0.550 pada genotipe IP-2P dengan Lombok Barat.
Tabel 24. Matrik kemiripan 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan gabungan data kualitatif, kuantitatif dan isozim
Genotipe IP1A IP1M IP2P Lotim Lobar Loteng Sumbawa Bima
IP1A 1.000 IP1M 0.719 1.000 IP2P 0.719 0.621 1.000 Lotim 0.735 0.824 0.639 1.000 Lobar 0.692 0.826 0.550 0.804 1.000 Loteng 0.724 0.864 0.644 0.942 0.793 1.000 Sumbawa 0.708 0.835 0.626 0.847 0.815 0.855 1.000 Bima 0.702 0.828 0.621 0.891 0.807 0.864 0.887 1.000
Keteragan: Lobar= genotipe Lombok Barat; Lotim= genotipe Lombok Timur; Loteng= genotipe Lombok Tengah
Delapan genotipe jarak pagar memiliki rentang kemiripan 67-94% atau terdapat keragaman 6-33% (Gambar 26). Genotipe jarak pagar yang diuji mengelompok menjadi tiga kelompok pada tingkat keragaman genetik 27% (tingkat kemiripan 73%). Kelompok A terdiri atas genotipe IP-1A. Kelompok B terdiri atas genotipe IP-2P dan kelompok C terdiri atas genotipe IP-1M, Lombok
Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, Bima dan Lombok Barat. Nilai korelasi matrik kesamaan MxComp dari analisis gabungan data kualitatif, kuantitatif dengan isozim sebesar r = 0.929, artinya dendrogram yang dihasilkan dengan goodness of fit sangat sesuai menggambarkan pengelompokan delapan genotipe jarak pagar tersebut.
Koefisien kemiripan 0.67 0.73 0.80 0.87 0.94 IP-1A IP-2P IP-1M Lotim Loteng Sumbawa Bima Lobar
Gambar 26. Dendrogram 8 genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) berdasarkan gabungan data kualitatif, kuantitatif dan isozim
Pengelompokan antara hasil analisis karakter kualitatif, kuantitatif dan isozim, gabungan data kualitatif dengan isozim serta gabungan antara data kualitatif, kuantitatif dengan isozim memiliki perbedaan hasil. Pengelompokan berdasarkan analisis karakter kualitatif menunjukkan delapan genotipe jarak pagar mengelompok pada kisaran tingkat keragaman 0-14%, pengelompokan berdasarkan karakter kuantitatif kisaran tingkat keragaman genetik delapan jarak pagar sangat tinggi 17-81%. Pengelompokan berdasarkan analisis isozim dengan menggunakan lima enzim (PER, EST, ADH, MDH dan AAT) delapan genotipe jarak pagar mengelompok pada tingkat keragaman 2-25%. Delapan genotipe jarak pagar berdasarkan gabungan data kualitatif, kuantitatif dan isozim mengelompok pada tingkat keragaman 6-33%.
Berdasarkan analisis pengelompokan pada karakter kualitatif dan karakter kuantitatif (Gambar 12 dan 13) genotipe IP-2P memiliki hubungan kekerabatan paling jauh dengan ketujuh genotipe yang lain ini ditunjukkan dengan koefisien matrik kemiripan yang rendah dari ketujuh genotipe yang lain. Menurut Hamzah
C B A
(2005) kekerabatan yang lebih dekat ditunjukkan oleh nilai jarak genetik yang lebih kecil (koefisien matrik yang besar). Menurut Hartatik (2000) semakin tinggi jarak genetik menunjukkan semakin rendahnya tingkat kesamaan genetik antar aksesi. Jarak genetik 0 atau nilai kesamaan genetik 1, menunjukkan adanya kesamaan genetik yang mutlak antar aksesi tersebut.
Genotipe IP-2P memiliki jarak genetik yang relatif lebih besar (kemiripan genetik yang relatif lebih kecil) dengan genotipe lain dimungkinkan karena letak geografis yang terpisah menyebabkan perbedaan kondisi lingkungan. Kelima genotipe lain yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (IP-1A, Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa dan Bima) memiliki letak geografis yang relatif berdekatan. Oleh karena letak yang berdekatan menurut Hamzah (2005) kondisi mikro lingkungan tempat tumbuh relatif seragam dan kondisi lingkungan yang relatif seragam membuat kecepatan evolusi antar populasi yang berdekatan tersebut relatif sama sehingga walaupun telah terjadi evolusi yang lama, genotipe-genotipe yang berdekatan tersebut tidak telalu jauh berbeda.
Hasil analisis hubungan kekerabatan berdasarkan pada karakter kuantitatif menunjukkan bahwa IP-2P memiliki jarak genetik yang paling jauh dengan genotipe lain karena karakter kuantitatif yang digunakan adalah karakter yang diamati dari lokasi penelitian yang kondisi iklimnya sesuai dengan lokasi pengembangan IP-2P (daerah ilkim basah). Hal ini menunjukkan bahwa pada analisis berdasarkan karakter kuantitatif terdapat pengaruh lingkungan yang cukup besar.