• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI BAHAN DESINFEKTASI LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI BAHAN DESINFEKTASI LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Desinfektasi larva merupakan salah satu langkah bio-security guna mencegah masuknya organisme patogen dan parasit melalui larva udang galah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sirih sebagai bahan alternatif desinfektasi larva udang galah. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu A (kontrol, tanpa penambahan desinfektan); B (perendaman dalam larutan formalin 250 mg/L) dan C (perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih 20%). Hewan uji yang digunakan adalah larva udang galah umur dua hari. Larva dipelihara dengan kepadatan 40 ekor per stoples berisi 800 mL media 10‰, yang ditempatkan di dalam akuarium dengan ketinggian air 40 cm dan dipasang pemanas dengan suhu 29°C. Parameter utama yang diamati adalah kelimpahan bakteri pada larva yang telah didesinfektasi, sintasan (SR) dan perkembangan larva (LSI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman ekstrak daun sirih dan formalin berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kelimpahan bakteri, yaitu A. (4,4 x 103 cfu/mL), B. (0 cfu/mL), dan C. (0 cfu/mL), namun tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap sintasan dan nilai LSI larva selama 3 hari pemeliharaan, dengan nilai sebagai berikut: A. 45,83% dan 393; B. 52,00% dan 3,93; serta C. 47,5% dan 4,00. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih prospektif sebagai bahan desinfektasi larva udang galah.

KATA KUNCI: desinfektan, formalin, larva udang galah, sirih PENDAHULUAN

Peningkatan produktivitas pembenihan udang galah harus dilakukan melalui intensifikasi, sehingga risiko kegagalan dapat ditekan serendah mungkin. Salah satu permasalahan yang serius dalam pembenihan adalah kematian larva yang disebabkan serangan bakteri patogen, seperti Vibrio harveyi, Pseudomonas sp., dan Edwardsiella sp. serta infeksi protozoa parasit, seperti Vorticella sp., Acineta sp., Epistylis sp., Zoothamnium sp. (Thonguthai, 1997; Supriyadi et al., 2001; Hoa et al., 2006). Langkah pencegahan melalui penerapan bio-security antara lain sterilisasi media, wadah, dan pencegahan jasad patogen menjadi perhatian serius dalam pembenihan udang galah intensif.

Salah satu penanggulangan penyakit bakterial adalah dengan menggunakan antibiotik, sedangkan penanggulangan infeksi parasit dapat dilakukan dengan menggunakan formalin. Namun demikian, penggunaan antibiotik secara terus-menerus dan tidak terkontrol dapat menimbulkan resistensi bakteri terhadap antibiotik, sedangkan formalin merupakan senyawa yang dipantau secara ketat penggunaannya dan memerlukan perizinan khusus dalam pengadaannya.

Penggunaan obat-obatan sintetik di masa sekarang sangat tidak ekonomis dan kurang efektif karena harganya yang mahal, terakumulasi dalam daging ikan dan tidak ramah lingkungan (Tumar & Boimin, 2006). Oleh karena itu, penggalian potensi bahan alam yang berpotensi sebagai desinfektan merupakan langkah strategis, mengingat Indonesia merupakan negara dengan mega-diversitas bahan baku obat alami.

Berbagai jenis tanaman telah diketahui khasiatnya sebagai obat dan sudah digunakan secara turun-temurun untuk mengobati penyakit karena infeksi mikroorganisme, seperti sirih, bawang putih dan meniran. Moeljanto & Mulyono (2003) menyatakan bahwa daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri atas batlephenol, kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eu-genol, dan karvakrol.

Berdasarkan uraian tersebut di atas telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sirih sebagai bahan alternatif desinfektan larva udang galah.

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH SEBAGAI BAHAN DESINFEKTASI

LARVA UDANG GALAH (

Macrobrachium rosenbergii

)

Ikhsan Khasani dan Asep Sopian

Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Jl. Raya Sukamandi No. 2, Subang 41256

(2)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi dan hatcheri Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu:

Perlakuan A : Kontrol (tanpa perlakuan)

Perlakuan B : Perendaman dalam larutan formalin 37% dosis 250 mg/L Perlakuan C : Perendaman dalam larutan ekstrak daun sirih 20%

Pembuatan Ekstrak Daun Sirih

Daun sirih segar dipotong-potong dengan diameter kurang lebih 0,5 cm, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai berwarna kehitam-hitaman dan rapuh (mudah diremas). Daun sirih yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan blender untuk mendapatkan bubuk daun sirih. Sebanyak 10 g daun sirih kering dilarutkan dalam 100 mL dan didihkan selama 15 menit, untuk selanjutnya diambil 80 cc dan didihkan lagi sampai mendapat 40 mL (Agustin, 2005).

Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA)

Pembuatan media nutrien agar sesuai petunjuk dalam kemasan yang diproduksi oleh Defco Ltd. Sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf pada 121°C, tekanan 1 Atm, selama 15 menit (Cappucino & Sherman, 2001).

Penyiapan Larva Uji

Induk udang galah betina bertelur dengan bobot 40 g dipelihara dalam corong penetasan. Larva yang dihasilkan dipanen dan ditampung dalam stoples 5 L. Larva udang galah umur 2 hari, dengan kondisi aktif berenang dipermukaan dipilih sebagai hewan uji.

Uji Daya Anti Bakteri

Sebanyak 50 ekor larva udang galah (H-2) dimasukkan dalam stoples volume 1 liter yang diisi air 10‰. Populasi larva dari masing-masing stoples diberi perlakuan sebagai berikut:

Perlakuan A : larva tanpa perendaman dalam bahan desinfektan

Perlakuan B : larva dimasukkan ke dalam seser halus, selanjutnya direndam dalam larutan forma-lin 37% selama 30 detik

Perlakuan C : larva dimasukkan ke dalam seser halus, selanjutnya direndam dalam larutan ekstrak daun sirih 20% selama 30 menit

Sebanyak 10 ekor larva dari masing-masing perlakuan dibawa beserta media perendaman untuk dilakukan penghitungan populasi bakteri. Seekor larva beserta 1 mL media dari masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam 9 mL larutan fisiologis steril dalam tabung reaksi 20 mL, selanjutnya dihomogenkan dengan menforteks tabung reaksi tersebut. Pengenceran dilakukan berseri untuk menghitung total bakteri (total plate count) sesuai Bibiana (1994), Cappucino & Sherman (1998). Selanjutnya setelah biakan diinkubasi selama 24 jam dalam suhu ruang dilakukan penghitungan koloni bakteri.

Sintasan dan Perkembangan Larva

Empat puluh ekor larva dari masing-masing perlakuan dipelihara dalam 800 mL media air 10‰ dalam stoples 1.000 mL. Aerasi dengan tekanan sedang ditempatkan pada masing-masing perlakuan. Stoples ditempatkan dalam akuarium 1 m x 1 m x 0,4 m yang diisi air, dan ditempatkan pemanas dengan suhu 29°C. Larva dipelihara selama tiga hari dengan diberi pakan nauplii Artemia sebanyak 2 ekor/larva/hari. Setelah 3 hari pemeliharaan dilakukan pengamatan perkembangan stadia larva (LSI/ larval Stage Index) sesuai dengan Maddox & Manzi dalam Aquacop (1983);

(3)

Keterangan:

A, b….k = Stadia larva, yaitu stadia I–XI

n1,n2….nn = Jumlah larva yang dilihat pada stadium yang sama N = Jumlah total larva yang diamati

Sintasan larva diamati pada akhir masa pemeliharaan, larva yang diambil lalu dihitung secara manual dan dirata-ratakan dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al., 1991) ;

Keterangan:

SR = Sintasan larva (%)

Nt = Jumlah total larva setelah sampling (ekor) No = Jumlah total larva saat tebar (ekor)

Pengamatan populasi ektoparasit secara kualitatif dilakukan terhadap larva yang mati dari masing-masing perlakuan.

HASIL DAN BAHASAN Uji Daya Bunuh Bakteri

Perlakuan perendaman larva dalam beberapa jenis senyawa desinfektan memberikan hasil berbeda nyata terhadap populasi bakteri aerob dalam media penampung larva. Rata-rata kelimpahan bakteri pada perlakuan A sejumlah 4,4 x 103 cfu/mL, perlakuan B sejumlah 0 cfu/mL dan perlakuan C sejumlah 0 cfu/mL. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih dan formalin mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Hal tersebut dikarenakan ekstrak daun sirih mengandung senyawa fenol yang mempunyai daya anti bakteri (Pratiwi, 2005). Senyawa fenol dan turunannya apabila terjadi interaksi dengan dinding sel mikroorganisme akan terjadi proses denaturasi dan koagulasi protein. Protein yang mengalami proses denaturasi dan koagulasi akan kehilangan aktivitas fisiologisnya sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik (Mieke et al., 1985).

Larva Stadia Indeks (LSI)

Perkembangan larva udang galah yang ditunjukkan dengan nilai Larva Stadia Index (LSI) setelah tiga hari pemeliharaan adalah 3,93; 3,93; dan 4,00 untuk perlakuan A, B, dan C, secara berurutan. Berdasarkan hasil analisa statistik, ANOVA, dapat dikatakan bahwa nilai Larva Stadia Index (LSI) antar perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) sebagaimana tertera pada Tabel 1.

Perkembangan larva pada semua perlakuan selama tiga hari pemeliharaan masih normal sebagaimana pemeliharaan udang galah pada umumnya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perlakuan perendaman formalin dan ekstrak daun sirih tidak berdampak negatif bagi larva udang galah.

(

) (

)

(

)

N x n ... x n x n LSI= 1 a + 2 b + + n k 100% x N N SR o t =

Perlakuan Stadia larva indeks Sintasan (%)

Kontrol 3,93 45,83

Formalin 3,93 52,50

Ekstrak daun sirih 4,00 47,50

Tabel 1. Stadia perkembangan dan sintasan larva udang galah yang dipelihara selama tiga hari

(4)

Sintasan Larva

Tingkat sintasan larva yang dipelihara selama tiga hari pada perlakuan A, B, dan C masing-masing mencapai 45,83%; 52,5%; dan 47,5%. Hasil analisis ANOVA menunjukkan bahwa tingkat sintasan larva antar perlakuan tidak berbeda untuk semua perlakuan (P>0,05). Data sintasan larva disajikan dalam (Tabel 1). Sintasan larva pada semua perlakuan tergolong rendah karena pemeliharaan baru berjalan 3 hari. Pada pemeliharaan udang galah secara intensif dalam wadah 50–100 L sintasan larva pada minggu pertama masih sangat tinggi hingga 95%.

Ektoparasit

Pengamatan ektoparasit pada larva udang yang mati dari masing-masing perlakuan menunjukkan bawa sebagian besar parasit yang tumbuh adalah Eptilis sp. dan Vorticella sp. Jumlah ektoparasit tidak terlalu banyak, karena pemeliharaan baru berjalan 3 hari, dan pakan yang diberikan hanya nauplii Artemia dalam jumlah sedikit. Apabila pakan buatan telah diberikan maka populasi protozoa parasit akan meningkat. Keberadaan ektoparasit diperkirakan karena pemeliharaan dilakukan di ruang yang tidak steril Eptilis sp. dan Vorticella sp. merupakan protozoa parasit yang sering menyebabkan kematian pada pembenihan udang galah (Thonguthai, 1997).

Parameter Kualitas Air

Parameter fisika-kimia air yang diamati selama pemeliharaan larva ditampilkan pada Tabel 2.

Parameter kualitas air selama 3 hari pemeliharaan larva pada setiap perlakuan berada pada kisaran yang layak untuk kehidupan udang galah. Kisaran parameter kualitas air yang ideal untuk pemeliharaan udang galah adalah temperetur (28°C–32°C), pH (7,2–8,5), salinitas (10‰–15‰), oksigen terlarut (>3 mg/L), total alkalinitas untuk larva (100–200 mg/L), total ammonia (<1,0 mg/L), nitrit (<0,1 mg/L) (Cheyada et al., 1999; Boyd & Zimmerman, 2000).

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih merupakan bahan alami yang efektif dan aman sebagai bahan desinfektan larva udang galah.

Perlu dilakukan kajian mengenai efektivitas daun sirih sebagai bahan pengendali populasi bakteri dan protozoa parasit pada periode pemeliharaan larva.

DAFTAR ACUAN

Agustin, W.D. 2005. Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hydrogen peroksida 3% dan infusum daun sirih 20% terhadap bakteri mix. Majalah Kedokteran Gigi, 38(1): 45–47.

Aquacop. 1985. Intensive larval rearing in clean water of Macrobrachium rosenbergii (De Man Anuenue stock) at the Center Oceanologique du Pasifique, Tahiti. In: CRC Handbook of Mariculture, Crusta-cean Aquaculture, 1: 179–187.

Bibiana, W.L. 1994. Analisis mikroba di laboratorium. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: vii + 168 hlm.. Boyd, C.E. & Zimmermann, S. 2001. Grow-out Systems-Water Quality and Soil Management. In New, M.B. & W.C. Valenti. 2000. Freshwater prawn culture: The farming of Macrobrachium rosenbergii .

Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan larva

Keterangan: TAN = Total Amonia Nitrogen

Salinitas (‰) Suhu (°C) pH TAN Nitrit (mg/L)

Kontrol 10 31–32 8,50 0,2 0,1

Formalin 10 31–32 8,50 0,2 0,1

Ekstrak daun sirih 10 31–32 8,50 0,2 0,1

(5)

Blackwell Science, Oxford: xix + 435 hlm.

Cappuccino, J.G. & Sherman, N. 2001. Microbiology: A laboratory manual. Benjamin Cummings, San Fransisco: xv + 489 hlm.

Cheyada, D., Chitmon, C., & Orachunwong, C. 2001. Hatchery of giant freshwater prawn in Thailand. Charoen Pokphand Foods Ltd., Bangkok. Internal Extension Paper, 9 pp.

Hoa, T.T, Hoang, D.T., & Phuong, N.T. 2006. Study on disease in giant freshwater prawns (Macrobrachium rosenbergii): A Review. Departement of Fisheries Biology, College of Aquaculture an Fisheries, Can Tho University, 1–7.

Mieke, H.S., Yanti, M., & Razak, U. 1985. Usaha pemeriksaan daya anti mikroba dan ekstrak daun sirih terhadap beberapa bakteri. Denpasar: Konas XVI. PDGI.

Moeljanto, D.R. & Mulyono. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih: Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jilid I Agromedia Pustaka, Jakarta.

Pratiwi, R. 2005. Perbedaan daya hambat terhadap streptococcus mutans dari beberapa pasta gigi yang mengandung herbal. Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J.), 38(2): 64–67.

Supriyadi, H.; Taufik; P., & RukyaniA. 2001. Pengelolaan Lingkungan Budidaya dan Kesehatan Udang Galah. Prosiding Workshop Hasil Penelitian Budidaya Udang Galah Jakarta, 26 Juli 2001. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Tonguthai, K. 1997. Diseases of the Freshwater Prawn, Macrobrachium rosenbergii. AAHRI Newsletter

Article, 4(2).

Tumar & Boimin. 2006. Efektivitas penggunaan jinten hitam (Nigella sativa) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in vitro. Seminar Nasional Tahunan III Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan.

Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon, J.h. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 317 hlm.

Gambar

Tabel 1. Stadia perkembangan dan sintasan larva udang galah yang dipelihara selama tiga hari
Tabel 2. Kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan larva

Referensi

Dokumen terkait

iktikad baiknya dalam pelunasan utang pajak. Dalam hal ini berkas WP yang dimaksud berkaitan dengan identitas penanggung pajak yang akan disandera, SPT, maupun berkas

Dari hasil observasi, hasil penilaian kemampuan membaca permulaan, dan hasil belajar pada siklus II, selanjutnya dievaluasi untuk melakukan tindakan bahwa aktivitas

2.3.2. This site provides useful information about ASP such as overview of ASP, creating ASP pages, using COM components and writing my own components. This tutorial

Kesadaran masyarakat desa Rowosari terhadap pendidikan tergolong kurang, karena pengaruh lingkungan yang tidak mendukung pendidikan.Sebagian besar penduduknya memilih untuk

Peneliti ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian anak kelompok A TK Dharma Wanita Boro Kedungwaru Tulungagung.Penelitian

Perihal waktu untuk pertunjukan teater tanggapan, tentu juga bergantung dengan jadual inti acara hajatan, bisa di depan acara, di sela-sela acara, atau bisa di akhir

(Asli/Endemik) KABUPATEN/ KOTA 4.576,13 Biawan, Lais, Tapah, Toman, Entukan, Bauk, Baung, Gabus, Kaloi, Patik KABUPATEN KAPUAS HULU.. Nanga Palin Embaloh Hilir KABUPATEN

(1) Intensitas Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan rencana tata ruang kota,