IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AFFIRMASI (AFFIRMATIVE ACTION)
KUOTA TIGA PULUH PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN
DALAM PEMILU LEGISLATIF (DPRD) KOTA JAMBI
Oleh :
Herma Yanti, SH.MH
Muhammad Siddik Prabowo
Abstrak
Kebijakan Affirmative (Affirmative Action) Kuota Tiga Puluh Persen
Keterwakilan Perempuan dalam pemilu seharusnya dapat lebih mendorong kaum
perempuan untuk turut berpartisipasi di bidang politik. Namun dalam
implementasinya dalam pemilu legislative (DPRD) di Kota Jambi, partisipasi
perempuan dalam pemilu DPRD belum sebagaimana yang diharapkan. Jumlah
persentasi perempuan dalam pemilu legislative DPRD Kota Jambi masih jauh
dari angka persentasi tigapuluh persen yang ditentukan oleh UU. Factor
substansi UU sendiri yang belum secara tegas dan sungguh-sungguh mengatur
untuk melibatkan kaum perempuan di bidang politik dapat dikatakan salah satu
factor yang mempengaruhinya, ditambah lagi factor-faktor kasik yang masih
melekat dalam masyarakat yang mempengaruhi kurangnya minat perempuan
untuk berpolitik.
Kata Kunci :
Kebijakan Afirmasi, Perempuan, Pemilu
A. Latar Belakang
Peran dan emansipasi perempuan dalam segala bidang
pembangunan saat ini mempunyai peluang yang sangat tinggi, sehingga
tidak ada salahnya apabila perempuan dalam era reformasi dan didukung
dengan perubahan dan perkembangan zaman ini turut serta bahu-membahu
ikut berpartisi aktif untuk membangun suatu bangsa dan negara yang lebih
maju untuk kedepannya, termasuk didalamnya adalah berkiprah dalam
dunia politik.
Dengan era reformasi yang sudah bergulir dan berjalan hampir 17
tahun, dengan pemilu sistim multi partai, maka membuka peluang kaum
perempuan untuk ikut berpartisipasi langsung dalam dunia politik, salah
satunya para kaum perempuan untuk menjadi anggota legislatif, baik di
DPR, DPD, DPRD I dan DPRDII.
Herma Yanti. SH.MH adalah Dosen Tetap PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Batanghari Jambi.
Muhammad Siddik Prabowo adalah Mahasiswa PS. Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Kebijakan afirmasi (affirmative action) terhadap perempuan dalam
bidang Politik setelah berlakunya perubahan UUD 1945 dimulai dengan
disahkan nya UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan
DPRD. Peningkatan keterwakilan perempuan berusaha dilakukan dengan
cara memberikan ketentuan agar partai politik peserta Pemilu
memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% di
dalam mengajukan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pasal 65 ayat (1)
UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
menyatakan: Setiap Partai Politik Peserta Pemilu dapat mengajukan calon
Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap
Daerah Pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan
sekurang-kurangnya 30%. Dari waktu ke waktu, affirmative action terhadap
perempuan dalam bidang politik semakin disempurnakan. Hal itu dapat
ditelaah ketika DPR menyusun RUU Paket Politik yang digunakan dalam
pelaksanaan Pemilu 2009, yaitu UU No. 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilu, UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik dan UU
No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD”. Dalam hal
persamaan kedudukan, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama
berkedudukan sebagai subjek atau pelaku pembangunan. Dalam
kedudukan sebagai subjek pembangunan, laki-laki dan perempuan
mempunyai peranan yang sama dalam merencanakan,melaksanakan,
memantau dan menikmati hasil pembangunan. Hak yang sama di bidang
pendidikan misalnya, anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang
sama untuk dapat mengikuti pendidikan sampai ke jenjang pendidikan
formal tertentu.
Sementara dalam UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Umum Pasal 58 ditegaskan bahwa :
(1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran
dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR dan
verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah sekurang-kurangnya 30%
(tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.
(2) KPU Provinsi melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan
kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota
DPRD provinsi dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal
calon sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan
perempuan.
(3) KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap kelengkapan
dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal
calon anggota DPRD kabupaten/kota dan verifikasi terhadap
terpenuhinya jumlah bakal calon sekurang-kurangnya 30% (tiga
puluh persen) keterwakilan perempuan”.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian, mengingat sampai
saat ini walaupun undang-undang sudah mengamanatkan kouta
perempuan 30% untuk menjadi calon legislatif, namun dalam kenyataan
kouta ini masih sulit untuk dipenuhi, kemudian masih kurang kuatnya
keinginan perempuan yang menjadi legislatif, belum lagi faktor dukungan
pihak keluarganya. Padahal kemampuan perempuan untuk menjadi
anggota legislatif pada dasarnya tidak diragukan lagi, namun persoalannya
peluangnya dibatasi karena persoalan politik, yang mana pergeseran dalam
penetapan caleg selalu menjadi persoalan intern di tiap-tiap partai.
Begitupula di Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Kota Jambi
bahwa partisipasi perempuan dalam politik masih sangat rendah, termasuk
pandangan tokoh masyarakat terhadap keterlibatan dalam dunia politik
masih kurang, perempuan yang terjun dalam dunia politik dalam artian
dapat berperan ganda untuk menyalurkan aspirasinya dalam bidang
pendidikan, ekonomi, kesehatan, politik, sosial dan intinya adalah turut
serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membangun
bangsa dan negaranya.
Untuk mengetahui sejauh mana implementasi kebijakan afirmasi
(Affirmative Action) kuota 30% Perempuan dalam pemilu legislatif (DPRD)
Kota Jambi dan partisipasi perempuan sebagai calon anggota legislatif di
dalam dunia politik, kendala-kendala dan kelemahan-kelemahan dan upaya
yang harus di lakukan, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan
suatu kajian dan penelitian dan dituangkan dalam penulisan yang berjudul
”Implementasi kebijakan afirmasi kuota tiga puluh persen Perempuan
dalam pemilu legislatif (DPRD) Kota Jambi”.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Implementasi kebijakan affirmasi (Affirmative Action) Kuota
tiga puluh persen (30%) perempuan dalam pemilu legislative (DPRD)
Kota Jambi?
2. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat perempuan sebagai
anggota legislatif di DPRD Kota Jambi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Implementasi kebijakan
afirmasi (Affirmative Action) kuota 30% Perempuan dalam pemilu
legislatif (DPRD) Kota Jambi.
b.
Untuk
mengungkapkan
apa
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat perempuan sebagai anggota legislatif di DPRD Kota
Jambi.
2. Manfaat Penelitian
a. Untuk mengembangkan pengetahuan penulis dalam masalah
pemahaman masyarakat terhadap tingkat partisipasi perempuan
dalam bidang politik.
b. Memberikan kontribusi kepada para pembaca khususnya para
perempuan terhadap keberadaannya dan peranannya dalam
Implementasi hukum yang berkaitan dengan keterwakilan perempuan
dalam bidang politik.
D. Landasan Teori
1. Tujuan Hukum
Prof. L.J. Van Apeldron mengatakan tujuan hukum adalah
mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Demi
mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil
dengan
mengadakan
perimbangan
antara
kepentingan
yang
bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh sedapat
mungkin apa yang menjadi haknya.
12. Affirmative Action
Affirmative Action (Kebijakan Afirmasi) merupakan
tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementaraguna mendorong dan
mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau kelompok warga
masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga mencapai
tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan kelompok
masyarakat kebanyakan yang sudah jauh lebih maju.
2E. Metodologi Penelitian
1. Metode Pendekatan.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bersifat studi
“Yuridis Sosiologis”,yaitu berdasarkan ketentuan-ketentuan
perundang-undangan terkait dengan kebijakan afirmasi kuota tigapuluh persen
perempuan dalam pemilu legislative kemudian dikaitkan realitanya
dalam keterlibatan perempuan dalam pemilu Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kota Jambi.
2. Spesifikasi penelitian
Adapun spesifikasi penelitiannya yaitu “diskriptif analistis”, yaitu
suatu penelitian yang bersifat memaparkan, menggambarkan secara rinci
tentang implementasi kebijakan afirmasi (affirmative action) kuota
tigapuluh persen perempuan dalam pemilu legislative DPRD Kota Jambi
dan menganalisa pada pokok permasalahan guna untuk mudahkan
menemukan fakta dan data-data yang ada di lapangan, dan selanjutnya
dianalisis menggunakan konsep-konsep maupun teori-teori yang
digunakan dalam penelitian ini.
3. Sumber Data.
a.
Penelitian kepustakaan
Melalui studi pustaka, penulis mengambil berbagai bahan yaitu
bahan yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan
memahami peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
penelitian mulai dari UUD 1945, UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan
Umum, dan berbagai peraturan perundang-undangan lain serta literatur
yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b.
Penelitian lapangan
1
Rizky Ariestandi Irmansyah, Hukum, Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Jogjakarta, Graha Ilmu, 2013, hlm.40
2
Studi lapangan penulis memperoleh data melalui dokumentasi,
peraturan partai politik, KPU dan selanjutnya dalam proses pencalonan
anggota legislatif perempuan. Kemudian sumber lapangan diperoleh
langsung dan observasi kepada pihak-pihak yang terlibat dengan
masalah penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
a.
Wawancara terbuka
Wawancara terbuka adalah percakapan dimana subjek penelitian
(yang diwawancarai) dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti diberikan kebebasan untuk berbicara secara luas dan mendalam
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3Dalam hal ini wawancara
dilakukan kepada narasumber yang terkait.
b. Studi dokumentasi
Dokumentasi menurut dapat artikan sebagi cara mengumpulkan
data melalui benda-benda, majalah-majalah, dokumen-dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat ataupun catatan harian. Dalam
penelitian ini, dokumen-dokumen yang digunakan”.
4adalah sebagai
berikut :
1)
Jumlah anggota DPRD Perempuan Kota Jambi
2)
Jumlah Kursi dari masing-masing Partai di DPRD Kota Jambi
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data dan
mengorganisir kedalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar”.
5Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dimana dalam metode kualitatif sebagai prosedur
untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang serta perilaku yang dapat diamati, yang menitik
beratkan pada wawancara mendalam. Data yang terkumpul, dipilih
dan dikelompokan berdasarkan data yang sama. Kemudian
diorganisasikan untuk mendapat simpulan data sebagai bahan
penyajian data. Setelah data diorganisasikan selanjutnya data
disajikan dalam uraian-uraian normatif yang disesuaikan dengan
bahan untuk memperjelas data, sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan.
F. Pembahasan
1. Implementasi UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemberian 30% Bagi
Perempuan Sebagai Anggota DPRD Kota Jambi.
Penerapan UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum yang
memberikan peluang bagi perempuan 30% untuk masuk ke calon legislatif
merupakan angin segar bagi para kaum perempuan untuk melibatkan
dirinya dan berpartisipasi dalam dunia politik, yang selama ini kaum
3
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung, Pustaka Setia, 2002, hlm. 132
4
Suharsimi Arikunto, Strategi Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Widya Karya, hlm. 129
5
perempuan kurang mendapatkan perhatian dan peluang untuk duduk
menjadi anggota legislatif. Dengan UU No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan
Umum, diharapkan para kaum perempuan di Kota Jambi ini dapat menjadi
anggota
legislatif
sebagai
perwakilan
suara
perempuan,
untuk
menyampaikan aspirasi-aspirasinya dalam rangka turut serta berjuang dan
memberikan kontribusinya terhadap masalah pembangunan, pendidikan,
kesehatan, ekonomi, social budaya, agama, masalah perempuan dan lain
sebagainya.
Sebagaimana ditentukan Pasal 58 UU NOmor 8 tahun 2012
bahwa:
(1) KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran
dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR dan
verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah sekurang-kurangnya 30% (tiga
puluh persen) keterwakilan perempuan.
(2) KPU Provinsi melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan kebenaran
dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD provinsi
dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon
sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.
(3) KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap kelengkapan dan
kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD
kabupaten/kota dan verifikasi terhadap terpenuhinya jumlah bakal
calon sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan
perempuan”.
6Sesuai dengan pasal diatas, tahap verifikasi kelengkapan
administrasi bakal calon anggota DPRD Kabupaten/Kota melengkapi
persyaratan terhadap terpenuhinya jumlah bakal calon
sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan.
Sehubungan dengan kewajiban kuota 30% keterwakilan
perempuan yang diwajibkan sebagai salah satu syarat kepada partai politik
untuk lolos verifikasi dan menjadi partai peserta pemilu. Banyak parpol
yang mengusung perempuan sebagai bakal calon anggota hanya sebagai
formalitas saja, dan perempuan yang diusung terkesan dipaksakan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Yatno, anggota KPUD Kota Jambi :
“Dalam proses verifikasi yang dilakukan oleh KPUD Kota Jambi,
banyak ditemukan dalam dokumen bakal calon anggota
perempuan yang diusung oleh partai yang bersangkutan adalah
kader-kader baru, bukannya kader yang memang militan dan
berproses didalam parpol tersebut. Hal ini nampak dari tahun di
KTA (Kartu Tanda Anggota) parpol sebagai pelengkap
persyaratan verifikasi terlihat baru terdaftar sebagai anggota
parpol tersebut.”
76
Wien Arifin, Ketua KPU Kota Jambi, Wawancara, tanggal 2 Februari 2015
7
Berdasarkan hasil wawancara diatas terlihat bahwa banyak
parpol yang masih sangat sulit untuk mendapatkan kader perempuan yang
nantinya akan diusung menjadi calon legislatif.
Masuknya perempuan dalam arena politik, khususnya dalam
Pemilihan Umum Legisaltif 2014 ini, selalu menghadapi tantangan yang
harus siap dihadapi. Hal ini sebagaimana dikemukakan anggota DPRD
Kota Jambi Yeni Sinaga yang mengatakan bahwa, setidaknya ada tiga
tantangan yang harus dihadapi perempuan yang akan berlaga dalam
Pemilihan Umum Legisaltif yang datang yaitu :
“Pertama
, mayoritas partai yang mengikuti kompetisi pemilihan
umum merupakan partai-partai lama. Kalaupun ada partai baru,
tindakan politiknya mengikuti pola lama ataupun komposisi
dewan pengurusnya berisikan orang-orang lama. Hal ini
merupakan jebakan politik jika perempuan tidak merumuskan
bentuk politik berbeda dan program-program yang berisikan
kepentingan konstituen.
Kedua
, tingkat kepercayaan rakyat terhadap lembaga-lembaga
politik; parlemen, partai-partai, maupun sistem pemilu semakin
menciut. Persentase golongan putih atau golput terus saja
meningkat di berbagai pengalaman pemilihan umum.
Ketiga
, kemampuan dan keahlian kandidat perempuan untuk
menempati posisinya. Posisi-posisi pencalonan anggota legislatif
dan pengusulan calon pada umumnya direbut oleh perempuan
dari kelas menengah ke atas. Pada umumnya, meskipun lapisan
sosial ini memiliki tingkat pengetahuan dan pendidikan tinggi,
akan tetapi biasanya kurang peka dan kurang terikat secara
oraganik dengan massa perempuan di akar rumput”.
8Dengan kondisi-kondisi tersebut, maka hambatan bagi kaum
perempuan untuk meniti karir di dunia politik akan tetap berlanjut. Terlebih
lagi sanksi yang diterapkan bagi partai politik yang tidak memenuhi kuota
sangat lemah, yakni hanya berupa revisi dokumen sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 58 Undang-undang No. 8 Tahun 2012 Tentang Pemilu. Tanpa
sanksi yang jelas, semisal membatalkan kesempatan partai untuk ikut dalam
pemilu, ketidakpatuhan partai dalam memenuhi kuota tetap saja akan
terjadi.
Persoalan lain dari masih tetap rendahnya representasi
perempuan di ranah lokal karena akses pendidikan bagi mereka
kenyataannya masih lebih terbatas. Di samping itu, kaum perempuan di
daerah perdesaan dan pedalaman juga kekurangan informasi dan fasilitas
untuk dapat mengakses informasi tentang pentingnya duduk di lembaga
perwakilan. Ditambah lagi, kepercayaan agama dan tradisi budaya di
daerah pedesaan yang lebih ketat dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Hal itu menyebabkan hambatan bagi kaum perempuan untuk berpartisipasi
dalam kompetisi politik menjadi lebih besar.
8
Bila dilihat dari hasil pemilu anggota DPRD Kota Jambi Tahun
2014, diketahui bahwa jumlah keseluruhan anggota DPRD Kota Jambi
berdasarkan daerah pemilihan berjumlah 45 orang yang terdiri dari 12 partai
politik, yaitu partai Nasdem, PKB, PKS, PDIP, Golkar, Gerindra,
Demokrat, PAN, PPP, Hanura, PBB, PKPI.
Dari 45 kursi DPRD Kota Jambi, Nasdem mendapatkan 1 kursi,
PKB 4 kursi, PKS 1 kursi, PDIP 6 kursi, Golkar 4 kursi, Gerindra 5 kursi,
Demokrat 8 kursi, PAN 5 kursi, PPP 4 kursi, Hanura 5 kursi, PBB 1 kursi,
dan PKPI 1 kursi”.
Sedangkan untuk anggota DPRD Kota Jambi khusus untuk
perempuan belum mencapai target, dimana dari 12 partai yang
mengikutsertakan kaum perempuan untuk menjadi calon, maka yang
menjadi anggota DPRD Kota Jambi khusus perempuan adalah sesuai daftar
tabel sebagai berikut :
Tabel. 1. Perolehan Suara Perempuan Anggota DPRD Kota Jambi Pemilu
2014”.
No
Nama Anggota
Partai
Jumlah
1
RR. Nuily Kumiasih, SE
Demokrat
1
2
Maria Magdalena, SS
PDIP
1
3
Yenny Sinaga, S.Th. M.Pd.K
PDIP
1
4
Hj. Markonah
PAN
1
5
Nyimas Mazniati
Hanura
1
6
Syofni Herawari, SP
PKB
1
7
Ermawati
Golkar
1
Sumber : Kantor KPUD Kota Jambi 2015
Berdasarkan tabel di atas bahwa jumlah angora DPRD Kota Jambi
hasil pemilu tahun 2014 menempatkan anggota DPRD dari kaum
perempuan hanya 7 orang dari jumlah total 45 Kursi artinya hanya (15,5%)
perempuan yang menjadi wakil rakyat di DPRD Kota Jambi. Sebagai
perbandingan pemilihah umum tahun2009 yang lalu jumlah perempuan
yang menjadi angora DPRD Kota Jambi hanya 4 orang yang dapat diketahui
pada table sebagai berikut :
Tabel.2. Perolehan Suara Perempuan Anggota DPRD Kota Jambi Pemilu
2009”.
No
Nama Partai
Nama Anggota
Jumlah
1
GOLKAR
Masita Arifin, SE
1
2
GOLKAR
Hj. Elly Rosanita, SH
1
3
PKS
Ir. Anti Yosefa
1
4
PDIP
Maria Magdalina, SS
1
Sumber : Kantor KPUD Kota Jambi 2015
Berdasarkan tabel di atas, bahwa jumlah anggota DPRD Kota
Jambi perempuan untuk tahun 2014 meningkat berjumlah 7 orang
perempuan, dibandingkan tahun 2009 yang hanya 4 orang yang mewakiliki
perempuan sebagai anggota DPRD Kota Jambi. Meskipun demikian, dari
jumlah tersebut masih sangat sedikit jumlah kaum perempuan di Kota Jambi
yang dapat berkiprah di dunia politik.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Bagi Perempuan dalam
Partisipasinya Sebagai Anggota Legislatif DPRD di Kota Jambi.
1. Faktor Pendukung Bagi Perempuan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden anggota DPRD,
mengungkapkan beberapa faktor pendukung bagi perempuan untuk
menjadi anggota legislative, diantaranya adalah :
1. Adanya ketentuan UU yang mensyaratkan setiap partai harus
didukung caleg perempuan dengan peluang harus keterwakilan 30%.
2. Tingkat pemikiran kaum perempuan semakin maju
3. Adanya dukungan dari keluarga untuk perempuan menjadi caleg.
Adanya ketentuan undang-undang yang menentukan kuota
keterwakilan perempuan menjadi factor pendukung utama bagi kaum
perempuan untuk berpartisipasi di bidang politik. Berdasarkan hasil
wawancara
responden
perempuan
anggota
DPRD
Kota
Jambi
mengungkapkan bahwa sebenarnya menurut Undang-undang perempuan
saat ini sangat berpeluang dan diberi kesempatan untuk ikut serta dan
berpartisipasi menjadi anggota legislatif dan penyampaian aspirasi
masyarakat, karena pemikiran dan ide-idenya tidak kalah dengan kaum
laki-laki, inilah makanya Undang-undang memberikan peluang dan
harapan kaum perempuan untuk menjadi anggota DPR.
Mengenai tingkat pemikiran kaum perempuan yang semakin
maju juga telah mendorong kaum perempuan untuk berkiprah di dunia
politik, khususnya anggota DPRD Kota Jambi. Hal ini dipengaruhi oleh
semakin majunya tingkat pendidikan masyarakat, memunculkan banyak
kaum perempuan yang cerdas dan pintar sehingga dapat dimanfaatkan
ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam memajukan bangsa dan
negara.
Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu RR. Nulli Kurniasih anggota
DPRD Kota Jambi yang mengatakan bahwa :
“Banyak kaum perempuan/perempuan saat sekarang ini tidak
diragukan lagi dari segi tingkat pendidikan, kecerdasan,
ide-idenya yang cemerlang, kemampuan di segala bidang. Tidak ada
salahnya bila setiap pengelolaan Negara dan bangsa, pengelolaan
sumber
daya
ala
mini,
memajukan
masyarakat
kitamengikutsertakan kaum perempuan untuk terlibat langsung
inilah pertimbangan penting bagi kaum perempuan Indonesia
kedepannya”.
9Hal ini menunjukkan bahwa semakin majunya tingkat pendidikan
bagi kaum perempuan saat sekarang ini, maka akan semakin meningkatnya
kemampuan kaum perempuan untuk berkiprah dalam dumia politik.
Kemudian tentang adanya dukungan dari pihak keluarga, semua
responden mengatakan bahwa duduknya mereka sebagai anggota DPRD
Kota Jambi tidak terlepas dari dukungan pihak keluarga, terutama suami
9
dan keluarga terdekat. Bahkan tidak hanya dari keluarganya, justru
kadang-kadang dari berbagai organisasi, dan beberapa partai politik juga ikut
mendukung dengan mengajak yang bersangkutan dapat bergabung dan
meraup suara dari partai yang bersangkutan, karena dengan pertimbangan
yang bersangkutan mempunyai kemampuan, keahlian dan potensi untuk
menjadi anggota legislatif, inilah peluang bagi kaum perempuan. Dukungan
itu menjadi sangat mutlak, karena beratnya tantangan yang harus dihadapi
untuk duduk sebagai anggota legislative.
2. Faktor Penghambat Bagi Perempuan
Hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan bagi perempuan
dalam partisipasinya sebagai anggota legislative DPRD Kota Jambi. Tidak
mustahil apabila ada sebagian kalangan yang menganggap keterlibatan
perempuan dalam aktivitas politik tidak mencerminkan sosok perempuan
ideal dalam Islam. Hal itu karena kuatnya asumsi masyarakat tentang
pembagian peran perempuan bekerja di rumah dan laki-laki di luar rumah.
Hambatan yang ditemui di lapangan berdasarkan hasil
wawancara bahwa hambatan bagi perempuan untuk menjadi anggota
legislatif antara lain adalah :
a. Masih kurang tertariknya kaum perempuan untuk terjun kedunia
politik
Meskipun perempuan telah masuk dan duduk di dunia politik namun
perannya belum dinilai maksimal. Pasalnya, terdapat sejumlah kendala
yang menghambat langkah perempuan dalam dunia politik. Kendala
lainnya karena adanya aturan dalam patai politik tertentu yang tidak
memperbolehkan perempuan untuk duduk di pucuk pimpinan atau di
lini tertentu.
Hasil wawancara dengan Ibu Nyimas Mazniati anggota DPRD Kota
Jambi mengatakan bahwa :
Menurutnya, ada tiga faktor : kapasitas pribadi, aturan partai, dan
penempatan kader perempuan dari partai tersebut dalam aturan
lembaga politik. “Kebanyakan legislator perempuan tidak memiliki
integritas yang baik dalam perpolitikan sehingga mengikut. Sementara
dalam hal partai, dirinya menyarankan, agar setiap partai menempatkan
khusus presentasi dan peran perempuan dalam AD/ART partai, Intinya
partai harus di reformasi”.
10Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas maka dapat ditegaskan
bahwa masih adanya keterbatasan bagi kaum perempuan untuk
duduk sebagai anggota DPR, masih adanya keterbatasan-keterbaasan
salah satunya adalah persoalan integritas, sehingga diperlukan
upaya-upaya perbaikan untuk kedepannya.
b
. Kurangnya dukungan dari pihak suami dan keluarga
Persoalan kurang dukungan dari keluarga terutama suami juga menjadi
kendala bagi kaum perempuan untuk ikut dan berpartisipasi ke
lembaga legislatif. Berdasarkan wawancara dengan responden
perempuan anggota DPRD Kota Jambi mengungkapkan bahwa
10
persoalan dukungan dari pihak suami dan keluarga juga menjadi
kendala, bagaimana seorang caleg perempuan yang kurang mendapar
dukungan dan respon dari keluarganya akan berhasil, sedangkan caleg
perempuan yang mendapat dukungan dana dan keluarganya belum
tentu akan berhasil, inilah yang menjadi persoalan. Dengan kurangnya
dukungan pihak suami maupun keluarga, sehingga tentu saja akan
menjadi pertimbangan para perempuan untuk berpartisipasi menjadi
calon legislatif.
c. Dana yang cukup besar
Peran politik perempuan menghadapi kendala besar dalam sistem
demokrasi terbuka saat ini. Umumnya, perempuan minim dukungan
dana untuk tampil, dan partai politik pun hanya asal-asalan memenuhi
kuota 30 persen perempuan sebagai calon legislatif dalam pemilihan
umum.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Syofni Herawati anggota
DPRD Kota Jambi yang mengatakan bahwa :
“Pemilu selalu perlu dana besar, tapi sumber dana selalu didominasi
kaum laki-laki. Perempuan tidak punya sumber dana yang cukup.
Inilah hambatan besar bagi perempuan untuk ikut tampil sebagai
politisi lewat Pemilu. Karena tanpa modal besar sulit untuk berhasil.
Dana untuk operasional, dana untuk tim sukses, dana untuk atribut,
dana untuk sosialisasi dan kompanye dan masih banyak lagi dana yang
harus dikeluarkan bagi seorang caleg”.
11Selain itu partai politik menempatkan perempuan di nomor urut kurang
menguntungkan. Kalau memang memberikan kesempatan, harusnya
perempuan ditempatkan di nomor jadi, yakni nomor 1 atau 2. Parpol
juga kurang serius, karena memasukkan perempuan asal comot
sehingga bisa memenuhi kuota 30 persen. Itu sebatas memenuhi kuota
yang ditetapkan UU. Seharusnya dipersiapkan serius, perempuan yang
benar-benar berkualitasyang dimasukkan, sehingga nantinya kalau
jadi wakil rakyat, sentuhan perempuan bisa memberi andil dalam
pengambilan keputusan dan pembuatan UU.
d.
Pertimbangan tugas dan kewajiban perempuan sebagai isteri
dan sebagai ibu.
Menjadi anggota legislative tentunya berhadapan dengan
kesibukan di luar rumah sehingga harus meninggalkan keluarga
dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak perempuan
yang memang masih mempertimbangan tugas dan kewajiban
sebagai isteri dan ibu yang akan menjadi terlantar karena kegiatan
sebagai anggota DPRD yang menyita waktu. Hal ini menjadi
penghalang bagi perempuan untuk maju menjadi politisi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Nurjannah Aktivitis Majelis
Taklim Kota Jambi yang mengatakan bahwa :
11
“Sebenarnya tugas pokok perempuan itu bukan menjadi seorang
politik, karena untuk menyalurkan aspirasi kepada pemerintah
kan tidak harus menjadi anggota DPR, melalui lembaga, melalui
organisasi, melalui seminar dan diskusi dan masih banyak
cara-cara lain untuk menyampaikan ide-idenya untuk kemalsahatan
ummat tersebut”.
12Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas bahwa, persoalan
terpenting bagi perempuan adalah menjadi sosok manusia yang
menjadi contoh dan menjadi harapan semua orang, terutama
adalah tugas dalam lingkup keluarga dan rumah tangganya.
Banyak terjadi dan kita lihat bahwa perempuan yang menjadi
aktivis politik banyak yang rumah tangganya berentakan,
perceraian dan terjadinya peristiwa yang kurang baik bagi
tumbuh kembang anak-anak. Hal inilah yang banyak menjadi
halangan bagi perempuan yang memiliki pemikiran yang
cerdas dan pemahaman agama sulit untuk ikut berpartisipasi di
dunia politik.
e.
Kemauan kaum perempuan yang masih relatif rendah
Kendati perempuan telah masuk dan duduk di dunia politik
namun perannya belum dinilai maksimal. Pasalnya, terdapat
sejumlah kendala yang menghambat langkah perempuan dalam
dunia politik. Misalnya saja kendala dalam pribadi yang
bersangkutan. Atau dengan kata lain kurangnya kesadaran dari
perempuan yang berkecimpung dalam politik untuk lebih peka
terhadap pengambilan kebijakan.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Hj. Markonah anggota
DPRD Kota Jambi yang mengatakan bahwa :
“Kemauan para perempuan khususnya di Kota Jambi untuk
masuk ke dunia politik masih kurang, berbagai aspek kurang
kesiapan masalah waktu, dana dan juga masalah belum siapnya
untuk meninggalkan tugas-tugas kewajibannya sebagai isteri dan
ibu bagi anak-anak. Karena kalau seorang ibu rumah tangga yang
masuk ke dunia politik dan menjadi anggota DPRD harus rela dan
siap berkorban waktu, baik mengurus suami dan anak-anak,
kemudian baru mengurus aktivitasnya sebagai anggota DPRD,
inilah yang menjadi pertimbangan para perempuan belum banyak
siap untuk terjun ke daunia politik walupun sebagian perempuan
sudah mencoba dan terjun lansjung kedunia politik”.
13Berdasarkan komentar di atas dapat ditegaskan bahwa, kemauan
perempuan untuk masuk dan terjun langsung ke dunia politik
12
Nurjannah, Aktivitis Majelis Taklim Kota Jambi, Wawancara tanggal, 20 Maret 2015
13