Pada bab ini akan dibahas optimalisasi dan analisa data jaringan FTTB menggunakan teknologi Redundant Trunking Group di Jakarta site Matraman yang belum memenuhi internet yang ideal. Dalam bab ini juga dapat dilihat hasil sistem
failover Redundant Trunking Group untuk mengatasi kegalalan trafik yang
beberapa kali dialami oleh link existing sebelum dilakukan perbaikan link, sehingga trafik akan diteruskan pada link backup dan didapatkan parameter internet yang ideal dan stabil.
4.1 Hasil Pengujian Failover Metode Redundant Trunking Group
Setelah melalui tahap perancangan selanjutnya adalah tahap pengujian. Pada tahap pengujian, memastikan keberhasilan configurasi Failover. Proses pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan perintah PING dari Command Prompt
client ke Google yaitu www.google.com. Perintah PING dilakukan ke Google
karena servernya yang selalu aktif.
Selanjutnya, memastikan koneksi PC client sudah terkoneksi ke switch port ge-0/0/0 dan mendapatkan IP DHCP seperti pada Gambar 4.1 di bawah ini.
Setelah semua sudah sesuai, selanjutnya login ke switch juniper dan memeriksa konfigurasi Redundant Trunking Group untuk memastikan jalur main dan backup koneksi keduanya UP. Gambar 4.2 di bawah ini akan menampilkan
port ge-0/1/0 sebagai link main sedangkan port ge-0/1/1 sebagai link backup.
Gambar 4.2 Status Redundant Trunking Group
Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sistem Redundant Trunking Group mendeteksi port ge-0/1/0 aktif sebagai link main, dimana trafik akan dilewatkan sampai client pada jalur tersebut, sedangkan port ge-0/1/1 akan standby sebagai link
backup jika terjadi kegagalan link utama pada sistem Redundant Trunking Group.
Kemudian, melakukan perintah PING ke google.com dari PC client seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pengujian PING dari PC client
Pada gambar 4.3 PING berhasil dilakukan dari PC client yang menandakan akses internet berhasil terkoneksi melewati jalur main. Selanjutnya, memastikan konfigurasi Redundant Trunking Group berhasil dengan cara mematikan salah satu
Lalu yang harus dilakukan adalah disable port main ge-0/1/0 dan melakukan pengecekan seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Pengujian Redundant Trunking Group trafik via link backup Pada Gambar 4.4 menunjukan bahwa status Redundant Trunking Group link
main mengalami down akibat port disable dan link backup otomatis akan aktif dan
melewati trafik sampai ke client. Selanjutnya, memastikan PING yang dilakukan di
client tetap berjalan baik seperti pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Pengujian PING dari PC Client via link backup
Pada Gambar 4.5 Menunjukan bahwa PING request berjalan dengan baik sehingga menunjukan keberhasilan failover. Tahap selanjutnya, mematikan
koneksi dari port ge-0/1/0, melakukan disable pada port ge-0/1/1, dan melakukan
enable pada port ge-0/1/0 seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pengujian Redundant Trunking Group trafik via link main Pada Gambar 4.6 menunjukkan bahwa link ge-0/1/1 mengalami down karena
port telah disable, dan trafik otomatis pindah ke link main. Kemudian memastikan
PING yang dilakukan di client tetap berjalan baik seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pengujian PING dari PC client via link main
Pada Gambar 4.7 Menunjukan bahwa PING request berjalan dengan baik sehingga menunjukan keberhasilan failover. Selanjutnya, melakukan enable pada
port ge-0/1/1 dan port kembali UP, sehingga secara logical bekerja sebagai backup
Gambar 4.8 Status Redundant Trunking Group kedua link UP
Pada Gambar 4.8 menunjukan bahwa Port ge-0/1/0 dan port ge-0/1/1 akan kembali UP dan trafik kembali melewati jalur port ge-0/1/0 yang bekerja sebagai
link main, sedangkan link backup akan standby ketika link main mengalami
kegagalan. Percobaan ini menandakan Failover dengan metode Redundant
Trunking Group sudah bekerja dengan baik tanpa mengalami trafik down.
4.2 Hasil Pengujian Parameter
Pengujian performansi terdiri dari bandwidth, downtime, throughput, packet
loss, dan delay. Berikut adalah hasil pengujian parameter-parameter internet via link backup dengan metode Redundant Trunking Group:
4.2.1 Bandwith
Berdasarkan hasil pengukuran bandwith pada jam sibuk dengan Redundant
Trunking Group via link backup dapat terjadi internet yang stabil sehingga
Gambar 4.9 Grafik bandwidth
Pada Gambar 4.9 terlihat bahwa bandwith download yang didapat dalam kisaran 15 Mbps sampai dengan 19 Mbps atau rata-rata bandwith download yang didapat adalah 17.96 Mbps selama jam sibuk. Sedangkan, untuk bandwith upload yang didapat dalam kisaran 17 Mbps sampai dengan 20 Mbps atau rata-rata
bandwith upload yang didapat adalah 19.79 Mbps selama jam sibuk. Untuk hasil
rata-rata bandwith download dan upload yang didapat sangat ideal. 4.2.2 Downtime
Berdasarkan hasil pengukuran downtime pada jam sibuk dengan Redundant
Trunking Group via link backup dapat terjadi internet yang stabil dan komunikasi
tetap berjalan baik tanpa sedikitpun downtime. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 di bawah, bahwa pada jam sibuk link backup stabil melewatkan trafik sampai client tanpa loss pada grafik terjadi penurunan disebabkan jam tersebut sedikit pemakaian internet.
15.52 17.0817.45 18.22 17.52 17.64 15.94 18.87 18.99 18.87 19.5319.91 17.11 20 20.06 19.94 19.43 19.95 20.18 19.97 20.07 20.54 20 20.3 0 5 10 15 20 25 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Bandwith
Download (Mbps) Upload (Mbps)Gambar 4.10 Grafik downtime 4.2.3 Throughput
Berdasarkan hasil pengukuran throughput pada jam sibuk dengan Redundant
Trunking Group via link backup dapat terjadi internet yang stabil dan komunikasi
tetap berjalan baik seperti pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik throughput
Pada saat transmisi data yang telah dimonitoring dan di-capture oleh Wireshark, maka hasil throughput adalah byte per second. Peneliti merubah satuan byte per second ke bit per second (bit/s). Dapat dilihat pada gambar 4.11 kecepatan throughput tertinggi adalah 98.07 bps dan terendah adalah 50.16 bps. Perubahan nilai throughput dipengaruhi banyaknya pengguna dalam jaringan, semakin besar nilai throughput yang didapat maka menunjukan parameter yang semakin baik.
4.2.4 Packet Loss
Berdasarkan hasil pengukuran packet loss pada jam sibuk dengan Redundant
Trunking Group adalah paket data yang terbuang atau paket yang tidak sampai
pada tujuan. Berikut ini ditampilkan grafik dari data nilai packet loss seperti pada Gambar 4.12. 51.25 57.06 66.5274.51 53.26 68.35 50.16 65.49 69.21 79.3291.34 98.07 0 20 40 60 80 100 120 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Throughput
Gambar 4.12 Grafik packet loss
Dari data Gambar 4.12 diatas, paket yang tidak sampai tersebut dihitung dan dicari dalam persentase (%). Untuk mengukur packet loss dengan menghtung paket yang dikirim dengan Wireshark. Pada Gambar 2.12 menunjukkan tidak terdapat packet loss atau nilai nya 0%. Menunjukan bahwa memiliki kategori yang sangat bagus, karena nilai rata-ratanya adalah 0%.
4.2.5 Delay
Berdasarkan hasil pengukuran delay pada jam sibuk dengan Redundant
Trunking Group menggunakan software Wireshark menunjukan hasil paket yang
ter-capture sehingga didapatkan nilai delay seperti terdapat pada Gambar 4.13
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Packet Loss
Gambar 4.13 Grafik delay
Delay merupakan waktu yang dibutuhkan saat transmisi data yang berupa
paket untuk mencapai PC client yang dituju dalam satuan millisecond (ms). Dari Gambar 4.13 diatas, didapatkan nilai delay terendah adalah 8.71 ms dan tertinggi 14.93 ms, dimana semakin kecil nilai delay maka semakin baik. Dari data yg telah diuji didapatkan nilai rata-rata delay sebesar 10.99 ms dimana termasuk kedalam kategori delay sangat bagus.
4.3 Analisa Paramater
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui nilai parameter pengujian seperti
bandwidth, downtime, throughput, packet loss, serta delay sebelum dan setelah
dilakukannya optimalisasi dengan Redundant Trunking Group. Untuk mengetahui bagaimana nilai parameter yang dihasilkan pengujian pada jam sibuk, di bawah ini dapat dilihat dari penjelasan mengenai analisis parameter dari link existing sebelum di optimalisasi dan setelah optimalisasi menggunakan Redundant
Trunking Group.
4.3.1 Bandwith Exixting dan RTG
Analisa dari hasil pengukuran bandwith yang dilakukan melalui halaman
website speedtest.net. Hasil pengukuran berdasarkan perbandingan dari link
9.58 9.29 9.65 9.34 8.71 8.76 12.61 8.93 12.3 13.45 14.34 14.93 0 2 4 6 8 10 12 14 16 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Delay
existing sebelum di optimalisasi dan setelah optimalisasi menggunakan Redundant Trunking Group ketika jam sibuk, seperti ditunjukan pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14 Grafik Bandwidth existing dan RTG
Pada Gambar 4.14 diatas, warna biru menandakan link existing Download, warna oranye menandakan link existing Upload, warna abu-abu menandakan RTG via link backup Download, dan warna kuning menandakan RTG via link backup
Upload. Dari data yang diperoleh, menggunakan link existing yang tidak bagus
ketika jam sibuk mempengaruhi nilai bandwith yang menjadi kecil serta terjadi tiga kali link down pada jam 13:00, 15:20, dan 15:40 yang menyebabkan internet tidak dapat sampai ke PC client. Pada link existing bandwith upload terendah adalah 0 Mbps, tertinggi adalah 8.53 Mbps, dan rata-rata bandwith upload adalah 3.27 Mbps. Sedangkan, bandwith download terendah adalah 0 Mbps, tertinggi adalah 5.84 Mbps, dan rata-rata bandwith download adalah 3.12 Mbps. Hasil tersebut berada pada kategori internet yang jelek dari bandwidth yang seharusnya didapat, yaitu 20 Mbps.
Namun, setelah optimalisasi Redundant Trunking Group yang didukung dengan link yang baik terjadi kenaikan yang signifikan pada setiap jam dan
0 2.49 3.49 4.64 2.78 0 0 3.79 5.84 4.43 4.83 5.21 0 3.21 8.53 7.23 4.04 0 0 3.54 4.69 2.24 3.16 2.67 15.52 17.08 17.45 18.22 17.52 17.64 15.94 18.87 18.99 18.87 19.53 19.91 17.11 20 20.06 19.94 19.43 19.95 20.18 19.97 20.07 20.54 20 20.3 0 5 10 15 20 25 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Bandwith
Link Existing Download (Mbps) Link Existing Upload (Mbps)
RTG Via Link Backup Download (Mbps) RTG Via Link Backup Upload (Mbps)
jam 13:00, 15:20, dan 15:40 yang semula bandwith 0 Mbps mengalami peningkatan bandwith sangat pesat. Bandwith download terendah setelah optimalisasi dengan Redundant Trunking Group adalah 15.52 Mbps, tertinggi adalah 19.91 Mbps, dan rata-rata bandwith download nya adalah 17.96 Mbps.
Bandwith upload terendah setelah optimalisasi dengan Redundant Trunking Group adalah 17.11 Mbps, tertinggi adalah 20.54 Mbps, dan rata-rata 19.79
Mbps. Dari hasil pengukuran bandwith dapat disimpulkan bahwa yang memiliki rata-rata bandwith tertinggi ialah tahap setelah optimalisasi dengan Redundant
Trunking Grup via link backup, dimana semakin besar nilai bandwith maka
menunjukan parameter yang semakin baik, sehingga client dapat mengakses internet dengan cepat, ini menunjukan bahwa Redundant Trunking Group bekerja dengan baik.
4.3.2 Downtime Exixting dan RTG
Analisa dari hasil pengukuran downtime yang dilakukan melalui aplikasi Observium. Hasil pengukuran berdasarkan perbandingan dari link existing sebelum dioptimalisasi dan setelah optimalisasi menggunakan Redundant
Trunking Group ketika jam sibuk. Untuk hasil downtime link existing dapat
ditunjukan pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Grafik Downtime existing
Dari Gambar 4.15 diatas, link existing mengalami beberapa kali down pada rentang jam 13:00-13:10 dan 15:06-15:59 berada pada kategori downtime yang sangat tidak normal, disebabkan kondisi link existing yang buruk sehingga trafik
tidak lewat dan sangat mengganggu client dalam mengakses internet. Namun, setelah dilakukan optimalisasi menggunakan Redundant Trunking Group via link
backup menunjukan hasil yang sangat baik karena tidak sedikitpun terjadi link down dan trafik aman sampai ke client, seperti yang ditunjukan pada Gambar
4.16.
Gambar 4.16 Grafik downtime RTG
Pada Gambar 4.16 diatas menunjukan ketika jam sibuk khususnya jam 13:00-13:10 dan 15:06-15:59 yang semula down menjadi terisi trafik yang cukup besar pemakaiannya. Grafik terlihat naik dan turun dikarenakan pengaruh dari pemakaian internet dan banyaknya user. Trafik tertinggi pada jam 14:40-14:45 mencapai 30 M dan terendah pada 17:55-18:00 mencapai 2 M, trafik terrendah pada jam 17:55-18:00 disebabkan sudah masuk jam pulang kerja sehingga pemakaian internet yang sedikit. Dari hasil pengukuran downtime, dapat disimpulkan bahwa tidak ada downtime setelah optimalisasi dengan Redundant
Trunking Group. Semakin tidak ada downtime maka client dapat mengakses
internet dengan stabil, ini menunjukan bahwa Redundant Trunking Group bekerja dengan baik.
4.3.3 Throughput Exixting dan RTG
Throughput merupakan jumlah permintaan user yang diproses oleh server dalam satuan waktu. Throughput dapat mempresentasikan kemampuan sebuah server untuk menyalutkan data dalam jaringan dalam satuan detik, oleh karena itu
throughput menggambarkan bandwidth yang sebenarnya (aktual) pada suatu
waktu tertentu. Berikut adalah analisa dari hasil pengukuran throughput yang telah dilakukan melalui aplikasi Wireshark. Hasil pengukuran berdasarkan perbandingan dari link existing sebelum dioptimalisasi dan setelah optimalisasi menggunakan Redundant Trunking Group ketika jam sibuk. Untuk hasil
downtime link existing dapat ditunjukan pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17 Grafik throughput existing dan RTG
Pada Gambar 4.17 diatas, warna biru menandakan Throughput link existing dan warna oranye menandakan throughput Redundant Trunking Group via link
backup. Dari data yang diperoleh, menggunakan link existing yang tidak bagus
ketika jam sibuk mempengaruhi nilaithroughput yang menjadi kecil serta terjadi tiga kali link down pada jam 13:00, 15:20, dan 15:40 sehingga menyebabkan internet tidak dapat sampai ke PC client. Pada link existing throughput terendah adalah 0 bps, tertinggi adalah 23.91 bps, dan rata-rata throughput adalah 13.94 bps, nilai tersebut berada pada kategori jelek.
Namun, setelah optimalisasi Redundant Trunking Group yang didukung dengan link yang baik terjadi kenaikan throughput yang signifikan pada setiap jam dan internet yang lebih stabil sehingga throughput yang didapat menjadi bagus. Pada jam 13:00, 15:20, dan 15:40 yang semula throughput 0 bps mengalami peningkatan throughput sangat pesat. Throughput terendah setelah
0 15.8 18.55 20.56 14.28 0 0 13.6 13.97 23 23.68 23.91 51.25 57.06 66.5274.51 53.2668.3550.1665.49 69.21 79.3291.34 98.07 0 20 40 60 80 100 120 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Throughput
Link Existing Throughput (bit/s) RTG Via Link Backup Throughput (bit/s)
optimalisasi dengan Redundant Trunking Group adalah 50.16 bps pada jam 15:40, tertinggi adalah 98.07 bps, dan rata-rata throughput adalah 68.71 bps. Dari hasil pengukuran throuput, dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran masuk dalam kategori bagus. Semakin besar nilai throughput yang didapatkan maka menunjukan parameter yang semakin baik, ini menunjukan bahwa Redundant
Trunking Group bekerja dengan baik.
4.3.4 Packet Loss Exixting dan RTG
Analisa hasil pengukuran packet loss yang dilakukan melalui aplikasi Wireshark. Hasil pengukuran berdasarkan perbandingan dari link existing sebelum dioptimalisasi dan setelah optimalisasi menggunakan Redundant Trunking Group ketika jam sibuk dapat dilihat pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Grafik Packet Loss existing dan RTG
Pada Gambar 4.18 diatas menunjukan warna biru menandakan packet loss link
existing dan warna oranye menandakan packet Redundant Trunking Group via link backup. Dari data yang diperoleh, menggunakan link existing yang tidak
bagus ketika jam sibuk mempengaruhi packlet loss yang menjadi besar. Hal ini
100% 48% 50% 31% 34% 100% 100% 40% 39% 38% 33% 37% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Packet Loss
sehingga nilai packet loss sebesar 100% atau tidak ada trafik internet yang lewat. Pada link existing packet loss terendah adalah 31%, tertinggi adalah 100%, dan rata-rata packet loss adalah 54%. Nilai tersebut berada pada kategori buruk. Namun, setelah optimalisasi dengan Redundant Trunking Group yang didukung dengan link yang baik, tidak terjadi lagi packet loss yang muncul setiap jam dan rata-rata packet loss nya adalah 0%. Nilai tersebut berada pada kategori sangat baik. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran packet loss setelah dilakukannya optimalisasi dengan Redundant Trunking Group menunjukan hasil pengujian 0%, dimana semakin kecil nilai packet loss maka semakin baik, ini menunjukan bahwa
Redundant Trunking Group bekerja dengan baik.
4.3.5 Delay Exixting dan RTG
Analisa hasil pengukuran delay yang dilakukan melalui aplikasi Wireshark. Hasil pengukuran berdasarkan perbandingan dari link existing sebelum dan setelah optimalisasi menggunakan Redundant Trunking Group ketika jam sibuk dapat ditunjukan pada Gambar 4.19.
Gambar 4.19 Grafik Delay existing dan RTG
Pada Gambar 4.19 diatas, warna biru menandakan delay link existing dan warna oranye menandakan delay Redundant Trunking Group via link backup.
103.44117.66 134.22 100.38 94.59 58.93 109.91 176.12 44.06 9.58 9.29 9.65 9.34 8.71 8.76 22.72 8.93 12.3 13.45 14.34 14.93 0 50 100 150 200 13.00 13.20 14.00 14.30 15.00 15.20 15.40 16.00 16.20 17.00 17.20 18.00
Delay
Dari data yang diperoleh menggunakan link existing yang tidak bagus ketika jam sibuk mempengaruhi nilai delay dan terjadi tiga kali link down pada jam 13:00, 15:20, dan 15:40 sehingga tidak dapat terukur nilainya, seperti yang terlihat tidak adanya trafik pada grafik. Delay terendah selain pada jam link down adalah 44.06 ms, tertinggi adalah 176.12 ms, dan rata-rata delay adalah 104.36 ms atau 23.19%. Dari hasil tersebut, walaupun secara nilai tergolong dalam kategori sangat bagus tetapi terjadi link down sehingga tidak adanya trafik internet. Namun, setelah optimalisasi dengan Redundant Trunking Group yang didukung dengan link yang baik, nilai delay berkurang signifikan sebesar 20.57%. Nilai delay terendah adalah 8.71 ms, tertinggi 22.72 ms, dan rata-rata delay adalah 11.83 ms atau 2.62% , nilai tersebut berada pada kategori sangat bagus, menurun tanpa adanya link
down serta tanpa kehilangan trafik internet. Dapat disimpulkan bahwa pengukuran
delay setelah dilakukan optimalisasi dengan Redundant Trunking Group
menunjukan penurunan delay dengan hasil rata-rata 11.83 ms, dimana semakin kecil nilai delay maka parameter semakin baik, ini menunjukan bahwa Redundant