• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Larva Aedes Sp

1. Klasifikasi Nyamuk Aedes sp

Nyamuk Aedes sp secara umum mempunyai klasifikasi (Womack, 1993), sebagai berikut : Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae Genus : Aedes Upagenus : Stegomyia Spesies : Aedes sp

2. Morfologi nyamuk Aedes sp

Aedes sp berbadan sedikit lebih kecil, tubuhnya sampai ke kaki berwarna

hitam dan bergaris-garis putih. Nyamuk ini tidak menyukai tempat yang kotor, biasa bertelur pada genangan air yang tenang dan bersih seperti jambangan bunga, tempayan, bak mandi dan lain-lain yang kurang diterangi matahari dan tidak

(2)

dibersihkan secara teratur. Bagi nyamuk Aedes sp, darah manusia berfungsi untuk mematangkan telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan (Rozanah, 2004).

Nyamuk Aedes sp dewasa berukuran kecil bila dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain, berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayap. Pada bagian toraks bagian belakang terdapat garis-garis putih keperak-perakan. Pada bagian toraks ini terdapat sepasang kaki depan, sepasang kaki tengah, dan sepasang kaki belakang (Hasan, 2006). Sisik-sisik pada tubuh nyamuk umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Soegijanto, 2006).

3. Siklus hidup Aedes sp

Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna meliputi stadium telur-larva-pupa-nyamuk dewasa selama pertumbuhan. Nyamuk mempunyai perbedaan morfologi yang jelas disertai perbedaan biologi (tempat hidup dan makanan) antara tingkat muda dan dewasa. Telur sebanyak 30-300 butir diletakan satu persatu pada dinding pada tempat perkembangbiakannya dan akan menetas dalam 2-3 hari. (Sudarto, 1972)

a. Telur

(3)

Telur nyamuk memiliki panjang sekitar 0,5-1 mm. Pada waktu dikeluarkan telur berwarna putih, lalu berubah menjadi hitam dalam waktu 30 menit. Dari penelitian Brown (1962) bahwa telur yang diletakkan didalam air akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 300C, namun memerlukan waktu 7 hari pada suhu 160C. Telur aedes akan menetas sebanyak 80% pada hari pertama dan 95% pada hari kedua bila direndam dalam air dan dalam kondisi normal. Jika diamati dibawah mikroskop, akan nampak adanya garis-garis membentuk gambaran seperti sarang lebah pada dinding luar (exochorion) telur nyamuk aedes sp (Sudarto, 1972).

Aedes sp akan bertelur setelah menghisap darah. Telur diletakkan satu

persatu pada dinding container dekat dengan permukaan air. Telur yang dihasilkan sekitar 100 butir setiap kali bertelur. Pada interval 1- 5 hari, telur yang diletakkan seluruhnya berkisar 300-750 butir dan waktu yang dibutuhkan untuk bertelur sekitar 6 minggu. Nyamuk Aedes sp satu kali bertelur sekitar 10-100 butir, bahkan dapat mencapai sekitar 300-750 butir. Kemampuan telur bertahan dalam keadaan kering membantu kelangsungan hidup spesies dalam kondisi iklim yang tidak menguntungkan (Widya, 2006).

(4)

b. Larva

Gambar 3. Aedes sp stadium Larva

Larva memerlukan empat tahap perkembangan. Jangka waktu

perkembangan larva tergantung pada suhu, keberadaan makanan,dan kepadatan larva dalam wadah. Dalam kondisi optimal waktu yang dibutuhkan sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari termasuk dua hari masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu. (Sudarto, 1972)

Larva Aedes sp hidup pada air yang jernih dan tenang serta mengandung bahan organik, tidak berkembang pada air yang kotor. Waktu yang dibutuhkan untuk kehidupan larva nyamuk (stadium larva) adalah 7-10 hari.

Adapun ciri-ciri khas larva Aedes Sp adalah sebagai berikut. (Sudarto, 1972). 1) Adanya corong udara (siphon) pada segmen terakhir.

2) Pada segmen-segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut-rambut berbentuk kipas (palmate hair).

(5)

4) Adanya sepasang rambut serta jumbai pada corong udara.

5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3.

6) Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

7) Pada sisi toraks terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan ada sepasang rambut di kepala.

8) Adanya corong udara/siphon yang dilengkapi dengan “pecten”(Widya, 2006). Larva Aedes sp biasa bergerak-gerak lincah dan aktif, dengan memperlihatkan gerakan-gerakan naik kepermukaan air dan turun kedasar wadah secara berulang. Larva mengambil makanan didasar wadah, oleh karena itu larva

Aedes sp disebut pemakan makanan didasar (bottom feeder). Makanannya terdiri

dari mikroorganisme ,detritus, alga, protista, daun, dan invertrebata hidup dan mati. Pada larva Aedes albopictus makanan yang mengandung protein lebih disukai dari pada yang mengandung hidrat arang. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan permukaan air (Kusnindar, 1990).

Larva berubah menjadi pupa memerlukan waktu 4-9 hari dan mengalami empat tahap perkembangan yaitu instar I, II, III, IV. Perubahan instar ditandai dengan pengelupasan kulit yang disebut moulting. Perkembangan instar I dan II berlangsung dalam waktu 2-3 hari, kemudian instar II ke instar III dalam waktu

(6)

dua hari dan perubahan instar III ke instar IV dalam waktu dua hari. (Kusnindar, 1990)

Larva instar III dan instar IV mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada biasa (thorax), dan perut (abdomen). Pada bagian kepala sepasang mata majemuk, sepasang antena pada duri-duri dan alat-alat mulut tipe pengunyah (chewing). (Kusnindar, 1990)

Larva juga biasanya memangsa mikroorganisme yang ada didalam air. Adanya makanan tersebut larva mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan merusak kuli yang lama menjadi kulit yang baru yang bentuknya lebih besar. Namun ada juga beberapa jenis larva Aedes sp yang memangsa jentik yang lain. (Kusnindar, 1990).

c. Pupa

Gambar 4. Aedes sp stadium pupa

Pupa Aedes sp mempunyai bentuk tubuh Bangkok dengan bagian kepala-dada (chepalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan bagian perutnya,

(7)

sehingga tampak seperti tanda baca koma. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernafas seperti terompet. Pada ruas perut ke 8 terdapat sepasang alat pengayuh yang berguna untuk berenang. Alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu dinomor 7 pada ruas perut ke 8 tidak bercabang. Pupa adalah bentuk tidak makan, tampak bila gerakannya lebih lincah bila dibandingkan dengan larva. Waktu istirahat posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air (Soegijanto, 2006).

Pupa tidak membutuhkan makanan mikroorganisme lagi dan warna kulit atau wadah pupa akan menghitam sejalan dengan berkembangnya nyamuk baru atau dewasa didalamnya. Perubahan larva menjadi pupa akan membelah disepanjang bagian tubuhnya. Perlahan-lahan nyamuk baru atau dewasa akan berusaha melepaskan diri dari kulit tersebut (Indrawan, 2001).

d. Nyamuk dewasa

(8)

Untuk nyamuk dewasa yang dari jenis betina, mampu bertahan hidup antara 2 minggu sampai 3 bulan (rata-rata 1 bulan), taergantung suhu atau kelembaban udara disekitarnya. Sementara nyamuk jantan hanya mampu bertahan hidup dalam jangka waktu 6 sampai 7 hari, tepatnya nyamuk kawin dan akan segera mati. Perubahan dari pupa menjadi nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 sampai 10 hari (Indrawan, 2001).

Nyamuk Aedes sp tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antena tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose (Soegijanto, 2006).

4. Habitat Aedes sp

Nyamuk Aedes sp menyukai tempat-tempat penampungan yang berair jernih dan terlindung dari sinar matahari langsung sebagai tempat perindukannya. Tempat-tempat penampung air seperti itu umumnya banyak dijumpai di dalam rumah dan sekitarnya. Air bersih yang ditampung oleh penduduk berasal dari berbagai sumber misalnya air hujan, ledeng dan sumur. Masing-masing air tersebut mempunyai sifat kimiawi seperti pH, kandungan oksigen dan zat-zat

(9)

terlarut yang berbeda. Larva Aedes sp dapat hidup pada air dengan pH antara 5,8-8,6 sementara air bersih yang digunakan oleh masyarakat pH nya berkisar antara 6,87.

Sedangkan Aedes sp sendiri memiliki tempat favorit berkembang biak, yakni di TPA (Tempat Penampungan Air). Mereka juga berkembang pada TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain). Beberapa diantaranya juga pada TPA alami seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang, dan potongan bambu.

5. Pengendalian Vektor

Pengendalian penyebab penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Terhadap vektor : dengan mencegah transmisi (penyebaran) melalui pemutusan rantai orang-nyamuk-orang (vector control programme).

b. Terhadap virusnya : mencegah terjadinya infeksi dengan vaksinasi.

Pengendalian terhadap vektornya tidak mudah dicapai dalam waktu singkat, walaupun hal ini sangat penting terutama di negara negara sedang berkembang di mana sarana, prasarana, teknologi, pengertian serta kerja sama sebagian penduduk masih serba kurang. Gagasan kedua, agaknya masih dapat diharapkan kemungkinannya di masa mendatang meskipun sekarang tidak bisa berbuat banyak oleh karena banyaknya tantangan di bidang virologi dan imunologi yang belum terpecahkan.

(10)

Dalam penanggulangan vektor dapat dilakukan beberapa hal : terhadap telur, larva, dan nyamuk dewasa. Cara-cara penanggulangan vektor pada umumnya adalah secara biologik, mekanik, kimiawi, genetik dan secara legal. Khusus untuk Bali, program yang telah dilaksanakan adalah penanggulangan secara kimiawi dengan mempergunakan insektisida (malathion) memakai metoda fogging, dan larvasida mempergunakan garam abate (abatisasi). Abatisasi di daerah Bali ternyata cukup berhasil dengan menurunnya populasi larva seperti terlihat pada breteau index yang menjadi 0% pada bulan Desember : house index dan container index menjadi 0% pada bulan yang sama (Anonim, 2001).

B. Tembakau

Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok.

Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :

Famili : Solanaceae

Sub Famili : Nicotianae

Genus : Nicotianae

Spesies : Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica (Cahyono, 1998).

Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang

(11)

muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm.

Adapun Nicotiana rustica, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul, dan kedudukan daun pada batang mendatar agak terkulai. Tembakau ini merupakan varietas induk untuk tembakau cerutu yang tingginya sekitar 90 cm (Cahyono, 1998).

Dalam spesies Nicotiana tabacum terdapat varietas yang amat banyak jumlahnya, dan untuk tiap daerah terdapat perbedaan jumlah kadar nikotin, bentuk daun, dan jumlah daun yang dihasilkan. Proporsi kadar nikotin banyak bergantung kepada varietas, tanah tempat tumbuh tanaman, dan kultur teknis serta proses pengolahan daunnya (Abdullah, 1982).

1. Bagian–bagian Tanaman Tembakau

Tanaman tembakau mempunyai bagian–bagian sebagai berikut: a. Akar

Tanaman tembakau berakar tunggang menembus ke dalam tanah sampai kedalaman 50–75 cm, sedangkan akar kecilnya menyebar ke samping. Tanaman tembakau juga memiliki bulu akar. Perakaran tanaman tembakau dapat tumbuh dan berkembang baik dalam tanah yang gembur, mudah menyerap air dan subur.

(12)

b. Batang

Batang tanaman tembakau agak bulat, lunak tetapi kuat, makin ke ujung makin kecil. Ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, dan batang tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga tumbuh tunas ketiak daun, dengan diameter batang 5 cm. Fungsi dari batang adalah tempat tumbuh daun dan organ lainnya, tempat jalan pengangkutan zat hara dari akar ke daun, dan sebagai jalan menyalurkan zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman.

c. Daun

Bentuk daun tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya meruncing, tulang daun yang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Daun bertangkai melekat pada batang, kedudukan daun mendatar atau tegak. Ukuran dan ketebalan daun tergantung varietasnya dan lingkungan tumbuhnya. Daun tembakau tersusun atas lapisan palisade parenchyma pada bagian atasnya dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar 28–32 helai, tumbuh berselang–seling mengelilingi batang tanaman.

Daun tembakau cerutu diklasifikasikan menurut letaknya pada batang, yang dimulai dari bawah ke atas dibagi menjadi 4 klas yakni : daun pasir (zand

blad), kaki (voet blad), tengah, (midden blad), atas (top blad). Sedangkan daun

(13)

(lugs), bawah dan tengah (cutters), atas (leaf), dan pucuk (tips). Bagian dari daun tembakau Virginia yang mempunyai nilai tertinggi adalah daun bawah dan tengah menyusul daun atas, sedang daun pasir dan pucuk hampir tidak bernilai kecuali untuk tembakau rajangan (Abdullah, 1982).

d. Bunga

Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan dan setiap tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang. Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya, sedang bagian lain berwarna putih. Kelopak memiliki lima pancung, benang sari berjumlah lima tetapi yang satu lebih pendek dan melekat pada mahkota bunga. Kepala putik atau tangkai putik terletak di atas bakal buah di dalam tabung bunga. Letak kepala putik dekat dengan benang sari dengan kedudukan sama tinggi.

e. Buah

Buah tembakau akan tumbuh setelah tiga minggu penyerbukan. Buah tembakau berbentuk lonjong dan berukuran kecil berisi biji yang sangat ringan. Biji dapat digunakan untuk perkembangbiakan tanaman.

(14)

Tanaman tembakau dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 6.Tanaman tembakau 2. Kandungan pada tembakau

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawayanng bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme tumbuh-tumbuhan dan digunakan sebagai cadanganbagi sintesis protein. Pada umumnya alkoloid mengandung oksigen, atom karbon, hidrogen dan nitrogen.

(15)

Sifat-sifat alkoloid adalah sebagai berikut :

1. Biasanya berupa kristal tak bewarna, tidak mudah menguap. Ada juga alkoloid yang berwarna misalnya berbening (kuning).

2. Bersifat basa (pahit,racun)

3. Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis. b. Nikotin

Nikotin pertama kali digunakan sebagai insektisida pada tahun 1763, dan alkoloid murninya disolasi tahun 1828 oleh Posset dan Reimann, kemudian disitesis tahun 1904 oleh Piclet dan Rotschy. Alkoloid nikotin,nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya digunakan sebagai racun kontak , fumigasi, dan racun perut. (Baehaki, 1993)

Nikotin didapatkan dari Nicotiana tabaccum dengan kadar 2 – 5 % dan Nicotiana Rustica dengan kadar 5 – 14 %. N

Sari daun tembakau telah banyak digunakan untuk membunuh serangga. Kemudian seiring dengan berkembangnya teknologi, nikotin diektrak dri daun dan batang tanaman tembakau untuk dipasarkan dalam bentuk cair maupun serbuk. (Baehaki, 1993)

(16)

C. Pengelompokkan Insektisida Menurut Cara Masuk dan Cara Kerja pada Serangga Sasaran

Menurut cara masuknya insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran (mode of

entry) dibedakan menjadi 3 kelompok insektisida sebagai berikut :

1. Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison)

Racun lambung (racun perut, stomach poison) adalah insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida (misalnya ke susunan saraf serangga). Oleh karena itu, serangga harus terlebih dahulu memakan umpan yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk membunuhnya

2. Racun Kontak

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditransportasikan ke bagian tubuh serangga tempat insektisida aktif berkerja misalnya di susunan saraf. Serangga akan mati jika bersinggungan langsung (kontak) dengan insektisida tersebut.

3. Racun Inhalasi (Fumigan)

Racun inhalasi berbeda dengan racun pernapasan. Racun inhalasi merupakan insektisida yang bekerja lewat sistem pernapasan. Serangga akan mati

(17)

jika insektisida dalam jumlah yang cukup masuk ke dalam sistem pernapasan serangga dan selanjutnya ditransportasikan ke tempat racun tersebut bekerja. Sementara racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan sehingga serangga mati akibat tidak bisa bernapas.

Sedangkan jika dilihat berdasarkan cara kerjanya (mode of action), insektisida dibedakan menjadi 5 kelompok sebagai berikut:

1. Racun saraf

Racun ini merupakan cara insektisida yang paling umum. Gejala umum serangga yang terpapar racun ini umumnya mengalami kekejangan dan kelumpuhan sebelum mati.

2. Racun Pencernaan

Racun pencernaan adalah racun yang merusak saluran pencernaan serangga sehingga mati karena sistem pencernaanya tidak bekerja atau hancur.

3. Racun Penghambat Metamorfosa Serangga

Racun ini umumnya menghambat pembentukan kitin yang dihasilkan serangga sebagai bahan untuk menyusun kulitnya sehingga serangga tidak mampu untuk menghasilkan kulit baru dan akan mati dalam beberapa hari karena terganggunya proses pergantian kulit.

(18)

4. Racun Metabolisme.

Racun ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses

metabolismenya. Contoh insektisida dengan mode of action ini yaitu deafentiuron yang mengganggu respirasi sel dan bekerja di mitokondria.

5. Racun Fisik (Racun Non Spesifik)

Racun fisik membunuh serangga dengan sasaran yang tidak spesifik sebagai contohnya debu inert yang bisa menutupi lubang-lubang pernapasan serangga sehingga serangga mati lepas karena kekurangan oksigen (Djojosumarto, 2008). D. Cara kerja nikotin membunuh larva

Pada umunya racun dapat masuk ke dalam tubuh larva melalui saluran pernafasan yang disebut spirakel dan pori – pori pada permukaan tubuhnya. Daya kerjanya menyerang pada system syaraf pusat dan cepat menimbulkan kelumpuhan ( paralysis) dan menimblkan kemantian.

E. Kerangka Teori

Larvasida alami

Ph larutan Kematian larva

Aedes aegypti

(19)

F. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

Ada jumlah perbedaan kematian larva nyamuk Aedes sp pada pelakuan kontak dengan ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobaccum L .) dalam berbagai konsentrasi.

Konsentrasi ekstrak daun tembakau (Nicotiana

tobaccum L .)

Jumlah kematian larva nyamuk

Gambar

Gambar 3. Aedes sp stadium Larva
Gambar 4. Aedes sp stadium pupa
Gambar 5. Nyamuk Aedes sp

Referensi

Dokumen terkait

pengelola) yang dapat dihemat untuk penambahan LPJU dengan. mengganti LPJU konvensional menjadi LPJUTS dan berapa

Cara memelih penderita : Pasien yang datang ke poli mata yang didiagnosa POAG fisik tidak lemah, mampu dan paham cara pemeriksaan dan bersedia dilakukan pemeriksaan

Sedangkan Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan

Serta untuk usulannya kami mengusulkan adanya penambahan aplikasi baru untuk membantu PT Jasa Marga (Persero).Tbk dalam menganalisa perfoma perusahaan dengan menggunakan

Diperkuat lagi dari hasil penelitian Sari, (2013) yang menyatakan penggunaan alat peraga praktikum beserta LKS mencapai tujuan pembelajaran baik dari aspek

upaya yang telah dilakukan Aparatur Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Simeulue dalam merespon aspirasi publik sudah dilaksanakan dengan mengadakan dialog interaktif

Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan sesuatu serta bagaimana cara untuk menemukan sesuatu tersebut dengan menggunakan metode atau teori ilmiah

Apabila Wajib Pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007 yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar