• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hutan merupakan anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk dikelola sebaik-baiknya untuk keperluan hidup manusia. Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu.

Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Air adalah barang bebas dimana dapat kita konsumsi secara cuma-cuma tanpa adanya bayaran sedikit pun dan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas. Akan tetapi pemikiran seperti ini yang sebenarnya akan mengurangi kualitas dan kuantitas air di bumi, yang menjadikan manusia bisa menghambur-hamburkan air tanpa menyadari bahwa kualitas dan kuantitas air akan menurun jika tidak ada pengelolaan yang baik dari manusia.

Hutan sebagai pemasok terbesar air semakin hari semakin berkurang jumlahnya akibat degradasi dan konversi lahan, hal ini lah yang mengakibatkan kualitas dan kuntitas air semakin menurun. Manfaat hutan sebagai penyedia air bersih kurang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya memanfaatkan hutan untuk kebutuhan sekarang saja dan kurang mengetahui bahwa hutan juga sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di masa yang akan datang. Manfaat dari hutan inilah yang kurang diketahui oleh masayarakat umum dan mengakibatkan penurunan luas kawasan hutan akibat pembalakan liar dan konversi lahan hutan menjadi lahan non hutan.

(2)

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi salah satunya adalah kayu bakar, selain itu dihutan ini terdapat sumber mata air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk air minum, mandi, mencuci dan kebutuhan rumah tangga masyarakat lainnya, akan tetapi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti berapa besar nilai manfaat yang diperoleh masyarakat Desa Buniwangi dari pemanfaatan sumber daya hutan yang ada saat ini, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang mengkaji tentang nilai dari pemanfaatan sumberdaya hutan di Desa Buniwangi.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi serta menghitung nilai manfaat sumberdaya hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

1.3 Manfaat

1. Dapat dijadikan bahan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya keberadaan hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup dimasa sekarang dan yang akan datang sehingga terdorong untuk ikut serta dalam menjaga dan melestarikan hutan.

2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak-pihak yang terkait dalam merumuskan kebijakan dalam pengelolaan hutan.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai dan Manfaat Hutan

Menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 pengertian hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan menurut statusnya terdiri dari hutan negara dan hutan hak. Hutan negara yang dimanfaatkan oleh desa untuk kesejahteraan masyarakat desa disebut hutan desa.

Hutan memiliki nilai manfaat yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia, baik itu manfaat langsung seperti kayu maupun manfaat tidak langsung sebagai penyedia air dan jasa lingkungan. Suhendang (2002) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa keseluruhan manfaat yang dapat diperoleh dari hutan berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan kedalam barang dan jasa. Keluaran hutan yang berbentuk barang menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan yang berbentuk benda nyata yang dapat dilihat, dirasakan, diraba, dan diukur secara langsung, antara lain ; kayu, rotan, getah, buah, kayu bakar, satwa liar dan air. Keluaran hutan berupa jasa menyatakan keluaran yang dapat diperoleh dari hutan melalui fungsi hutan yang bersifat maya (abstrak) antara lain ; kemampuan hutan untuk memberikan pemandangan alam, menyerap dan menyimpan karbon, dan lain-lain.

Worrel (1961) dalam Girsang (2006) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan berdasarkan atas perilaku pasar pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu :

1. Nilai manfaat nyata (tangible benefits) adalah manfaat yang dapat diperoleh dari barang dan jasa yang dapat secara nyata dapat diukur karena berlaku mekanisme pasar secara baik.

(4)

James (1991) dalam Widiarso (2005) membuat klasifikasi nilai manfaat hutan didasarkan atas sumber atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :

1. Nilai guna (use value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengelolaan kayu, kayu bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan, produksi air untuk berbagai keperluan seperti kebutuhan air rumah tangga dan pertanian, pembangkit tenaga listrik, ekowisata.

2. Nilai fungsi (function value), yaitu seluruh nilai manfaat yang diperoleh dari fungsi ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intrusi air laut, habitat satwa.

3. Nilai atribut (attributes value) , yaitu seluruh nilai yang diperoleh bukam dari penggunaan materi (hasil peroduksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat.

2.2 Sumberdaya Air

Arsyad (1989) dalam Nugroho (2002) menyatakan sumberdaya air (water resources) memiliki pengertian yang utuh tentang air, mencakup wujud, tempat, jumlah, kualitas dan karakteristik air dipermukaan bumi.

(5)

Kebutuhan sumberdaya air sederhana terdiri dari tiga sektor yaitu : kebutuhan untuk rumah tangga, kebutuhan untuk industri dan kebutuhan untuk pertanian (Hatmoko 1993 dalam Sugiarto 1995). Dari sektor pertanian, air digunakan untuk tanaman, perikanan, dan peternakan. Penggunaan untuk rumah tangga terdiri atas penggunaan air untuk air minum, memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya, sedangkan untuk industri diantaranya sebagai bahan mentah, pendingin, penggelontor kotoran serta penggunaan lainnya dalam proses industri.

Besarnya kebutuhan air bagi masing-masing orang tidak sama dan sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya tingkat sosial, tingkat pendidikan, kebiasaan penduduk, letak geografis, dan lain-lain. Kebutuhan dasar air bersih tiap individu digunakan untuk memenuhi keperluan minum, masak, dan mencuci peralatan masak, dan lain-lain. Untuk Indonesia besar kebutuhan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

Table 1 Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat Indonesia Keperluan Konsumsi (liter/orang/hari) Persentase (%) Mandi, cuci, kakus

Sumber : (Gupta 1989, dalam Adriyanto 2007)

Berdasarkan sumber atau asalnya, air dibedakan menjadi : 1) air hujan, terdiri dari air hujan tampungan dan air limpasan, 2) air permukaan, terdiri dari mata air, air sungai, air danau/situ, air bendungan dan waduk, 3) air tanah, terdiri dari air tanah dangkal sedang, artesis dan air tanah dalam.

(6)

mengacu pada aspek konservasi, pemanfaatan dan pengendaliannya.

Pemerintah juga telah menyusun sebuah pedoman dalam bentuk Undang-Undang No 7 Tahun 2004 yang berisi tentang sumberdaya air pengelolaan dan pemanfaatannya. UU tersebut secara jelas mengisaratkan pentingnya konservasi sumberdaya air sebagai antisipasi kerusakan lingkungan, degradasi hutan dan lahan, serta berbagai bencana alam lainnya.

Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air :

Pasal 28 ayat (1) :”Penetapan peruntukkan pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) pada setiap wilayah sungai dilakukan dengan memperhatikan : (a) daya dukung sumber air; (b) jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya ; (c) perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumberdayaair ; dan (d) pemanfaatan air yang sudah ada.”

Pasal 28 ayat (2) : “Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan peruntukkan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1)”

2.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Air

(7)

peningkatan sebesar 6,7% pertahun. Kebutuhan air untuk keperluan domestik pada tahun 1990 adalah sebesar 3,1 x 109m3/tahun dengan proyeksi peningkatan 6,7% pertahun, sedangkan kebutuhan air untuk industri pada tahun 1990 sebesar 0,7 x 109m3/tahun dengan proyeksi peningkatan 12,5% pertahun.

Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menyatakan bahwa secara nasional sebagian rumah tangga (sekitar 74%) menggunakan air tanah sebagai sumber air minum, sisanya menggunakan air sungai (3,4%) dan sumber lain (1,4%). Penggunaan air sumur teringgi adalah di pulau Jawa dan Nusa Tenggara yaitu sebesar 79% rumah tangga, sedangkan terkecil di pulau Bali sekitar 46,5% rumah tangga. Di Kalimantan 45% rumah tanggamenggunakan air sungai dan air hujan sebagai sumber air minum rumah tangga.

2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan Harga Air

Menurut Soenarto (1959) dalam Rachmawati (2008) yang dimaksud dengan pengairan ialah usaha-usaha :

a. Mengalirkan air dari sungai-sungai atau sumber air lain unutk keperluan pertanian.

b. Membagikan air yang diambil dari sungai-sungai atau sumber air lain itu secara teratur kepada yang memerlukannya.

c. Membuang sisa air yang telah dipergunakan ke sungai, langsung atau lewat saluran pembuangan.

Menurut cara-cara pembuatan dan penyelenggaraannya ada 3 macam pengairan, yaitu : pengairan (desa) sederhana, pengairan teknis dan pengairan setengah teknis.

Sumber-sumber pengairan :

a. Air permukaan, seperti : sungai, waduk, mata air, danau. b. Air dalam tanah, seperti : sumur-sumur ladang.

c. Air hujan langsung, seperti : sawah-sawah tadah hujan.

(8)

1. Mata air depresi : mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 liter/detik sampai 10 liter/detik. 2. Mata air kontak : mata air yang muncul pada bidang kontak antara

batuan yang berkelulusan lebih besar dibagian atas dengan batuan yang berkelulusan kecil dibawahnya. Sistem mata air kontak terjadi karena suatu lapisan yang permeabel bertemu dengan lapisan yang impermeabel dibawahnya.

3. Mata air artesis atau patahan : mata air yang muncul dari ruang antar butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata airpatahan terjadi pelapisan batu pasir dan batuan lempung.

4. Mata air rongga/rekahan : mata air yang muncul melalui rongga atau lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuleratau pada batu gamping. System mata air rekahan ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah karst yang terbentuk karena celah rekaha n akibat kekar dan pelarutan pada batuan gamping menjadi tempat unutk aliran air. Kebijakan baru pengelolaan sumberdaya air mengindikasikan perlunya perubahan orientasi pengembangan dan pengelolaan darisupply-side management strategi kearah demand-side management strategi. Prinsip demand-side management strategi menekankan pada usaha mempengaruhi perilaku pengguna (users) dalam memakai air. Adapun prinsip dasar dari demand-side management strategi adalah(Helmi 2002 dalam Siwi 2006) :

1. Mempertimbanagan nilai air dalam hubungan dengan biaya penyediaannya.

(9)

3. Memperlakukan air sebagai satu barang (komoditi) ekonomi bukan sebagai suatu bentuk palayanan public yang disediakan pemerintah dan tidak perlu dibayar.

Menurut Johanssen (2000) dalam Siwi (2006) membagi dalam beberapa metode dalam menentukan harga air irigasi antara lain :

1. Metode Volumetrik

Pada metode ini pemakai membayar sejumlah air yang dipakainya berdasarkan nilai harga air secara integral ataupun parsial, yang mana diketahui dari hasil pencatatan jumlah air yang dipakai oleh masing-masing petani setiap musim tanam.

2. Metode Per Unit Area

Pada metode ini, dasar perhitungannya adalah luas garapan usaha tani yang menggunakan air irigasi. Metode ini banyak digunakan dalam menentukan taraf air irigasi dihampir semua wilayah irigasi teknis (Negara berkembang).

3. MetodeOutput Pricing

Biaya air ditentukan oleh kuantitas output yang dihasilkan dari usaha tani yang diusahakan dengan menggunakan air tersebut.

4. MetodeTiered Pricing

Suatu multi-rate pricing dimana harga air per unit volume bervariasi jika volume air yang dikonsumsi melebihi suatu ambang batas tertentu. Metode harga ini dipakai apabila permintaan air bervariasi secara periodic (musiman atau harian) dan penwaran air tidak cukup untuk memenuhi permintaan pada semua waktu yaitu dimana pada saat permintaan air tinggi maka harga air sama dengan harga margina cost dan pada saat permintaan air tinggi maka harga air adalah pada tiered pricing dan harga mengindikasikan nilai kelangkaan air.

5. MetodeTwo-Part Tarif

(10)

volume air yang dikonsumsi. 6. MetodeBetterment Levy

Dalam metode ini biaya air dipungut per area dimana nilainya didasarkan atas peningkatan nilai lahan akibat adanya irigasi.

7. MetodeWater Markets Pricing(harga dengan pasar air)

Metode ini berdasarkan asumsi dasar bahwa pasar dibawah kondisi tertentu mencapaifirs best efisiensiapabila memenuhi : (a) persaingan, (b) agen memiliki informasi sepenuhnya dalam beroperasi dibawah kondisi tertentu, (c) tidak ada eksternalitas, (d) tidak ada increasing return to scalepada produksi.

2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 691/Kpts.II/1992, yang dimaksud dengan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan adalah kelompok-kelompok masyarakat baik yang berada dalama hutan maupun di pedesaan sekitar hutan (Ardiansyah 2002).

Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam melestarikan hutan harus selalu memperhatikan keberadaan penduduk disekitar dan di dalam hutan. Mereka memanfaatkan segala sumber penghidupan yang ada di dalam hutan untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya yang masih terbelakang yang tidak pernah mengenal keadaan diluar batas wilayahnya. Dalam kondisi sosial ekonomi yang sederhana, mereka secara alamiah adalah penjaga dan pelestari alam lingkungannya. Rakyat di sekitar hutan atau di dalam enclave hutan tidak dirugikan oleh larangan mengambil hasil hutan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebaliknya masyarakat dibina kesadarannya sebagai penjaga hutan konservasi dengan imbalan pada saat dan musim tertentu dapat menikmati hasil hutan seperti getah, rotan, buah-buahan, ranting-ranting kayu mati, dan berbagai jenis tumbuhan bawah. Diusahakan pemungutan hasil hutan sebatas enclavedan zona penyanggadan areal yang telah ditunjuk (Admawidjaja 1991 dalam Rachmawati 2008).

(11)

petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

2. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan factor pasar. 3. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

2.4 Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan Sumberdaya Hutan Manan (1998) dalam Rachmawati (2008) menyatakan bahwa masyarakat manusia sebagai bagian dari makhluk hidup memegang peranan yang menentukan terhadap kelestarian dan keseimbangan ekosistem. Sebuah ekosistem mencakup komponen makhluk hidup (manuasia, hewan, jasad renik, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan yang tidak hidup (udara, energi matahari, cahaya, air, tanah, angina, mineral dan lain sebagainya) yang keduanya saling berinteraksi dan berhubungan timbal balik.

Keterkaitan (interaksi) antara masyarakat dengan hutan telah berlangsung cukup lama karena hutan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Keberadaan hutan juga memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja terutama dalam hal pembukaan lahan, penebangan kayu, pembersihan lahan, sehingga memperolah upah (pendapatan) yang lumayan. Selain itu, bagi masyarakat yang hidupnya bergantung pada sumber-sumber dasar yang terdapat di hutan seperti kayu bakar dan hasil hutan lainnya akan memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan (Mangandar 2000).

(12)

manusia dengan sumberdaya hutan, yaitu :

1. Tingkat pendapatan masyarakat di sekitar hutan rendah. 2. Tingkat pendidikan yang rendah.

3. Rata-rata pemilikan lahan yang sempit dan kurang intensif pengelolaannya.

4. Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dengan kepadatan yang cukup tinggi.

2.5 Persepsi

Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Persepsi dan atribusi ini sifatnya memang sangat subjektif, yaitu tergantung sekali pada subjek yang melaksanakan persepsi dan atribusi itu. Menurut Nurdin (2003) dalam Rachmawati (2008), persepsi yang dimiliki seseorang berbeda karena pengaruh berbagai factor mulai dari pengalaman, latar belakang, lingkungan dimana dia tinggal, juga motifasi dan lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang akan menyebabkan dalam menginterpretasikan sesuatu mempunyai perbedaan pendapat.

(13)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Keberadaan hutan dan masyarakat sekitar hutan secara langsung atau tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di kawasan hutan dan sekitar hutan tersebut. Masayarakat Desa Buniwangi sangat menggantungkan hidupnya terhadap sumberdaya hutan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu kayu dan non kayu. Kayu-kayuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa kayu bakar yang digunakan untuk keperluan memasak, sedangkan hasil hutan non kayu yang dimanfaatkan masyarakat berupa air yang digunakan untuk minum, mandi, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Manfaat-manfaat hutan tersebut secara langsung dan tidak langsung sangat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat di Desa Buniwangi, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Pemanfataan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar Desa Buniwangi secara skematis seperti pada gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran metodologi penelitian. Sumber Daya

Hutan

Kayu Non Kayu

Kayu Bakar Air

Kesejahteraan Masyarakat

(14)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakasanakan di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Mei sampai Juni 2011.

3.3 Objek Penelitian dan alat

Objek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada disekitar hutan yang memanfaatkan sumber daya hutan di Desa Buniwangi untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner digunakan untuk media mengumpulkan data.

2. Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung masyarakat desa yang tinggal di sekitar hutan sebagai responden. Data primer terdiri dari :

1. Data karakterisitik masyarakat sekitar hutan: nama, jenis kelamin, umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan.

2. Jenis-jenis sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

3. Jumlah sumber daya hutan yang diperoleh (diambil) masyarakat (m3, kg, ikat, karung, batang).

4. Data harga pasar sumber daya hutan yang diambil masyarakat saat itu. 5. Data harga air per m3berdasarkan tarif PDAM.

6. Pendapatan masyarakat.

7. Pengeluaran rumah tangga : sandang, pangan, papan, dan lain-lain.

(15)

1. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak dan keadaan fisik lingkungan dan kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

2. Keadaan penduduk: mata pencaharian, jumlah penduduk, kesehatan, komunikasi dan lainnya.

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ini terdiri dari :

1. Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan data mengenai keadaan umum lokasi penelitian, iklim, keadaan tanah, curah hujan, jenis penutupan tanah, topografi, kelerengan lahan serta jumlah penduduk secara keseluruhan, tipe dan luasan hutan yang dikembangkan serta hasil produksinya dan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Dilakukan dengan mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi terkait. 2. Teknik observasi, dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

objek yang diteliti pada rumah tangga masyarakat sekitar hutan maupun lapangan.

3. Teknik wawancara, wawancara dilakukan secara terstruktur dan bebas. Secara terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan, sedangkan wawancara bebas dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner mengenai hal-hal yang masih berhubungan dengan penelitian.

3.5 Metode Penenetuan Responden (objek penelitian)

(16)

3.6 Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan Sumberdaya Hutan

Metode ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan hasil sumberdaya hutan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, yaitu :

1. Metode penilaian berdasarkan harga pasar

Metode ini digunakan untuk melihat manfaat ekonomi langsung yang dihasilkan dari hutan yang dijual di pasar dengan pendekatan harga pasar yang berlaku.

2. Metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti

Metode ini digunakan sebagai pendekatan apabila metode pertama tidak dapat digunakan dengan didasarkan atas harga barang pengganti (harga subtitusi) atau nilai banding antara barang yang bersangkutan dengan barang lain yang memiliki harga pasar.

3. Metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan

Metode ini digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk memanfaatkan dan mempertahankan barang dan jasa yang dikontribusikan oleh kawasan hutan.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan melakukan metode volumetric yaitu melakukan perhitungan jumlah pemanfaatan kayu bakar dan air dalam rumah tangga kemudian diaplikasikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran tentang banyaknya jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga responden, golongan penguasaan lahan dan variabel-variabel lainnya yang kemudian dianalisis.

Analisis data dilakukan dengan mencari hubungan variabel-variabel yang terkait dengan banyaknya konsumsi dan pemanfaatan sumberdaya dalam suatu rumah tangga. Analisis yang digunakan yaitu berdasarkan perhitugan:

1. Nilai manfaat sumber daya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dihitung mrnggunakan rumus :

(17)

HKbi =nilai SDH yang diambil masyarakat dari hutan dalam satu bulan. Vi =jumlah SDH yang diperoleh masyarakat dalam satu kali

pengambilan (ikat, kg, m3, batang)

Hki = harga manfaat sumber daya hutan (Rp/ikat, Rp/kg, Rp/batang) t = frekuesi pengambilan manfaat SDH dalam satu bulan.

2. Pendapatan rumah tangga

Rumus yang digunakan untuk perhitungan analisis pendapatan ini adalah sebagai berikut :

dt = dp + dn Dimana :

dt : pendapatan total

dp : pendapatan dari sektor pertanian dn : pendapatan dari sektor non pertanian

3. Jumlah konsumsi air dalam rumah tangga

Perhitungan jumlah konsumsi air dilakukan dengan menghitung banyaknya jumlah air dalam satuan ember yang digunakan oleh rumah tangga (KK) untuk kebutuhan rumah tangga (MCK) setelah diketahui jumlah air dalam satu ember yang digunakan, maka hasilnya dikonversikan dalam m3.

Perhitungan sebagai berikut : 1 ember = 10 liter air 1 liter air = 0,001 m3

Jumlah konsumsi air (m3) = Jumlah total air yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga

4. Nilai air

4.1.Nilai air menurut harga PDAM

Perhitungan ini dilakukan berdasarkan tarif yang sudah ditentukan oleh PDAM di daerah penelitian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

(18)

4.2 Nilai air menurut retribusi air desa

Perhitungan ini dilakukan berdasrkan penarikan retribusi desa yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Harga air (Rp) = Harga retribusi air desa (Rp)

4.3 Nilai penghematan air

Nilai penghematan air = Nilai air berdasarkan harga PDAM –biaya pengadaan dan perbaikan sumber air

5. Kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan

(19)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Iklim

Kondisi umum Desa Buniwangi diperoleh dari dokumen profil Desa Buniwangi tahun 2011. Desa Buniwangi merupakan bagian dari Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Desa ini terletak sekitar 6 km di timur laut kota Palabuhan Ratu. Desa ini dikelilingi oleh perbukitan dan hutan. Desa Buniwangi memiliki ketinggian tempat sekitar 400 m dpl, dengan curah hujan tahunan antara 2500–4000 mm dan suhu udara rata-rata 23oC.

Batas wilayah Desa Buniwangi secara administratif adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gandasoli. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikadu. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Citepus. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibodas.

Secara administrasi pemerintahan, Buniwangi terdiri dari 4 dusun yang terbagi lagi menjadi 8 RW (rukun warga) dan 54 RT (rukun tetangga). Permukimannya terdiri dari sekitar 12 kampung; di antaranya adalah kampung-kampung Babakan Astana, Babakan Pasantren, Babakan Sirna, Babakan Tipar, Cibanteng, Cimapag, Citapen, Datar Ulen, Nanggoh, Pasir Geulis, dan Pasir Kadu, selain dari pusat Desa Buniwangi itu sendiri.

4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

(20)

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia

Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 9.454 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 4.798 orang dan perempuan 4.656 orang. Kepala keluarga di Desa ini berjumlah 2.046 KK.

Desa Buniwangi tergolong masih sederhana dalam hal mata pencaharian pokok. Mata pencaharian penduduk sebagai buruh tani sebanyak 1.300 orang, sebagai pedagang 1.091 orang, 252 orang sebagai petani, 131 orang dalam pertukangan, dan 42 orang pegawai negeri sipil.

Tingkat pendidikan di Desa Buniwangi dapat dikatakan masih rendah berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar penduduk Desa Buniwangi adalah tamatan sekolah dasar (SD), sebanyak 2.359 orang dari total seluruhnya 5.955 orang.

4.4 Kondisi Hutan Cirenghas

Hutan Cirenghas mempunyai luasan yang tidak terlalu besar, yaitu kurang dari 5 Ha. Pada tahun 1998 - 2000 terjadi penjarahan kayu secara besar-besaran oleh masyarakat desa di hutan milik negara disebabkan oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan kondisi politik negara pada saat itu. masyarakat Desa Buniwangi merasakan dampak dari penggundulan hutan-hutan tersebut setelah beberapa tahun terjadi penjarahan, salah satu dampaknya adalah sulitnya air bersih dari hutan. Setelah dilakukan musyawarah oleh beberapa tokoh masyarakat, aparat desa serta lembaga swadaya masyarakat maka mulai dilakukan penanaman di Desa Buniwangi. Pohon yang ditanam berupa pohon-pohon yang mempunyai daur lama dan berfungsi sebagai penyerap dan penahan air. Diatara pohon-pohon tersebut terdapat juga pohon buah-buahan yang sengaja di tanam oleh beberapa tokoh masyarakat seperti duren dan duku. Selain itu juga banyak ditanam jenis bambu-bambuan yang menurut masyarakat desa pohon bambu ini sangat berguna dalam menahan dan menyimpan air hutan.

(21)
(22)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan

Gambaran mengenai karakteristik masyarakat sekitar hutan di Desa Buniwangi dilakukan dengan metode wawancara terhadap responden. Jumlah responden yang di ambil adalah 60 responden dari beberapa dusun yang letaknya berada disekitar hutan Cirenghas Desa Buniwangi. Data dari responden yang dikumpulkan adalah : identitas, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan.

5.1.1 Umur Responden

Berdasarkan data yang dikumpulkan, umur responden termuda adalah 25 tahun, tertua adalah 80 tahun dan rata-ratanya adalah 48 tahun, sehingga menunjukan bahwa responden di Desa Buniwangi termasuk dalam kategori umur produktif dalam melakukan berbagai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bakir dan Maning (1982) dalam Widiarso (2005) yang menyatakan bahwa umur produktif seseorang di negara berkembang adalah berkisar antara 15–55 tahun. Data mengenai umur responden disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

Kelas umur (tahun) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

20–29 4 6,66

30–39 19 31,67

40–49 9 15,00

50–59 16 26,67

60–69 9 15,00

≥70 3 5,00

Total 60 100,00

5.1.2 Pendidikan

(23)

tidak tamat sekolah SD, 33,33% responden hanya bersekolah pada tingkat SD dan tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan hanya 5% responden yang pernah bersekolah di tingkat perguruan tinggi dan responden tersebut merupakan pendatang kemudian menetap di Desa Buniwangi (Tabel 3).

Tabel 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat dalam menganilis dan memanfaatkan peluang-peluang untuk meningkatkan penghasilan keluarga. Tingkat pendidikan juga dapat menjadi indikator seseorang dalam status sosial di masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka keberadaannya semakin dihargai. Tidak sedikit dari responden yang merasa kurang percaya diri ketika ditanya tentang pendidikan responden itu sendiri.

Birgantoro dan Nurrochmat (2007) menyatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat juga dapat berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan. Hal ini terkait dengan ilmu pengetahun yang dimiliki, penguasaan teknologi, keterampilan, dan informasi pasar yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang rendah, penguasaan teknologi dan keterampilan yang terbatas, serta kurangnya informasi pasar menyebabkan pemanfaatan sumberdaya hutan terutama untuk jenis-jenis komersil menjadi tidak terkendali. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya hutan tersebut. Terbatasnya teknologi dan keterampilan yang dimiliki menyebabkan rendahnya kemampuan untuk menghasilkan produk baru/produk olahan yang mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi. Kurangnya informasi pasar yang dimiliki menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap jenis-jenis sumberdaya hutan tertentu. Akan tetapi pada kasus di Desa Buniwangi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tingkat pemanfaatan sumberdaya hutan seperti pada pengambilan kayu bakar, pengambilan kayu bakar

Pendidikan Jumlah responden (orang) Persentase (%)

Tidak tamat SD 26 43,33

SD 20 33,33

SMP 7 11.67

SMA 54 6,67

PT 3 5,00

(24)

dari hutan hanya untuk memenuhi kebutuhan dapur saja tdak untuk diperjual-belikan, jika kayu bakar dirasa sudah cukup untuk persediaan dapur maka tidak dilakukan lagi pengambilan kayu bakar tersebut.

5.1.3 Pekerjaan

Masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani dan buruh. Dari data yang dikumpulkan sebanyak 30% responden bekerja sebagai petani dan sebanyak 16,67% yang bekerja sebagai buruh tani. 56,33% responden lainnya bekerja sebagai pedagang, ojeg, wirausaha,buruh bangunan dan lain-lain (Tabel 4).

Tabel 4 Persentase responden berdasarkan pekerja utama Pekerjaan

(25)

muncul berbagai macam jenis mata pencaharian sebagaimana data yang sering disajikan dalam ilmu demografi, akan tetapi sektor pertanian tetap menjadi karakteristik khas kehidupan di pedesaan.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan Pekerjaan Sampingan Jumlah responden

(orang) Persentase (%)

Memiliki pekerjaan sampingan 33 55,00

Tidak memiliki pekerjaan sampingan 27 45,00

Total 60 100,00

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang berada dan tinggal dirumah Responden, sehingga anggota keluarga yang berada atau bekerja di luar kota tidak dimasukkan kedalam angota keluarga responden. Hal ini didasarkan atas perbandingan antara jumlah pemanfaatan hail hutan dan kawasan sekitar hutan dengan jumlah anggota keluarga yang memanfaatkan pada saat sekarang.

Dari data yang dikumpulkan, sebanyak 70% responden mempunyai jumlah anggota keluarga 3-4 orang (Tabel 6). Banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap pemanfaatan terhadap sumberdaya hutan yang ada. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar keluarga tersebut memanfaatkan sumberdaya hutan dan kawasan sekitar hutan. Banyaknya anggota keluarga juga berpengaruh terhadap jumlah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat. hal ini terkait dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi rumah tangga.

Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

1–2 8 13,33

3–4 42 70,00

> 4 10 16,67

(26)

5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan Milik

Sebagian besar masyarakat desa sekitar hutan bermatapencaharian sebagai petani dengan lahan yang sempit atau bahkan tidak memiliki lahan. Sudjatmoko (1980) dalam Kartasubrata (2003) mengemukakan bahwa struktur masyarakat pedasaan di Jawa menunjukan pembagian dalam 3 golongan, yaitu :

4. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk menjamin kehidupan yang cukup bagi keluarganya.

5. Golongan kedua terdiri dari petani yang memiliki tanah yang luasnya atau kualitasnya margin, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung dari pekerjaan sampingan, selain iklim dan faktor pasar. 6. Golongan ketiga yang semakin lama semakin besar jumlahya baik di

Indonesia maupun di Asia pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah.

Masyarakat Desa Buniwangi mempunyai lahan milik yang sebagian besar didapatkan dari warisan turun temurun. Lahan milik yang dimaksudkan meliputi : rumah, sawah, kebun dan kolam. Tabel 7 menyajikan data kepemilikan lahan masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan.

Luas kepemilikan lahan (Ha) Jumlah responden (orang) Persentase (%)

0 –0,25 41 68,33

0,25–0,5 12 20,00

> 0,5 7 11,67

Total 60 100,00

(27)

5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat

Pendapatan rumah tangga yang dimaksud yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga dalam satu rumah tangga dari pekerjaan pokok ditambah pekerjaan sampingan setiap bulan dalam satuan rupiah. Data mengenai pendapatan rumah tangga bermanfaat untuk mengetahui kecukupan suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Pendapatan rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi berasal dari sektor pertanian dan non pertanian. Pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga masyarakat. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam rumah tangga oleh karena itu masyarakat Desa Buniwangi sebagian besar mengusahakan lahan sawah (padi) untuk dikonsumsi oleh keluarga sendiri. Selain dari persawahan pendapatan dari sekor pertanian juga berasal dari kebun campuran, hasil dari kebun campuran berupa kayu bulat, buah, palawija dan getah karet (Tabel 8).

Tabel 8 Sumber dan jumlah pendapatan rata-rata rumah tangga Sumber pendapatan rumah

ojeg, buruh,dll. 20 845.694 845.694 47,54

Total 60 1.778.790 100,00

(28)

buruh, perdagangan ikan, warung, PNS, aparat desa dan lain sebagainya yang tidak berhubungan dengan kegiatan pertanian.

5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat

Pengeluaran rumah tangga merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Jenis pengeluaran ini terdiri dari : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, telekomunikasi, listrik, transportasi dan pajak (Tabel 9).

Tabel 9 Jenis dan jumlah pengeluaran rata-rata rumah tangga

Jenis pengeluaran Jumlah pengeluaran (Rp/bulan)

Sandang 60.583

Papan 15.764

Pangan 639.583

Pendidikan 208.750

Kesehatan 38.702

Telekomunikasi 34.550

Listrik 36.168

Transportasi 15.000

Pajak 4.863

Total 1.053.963

Tabel 9 memberikan informasi bahwa pengeluaran rumah tangga untuk jenis kebutuhan pangan merupakan pengeluaran tertinggi rumah tangga dengan rata-rata jumlah pengeluaran sebanyak Rp 639.583/bulan, dan pengeluaran terkecil untuk jenis pajak dengan rata-rata pengeluaran tiap rumah tangga adalah Rp 4.863/bulan. Jenis-jenis kebutuhan keluarga ini dapat disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing rumah tangga. Rumah tangga dengan kondisi perekonomian yang kecil akan menyesuaikan pengeluaran rumah tangga sedemikian rupa agar kebutuhan utama tetap terpenuhi dan mengesampingkan kebutuhan-kebutuhan lain yang dianggap kurang perlu.

(29)

5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan 5.4.1 Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang banyak dimanfaakan oleh masyarakat Desa Buniwangi. Sebagian besar masyarakat memperolehnya dari hutan desa dan kebun milik masyarakat. Kayu bakar digunakan sebagai sumber energi untuk kebutuhan memasak di dapur. Tabel 10 menyajikan data jumlah pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi.

Tabel 10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat Jumlah

kayu bakar (ikat/bulan) persentase (%)

1–2 8 74 9,25 13,12

3–4 42 391 9,30 69,33

> 4 10 99 9,90 17,55

Total 60 564 9,40 100,00

Tabel 10 memberikan informasi bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat pemanfaatan kayu bakar. Keluarga yang mempunyai jumlah anggota 1–2 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,25 ikat/bulan, keluarga yang mempunyai jumlah anggota 3–4 orang mengkonsumsi kayu bakar rata-rata sebanyak 9,30 ikat/bulan, sedangkan keluarga yang mempunyai jumlah anggota lebih dari 4 orang rata-rata mengkonsumsi kayu bakar sebanyak 9,90 ikat/bulan. Jumlah anggota keluarga mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka konsumsi kayu kayu bakar juga semakin besar, hal ini dikarenakan bahwa semakin banyak anggota keluarga maka kebutuhan akan pangan semakin meningkat yang mengakibatkan intensitas kegiatan rumah tangga untuk memasak yang memerlukan kayu bakar semakin tinggi.

(30)

memungut ranting-ranting yang sudah jatuh atau memotong bagian batang pohon yang sudah rapuh atau mati. Jenis pohon yang dijadikan kayu bakar paling dominan adalah jenis sengon, hal ini dikarenakan pohon jenis sengon paling banyak ditanam di lahan-lahan milik masyarakat desa. Selain itu juga terdapat jenis karet, mahoni, jati dan pohon buah seperti durian, rambutan, dan lainnya yang digunakan sebagai kayu bakar tetapi jumlahnya hanya sedikit (Gambar 2).

Gambar 2. Kayu bakar yang dimanfaatkan masyarakat.

Konsumsi kayu bakar oleh masyarakat Desa Buniwangi berasal dari hutan dan kebun masyarakat di sekitar hutan. Jumlah konsumsi kayu bakar dari hutan hanya 38,65% dari total konsumsi bakar yang dikonsumsi rumah tangga, lebih dari 60% kayu bakar didapatkan dari kebun disekitar hutan, hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan kayu bakar yang ada di kebun lebih banyak daripada di hutan serta lokasi kebun yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat (Tabel 11).

Tabel 11 Konsumsi kayu bakar berdasarkan lokasi pengambilan

Lokasi pengambilan Jumlah konsumsi (ikat/bulan) Persentase (%)

Kayu bakar dari hutan 218 38,65

Kayu bakar dari luar hutan 346 61,35

Total konsumsi kayu bakar 564 100,00

Kayu bakar termasuk energi yang paling konvensional dan untuk memanfaatkannya tidak memerlukan teknologi pengolahan. Walaupun produksi dan konsumsi kayu bakar cukup tinggi, tetapi sebagian besar bukan berasal dari kawasan hutan (Rostiwatiet al.2007).

(31)

Buniwangi adalah Rp 10.000/ikat. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi oleh rumah tangga di sajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga Konsumsi kayu bakar

(ikat/KK/bulan)

Harga kayu bakar (Rp)

Nilai kayu bakar (Rp/bulan)

9,40 10.000 94.000

5.4.2 Air Hutan

Kontribusi hutan bagi masyarakat Desa Buniwangi yang paling penting adalah adanya mata air hutan yang mengalir sepanjang tahun. Keberadaan mata air di hutan ini sangat berperan penting dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari, baik itu untuk MCK, air minum, dan keperluan rumah tangga lainnya. Suparmoko (1989) dalam Affandi dan Patan (2004) mengemukakan bahwa air merupakan produk penting dari hutan. Tanah dihutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga meresap perlahan ke dalam tanah. Banyak daerah yang menggantungkan diri terhadap persediaan air dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun.

Pemanfaatan air hutan oleh masyarakat Desa Buniwangi diperoleh dengan cara melalui pipa atau selang penyalur air ke tiap-tiap rumah di desa Buniwangi. Penyaluran air hutan ini dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dan melalui kelola desa (Gambar 3).

Gambar 3 (a) Sumber mata air hutan Cirenghas (b) sumber air hutan untuk umum

(c) penampungan air hutan oleh masyarakat (d) penampungan air hutan oleh desa.

a) b)

(32)

Selain dari mata air hutan, masyarakat Desa Buniwangi juga menggunakan sumur untuk memperoleh air. Masyarakat yang menggunakan sumur adalah masyarakat yang letak rumahnya terlalu jauh dengan mata air dan belum banyak disalurkannya melalui kolam-kolam penampungan air oleh pemerintah desa. Masyarakat yang mempunyai sumur merasa sulit dalam mendapatkan air hutan sehingga mereka mengadakan air sumur dengan cara menggunakan mesin pompa air atau dengan cara ditimba. Pengadaan sumber-sumber air yang beragam oleh masyarakat Desa Buniwangi memberikan adanya biaya pengadaan yang beragam untuk memperoleh air. Biaya pengadaan sumber air rumah tangga masyarakat Desa Buniwangi dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga responden

Sumber air Komponen

tali kerekan 33.000 36 917

ember 10.000 6 1.667

mesin air 350.000 36 9.722 pipa ledeng 70.000 60 1167

gayung 3.000 6 500

ember 10.000 6 1.667

(33)

Dari Tabel 13 diketahui bahwa biaya pengadaan sumber air paling besar adalah sumur yang menggunakan mesin pompa dengan biaya pengadaan dan perbaikan perbulannya adalah Rp 24.897 sedangkan biaya pengadaan terkecil adalah sumber air umum dengan biaya pengadaan perbulannya adalah Rp 2.167. Untuk mata air hutan yang diambil langsung oleh responden biaya pengadaan dan perbaikannya adalah Rp 11.667/bulan sedangkan untuk mata air hutan yang dikelola desa biaya pengadaannya adalah Rp 18.333/bulan. Pemanfaatan mata air hutan yang dikelola desa mempunyai biaya pengadaan yang cukup tinggi perbulannya dikarenakan tiap bulan masyarakat dikenakan tarif Rp 10.000/bulan.

Penarikan biaya retribusi merupakan hasil dari musyawarah antara warga dengan pihak desa, sehingga tidak ada warga merasa dirugikan dengan tarif tersebut. Biaya restribusi dimaksudkan dengan tujuan untuk kas perbaikan alat-alat penyalur air dan penampung air 20%, pemasukan desa 20%, sewa tanah 10%, dan untuk pengelola sebanyak 50%. Pihak pengelola bertanggung jawab jika ada permasalahan tentang aliran air. Pengecekan saluran air oleh pihak pengelola dilakukan setiap hari, sehingga kebutuhan air warga tetap terpenuhi.

Tabel 14 Konsumsi air rumah tangga responden Jumlah anggota

keluarga (orang) N

jumlah konsumsi

air (m3/bulan) Rata-rata/rumah tangga(m3

/bulan)

1–2 8 94,95 11,86

3–4 42 908,70 21,63

> 4 10 256,35 25,63

Total 60 1.260,00 21,00

(34)

Adanya mata air hutan menjadikan masyarakat bisa mencukupi kebutuhan air keluarga sehari-hari. Masyarakat dapat lebih berhemat jika dibandingkan dengan air yang didapatkan dari PDAM dengan tarif dasar air PDAM Sukabumi tahun 2011 untuk rumah tangga adalah Rp 1.700/m3. Tabel 16 memberikan gambaran perbandingan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat jika dihitung dari tarif dasar air dari PDAM Sukabumi.

Tabel 15 Nilai ekonomi air rumah tangga berdasarkan harga PDAM dan

langsung 37 21,20 11.488 36.040 24.552 294.620

2. Air hutan

Kelola desa 7 23,53 18.000 40.001 22.001 264.012

3. Mata air hutan

umum 6 18,88 2.167 32.096 29.929 359.152

4. Sumur

timba 7 17,67 9.889 30.039 20.150 241.801

5. Sumur mesin

Pompa 3 23,74 24.897 40.358 15.461 185.529

Rata-rata 60 21,00 13.288 35.706 22.419 269.023

(35)

5.5 Kontribusi Sumberdaya Hutan dan Kawasan Sekitar Hutan terhadap Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa Buniwangi

Interaksi antara masyarakat dengan hutan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Sumber-sumber daya yang terdapat di hutan seperti kayu bakar, air hutan dan hasil hutan lainnya akan memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan.

Dalam studi ini kontribusi sumberdaya hutan terhadap pendapatan rumah tangga dianalisis berdasarkan karakteristik responden yaitu berdasarkan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan luas kepemilikan lahan.

Tabel 16 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan sumber pendapatan 1. Pertanian 13 2.148.996 94.000 22.419 116.419 4,37 1,04 5,42 2.

Non-pertanian 19 1.135.526 94.000 22.419 116.419 8,28 1,97 10,25 3. Pertanian

dan non-pertanian

28 2.043.433 94.000 22.419 116.419 4,60 1,10 5,70

(36)

Tabel 17 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan

SD 26 1.204.247 94.000 22.419 116.419 7,81 1,86 9,67 2. SD 20 2.341.160 94.000 22.419 116.419 4,02 0,96 4,97

3. SMP 7 1.726.190 94.000 22.419 116.419 5,45 1,30 6,74 4. SMA 4 1.500.000 94.000 22.419 116.419 6,27 1,49 7,76 5. PT 3 3.503.704 94.000 22.419 116.419 2,68 0,64 3,32

Tabel 17 memperlihatkan nilai penghematan sumberdaya hutan terhadap pendapatan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Buniwangi. Penghematan terbesar terdapat pada masyarakat yang mempunyai pendidikan terakhir tidak tamat SD yaitu sebesar 9,67%, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD lebih banyak menggantungkan hidupnya pada hutan cirenghas dibandingkan dengan masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tamat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Tabel 18 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah 1. < 3 8 2.148.996 94.000 22.419 116.419 4,37 1,04 5,42

2. 3–4 42 1.135.526 94.000 22.419 116.419 8,28 1,97 10,20 3. > 4 10 2.043.433 94.000 22.419 116.419 4,60 1,10 5,70

(37)

Tabel 19 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan keluarga berdasarkan luas kepemilikan lahan

Luas

1. <0.25 41 1.420.224 94.000 22.419 116.419 6,62 1,58 8,20

2. 0.25–0.5 12 1.436.829 94.000 22.419 116.419 6,54 1,56 8.10 3. >0.5 7 4.465.278 94.000 22.419 116.419 2.11 0,50 2,61

Tabel 19 menunjukkan nilai penghematan yang dicapai oleh rumah tangga masarakat Desa buniwangi berdasarkan luas kepemilikan lahan. Masyarakat yang mempunyai luas lahan < 0,25 Ha mempunyai penghematan terbesar daripada rumah tangga yang lainnya yaitu sebesar 8,20%. Hal ini menunjukan bahwa ketergantungan masyarakat yang mempunyai lahan < 0,25 Ha terhadap hutan Cirenghas lebih besar daripada rumah tangga yang lainnya.

Desa Buniwangi memiliki jumlah penduduk 9.454 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.046 KK. Jika seluruh masyarakat di Desa Buniwangi ini memanfaatkan sumberdaya hutan Cirengahas maka nilai dari sumberdaya hutan itu sendiri sangat besar dan kontribusi sumberdaya hutan akan semakin besar dan keberdaaan hutan dapat dirasakan oleh semua masyarakat di Desa buniwangi. Tabel 20 memberikan informasi nilai kontribusi sumberdaya hutan jika dimanfaatkan oleh seluruh masayarat Desa buniwangi.

Tabel 20 Jumlah penghematan dari pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di Desa Buniwangi (2.046 KK)

Jenis SDH Nilai penghematan (Rp/bulan) Persentase (%)

kayu bakar 192.324.000 80,74

air hutan 45.868.415 19,26

Total 238.192.415 100,00

(38)

pemanfaatan sumberdaya air hutan memberikan nilai penghematan sebesar Rp 45.868.415/bulan. Jumlah pemanfaatan dari kedua jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa buniwangi adalah Rp 238.192.415/bulan.

5.6 Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hutan

Sumberdaya hutan yang mempunyai manfaat besar bagi masyarakat akan mengakibatkan ketergantungan yang besar pula terhadap hutan tersebut. Ketergantungan inilah yang menjadikan masyarakat Desa Buniwangi lebih menghargai keberadaan hutan sehingga tingkat kepedulian masyarakat terhadap hutan itu semakin tinggi.

Tabel 21 Persepsi masyarakat tentang keberadaan hutan

Kriteria Jawaban Jumlah responden Persentase (%)

Apakah bapak/Ibu merasakan manfaat adanya hutan?

Ya 60 100

Tidak 0 0

apakah bapak/Ibu merasakan kerugian jika hutan gundul atau rusak?

Ya 60 100

Tidak 0 0

(39)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp 94.000/bulan setara dengan nilai penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga.

Sumber daya air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21 m3/KK/bulan, dengan nilai Rp 22.419/bulan atau setara dengan penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rumah tangga. Jumlah penghematan pengeluaran rumah tangga dari sumberdaya hutan adalah Rp 238.192.415/bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di Desa Buniwangi.

6.2 Saran

Hutan Cirenghas merupakan hutan desa dengan komposisi tanaman kayu, buah dan bambu-bambuan. Untuk saat ini hasil hutan buah dan bambu-bambuan belum dimanfaatkan oleh masyarakat karena pohon buah yang ada dihutan itu sendiri belum menghasilkan, akan tetapi jika tanaman tersebut sudah menghasilkan buah bukan tidak mungkin bagi masyarakat untuk memanfaatkannya. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya hutan oleh pemerintah desa dan pihak-pihak yang berwenang lainnya agar nantinya pemanfaatan sumberdaya hutan tidak dinikmati oleh sekelompok pihak atau golongan tertentu saja tetapi dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat.

(40)
(41)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adriyanto E. 2007. Prediksi Kebutuhan Air di Sub DAS Ciomas DAS Cidanau-Banten [Skirpsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Ardiansyah W. 2002. Studi Konflik Sosial Antara Masyarakat Sekitar Hutan dengan Pemegang Hak Pengusahaan Hutan (Studi kasus di HPH PT. Ratah Timber, Desa Manalak Tebog, Kalimantan Timur) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan IPB.

Affandi O, Patan P. 2004. Perhitungan Nilai Eekonomi Pemanfaatannya Hasil Hutan Non Marketable Oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Study Kasus Cagar Alam Dolok Sibual–Buali Kec. Sepirok Tapanuli Selatan). Medan: Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/982/1/hutan-oding3.pdf [ 18 Des 2011].

Biro Pusat Statistika [BPS] Kabupaten Sukabumi. 2000. Data Dasar Profil Desa/Kelurahan, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Birgantoro BA, Nurrochmat DR. 2007. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan oleh

Masyarakat di KPH Banyuwangi Utara. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Girsang RE. 2006. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Sekitar Hutan Jati di BKPH Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Kartasubrata J. 2003. Social Forestry dan Agroforestry di Asia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Kementerian Lingkungan Hidup [KLH]. 2003. Laporan Status Lingkungan Hidup Tahun 2002. Jakarta.

Mangandar. 2000. Keterkaitan Sosial Masyarakat Di sekitar Hutan dengan Kebakaran Hutan (Studi Kasus Di Provinsi daerah Tingkat I Riau) [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. PP RI No 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan. Jakarta.

Rachmawati F. 2008. Kontribusi Sumberdaya Air Hutan Terhadap Masyarakat Sekitar Hutan (Kasus di Desa Banjarwaro Kecamatan Bangilan Kabupaten Tuban BKPH Bahoro KPH Jatirogo) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB

(43)

Setyani IS. 2010. Pemanfaatan Hasil Hutan Non Kayu dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Hutan (kasus di IUPHHK-HA PT. Austral Byna, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Siwi AAN. 2006. Penentuan Tarif Air Irigasi. Sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air pada Usaha Tani Padi Sawah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Soekmadi R. 1987. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pencari Kayu Bakar Di Taman Nasional Baluran. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB.

Solihin A. 2010. Inventarisasi potensi dan pemanfaatan sumberdaya air DAS Ciliwung (Studi kasus di sub DAS Ciliwung hulu di Kampung Sampay Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.

Sugiarti E.1995. Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Air untuk Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air.

Widiarso FA. 2005. Nilai Ekonomi pemanfaatan Lahan Agroforestry di Kawasan DAS Ciliwung, Jawa Barat (Studi Kasus di Desa Kuta dan Desa Sukagalih, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Fakultas Kehutanan IPB.

(44)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(45)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN OLEH

MASYARAKAT DESA BUNIWANGI

KECAMATAN PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

ADE KURNIA RAHMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(46)

RINGKASAN

Ade Kurnia Rahman. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi dibawah bimbingan Leti Sundawati.

Hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem memberikan banyak manfaat terhadap kelangsungan hidup manusia khususnya bagi masyarakat sekitar hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan merupakan salah satu bentuk interaksi yang terjadi antara hutan dan manusia. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Untuk mengetahui nilai manfaat sumberdaya hutan bagi masyarakat diperlukan data primer dan sekunder. Metode pengolahan data didasarkan pada metode penilaian manfaat ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya hutan yang dilakukan oleh masyarakat. Penilaian dilakukan berdasarkan 3 cara, Metode penilaian berdasarkan harga pasar, metode penilaian berdasarkan harga barang pengganti, metode penilaian berdasarkan biaya pengadaan dan perbaikan.

Sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi berupa kayu bakar dan sumberdaya air. Nilai kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat Desa Buniwangi adalah Rp 94.000/KK/bulan setara dengan nilai penghematan sebesar 5,28% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Sumberdaya air hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Buniwangi rata-rata 21 m3/KK/bulan, dengan nilai penghematan Rp 22.419/KK/bulan atau setara dengan penghematan sebesar 1,26% terhadap pendapatan rata-rata keluarga. Jumlah penghematan pengeluaran rumah tangga dari pemanfaatan sumberdaya hutan adalah Rp 238.192.415/bulan atau 6,54% dari pendapatan seluruh masyarakat di Desa Buniwangi.

(47)

ABSTRACT

Ade Kurnia Rahman. Utilization of Forest Resources by Buniwangi Village Community at Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Supervised by Leti Sundawati

Forest ecosystem as an unity, provides many benefits to human survival, especially for communities around the forest, either in the form of timber and non timber forest products. Utilization of forest resources by the communities surrounding the forest is one form of interaction that occurs between the forest areas and the people. Forest benefits can easily be felt by communities around the forest, as perceived by the community surround Buniwangi Village, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. To know the value of forest resources benefits for the community needed a primary and secondary data. Data processing method based on the method of assessment of the economic benefits from the utilization of forest resources by the community. Assessment is based on 3 ways, methods of assessment based on market prices, valuation methods based on the price of substitute goods, valuation based on the cost of procurement and repairment method.

Forest resources which utilized by the villagers of Buniwangi are in the form of firewood and water resources. The value of firewood consumed by Buniwangi Village community is IDR 94.000/household/month equivalent of 5,28% value savings of average families income. Water resources which utilized by the community of Buniwangi village are 21 m3/household/month, with a value savings of IDR 22.419/ household / month, equivalent to savings of 1,26% of average families income. Number of household expenditure savings from the use of forest resources is IDR 238.192.415 / month or 6,54% of all people revenue in the Buniwangi Village.

(48)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

(49)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi

Nama : Ade Kurnia Rahman

NRP : E14061918

Program Studi : Manajemen Hutan

Menyetujui : Dosen Pembimbing

( Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.) NIP. 199640830 199003 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB

( Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.) NIP. 19630401 199403 1 001

(50)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dan menyusun karya tulis yang berjudul “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu,Kabupaten Sukabumi”. Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pemanfaatan sumber daya hutan oleh masyarakat di sekitar hutan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, baik itu pemanfaatan berupa hasil hutan kayu maupun hasil hutan non kayu. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari hutan seperti pohon kayu untuk perkakas dan kayu bakar, dan juga sebagai penyedia air bersih bagi kebutuhan rumah tangga. Manfaat-manfaat hutan ini sangat dirasakan oleh masyarakat di sekitar hutan, seperti yang dirasakan oleh masayarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Segala kritikan dan saran akan penulis terima dengan senang hati dan bijaksana. Semoga karya tulis ini berguna bagi kita semua dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Amin.

Bogor, Februari 2012

(51)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 12 Agustus 1987 sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan U.Sufandy dan Atikah. Penulis melaksanakan jenjang pendidikan sekolah di MI Al-Inayah Bogor (1994-2000), SLTP Negeri 1 Ciomas Bogor (2000-2003) dan SMU Negeri 4 Bogor (2003-2006). Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan seperti menjadi pengurus PC Sylva IPB, mengikuti diskusi terbuka “I Love My World, Campaign” tahun 2008, menjadi panitia “Bina Corps Rimbawan’44” sebagai satuan pengawas tahun 2008, mengikuti Diskusi Kehutanan Nasional tahun 2009, mengikuti Seminar Nasional Kehutanan di Universitas Gadjah Mada tahun 2009, menjadi Koordinator lapangan logistik dan transportasi dalam Seminar Nasional “Hutan Tanaman Rakyat dan Lacak Balak”, mengikuti acara Latihan Kepemimpinan Sylva Indonesia di Universitas Gadjah Mada tahun 2009 dan melakukan Kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturraden tahun 2008, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tahun 2009, serta penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Bade Makmur Orissa dengan areal kerja di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua pada tahun 2010.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Oleh Masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi” dibawah bimbingan Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc.

(52)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Leti Sundawati, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah ini. 2. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen

hutan yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

3. Seluruh staf pemerintah desa dan masyarakat Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi yang membantu dalam pengambilan data penelitian di lapangan.

4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda U. Sufandy dan ibunda Atikah, kakak-kakak tercinta Susy Andriani S.Hut dan M. Sidik Budiman beserta istri dan anaknya Setia Pisa Kurniawati dan Deval Ramadhan serta keluarga besar lainnya yang telah memberikan dukungan moral maupun material dan kasih sayang yang senantiasa tercurah.

5. Surachman S.Hut, yang telah membantu penulis dalam pengambilan data penelitian di lapangan.

6. Teman satu bimbingan, Adrian Riyadi Putra S.Hut, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

7. Teman-teman SEMERU CAMP FAHUTAN 43 yang selalu membantu dan memberikan semangat.

8. Teman-teman FAHUTAN IPB, semoga kita semua selalu ASIK.

(53)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR... i RIWAYAT HIDUP... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL ... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN ... vii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Manfaat Penelitian ... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai dan Manfaat Hutan. ... 3 2.2 Sumberdaya Air ... 4 2.2.1 Pemanfaatan Sumberdaya Air ... 6 2.2.2 Kebijakan Pengelolaan dan Metode Menentukan

Harga Air ... 7 2.3 Karakteristik Masyarakat Desa Sekitar Hutan... 10 2.4. Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Hutan dengan

Sumberdaya Hutan ... 11 2.5 Persepsi ... 12 BAB III METODE PENELITIAN

(54)

3.5 Metode Penentuan Responden ... 15 3.6 Metode Penilaian Manfaat Ekonomi Hasil Pemanfaatan

Sumber Daya Hutan ... 16 3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 16 BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Letak dan Iklim ... 19 4.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan... 19 4.3 Potensi Sumberdaya Manusia ... 20 4.4 Kondisi Hutan Cirenghas ... 20 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Masyarakat Desa Hutan ... 22 5.1.1 Umur Responden ... 22 5.1.2 Pendidikan ... 23 5.1.3 Pekerjaan ... 24 5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga ... 25 5.1.5 Luas Kepemilikan Lahan ... 26 5.2 Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat... 27 5.3 Pengeluaran Rumah Tangga Masyarakat... 28 5.4 Pemanfaatan Sumberdaya Hutan... 29 5.4.1 Kayu Bakar... 29 5.4.2 Air Hutan... 31 5.5 Kontribusi Sumberdaya Hutan dan Kawasan Sekitar

Hutan terhadap Pendapatn Keluarga ... 35 5.6 Persepsi Masyarakat tentang Keberadaan Hutan ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 39 6.2 Saran ... 39

(55)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Konsumsi rata-rata air bersih (clean water) harian masyarakat

Indonesia ... 5 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur ... 22 3 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 23 4 Persentase responden berdasarkan pekerjaan utama ... 24 5 Persentase responden berdasarkan pekerjaan sampingan ... 25 6. Persentase responden berdasarkan jumlah anggota keluarga... 25 7 Persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan ... 26 8 Sumber dan jumlah pendapatan rumah tangga ... 27 9 Jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga ... 28 10 Pemanfaatan kayu bakar oleh masyarakat ... 29 11 Konsumsi kayu Bakar berdasarkan lokasi pengambilan ... 30 12 Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga... 31 13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga ... 32 14 Konsumsi air rumah tangga ... 33 15 Nilai ekonomi air rumah tangga ... 34 16 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan

keluarga berdasarkan sumber pendapatan... 35 17 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan

keluarga berdasarkan tingkat pendidikan... 36 18 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan

keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 36 19 Nilai penghematan dari pemanfaatan SDH terhadap pendapatan

keluarga berdasarkan luas kepemilikan lahan ... 37 20 Jumlah penghematan dari pemanfaatan SDH oleh masyarakat di

(56)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Gambar

Tabel 11 Konsumsi kayu bakar berdasarkan lokasi pengambilan
Tabel 12  Nilai konsumsi kayu bakar rumah tangga
Tabel 13 Biaya pengadaan dan perbaikan sumber air rumah tangga responden
Tabel 15Nilai ekonomi air rumah tangga berdasarkan harga PDAM danpenghematannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik masyarakat pemanfaat desa penyangga Taman Nasional Baluran (TN Baluran) yang memanfaatkan sumberdaya hutan,

Spesies tumbuhan yang biasa diambil oleh masayarakat Suku Tengger Desa Ranu Pane dari hutan biasanya merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dan kayu

Mengacu pada perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk memahami struktur akses sumberdaya agraria oleh masyarakat desa hutan dan pengaruhnya

(Studi Evaluasi Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat di Lembaga Masyarakat Desa Hutan Artha Wana Mulya Desa Sidomulyo

Kedua jenis rotan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Menyabo adalah sebagai perabotan rumah tangga, hasil kerajinan dan budaya dalam pesta penyambutan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui terdapat 92 jenis dan 45 famili tumbuhan yang biasa dimanfaatkan sebagai sumber pangan oleh masyarakat sekitar Hutan

RIONALDO DAMANIK, Inventarisasi dan Pemanfaatan Aren (A. pinnata) oleh Masyarakat Sekitar Hutan (Studi kasus Hutan Produksi Terbatas Desa Sihombu, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik masyarakat pemanfaat desa penyangga Taman Nasional Baluran (TN Baluran) yang memanfaatkan sumberdaya hutan,