• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Blighted Ovum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Blighted Ovum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan:

1. Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat  jaringan ikat subserosa; lapisan yang paling padat dan terdapat  berbagai macam ligamen yang memfiksasi uterus ke serviks.

2. Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabut-serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah. Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos  berjalan saling beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa.

3. Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus.

Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.

1.2 Konsep Penyakit Blighted Ovum

1.2.1 Definisi

 Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya (Hanifa, 2011).

(2)

 Blighted ovum ini biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan (Sarwono, 2009).  Blighted ovum merupakan kehamilan dimana kantung gestasi memiliki diameter katung lebih dari 20 mm akan tetapi tanpa embrio. Tidak dijumpai pula adanya denyut  jantung janin. Blighted ovum cenderung mengarah pada keguguran yang

tidak terdeteksi (Manuaba, 2010).

 Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke dinding uterin, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam pemeriksaan urin diperoleh hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan terjadi keguguran saat trimester pertama kehamilan (Hummel, 2014).

Dapat disimpulkan  Blighted Ovum (BO) merupakan kehamilan tanpa embrio. Dalam kehamilan ini kantung ketuban dan plasenta tetap terbentuk dan berkembang, akan tetapi tidak ada perkembangan janin di dalamnya (kosong). Kehamilan ini akan berkembang seperti kehamilan  biasa seperti uterus akan membesar meskipun tanpa ada janin di

dalamnya.

1.2.2 Etiologi

 Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Faktor-faktor blighted ovum (Dwi, 2013) :

(3)

1. Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.

2. Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

3. Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar  peluang terjadinya kehamilan kosong.

4. Kelainan genetik.

5. Kebiasaan merokok dan alkohol.

1.2.3 Tanda dan gejala

Menurut (Sanders, 2007) beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi :

1. Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil  positif. Wanita merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah

lelah, merasa ada yang lain pada payudara atau mual-mual.

2. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih kosong.

3. Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus diproduksi oleh trofoblas di kantong.

4. Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan  bercak ringan.

5. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :

a. Periode menstruasi terlambat  b. Kram perut

c. Minor vagina atau bercak perdarahan d. Tes kehamilan positif pada saat gejala

e. Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan

f. Hampir sama dengan kehamilan normal

g. Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut,bertambahnya ukuran rahim yang lambat). h. Tidak sengaja ditemukan dengan USG

(4)

1.2.4 Patofisiologi

Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan  bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil  pada umumnya. Hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone

HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai  pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim.

Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi  positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan (Bobak, 2011).

(5)

1.2.5 Pathway

(Sumber : Kurjak, 2006; Prawihardjo, 2011 dan Arora, 2014)

1.2.6 Komplikasi

1. Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum.

Penanganan : Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan perdarahan.

2. Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.

Penanganan : Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian  bedah bila ada indikasi untuk dilakukan laparatomi.

3. Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil konsepsi perdarahan memanjang.

Penanganan : Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah dan kuretase ulang. Profilaksis menggunakan

Kelainan Kromosom

Infeksi TORCH, kelainan imunologi, DM.

Usia dan paritas Genetik Sel Telur Sel Sperma

Hasil Konsepsi Tetap Tertanam Rahim mengirim sinyal pada indung

telur dan otak

Plasenta menghasilkan hormon HCG

Mual & muntah Mudah lelah Abortus Spontan

Kehamilan tanpa embrio

MK: Risiko Perdarahan Curratage MK: Risiko infeksi MK: Keletihan Konsepsi MK: Ansietas

(6)

metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2 – 4 jam bila perdarahan hebat.

Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri yaitu memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu, memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan histerektomi (Sarwono, 2009).

4. Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya Penanganan: Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM  boleh diulang 2 – 4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010).

1.2.7 Prognosis

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim atau kuretase. Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil

dengan normal.

1.2.8 Penanganan Medis

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi  penyebabnya. Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.

(7)

Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkina penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum.

Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala dan  perubahan suasana hati, dll. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara langsung, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seiringkali lebih tinggi. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.

1.3 Rencana asuhan klien dengan Blighted Ovum

1.3.1 Pengkajian

 Identitas & Umur

Apakah pasien berusia <20 tahun atau >35 tahun.

 Riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah klien pernah atau tidak pernah menderita penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (DM, HT, asma, dll) serta serta penyakit infeksi seperti TORCH. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Bagaimana keadaan kesehatan klien saat ini, apakah klien sedang menderita menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (jantung, Diabetes, hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti TORCH.

3) Riwayat Kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarganya/keluarga, atau suaminya ada atau tidak yang mempunyai penyakit menurun (seperti DM, HT, asma, dll), penyakit menular (TBC, Kusta) serta ada atau tidak yang mempunyai keturunan kembar, bila ada siapa. Perlu dikaji

(8)

untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga yang dapat menurun atau menular pada ibu sehingga mempengaruhi masa kehamilan.

 Pemeriksaan fisik: head to too

Keadaan umum Inspeksi:

Kepala dan Wajah

Meliputi keadaan rambut, apakah ada edema pada wajah , warna  pada sklera mata,warna konjungtiva.

Leher

Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran pembuluh limfe, dan pembesaran vena jugularis.

Payudara

Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya, puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya ulkus, retraksi akibat adanya lesi, masa atau  pembesaran pembuluh limfe.

Abdomen

Terdapat linea nigra, striae uvidae/albican,dan terdapat  pembesaran abdomene.

Genetalia

Apakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema, condilomatalata, condylomaacuminata, pembesaran kelenjar skene dan bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi

a. Pemeriksaan genikologi

Ada tidaknya tanda akut abdomen jika memungkinkan, cari sumber perdarahan, apakan dari dinding vagina atau dari  jaringan servik.

 b. Pemeriksaan vaginal touche: bimanual tentukan besat dan letak uterus, tantukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan kedalam ostium dengan mudah atau tidak.

 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa  blighted ovum adalah dengan Tes Kehamilan dan USG

(9)

(Ultrasonografi) menunjukkan kantung kehamilan kosong (Hummel, 2005).

Diagnosis pasti bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6 –  7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 mm sehingga bisa terlihat lebih jlas. Dari situ  juga akan tampak adanya kantung kehamilan dan tidak berisi  janin. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila  pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30 mm tidak

dijumpai struktur mudigah dan kantong telur.

1.3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1 ( Post Curratage: Risiko Perdarahan 2.2.1 Definisi

Rentan mengalami penurunan volume darah 2.2.2 Faktor Risiko

Kompilkasi kehamilan Komplikasi pasca partum Trauma

Diagnosa 2 ( Post Curratage): Risiko infeksi 2.2.1 Definisi

Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.

2.2.2 Faktor Risiko

Kurang pengetahuan untuk menghindari patogen Prosedur invasif

Diagnosa 3 ( Pre Curratage): Keletihan 2.2.1 Definisi

Keletihan terus-menerus dan penurunan kapasitas untuk kerja fisik dan mental pada tingkat yang lazim.

2.2.2 Batasan Karakteristik Apatis

Gangguan konsentrasi Kelelahan

(10)

Letargi Mengantuk

Peningkatan kebutuhan istirahat 2.2.3 Faktor yang berhubungan

Ansietas Depresi

Gangguan tidur

Peristiwa hidup negatif Stressor

Diagnosa 4 ( Pre Curratage) : Ansietas 2.2.2 Definisi

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom, perasaan takut yang disebabkan antisipasi terhadap bahaya.

2.2.3 Batasan karakteristik

Mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan Gelisah

Insomnia

Kontak mata buruk Resah

Kesedihan yang mendalam Distress

Fokus pada diri sendiri Peningkatan kekhawatiran Marah

Keletihan

Gangguan tidur Anoreksia

Peningkatan TD, nadi, reflek, pernapasan Kelemahan

Melamun

2.2.4 Faktor yang berhubungan Krisis situasi dan maturasi Stress

(11)

1.3.3 Perencanaan No Diagnosa

Keperawatan

Rencana Tindakan

Rasional Tujuan Intervensi Keperawatan

1. Risiko infeksi  b.d prosedur  pembedahan (kuretase) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24  jam, masalah keperawatan risiko infeksi teratasi dengan indikator:  Tidak didapatkan tanda terjadinya infeksi  Tidak didapatkan fatigue kronis  Temperatur  badan sesuai yang diharapkan dengan interval 36,5⁰C –  37,5⁰C. 1. Bersihkan lingkungan atau alat-alat setelah dipakai oleh pasien 2. Instruksikan

 pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menengok  pasien

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

4. Gunakan universal  precaution / APD

selama kontak dengan kulit yang luka

5. Tingkatkan intake nutrisi dan cairan 6. Observasi dan laporkan

tanda dan gejala infeksi seperti kemerahan,  panas, dan nyeri 7. Kaji temperatur tiap 4

 jam

8. Pastikan teknik  perawatan luka yang

tepat

9. Anjurkan pasien istirahat adekuat 10. Kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian antibiotik

1. Mencegah invasi bakteri di sekitar lingkungan  pasien 2. Mencegah terjadinya  penyebaran infeksi nosokomial 3. Mencegah terjadinya  penyebaran bakteri baik  bagi pasien maupun  perawat

4. Sebagai standar prosedur tindakan dan mencegah invasi bakteri

5.  Nutrisi adekuat meningkatkan

kesembuhan luka lebih efektif

6. Acuan intervensi dengan tepat bagi kondisi pasien dan mencegah keparahan infeksi

7. Mengetahui pola normal metabolik

8. Mencegah infeksi terjadi  pada luka pada pasien 9. Proses istirahat adekuat

akan membantu proses regenerasi jaringan dalam tubuh

10. Tahap penanganan infeksi dan menurunkan risiko  penyebaran infeksi

No. Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan

Rasional Tujuan Intervensi Keperawatan

2. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan

1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

1. Mengetahui perubahan  pola aktifitas yang

terjadi pada pasien 2. Mengetahui faktor

(12)

selama 3x24  jam, masalah keperawatan intoleransi aktifitas teratasi dengan indikator:  Klien mampu menunjukkan kemampuan  berpinda  Klien menunjukkan kemampuan ambulasi:  berjalan/kursi roda  Tidak terdapat adanya tanda dan gejala gangguan sirkulasi akibat aktifitas yang terbatas 2. Monitor lokasi ketidaknyamanan / nyeri selama gerakan atau aktifitas

3. Kaji kemampuan pasien dalam aktifitas

4. Latih pasien dalam  pemenuhan kebutuhan

ADL secara mandiri sesuai kebutuhan 5. Dampingi dan bantu

 pasien saat mobilisasi dan  bantu pemenuhan

kebutuhan ADL 6. Berikan alat bantu bila

 pasien membutuhkan 7. Ajarkan bagaimana

merubah posisi dan  berikan bantuan bila

diperlukan

 penyebab intoleransi aktifitas dan menentukan intervensi dengan tepat 3. Mengetahui sejauh mana

 batasan aktifitas pasien 4. Mengoptimalkan

kemampuan pasien dalam aktifitas

5. Memberikan rasa aman  pada pasien saat

melakukan aktifitas dan meningkatkan rasa  percaya diri pasien 6. Menurunkan resiko

terjadinya cidera 7. Menghindari terjadinya

cidera dan melancarkan sirkulasi darah dalam tubuh

No. Diagnosa Keperawatan

Rencana Tindakan

Rasional Tujuan Intervensi Keperawatan

3. Ansietas b.d.  perubahan status kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24  jam, masalah keperawatan cemas teratasi dengan indikator:  Klien menunjukkan kecemasan  berkurang

1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan

2. Pahami perspektif pasien terhadap stress

3. Temani pasien untuk memberikan kemanan 4. Berikan informasi adekuat

mengenai diagnosis, tindakan dan prognosis 5. Dorong keluarga untuk

menemani pasien 6. Bantu pasien mengenali

situasi yang menimbulkan kecemasan

1. Membina hubungan saling percaya guna mendapatkan informasi adekuat yang

dibutuhkan perawat 2. Penilaian seseorang terhadapt stres dan mekanisme kopingnya tidak selalu sama 3. Faktor dukungan moral

dapat membuat pasien merasa aman dan menurunkan kecemasan 4. Informasi adekuat akan

(13)

secara verbal  Klien mengatakan cemas dapat teratasi pada level yang dapat ditangani oleh  pasien sendiri 7. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

membuat pasien ikut  berpartisipasi dalam

tindakan keperawatan dan menurunkan tingkat kecemasan pasien 5. Menghindari perilaku

isolasi sosial karena faktor perubahan kondisi tubuh dan kesehatan dan meningkatkan rasa aman pasien 6. Pengetahuan yang

adekuat sehingga pasien mampu memilih

mekanisme koping yang tepat terhadap stress

7. Relaksasi pikiran menstimulasi rangsang saraf agar menjadi tenang dan rileks

(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC

Doenges M. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.

Dwi W, Dessie. 2013. Blighted Oum, Tanda Dan Gejalanya. Internet. Tersedia dalam <www.kumpulanmakalahkesehatan.com> diakses pada 30 Januari 2017 Hanifa W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga  Berencana Dan Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Ed 2 . Jakarta: EGC Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

 Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihadjo

Sanders. 2007. Built To Serve: How To Drive The Bottom Line With People First  Practices.

http://doktersehat.com/?s=blighted+ovum diakses tanggal 04 desember 2016

Pelaihari, Agustus 2017

Preseptor Laporan, Preseptor Lapangan,

(…………...………) (…………...………)

Preseptor Akademik,

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Banyak faktor yang bisa memberi dukungan terhadap keberhasilan sistem ITS dalam meningkatkan kinerja sistem transportasi jalan. Adanya dua bagian kelompok faktor, pertama

Tim Broad-Based Education, (2002), Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (LifeSkill) Melalui Pendekatan Broad-Based Education (BBE), Departemen Pendidikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya aliran batang (stemflow), curahan tajuk (throughfall), infiltrasi, aliran permukaan dan erosi pada Altingia excelsa

Meskipun penelitian ini memfokuskan pada identifikasi parasit malaria pada ibu bersalin dengan membanding- kan pemeriksaan mikroskopis dan PCR pada darah tepi,  jaringan

perusahaan[23][24]. Perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya tidak terlepas dari nilai bisnis perusahaan tersebut. Keterjamninan bisnis menjadi penting manakala

U ovom radu razrađen je način provođenja gospodarenja komunalnim otpadom u Europskoj Uniji i Republici Hrvatskoj, koji je ekološki najprihvatljiviji način gospodarenja

Di samping itu, penyelidik harus membuat keputusan dengan tepat sama ada hubungan mereka adalah linear atau bukan linear, dan memilih ujian statistik bukan satu tetapi lain yang