• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Laporan Tugas Akhir

Negara Indonesia merupakan Negara yang menjungjung tinggi hukum yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. Sekarang ini setiap Negara sedang melakukan pembangunan secara menyeluruh baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak terkecuali Bangsa Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan yang pesat dan menyeluruh dalam kehidupan nasional maka diperlukan dukungan dan peran serta seluruh potensi masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan suatu pembangunan yang terus berkelanjutan dan saling berkesinambungan yang pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah.

Pada saat ini Negara Indonesia yang merupakan suatu negara yang berkembang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastuktur di berbagai macam bidang baik di bidang Ekonomi, Hukum, Pendidikan, Sosial dan lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tercantum dalam pokok-pokok UUD 1945. Dalam melaksanakan program meningkatkan pembangunan dan perekononomian tersebut, langkah yang baik adalah dengan cara memperbaiki serta mengembangkan tatanan kinerja system perekonomian dan pembanguna termasuk juga pada sistem perpajakannya karena pajak merupakan penerimaan Negara yang paling utama dan terbesar.

(2)

Di samping itu pajak merupakan sumber pendapatan asli Negara yang mempunyai potensi besar dalam mendukung seluruh program kerja suatu pemerintah dalam melakukan suatu perubahan agar dimana semua tujuan yang diharapkan pemerintah dapat tercapai, maka dari itu diperlukan suatu penanganan dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan perpajakan dalam memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi maksimalnya.

Dengan keadaan sekarang ini bangsa Indonesia sedang keluar dari krisis ekonomi global yang melanda di berbagai negara.Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksaan perpajakan agar wajib pajak taat terhadap peraturan yang telah disusun dan ditetapkan dalam Undang-Undang perpajakan.sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami berapakali perubahan, perubahan yang sangat signifikan dalam hal perpajakan yaitu ketika terjadinya reformasi sistem perpajakanpada tahun 1983. Sejak saat itu, sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan signifikan yaitu official assessment system menjadi self assessment system. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah wajib pajak di Indonesia yang sangat pesat, tetapi tidak berbanding lurus dengan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berbeda dengan official assessment system, dalam self assessment system wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melapor sendiri pajaknya.

(3)

Dengan adanya reformasi sistem perpajakan ini, diharapkan adanya peningkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya, namun dalam pelaksaannya masih banyak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik sehingga timbul utang pajak. Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hal hal ini, antara lain dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan Surat Paksa. Undang-Undang ini kemudian menjadi dasar untuk melakukan tindakan penagihan aktif, antara lain pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan, serta pelaksanaan lelang yang bertujuan untuk menjual barang milik wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.

Surat penetapan dan ketetapan pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 30 hari atau sampai tanggal jatuh tempo sejak tanggal diterbitkannya surat penetapan dan ketetapan tersebut. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh wajib pajak sampai batas waktu yang ditentukan maka fiskus menerbitkan surat teguran, dan apabila suratteguran tersebut diterbitkan tetapi wajib pajak belum juga melunasi pajak terutangnya, maka terhadap wajib pajak tersebut akan diterbitkan surat paksa, dan jika setelah surat paksa ternyata wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka akan dilakukan tindakan penyitaan yang dalam hal ini dilakukan oleh Juru Sita Pajak.

(4)

Harus diakui bahwa sangat sulit melakukan tindakan penyitaan tersebut, dikarenakan banyak wajib pajak yang selalu berusaha menghindari semaksimal mungkin agar tidak mengalami penyitaan. Ketidakpahaman wajib pajak akan prosedur penyitaan juga mengenai hak dan kewajiban wajib pajak saat dilakukan penyitaan adalah merupakan suatu kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilaksanakan penelitian agar mengetahui lebih banyak bagaimana pelaksanaan prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Karena dengan lebih memahami prosedur penyitaan diharapkan dapat meminimalkan jumlah wajib pajak yang selalu menghindari penyitaan tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat laporan prakti kerja lapangan yang berjudul : Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

B. Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir

1. Tujuan

Adapun yang menjaditujuanpenulisandalam Laporan TugasAkhiriniadalahsebagaiberikut:

1.1.Untukmengetahuiprosedurpenagihanaktif yang dilakukanolehJuruSitaPajakterhadapWajibPajakBadan di Kantor

PelayananPajakPratama Medan Barat.

1.2. Untukmengetahui masalah atau kendala yang dihadapiolehJuruSitaPajakserta alternatif pemecahan masalah dalampelaksaaanpenagihandanpenyitaanterhadapWajibPajakBadan di Kantor Pelayanan PajakPratama Medan Barat.

(5)

1.3.Untukmengetahui dan memahami system penyitaan barang-barang sitaan milik wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Patama Medan Barat.

2. Manfaat

Adapunmanfaat yang diharapkanolehpenuliskedepannyaadalah: 2.1. Bagi Mahasiswa

a. Untukdapatmenambahpengetahuandanwawasan di bidang perpajakan serta untuk dapatmenerapkanteori yang diberikanpadabangkuperkuliahandengankenyataan yang terjadidilapangan .

b. Mendorongmahasiswauntukbelajar,

mengetahuibagaimanamenjaditenagaahli yang siappakai

c. Menerapkanteoridanpraktek yang selamainidilakukanbaikdalampembelajaranataupunpraktekkerj alapangandalamperkuliahankeduniakerja. d. menambahwawasandanilmupengetahuanmahasiswa, sehinggadapatmeningkatkanpotensi yang adadidalamdirinyauntukmenjadipegawaiperusahaan yang berkualitastinggi.

2.2. Bagi Kantor PelayananPajak (KPP) Pratama Medan Barat

a. Gunamempromosikansumberdayamanusia yang ahlisesuaidenganbidangahlinya.

b. dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil

(6)

keputusan dalam memperbaiki kinerja sehingga dapat berjalan dengan lebih baik.

3.3. Bagi Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a) Mempererat hubungan kerja sama Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

b) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

C. Uraian Teoritis Laporan Tugas Akhir

1. Ketentuan umum

Dasar hukum yang mengatur prosedur penyitaan dapat dilihat berdasarkan ketetapan atau aturan-aturan yang berlaku sebagai berikut:

a) Udang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

b) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK 04/2000 tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus an Pelaksanaan Surat Paksa

(7)

c) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-627/PJ/2001 tanggal 24 September 2001 tetang Tata Cara Pemblokiran dan Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada anak dalam rangka Penagiha Pajak dengan Surat Paksa.

d) Peraturan Menteri Keuangan-24/PMK 03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan dan Sekaligus

e) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

2. Pengertian penyitaan Pajak

Menurut Undang-Undang No 19 Tahun 2000 pasal 1 sub 14 dinyatakan bahwa : “Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk mengusai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan penagihan pajak dilakukan oleh bagian penagihan (seksi penagihan) dikantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar.” Penagihan Pajak adalah tindakan penagihan yang dilakukan oleh fiskus atau Juru Sita Pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajakdan tahun pajak.

(8)

Defenisi penagihan pajak menurut Soemitro (1996:17) yaitu Penagihan Pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jederal Pajak karena wajib pajak tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Pajak, khusunya mengenai pembayaran pajak yang terutang.

Defenisi lain menurut Rusdji (2004:6) , yaitu Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajakdan biaya penagihan pajak dengan meegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Pada dasarnya tindakan penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak

3. Subjek dan Objek Penyitaan

Subjek peyitaan adalah Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yag tidak bertanggung jawab atas pelunasan pembayaran utang pajaknya dan tidak menjalankan hak serta memenuhi kewajiban pajak menurut ketentuan dan peraturan undang-undang yang berlaku.

Objek Penyitaan adalah barang yang bergerak maupun tidak bergerak milik penanggung pajak, yaitu atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedududukan yang bersangkutan, ditempat tinggal mereka, ataupun ditempat lain.

(9)

Berdasarkan Undang-Undang No 19 Tahun 2000 pasal 14 ayat 1,2 dan 3 dimana penyitaan dapat dilaksanakan terhadap penanggung pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain termasuk yang penguasaanya berada ditangan pihak lain dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, dimana:

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan deposito berjangka, tabungan, rekening koran, obligasi, saham, surat berharga, dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya. b. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal

dengan isi kotor tertentu. Penyitaan yang dilakukan sampai dengan nilai barang disita diperkirakan telah mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

4. Defenisi Juru Sita Pajak.

Pengertian juru sita pajak dalam pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan, dan penyanderaan. Juru sita pajak tidak mengubah status hak milik wajib pajak, bahkan barang-barang tersebut diserahkan kepada wajib pajak untuk dititipkan kembali padanya. Juru sita pajak diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur atau Bupati/Walikota untuk penagihan pajak daerah (Rusjdi,2007)

(10)

Adapun wewenang Jurusita Pajak adalah :

1. Jurusita Pajak menjalankan tugas diwilayah kerja Pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan pasal 5 ayat 5 UU PPSP

2. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 5 ayat 4 UU PPSP, dalam melaksanakan tugas, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undangan, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertahanan Nasional, Direktorat Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak lain.

3. Jurusita Pajak berwenang untuk memasuki dan memeriksa semua ruangan untuk menemukan objek sita di tempat usaha dan melakukan penyitaan di tempat kedudukan, di tempat tinggal penanggung pajak atau ditempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita dalam melaksanakan penyitaan.

Berdasarkan pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, juru sita pajak mempunyai tugas, yaitu:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan Penyitaan atau barang penanggung pajak yang hendak disita

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan dalam melaksanakan tugasnya, juru sita pajak harus dilengkapi dengan

(11)

kartu tanda pengenal juru sita pajak dan surat perintah melaksanakan penyitaan yang harus diperlihatkan kepada penanggung pajak.

Adapun Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila: a. Meninggal dunia

b. Pensiun

c. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas e. Melakukan perbuatan tercela

f. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.

5. Pelaksanaan Penyitaan

Dalam melaksakan penyitaan, juru sita pajak harus melakukan penyitaan sesuai prosedur penyitaan yang sudah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun tata cara penyitaan yang dilakukan oleh juru sita pajak yaitu dengan mealui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Menyampaikan surat pemberitahuan bahwa akan dilakukan penyitaan b. Menyampaikan surat perintah melakukan penyitaan

c. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak dengan dua orang saksi. d. Barang yang utama disita adalah barang bergerak

(12)

6. Wajib Pajak Badan

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tetang Ketentuan Umum dan Tatacara perpajakan (KUP), Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas , perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, lembaga dan bentuk lainnya termasuk kontrak investor kolektif dan bentuk usaha tetap

D. Ruang Lingkup Tugas Akhir

Ruang lingkup yang dilaksanakan di Kantor Pajak Pratama Medan Kota mencakup beberapa aspek yang terdiri dari:

1) Prosedur pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak terhadap wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2) Faktor penghambat pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak terhadap wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 3) Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan penyitaan oleh juru sita

pajak terhadap wajib pajak badan pada Kator Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

(13)

E. Metode Tugas Akhir

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan penelitian ke objek pajak yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek dan lokasi penelitian, pengajuan judul, penentuan judul, penyusunan proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat izin ke lokasi penelitian dari pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2. Studi Literatur

Merupakan kegiatan studi mencari data serta informasi – informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan, Peraturan Pemerintah, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan penulisan Tugas Akhir.

3. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung sebagai salah satu sistem tata kerja dan riset yang akan dilakukan oleh penulis pada KantorPelayanan Pajak Pratama Medan Barat untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan diteliti

4. Pengumpulan Data

Didalam melaksanakan penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir, penulis juga mengumpulkan data yang diperlukan dari kegiatan

(14)

penelitian. Data tersebut diperoleh baik dari hal-hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data-data yang diberikan pihak Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat baik yang tertulis maupun data secara lisan. Metode pengumpulan data terbagi dua, yaitu:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus dan panel atau juga data hasil wawancara peneliti dengan informan penelitian.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah dan lain sebagainya.

5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis sudah dapat melakukan analisis dengan cara menganalisa permasalahan dan kendala yang di hadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan metode analisis yang tepat dan mengevaluasi data yang kemudian diinterprestasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

(15)

F. Metode Pengumpulan Data Tugas Akhir

A. Metode Pengumpulan Data 1. Pengamatan

Yaitu kegiatan megumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis, dalam hal interview ditujukan kepada seksi penagihan Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Juru Sita Pajak. 3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam instansi yang bersangkutan untuk menambah objektifitas yangdibutuhkan untuk melengkapi laporan tugas akhir. Dokumentasitersebut berupa struktur organisasi, peraturan-peraturan daerah, rencana kerja dan surat keputusan.

(16)

G. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajian pembahasan ke dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang Tugas Akhir,tujuandan manfaat Tugas Akhir, Uraian Teoritis,ruanglingkup TugasAkhir, metode penulisan Tugas Akhir, metode pngumpulan dataTugas Akhir dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAKPRATAMA MEDAN KOTA

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : RUANG LINGKUP DAN GAMBARAN DATA

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

(17)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan

BAB V : KESIMPULA DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

*) Contoh cara/metode yang digunakan: kajian pustaka, penelitian di laboratorium, survei, pembuatan prototipe, dll. **) Contoh bukti fisik : paper ilmiah yang dipublikasikan,

(2) Penetapan kelas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan berdasarkan pada hasil pengkajian yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, danatau

There is a need to develop sustainable land management (SLM) sys- tems, and this requires the development of methods which can be used by researchers, extension workers, local

fail to generate tangible business benefits The benefits of cultural and gender diversity at the management level have been overstated Having a single global code of ethical

Guidelines for good form design: • Make forms easy to fill out.. • Ensure that forms meet the purpose for which they

Untuk tujuan uji penurunan nilai, goodwill yang diperoleh dari suatu kombinasi bisnis, sejak tanggal akuisisi dialokasikan kepada setiap Unit Penghasil Kas

3.4 Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa

Buatlah Perencanaan pembelajaran, evaluasi, dan PKB setiap hari sehingga tidak memberatkan pekerjaan anda. Keluarga anda di rumah membutuhkan kasih