• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Letak Geografis Kabupaten Agam

Secara geografis, Kabupaten Agam terletak antara 00o2’-00o29’ LS dan 99o52’-100o23’ BT, dengan luas daerah 2.231,94 Km2 atau sebesar 5,29% dari luas Sumatera Barat yang mencapai 42.229,04 Km2. Batas-batas wilayah Kabupaten Agam di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar, di sebelah timur Kabupaten 50 Kota dan sebelah barat dengan Samudera Indonesia

Wilayah Kabupaten Agam meliputi 15 kecamatan ialah Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung, Ampek Nagari, Tanjung Raya, Matur, IV Koto, Banuhampu, Sungai Puar, IV Angkat Canduang, Canduang, Baso, Tilatang Kamang, Kamang Magek, Palembayan dan Kecamatan Palupuh.

3.2. Agroklimat 3.2.1. Topografi

Topografi Kabupaten Agam bervariasi yaitu datar, bergelombang, berbukit dan bergunung dengan ketinggian antara 2 m (Kecamatan Tanjung Mutiara) sampai dengan 1.031 m (Kecamatan Matur) dari permukaan laut., yang berpengaruh terhadap gradian ekologi dan orologi. Berdasarkan fisiografi/ landform, daerah Kabupaten Agam dibedakan menjadi 6 grup ialah Aluvial seluas 32.364 ha, Marin seluas 4.432 ha Gambut seluas 10.644 ha, Karst seluas 7.426 ha, Volkanik seluas 133.546 ha dan Tektonik/Struktural seluas 22.886 ha.

Dari segi bentuk wilayah, bagian terbesar di Kabupaten Agam berupa wilayah yang datar, datar agak cekung, datar agak cembung yaitu seluas 50.909 ha. Sedangkan landform terbesar berupa grup volkanik yaitu seluas 133.546 ha. Secara detail bentuk wilayah dan luasan dari fisiografi/landform disajikan pada Tabel 3.

(2)

Tabel 3. Bentuk Wilayah dan luas Kabupaten Agam berdasarkan fisiografi/landformnya

No. Bentuk Wilayah Lereng (%)

Grup Fisiografi/Landform

Total (Ha) Aluvi

al Marin Gambut Karst Volk

Tekt/ Struk Lain2

1 Datar, datar agak cekung, datar agak cembung 0-3 23.996 4.432 10.644 - 11.837 - - 50.909 2 Agak datar 1-5 4.064 - - - 3.849 - - 7.913 3 Berombak, agak melandai 3-8 1.749 - - - 23.718 - - 25.467 4 Bergelombang, melandai 8-15 2.073 - - - 19.056 715 - 21.845 5 Berbukit cukup curam 15-25 483 - - - 14.582 470 - 15.535 6 Berbukit/bergunung curam 25-45 - - - 251 16.638 347 - 17.235 7 Bergunung curam-sangat curam 25-75 - - - - 275 - - 275 8 Bergunung sangat curam 45-75 - - - 7.175 35.258 21.354 - 63.787 9 Bergunung terjal >75 - - - - 8.332 - 596 8.929 10 Danau 0 - - - 9.914 9.914 11 Sungai 0 - - - 1.386 1.386 Total (Ha) 32.364 4.432 10.644 7.426 133.546 22.886 11.896 223.194

Sumber : Dipertabunhut Kab. Agam; Puslit Tanah

Di Kabupaten Agam terdapat dua buah gunung yaitu Gunung Merapi di Kecamatan Banuhampu Sungai Puar dengan ketinggian 2.891 m dan Gunung Singgalang di Kecamatan IV Koto dengan ketinggian 2.877 m. Disamping gunung terdapat sebuah danau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya yaitu Danau Maninjau seluas 9.950 Ha dengan kedalaman mencapai 157 m dan keliling danau sepanjang 66 km.

(3)

3.2.2. Tanah

Penyebaran jenis tanah di Kabupaten Agam dibagi atas fisiografi dan ketinggian dari permukaan laut. Agam bagian barat umumnya didapatkan tanah latosol, komplek podzolik, andosol, regosol dan di sepanjang aliran sungai ditemukan tanah aluvial, sedangkan arah ke pantai didapatkan tanah organosol. Untuk wilayah Agam bagian Timur jenis tanah pada umumnya terdiri dari andosol, komplek podzolik, latosol, regosol, litosol dan sepanjang aliran sungai ditemukan tanah aluvial.

Keadaan kesuburan tanah di daerah ini berkaitan erat dengan sifat bahan induk dan tingkat pengelolaannya. Tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk tuf masam dan batuan sedimen masam berumur tersier yang sebagian besar terdapat di wilayah barat dan utara tergolong kurang subur dengan pH tergolong masam (4,5-5,0), sedangkan tanah yang berkembang dari bahan volkan muda dari Gunung Marapi dan Gunung Singgalang relatif lebih subur dengan pH 5,0-6,5. Demikian pula tanah-tanah di sekitar Danau Maninjau dari bahan induk batuan bersifat intermedier sampai basa (pH 5,0-6,0) tergolong relatif agak subur. Lahan perkebunan kelapa sawit dan sawah umumnya mempunyai kandungan hara (terutama P dan K) lebih baik dari pada lahan kering yang pengelolaannya masih sederhana (Direktorat Tanaman Buah, 2005b).

3.2.3. Iklim

Iklim Kabupaten Agam tergolong tropis basah dengan suhu berkisar antara 19o -30o C dengan kelembaban udara rata-rata 80% dengan penyinaran matahari rata-rata 58%. Musim hujan terjadi antara bulan Januari sampai dengan Mei dan September s/d Desember, sedangkan musim kemarau berlangsung antara Juni s/d Agustus. Tipe iklim Kabupaten Agam juga ditentukan oleh bentuk wilayah (fisiografi) dan tinggi tempat di atas permukaan laut (topografi).

Curah hujan tergolong basah sampai sedang, curah hujan bulanan diatas 2.000 sampai 3.566 mm/tahun, dengan zona agroklimat A, B1, C1, C2, dan D1. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Juni. Badan

(4)

Meteorologi dan Geofisika tahun 2004 membagi iklim di Kabupaten Agam menjadi tipe Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) menjadi tiga tipe seperti disajikan pada Gambar 5

Gambar 5. Tipe curah hujan di Kabupaten Agam

Gambar 5 menunjukkan bahwa terdapat tiga tipe curah hujan di wilayah Kabupaten Agam ialah 1). Tipe 1 : Musim Hujan sepanjang tahun atau curah hujan setiap bulan lebih besar dari 150 mm. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tipe 1 digambarkan dalam wilayah yang berwarna hijau. 2). Tipe 2 : MH – MK– MH atau musim hujan-musim kering- musim hujan dengan bulan basah yang jumlahnya lebih banyak dari bulan kering. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tipe 2 digambarkan dalam wilayah yang berwarna kuning. 3). Tipe 3 : MK - MH – MK atau musim kering- musim hujan- musim kering yang memiliki bulan kering lebih banyak dari bulan basah. Wilayah-wilayah yang memiliki curah hujan tipe 3 digambarkan dalam wilayah yang berwarna oranye.

(5)

Menurut klasifikasi Oldeman maka wilayah yang termasuk zona agroklimat A ialah Lubuk Basung, Manggopoh, Padangpanjang dan Lubuksikaping, B1 adalah Maninjau, Kotobaru dan Kototinggi, C1 adalah Palembayan dan Padang Mengatas, C2 adalah Suliki dan D1 adalah Bukittinggi. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika sebagian besar Wilayah Kabupaten Agam, memiliki iklim yang memungkinkan ketersediaan air sepanjang tahun (BMG, 2004).

Data curah hujan di Kabupaten Agam diperoleh dari 17 tempat pos hujan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Agam. Ke 17 pos hujan tersebut ialah Maninjau, Palembayan, Matur, Gobah, Kototuo, Kototinggi, Kububana, Kubangputih, Padang Baru, Biaro, Sungai Puar, Ampek Nagari, Kamang Magek, Palupuh, Stasiun GAW dan Tiku Mutiara Agam

3.2.4. Tutupan Lahan

Berdasarkan interpretasi dari Citra Land Satelit ETM7 tahun 2003, Lapan (2003) membagi tutupan lahan di Kabupaten Agam menjadi 8 satuan penggunaan lahan ialah hutan, belukar, danau, kebun campuran/semak/tegalan, lahan bukaan sementara, perkebunan, permukiman dan sawah. Tutupan lahan/ penggunaan lahan di Kabupaten Agam disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.Tutupan lahan/ penggunaan lahan di Kabupaten Agam tahun 2003

No. Penggunaan/Tutupan Lahan Luas

Km2 %

1. Hutan 862.32 38.63

2. Belukar 127.48 5.71

3. Danau 97.94 4.39

4. Kebun Campur/Semak/Tegalan 365.57 16.37

5. Lahan Bukaan Sementara 13.30 0.60

6. Perkebunan 424.72 19.03

7. Permukiman 68.59 3.07

8. Sawah 272.38 12.20

Total 2232.30 397

Sumber : Pusdata-Lapan@ Agam 2003

(6)

Bagian terbesar tutupan lahan di wilayah Kabupaten Agam masih didominasi oleh hutan ialah sebesar 38,63% atau seluas 862,32 km2. Ini berarti bahwa sebagian besar wilayah yang berupa hutan dapat berperan dalam siklus hidrologi. Dengan demikian akan membantu penyediaan air terutama untuk usahatani di lahan-lahan kering. Sedangkan potensi lahan untuk pengembangan hortikultura, khususnya buah-buahan, termasuk jeruk umumnya berupa lahan kering ialah tegalan, kebun campuran/semak, perkebunan rakyat serta lahan bukaan sementara yaitu sekitar 506,35 km2 atau sebesar 22,68%. Atau bahkan lahan yang berpotensi untuk pengembangan jeruk termasuk lahan perkebunan dan lahan sawah. Dengan demikian potensi lahan untuk pengembangan jeruk di Kabupaten Agam, termasuk lahan kering, lahan perkebunan dan sawah seluas 1.203,37 km2,atau sebesar 53,9%. Gambaran potensi lahan untuk tanaman jeruk termasuk lahan kering, sawah dan perkebunan, seperti pada Gambar 6.

39 23 4 19 3 12 Hutan Lahan Kering Danau Perkebunan Pemukiman Sawah

Lahan Kering :

Kebun Campuran

Lahan Bukaan Baru

Semak Belukar

Land used

(7)

3.3. Potensi Wilayah

Wilayah Kabupaten Agam memiliki potensi untuk pengembangan berbagai jenis tanaman pertanian, seperti tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan dan tanaman rempah/obat. Komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Agam, sebagai komoditas unggulan ialah :

- Tanaman pangan : padi sawah, jagung dan ubi kayu

- Tanaman sayuran : cabai merah, kembang kol, brokoli, kailan, pakcoy, sawi, caisin dan kentang

- Tanaman buah-buahan : jeruk, pepaya dan durian

- Perkebunan/rempah : kelapa sawit, kelapa, kakao dankayu manis.

3.4. Profil Usahatani Jeruk di Kabupaten Agam

Pengembangan jeruk di Kabupaten Agam berawal dari wilayah Kecamatan Tilatang Kamang pada tahun 1980an. Jenis jeruk/varietas lokal yang dikembangkan terkenal dengan nama jeruk Siam Kamang. Usahatani jeruk di wilayah ini berkembang dengan pesat, sehingga menjadikan Kabupaten Agam menjadi salah satu sentra penghasil jeruk di Sumatera Barat. Pada tahun 1982 salah seorang petani maju di Tilatang Kamang yaitu Bapak H. Adnan Sutan Sami memperoleh penghargaan Kalpataru dari Presiden RI. karena jasanya sebagai pelopor pengembangan jeruk di wilayah ini. Jeruk Siam Kamang memiliki cita rasa yang khas, dapat berbuah sepanjang tahun dan sangat cocok dikembangkan di wilayah Kabupaten Agam. Pada tahun 1983 jenis ini dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai jeruk unggulan di wilayah Kabupaten Agam.

Dari wilayah Tilatang Kamang, yang merupakan dataran tinggi, jeruk Siam Kamang berkembang ke berbagai tempat lainnya di Kabupaten Agam, baik di dataran tinggi seperti Palupuh, Matur dan dataran rendah seperti Tanjung Mutiara dan Lubuk Basung. Akan tetapi dalam perkembangannya berangsur-angsur tanaman mengalami penurunan jumlah dan produktivitasnya. Dari produktivitas 64 kg/pohon menjadi 12,6

(8)

kg/pohon pada tahun 2004. Sedangkan jumlah tanaman dari 5.267,88 ha pada tahun 2002 menjadi 1.101 ha pada tahun 2004 (Dipertabunhut Provinsi Sumbar, 2005).

Tabel 5. Lokasi pengembangan jeruk di Kabupaten Agam tahun 2004.

No. Kecamatan Jumlah Tanaman Jeruk Luasan (Ha) Produksi (ton) Jumlah petani (orang) Jumla h kelp. tani Potensi Pengem-bangan 1. Tj Mutiara 152.715 550 1.106 206 10 450 2. Lb Basung 19.679 71 142 43 2 125 3. Matur 26.750 80 160 87 4 50 4. IV. Koto 26.750 80 160 - - 75 5. Tilatang Kamang 113.937 225 460 100 4 100 6. Kamang Mangek 20.400 60 120 - - 82,8 7. Palupuh 14.155 36 70 98 4 150 Jumlah 374.388 1.101 2.202 534 24 1.000

Sumber : Dipertabunhut Kabupaten Agam, 2005

Penurunan populasi tanaman tersebut disebabkan oleh berbagai serangan penyakit, terutama penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD). Dari hasil identifikasi sampel yang diambil di lapang untuk dianalisa dengan ELISA tes, menunjukkan bahwa sebanyak 76% dari sampel tersebut terserang penyakit CVPD (BPTPH Sumatera Barat, 2002). Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir luas serangan OPT seperti disajikan pada Gambar 7.

(9)

Gambar 7 menunjukkan bahwa OPT dominan yang menyerang tanaman jeruk pada tahun 2001 adalah CVPD. Akan tetapi dengan program eradikasi penyakit CVPD mengalami penurunan dengan drastis. Sejalan dengan pengembangan jeruk ke arah dataran rendah, maka penyakit Diplodia sp mulai banyak menyerang. Pada saat ini sebagian besar tanaman diserang kutu sisik pada batang dan ranting-ranting pohon.

Kondisi di lapangan saat ini menunjukkan bahwa sebagian besar kebun jeruk tidak terawat, pertumbuhan tanaman merana, kurus, serta daunnya tidak lebat, sebagian menunjukkan gejala defisiensi. Hampir merata di seluruh pertanaman menunjukkan gejala serangan kutu sisik yang tergolong dalam familia Diaspididae, yang terdapat di bagian batang dan ranting tanaman. Di dataran rendah, selain kutu sisik, dijumpai juga gangguan penyakit Phythophthora sp. Sedangkan tanaman di dataran tinggi disamping kutu sisik juga adanya gangguan penyakit CVPD. Perkembangan OPT jeruk ini diperkirakan terkait dengan faktor-faktor ekologi, seperti tanah dan iklim. Namun demikian tanaman jeruk tersebut masih dapat berproduksi, dengan produktivitas yang relatif rendah. Buah yang dihasilkan sebagian besar memiliki mutu yang kurang baik. Ukuran yang tidak seragam yang didominasi oleh ukuran buah yang kecil-kecil (grade C dan D), dan sebagian buah menguning belum waktunya. Disamping itu mutu internal buah bervariasi dengan kemanisan Brix 5-10.

Hampir seluruh bibit jeruk yang ditanam petani berasal dari luar wilayah Sumatera Barat, yang sebagian besar tidak dapat ditelusuri asal usul pohon induknya. Disinyalir bahwa proses pembibitannya pun tidak sepenuhnya melalui alur pembibitan jeruk yang telah ditetapkan sehingga bibit yang ditanam sebagian besar tidak memenuhi standar bibit bermutu varietas unggul. Mutu bibit yang rendah mempengaruhi kesehatan tanaman selama pertumbuhan, dan akan berakibat pada rendahnya produktivitas dan mutu hasil.

Berbagai permasalahan yang ada mengakibatkan pengembangan jeruk di Kabupaten Agam tidak berkelanjutan. Dampaknya terlihat pada menurunnya aktivitas

(10)

usahatani jeruk, bertambahnya pengangguran dan terganggunya perekonomian masyarakat. Mengingat masyarakat masih menginginkan pengembangan jeruk sebagai usaha untuk memenuhi penghidupannya, maka pemerintah Kabupaten Agam bersama-sama dengan pemerintah Provinsi dan Pusat telah melakukan upaya-upaya pengembangan kembali jeruk di Kabupaten Agam antara lain dilakukan melalui program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) yang dilakukan sejak tahun 2003. Luas pengembangan baru selama 4 tahun terakhir mencapai 124 ha, terutama di kecamatan Palupuh 74 ha, Kecamatan Matur seluas 24 ha dan 26 ha lainnya di kecamatan lainnya. Upaya pengembangan jeruk ini terus akan dilakukan, terutama di kecamatan Matur di sekitar danau Maninjau sejalan dengan program pemerintah daerah untuk menjadikan daerah ini sebagai kawasan agrowisata.

Gambar

Tabel 3.  Bentuk Wilayah dan luas Kabupaten Agam berdasarkan   fisiografi/landformnya
Gambar  5  menunjukkan  bahwa  terdapat  tiga  tipe  curah  hujan  di  wilayah  Kabupaten Agam  ialah 1)
Gambar 6.Tutupan lahan (land use)  di Kabupaten Agam (%) tahun 2003
Tabel 5. Lokasi pengembangan jeruk di Kabupaten Agam tahun 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Para siswa pada umumnya hanya tahu soal meminjam dan membaca buku perpustakaan saja dan itupun dilakukan dalam waktu yang teramat singkat, yaitu pada jam-jam

Untuk mengatasi keraguan masyarakat dalam penggunaan pasir sungai lematang, maka penulis sangat tertarik untuk menguji kuat tekan beton yang menggunakan pasir sungai lematang,

Dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan kepada Pengadilan Niaga, maka sesuai dengan ketentuan

O1 x O2.. Setelah tahap pembuatan selesai, menyerahkan media pembelajaran MMI, perangkat pembelajaran, dan instrument kepada ahli meteri, ahli pendidikan, dan ahli

menggunakan data sekunder unsur kelumit pada abu layang dari PLTU batubara Paiton dan data kandungan abu layang pada hasil samping pupuk sesuai petunjuk studi kelayakan EB-FGT

pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan beraneka segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan; memeriksa buku

Hal ini diperkuat dari penelitian sebelumnya, Permatasari (1999), mengatakan bahwa nilai kadar air pada buah yang diberi edible coating dari pektin kakao selama masa

Jazakumullaahu Khoiran Katsiiroo, doa ini untuk temen-temen SI Teknik Sipil Non Reg 2013, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini,,,.. Dan terakhir, Jazakumullaahu