• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME DALAM SITUS ARTIKEL OPINI MOJOK.CO UNGGAHAN FEBRUARI - MEI Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME DALAM SITUS ARTIKEL OPINI MOJOK.CO UNGGAHAN FEBRUARI - MEI Skripsi"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME DALAM SITUS ARTIKEL OPINI MOJOK.CO

UNGGAHAN FEBRUARI - MEI 2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Magdalena Puspa Kurnianti NIM: 164114054

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada orang tuaku, Evaristus Purwanto dan Ludwina Andwiati Sabarina. Serta untuk semua orang yang mengasihiku dan kukasihi, tanpa terkecuali kepada teman, sahabat, dan saudara-saudaraku semua.

(7)

vii MOTO

Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada umat-Nya, Tuhan kiranya memberkati umat-Nya dengan sejahtera!

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan semesta atas berkat, karunia kesehatan, dan rahamat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme dalam situs Artikel Opini Mojok.co Unggahan Februari 2019 - Mei 2019”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa pihak-pihak yang membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menguncapkan rasa terima kasih kepada beberapa pihak.

Yang pertama, ucapan terima kasih untuk orang tuaku, Evaristus Purwanto dan Ludwina Andwiati Sabarina atas segala dukungan berupa doa, rasa sayang serta perhatian yang tak henti-hentinya, dan dukungan secara finansial. Serta seluruh anggota keluarga besar, baik kedua kakak saya Alfons Oktovia Andianto dan Vincencius Krisna Adrian yang telah mendukung dan membantu dalam segala proses perkuliahan dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir dalam perkuliahan ini.

Kedua, penulis megucapkan terima kasih kepada Prof Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum, dan Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A selaku dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu dosen Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Susilawati Endah Peni Adji S.S., M.A. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr Paulus Ari Subagyo, M.Hum., (alm), dan Drs. Hery

(9)
(10)

x ABSTRAK

Kurnianti,Magdalena Puspa, 2019. “Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme dalam Situs Artikel Opini Mojok.co Unggahan Februari 2019 – Mei 2019”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam artikel opini Mojok.co. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu jenis gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam artikel opini Mojok.co dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam artikel opini Mojok.co. Gaya bahasa yang diteliti dalam penelitian ini meliputi gaya bahasa sindiran yaitu gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data. Data diperoleh dari unggahan artikel opini Mojok.co pada bulan Februari 2019 - Mei 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode padan atau simak yang bersangkutan dengan hal tersebut. Teknik lanjutan yang digunakan dari metode simak adalah teknik pilah unsur. Kemudian pemaparan hasil analisis dilakukan dengan metode informal.

Dari penelitian ini ditemukan jenis gaya bahasa antara ironi, sinisme, dan sarkasme. Jenis gaya bahasa ironi yang terdapat pada artikel opini Mojok.co unggahan Februari 2019 - Mei 2019 adalah pertentangan dan perumpamaan. Jenis gaya bahasa sinisme, yaitu pembanding, kalimat tanya retoris, dan pertentangan. Jenis gaya bahasa sarkasme, yaitu umpatan, tuduhan, kecaman, dan hinaan.

Gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme memiliki fungsi bahasa yang digunakan untuk menyampaikan maksud kepada pembacanya. Gaya bahasa ironi pada artikel opini Mojok.co unggahan Februari 2019 - Mei 2019 adalah menyamarkan sesuatu dan melebih-lebihkan. Gaya bahasa sinisme memiliki fungsi, yaitu meyakinkan, merendahkan, dan memperkuat. Gaya bahasa sarkasme memiliki fungsi yaitu menegur.

(11)

xi ABSTRACT

Kurniati, Magdalena Puspa, 2019. “The styles of irony, cynicism, and sarcasm on the site of Mojok.co opinion article uploaded on February 2019 – May 2019. Undergraduate Thesis (S1). Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters, Sanata Dharma University. The objects of this research were the styles of irony, cynicism, and sarcasm on the Mojok.co opinion article. This research discussed about the style of irony, cynicism, and sarcasm in Mojok.co opinion article and the functions of irony, cynicism, and sarcasm style in Mojok.co opinion article. The styles of language examined in this research include satirical language styles of irony, cynicism, and sarcasm.

The researcher did the research through three stages, those were: data collection, data analysis, and presentation of the data results. The researcher obtained the data from Mojok.co opinion article uploaded on February 2019 – May 2019. The data collection were done using the refer method. The data in this research were analyzed using the equivalent or refer method that were relevant to the data. The advanced technique of the refer method was the element shorting technique. Furthermore, the presentation of the data results was done by an informal method.

From this research, it was found the styles of irony, cynicism, and sarcasm. The styles of irony found in Mojok.co opinion article uploaded on February 2019 – May 2019 were contentions and similes. The styles of cynicism were comparisons, rhetorical question sentences, and contradictions. The styles of sarcasm were swears, accusations, criticisms, and insults.

The styles of irony, cynicism, and sarcasm have their own functions in order to deliver the message to the readers. The functions of irony style found in Mojok.co uploaded on February 2019 – May 2019 were disguising and exaggerating something. The functions of cynicism style were convincing, demeaning, and strengthening. Meanwhile, the function of sarcasm style was rebuked.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi MOTO ... vii KATA PENGANTAR...viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi DAFTAR ISI...xii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...4 1.3 Tujuan Penelitian ...4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian...5

1.4.1 Manfaat Teoretis ...5

1.4.2 Manfaat Praktis ...5

1.5 Tinjauan Pustaka ...6

1.6 Landasan Teori ...8

1.6.1 Pengertian Opini ...8

1.6.2 Pengertian Gaya Bahasa ...10

1.6.3 Gaya Bahasa Ironi ...11

1.6.4 Gaya Bahasa Sinisme...12

1.6.5 Gaya Bahasa Sarkasme...13

1.6.6 Fungsi Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme...13

1.7 Metode Penelitian... 14

(13)

xiii

1.7.2 Metode Analisis Data ...15

1.7.3 Metode Penyajian Data ...15

1.8. Sistematika Penyajian ...16

BAB II 17 DALAM SITUS ARTIKEL OPINI MOJOK.CO UNGGAHAN FEBRUARI 2019 - MEI 2019 ... 17

2.1 Pengantar... 17

2.2 Jenis Gaya Bahasa Ironi ...17

2.2.1 Pertentangan...18

2.2.2 Perumpamaan...22

2.3 Jenis Gaya Bahasa Sinisme... 25

2.3.1 Pembanding...25

2.3.2 Kalimat Tanya Retoris... 29

2.3.3 Pertentangan...33

2.4 Jenis Gaya Bahasa Sarkasme...36

2.4.1 Umpatan...37

2.4.2 Tuduhan... 39

2.4.3 Kecaman... 40

2.4.4 Hinaan...41

BAB III FUNGSI GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME DALAM SITUS ARTIKEL OPINI MOJOK.CO UNGGAHAN FEBRUARI 2019- MEI 2019 ... 44

3.1 Pengantar... 44

3.2 Fungsi Gaya Bahasa Ironi ...44

3.2.1 Menyamarkan Sesuatu...45

3.2.2 Melebih-lebihkan... 49

3.3 Fungsi Gaya Bahasa Sinisme...52

3.3.1 Meyakinkan...52

3.3.2 Merendahkan...55

3.3.3 Memperkuat... 57

3.4 Fungsi Gaya Bahasa Sarkasme...60

(14)

xiv

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 65

DAFTAR PUSTAKA...67

LAMPIRAN... 69

1. Lampiran jenis gaya bahasa ironi... 69

2. Lampiran jenis gaya bahasa sinisme ...72

3. Lampiran jenis gaya bahasa sarkasme ... 76

4. Lampiran fungsi gaya bahasa ironi ...80

5. Lampiran fungsi gaya bahasa sinisme... 82

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini membahas mengenai jenis gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme pada opini dalam media online Mojok.co. Perkembangan yang semakin maju dengan adanya dukungan media online tersebut membuat para pengguna internet semakin ingin memberikan sumbangsihnya dalam media tersebut. Media online seperti facebook, instagram, twitter, atau platform lainnya mulai menawarkan kecanggihannya dengan memberikan fungsinya masing-masing. Dengan hadirnya media tersebut, salah satu yang unggul adalah opini-opini dari masyarakat tersebut.

Opini adalah salah satu sumbangsih bagi warga pengguna internet untuk memberikan eksistensinya. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), opini adalah pendapat; pikiran; pendirian. Opini juga dianggap sebagai jawaban lisan individu yang memberikan respons atau tanggapan kepada rangsangan di mana suatu situasi atau keadaan yang pada umumnya diajukan suatu pertanyaan (Sunarjo, 1997: 85). Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka atau bahasa tubuh atau berbentuk simbol-simbol tertulis (Ruslan, 2005: 63).

Media menjadi bagian dari salah satu yang ada di masyarakat dalam komunikasi massa menyeleksi, memproduksi pesan, dan menyampaikan kepada masyarakat. Dengan mudah dan cepat, sebuah opini dapat diungkapkan oleh

(16)

pengguna internet. Secara bebas pula opini dapat diungkapkan dengan berbagai tujuan. Opini juga dapat diungkapkan melalui bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.

Salah satu media online yang menampung berbagai opini dari pengguna internet adalah Mojok.co. Mojok.co adalah media santai yang mewadahi tulisan para penulis yang punya energi serta kreativitas lebih. Mojok.co berdiri sejak 28 Agustus 2014 yang memiliki konsep “Sedikit Nakal, Banyak Akalnya”. Mojok.co merupakan media online santai dengan berbagai macam isu-isu yang ada baik itu politik, sosial, agama, dan milenial. Mojok.co saat ini menerbitkan artikel dan komik dengan pilihan tema yang beragam. Mojok.co hadir dengan 20 rubrik yang terdiri dari; Esai, Komik, Movi, Malam Jumat, Rerasan, Khotbah, Kepala Suku, Versus, Pojokan, Konter, Otomojok, Balbalan, Liputan, Kilas, Moknyus, Nafkah, List, Curhat, Celengan, dan Resah.

Mojok.co ini dapat berupa opini-opini dari masyarakat yang memiliki gaya bahasa secara pribadi dengan beberapa maksud tujuan tertentu. Berikut ini adalah contoh gaya bahasa (1) ironi, (2) sinisme, dan (3) sarkasme yang terdapat dalam artikel opini Mojok.co, seperti tampak dalam contoh-contoh berikut.

(1) Makandya, di zaman yang katanya damai dan tenteram ini (Mojok.co, Purnomo 21 Maret 2019)

(2) Membaca komen model begitu kok saya mendadak jadi pengen segera ke Kawah Candradimuka biar jadi Gatotkaca lalu mengacak-acak khayangan biar jadi muridnya Biksu Tong. (Mojok.co, Purnomo 21 Maret 2019)

(17)

(3) Hal ini kemudian tersinkronisasi dengan sangat manis, sehingga menjadikan ketololan yang harmonis ((Mojok.co, Purnomo 21 Maret 2019)

Data (1) menjelaskan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat sindiran. Hal tersebut ditandai dengan kalimat ‘katanya damai dan tenteram’, dengan adanya kalimat tersebut menandakan bahwa keadaan yang sedang terjadi adalah tidak sedang damai atau suasana sedang banyak keributan atau kekacauan. Maka gaya bahasa yang digunakan pada (1) merupakan gaya bahasa ironi. Gaya bahasa sinisme pada contoh (2) tersebut mengandung sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam contoh tersebut menandakan kurangnya rasa menghormati dengan menghadirkan komentar berisikan kiasan yang dilakukan pihak lain. Contoh (3) merupakan gaya bahasa sarkasme dengan acuan yang mengandung suatu kepahitan. Terlihat dari kata ‘ketololan’ atau ‘sangat bodoh’.

Objek sasaran penelitian ini adalah media online Mojok.co pada edisi Februari 2019 – Mei 2019. Pada tahun 2019 adalah tahun demokrasi dengan adanya pemilihan presiden bagi negara Indonesia. Pada bulan Februari adalah bulan yang mendekati kegiatan pemilihan umum yang diselanggarakan bulan April dan pada bulan Mei adalah pascapesta demokrasi tersebut. Pada bulan tersebutlah para calon legislatif atau calon presiden dengan gigih menyuarakan visi dan misinya.

Munculnya baliho atau selogan-selogan yang disuarakan pada pra bahkan pasca Pemilihan Umum tersebut menggugah para warga pengguna internet ikut berpartisipasi untuk berkomentar. Mojok.co ini adalah media online dengan

(18)

berisikan opini-opini dari masyarakat pengguna internet. Banyaknya pemaparan yang mereka ungkapkan baik itu secara pro atau kontra. Penggunaan bahasa santai dan bebas digunakan para warga internet untuk memaparkan opininya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa saja jenis gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang digunakan dalam situs artikel opini Mojok.co pada unggahan bulan Februari 2 – Mei 2019?

2. Apa saja fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang digunakan dalam situs artikel opini Mojok.co pada unggahan bulan Februari – Mei 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian masalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang digunakan dalam situs artikel opini Mojok.co pada unggahan bulan Februari – Mei 2019

2. Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang digunakan dalam situs artikel opini Mojok.co pada unggahan bulan Februari – Mei 2019

(19)

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah deskripsi jenis gaya bahasa yang digunakan dalam beberapa situs artikel opini Mojok.co pada edisi Maret 2019. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian masalah ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat teoretis

1. Bagi perkembangan ilmu linguistik cabang stilistika, penelitian ini dapat menambah referensi tentang gaya bahasa terutama ironi, sinisme, dan sarkasme beserta fungsinya pada media online.

2. Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang semantik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang makna gaya bahasa yang digunakan dalam berita di media online.

3. Bagi perkembangan ilmu bahasa cabang pragmatik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang maksud tuturan serta konteks luar bahasa yang terkandung dari seorang penulis opini di media online.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi para pembaca berita terutama secara media artikel opini Mojok.co dapat mengetahui makna sesungguhnya dari berita-berita yang disampaikan dengan bahasa yang santai tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam menyusun penelitian yang serupa.

(20)

3. Bagi ilmu pendidikan (pengajaran), penelitian ini dapat digunakan untuk bahan dalam pengajaran mengenai gaya bahasa yang terdapat dalam suatu berita di media online

1.5 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka penelitian ini diambil dari beberapa skripsi maupun jurnal dengan memberi ulasan mengenai kajian yang dilakukan tentang objek penelitian. Telah ditemukan beberapa penelitian yang membahas mengenai gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme atau mengenai artikel opini Mojok.co. Hasil penelitian tersebut ditulis oleh Suminar (2017), Vitriani (2014), Aflikhah (2012), dan Heru (2018).

Suminar (2017) mengungkap satire politik dalam wacana situs Mojok.co beserta dengan mengkaji lebih dalam satire politik dalam teks-teks wacana situs Mojok.co. Penelitian menghasilkan beberapa kesimpulan, di santaranya terdapat konstruksi gaya satire dan gaya politik yang terdapat dalam situs Mojok.co. pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh situs Mojok.co seakan menjadi cemoohan dan lelucon dalam wacana tersebut.

Vitriani (2014) membahas mengenai penanda gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme serta fungsinya dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Penelitiannya tersebut menghasilkan kesimpulan sebagai berikut; (i) penanda gaya bahasa ironi dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet adalah (1) tuturan tidak terus terang, (2) peribahasa, (3) tuturan ganda atau pasangan tuturan konfirmatif, (ii) penanda gaya bahasa sinisme, yaitu

(21)

(1) tuturan retoris, (2) peribahasa, (3) tuturan ganda atau pasangan tuturan menyangsikan yang konfirmatif, dan selanjutnya (iii) penanda gaya bahasa sarkasme yaitu (1) tuturan yang mengandung umpatan. Kemudian kesimpulan yang berikutnya gaya bahasa ironi dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet ini memiliki fungsi ironi, gaya bahasa sinisme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet memiliki fungsi kejujuran, dan gaya bahasa sarkasme adalah mengungkap sesuatu secara terus terang.

Aflikhah (2012) membahas gaya bahasa sarkasme serta interpretasi mahasiswa dengan membaca pada judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012. Hasil penelitiannya tersebut mendapatkan beberapa kesimpulan, di antaranya; (1) bentuk ragam bahasa sarkasme pada judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012 terdiri atas ragam bahasa nasional (bahasa Indonesia), ragam bahasa daerah (Jawa), dan ragam bahasa campuran (bahasa Indonesia dan bahasa Jawa), (2) Interpretasi antar profesi berbeda yang membaca wacana pada judul rubrik kriminal dalam surat kabar harian meteor edisi April 2012 terdiri dari makna denotasi dan konotasi.

Heru (2018) membahas mengenai penggunaan gaya bahasa sindiran ironi, sinisme, dan sarkasme dalam berita politik yang ada di koran atau media massa. Penelitian selanjutnya menganalisis isi yang ada di dalam koran mengenai gaya bahasa sindiran ironi, sinisme, dan sarkasme. Hasil penelitiannya tersebut memberikan kesimpulan sebagai berikut; (1) penggunaan gaya bahasa sindiran ironi, sinisme dan sarkasme yang mengandung protes politik dalam berita politik harian Kompas bulan April 2015 berjumlah 17 ironi, sinisme dan sarkasme, (2)

(22)

dalam berita politik harian Kompas yang mengandung protes politik ditelaah berdasarkan unsur-unsur politik menunjukkan bahwa protes politik terdapat politik menunjukkan bahwa protes politik terhadap kebijaksanaan yang berjumlah 6, selanjutnya protes politik terhadap kekuasaan berjumlah 5, selanjutnya protes terhadap konflik berjumlah 5, dan protes terhadap negara berjumlah 1.

Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang menganalisis mengenai gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam situs artikel opini Mojok.co sebagai objek kajiannya. Demikian, penulis akan lebih fokus meneliti mengenai gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang terdapat dalam artikel opini Mojok.co 1.6 Landasan Teori

Teori-teori yang digunakan untuk menguraikan dan menyelesaikan permasalahan dalam penelitian tentang gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme pada situs artikel opini Mojok.co dengan memaparkan pengertian opini, gaya bahasa, gaya bahasa ironi, gaya bahasa sinisme dan gaya bahasa sarkasme, serta fungsi gaya bahasa.

1.6.1 Pengertian Opini

Opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan atau sedikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai suatu hal (Wiliam Albig dalam Abdurrachman, 1993: 53). Opini dianggap sebagai jawaban lisan individu yang memberi respons atau tanggapan kepada rangsangan di mana suatu situasi atau keadaan yang pada umumnya diajukan suatu pertanyaan (Sunarjo 1997: 85).

(23)

Jadi, opini merupakan suatu gagasan atau pandangan oleh setiap individu mengenai suatu situasi dan keadaan dengan berupa persetujuan atau ketidaksetujuannya. Opini mempunyai unsur (Sunarjo, 1997: 89).

1. Kepercayaan tentang sesuatu

Kepercayaan merupakan sistem penyimpanan yang berisi pengalaman kita di masa lalu, meliputi pikiran, ingatan, dan interpretasi terhadap sesuatu.

2. Sesuatu yang dirasa

Prediposisi atau keadaan yang mudah terpengaruh terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen pengertian, perasaan atau emosi, dan perilaku.

3. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses internal yang memungkinkan untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2003: 167).

“Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimikmuka atau bahasa tubuh atau berbentuk simbol-simbol tertulis”(Ruslan, 2005: 63). Jawaban-jawaban yang diberikan akan menunjukkan adanya tiga jenis penilaian, yaitu (Moore, 1988:59-60), diantaranya; (1) positif, (2) pasif, (3) negatif.

(24)

1.6.2 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu (Keraf, 1986: 112).

Gaya bahasa adalah bahasa yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal yang lebih umum (Dale via Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam karangan, atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abraham dalam Al Imron, 2009: 142).

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran dengan memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa tersebut melalui bahasa secara khas (Keraf, 1984: 113). Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna terbagi menjadi dua macam, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Bahasa retoris terbagi dalam 21 jenis, yaitu Aliterasi, Asonansi, Anastrof, Apofasis atau Preterisio, Apostrof, Asindeton, Polisidenton, Kiasmus, Elipsis, Eufemismus, Litotes, Histeron Protero, Pleonasme dan Tautologi, Perifrasis, Prolepsis atau Antisipasi, Erotesis atau Pertanyaan Retoris, Silepsis dan Zeugma, Koreksio atau Epanortesis, Hiperbola, Paradoks , Oksimoron.

(25)

Gaya bahasa Kiasan terbagi dalam beberapa jenis, yaitu, Persamaan atau Simile, Metafora, Alegori, Parabel, dan Fabel, Personifikasi atau Prosopopoeia, Alusi , Eponim, Epitet, Sinekdoke, Metonimia, Antonomasia, Hipalase, Ironi, Sinisme, dan Sarkasme, Satire, Inuendo, Antifrasis, dan Pun atau Paranomasia.

Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan diri sendiri baik melalui bahasa tertulis atau lisan. Penggunaan gaya bahasa dapat mengubah serta menimbulkan konotasi berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca (Dale, 1970: 20 dalam Tarigan, 1985: 5). Gaya bahasa adalah suat pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur kata atau menulis (Kridalaksana, 1983: 49).

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur, diantaranya: (1) kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang ia meminta kita melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Kejujuran dalam bahasa berarti kita harus mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa; (2) sopan santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca; (3) menarik yang artinya penggunaan variasi akan menghindari monotoni dalam nada, struktur, dan pilihan kata.

1.6.3 Gaya Bahasa Ironi

Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura (Keraf, 1984: 143-144). Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang

(26)

terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu. Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif karena ia menyampaikan impresi yang mengandung pengekangan yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik rangkaian kata-katanya. Dalam hal ini contoh dari gaya bahasa ironi seperti.

(4) Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai

Data (4) menjelaskan bahwa sesungguhnya fakta yang terlihat tidak sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Pengungkapannya juga dengan makna atau maksud yang berlainan.

1.6.4 Gaya Bahasa Sinisme

Sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keihklasan dan ketulusan hati. Sinisme dianggap lebih keras dari ironi, namun kadang-kadang masih sukar diadakan perbedaan antara keduanya.

(5) Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu! Data (5) menunjukkan adanya sindiran yang mengandung akan ejekan terhadap ketulusan hati dari seorang penuturnya.

(27)

1.6.5 Gaya Bahasa Sarkasme

Sarkasme diturunkan dari kata Yunani sarkamos, yang lebih jauh diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti “merobek-robek daging seperti anjing”, “menggigit bibir karena marah”, atau “berbicara dengan kepahitan”. Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironis atau tidak, tetapi yang lebih jelas adalah gaya bahasa ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak untuk didengar.

(6) Tingkah lakumu memalukan kami

Data (6) menunjukan bahwa pernyataan tersebut mengandung celaan yang amat getir yang akanmenyakiti hati serta kurang enak didengar.

1.6.6 Fungsi Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga dasar berikut; kejujuran, sopansantun dan menarik (Keraf, 1981: 99). Kembali kepada unit terkecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu, maka makna kata dapat dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya atau yang kita sebut sebagai refren (Keraf, 1984: 30).

Penggunaan kata belum tentu menyampaikan sesuatu, maka karena persamaan, perbandingan serta kata-kata kias lainnya digunakan. Fungsi gaya bahasa yaitu sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap sebuah lirik yang disampaikan oleh penulis.

(28)

Sebagai bahasa kiasan, ironi sendiri berupa sindiran yang bermaksud lain. Dengan itu ironi menjalani fungsi sebagai perintah dengan tujuan mengekang. Sama halnya dengan ironi, sinisme juga berupa suatu sindiran. Dalam hal ini yang membedakannya adalah ketika fungsi gaya bahasa sinisme ini untuk menyadarkan lawan bicaranya. Sarkasme sendiri memiliki sindiran yang akan lebih pahit dibandingkan ironi dan sinisme. Dengan menjalankan fungsi gaya bahasa, sarkasme digunakan untuk memberi deskripsi pada sesuatu hal yang dianggapnya tidak sesuai dengan kenyataannya.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu, (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Masing-masing penelitian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Data penelitian adalah artikel opini Mojok.co. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Metode simak yaitu metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Istilah menyimak yang dimaksudkan adalah menyimak penggunaan bahasa secara tertulis. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan sadap. Teknik sadap ini merupakan pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Penggunaan bahasa yang disadap dapat berbentuk lisan dan tertulis. Dalam penelitian ini data berupa artikel opini Mojok.co. Pada

(29)

penelitian ini penulis membatasi dengan menggunakan beberapa sumber yang ada di bulan Februari 2019 – Mei 2019. Data tersebut diambil dengan cara dokumen dari artikel opini Mojok.co tersebut.

1.7.2 Metode Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode padan atau identitas. Metode padan atau metode identitas adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993: 13). Dalam analisis data, teknik yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu. Teknik pilah unsur penentu adalah teknik analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (lih.Sudaryanto, 1993: 1). Teknik pilah unsur penentu yang digunakan dalam penelitian ini adalah daya pilah refrensial. Daya pilah refrensial adalah saya pilah yang menggunakan referen atau sosok yang diacau oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu.

1.7.3 Metode Penyajian Data

Dalam rangka pengklasifikasian dan pengelompokan data, tentu harus didasarkan pada tujuan penelitian. Hasil penelitian data akan disajikan dengan cara metode informal. Metode informal adalah penyajian kaidah menggunakan bahasa dengan kata-kata kalimat-kalimat biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis.

(30)

1.8. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian ini dipaparkan dalam empat bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisikan (i) latar belakang masalah, (ii) rumusan masalah, (iii) tujuan penelitian, (iv) manfaat penelitian, (v) tinjauan pustaka, (vi) landasan teori, (vii) metode penelitian, dan (viii) sistematika penyajian.

Bab II berisikan penjelasan tentang jenis gaya bahasa ironi yang terdapat dalam artikel opini Mojok.co. Bab III berisikan penjelasan tentang jenis gaya bahasa sinisme yang terdapat dalam artikel opini Mojok.co. Pada bab IV berisikan penjelasan tentang jenis gaya bahasa sarkasme yang terdapat dalam artikel opini Mojok.co. pada bab V adalah penutup yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang telah dibahas. Setelah itu berisikan saran untuk peneliti.

(31)

17 BAB II

JENIS GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME DALAM SITUS ARTIKEL OPINI MOJOK.CO

PADA UNGGAHAN BULAN FEBRUARI 2019 – MEI 2019

2.1 Pengantar

Pada bab II ini akan diuraikan mengenai jenis gaya bahasa ironi, sinisme, dan sakrasme dalam situs artikel opini Mojok.co pada unggahan bulan Februari 2019 – Mei 2019. Dalam penelitian ini, gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme masuk ke dalam jenis gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa kiasan terbentuk berdasarkan perbandingan atau persamaan. Jenis gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme merupakan jenis gaya bahasa dengan bentuk pengontrasan. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian.

2.2 Jenis Gaya Bahasa Ironi

Ironi atau sindiran adalah suatu acauan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya (Keraf, 1984: 143). Gaya bahasa ironi menampilkan penuturan yang bermakna kontras sehingga harus dipahami melalui makna kontrasnya. Ironi merupakan sindiran yang rendah intensitasnya. Mey (1993: 60) menyatakan bahwa konteks mengikat setiap penggunaan bahasa. Pada penelitian gaya bahasa ironi pada bulan Februari 2019- Mei 2019 merupakan gaya bahasa yang diungkapkan penulis untuk memberi sindiran pada masa pra Pemilu dan pasca

(32)

Pemilu. Pada situs artikel opini Mojok.co bulan Februari 2019- Mei 2019 dikemukakan jenis ironi, yaitu; (1) pertentangan, (2) perumpamaan

2.2.1 Pertentangan

Pertentangan merupakan perihal bertentangan atau perlawanan. Pertentangan berkenaan dengan perihal yang berbeda dengan yang dimaksud, atau dengan makna yang berlainan. Secara eksplisit dalam sebuah penuturan, pertentangan dapat ditunjukkan dalam satu kalimat. Sesuatu yang ditampilkan pada kalimat menjadi makna kontrasnya.

(7) Orde baru tak kalah lucu. Masyarakat era itu terkondisi kompak dan berpura-pura antusias dan berdebar-debar menantikan kepastian manakah yang akan menang pemilu legislatif.

(25/2/2019) Contoh (7) pada kata lucu yang kemudian dibandingkan dengan kenyataan yang terdapat pada kalimat masyarakat era itu terkondisi kompak dan berpura-pura antusias dan berdebar-debar menantikan kepastian manakah yang akan menang pemilu legislatif. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang berkebalikan dengan kalimat pertamanya yang secara eksplisit jelas dijelaskan pada kalimat berikutnya. Pada kata lucu yang sesungguhnya sebagai makna untuk mencapai suatu hiburan mendapat makna yang berbanding terbalik dengan kalimat kedua yang diperjelas dengan kata berpura-pura. Pada kata berpura-pura merupakan sesutu perbuatan yang tidak sebenarnya atau berbuat seolah-olah. Dengan gaya bahasa ironi menunjukkan kata lucu merupakan bukan makna yang sesungguhnya dengan maksud menunjukkan adanya suatu hiburan, tetapi adanya

(33)

tindakan kebohongan yang ditandai dengan kalimat berpura-pura antusias dan berdebar-debar”. Data lain yang menunjukkan adanya jenis gaya bahasa ironi berupa paradoks sebagai berikut.

(8) Di balik segala temperatur panasnya pemilihan umum khususnya pemilihan presiden selalu membawa kelucuan-kelucuan yang khas.

(25/2/2019) Data (8) yang menjadi penanda adanya pertentangan yang terdapat dalam gaya bahasa ironi tersebut, seperti pada temperatur panasnya. Hal tersebut menandakan adanya keadaan yang sedang genting atau sedang dalam kekacauan. Melatarbelakangi peristiwa mengenai konflik dalam Pilpres 2019. Namun, pada kalimat khususnya pemilihan presiden selalu membawa kelucuan-kelucuan yang khas, menjadi ciri adanya sesuatu humor yang patut untuk ditertawakan. Berbanding terbalik dengan kalimat pertama yang mencirikan adanya ketegangan dan peristiwa yang mencenangkan, tetapi di kalimat berikutnya terjadi ironi atau sindiran yang berupa makna sebaliknya. Ketika ketegangan terjadi justru ada kelucuan-kelucuan yang sesungguhnya adalah sesuatu yang patut ditertawakan. Hal tersebut karena peristiwa yang terjadi seperti konflik-konflik terjadi justru merupakan alasan yang sederhana. Maka, dengan jelas bahwa pada kalimat kelucuan-kelucuan tersebut menjadi bukan makna yang sesungguhnya.

(9) Ada 5 alasan mengapa Pilpres 2019 layak ditahbiskan sebagai pilpres terlucu sepanjang sejarah Republik Indonesia sejak merdeka.

(25/2/2019) Contoh (9) menjadi ciri bahwa kalimat tersebut berupa gaya bahasa ironi dengan pertentangan. Pada kalimat pertama terdapat kata ditahbiskan yang berarti

(34)

menyucikan atau memberkati. Pada kalimat berikutnya terdapat kalimat sebagai pilpres terlucu sepanjang sejarah Republik Indonesia sejak merdeka, terlihat jelas pada kata terlucu yang menjadi ciri adanya ironi di dalam kalimat tersebut. Ketika kalimat pertama mencirikan sesuatu yang sakral tetapi pada kalimat berikutnya mencirikan adanya perbedaan yang berarti sesuatu yang lucu atau patut untuk ditertawakan. Secara kesimpulan pada kalimat tersebut terdapat jenis ironi yang mana Pilpres 2019 ini dianggap bukan menjadi sesuatu yang sakral atau dihormati tetapi menjadi makna untuk ditertawakan.

(10) Ketika pada akhirnya melakukan ralat dengan menjelaskan bahwa bukan polisi yang melakukan pembelaan, kalian harusnya tahu seberapa bening sanubari sesepuh PAN ini.

(25/5/2019) Data (10) yang menjadi penanda bahwa gaya bahasa tersebut ironi dengan pertentangan. Dapat ditunjukkan pada awal kalimat ketika pada akhirnya melakukan ralat yang menandakan bahwa sudah terjadi sesuatu kekacauan atau permasalahan yang ada disebelumnya. Permasalahan tersebut juga didukung dengan adanya kalimat bahwa bukan polisi yang akan melakukan pembelaan. Kalimat pertama menunjukkan adanya permasalahan yang menjadi bahan dalam pembicaraaan tersebut. Namun, pada kalimat berikutnya justru terdapat pembelaan yang ditunjukkan dengan adanya kalimat kaliam harusnya tahu seberapa bening sanubari sesepuh PAN ini. Kalimat tersebut menggiring opini seorang penulis kepada pembacanya untuk berfikir dengan positif. Kalimat seberapa bening sanubari dapat diungkapkan dengan berbeda ketika pernyataan pertama membawa opini untuk membenarkan yang salah. Dapat dikatakan bahwa

(35)

arti dari bening sanubari merupakan bukan sifat yang memang baik, tetapi memiliki makna bahwa terdapat sifat yang buruk. Hal tersebut terungkap karena pada awal kalimat membenarkan sesuatu yang salah tersebut. Kemudian pada akhir kalimat penulis mencoba mengiring opini tersebut.

(11) Jokowi dan Ma’ruf Amin menang pemilu 2019 dengan rerata 55 persen. Sementara itu, Prabowo juga “menang” berdasarkan “real count” dengan 62 persen.

(18/4/2019) Contoh (11) dengan jelas menunjukkan dengan adanya gaya bahasa ironi dengan berupa pertentangan. Secara utuh dengan jelas menunjukkan adanya perbedaan. Kalimat Jokowi dan Ma’ruf Amin menang pemilu 2019 dengan rerata 55 persen dan kalimat kedua Prabowo juga menang berdasarkan real count 62 persen menampilkan adanya persamaan menang tetapi secara langsung telah menampilkan pertentangan presentase. Kalimat tersebut secara eksplisit menghadirkan ironi yang menyatakan adanya kesamaan menyatakan kemenangan. Namun, pada kalimat Prabowo juga menang berdasarkan “real count” 62 persen memberikan penekanan pada maknanya. Makna kata menang tersebut bukan sesungguhnya kemenangan yang terjadi. Hal tersebut didukung dengan adanya real count yang merupakan sebuah penghitungan sementara, bukan penghitungan secara sah oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Maka dengan jelas bahwa kalimat tersebut berupa kalimat ironi dengan berupa paradoks.

(36)

2.2.2 Perumpamaan

Perumpamaan atau kiasan adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Kedua hal yang dibandingkan sebenarnya tidak memiliki sama nilainya. Berikut contoh data yang merupakan gaya bahasa ironi dengan metafora.

(12) Memang kalah cuma urusan banyak-banyakan kursi dan jumlah mentri. Buat seremoni aja. Lucu aja sih.

(25/2/2019) Contoh (12) jenis gaya bahasa ironi berupa perumpamaan. Pada kalimat buat seremoni aja yang menjadi ciri adanya gaya bahasa kiasan untuk menggambarkan sesuatu yang bukan sesungguhnya. Pada kata seremoni yang berarti upacara. Pada kalimat memang kalah cuma urusan banyak-banyakan kursi dari jumlah mentri, melatarbelakangi adanya permasalahan ketika pemilu di tahun 2019 ini menjadi ajang merebut kemenangan dengan berbagai cara. Kalimat memang kalah cuma urusan banyak-banyakan kursi dari jumlah mentri menunjukkan adanya sifat merendahkan. Maka kemunculan kata seremoni tersebut bukan untuk menjunjung tinggi nilai suatu permasalahan, tetapi justru menjadi nilai untuk merendahkan. Pada kalimat terakhir lucu aja sih dapat menjadi kesimpulan bahwa dikalimat sebelumnya menjadi sesuatu yang diremehkan.

(37)

(13) Padahal sejak awal siapa pemenang pemilu dan siapa presidennya sudah ketahuan. Semacam reality show begitu, biar sang Bapak senang termehek-mehek.

(25/2/2019) Contoh (13) terlihat jelas ketika terdapat kalimat semacam reality show, yang berarti terdapat kata yang maknanya bukan sesungguhnya. Reality show sendiri merupakan program acara di televisi yang seakan-akan benar berlangsung tanpa skenario. Pada kalimat semacam reality show merupakan sesuatu yang menggambarkan kalimat padahal sejak awal siapa pemenang pemilu dan siapa presidennya sudah ketahuan. Sangat jelas pada awal kalimat padahal sejak awal siapa pemenang pemilu dan siapa presidennya sudah ketahuan, yang menunjukkan bahwa siapa pemenangnya sudah diketahui tetapi pada kenyataanya penghitungan suara belum berlangsung. Fungsi perumpamaan pada kalimat reality show mendukung adanya jnis ironi mengenai siapa yang menjadi pemenang.

(14) Akhirnya, setelah ditunggu-tunggu, pada tanggal 24 Mei 2019 pada pukul 22.35, surat “cinta” BPN Prabowo Sandi untuk MK

benar-benar diberikan.

(28/5/2019) Data (14) menjadi contoh pada gaya bahasa ironi berupa perumpamaan yang terdapat pada kalimat surat cinta. Arti dari surat cinta biasanya dilambangkan dengan makna kasih sayang atau sebuah ungkapan yang dituliskan dalam secarik kertas. Pada konteks ini bukan makna sebagai ungkapan kasih sayang tetapi sebagai bukti dari pihak BPN Prabowo Sandi kepada MK. Surat tersebut merupakan bukti-bukti yang dianggap pihak BPN sebagai bukti

(38)

kecurangan saat Pilpres berlangsung. Dengan jelas makna pada surat cinta tersebut merupakan penggambaran mengenai bukti-bukti kecurangan oleh lawan dari pasangan calon Prabowo Sandi ini yang akan diberikan kepada MK.

(15) Keputusan ini sebenarnya sempat jadi pertanyaan banyak pihak karena seperti yang kita tahu sebelumnya Lord Amien Rais mengumumkan ogah ke MK dan menyerukan pipel power.

(28/5/2019) Contoh (15) terdapat kalimat berupa perumpamaan, yang ditandai pada kalimat Lord Amien Rais. Pengertian lord sendiri merupakan sebuah raja. Maka seoarang Amien Rais tersebut diandaikan sebagai seorang raja yang berkuasa. Hal tersebut telah didukung pada kalimat menyerukan pipel power. Pada kalimat tersebut menandakan bahwa Amien Rais sebagai pelopor, maka secara tidak langsung penulis mengandaikan bahwa pelopor dalam kegiatan tersebut sebagai raja atau sebagai pimpinan. Secara kesimpulan bahwa kegiatan yang disebut menyerukan pipel power tersebut merupakan kegiatan yang kurang baik, tetapi penulis menandakan tokoh tersebut sebagai raja atau dalam kalimat tersebut disebut sebagai lord. Maka secara kesimpulan menandakan bahwa lord yang dimaksud bukan berarti sebagai raja yang memimpin suatu kerajaan, tetapi lord yang dimaksud adalah pemimpin yang memimpin suatu bentuk organisasi yang menghancurkan persatuan.

(39)

(16) Warga Pandean Sari, Condong Catur, Depok, Sleman pasti nggak keberatan kalau Ki Amien Rais pulang kandang dan menjabat

sebagai ketua RT/RW. Kalau bisa malah kasih jabatan itu dengan masa bakti seumur hidup.

(24/5/2019) Data (16) pada kalimat nggak keberatan merupakan bagian dari ironi yang disampaikan penulis untuk menyudutkan seorang tokoh yang dimaksudkannya. Latar belakang permasalahan tersebut ketika tokoh yang ditujukan penulis yaitu Amien Rais tersebut menyuarakan kegiatan peoplewer dengan mengadakan kegiatan yang membuat keributan. Kalimat (16) yang berupa perumpamaan pada pengandaian pulang kandang dan menjabat sebagai ketua RT/RW. Secara kesimpulan, kalimat tersebut berupa ironi ketika diumpamakan sebagai ketua RT/RT dengan masa bakti seumur hidup.

2.3 Jenis Gaya Bahasa Sinisme

Sinisme diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk keasingan yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam artikel opini Mojok.co ini dikemukakan jenis gaya bahasa sinisme, yaitu; (1) pembanding, (2) kalimat tanya retoris, (3) pertentangan

2.3.1 Pembanding

Pembanding secara langsung atau eksplisit untuk membandingkan sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya. Antara sesuatu yang dibandingkan dan pembandingnya itu tidak sama baik secara kualitas, karakter, sifat, atau sesuatu yang lain. Untuk itu, dapat memerlukan upaya yang secara eksplisit

(40)

menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan laksana.

Berikut merupakan contoh gaya bahasa sinisme berdasarkan jenis similenya. (17) Kampanye di jalan pakai motor knalpot blombongan, kayak

benar-benar mau berebut menang pemilu aja.

(25/2/2019) Contoh (17) mengungkapkan gaya bahasa sinisme yang berdasarkan jenis pembandingnya pada kalimat “kayak benar-benar mau berebut menang pemilu aja”. Kata “kayak” yang berarti “seperti” atau adanya suatu pengandaian, hal tersebut dapat mencirikan adanya pembanding. Contoh (17) tersebut, karena berupa pembanding maka hal yang dibandingkan terdapat pada kampanye di jalan pakai motor knalpot blombongan dengan benar-benar mau berebut menang pemilu aja. Pengungkapan rasa secara berlebihan oleh sejumlah kelompok tertentu terutama dalam hal ini adalah pendukung dari salah satu kubu, biasanya dilakukan dengan berkampanye menggunakan motor dengan keliling kota. Kemudian dibandingkan dengan kalimat kayak benar-benar mau berebut menang pemilu aja memberikan arti bahwa bukan berarti mereka secara sah sudah dinyatakan menang dan dapat melakukan euforianya. Kesimpulannya bahwa kampanye yang dilakukan merupakan bentuk dari kebahagiaan karena adanya kemenangan dibandingkan dengan kemenangan yang memang benar terjadi karena sudah terdapat hasil yang diumumkan.

Data yang merupakan gaya bahasa sinisme berdasarkan jenis similenya dapat dilihat pada contoh berikut.

(41)

(18) Oh, jadi kalian berharap panasnya tensi Pilpres 2019 ini segera berlalu, kemudian dunia kembali seperti semula, damai tak ada monster dan sebagainya?

(25/2/2019) Data (18) merupakan gaya bahasa sinisme berdasarkan jenis pembandingnya. Terlihat pembanding pada kalimat “dunia kembali seperti semula”, terdapat kata “seperti” di kalimat tersebut. Gaya bahasa sinisme terdapat pada kalimat “dunia kembali seperti semula, damai tak ada monster dan sebagainya?”. Kalimat tersebut memaparkan secara langsung bahwa dunia saat ini sedang dalam tidak damai dan banyak konflik terjadi, dengan menunjukkan adanya perumpamaan seperti kata “monster” yang merupakan makhluk dengan rupa yang berbeda dari biasanya dan memiliki tubuh yang besar dan digambarkan dengan kejahatan. Hal yang dibandingkan pada contoh (18) adalah panasnya tensi Pilpres yang berarti merupakan suatu peristiwa genting dengan semula damai tak ada monster yang berarti keadaan tanpa adanya kerusuhan dan kekacauan.

Selain itu, terdapat gaya bahasa sinisme berdasarkan jenis pembandingnya. (19) Sedih saya, sekarang banyak tokoh, seperti Pak Amien, melihat

Pilpres itu sebagai perang, sebagai bencana yang akan menghancurkan bumi.

(15/2/2019) Contoh (19) menunjukkan adanya pembanding ketika menggunakan kata seperti, yang menjadi cirinya. Gaya bahasa sinisme ditunjukkan pada kalimat melihat Pilpres itu sebagai perang, sebagai bencana yang akan menghancurkan bumi. Hal tersebut diungkapkan secara langsung oleh Amien Rais dan memberikan tanggapannya bahwa Pilpres yang terjadi dibagaikan sebuah perang

(42)

yang membawa bencana dan dapat menghancurkan bumi. Maka penulis memberikan opininya dengan kata seperti untuk menggambarkan tokoh yang dimaksudkannya. Maka secara langsung memberikan tanggapannya terhadap tokoh yang menganggap bahwa Pilpres sebagai perang, sebagai pencana. Kesimpulannya bahwa penulis memberikan sindirannya kepada Amien Rais yang menganggap bahwa Pilpres sebagai ajang peperangan, bencana, dan lain sebagainya.

(20) Bahasan soal pemilu seolah tak bisa berhenti dibahasa sampai

berbusa, selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah what so called pesta demokrasi.

(4/5/2019) Data (20) menunjukkan gaya bahasa sinisme pada kalimat sampai berbusa, selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Gaya bahasa sinisme tersebut memberikan pembanding pada kata seolah yang digunakan untuk pengandaian mengenai bahasan soal pemilu. Secara langsung gaya bahasa sinisme yang terjadi diungkapkan secara langsung dengan memberikan gambaran yang didukung dengan kata seolah tersebut. Maka, secara kesimpulan memberikan pengertian bahwa pemilu merupakan sesuatu yang tidak dapat berhenti untuk dibicarakan dan diberi nama dengan pesta demokrasi.

(21) Masalahnya, ketika pihak BPN gagal meyakinkan Bawaslu atas “bukti-bukti” ini, pendukung 02 melihat ini sebagai sebuah konspirasi untuk menjegal jagoannya menang Pilpres.

(22/5/2019) Data (21) merupakan gaya bahasa sinisme pada kalimat sebuah konspirasi untuk menjegal jagoannya menang Pilpres. Secara eksplisit penulis memberikan

(43)

tanggapannya mengenai pihak BPN yang gagal meyakinkan Bawaslu dengan diandaikan sebagai konspirasi untuk menjatuhkan lawannya. Hal tersebut menunjukkan pembanding ketika diungkapkan dengan terdapat kata sebagai, yang digunakan untuk memberikan penjelasan berupa pengandaian. Secara kesimpulan, kalimat tersebut berupa kalimat dengan gaya bahasa sinisme yang diungkapkan penulis terhadap pendukung 02 yang diibaratkan dengan pengandaian sebagai tersebut. Data (21) memberikan sindiran kepada BPN yang gagal meyakinkan Bawaslu atas bukti-bukti yang diberikan, kemudian BPN memiliki kekuatan untuk menjatuhkan lawan menangnya.

2.3.2 Kalimat Tanya Retoris

Kalimat tanya retoris menekankan pengungkapan tentang gagasan atau sesuatu dengan menampilkan semacam pertanyaan yang sesbenarnya tidak menghendaki jawaban. Berikut merupakan contoh gaya bahasa sinisme berupa kalimat tanya retoris.

(22) Sekarang TKN menggunakan istilah “Perang Total”. Katanya Pilpres 2019 itu rileks? Katanya Pilpres harus menyebarkan kesejukan?

(15/2/2019) Data (22) menunjukkan adanya gaya bahasa sinisme yang diungkapkan oleh seorang penulis kepada tim sukses pasangan calon 01 yaitu TKN tersebut. Dengan beranggapan bahwa pertanyaan tersebut yang tanpa sebuah jawaban, bagi para pembaca sudah mengetahui apa yang dimaksud dari penulis. Pada contoh kalimat (22) terdapat gaya bahasa sinisme yang secara langsung diungkapkan dengan penggambaran situasi yang sedang terjadi. Lebih tepatnya yang menunjukkan

(44)

adanya gaya bahasa sinisme pada frasa Perang Total tersebut. Maka, secara kesimpulan ingin menegaskan bahwa pihak TKN memberikan istilah Perang Total yang sebelumnya mengatakan bahwa Pilpres 2019 harus menyebarkan kedamaian.

Terdapat data lain yang menunjukkan adanya gaya bahasa sinisme dengan kalimat tanya retoris.

(23) Ya kok kayaknya naif banget kalau disebut tidak ada kecurangan sama sekali. Tapi mau nyebut kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif kan nggak bisa sembarangan kalau nggak ada buktinya kan?

(22/5/2019) Contoh (23) menunjukkan adanya gaya bahasa sinisme dengan kalimat ya kok kayaknya nafi banget kalau disebut tidak ada kecurangan sama sekali. Kalimat tersebut melatarbelakangi masalah yang terjadi ketika para pendukung sama-sama saling memberikan opini mereka tentang adanya kecurangan pada pemilihan presiden dan pemilihan legislatif. Kalimat tersebut secara langsung diungkapkan dengan kata naif yang berarti tidak masuk akal. Secara eksplisit penulis memberikan pertanyaan yang bermaksud untuk menegaskan, hal itu diketahui pada kalimat nggak bisa sembarangan kalau nggak ada buktinya kan?. Pertanyaan tersebut menjadi tidak tegas ketika melahirkan sebuah pernyataan yang didukung kata kan yang sesungguhnya digunakan untuk penegasan.

(45)

(24) Mereka ini adalah orang-orang yang ngotot merayakan

kebahagiaannya secara berlebihan, bila perlu sampai masa pemilu berikutnya. Ini jelas gagal move on menahun. Atau kelima tahun?

(4/5/2019) Contoh (24) merupakan gaya bahasa sinisme dengan pengungkapan kalimat pada mereka ini adalah orang-orang yang ngotot merayakan kebahagiaan secara berlebihan. Istilah ngotot tersebut yang digambarkan oleh penulis dalam kalimatnya. Secara emplisit terdapat kalimat tanya retoris yang menjadi unsur gaya bahasa sinisme. Pengungkapan kalimat atau kelima tahun? tersebut sebenarnya menjadi ciri dalam penekanan sebuah pernyataan mengenai orang-orang yang ngotot untuk merayakan kebaagiaan secara berlebihan dan menyebabkan gagal move on. Maka dengan jelas bahwa kalimat tanya retoris tersebut yang sebenarnya sebagai penekanan akan pernyataan yang dibuat seorang penulis tersebut.

(25) Mana mau sih, mereka berpikir bahwa mereka menang bukan karena mereka hebat, tapi karena lawan mereka tidak sepadan?

(28/5/2019) Data (25) merupakan bukan sebuah pertanyaan yang memerlukan sebuah jawaban. Kalimat mana mau sih, mereka berpikir, secara langsung berupa gaya bahasa sinisme dengan meremehkan pihak lain. Penulis memberikan agumentasinya bahwa kemenangan yang dibuatnya bukan karena kehebatannya melainkan lawannya tidak sepadan. Kalimat tersebut tidak mengharapkan sebuah jawaban, karena kalimat tersebut merupakan sebuah sindiran untuk pihak yang dituju oleh penulis.

(46)

(26) Tanpa bukti yang memadai, bagaimana seseorang bisa menjatuhkan keputusan ya to? Bagaimana memprosesnya kalau sejak awal BPN emang nggak niat-niat amat begini membongkar kecurangan?

(22/5/2019)

Contoh (26) menjadi bukti bahwa gaya bahasa sinisme pada kalimat sejak awal BPN emang nggak niat-niat amat begini membongkar kecurangan. Kalimat tersebut menjadi sindiran yang secara langsung digambarkan penulis bahwa BPN kurang berkeinginan untuk membongkar kecurangan. Rasa ketidakyakinan tersebut terdapat pada kalimat tanpa bukti yang memadai, yang kemudian muncul pertanyaan retoris bagaimana bisa menjatuhkan keputusan ya to. Pertanyaan tersebut tidak membutuhkan sebuah jawaban, karena penulis berkeyakinan bahwa pihak BPN tidak memiliki bukti-bukti yang memadai untuk dapat membongkar kecurangan.

(27) Masalahnya kalau dalam bawaslu aja, BPN nggak serius menemukan bukti yang mumpuni, gimana mereka mau maju ke MK? Masa mau kasih link berita lagi?

(22/5/2019) Data (27) terdapat gaya bahasa sinisme pada kalimat BPN nggak serius menemukan bukti. Kalimat tersebut mengungkapkan adanya pihak BPN yang kurang serius dalam menemukan bukti-bukti kecurangan. Dengan pengungkapan gimana mereka maju ke MK?, merupakan kalimat tanya retoris yang bukan untuk dijawab. Hal tersebut terjadi karena sebuah pernyataan yang meyakinkan pertanyaan tersebut karena pihak BPN yang kurang serius menemukan bukti dan berita yang diberikan hanya sebatas link, bukan secara tertulis atau nyata. Maka kalimat tersebut bukan kalimat tanya yang perlu untuk dijawab, tetapi untuk

(47)

meyakinkan pembaca mengenai pihak pelapor BPN yang kurang serius dalam menemukan bukti tersebut.

2.3.3 Pertentangan

Menghadirkan unsur pertentangan secara eksplisit dalam sebuah penuturan. Secara eksplisit cara itu digunakan untuk menegaskan, menekankan, atau mengintensifkan sesuatu yang dituturkan. Pada data dalam artikel opini Mojok.co terdapat beberapa gaya bahasa sinisme berupa paradoks atau pertentangan.

(28) Pada era Orde Lama misalnya, partai mana pun yang menang tidak akan berpengaruh apa-apa. Presidennya ya tetap Bung Karno.

(25/2/2019) Data (28) yang menjadi gaya bahasa sinisme ketika ungkapan pada kalimat partai manapun yang menang tidak akan berpengaruh apa-apa, mengungkapkan adanya kekesalan atau kekecewaan ketika partai yang diusungnya menjadi kemenangan justru tidak menjadi pengaruh terhadap pemerintahan. Kalimat presidennya ya tetap Bung Karno yang menjadi ciri akan adanya pertentangan pada kalimat tersebut. Ketika siapapun pemenangnya, yang akan menjadi Presiden tetap Bung Karno. Kesimpulan data (28) menjadi contoh berupa sindiran kepada pemerintahan pada saat ini yang memberikan contoh disaat orde lama ketipa siapapun pemenangnya tidak ada pengaruhnya dan walaupun pemilihan presiden berlangsung, yang menjadi presidennya akan sama yaitu Bung Karno.

Data lain yang menunjukkan adanya gaya bahasa sinisme dengan pertentangan seperti berikut.

(48)

(29) Motifnya membelotnya bukan lantaran mendapat insight atau

hidayah hakikat kebenaran atau apalah, melainkan lebih karena ada kepentingan politisi atau bahkan ada dendam.

(25/2/2019)

Contoh (29) menjadi gaya bahasa sinisme pada kalimat melainkan lebih karena ada kepentingan politisi bahkan ada dendam. Secara emplisit penulis menegaskan bahwa kegiatan berpolitik hanya digunakan sebagai ajang balas dendam. Pertentangan yang terjadi pada kalimat tersebut terdapat pada awal kalimat motifnya membelototonya bukan lantaran mendapat insight atau hidayah hakikat kebenaran. Kalimat tersebut menunjukkan adanya kebaikan yang diungkapkan, tetapi munculah kalimat yang bertentangan pada kalimat melainkan lebih karena ada kepentingan politisi atau bahkan ada dendam yang mencirikan adanya keburukan yang terjadi di dalam berpolitik. Maka contoh (29) menjadi ciri bahwa kalimat tersebut merupakan gaya bahasa sinisme dengan berupa pertentangan yang secara eksplisit.

(30) Yang abai mereka pikirkan adalah kenyataan bahwa belum tentu dengan menang pemilu, mereka dapat akan berhasil menyelesaikan karut marut persoalan di negeri kelapa ini.

(4/5/2019) Data (30) memberikan gaya bahasa sinisme pada kalimat karut marut persoalan di negeri kelapa ini, yang melatarbelakangi dengan berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh Indonesia ini. Kalimat ini menghadirkan pertentangan pada kalimat pertama yang menjelaskan bahwa belum tentu dengan menang pemilu, merupakan bentuk bahwa para calon presiden atau calon legislatif lebih mementingkan kemenangan daripada menyelesaikan persoalan-persoalan

(49)

yang terjadi di Indonesia ini. Maka, kesimpulan pada data (30) bahwa para capres dan caleg ini hanya berebut kemenangan, sedangkan setelah kemenang tersebut para caleg dan capres ini belum tentu dapat menyelesaika persoalan-persoalan yang ada.

(31) Nasihat yang dapat diberikan untuk golongan ini rasanya tidak ada. Kalau toh ada, mungkin tidak akan berhasil.

(4/5/2019) Data (31) ini merupakan gaya bahasa sinisme berupa pertentangan. Kata nasihat merupakan ajaran atau pelajaran baik dan berupa anjuran atau petunjuk. Namun, pada kalimat tersebut justru berbeda maknanya. Terdapat pertentangan bahwa nasihat yang diberikan golongan ini rasanya tidak ada, yang merupakan bentuk dari pesimisme. Sehingga, dirasa bahwa sesuatu yang dianjurkan mengenai kebaikan akan berdampak buruk bagi golongan tersebut. Jadi, pertentangan yang terjadi ketika kalimat nasihat yang diberikan, dan tidak akan berhasil.

(32) Secara sederhana, kita bisa menduga bahwa ada narasi yang ingin menegasikan kekuatan negara. Caranya? Hanya lewat

ketidakpercayaan terhadap aparatur-aparaturnya.

(22/5/2019) Kalimat (32) terlihat jelas mengenai pertentangan yang terjadi, ketika ingin menegaskan kekuatan negara, yang seharusnya dengan kebaikan-kebaikan yang ditunjukkan. Hal ini justru berbanding terbalik, penulis memberikan ketidakpercayaan terhadap aparatur-aparaturnya, yang menjadikan bahwa kekuatan negara tersebut didapatkan dari rasa ketidakpercayaan tersebut.

(50)

Sehingga, kalimat yang dituju pada awal ingin membawa dalam positif, justru penulis memberikan opini dengan hal yang negatif tersebut. Maka, secara kesimpulan pada data (32) memberikan contoh bahwa sindirtan tersebut digunakan untuk memberikan kritikan terhadap aparatur-aparatur negara yang tidak mau mendengarkan kritikan dari masyarakatnya.

(33) Melihat itu, jalur kemenangan jadi semakin lama semakin kelihatan sudah buntu, akhirnya yang tersedia menjadi kekuatan pendukung 02 ya cuma tinggal kesaksian-kesaksian. Kesaksian dan cerita-cerita kecurangan di lapangan.

(22/5/2019) Data (33) memperlihatkan kemenangan yang sesungguhnya merupakan bentuk kebahagiaan yang akan terjadi. Namun, pada kalimat (33) tersebut meberikan penjelasan bahwa jika kemenangan itu terjadi akan ada pendukung 02 yang akan memberikan pendapatnya mengenai kecurangan-kecurangan yang terjadi. Maka, dengan jelas bahwa pada kemenangan yang diakui oleh pihak 02 bukan berdampak menjadi kebahagiaan tetapi justru memberikan tanggapan-tanggapannya mengenai kecurangan yang terjadi pada Pilpres yang berlangsung.

2.4 Jenis Gaya Bahasa Sarkasme

Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme (Keraf, 1984: 143). Sindiran yang sangat tajam ini biasanya yang disebut sarkasme. Sindiran dalam gaya bahasa sarkasme secara langsung diungkapkan sesuai dengan perasaan. Pada situs artikel opini Mojok.co ini terdapat jenis sarkasme, yaitu; (1) umpatan, (2) tuduhan, (3) kecaman, dan (4) hinaan

(51)

2.4.1 Umpatan

Umpatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan perkataan yang keji (kotor dan sebagainya) yang dicapkan karena marah (jengkel, kecewa, dan sebagainya).

Gaya bahasa sarkasme berupa umpatan dapat diuraikan pada contoh berikut. (34) Mungkin kalau di politik sekarang disebut sebagai “strategi politisi”,

NGISING!

(15/2/2019) Contoh (34) merupakan jenis gaya bahasa yang berupa umpatan. Pada kalimat terakhir tersebut yang menjadi ciri jenis gaya bahasa yang bersifat umpatan. Kata “NGISING!” tersebut merupakan jenis kata dalam bahasa Jawa yang berarti aktivitas buang air besar. Namun, dalam kalimat tersebut justru menjadi ungkapan kekesalan yang dituangkan secara kasar. Umpatan ngising tersebut yang memberikan penekanan pada permasalahan mengenai strategi politik tersebut.

Selain itu data yang menunjukkan adanya gaya bahasa sarkasme pada artikel opini Mojok.co seperti berikut.

(35) Bang Sandi juga, dan tentu saja Jokowi juga. Mampus, mampus, lu.

(25/2/2019) Contoh (35) merupakan gaya bahasa sarkasme yang berupa umpatan. Umpatan yang terkandung pada kalimat mampus, mampus, lu merupakan sebuah

(52)

umpatan yang berarti mati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kalimat tersebut diungkapkan karena adanya kekesalan sehingga kalimat yang diungkapkan tidak terlalu sopan dan kasar untuk diungkapkan kepada tokoh-tokoh tinggi.

Data lain yang menunjukkan adanya gaya bahasa sarkasme berupa upatan seperti berikut.

(36) Jangankan isu asal usul dan rekam jejak, soal Jumatan sama pulpen yang dipkai saat debat jasi isu. Lha kan gueendheng.

(25/2/2019) Contoh (36) melatarbelakangi maasalah yang terjadi ketika para pendukung dari masing-masing calon presiden dan wakil presiden membela calonnya tersebut. Dengan berbagai macam cara para pendukung ini mencari kesalahan dari laannya tersebut. Terungkap pada awal kalimat yang menunjukkan adanya pengantar dari masalah yang terjadi. Pada akhir kalimat tesebut kemudian mengucapkan sebuah ungkapan “gueendheng”, yang berarti adalah gila. Ungkapan tersebut digambarkan untuk menggambarkan para pendukungnya.

(37) Tapi kalau nasihatmu tidak sesuai dengan yang mereka pikirkan, yang kau dapat adalah cemoohan: Memangnya kau

pernah menang? Mantek kon!

(4/5/2019) Data (37) memberikan bentuk cemoohan dengan mengumpat yang diberikan penulis untuk menjelaskan bahwa akan terjadi nasihat yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kata mantek yang berasal dari kata pantek merupakan sebuah arti yang kasar dalam bahasa melayu, yang berarti organ

(53)

vital dari seorang perempuan. Kata tersebut sering digunakan sebagai untuk menunjukkan kemarahan atau kejengkelan. Kalimat (37) yang digunakan untuk mengkritik tersebut justru diberikan umpatan yang kasar dan dapat disimpulkan sebenarnya tidak sesuai dengan konteks. Namun, kalimat mantek tersebut justru sering digunakan sebagai luapan emosi.

2.4.2 Tuduhan

Tuduhan merupakan hasil dari menuduh. Menuduh yang berarti menunjuk dan mengatakan bahwa seseorang berbuat kurang baik atau perbuatannya dapat dikatakan melanggar hukum. Pada pembahasan ini akan dipaparkan mengenai beberapa gaya bahasa sarkasme berupa tuduhan.

(38) Jangan salah, “amnesia total” ini tidak terjadi di kubu Jokowi saja. Kubu Prabowo sama saja. Bikin gaduh semua.

(15/2/2019) Contoh (38) memaparkan adanya gaya bahasa yang berarti mengatakan sesuatu kepada mitra tuturnya. Penulis memberikan tuduhan kepada para kubu, tetapi dengan jelas pada contoh (38) memberikan tuduhan kepada kubu 02. Kalimat Kubu Prabowo sama saja. Bikin gaduh semua tidak memiliki bukti yang mendukungnya. Kalimat bikin gaduh semua merupakan kalimat yang menjadi kesimpulan dari penulis yang dapat menggambarkan suasana yang terjadi.

(54)

(39) Ya kok kayaknya naif banget kalau disebut tidak ada kecurangan sama sekali. Tapi mau nyebut kecurangan terstruktur, sistematis, dan masif kan nggak bisa sembarangan kalau nggak ada

buktinya kan?

(22/5/2019) Data (39) secara eksplisit menjelaskan bahwa adanya ungkapan sebagai kecurangan-kecurangan yang terjadi saat Pilpres. Namun, kalimat tersebut tidak ada menunjukkan bukti yang menandakan adanya kecurangan, hal tersebut didukung dengan adanya pernyataan nggak bisa sembarangan kalau nggak ada buktinya. Maka dengan jelas bahwa pernyataan mengenai kenaifan dengan adanya kecurangan tersebut menentukan bahwa ungkapan pada kalimat tersebut belum menemukan bukti secara konkret sehingga disebut sebagai tuduhan.

2.4.3 Kecaman

Kecaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan teguran yang keras; kritikan; celaan. Terdapat beberapa kalimat yang mengecam pada artikel opini Mojok.co untuk diteliti sebagai berikut.

(40) Pakai cara apa? Ribut lagi dong. Masa iya merdeka gara-gara menang turnamen karambol? Kan nggak.

(21/2/2019) Contoh (40) memberikan gaya bahasa sarkasme dengan mengecam atau mengkritik yang melatar belakangi bahwa Pilpres di tahun 2019 tidak kondusif. Adanya permasalahan yang terjadi menjadikan penulis memberikan opininya mengenai Pilpres yang lebih senang dengan keributan. Kalimat Pakai cara apa? Ribut lagi dong. merupakan kalimat yang lebih keras. Karena pada hakikatnya

(55)

manusia tidak menginkan adanya keributan, tetapi dengan jelas penulis justru memberikan saran kepada pendukung Pilpres untuk mencari keributan.

Data lain yang menunjukkan adanya gaya bahasa sarkasme berupa kecaman. (41) Ya, mohon maklum, saya adalah warga yang mengharapkan negara

ini bubar saja karena hampir pasti tidak punya masa depan kalau masyarakatnya benar-benar wagu todemax dalam memamah segala macam informasi.

(21/3/2019) Data (41) kalimat Ya, mohon maklum, saya adalah warga yang mengharapkan negara ini bubar saja menjelaskan adanya kecaman dari penulis kepada negara. Melatarbelakangi masalah yang terjadi ketika Pilpres menjadi ajang keributan. Penulis menganggap bahwa Pilpres untuk saat ini menjadi dalih, pada kenyataannya bahwa warganya yang lebih senang keributan. Kalimat wagu todemax yang berarti adalah kaku secara berlebihan. Wagu yang berupa bahasa Jawa ini berarti kaku, sedangkan todemax merupakan kata dalam bahasa Inggris dengan penulisan sesungguhnya adalah to the max yang berarti secara maksimal atau lebih. Masalah bertambah lagi dengan adanya masyarakat yang kurang dapat menerima atau memahami suatu berita, yang kemudian secara mudahnya membuat keributan. Kemudian dengan jelas penulis memberikan kritikan keras kepada negara untuk usai karena yang ada hanyalah keributan.

2.4.4 Hinaan

Hinaan merupakan cercaan; nistaan, yang memiliki kata dasar hina. Hina berarti rendah kedudukannya (pangkatnya, martabatnya); keji; tercela; tidak baik.

(56)

Terdapat data yang menunjukkan adanya gaya bahasa sarkasme berupa hinaan pada artikel opini Mojok.co.

(42) Tahu gitu kenapa juga dulu tidak dipanggil undur-undur dan kecoa saja? Ya biar puas aja manggilnya. Pas aja untuk nama binatang hama gitu. Eh, hama bukan sih mereka itu?

(25/2/2019) Contoh (42) menunjukkan adanya gaya bahasa sarkasme berupa hinaan. Kalimat pada contoh (42) melatar belakangi mengenai kubu dari kedua calon presiden yang memberikan penamaan tersendiri. Seperti halnya kubu capres 01 yang menyebut dirinya cebong dan pada kubu capres 02 yang menyebut dirinya kampret. Kalimat tersebut juga melatar belakangi peristiwa yang terjadi ketika banyaknya keributan maka muncul kalimat hama bukan sih mereka itu, bahwa yang dapat diketahui hama merupakan hewan yang mengganggu produksi dalam pertanian bahkan dapat dikatakan penyakit. Kalimat tahu gitu kenapa juga dulu tidak dipanggil undur-undur dan kecoa saja? sangat jelas merupakan kalimat gaya bahasa yang berupa sindiran dan menjadi hinaan. Sebuah kalimat yang penulis gunakan untuk menggambarkan calon presiden 01 dan calon presiden 02 dengan diumpamakan seekor hewan. Undur-undur merupakan hewan seperti penyu dengan jalan lambat. Kecoa merupakan hewan kotor yang biasanya ditemui di tempat-tempat yang lembab.

(57)

Data lain yang menunjukkan adanya gaya bahasa sarkasme berupa hinaan.

(43) Ingatan politik itu sangat singkat. Sangat singkat, sampai-sampai terdengar munafik di telinga.

(15/2/2019) Contoh (43) menjelaskan adanya gaya bahasa sarkasme berupa hinaan yang mana penulis memberikan tanggapan mengenai adanya permasalahan yang ditujukan kepada permasalahan politik. Secara langsung memberikan pendapatnya dengan kalimat terdengar munafik di telinga yang menjadi ciri bahwa terjadi hinaan terhadap politik yang dianggapnya munafik. Munafik sendiri merupakan tindakan dengan berpura-pura atau mengaitkan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Maka, dengan jelas bahwa data (43) menjadi ciri adanya gaya bahasa sarkasme dengan berupa hinaan.

(44) Yang satu karena sebal harus kalah, yang satu lagi malah kelewat songong!

(4/5/2019) Data (44) merupakan bentuk dari gaya bahasa sarkasme dengan menghina salah satu dari capres. Bentuk hinaan tersebut terdapat pada kalimat yang satu lagi malah kelewatan songong, songong sendiri memiliki arti sombong. Maka dengan kata lain bahwa bentuk hinaan tersebut merupakan bentuk penggambaran mengenai kesombongan yang dimiliki oleh capres yang memenangkan pilpres tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Observasi lapangan dilakukan melalui cara yang digunakan untuk dapat menganalisa data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dari.

Dalam penelitian ini fungsi tujuan yang ingin dicapai adalah nilai jual yang maksimum dari hasil pertanian untuk meningkatkan taraf hidup petani dan fungsi kendala yaitu

Rasbora sp_GKN_1 Rasbora sp_GKN_2 Rasbora sp_GKN_3 Puntius sp Rasbora_GMR_3 Pectenocypris_BB_1 Pectenocypris_BB_2 Pectenocypris_TS_1 Pectenocypris_TS_2 Rasbora doriocellata_1

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.. Pilihlah jawaban berikut yang paling benar. Perhatikan pernyataan berikut. 1) Lilitan primer lebih banyak dari lilitan sekunder. 2)

Evaluasi Kualifikasi atas Isian Dokumen Kualifikasi Elektronik sesuai unsur evaluasi kualifikasi dengan hasil

Sebagai fungsi penelitian perpustakaan menyediakan berbagai jenis informasi sebagai penunjang kegiatan penelitian. Informasi yang disediakan sesuai dengan

Saya telah membaca surat permohonan dan mendapatkanpenjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Sapta Dewanti, Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu

Study kelayakan peluang investasi infrastruktur air minum Terlaksananya penyusunan dokumen studi Kota Padang 1 dokumen 400.000.000 APBD Kegiatan ini penting utk -