JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN ADVANCE ORGANIZER (KONSTAD) UNTUK SISWA SD
Oleh : Imam Gojali
IKIP Widya Darma Surabaya
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
KONSTAD bahasa Indonesia untuk siswa SD. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk model pembelajaran KONSTAD bahasa Indonesia, buku panduan model pembelajaran, dan instrumen. Pengembangan model pembelajaran KONSTAD dirujuk ke model pembelajaran pemecahan masalah yang disarankan oleh Plomp (1997) yang terdiri dari lima tahap: 1.) pemeriksaan pendahuluan, 2.) penunjukan, 3.) realisasi, 4.) pengujian, evaluasi, dan revisi , dan 5.) implementasi. Hasilnya terdiri atas kegiatan belajar tiga fase: pra-learning, sementara-learning, dan pasca-learning. Sementara-learning terdiri dari empat tahap: realisasi, operasional, reflektif, kontrak belajar. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran dikategorikan sebagai baik dan memiliki validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran KONSTAD berkualitas baik. Hasil validasi dari validator terhadap implementasi pembelajaran bahwa model pembelajaran dikatakan baik.
Kata kunci: Konstruktivistik dan advance organizer
PENDAHULUAN
Pengetahuan dapat dimiliki siswa jika siswa itu sendiri aktif mengonstruksi atau menemukan pengetahuan tersebut. Proses mengonstruksi terjadi melalui asimilasi dan akomodasi untuk mencapai keseimbangan atau adaptasi. Cara ini mengharuskan siswa aktif secara aktif menggunakan pengalaman atau pengertian yang dimiliki dan terkait dengan pengetahuan yang bakal dikonstruksi. Dalam pembelajaran, seringkali terjadi bahwa para siswa tidak siap menggunakan pengetahuan prasyarat dan pola pikir yang dipelajari sebelumnya. Olah karena itu diperlukan suatu aktivitas pembelajaran yang berfungsi mengaktifkan kembali pengetahuan prasyarat dan pola berpikir siswa untuk memfasilitasi aktivitas setiap individu mengonstruksi pengetahuanya. Hal ini perlu dilakukan guru antara lain menjeleskan kepada para peserta didik secara eksplisit mengenai faedah materi yang sedang diajarkan.
Dalam penelitian ini telah mengembangkan model pembelajaran KONSTAD dan diimplementasikan pada hari Kamis, tanggal 15 Juni 2010 di SDN Negeri Trosobo I pada kelas II sebagai ujicoba pertama hari Selasa, tanggal 3 Agustus 2010 di SDN Tanjungsari I pada kelas II sebagai ujicoba kedua, dan hari Rabu, tanggal 25 Agustus 2010 SDN Tawangsari I
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
kelas II sebagai implementasi terbatas. Alasan mengambil kelas II, karena mampu mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuanya sendiri dan pembelajaran yang digunakan adalah tematik.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dengan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai. Setiap model mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan peluang terjadi proses aktif siswa mengonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, pemanfaatan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa berkolaborasi (Mustadji, 2005 dalam Gojali 2010:12). Martin (1994) menyatakan bahwa konstruktivisme lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan menghubungkan antara hasil belajar sebelumnya dengan apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian teori konstruktivisme menghendaki agar siswa belajar secara aktif untuk menyusun pengetahuan, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya, dan dapat menggunakannya untuk mendapatkan pemahaman baru.
Advance Organizer
Pengertian-pengertian advance organizer dengan mengutip beberapa pendapat. Bell (1964: 135) menyatakan ”An advance Organizer is apreminary statment, discusion, or other activity which introduces new material at a higher level of generality, inclusiveness, and abstraction than actual learning task. Kutipan tersebut menyatakan bahwa advance organizer adalah suatu pertanyaan, diskusi atau kegiatan awal lain yang mengarah pada diperkenalkannya materi baru pada tingkatan keumuman, keingklusifan dan keabstrakan yang lebih tinggi di bandingkan dengan tugas belajar sebenarnya (materi baru-peneliti).
Menurut Mayer (dalam Gredler, 1991:269), advance organizer adalah penyajian singkat informasi visual atau verbal yang tidak mengundang isi atau bahan tertentu dari materi baru yang akan dipelajari.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Menurut Joyce & Weil (1992:183), model advance organizer dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa, suatu istilah yang digunakan Ausubel untuk pengetahuan sesorang tentang pokok persoalan tertentu pada setiap saat dan seberapa baik terorganisir, jelas dan stabilnya pengetahuan itu.
Bertolak belakang dari pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa advance organizer adalah suatu kegiatan pendahuluan dalam mengajar materi tertentu yang bertujuan untuk menjembatani pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi-materi yang akan dipelajari. Materi bahasan kegiatan pendahuluan tersebut adalah materi-materi yang termasuk pengantar yang relevan dengan materi baru, tetapi bukan rangkuman mengenai materi utama. Dalam kaitan dengan pembelajaran konstruktivis, advance organizer berfungsi membantu siswa mempersiapkan struktur kognitifnya agar mereka lebih siap mengonstruksi pengetahuan sendiri tentang materi baru. Advance organizer merupakan suatu kegiatan terencana pada pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai penghubung antara pengalaman (yaitu pengetahuan prasyarat dan pola berpikir) yang dimiliki siswa yang terkait dengan materi tertentu itu dengan pengetahuan yang akan dipelajari siswa.
Deskripsi Rancangan Model Konstruktivisme dengan Organizer (model Kostad)
Kontribusi utama yang diinginkan dari kegiatan advance organizer dalam pembelajaran KONSTAD adalah agar siswa aktif dalam proses mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Melalui advance organizer, siswa memperoleh semacam jembatan yang dapat digunakan untuk mengorentasikan pemikirannya dalam aktivitas individu mengonstruksi pengetahuannya yang baru. Kontribusi advance organizer ini relevan dengan dua prinsip pertama dari epistemologis konstruktivisme, yaitu didapatnya pengetahuan adalah suatu proses adaptif dan diakibatkan oleh cognizing yang aktif dari individu siswa.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Gambar 1. Pembelajaran Tematik untuk Siswa SD
Tabel 1. Sintaks Model pembelajaran KONSTAD untuk Siswa SD
No Fase Aktivitas Pembelajaran
1 Fase persiapan 1. menyampaikan secara lisan hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu memberi penjelasan.
2. memeotivasi siswa dengan cara memberi informasi tentang pentingnya mengenal materi yang akan dipelajari dan manfaatnya dalam hidup sehari-hari.
3. memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu dipahami siswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktivkan.
2 Fase Advance Organizer
1. pengaktifan pengetahuan prasyarat yang terkait dengan materi baru. Bentuk aktivitas ini adalah pembahasan dan pemecahan masalah (soal-soal) yang terdapat dalam lembar advance Organizer (LAO) itu hendaknya memberikan kontribusi untuk pembentuakan struktur kognitif siswa yang diperlukan dalam aktivitas konstruksi pengetahuan baru.
2. pengaktifan pola berfikir siswa yang berfungsi menuntun kognisi siswa untuk mengidentifikasi makna permasalahan dalam materi baru. Bentuk aktivitas ini adalah komunikasi interaktif guru dan siswa.
PAI
Akhlakul karimah, Adab dalam bergaul, dan Teladan Rosululloh
PKN
1. Tata cara menghargai sesama orang, teman, keluarga, orangtua. 2. Mengajarkan berbuat baik 3. mengenal nilai keujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari. SAINS
Mengidentifikasi jenis energi yang sering digunakan dilingkungan seitar dan cara menghematnya
Bahasa Indonesia 1. Menceritakan aktivitas yang dialami oleh anak dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti/kata-kata sendiri. 2. Mengomentari hasil presentasi siswa. 3. menuliskan pengalaman pribadinya dalam bentuk tertulis Matematika Menhitung operasi hitung yang dilakukan sehari-hari, misalnya mengitung jumlah uang saku, menghitung barang yang dimiliki
SBK Menyanyikan lagu kegembiraan Aktivitas IPS Melaksanakan peran sebagai anggota keluarga kegiatan sehari-hari Bahasa Jawa Mengajarkan berbicara bahasa krama
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
3. Fase konstruksi pengetahuan baru
1. Pemberian masalah dalam wujud tertulis kepada siswa. ide pemecahan masalah itu merupakan pengethuan yang akan dikonstruksi.
2. pemberian kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki masalah itu.
3. pemecahan masalah oleh siswa. siswa dibantu (jika perlu) secara individual untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdilog, memberi catatan, membuat skema, tau dengan cara lain. Dalam hal ini guru tidak memberikan idenya kepada siswa tetapi guru mengikuti idenya siswa.
4. klarifikasi ide yang dikonstruksikan dengan ide-ide orang lain atau teman, melalui diskusi atau dengan cara lain pengumpulan ide.
4. Fase penguatan struktur kognitif baru
1. Pengujian gagasan baru melalui latihan pemecahan masalah (soal-soal). Kalu mungkinkan, ada baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu persoalan yang baru. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk siswa perlu diaplkasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan atau struktur kognitif siswa menjadi lengkap.
METODE PENELITIAN
Tahap-Tahap Pengembangan Model Pembelajaran KONSTAD
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan tipe pertama (prototypical studies), yaitu merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi model pembelajaran KONSTAD pada bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar.
Gambar 2. Model Pemecahan Masalah Pendidikan (Plomp, 1997). Premlimery Investigation
Desaign
Realization/Construction Test, evaluation, Revision I M P L E M E N T A T I O N Implementation
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Keterangan Gambar 2:
Artinya: proses kegiatan
Artinya: arah kegiatan timbal balik anatara tahap pengembangan dengan implementasi pendidikan/pembelajaran yang sedang berjalan.
Artinya: arah kegiatan balik ke tahapan pengembanagan sebelumnya Artinya: arah kegiatan tahapan pengembangan
Pengembangan model pembelajaran KONSTAD dilakukan bersamaan dengan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumenya. oleh karena itu, jika sewaktu validasi, model perlu direvisi maka segera dilihat kembali perangkat dan instrumennya tersebut apakah terpengaru dengan adanya revisi.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi (pengamatan), tes dan pemberian angket.
Alur Kegiatan Pengembangan
Fase 3
Fase 4
Fase 5
Gambar 3. Alur Kegiatan Pengembangan Model KONSTAD Keterangan:
i=1,2,…
Hasil Menunjukkan urutan
Kegiatan Menujukkan Siklus, jika diperlukan Ujicoba i
Kualitas baik ?
Prototipe Akir
Implementasi Terbatas
Draf Awal Model koko, Perangkat Pembelajaran, Instrumen
Validasi
revisi
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Alur tersebut sudah termasuk Perangkat Pembelajaran dan Instrumennya, dari Fase Realisasi (Awal) sampai fase Implementasai Terbatas kualitas model pembelajaran KONSTAD Bahasa Indonesia ditetapkan dengan mengacu pada kriteria kualitas produk dari Nieveen (1999:127-128) yang meliputi tiga aspek, yakni validitas, kepraktisan, dan keefektifan yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Validitas
Model Pembelajaran KONSTAD dikatakan valid jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.) Lebih dari 50 % vallidator menyatakan bahwa model KONSTAD didasarkan pada teori belajar yang menurut teori konstruktivisme, dan teori advanze organizer; 2.) Lebih dari 50 % validator menyatakan bahwa komponen-komponen model Pembelajaran KONSTAD berdasarkan teori konstruktivisme, dan teori advanze organizer.
Kepraktisan
Model KONSTAD dikatakan praktis jika memenuhi kriteria sebagai berikut: 1.) Lebih dari 50 % validator memberikan pertimbangan bahwa model KONSTAD tersebut dapat diterapkan di kelas; 2.) Guru menyatakan dapat menerapkan model KONSTAD di kelas, yaitu guru dapat menerapkan perangkat pembelajaran dengan model KONSTAD tersebut di kelas; 3.) Tingkat keterlaksanaan model, dalam hal ini keterlaksanaan perangkat pembelajaran model KONSTAD tersebut, termasuk dalam kategori baik. Dikatakan baik apabila memenuhi kriteria.
Keefektifan
Keefektifan model pembelajaran KONSTAD ditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut: 1.) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran; 2.) Aktivitas siswa pada LKS (Lembar Kegiatan untuk Siswa); 3.) Akivitas siwa pada buku ajar siswa; 4.) Hasil tes pada setiap selesai kegiatan pembelajaran dengan model Pembelajaran KONSTAD; 5.) Respon siswa dan guru.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kualitas Model pembelajaran KONSTAD
Model KONSTAD ditetapkan dengan mengacu pada kriteria kualitas produk dari Nieveen (1999), yang meliputi tiga aspek, yakni validitas, kepraktisan, dan keefektifan.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Validitas
Bagian hasil pertimbangan validator ahli (validasi) di muka telah diuraikan bahwa semua aspek pada Model pembelajaran KONSTAD, termasuk tingkatan kesesuaian teori pendukung dinilai baik oleh validator. Ini berarti bahwa validator menilai Pembelajaran KONSTAD didasarkan pada pertimbangan teoretik yang kuat.
Dari keseluruan penilaian validator terhadap aspek-aspek yang dinilai pada model pembelajaran KONSTAD dan dilengkapi dengan hasil diskusi bersama beberapa validator, dapat disimpulkan bahwa cakupan semua aspek yang dinilai termasuk baik. Model pembelajaran KONSTAD ini berarti konsisten secara internal.
Hasil penilaian ini didukung oleh hasil ujicoba I model pembelajaran KONSTAD yang menujukkan bahwa perangkat pembelajaran berfungsi baik dalam mendukung keterlaksanaan kegiatan pembelajaran (KP) sesuai sintaks dan mendukung terlaksanaannya aktivitas pembelajaran yang diharapkan. Pelaksanaan peran guru sesuai yang diharapkan dalam model pembelajaran KONSTAD.
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran (KP) diketahui bahwa guru dapat melaksanakan perannya (prinsip reaksi) secara baik. Dengan demikian, uraian di muka menujukkan bahwa kriteria validitas yang telah dikemukakan di muka dan terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil ujicoba I menunjukkan Model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD, valid.
Kepraktisan
Dalam penilaian model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD, validator (ahli) diminta pula untuk memberikan penilain mengenai 1.) tingkat keterlaksanaan sintaks secara keseluruhan; 2.) kemungkinan guru mewujudkan prinsip atau norma yang dikehendaki dalam Kegiatan Pembelajaran (KP); 3.) kemungkinan mewujudkan perilaku guru yang diharapkan. Keseluruhan aspek tersebut, dinilai baik oleh validator. Ini berarti para ahli menilai bahwa aspek-aspek tersebut dapat terwujud dalam model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD.
Pertimbangan ahli ini ternyata relevan pula dengan pendapat guru. Dari diskusi dengan dua guru yang terlibat dalam ujicoba (baik yang bertindak sebagai pengajar maupun sebagai observer), mereka mengatakan bahwa 1.) mereka dapat mengelola kegiatan pembelajaran (KP) sesuai sintaks model pembelajaran KONSTAD; 2.) pengorganisasian siswa untuk belajar
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
dengan pembelajaran secara teori KONSTAD; 3.) siswa dapat diarahkan untuk melaksanakan peran masing-masing untuk mewujudkan sistem sosial yang dikehendaki; 4.) guru dapat menjalankan peran sebagai fasilitator sesuai dengan prinsip reaksi, dan 5.) dengan menggunakan model pembelajaran KONSTAD tujuan pembelajaran (dampak instruksional dan dampak pengiring) sangat mungkin dapat tercapai. Menyangkut perencanaan, guru mengatakan bahwa mereka mampu bila yang harus kerjakan adalah 1.) menyusun Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP); 2.) menyediakan media pembelajaran yang relevan. Tetapi bila mereka juga harus menyusun Lembar Kerja untuk Siswa SD (LKS), mereka menyatakan tidak mampu. Dari penilain ahli dan pendapat guru di muka, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran KONSTAD dapat diterapkan di kelas. Model pembelaaran KONSTAD ini berarti bahwa dengan mengacu pendapat Nieveen (1999:127-128) maka dapat dikatakan bahwa terdapat konsistensi antara harapan (yang terkandung dalam model pembelajaran KONSTAD) dan pertimbangan (ahli dan guru). Dalam hal perencanaan, guru hanya kesulitan jika mereka juga harus mengembangkan LKS. Pengembangan LKS memang bukan hal yang mudah, karenanya dalam model pembelajaran KONSTAD, pengembangan LKS tidak harus dilakukan oleh masing-masing guru, tetapi dapat dilakukan oleh kelompok atau tim guru KKG.
Dari pelaksanaan ujicoba I, seperti yang telah diuraikan di muka, diperoleh bahwa tingkat keterlaksanaan model pembelajaran KONSTAD di atas 3 dan termasuk dalam kategori baik. Dengan mengacu pada penjelasan Nieveen (1999:127-128) maka dapat dinyatakan bahwa terdapat konsistensi antara harapan (yang terkandung dalam model pembelajaran KONSTAD) dengan operasional.
Uraian di muka menunjukkan bahwa 1.) ahli dan guru mengatakan bahwa model pembelajaran KONSTAD dapat diterapkan di kelas (terdapat konsistensi antara harapan dan pertimbangan), dan 2.) tingkat keterlaksanaan model pembelajaran KONSTAD termasuk dalam kategori baik (konsistensi anatara harapan dan operasional). Dengan demikian hasil ujicoba I menujukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD bahasa Indonesia , memenuhi kriteria praktis.
Keefektifan
Format penilaian model pembelajaran KONSTAD, validator (ahli) juga dimintakan untuk memberikan penilaian mengenai 1.) cakupan jenis-jenis pengiring yang dapat dicapai, dan 2.) cakupan jenis-jenis dampak pengiring yang dapat dicapai.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Diskusi dengan guru yang terlibat dalam ujicoba I, mereka juga sependapat bahwa bahwa model pembelajaran KONSTAD bermanfaat bagi siswa maupun guru. Guru menilai bahwa mengajar dengan menggunakan model pembelajaran KONSTAD merupakan tantangan tersendiri bagi guru, karena harus mengubah kebiasaan mengajar, yakni dari kebiasaan transfer pengetahuan menjadi memfasilitasi siswa untuk belajar dan meahami sendiri, dengan menggunakan model pembelajaran KONSTAD, siswa menjadi lebih aktif, terdapat kemajuan pada siswa dalam banyak hal, terutama dalam penguasaan materi, kerjasama, berkomunikasi, kepercayaan diri, dan dalam mengomunikasikan gagasannya, dan ada pengaruh positif pada guru, guru merasa perlu lebih siap pada setiap kegiatan pembelajaran (KP), untuk mengantisipasi pertanyaan, variasi jawaban, tanggapan atau kritikan siswa yang mungkin saja muncul selama kegiatan pembelajaran (KP) berlangsung.
Pertimbangan ahli dan guru tentunya didasarkan pula pada pengalaman mereka sebagai pengajar, maka dari pertimbangan validator (ahli) dan berpendapat guru tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat konsistensi antara harapan (yang terkandung dalam model pembelajaran KONSTAD) dengan pengalaman (ahli dan guru).
Hasil observasi aktivitas siswa, diketahui bahwa aktivitas on-task di atas 85 %, sedangkan aktivitas aktif di atas 42,5%. Informasi ini menunjukkan bahwa kriteria keefektifan pembelajaran yang berkaitan dengan aspek aktivitas siswa, dipenuhi.
Dari hasil tes yang telah dipaparkan terlihat bahwa kriteria yang berkaitan dengan hasil tes dapat dipenuhi. Dari hasil angket respon siswa, diketahui bahwa lebih dari 65% dari seluruh siswa memberikan respon positif pada model pembelajaran KONSTAD. Hal ini berarti bahwa kriteria keeektifan yang berkaitan dengan aspek respon guru, dipenuhi.
Hasil angket respon guru, diketahui bahwa guru memberikan respon positif pada model pembelajaran KONSTAD. Hal ini berarti bahwa kriteria keefektifan yang berkaitan dengan aspek respon guru, dipenuhi.
Hasil penilaian pekerjaan siswa pada LKS baik yang dikerjakan secara individu maupun kelompok yang telah dipaparkan terlihat bahwa kriteria yang berkaitan dengan hasil penilaian pekerjaan siswa pada LKS dapat dipenuhi.
Dengan demikian, dari uraian mengenai keefektifan model pembelajaran KONSTAD pada ujicoba I ini menujukkan bahwa semua kriteria keefektifan yang telah dikemukakan pada Bab
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
III, dipenuhi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia pada uji coba I ini merupakan model pembelajaran yang efektif.
Dari hasil kajian tentang kualitas model pembelajaran KONSTAD di muka menunjukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD yang dikembangkan pada uji coba I ini memenuhi kriteria validitas, kepraktisan dan keefektifan. Dengan demikian hasil uji coba I menunjukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD memiliki kualitas produk baik.
Ini berarti bahwa siklus pengembangan dapat saja berhenti sampai pada uji coba I. Tetapi dengan pertimbangan bahwa bahwa (1) masih terdapat beberapa revisi yang masih perlu dilakukan baik pada buku model pembelajaran KONSTAD, maupun pada perangkat pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran KONSTAD, dan (2) dengan revisi tersebut dapat diharapkan kualitas produk model pembelajaran KONSTAD masih dapat ditingkatkan; maka dalam penelitian memutuskan untuk melanjutkan pengembangan model dengan melakukan ujicoba II. Diharapkan ujicoba II dapat menghasilkan prototipe yang memiliki kualitas produk yang lebih baik.
Ujicoba II
Keefektifan model pembelajaran KONSTAD untuk siswa SD pada ujicoba II ini menujukkan bahwa (1) terjadi peningkatan skor tes setelah kegiatan pebelajaran, (2) lebih dari 65% siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD, dan guru memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD. Ini berarti bahwa kriteria keefektifan untuk ujicoba II model pembelajaran KONSTAD dipenuhi, karena rata-rata hasil penilaian validator ahli adalah 3,45 di atas 3. Dengan demikian dari hasil ujicoba II dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran KONSTAD adalah efektif.
Kesimpulan uraian di muka menujukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD yang dikembangkan pada ujicoba II ini memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Dengan demikian hasil ujicoba II menujukkan bahwa model pembelajaran KONSTAD memiliki kualitas produk yang baik.
Selanjutnya dengan pertimbangan bahwa (1) revisi yang harus dilakukan baik pada model pembelajaran KONSTAD, maupun pada perangkat pembelajaran berdasarkan hasil ujicoba II, termasuk revisi kecil (tidak banyak revisi), dan (2) model pembelajaran KONSTAD hasil ujicoba II memiliki kualitas baik, maka diputuskan bahwa siklus pengembangan model
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
pembelajaran KONSTAD pada ujicoba ke II merupakan siklus terakhir. Selanjutnya Model pembelajaran KONSTAD yang dihasilkan pada akhir ujicoba II ini merupakan prototipe final, dan akan digunakan dalam implementasi terbatas model pembelajaran KONSTAD.
Fase Implementasi Terbatas
Implementasi terbatas dikaji keefektifan model KONSTAD antara lain: (a) kemampuan terbatas mengelola pembelajaran; (b) rata aktivitas on-task siswa minimal 85 %; (c) rata-rata aktivitas aktif siswa minimal 42,5 %; (d) hasil tes, siswa pada setiap selesai kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran KONSTAD; (d) hasil pekerjaan siswa pada LKS yang dikerjakan secara individu; (e) hasil pekerjaan siswa pada LKS; (f) lebih dari 65% siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD; (g) guru memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KONSTAD.
Dengan demikian, dari uraian mengenai keefektifan Model pembelajaran KONSTAD bahasa Indonesia pada implementasi terbatas ini menunjukkan bahwa semua kriteria keefektifan yang telah dikemukakan di muka, dipenuhi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran KONSTAD pada implementasi terbatas ini merupakan model pembelajaran yang efektif.
Hasil pengembangan Sintaks Model Pembelajaran untuk Siswa SD Kegiatan pembelajaran
Tama : Aktivitas
Model : Pembelajaran konstad Pendekatan : top-down
Metode : kerja mandiri, diskusi, pemberian tugas dan interaktif Kegiatan :
Sebelum pembelajaran, kelas dibagi atas beberapa kelompok dengan anggota paling banyak 5 orang. Penetapan anggota setiap kelompok bersifat heterogen dan semua kelompok seimbang. Pada waktu pembelajaran di mulai, para siswa sekelompok menempati tempat duduk berdekatan, agar mudah dilakukan penataaan ketika mereka diminta membentuk farmasi kelompok. Kepada siswa juga disampaikan tentang aktivitas yang harus mereka perlihatkan selama pembelajaran berlangsung. Diberitahukan juga tentang peran guru dan siswa dalam pembelajaran ini. Dengan persiapan demikian maka selanjutnya pembelajaran dilaksanakan sebagai berikut:
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Tabel 2. Tahap pelaksanaan Pembejaran KONSTAD
Fase Kegiatan pembelajaran Waktu Sistem sosial/prinsip reksi No Aktivitas guru Aktivitas siswa
Fase persiapan
mental
1
a. Menyayikan lagu, memberikan motivasi, dan melakukan Ice breaking b. Melakukan apersepsi
(penjajakan awal) yang berkaitan dengan pengetahuan awal siswa c. Penyampaian secara lisan
hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu penjelasan
Mendengar dan mencermati penyampaian guru 10 mnt 10 mnt 10 mnt Sistem sosial 1a prinsip reaksi no 1b 2
Memotivasi siswa dengan cara memberi informasi tentang petingnya mengenal lingkungan di sekitar siswa tinggal dan maknanya bagi pemecahan masalah dalam kehidupan sehari hari. Jelaskan kembali betapa sulitnya memecahkan masalah
Memperhatikan informasi yang disampaiakan guru atau dapat juga bertanya
3
Memberitahukan beberapa pokok materi yang perlu di pahami siswa yaitu pengetahuan prasyarat yang diaktifkan dan bagian siswa
dapat menggunakan
pemahaman itu untuk mencapai hasil belajar
Memperhatikan penyampaian guru atau dapat juga
mengajukan pertanyaan
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Fase Advance Organizer
1. Mengaktifkan pengetahuan prasyarat siswa dengan cara: a. Meminta siswa untuk
membaca
b. melakukan komunikasi interaktif dengan siswa. Guru meminta siswa menyimak soal tertentu pada LKS dan memberi waktu secukupnya kepada siswa untuk memecahkan saol itu kemudian lakukan tanya jawab jika
diperlukan guru
mempersilahkan siswa menulis jawab di papan tulis materi Setiap siswa membaca buku siswa Terlibat aktif dalam dialog interaktif 25 menit 25 menit 2. Mengaktifkan pola berpikir
siswa agar terlebih terfokus
pada bagaimana
mengonstruksi
pengetahuannya tentang aktivitas kesehariannya. caranya adalah memberi penekanan kembali secara lisan tentang prosedur
Memperhatikan dengan sesungguh penyampaian guru Sistem sosial No 1a Fase konstruksi pengetahuan baru 1. Menyampaikan masalah dalam wujud tertulis kepada siswa:
a. Memberi penjelasan tentang bekerja dengan LKS tersebut a. Menerima LKS dan mendengar penjelesan guru b. Membuka LKS 25 menit
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
b. Mempersilahkan siswa membuka buku siswa
25 menit
25 menit 2. Memberi kesempatan kepada
siswa menyelidiki masalah dengan cara mempersilahkan siswa memecahkan serta memantau siswa yang sedang menyelidiki masalah Menyelidiki masalah dengan memaca Buku Siswa (BS) pada bagian yang ditunjuk dan LKS 3.
Memberi kesempatan siswa untuk memecahkan masalah, dengan cara mempersilahkan siswa secara individu untuk mengisi LKS. Selanjutnya guru keliling kelas memamantau aktivitas siswa dan jika perlu memberi masukan kepada siswa secara individu. Dalam hal ini guru tidak memberikan jawaban kepada siswa tetapi guru mengikuti jawaban siswa
Aktif secara individu
mengisi LKS
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan klarifikasi ide, cara:
a. Mempersilahkan siswa duduk dengan farmasi kelompok
b. Mempersilahkan
berdiskusi dalam kelompoknya tentang hasil
a. Duduk dalam formasi kelompok b. Berdiskusi kelompok tentang jawaban untuk LKS, 25 menit
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
yang dicapai masing-masing dalam mengisi LKS. Mengikuti diskusi siswa dan bila perlu
memberi masukan
berdasarkan jawaban siswa.
c. Mempersilahkan wakil dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
d. mempersilahkan siswa untuk duduk dalam formasi individu sambil mendengar penjelasan guru c. Berturut-turut wakil kelompok melakukan presentasi dan menjawab pertanyaan dengan bantuan teman sekelompok nya d. Duduk dalam formasi individu Fase Penguatan Struktur Kognitif Baru
Menguji gagasan baru yang dikonstruksi siswa dengan cara:
a. Mempersilahkan siswa mengerjakan soal tantangan dalam buku siswa dan memantau pekerjaaan siswa b. Membahas bersama siswa soal yang tidak dapat dipecahkan oleh banyak siswa. Guru lebih banyak
a. aktif mempelajari, memberikan solusi, tanggapan dan memecahka n suatu soal b. membahas bersama guru, soal 20 menit
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
berperan sebagai mediator ide artinya setiap ide (jawab) siswa yang disampaikan hendaknya diteruskan kepada para siswa lain untuk diminta tanggapan. Tidak boleh terjadi guru yang berpikir terus, lalu menulis jawaban di papan tulis dan siswa hanya menonton
c. Melakukan penarikan kesimpulan menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini yang dimaksud c. mencatat kesimpulan Total Waktu 90 menit KESIMPULAN
Simpulan penelitian ini adalah 1.) menghasilkan model pembelajaran KONSTAD yang berkualitas untuk siswa SD; 2.) menghasilkan perangkat pembelajaran KONSTAD yang berkualitas untuk siswa SD. Perangkat yang dikembangkan berupa RPP, MAS, LKS. Hasil penilaian validator terhadap perangkat memenuhi kategori berkualitas untuk siswa SD.
Sedangkan saran yang dapat diberikan dalam penelitian adalah guru diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran yang lebih efektif. Selain itu guru model juga harus meningkatkan kemampuan pembelajaran pada tahap implementation.
DAFTAR PUSTAKA
Bell, F.H. (1964). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools). Dubuque, Iowa: Wm.C. Brawn Company Publishers.
Gojali, Imam.2010. “Pengembangan Model Pembelajaran KOKO bahasa Indonesia untuk siswa SMA. Tesis Magister tidak diterbitkan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No.2|Januari 2014
Gredler, M. E.B. (1991). Belajar dan Membelajarkan (Learning and Instruction Theory Into Practice). Terjemahan oleh Muandir. Jakarta: Rajawali
Joyce, Bruce., & M. Weil 1992. Model of Teaching. Massachussentts: Allyn and Bacon Publishing Company.
Martin, Ralp E,Jr.,et.al.1994. Teaching Science For All Children. Baston: Allyn and Bacon. Nieveen, Nienke. 1999. Prototyping to Reach Product Qualitiy. In Jan Van den Akker, RM
Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in Education and Training, 125-135. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers.
Plomp, Tjeerd. 1997. Educational and Training System Design. Enschede, The Netherlands: University of Twente.