• Tidak ada hasil yang ditemukan

Accident Investigation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Accident Investigation"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

ACCIDENT INVESTIGATION

ACCIDENT INVESTIGATION

((Investigasi

Investigasi Kecelakaan

Kecelakaan))

By :

By :

Adi

(2)

INDUSTRI MIGAS

Ciri – cirinya adalah :

1. Padat Technology

2. Padat Modal

3. Padat Resiko

DIOPERASIKAN SDM – KOMPETEN

(PER.MEN ESDM NO 20 – THN.2008 SKKNI MIGAS – WAJIB)

1. K

2. S

3. A

1.

A

2.

S

3.

K

1. KOMPETENSI DASAR 2. KOMPETENSI POKOK 3. KOMPETENSI TERAPAN

(3)

KEGIATAN / AKTIFITAS

KEGIATAN / AKTIFITAS

RESIKO

RESIKO

RESIKO

RESIKO

INTRODUKSI / PENGANTAR

INTRODUKSI / PENGANTAR

KEGIATAN INDUSTRI

KEGIATAN INDUSTRI

KEGIATAN INDUSTRI

KEGIATAN INDUSTRI

RESIKO

RESIKO

RESIKO

RESIKO

(4)

INDUSTRI MIGAS

INDUSTRI MIGAS

INDUSTRI MIGAS

INDUSTRI MIGAS

RESIKO

RESIKO

RESIKO

RESIKO KECELAKAAN / KEBAKARAN

KECELAKAAN / KEBAKARAN

MENGAPA HARUS DICEGAH ?

MENGAPA HARUS DICEGAH ?

RESIKO

RESIKO KECELAKAAN / KEBAKARAN

KECELAKAAN / KEBAKARAN

MENGAPA HARUS DICEGAH ?

MENGAPA HARUS DICEGAH ?

•• KERUGIAN

KERUGIAN

( JIWA & MATERIAL )

( JIWA & MATERIAL )

(KHUSUS PERUSAHAAN)

(KHUSUS PERUSAHAAN)

•• KERUGIAN

KERUGIAN

( JIWA & MATERIAL )

( JIWA & MATERIAL )

(KHUSUS PERUSAHAAN)

(KHUSUS PERUSAHAAN)

(5)

RESIKO

RESIKO

1.

RESIKO MURNI

2.

RESIKO SPEKULATIF

1.

RESIKO MURNI

2.

RESIKO SPEKULATIF

RESIKO MURNI

RESIKO MURNI

• KECELAKAAN

• KEBAKARAN

• BIAYA ASURANSI

• KECELAKAAN

• KEBAKARAN

• BIAYA ASURANSI

(6)

RESIKO SPEKULATIF

RESIKO SPEKULATIF

• KEGAGALAN USAHA

• KEGAGALAN PROMOSI

• SALAH PERHITUNGAN

• KEGAGALAN USAHA

• KEGAGALAN PROMOSI

• SALAH PERHITUNGAN

BAGAIAMAN CARA MELAKUKANNYA ?

BAGAIAMAN CARA MELAKUKANNYA ?

MEMAHAMI PENYEBABNYA

(MELAKUKAN TINDAKAN)

MEMAHAMI PENYEBABNYA

(7)

PERKEMBANGAN PENANGANAN

PERKEMBANGAN PENANGANAN

KESELAMATAN KERJA

KESELAMATAN KERJA

NASIB (ACTS OF GOD)

KEADAAN TAK AMAN (UNSAFE COND.) TINDAKAN TAK AMAN (UNSAFE ACT,) KETIMPANGAN MANAJEMEN & PEREKAYASAAN KETIMPANGAN SISTEM Revolusi Industri 1900 Workman Compensation Law 1930 Teori Domino Heinrich 1960 1980 KETERANGAN

KETERANGAN ERAERA

SEBELUM SEBELUM REVOLUSI REVOLUSI INDUSTRI INDUSTRI SESUDAH SESUDAH REVOLUSI REVOLUSI INDUSTRI INDUSTRI MODERN MODERN PERANAN AHLI KES. KERJA

Tidak ada Inspector KK, (pemasangan sarana pengaman )

Inspector KK, (Polisi ditempat kerja)

- Loss Control Adv/Mgr. - Safety Eng. - AhliErgonomi - Analis Sistem Kes. Kerja - Mgr. resiko - Hazard Analyst (Safety Eng.) PROGRAM DAN

TEKNIK KES. KERJA

Yang terorganisir secara baik, belum ada - Pelindung Mesin - Sarana pengaman - Standar KK - Promosi & Pend. KK. - Pelatihan Kes. Kerja - Peraturan& Pengawasan Kes. Kerja - LossControl& Safety Mgm. - Loss Prev. - Product Safety - System safety - Human Factor - Analisa Bhy. - Penekanan resiko - Rekayasa KK. (Safety Eng.) KONSEP SEBAB INSIDEN

KONSEP INSIDEN

KONSEP INSIDEN –

– PENDEKATAN SISTEM

PENDEKATAN SISTEM

TUGAS SISTEM TERCAPAI SISTEM MANAJEMEN MANUSIA PERALATAN & LINGKUNGA N PRESTASI TINGGI PENYIMPANGA N BAHAYA

(8)

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

 MASA LALU

1760 SEBELUM MASEHI:

RAJA HAMURABI PENDIRI DYNASTI BABYLONIA MENYUSUN UU DAN PERATURAN TENTANG HAK-HAK MILIK, HAK

PERORANGAN DAN HUTANG

PIUTANG. CONTOH:

Jika seorang pembangun membangun rumah untuk seseorang dan tidak

membangunnya secara tepat, kemudian rumah tersebut runtuh dan

menewaskan pemiliknya, maka pembangun harus dihukum mati.

Jika pembuat kapal membuat perahu untuk seseorang dan tidak membuatnya dengan kuat, jika selama tahun yang sama perahu tersebut rusak, maka pembuat kapal harus memperbaikinya dengan biayanya sendiri. Kapal yang telah diperbaiki tersebut harus diberikan kepada pemiliknya.

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

400 SEBELUM MASEHI:

HYPPOCRATES AHLI FISIKA YUNANI

• BERUSAHA MENANGANI TETANUS. • MEMBANTU MEMERIKSA WABAH DI

SEKITAR ATHENA.

• MEMBERIKAN PANDUAN CIDERA DI KEPALA YANG DISEBABKAN KECELAKAAN.

(9)

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

AWAL ABAD PERTENGAHAN :

BERBAGAI BAHAYA DIIDENTIFIKASI TERMASUK EFEK PAPARAN TIMBAL DAN MERCURY, KEBAKARAN DALAM RUANG TERBATAS, SERTA KEBUTUHAN ALAT PELINDUNG DIRI  NAMUN BELUM ADA STANDAR DAN PERATURAN YANG DITETAPKAN. JADI MASIH BERTANGGUNG JAWAB SENDIRI-SENDIRI.

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

AWAL ABAD 18 DAN PADA SAAT TERJADINYA REVOLUSI INDUSTRI : BEARDINI RAMAZINI MENULIS “DISCOURSE ON DISEASE

OF WORKERS”

DIKENAL SEBAGAI BAPAK PENGOBATAN PEKERJA

• MENGGAMBARKAN PENYEBAB PENYAKIT PEKERJA YANG BEKERJA DI LABORATORIUM.

(10)

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

AKHIR TAHUN 1700:

BANYAK RESIKO KECELAKAAN DI INDUSTRI DIANGGAP SEBAGAI BAGIAN DARI INDUSTRI KARENA PERUSAHAAN HANYA MEMIKIRKAN UNTUNG – RUGI. MASALAH K3 TIDAK DIPERHATIKAN.

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

AKHIR TAHUN 1800:

REVOLUSI INDUSTRI MELANDA AMERIKA.

MENEKANKAN PENGURANGAN BIAYA BANYAK TENAGA KERJA MIGRAN DAN ANAK-ANAK.

UNDANG-UNDANG MENGUNTUNGKAN PENGUSAHA. TIDAK ADA KOMPENSASI UNTUK PENYAKIT ATAU CIDERA. TIDAK ADA STANDAR KESELAMATAN KERJA.

(11)

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

AKHIR TAHUN 1887:

KECELAKAAN MENINGKAT  KOMPENSASI DIMULAI, NAMUN DITOLAK DENGAN BERBAGAI ALASAN.

ABAD 20 :

AWAL PERHATIAN KESELAMATAN KERJA MASUK KE ARENA POLITIK.

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

TAHUN 1908 :

THEODORE ROOSEVELT MENGATAKAN : “JUMLAH KECELAKAAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN PEKERJA SEMAKIN MENINGKAT”. DIIKUTI DENGAN PERSYARATAN WORKERS COMPENSATION SECARA FEDERAL. STANDAR-STANDAR KESELAMATAN MENGENAI PELINDUNG MESIN MULAI DITERBITKAN.

TAHUN 1931 :

USAHA-USAHA KESELAMATAN DAN KESEHATAN DIARAHKAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN KONDISI PABRIK.

(12)

SEJARAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

 SAAT INI:

TAHUN 1970 :

TAHUN 1970, OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH ACT (OSHA) DISAHKAN DAN MENJADI UNDANG-UNDANG FEDERAL.

• PEMBAHARUAN PADA KESELAMATAN KENDARAAN  RALPH NADER MEMBUAT BUKU “UNSAFE AT ANY SPEED”.

• K3 MENJADI ELEMEN PENTING PADA SEBAGIAN BESAR INDUSTRI MANUFAKTURING.

• STANDAR-STANDAR K3 TELAH DIMULAI.

• MANAJEMEN MULAI MENGERTI BAHWA KEUNTUNGAN PERUSAHAAN AKAN TERPENGARUH LANGSUNG BILA PEKERJA MENGALAMI KECELAKAAN.

• UU MEMBERIKAN SANKSI TERHADAP KETIDAKSESUAIAN DENGAN PERSYARATAN MENYEDIAKAN TEMPAT KERJA YANG BEBAS BAHAYA  LETAK ALAT PEMADAM.

• ADANYA STANDAR MANAJEMEN KESELAMATAN PROSES PENAKARAN RESIKO TENTANG KESELAMATAN PABRIK KIMIA.

• STANDAR KESELAMATAN LISTRIK, STANDAR PERLINDUNGAN KEBAKARAN DAN STANDAR PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN PERORANGAN.

• DAN PETERSEN MENULIS JUGA TENTANG “TECHNIQUES OF SAFETY MANAGEMENT” UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITIONS DAN KECELAKAAN ADALAH GEJALA MENGENAI KESALAHAN SISTEM MANAJEMEN.

(13)

 MASA DEPAN:

PARTISIPASI PEKERJA TENTANG K3.

AUDIT NON PEMERINTAH BADAN SERTIFIKASI  ISO 18001.

Dr. THOMAS KRAUSE MENULIS “THE BEHAVIOR BASED SAFETY PROCESS”. PROGRAM KESELAMATAN AKAN MENCAKUP USAHA-USAHA YANG DIARAHKAN PADA PERILAKU MASING-MASING PEKERJA.

KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN : AHLI DI BIDANG SAFETY UNTUK MENCEGAH KECELAKAAN  MENGGUNAKAN ANALISA KUANTITATIF DAN KUALITATIF TERHADAP PRODUK YANG SEDERHANA DAN KOMPLEKS, SISTEM, OPERASI, IDENTIFIKASI BAHAYA, FISIKA, KIMIA, BIOLOGI, MATEMATIKA, PERILAKU, BISNIS, ENGINEERING, PELATIHAN.

SEPERTI : AMERICAN INDUSTRIAL HYGIENE ASSOCIATION AMERICAN SOCIETY OF SAFETY ENGINEER.

ORGANISASI FIRE & SAFETY DI SUATU PERUSAHAAN

KARENA KEGIATANNYA TOP – DOWN, BIASANYA DI BAWAH TOP MANAGER. DIMANAPUN PEKERJA BERADA, SAFETY HARUS DIPERHATIKAN  DUDUK DI KURSI, DI PERJALANAN (CONTOH BUS BHINEKA ADA PENUMPANG MEMBAWA BAHAN PELEDAK).

ELEMEN-ELEMEN SAFETY : PLAN, DO, CHECK, ACT.

OSHA : 1. KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN PARTISIPASI PEKERJA 2. PENAKARAN BAHAYA

(14)

• Era Sebelum Revolusi Industri

• Era Revolusi Industri (abad 18)

– Perubahan sistem kerja

– Penggunaan tenaga mesin

– Pengenalan metode baru pengolahan bahan baku

– Pengorganisasian pekerjaan

– Muncul penyakit yg berhubungan dengan pemajanan

• Era industrialisasi

– Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi

(APD, safety device dan alat-alat pengaman)

• Era Manajemen

– Heirich (1931), teori domino

– Bird and German, teori Loss Causation Model

– ISO, SMK3 dll

(15)

Definisi K-3

Definisi K-3

Filosofi

Pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan dan kesempurnaan :

- tenaga kerja dan manusia pada

umumnya, baik jasmani maupun

rohani,

- hasil karya dan budaya menuju

masyarakat adil, makmur dan

sejahtera;

Definisi K-3

Definisi K-3

» Keilmuan

Suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya

dalam

upaya

mencegah

kecelakaan,

kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit,

dll

(16)

PENGERTIAN

PENGERTIAN

1. SAFETY (Keselamatan)

2. HAZARD (Potensi Bahaya)

3. RISK (Risiko)

KESELAMATAN (SAFETY)

KESELAMATAN (SAFETY)

• PERSEPSI

UMUM

MENGENAI

KESELAMATAN

(SAFETY)

ADALAH

KEADAAN

BEBAS

DARI

BAHAYA, DAN DIARTIKAN SECARA MUTLAK

(ABSOLUT).

• PENGERTIAN KESELAMATAN DALAM OPERASI

INDUSTRI ADALAH PENGERTIAN RELATIF.

(17)

Keselamatan (Safety)

1. Mengendalikan

kerugian

dari

kecelakaan

(control of accident loss)

2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan

menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak

bisa diterima (the ability to identify and

eliminate unacceptable risks)

Aman (safe) adalah suatu

kondisi dimana atau kapan

munculnya sumber bahaya

telah dapat dikendalikan ke

tingkat yang memadai, dan

ini adalah lawan dari bahaya

(danger).

(18)

Merupakan tingkat bahaya dari suatu

kondisi

dimana

atau

kapan

muncul

sumber bahaya.

Danger adalah

lawan dari aman atau

selamat.

Kesehatan (Health)

Derajat / tingkat keadaan fisik dan

psikologi individu (the degree of

physiological and psychological well

being of the individual)

(19)

• KESELAMATAN ADALAH

• KEADAAN

RELATIF

BEBAS

DARI

BAHAYA,

KECELAKAAN MAUPUN KERUSAKAN.

• OPERASI YANG RELATIF DAPAT DITERIMA DITINJAU

DARI SEGI RISIKO DAN KERUGIAN.

• PERATURAN

MENGENAI

KESELAMATAN

MENGHARUSKAN ADANYA STANDARD MINIMUM

KESELAMATAN

YANG

DAPAT

DITERIMA

BERDASARKAN STANDARD YANG DISEPAKATI.

KESELAMATAN KERJA

• KEBEBASAN MANUSIA DARI BAHAYA YANG

DAPAT MERUGIKAN PERUSAHAN BAIK DARI

SEGI

KESELAMATAN,

KESEHATAN,

KEAMANAN

DAN

PENCEMARAN

LINGKUNGAN.

• SEBAGAI

MINIMASI

KONTAK

ANTARA

MANUSIA DAN BAHAYA, DAN TERUTAMA

DIHUBUNGKAN

DENGAN

PENCEGAHAN

ORANG TERHADAP BAHAYA YANG DAPAT

(20)

BAHAYA (HAZARD)

• KONDISI

ATAU

AKTIVITAS

ATAU

PERUBAHAN KEADAAN YANG MEMPUNYAI

POTENSI

ADANYA

KECELAKAAN,

KESAKITAN ATAU KERUSAKAN BANGUNAN

DAN LINGKUNGAN.

• SEMUA

KEADAAN

YANG

MEMPUNYAI

POTENSI

PENYEBAB

KERUSAKAN

PADA

ORANG, FASILITAS, HAK MILIK, EKONOMI,

ATAU LINGKUNGAN

RISIKO (RISK)

• MERUPAKAN

KEADAAN

YANG

TAK

DIINGINKAN ATAU KONSEKUENSI NEGATIF

DARI SUATU KEJADIAN

• UKURAN

KEBOLEHJADIAN

DAN

KONSEKUENSI/AKIBAT

DARI

SEMUA

AKTIVITAS ATAU KONDISI BAHAYA.

• SECARA

KUANTITATIF

RESIKO

ADALAH

BERUPA HASIL KALI ANTARA KEJADIAN DAN

BESARNYA POTENSI KERUGIAN

(21)

INSIDEN (INCIDENT)

• SUATU KEJADIAN / PERISTIWA YANG TIDAK

DIRENCANAKAN

DENGAN

KEMUNGKINAN

BESAR

MENIMBULKAN

KONSEKUENSI-KONSEKUENSI YANG TIDAK DIINGINKAN DAN

DAPAT MERUGIKAN PERUSAHAAAN

KECELAKAAN (ACCIDENT)

• SEBAGAI

SUATU

PERISTIWA

YANG

TIDAK

DIHARAPKAN, TIDAK DIRENCANAKAN, DAPAT

TERJADI KAPAN SAJA DAN DI MANA SAJA,

DALAM

RANGKAIAN

PERISTIWA

YANG

TERJADI KARENA BERBAGAI SEBAB, YANG

MENGAKIBATKAN

KERUGIAN

FISIK

(LUKA

ATAU

PENYAKIT)

TERHADAP

SESEORANG,

RUSAKNYA

HARTA

MILIK

PERUSAHAAN,

TERJADINYA GANGGUAN USAHA ATAU SETIAP

KOMBINASI DARI EFEK TERSEBUT.

(22)

KECELAKAAN KERJA

• KECELAKAAN

YANG

DIALAMI

OLEH

SEORANG

KARYAWAN,

SEMENJAK

IA

MENINGGALKAN

RUMAH

KEDIAMANNYA

MENUJU KE TEMPAT PEKERJAAN, SELAMA

JAM

KERJA

DAN

ISTIRAHAT,

MAUPUN

SEKEMBALINYA DARI TEMPAT KERJANYA

MENUJU RUMAH KEDIAMANANYA DENGAN

MELALUI JALAN YANG BIASA DI TEMPUH

ATAU WAJAR

KERUGIAN (LOSS)

KERUGIAN (LOSS)

• DEGRADASI

ATAU

KERUSAKAN

SUATU

SISTEM ATAU KOMPONEN

• KERUGIAN

DAPAT

MELIPUTI

KEMATIAN

ATAU

KARYAWAN

YANG

CACAT,

KERUSAKAN FASILITAS ATAU MESIN-MESIN

DAN

PERALATAN,

BAHAN

BAKU

YANG

TERLEPAS, DAN TERTUNDANYA PRODUKSI

YANG TAK DAPAT DIHINDARKAN.

(23)

SISTEM (SYSTEM)

• KESELURUHAN

FAKTOR,

KOMPONEN,

KEGIATAN

YANG

SALING

TERGANTUNG

ATAU BERDIRI SENDIRI YANG BERINTERAKSI

DALAM BATASAN-BATASAN TERTENTU

SISTEM KESELAMATAN

(SAFETY SYSTEM)

• PENERAPAN

REKAYASA

/

TEKNIK

DAN

MANAJEMEN SISTEM UNTUK PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN KERUGIAN ATAU RESIKO PADA

SUATU SISTEM YANG KOMPLEKS.

(24)

Tujuan

1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

2. Menjamin agar setiap sumber

produksi dapat dipakai secara aman dan efisien

3. Menjamin proses produksi berjalan lancar

$

1

$

5

HINGGA

$

50

BIAYA DALAM PEMBUKUAN: KERUSAKAN PROPERTI

(BIAYA YANG TAK DIASURANSIKAN)

$

1

HINGGA

$

3

BIAYA LAIN YANG TAK DIASURANSIKAN

BIAYA KECELAKAAN DAN PENYAKIT

•Pengobatan/ Perawatan

•Gaji (Biaya Diasuransikan)

• Kerusakan gangguan • Kerusakan peralatan dan perkakas

• Kerusakan produk dan material • Terlambat dan ganguan produksi

• Biaya legal hukum • Pengeluaran biaya untuk penyediaan

fasilitas dan peralatan gawat darurat

• Sewa peralatan • Waktu untuk penyelidikan

• Gaji terusdibayar untuk waktu yang hilang • Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/

atau biaya melatih

• Upah lembur

• Ekstra waktu untuk kerja administrasi

(25)

General Safety – rev.0 - 2008 Data dilaporkan dan tercatat

PIRAMIDA KECELAKAAN

Kematian/ Kec.Serius Kecelakaan Ringan Kerusakan Properti Nyaris Celaka • Perbuatan & Kondisi Tidak Aman • Bahaya

BAHAN

ALAT

TENAGA

KERJA

KESEHATAN

KESELAMATAN

PROSES

(26)

Beberapa definisi……

• ATTITUDE

• Pola Pikir, Keyakinan, Cara Pandang

• BEHAVIOUR

• Perbuatan/Tindakan

• CULTURE

• Cara/kebiasaan kita melakukan segala sesuatu di lingkungan sekitar kita If, A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Equals, 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Then, K + N + O + W + L + E + D + G + E 11 + 14 + 15 + 23 + 12 + 5 + 4 + 7 + 5 = 96% And, H + A + R + D + W + O + R + K 8 + 1 + 18 + 4 + 23 + 15 + 18 + 11 = 98% Both are important, but the total falls just short of 100% But,

A + T + T + I + T + U + D + E

Coincident or Not ?

Coincident or Not ?

(27)

Triple Bottom Line concept

Economical success

Environmentally friendly

Socially acceptable DEVELOPMENTSUSTAINABLE

WCSD

World Council for Sustainable Development

Moral

Legal

Financial

Foundations of the Modern Business

PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN

1949 : GORDON

1967 : HADDON

1970 : Frank Bird JR

1972 : Wigglesworth

1976 : Bird and Loftus

1978 : Petersen

1980 : Johnson

(28)

Logika terjadinya kecelakaan

Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan mata rantai sebab-akibat (Domino Squen)

LOSSES

INSIDENT

IMMIDIATE CAUSES BASIC CAUSES

LACK OF

CONTROL

LEMAHNYA KONTROL SEBAB DASAR PENYEBAB

LANGSUNG INSIDEN(Kontak)

PROGRAM TAK SESUAI STANDAR TAK SESUAI KEPATUHAN PELAKSANAAN FAKTOR PERORANGAN FAKTOR KERJA PERBUATAN TAK AMAN & KONDISI TAK AMAN <KEJADIAN> KONTAK DENGAN ENERGI ATAU BAHAN/ ZAT KECELAKAAN ATAU KERUSAKAN YANG TAK DIHARAPKAN

THE ILCI LOSS CAUSATION MODEL

(29)

LEMAHNYA

KONTROL PENYEBABDASAR LANGSUNGPENYEBAB INSIDEN KERUGIAN

K E R UG IA N LEMAHNYA

KONTROL PENYEBABDASAR LANGSUNGPENYEBAB INSIDEN KERUGIAN

S

ID

E

N

 STRUCK AGAINST  menabrak/bentur benda diam/bergerak  STRUCK BY  terpukul/tabrak oleh benda bergerak

 FALL TO  jatuh dari tempat yang lebih tinggi  FALL ON  jatuh di tempat yang datar  CAUGHT IN  tusuk, jepit, cubit benda runcing

 CAUGHT ON  terjepit,tangkap,jebak diantara obyek besar  CAUGHT BETWEEN  terpotong, hancur, remuk

(30)

LEMAHNYA

KONTROL PENYEBABDASAR LANGSUNGPENYEBAB INSIDEN KERUGIAN

S E B A B L A N G S UN G

PELINDUNG/PEMBATAS TIDAK LAYAK

APD KURANG, TIDAK LAYAK

PERALATAN RUSAK

RUANG KERJA SEMPIT/TERBATAS

SISTEM PERINGATAN KURANG

BAHAYA KEBAKARAN

KEBERSIHAN KERAPIAN KURANG

KEBISINGAN

TERPAPAR RADIASI

TEMPERATUR EXTRIM

PENERANGAN TIDAK LAYAK

VENTILASI TIDAK LAYAK

LINGKUNGAN TIDAK AMAN

OPERASI TANPA OTORISASI

GAGAL MEMPERINGATKAN

GAGAL MENGAMANKAN

KECEPATAN TIDAK LAYAK

MEMBUAT ALAT PENGAMAN TIDAK BERFUNGSI

PAKAI ALAT RUSAK

PAKAI APD TIDAK LAYAK

PEMUATAN TIDAK LAYAK

PENEMPATAN TIDAK LAYAK

MENGANGKAT TIDAK LAYAK

POSISI TIDAK AMAN

SERVIS ALAT BEROPERASI

BERCANDA, MAIN-MAIN

MABOK ALKOHOL, OBAT

GAGAL MENGIKUTI PROSEDUR

LEMAHNYA

KONTROL PENYEBABDASAR LANGSUNGPENYEBAB INSIDEN KERUGIAN

S E B A B D A S A R PENGAWASAN / KEPEMIMPINAN ENGINEERING PENGADAAN (PURCHASING) KURANG PERALATAN MAINTENANCE STANDAR KERJA

KEMAMPUAN FISIK ATAU

PHISIOLOGI TIDAK LAYAK

KEMAMPUAN MENTAL TIDAK

LAYAK

STRESS FISIK ATAU PHISIOLOGI

(31)

LEMAHNYA

KONTROL PENYEBABDASAR LANGSUNGPENYEBAB INSIDEN KERUGIAN

LA C K O F C O N T R O

L PROGRAM TIDAK SESUAI

STANDARD TIDAK SESUAI KEPATUHAN TERHADAP STANDAR

1.

KENALI

2.

EVALUASI

3.

RENCANAKAN

4.

LAKSANAKAN

5.

MONITOR

PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA

( HAZARDS )

(32)

1.

SIKAP MANAJEMEN YG TAK PEDULIKAN K3

2.

ORGANISASI

YG

BURUK,

PELIMPAHAN

TANGGUNG JAWAB TIDAK JELAS

3.

PROSEDUR KERJA YANG BERLAKU TIDAK

JELAS / TEGAS

4.

SISTEM KOORDINASI TIDAK JELAS

5.

INSPEKSI PERALATAN TIDAK DIJALANKAN

DOMINAND TERJADINYA KECELAKAAN KERJA

6.

KURANGNYA PENGAWASAN

7.

TIDAK ADA AUDIT / MONITORING SEHINGGA

TIMBUL KETIMPANGAN

8.

DOKUMENTASI SEMRAWUT / TIDAK TERATUR

9.

TIDAK PERNAH ADA LAPORAN KECELAKAAN

---TAKUT KONDITE

(33)

AKIBAT KECELAKAAN DAPAT MENYEBABKAN

1.

KEBAKARAN

2.

PENCEMARAN LINGKUNGAN

3.

KERUSAKAN PERALATAN

4.

HILANGNYA KEPERCAYAAN

MASYARAKAT

5.

DLL

POTENSI BAHAYA

POTENSI BAHAYA UTAMA YANG DAPAT

UTAMA YANG DAPAT

MENJADI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

MENJADI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA

1.

BAHAYA PSIKOSOSIAL

2.

BAHAYA FISIKA

3.

BAHAYA KIMIA

4.

BAHAYA BIOLOGI

5.

BAHAYA ERGONOMI

(34)

KECELAKAAN

Kecelakaan dapat terjadi bila

seseorang

berada

pada

paparan bahaya

Hazard + Exposure









Accident

Hazard + Exposure









Accident

Bahaya + Paparan









Kecelakaan

Bahaya + Paparan









Kecelakaan

10.Engineering / Rancangbangun 10-1 Rancangan Teknis tidak memadai •design input kadaluarsa •design input salah •design input tidak ada •design output

tidak cukup •design input tidak mudah dikerjakan •design output tidak jelas •design output salah •design output tidak kosekwen •design review bukan oleh pihak lain 10-2 Standar, spesifikasi

dan kreteria desain tidak cukup memadai 10-3 Penilaian potensi berbahaya tidak memadai 10-4 Desain belum ergonomik 10-5 Pemantauan konstruksi belum baik 10-6 Penilaian kesiapan

operasi tidak baik 10-7 Pemantauan pelaksanaan operasi tidak baik 10-8 Evaluasi dan dokumentasi perubahan operasi tidak baik 9.Seleksi Kontraktor & Pengawasan 99--11Prakualifikasi Kontraktor, tidak ada.

99--22Prakualifikasi Kontraktor kurang memadai 99--33Seleksi Kontraktor tidak memadai 99--44Memakai Kontraktor yang tidak diakui

99--55Tidak ada tgg jawab pengawasan pek. 99--66Kurang tgg jawab pengawasan pek. 9-7 Dll    Tidak bisa diterapkan

8.Mgt / Supervisi / Leadership

8-1Konflik tugas / tanggung jawab •Hubungan pelaporan

yg tdk jelas •Hubungan pelaporan

yang bertentangan •Tugas dari tanggung jawab tidak jelas •Tugas dari tanggung

jawab bertentangan •Penyerahan wwenang tidak jelas / cukup 8-2Pimpinan lemah : •Tidak ada / dibuat standard prestasi •Tidak cukup pertanggung jawaban •Tidak cukup / salah umpan balik prestasi •Tidak cukup inspeksi lapangan •Tidak cukup promosi

safety. 8-3Koreksi bahaya kerja &

kecelakan tidak cukup 8-4Tidak cukup identifikasi tempat / bahaya kerja 8-5Tidak cukup sistem manajemen perubahan 8-6Sistem pelaporan dan investigasi kecelakan tidak memadai 8-7Tidak cukup safety

meeting 8-8Tidak cukup pengukuran

dan penilaian prestasi 8-9Dll     Tidak bisa diterapkan

11. Rencana Kerja

11-1 Rencana kerja tidak baik 11-2 Perawatan Pemeliharaan tidak baik

• Perkiraan keperluan • Lubrikasi / service • Menyetel / merakit • Penyucian /pembersihan 11-3 Reparasi kurang baik • Order perbaikan yg diperlukan • Jadwal kerja • Pengujian parts • Penggantian parts 11-4 Keausan, kerusakan berlebihan • Rencana penggunaan kurang baik • Penundaan perawatan • Salah mengangkat • Dipakai oleh orang tidak ahli • Salah penggunaan 11-5 Referensi material dan publikasi kurang 11-6 Audit / inspeksi / monitoring • Tidak ada dokumen • Tidak ada tanggung jawab melkukan

koreksi • Tidak ada kewajiban

mengkoreksi 11-7 Penempatan pegawai

tidak tepat • Persyaratan orang

tidak ditentukan • Tidak ada orang

2. Kondisi Fisik 2-1 Luka / penyakit sebelumnya 2-2 Kelelahan •Beban kerja •Kurang istirahat •Beban pikiran berlebihan 2-3 Kurang primaKurang prima •Karena suhu ekstrim •Kekurangan oxigen •Karena perubahan tekanan atmospher 2-4 Kekurangan gula darah 2-5 Kelemahan fisik akibat alkohol dan obat bius 2-6 Dll     Tidak bisa diterapkan 1.Kemampuan Fisik 1-1 Penglihatan lemah penglihatan 1-2 Pendengaran lemah 1-3 Pancaindera lemah

1-4 Nafas tidak kuat 1-5 Cacat tubuh tetap 1-6 Cacat sementara 1-7 Ketidak mampuan menopang posisi tubuh 1-8 Kemampuan gerak tubuh terbatas 1-9 Bahan2 sensitif atau alergi 1-10 Ukuran / kekuatan

tubuh tidak cukup 1-11 Turun kemampuan karena obat 1-12 Dll     Tidak bisa diterapkan

KEMUNGKINAN FAKTOR AKAR PENYEBAB

DAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDEN DAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDENDAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDEN DAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDENDAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDEN DAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDENDAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDEN DAFTAR LENGKAP PENYEBAB KECELAKAAN / INSIDEN

ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE ) ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE )ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE ) ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE )ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE ) ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE )ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE ) ALAT MENGANALISA PENYEBAB DASAR ( ROOT CAUSE ) TAHAP PENERAPAN PENELITIAN:

PENGUMPULAN BUKTI-BUKTI MANUSIA e SOLUSI BUKTI FISIK POSISI DOKUMEN

• Mencatat jenis / tingkat keparahan kejadian • Termasuk : siapa / apa / kapan /

dimana / bagaimana – yang diketahui pada saat kejadian

URAIAN KEJADIAN

• Mengumpulkan semua bukti yang ada relevansinya dengan kejadian • Tahap Penerapan = bukti langsung ( tempat kejadian dan saksi mata) • Tahap Penelitian = bukti tidak langsung (sunber-sumber tertulis)

• Pertimbangan : Manusia / Bukti fisik / Posisi / Dokumen

TAHAPAN ANALISA:

IDENTIFIKASI FAKTOR-2 UTAMA (KRITIKAL)

• Menyusun bahan / barang bukti • Memetakan fakta2, bahan / barang bukti.

• Mengenali faktor-2 kritikal • Menggunakan Daftar ini menemukan Sebab Langsung dan Sebab

Dasar. 13. Perkakas & Peralatan 13-1 Kurang kajian terhadap kebutuhan dan resiko 13-2 Kurang pertimbangan pada faktor manusia / ergonomik 13-3 Standards / spesifikasi tidak memadai 13-4 Pengadan tdk cukup 13-5 Kurang penyetelan/ reparasi / perawatan 13-6 Penyelamatan & reklamasi lemah 13-7 Tidak mencopot / mengganti barang yg tak cocok 13-8 Tidak ada hystory

record peralatan. 13 13--99 Catatan sejarah peralatan tidak lengkap. 13-10Lain2     Tidak cocok

FAKTOR MANUSIA FAKTOR PEKERJAAN

1.Ketaatan pada Prosedure

1-1Pelanggaran oleh perorangan 1-2Pelanggaran oleh kelompok 1-3Pelanggaran oleh supervisor 1-4Menggunakan peralatan tanpa wewenang

1-5Posisi atau postur salah / tidak tepat 1-6Memakai tenaga melebihi kapasitas kemampuan tubuh. 1-7Kecepatan kerja/gerak yang salah/tidak aman

1-8Cara mengangkat yang salah/tidak tepat 1-9Cara memuat barang salah/tidak tepat

1-10 Ambil jalan pintas 1-11 Dll.

2.Penggunaan Perkakas atau Peralatan

2-1Salah cara menggunakan peralatan 2-2Salah cara menggunakan perkakas 2-3Memakai peralatan rusak ( disadari ) 2-4Memakai perkakas rusak ( disadari ) 2-5Keliru menempatkan/memilih perkakas, peralatan atau materials 2-6Kecepatan menjalankan peralatan tidak

wajar / tepat 2-7Kerja perbaikan pada mesin yang hidup

2-8Dll.

3.Penggunaan Metoda Pengamanan

3-1Kurang pengetahuan terhadap bahaya kerja 3-2Tidak memakai alat pelindung diri 3-3Salah memakai alat pelindung diri yang benar 3-4Bekerja pada peralatan ber-energy (meledak,

listrik, dsb) 3-5Peralatan or materials tidak terlindungi / terjaga

3-6Rusak/ tidak berfungsi dari pagar/tutup pelindung, sistem peringatan/alarm & alat2

pengaman. 3-7Tidak ada/dicopot/hilang alat pelindung, siatem

alarm atau alat2 pengaman 3-8Alat Pelindung Diri tidak tersedia

3-9Dll.

4.Kelalaian / Kurang Kewaspadaan

4-1Keputusan keliru / kurang pertimbangan 4-2Dipengaruhi oleh kepentingan yang lain. 4-3Kurang memperhatikan lantai berpijak /

lingkungan 4-4Berkelakar 4-5Tindakan kekerasan / menyimpang

4-6Kegagalan memperingatkan 4-7Pengaruh alkohol atau obat2an / narkoba. 4-8Bekerja rutine tanpa banyak berpikir karena

sudah biasa. 4-9Dll

5.Sistem Pengaman

5-1Pelindung atau alat proteksi tidak sempurna 5-2Pelindung atau alat proteksi rusak. 5-3Alat Pelindung Diri tidak memadai / cukup

5-4Alat Pelindung Diri rusak 5-5Sistem peringatan bahaya tidak memadai.

5-6Sistem peringatan rusak 5-7Sistem Isolasi & peralatan tidak memadai /

cukup 5-8Alat pengaman kurang semourna. p 5-9Alat pengaman rusak/tidak berfungsi.

5-10 Dll

6.Perkakas, Peralatan & Kendaraan

6-1Peralatan rusak 6-2Peralatan tidak memadai 6-3Persiapan peralatan tidak memadai

6-4Perkakas rusak 6-5Perkakas tidak cukup 6-6Persiapan perkakas tidak memadai

6-7Kendaraan rusak 6-8Kendaraan tidak memenuhi kebutuhan 6-9Kendaran yang dipakai tidak memadai/

6-10 Dll

7.Kegiatan terpapar oleh :

7-1Kebakaran & ledakan 7-2Kebisingan 7-3Energy bertenaga listrk 7-4Sistem2 bertenaga selain listrik

7-5Radiasi 7-6Temperatur ekstrim 7-7Bahan kimia berbahaya 7-8Bahaya2 mekanis 7-9Kekacauan, reruntuhan 7-10 Badai atau bencana alam 7-11 Lantai & gang lain

7-12 Dll

8.Lingkungan Tempat Kerja / Tata Letak

8-1Penuh sesak / ruang gerak terbatas 8-2Penerangan tidak cukup atau berlebihan

8-3Ventilasi tidak memadai 8-4Tempat tinggi/puncak tak terlindung 8-5Tata letak tempat kerja tidak memadai • Tidak dapat dikontrol i • Displey kurang memadai • Label2 kurang memadai • Lokasi tidak terjangkau atau terlihat • Ada informasi yang saling bertentangan.

8-6Dll

KEMUNGKINAN SEBAB-SEBAB LANGSUNG

TINDAKAN TIDAK AMAN KONDISI TIDAK AMAN

Berikan tanda lingkaran, pada katagori faktor

6. Tingkat Keahlian 6-1 Kelemahan pada menilai kecakapan 6-2 Kelemahan dalam praktek keahlian 6-3 Jarang menampilkan keahlian 6-4 Kurang pelatihan ketrampilan. 6-5 Kurang kajian memantabkan keahlian 6-6 Dll    Tidak bisa dipakai

12.Pembelian, Penanganan & Kontrol Material 12 12--11Item diterima, salah

•Spesifikasi ke vendor tidak jelas •Spesifikasi pada permohoan tidak jelas •Perubahan order tidak terkontrol •Penggantian tidak resmi •Persyaratan penerimaan barang lemah. •Tidak dilakukan pengecekan barang yang diterima 12 12--22Penelitian terhadap barang/alat kurang 12 12--33Cara pengiriman & route

angkutan kurang tepat.

12 12--44Penanganan material

kurang baik

12 12--55Penyimpangan material

& spare parts kurang baik.

12 12--66Pengepakan material

kurang baik.

12 12--77Terlalu lama tersimpan

di rak 12 12--88Material berbahaya tidak teridentifikasi 12 12--99Penyelamatan /pembuangan barang berguna / tak berguna

12-10Data keselamatann dan kesehatan tidak ada / kurang

7. Pelatihan / Alih Pengetahuan

7-1 Tidak cukup alih pengetahuan • Tidak mampu memahami • Instruktur tidak memenuhi persyaratan • Peratan training tdk memadai • Instruksi tidak dimengerti 7-2 Material training tidak

mengingatkan: • Training tidak memperkuat kemahiran kerja • Frekuensi latihan penyegaran tidak memadai 7-3 Upaya training tidak

memadai • Rancangan program

tidak memadai • Sasaran/tujuan training tidak jelas • Orientasi pekerja baru tidak cukup • Training awal tidak memadai • Tidak mendapatkan

pelatih ahli kerja 7-4 Tidak ada pelatihan • Kebutuhan training tidak diperhatikan. • Rekod training salah atau tidak berlaku • Pekerjaan baru tanpa pelatihan • Keputusan yg 4.Tekanan Mental 4-1 Terlilit masaalah 4-2 Frustrasi 4-3 Petunjuk / permintaan yang membingungkan 4-4 Petunjuk & permintaan saling bertentangan 4-5 Kegiatan hina / tidak bermartabat 4-6 Emosi berlebihan 4-7 Keputusan/ permintaan yang

sulit & berat 4-8 Konsentrasi atau pemahaman hebat 4-9 Sangat bosan 4-10 Dll     Tidak bisa dipakai

3.Kondisi Mental 3-1 Llemah membuat keputusan 3-2 Ingatan lemah 3-3 Koordinasi lemah / reaksi lamban 3-4 Emosi terganggu 33--55 Kekuatiran / penyakit ketakutan 3-6 Kecerdasan mekanis rendah 3-7 Kemampuan belajar rendah 3-8 Pengaruh obat2an 3-9 Dll     Tidak bisa dipakai

14.Aturan Kerja / Kebijakan / Standard/Prosedure (PSP)

14-1Aturan & Prosedur Kerja (PSP) lemah • Penetapan tanggung jawab

PSP lemah. •JSA lemah. • JSA tidak lengkap 14-2Pengembangan PSP lemah.

•Lemah koordinasi dgn perlengkapan / proses. • Lemahnya keterlibatan pekerja pada pengembangan • Pelaksanaan tindak perbaikan tidak jelas. • Tidak ada pola yang memberi

kemudahan 14-3Kurang pelaksanaan PSP karena

kelemahan2 sbb : •Persyaratan yg berbeda •Pola kerja membingungkan •Setiap langkah lebih dari satu kegiatan •Tidak memberi ruang gerak

•Urutan kerja tidak akurat •Instruksi membingungkan •Kesalahan teknis/ kehilangan

langkah •Referensi berlebihan •Situasi poptensial tidak

tertangkap 14-4Lemah penekanan PSP

•Pemantauan kerja lemah •Pengetahuan kepemimpinan

kurang •Penekanan kurang •Penyimpangan tidak dikoreksi 14-5Lemahnya komuniikasi PSP

•Kurang sosialisai •Bahasa tuidak cocok •Revisi kadaluarsa tetap

dipakai

15. Komunikasi

15-1Komunikasi horizontal individu lemah. 15-2Komunikasi vertikal,

pimpinan bawahan lemah. 15-3Komunikasi antar

organisasi berbeda setara lemah. 15-4Komunikasi antar

kelompok kerja lemah 15-5Komunikasi antar shift kerja lemah. 15-6Metoda komunikasi tidak

memadai. 15-7Samasekali tidak ada

metoda komunikasi. 15-8Instruksi salah. 15-9Tidak ada komunikasi

timbang terima kerja. 15-10 Lemahnya komunikasi SHE, peraturan &

petunjuk 15-11 Istilah2 standard tidak

dipakai. 15-12 Verifikasi / teknik check

ulang tidak dilakukan. 15-13 Pesan terlalu panjang 15-14 Percakapan terganggu 15-15 Lain2     Tidak bisa diterapkan.

5.Perilaku

5-1 Memberi penghargaan kepada penampilan yang tidak patut • Pokoknya jadi • Kerja seenaknya • Minta perhatian 5-2 Contoh pengawasan yang tidak baik 5-3 Mengidentifikasi prilaku2 aman yang kritikal, lemah. 5-4 Penguatan prilaku2

aman kritikal tidak memadai. • Tindakan/prestasi yang benar malah dicela/dikritik • Tekanan dari pimpinan tidak tepat • Umpan balik prestasi tidak baik • Proses disiplin tidak baik 55--55 Bertindak agresif tidak pada tempatnya/tepat. 5-6 Penggunaan insentip

produksi kurang tepat. 5-7 Pengawas yang terburu-buru 5-8 Pekerja merasa terburu-buru 5-9 Dll     Tidak bisa diterapkan.

(35)

Motto

Motto

One minutes to write a safety rule

One hour to hold a safety meeting

One week to plan a safety program

One month to put it in operating

One year to win a safety award

One life time to make a safety worker

But it takes only :

But it takes only :

Takes

Takes

One second to destroy it all with an accident

One second to destroy it all with an accident

CARA MENGHADAPI BAHAYA

1.

HILANGKAN BAHAYA SEDINI MUNGKIN

2.

PASANG ALAT PENGAMAN PADA MESIN

3.

PASANG

ALAT

PELINDUNG

PADA

(36)

THREE STAGES OF CONTROL

PRE-CONTACT

Lack of control - Management. Basic cause - Origin Immediate cause - Symptoms

CONTACT

Incident

POST-CONTACT

Loss - P. E. M. E

.

FOUR MAJOR SOURCES OF LOSS & CONTROL

FOUR MAJOR SOURCES OF LOSS & CONTROL

Management System System 

Equipment



Material



Environment



People

(37)

DASAR

DASAR –

– DASAR KESELAMATAN KERJA MIGAS

DASAR KESELAMATAN KERJA MIGAS

1.

1.

PANCASILA

PANCASILA

2.

2.

U

U..U

U..D

D.. 1945

1945

3.

3.

MIJN

MIJN POLITIE

POLITIE REGLEMENT

REGLEMENT (MPR)

(MPR) L/N

L/N #

# Thn

Thn..

1930

1930..

4.

4.

UNDANG

UNDANG –

– UNDANG

UNDANG N

N0

0..1

1 TAHUN

TAHUN 1970

1970

TENTANG

TENTANG KESELAMATAN

KESELAMATAN KERJA

KERJA..

5.

5.

UNDANG

UNDANG –

– UNDANG

UNDANG 1

1 TAHUN

TAHUN 1973

1973 TENTANG

TENTANG

LANDAS

LANDAS KONTINGEN

KONTINGEN INDONESIA

INDONESIA..

6.

6.

PERATURAN

PERATURAN PEMERINTAH

PEMERINTAH NO

NO.. 19

19 TAHUN

TAHUN 1973

1973

TENTANG

TENTANG PENGATURAN

PENGATURAN DAN

DAN PENGAWASAN

PENGAWASAN

K

K--3

3 DI

DI BIDANG

BIDANG PERTAMBANAGAN

PERTAMBANAGAN..

7.

7.

PERATURAN

PERATURAN PEMERINTAH

PEMERINTAH NO

NO.. 17

17 TAHUN

TAHUN 1974

1974

TENTANG

TENTANG

PENGAWASAN

PENGAWASAN

PELAKSANAAN

PELAKSANAAN

EKSPLORASI

EKSPLORASI DAN

DAN EKSPLOATASI

EKSPLOATASI MINYAK

MINYAK DAN

DAN

GAS

GAS BUMI

BUMI DI

DI DAERAH

DAERAH LEPAS

LEPAS PANTAI

PANTAI..

8.

8.

P

P..P

P.. NO

NO.. 11

11 TAHUN

TAHUN 1979

1979 TENTANG

TENTANG K

K--3

3 PADA

PADA

PEMURNIAN

PEMURNIAN DAN

DAN PENGOLAHAN

PENGOLAHAN MINYAK

MINYAK DAN

DAN

GAS

GAS BUMI

BUMI..

9.

Per.Menaker

No.

186/1999

-

Pelaporan

Kecelakaan..

(38)

1.

1. VEILIGHEIDS

VEILIGHEIDS REGLEMENT

REGLEMENT 1910

1910 (VR

(VR 1910

1910,, Stbl

Stbl No

No.. 406

406))

sudah

sudah tidak

tidak sesuai

sesuai lagi

lagi

2.

2. Perlindungan

Perlindungan tenaga

tenaga kerja

kerja tidak

tidak hanya

hanya di

di industri/

industri/

pabrik

pabrik

3.

3. Perkembangan

Perkembangan teknologi/

teknologi/ IPTEK

IPTEK serta

serta kondisi

kondisi dan

dan

situasi

situasi ketenagakerjaan

ketenagakerjaan

4.

4. Sifat

Sifat refresif

refresif dan

dan polisional

polisional pada

pada VR

VR.. 1910

1910 sudah

sudah tidak

tidak

sesuai

sesuai lagi

lagi

LATAR BELAKANG

Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

PENGERTIAN

Secara Etimologis :

Secara Etimologis :

Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil, makmur dan sejahtera

Secara Filosofi :

Secara Filosofi :

Secara Keilmuan :

Secara Keilmuan :

(39)

DASAR HUKUM -

1

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan Khusus

PP; Per.Men ; SE;

Pasal 5, 20 dan 27 ayat (2) UUD 1945

Pasal 86, 87 Paragraf 5 UU Ketenagakerjaan

UU No.1 Tahun 1970 PENGENDALIAN ENERGI SARANA PROTEKSI KEBAKARAN MANAJEMEN K3

PERATURAN

PERATURAN

PERATURAN

PERATURAN

K3

K3

K3

K3

PENANGGULANGAN

PENANGGULANGAN

PENANGGULANGAN

PENANGGULANGAN

KEBAKARAN

KEBAKARAN

KEBAKARAN

KEBAKARAN

(40)

A. Bahwa

setiap

tenaga

kerja

berhak

mendapat

perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan

untuk

kesejahteraan

hidup

dan

meningkatkan

produksi

serta

produktivitas

Nasional;

B. Bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat

kerja perlu terjamin pula keselamatannya;

C. Bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan

dipergunakan secara aman dan effisien;

•• PasalPasal 2727 ayatayat ((22)) UUDUUD 19451945 ::

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

•• UUUU NoNo..1414 TahunTahun 19691969 tentangtentang KetentuanKetentuan--ketentuanketentuan PokokPokok MengenaiMengenai ketenagakerjaan

ketenagakerjaan Pasal

Pasal 33

Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan

Pasal Pasal 99

Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama

Pasal Pasal 1010

(41)

Pasal 86

(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas :

a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia

serta nilai-nilai agama;

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal

diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja

(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dilaksanakan

Paragraf 5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

UU Ke-TK-an

(baru)

Pasal 86

(1) Cukup jelas

(2)

Upaya

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan

dan

meningkatkan

derajat

kesehatan

para

pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan

dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di

tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan

rehabilitasi.

(3) Cukup jelas

(42)

Pasal 87

(1) Setiap

perusahaan

wajib

menerapkan

sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen

keselamatan

dan

kesehatan

kerja

sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

Pemerintah

Pasal 87

(1) Yang

dimaksud

dengan

sistem

manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari

sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan

yang

meliputi

struktur

organisasi,

perencanaan,

pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan

sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam

rangka pengendalian risiko yang berkaiatan dengan

kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien, dan produktif.

(43)

Pasal 190

(1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenai sanksi

administratif atas pelanggaran ketentuan-ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15,

Pasal 25, Pasal 38 ayat (2), Pasal 45 ayat (1), pasal 47

ayat (1), Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126

ayat (3), dan Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2)

Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

BAB XVI

Bagiaan Kedua

Sanksi Administratif

Pasal 190

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa :

a. teguran;

b. peringatan tertulis;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha;

e. pembatalan persetujuan;

f. pembatalan pendaftaran;

g. penghentian sementara ssebagian atau seluruh alat

produksi;

(44)

Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan

Tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan

atas keselamatan dalam pekerjaannya

atas keselamatan dalam pekerjaannya

Orang lain yang berada di tempat kerja perlu

Orang lain yang berada di tempat kerja perlu

menjamin keselamatannya

menjamin keselamatannya

Sumber

Sumber--sumber produksi dapat dipakai secara

sumber produksi dapat dipakai secara

aman dan efisien

aman dan efisien

TUJUAN

1.

1. Kampanye

Kampanye

2.

2. Pemasyarakatan

Pemasyarakatan

3.

3. Pembudayaan

Pembudayaan

4.

4. Kesadaran dan kedisiplinan

Kesadaran dan kedisiplinan

Untuk melaksanakan tujuan dengan melalui :

(1)

(1) Tempat kerjaTempat kerja 1.

1. Ruangan/ lapanganRuangan/ lapangan 2.

2. Tertutup/ terbukaTertutup/ terbuka 3.

3. Bergerak/ tetapBergerak/ tetap (2)

(2) Pengurus Pengurus →→pucuk pimpinan (bertanggung jawab/ kewajiban)pucuk pimpinan (bertanggung jawab/ kewajiban) (3)

(3) PengusahaPengusaha

orang/ badan hukum yg menjalankan usaha atau tempat orang/ badan hukum yg menjalankan usaha atau tempat kerja

kerja (4)

(4) Direktur Direktur

pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977) pelaksana UU No. 1/1970 (Kepmen No. 79/Men/1977) (5)

(5) Pegawai pengawasPegawai pengawas

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB I - ISTILAH Pasal 1

Unsur tempat kerja, ada : (1) Pengurus

(2) Sumer bahaya (3) usaha

(45)

(1)

(1) Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I : a.

a. Darat, dalam tanahDarat, dalam tanah b.

b. Permukaan air, dalam airPermukaan air, dalam air c.

c. Udara Udara (2)

(2) Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan Rincian tempat kerja, terdapat sumber bahaya yg berkaitan dengan :

dengan : a.

a. Keadaan mesin/ alat/ bahanKeadaan mesin/ alat/ bahan b.

b. Lingkungan kerjaLingkungan kerja c.

c. Sifat pekerjaanSifat pekerjaan d.

d. Cara kerjaCara kerja e.

e. Proses produksiProses produksi (3)

(3) Kemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerjaKemungkinan untuk perubahan atas rincian tempat kerja

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB II - RUANG LINGKUP Pasal 2

Catatan : peraturan pelaksana digolongkan untuk bidang teknis dan sektoral

(1)

(1) Arah dan sasaran yang akan dicapai melalui syaratArah dan sasaran yang akan dicapai melalui syarat--syarat K3syarat K3 (2)

(2) Pengembangan syaratPengembangan syarat--syarat K3 di luar ayat (1) syarat K3 di luar ayat (1) →→IPTEKIPTEK

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 3 Pasal 3

(1)

(1) Penerapan syaratPenerapan syarat--syarat K3 syarat K3 →→ sejak tahap perencanaan s/d sejak tahap perencanaan s/d pemeliharaan

pemeliharaan (2)

(2) Mengatur prinsipMengatur prinsip--prinsip teknis tentang bahan dan produksi prinsip teknis tentang bahan dan produksi Pasal 4

Pasal 4

(46)

Pasal 3 ayat (1).

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat

keselamatan kerja untuk:

DASAR HUKUM

K3

PENANGGULANGAN

KEBAKARAN

• mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran, • mencegah, mengurangi peledakan

• memberikan kesempatan jalan menyelamatkan diri dalam bahaya kebakaran • pengendalian penyebaran

asap, gas dan suhu

UU NO 1 TH 1970

(1)

(1) Direktur sebagai pelaksana umumDirektur sebagai pelaksana umum (2)

(2) Wewenang dan kewajiban :Wewenang dan kewajiban :

–– direktur (Kepmen No. 79/Men/1977)direktur (Kepmen No. 79/Men/1977)

–– Peg. Pengawas (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. Peg. Pengawas (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. 03/Men/1984)

03/Men/1984)

–– Ahli K3 (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. Ahli K3 (Permen No. 03/Men/1978 dan Permen No. 4/Men/1992)

4/Men/1992)

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 5 Pasal 5

Pasal

Pasal 6 6 PanitiaPanitia banding (banding (belumbelum didi aturatur)) Pasal 7

Pasal 7 RetribusiRetribusi Pasal 8

Pasal 8 (1)

(47)

(1)

(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan →→TK baruTK baru (2)

(2) Dinyatakan mampu dan memahami Dinyatakan mampu dan memahami →→pekerjapekerja (3)

(3) Pengurus wajib Pengurus wajib →→pembinaanpembinaan (4)

(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syaratPengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat--syarat K3syarat K3

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 9

Pasal 9 -- PembinaanPembinaan

Pasal 10

Pasal 10 -- Panitia Pembina K3 (Permenaker No. 04/Men/1984)Panitia Pembina K3 (Permenaker No. 04/Men/1984) Pasal 11

Pasal 11 -- KecelakaanKecelakaan (1)

(1) Kewajiban pengurus untuk melaporkan kecelakaanKewajiban pengurus untuk melaporkan kecelakaan (2)

(2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan (permen No. (permen No. 03/Men/1998)

03/Men/1998)

a.

a. Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3)Memberi keterangan yang benar (peg. Pengawas dan ahli K3) b.

b. Memakai APDMemakai APD c.

c. Memenuhi dan mentaati semua syaratMemenuhi dan mentaati semua syarat--syarat K3syarat K3 d.

d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan syaratMeminta kepada pengurus agar dilaksanakan syarat--syarat K3syarat K3 e.

e. Menyatakan keberatan kerja bila syaratMenyatakan keberatan kerja bila syarat--syarat K3 tidak syarat K3 tidak dipenuhi dan APD yang wajib diragukan

dipenuhi dan APD yang wajib diragukan

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 12

Pasal 12 –– Hak dan Kewajiban TKHak dan Kewajiban TK

Pasal 13

Pasal 13 –– Kewajiban memasuki tempat kerjaKewajiban memasuki tempat kerja

Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati K3 dan APD

mentaati K3 dan APD Pasal 14

(48)

(1)

(1) Pelaksanaan ketentuan pasalPelaksanaan ketentuan pasal--pasal di atur lebih lanjut pasal di atur lebih lanjut dengan peraturan perundangan

dengan peraturan perundangan (2)

(2) Ancaman pidana atas pelanggaran :Ancaman pidana atas pelanggaran : •

• Maksimum 3 bulan kurungan atauMaksimum 3 bulan kurungan atau •

• Denda maksimum Rp. 100.000Denda maksimum Rp. 100.000 (3)

(3) Tindak pindana tersebut adalah pelanggaranTindak pindana tersebut adalah pelanggaran

UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal

Pasal 15 15 –– KetentuanKetentuan PenutupPenutup

Pasal Pasal 1616 Kewajiban

Kewajiban pengusahapengusaha memenuhimemenuhi ketentuanketentuan undangundang--undangundang iniini paling paling lama

lama setahunsetahun (12 (12 JanuariJanuari 1970)1970) Pasal

Pasal 1717 Aturan

Aturan peralihanperalihan untukuntuk memenuhimemenuhi keselamatankeselamatan kerjakerja →→VR 1910 VR 1910 tetap

tetap berlakuberlaku selamaselama tidaktidak bertentanganbertentangan Pasal

Pasal 1818 Menetapkan

Menetapkan UU No. 1/ 1970 UU No. 1/ 1970 sebagaisebagai undangundang--undangundang keselamatankeselamatan kerja

kerja dalamdalam LNRI No. : 1918 LNRI No. : 1918 mulaimulai tanggaltanggal 12 12 JanuariJanuari 19701970

BAB VII

KECELAKAAN

Pasal 11 :

1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan

yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya

pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga

Kerja.

2) Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan

oleh pegawai termaksud ayat (1) diatur dengan

peraturan perundangan.

(49)

BAB VIII

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12 :

Dengan Peraturan Perundangan diatur kewajiban dan atau

hak tenaga kerja untuk

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta

oleh pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan

kerja.

b. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.

c. Memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan

kerja dan kesehatan kerja yang diwajibkan.

d. Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua

syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan.

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana

syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta

alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain

oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang

masih dipertanggungjawabkan.

(50)

BAB IX

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13 :

Barang siapa akan memasuki suatu tempat

kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk

keselamatan kerja dan memakai alat-alat

perlindungan diri yang diwajibkan.

BAB X

KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 14 :

Pengurus diwajibkan :

a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja

yang dipimpinnya, semua syarat-syarat keselamatan

kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini

dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku

bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada

tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan

kerja.

(51)

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya

semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan

dan semua bahan pembinaan lainnya, pada

tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan

kerja.

c. Menyediakan

secara

cuma-cma,

semua

alat

perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja

berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi

setiap orang lain yang memasuki tempat kerja

tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang

diperlukan menurut pegawai pengawas dan ahli

keselamatan kerja.

UU No. 1 Tahun 1970

TEMPAT KERJA SDM BAHAN PERALATAN PROSES PRODUKSI CARA KERJA SIFAT PEKERJAAN LINGKUNGAN KERJA FAKTOR PENYEBAB AMAN SEHAT

MGT

Prod’s

(52)

ACCIDENT / INCIDENT

ACCIDENT / INCIDENT

INVESTIGATION

INVESTIGATION

ACCIDENT / INCIDENT

ACCIDENT / INCIDENT

INVESTIGATION

INVESTIGATION

PENDAHULUAN

Obyektif Pelatihan untuk materi ini :

 Memberikan dasar-dasar teknis untuk investigasi

kecelakaan (Accident/Incident Investigation) secara

sistematis sehingga dapat dicegah terulangnya insiden sejenis.

(53)

PENDAHULUAN

 Dari kasus insiden kecelakaan, masih ada yang dapat diambil

hikmahnya, yaitu seperti dikatakan oleh Ichak Adizes dengan motto berikut :

“Smart people learn from experience, wise people learn from experience of others”

(Ichak Adizes, Word Executives Digest framable No. 115).

 Kita dapat belajar dari sesuatu yang kita alamai, tetapi akan

lebih baik lagi jika kita dapat belajar dari kejadian yang dialami orang lain, terutama jika dikaitkan dengan kejadian insiden atau kecelakaan yang merugikan.

 Apakah kita telah belajar dari insiden-insiden yang terjadi????

 Banyak kasus insiden di kilang minyak dan petrokimia

Bidang Pengolahan dengan penyebab yang sama telah terulang berkali kali.

 Banyak kasus insiden yang tidak diinvestigasi secara

komprehensif.

PENDAHULUAN

 DEFINISI.

 Insiden (Incident) adalah :

suatu kejadian yang tidak direncanakan dengan

disertai konsekwensi yang tidak diinginkan.

Insiden mencakup kasus hampir celaka (near-miss

events),

kebakaran

(fires),

ledakan

(explosions),

penyebaran

uap

beracun

(releases

of

toxic

or

hazardous substances).

 Kecelakaan (Accident) adalah :

(54)

PENDAHULUAN

 DEFINISI.

 Incident Investigation adalah :

proses penyelidikan kejadian dengan tujuan untuk

mengungkap penyebab-penyebabnya sehingga dapat

ditetapkan langkah-langkah pencegahan agar kejadian sejenis tidak terulang.

 Cause (Penyebab) adalah :

suatu kejadian (event, situation, or condition) yang

merupakan penyebab baik secara langsung atau tidak langsung terhadap terjadinya suatu ‘incident’.

DEFINISI INCIDENT INVESTIGATION.

 Penyebab Dasar (Root Causes) adalah :

alasan utama yang menyebabkan terjadinya suatu ‘incident’, seperti kelemahan sistem manajemen (pekerja kurang trampil, prosedur kerja yang tidak memadai) yang mengarah pada munculnya tindakan tak aman (unsafe act) dan kondisi tak aman (unsafe condition).

akar Penyebab (Root Causes) disebut juga dengan istilah lain seperti : Penyebab Dasar (Basic Causes), Sebab tersembunyi (Underlying Causes).

Jika ‘root causes’ disingkirkan, maka suatu insiden mungkin tidak akan terjadi.

(55)

PENDAHULUAN

 Accident / Incident Investigation adalah salah satu bagian dari

kegiatan safety program.

 Tujuan melakukan Accident/Incident Investigation sering kali

kurang dimengerti.

 Ada yang mencari kesalahan pekerja.

 Ada yang mencari penyebab langsung (bukan penyebab

sesungguhnya). dll.

 Accident akan terjadi dan terjadi lagi, kecuali ada investigasi

yang baik untuk memperbaiki penyebab dasarnya (basic causes).

PENDAHULUAN Prinsip Dasar (Principle)

Penyelidikan

kejadian/kecelakaan

yang

efektip,

pelaporan dan tindak lanjutnya sangat diperlukan

untuk meningkatkan keselamatan unit operasi. Dari

laporan

penyelidikan

kecelakaan

akan

diperoleh

pelajaran sehingga dapat dilakukan koreksi untuk

mencegah terulangnya kecelakaan sejenis.

(56)

 Terdapat sistem untuk melaporkan, menginvestigasi kecelakaan, hampir celaka (incident and near-misses) serta tindak lanjutnya (follow up actions).

 Terdapat prosedur untuk mengivestigasi, menganalisa dan memberikan rekomendasi jika terjadi kecelakaan dan hampir celaka, serta menindak lanjuti rekomendasi hasil investigasi kecelakaan.

 Hasil investigasi kecelakaan mencakup identifikasi penyebab dasar dan faktor pendukung (identify root causes and contributing factors) dan rekomendasi yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko atau mencegah terjadinya insiden sejenis.  Terdapat sistem untuk menyebar luaskan hasil investigasi

sehingga pekerja terkait dapat belajar dari kasus insiden tersebut (tukar menukar informasi hasil investigasi kecelakaan/hampir celaka antar unit operasi).

OBYEKTIF INCIDENT INVESTIGATION

 Investigasi yang efektif dapat :

1. Menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi.

2. Mengidentifikasi penyebab-penyebabnya (causal factors). 3. Mencegah terulangnya kejadian sejenis di masa datang.

4. Mengembangkan langkah-langkah pengendalian untuk mengoreksi penyebab sesungguhnya (merupakan kesempatan untuk memperbaiki sistem manajemen, bukan untuk menyalahkan seseorang).

5. Menetapkan trend accident/incident dari analisa laporan kecelakaan. 6. Menunjukkan perhatian/concern tentang bahaya yang dapat terjadi pada

(57)

PROACTIVE VS REACTIVE PROCESSES

Tindakan atau

kondisi Tak Aman

(Unsafe Acts or

Conditions

Hampir Celaka

(Near Misses) Kecelakaan (Accidents)

Proaktif (Proactive Processes) Kecelakaan (Accidents) • Pre-Job Planning. • Pre-Job Inspection. • Pre-Employment. • Training. • Drug/Accohol Testing. • Preventive Maintenance. • Job Safety Analysis. • Engineering. • Auditing.

• Accident Investigation. • Workman’s Compensation.

(58)

OBYEKTIF INCIDENT INVESTIGATION

 Obyektif tersebut dapat dicapai melalui penerapan sistem

manajemen, yaitu :

 Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab (root causes

and contributing causes).

 Mengidentifikasi dan mengevaluasi rekomendasi untuk mencegah terulangnya kejadian sejenis (probabilitas dan akibatnya).

 Melaksanakan rekomendasi hasil incident investigation.

APA YANG DIINVESTIGASI

Hal – hal yang diinvestigasi adalah :

 Setiap ‘serious loss, injury, occupational illness,

damage, spill, fire, theft, vandalism, etc’.

 Setiap

‘accident

and

incident’

yang

dapat

menimbulkan

‘potential

losses’ terhadap

suatu

perusahaan.

Gambar

Tabel 1 Keuntungan Penjualan Vs Biaya Insiden (Sales Profit Vs Incident Costs)YEARLYINCIDENTCOSTS PROFIT MARGIN1 %2 %3 % 4 % 5 %$     1,0005,00010,00025,00050,000100,000150,000200,000 100,000500,0001,000,0002,500,0005,000,00010,000,00015,000,00020,000,000

Referensi

Dokumen terkait

Setelah didapatkan evaluasi hasil pengujian ALT pada kultur murni bakteri dan hasil pengujian ALT, kemudian dilakukan pengujian ketahanan PACP terhadap pengujian ALT pada

Oleh karena itu penting dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Implementasi Pembelajaran Kooperatif Strategi Think Talk Write TTW Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir

(2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa Koefisien Respon Laba perusahaan yang diaudit oleh KAP besar dengan spesialisasi industri lebih tinggi dari pada perusahaan yang

Di tengah fenomena umum maraknya tradisi penafsiran Al-Quran yang terjadi di kalangan Muhammadiyah, metodologi tafsir ternyata masih menjadi hal langka kaitannya dengan kajian

• Indeks bias solut dan pelarut harus berbeda • Detektor mengukur perbedaan antara indeks. bias pelarut murni dan indeks bias pelarut yg keluar dari kolom, perbedaan ini disebabkan

Akreditasi adalah proses evaluasi dan penilaian mutu institusi atau program studi yang dilakukan oleh suatu tim pakar sejawat (tim asesor) berdasarkan

Namun kita tidak perlu untuk menginstall drivernya semua satu-persatu, Karena sebagian besarnya sudah bisa dihandle oleh driver bawaan yang ada pada sistem

Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Pidie digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu