• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGGUNAAN BORED PILE PADA GEDUNG BERTINGKAT ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGGUNAAN BORED PILE PADA GEDUNG BERTINGKAT ABSTRAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PENGGUNAAN BORED PILE PADA GEDUNG BERTINGKAT

1Fani Yayuk Supomo 2Sri Hartati

1Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Universitas Gunadarma (fani_ts@staff.gunadarma.ac.id)

2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Universitas Gunadarma (sri.hartt@yahoo.com)

ABSTRAK

Bored Pile merupakan salah satu pondasi yang digunakan untuk pembangunan Gedung

bertingkat dengan metode pelaksanaan yang relatif lebih baik dari metode konvesional, baik dari segi waktu maupun biaya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbandingan dari metode pelaksanaan konvensional dengan bored pile .Salah satu proyek bangunan tinggi yang menggunakan kedua metode ini yaitu Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur di Bekasi Timur, Bekasi, Jawa Barat oleh pemilik PT. Adhi Commuter Properti bertujuan sebagai pengembangan Kawasan Transit Oriented Development (TOD). Proyek ini memiliki luas lahan sebesar 19.168 m2 dan mempunyai

fungsi bangunan sebagai rumah susun (apartment) dan mall. Metode konvensional (bottom-up) digunakan dengan jumlah lantai sebanyak 41 lantai berserta 1 semi

basement. Proyek ini menggunakan fondasi bored pile dengan metode pelaksanaan

fondasi bored pile dengan casing. Metode pelaksanaan fondasi bored pile yang dilakukan di lapangan meliputi penentuan titik fondasi, pengeboran awal, pabrikasi tulangan, pengeboran lanjut, pemasangan temporary casing, pemasangan besi tulangan, pemasangan pipa tremie, pengecoran, pengangkatan temporary casing, dan finishing. Selain metode pelaksanaan bored pile, juga dilakukan perhitungan material tulangan pada segmen yang menggunakan metode tersebut. Perhitungan yang dilakukan meliputi perhitungan berat material tulangan fondasi bored pile dan hasil yang diperoleh merupakan 5823,735 kg berat material tulangan fondasi bored pile pada titik 160 ‒ 164. Kata Kunci: TOD, Bored Pile, Fondasi, Temporary Casing, Berat Tulangan

(2)

2 ABSTRACT

Bored Pile is one of the foundations used for the construction of multi-storey buildings with a relatively better implementation method than conventional methods, both in terms of time and cost. This study was conducted to obtain a comparison of the conventional implementation method with bored pile. One of the tall building projects that uses these two methods is the East Bekasi City LRT Green Avenue Project in East Bekasi, Bekasi, West Java by the owner of PT. Adhi Commuter Properti aims to develop a Transit Oriented Development (TOD) area. This project has a land area of 19,168 m2 and has a building function as an apartment and a mall. The conventional method (bottom-up) is used with 41 floors along with 1 semi basement. This project uses a bored pile foundation with the method of implementing a bored pile foundation with a casing. The method of implementing bored pile foundations that is carried out in the field includes determining the foundation point, initial drilling, fabricating reinforcement, further drilling, installing temporary casing, installing reinforcing steel, installing tremie pipes, casting, lifting temporary casing, and finishing. In addition to the bored pile implementation method, reinforcement material calculations are also carried out in segments using this method. The calculations carried out include the calculation of the weight of the bored pile foundation reinforcing material and the results obtained are 5823,735 kg of the weight of the bored pile foundation reinforcing material at the point 160 - 164.

Keywords: TOD, Bored Pile, Foundation, Temporary Casing, Reinforced Bar Weight

PENDAHULUAN Uraian Umum

Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1 berlokasi di Jalan HM Joyomartono Exit Tol Bekasi Timur KM 16, Margahayu, Bekasi Timur, Bekasi memiliki luas lahan sebesar 19.168 m2 dengan luas bangunan sebesar 173.406 m2

bertujuan sebagai pengembangan Kawasan Transit Oriented Development (TOD). Proyek ini memiliki jumlah lantai sebanyak 41 lantai dengan 1 semi basement dengan fungsi bangunan sebagai rumah susun (apartment) dan mall. PT. Adhi Commuter Properti sebagai pemilik proyek, PT. Adhi Persada Gedung sebagai kontraktor, dan PT. Gamma Beta Alpha sebagai manajamen konstruksi. Jenis kontrak yang digunakan adalah cost and fee dengan total kontrak sebanyak Rp 194,400,000,000 (Fase 1) dan waktu pelaksanaan selama 30 bulan.

Pengamatan yang dilakukan di Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1 pada pekerjaan struktur bawah dimulai dari pekerjaan pengeboran hingga pengecoran bored pile. Pekerjaan pada proyek ini menggunakan metode konvensional (bottom-up) yaitu dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan struktur atas, pekerjaan arsitektural, dan pekerjaan finishing.

Pada umumnya fondasi merupakan suatu bagian dari konstruksi bangunan yang termasuk dalam struktur bangunan bagian bawah (sub structure) bertugas mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (upper structure/ super

structure) ke dasar tanah yang cukup kuat mendukungnya. Fondasi bored pile atau tiang

(3)

3

dibuat dengan mengebor lubang, menambahkan penulangan dan menutupi kembali rongga tersebut dengan beton (Joseph E. Bowles, 1997).

Pemasangan fondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan mengebor tanah terlebih dahulu berdasarkan diameter yang sudah ditentukan, kemudian tulangan yang telah dirangkai dimasukkan dan pengecoran beton setempat. Apabila tanah mengandung air berlebih, dibutuhkan pipa besi atau temporary casing untuk menahan dinding lubang agar tidak longsor. Pipa besi akan dikeluarkan tepat sebelum pekerjaan pengecoran dimulai.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis metode pelaksanaan bored pile pada Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1.

2. Mendapatkan berat material tulangan pada fondasi bored pile dengan diameter 1000 pada titik 160 ‒ 164.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode observasi dengan cara melakukan pengamatan secara langsung selama 60 hari di lapangan. Objek yang dibahas adalah berat material tulangan fondasi bored pile pada titik 160 ‒ 164. Data yang didapatkan selama pengamatan berupa data primer yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dan data sekunder yaitu gambar shop drawing fondasi bored pile serta data tanah Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1 yang didapat dari pihak pemilik yaitu PT. Adhi Commuter Properti. Metode ini digunakan untuk menjelaskan mengenai proses pelaksanaan dan perhitungan berat material tulangan fondasi bored pile.

Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan fondasi bored pile yang dilaksanakan di Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1 adalah pekerjaan persiapan, pekerjaan pengeboran awal, pabrikasi besi tulangan, pekerjaan pengeboran, pemasangan

temporary casing dan pembersihan lubang bor, pemasangan besi tulangan, pemasangan

pipa tremie, pekerjaan pengecoran, pengangkatan temporary casing, serta pekerjaan

finishing.

PEMBAHASAN

Metode Pelaksanaan Fondasi Bored Pile

Pembahasan tahapan-tahapan pekerjaan fondasi bored pile secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan pengukuran batas proyek, penentuan koordinat gedung, penentuan benchmark untuk memastikan bahwa area situasi pengukuran berada di dalam wilayah konsesi yang diizinkan, dan elevasi untuk galian fondasi serta lantai basement ditentukan dengan teliti supaya tidak terjadi pemborosan terhadap galian dan urugan dengan bantuan alat mengukur seperti

(4)

4

total station atau theodolite oleh surveyor. Selanjutnya pekerjaan pembersihan

lahan dari pohon maupun halangan-halangan yang dapat mengganggu pelaksanaan konstruksi dengan menggunakan excavator, pengajuan approval

shop drawing ke manajemen konstruksi serta owner oleh kontraktor untuk

mendapat persetujuan supaya tidak terjadi kesalahan pada denah posisi titik-titik tiang bor lalu surveyor dapat menentukan titik bor dan pile cap dengan melakukan penentuan as bangunan sesuai dengan shop drawing. Langkah terakhir adalah penentuan lokasi untuk bangunan sementara seperti kantor, toilet, dan tempat untuk para pekerja dilakukan untuk kenyamanan pekerja oleh kontraktor serta pembuatan jadwal pengeboran dan pengecoran fondasi bored

pile oleh manajemen konstruksi untuk pelaksanaan fondasi di lapangan.

2. Pekerjaan Pengeboran Awal

Pelaksana dan operator mesin bor melakukan pemeriksaan pada tanah di sekitar titik bor untuk kemudiaan dipasang pelat landasan sebagai tempat berpijak mesin bor dan meratakan tanah dari elevasi yang beragam dengan menggunakan

excavator. Pemindahan, penyetelan mesin bor dan perlengkapannya seperti

auger, bor bucket, serta cleaning bucket dilakukan di titik pengeboran. Mesin bor disesuaikan supaya posisinya horizontal dengan bantuan waterpass yang berada pada bagian crane body dekat mesin bor. Bor auger dipasangkan pada mata bor dengan diameter yang disesuaikan dengan shop drawing di titik bor yang sudah dilakukan marking untuk menembus permukaan tanah.

3. Pabrikasi Besi Tulangan

Pekerjaan pembuatan besi tulangan yang berupa keranjang besi dilakukan

on-site dan mempunyai 3 langkah pekerjaan berupa pembuatan besi spiral yaitu

tulangan ulir yang dapat meningkatkan daya lekatan dan dapat digulung untuk melingkari tulangan longitudinal dengan bar bender, pembuatan selimut beton yang berfungsi untuk melindungi tulangan dari korosi dan suhu yang tinggi pada saat terjadi kebakaran menggunakan cetakan sesuai dengan ukurannya, serta pembuatan keranjang besi dengan menggabungkan besi tulangan longitudinal dan geser. Jarak besi spiral disesuaikan dengan shop drawing penulangan untuk masing-masing tiang bor. Pengikatan tulangan longitudinal dan geser menggunakan kawat beton/ bendrat. Sebagai upaya perkuatan dilakukan pengelasan pada keranjang besi supaya ketika diangkat dengan crane dan dipasangkan pada lubang tiang bor, keranjang besi tidak hancur.

4. Pekerjaan Pengeboran

Pekerjaan pengeboran dilakukan dengan mesin bor rotary drilling yang melakukan penetrasi awal dengan menggunakan auger dengan diameter yang disesuaikan pada shop drawing, lalu pengeboran selanjutnya dengan bucket bor hingga kedalaman yang tertera. Lubang bor dibuat oleh gerakan putar dari pahat untuk mengeruk lapisan batuan, menembus dengan rangkaian batang bor yang belubang atau pipa, dan tidak boleh miring supaya didapatkan hasil lubang bor yang direncanakan. Cairan pelumas dipompakan melalui pipa dan keluar melalui pahat bor secara bergantian. Pemandu operator dapat mengetahui posisi titik bor dengan alat koordinat yang terdapat di dalam mesin bor, sehingga ketika mesin

(5)

5

bor dapat kembali ke titik awal setelah mata bor berputar untuk membuang tanah hasil pengeboran.

5. Pemasangan Temporary Casing dan Pembersihan Lubang Bor

Temporary casing berfungsi untuk menahan dinding lubang bor supaya tidak terjadi keruntuhan dan akan dikeluarkan saat setelah pekerjaan pengecoran beton. Setelah temporary casing terpasang, pengeboran dilanjutkan hingga kedalaman yang tertera pada shop drawing. Jika kedalaman sudah mencapai rencana, bucket bor diganti dengan cleaning bucket untuk membersihkan dasar lubang bor dari endapan lumpur. Pemeriksaan kedalaman dasar pengeboran dilakukan dengan menurunkan measuring tape sampai ke dasar lubang supaya tidak terjadi kesalahan saat pengeboran.

6. Pemasangan Besi Tulangan

Pemeriksaan besi tulangan dilakukan oleh pengawas supaya tidak terjadi kekeliruan dalam pemasangan keranjang besi tulangan dan sudah tepat dengan

shop drawing dalam segi ikatan keranjang besi yang telah dibuat antara tulangan

longitudinal dan tulangan geser, selimut beton, serta penggantung (stopping) yang disesuaikan dengan ukuran cut of level. Pengangkatan keranjang besi dibantu dengan crane ke dalam lubang pengeboran secara tegak lurus. Penyambungan antara keranjang besi menggunakan mesin las dan disambung hingga mencapai kedalaman rencana serta diakhiri dengan mengaitkannya kembali pada temporary casing. Tepat setelah proses pengeboran selesai, langsung dilakukan pemasangan besi tulangan supaya menghindari terjadinya kelongsoran dinding lubang yang sudah selesai dibor.

7. Pemasangan Pipa Tremie

Persiapan yang diperlukan untuk pekerjaan pengecoran meliputi pemasangan pipa tremie, menyiapkan rute jalan masuk untuk truk mixer ke lubang bor yang akan dicor, dan membuat lubang untuk menampung air buangan. Rute jalan masuk tersebut dibersihkan, diratakan, dan diberi pelat landasan dengan bantuan

excavator. Landasan harus kuat untuk menampung truk mixer dan campuran

beton di dalamnya. Pembuatan galian untuk menampung air tanah yang bercampur dengan lumpur dari lubang bor yang keluar saat pekerjaan pengecoran dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar air dapat mengalir dengan baik ke saluran drainase utama dan tidak mengendap atau membanjiri area kerja, serta tidak mengganggu pekerjaan pengeboran berikutnya. Pipa tremie dimasukkan dan dipasangkan safety tremie diatas temporary casing untuk menahan pipa tremie supaya berdiri di tengah lubang bor. Pipa tremie memiliki panjang 3 meter perbatangnya dan tali seling digunakan sebagai sistem sambungan pipa tremie. Tali seling digunakan untuk menjaga supaya pipa tremie kedap air sehingga campuran beton yang akan dicor mengalir di dalam pipa dengan baik. Pipa tremie disambung untuk memudahkan proses instalasi dan pemotongan tremie pada waktu pengecoran. Bagian ujung bawah pipa tremie berjarak 25 ‒ 50 cm dari dasar lubang bor. Jika jarak pipa tremie dengan dasar lubang bor kurang dari 25 cm, campuran beton akan lambat keluar dari pipa tremie saat pengecoran. Sedangkan jika jaraknya lebih dari 50 cm, saat campuran beton pertama kali keluar dari tremie akan terjadi pengenceran karena

(6)

6

bercampur dengan air di dalam lubang bor. Setelah pipa tremie terpasang, bagian ujung atas pipa tremie dipasang corong pengecoran.

8. Pekerjaan Pengecoran

Slump test dilakukan pada campuran beton yang diangkut dengan truk mixer

supaya campuran beton yang datang sesuai dengan spesifikasi beton yang disepakati. Slump test digunakan untuk menentukan konsistensi dari campuran beton segar untuk mengetahui tingkat kemudahan dalam pengerjaannya (workability). Jika campuran beton terlalu cair berarti mutu beton tersebut rendah dan akan lama untuk mengeras, sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan menjadi tidak rata dan sulit untuk dibentuk. Setelah

slump test dilakukan, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder

untuk dikirim ke laboratorium sebagai sampel uji kuat tekan. Proses pengecoran segera dilakukan setelah tulangan besi dan pipa tremie selesai dipasang supaya menghindari kemungkinan terjadi keruntuhan pada dinding lubang bor. Pengantaran truk mixer campuran beton harus dikoordinasikan dengan baik antara pihak owner dan batching plant supaya campuran beton tidak lama dijalan sehingga menjadi tidak homogen serta mengeras. Pipa tremie berada di ketinggian 25 ‒ 50 cm di atas dasar lubang bor, lalu penuangan campuran beton dilakukan secara terus-menerus. Penuangan beton dilakukan dengan cepat supaya campuran beton dapat mendorong kotoran lumpur untuk keluar dari lubang bor, setelah itu penuangan distabilkan sehingga campuran beton tidak tumpah dari corong. Saat corong tremie sudah penuh dengan campuran beton, pipa tremie digerakkan secara naik dan turun untuk mendistribusikan campuran beton ke dasar lubang bor dengan syarat pipa tremie yang tertanam dalam beton minimal 1 meter dan maksimal 6 meter pada saat dinaikkan. Jika pipa tremie yang tertanam di beton terlalu panjang, harus dilakukan pemotongan pipa tremie dengan membuka seal sambungan. Proses pengecoran mengandalkan gaya gravitasi bumi sehingga posisi pipa tremie harus berada pada pusat lubang bor supaya tidak merusak tulangan atau memicu tulangan terangkat saat pipa tremie digerakkan naik turun. Pengecoran dilakukan hingga campuran beton mencapai batas beton bersih dengan ditambahkan toleransi yang telah disepakati antara 0,5 ‒ 1 meter, sehingga kualitas beton sampai batas beton bersih terjamin bebas dari lumpur. Setelah pekerjaan pengecoran selesai, pipa tremie diangkat, dibuka, dan dibersihkan untuk digunakan pada titik bor selanjutnya.

9. Pengangkatan Temporary Casing

Setelah pengecoran selesai, temporary casing diangkat secara hati-hati dengan posisi tegak lurus terhadap permukaan tanah supaya tidak merusak fondasi

bored pile yang sudah dibuat, maka tiang fondasi bored pile tersebut sudah jadi. 10. Pekerjaan Finishing

Setelah temporary casing telah diangkat dan beton sudah mengeras, lokasi titik tiang bor dibersihkan serta dirapihkan supaya tidak rusak. Kemudian dilakukan pekerjaan persiapan untuk titik berikutnya, dan metode fondasi bored pile dengan casing diulang hingga sesuai dengan gambar rencana.

(7)

7

Perhitungan Berat Material Tulangan Fondasi Bored Pile Pada Titik 160 ‒ 164 Perhitungan berat material fondasi bored pile dilakukan untuk mengetahui jumlah besi yang dibutuhkan (kg) supaya dapat digunakan pada perhitungan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) maupun Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diperlukan pada pekerjaan tersebut. Pada Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Fase 1 digunakan fondasi bored pile dengan diameter 800 mm dan 1000 mm. Denah dan data yang digunakan dalam perhitungan berat tulangan fondasi bored pile dapat dilihat pada Gambar 1.

Perhitungan berat material tulangan pada fondasi bored pile merupakan perhitungan total berat material tulangan untuk tulangan longitudinal dan tulangan geser pada fondasi bored pile. Tulangan longitudinal yang digunakan adalah besi ulir D25 dan tulangan geser yang digunakan adalah besi ulir D10.

(8)

8

Gambar 1. Denah Fondasi Bored Pile Tower 1

(9)

9 1. Tulangan Longitudinal

Berikut data, rumus dan perhitungan untuk menghitung kebutuhan besi tulangan longitudinal yang digunakan pada fondasi bored pile pada titik 160, 161, 163, dan 164.

øc = 1000 mm øs = 25 mm Wn = 3,85 kg/m

Ls = 21,93 m, dibagi menjadi 3 section:

1) Section 1 = Panjang besi 8,93 meter dengan jumlah 16 batang besi 2) Section 2 = Panjang besi 6 meter dengan jumlah 12 batang

3) Section 3 = Panjang besi 7 meter dengan jumlah 8 batang Keterangan:

øc = Diameter Fondasi/beton (mm)

øs = Diameter Besi (mm)

Wn = Berat Nominal Ulir Per Meter (kg/m)

Ls = Panjang Pembesian (m)

Maka dapat dihitung:

a) Section 1 (8,93 m ─ 16 batang) L = 8,93 m Ws = L × Wn = 8,93 m × 3,85 kg/m = 34,381 kg Wb = 16 × 34,381 kg = 550,088 kg b) Section 2 (6 m ─ 12 batang) L = 6 m Ws = L × Wn = 6 m × 3,85 kg/m = 23,1 kg Wb = 12 × 23,1 kg = 277,2 kg c) Section 3 (7 m ─ 8 batang) L = 7 m Ws = L × Wn = 7 m × 3,85 kg/m = 26,95 kg Wb = 8 × 26,95 kg = 215,6 kg

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlah besi tulangan longitudinal yang dibutuhkan pada titik 160, 161, 163, dan 164 adalah sebanyak 1042,888 × 4 = 4171,552 kg.

(10)

10 2. Tulangan Geser

Berikut data, rumus dan perhitungan untuk menghitung kebutuhan besi tulangan geser yang digunakan pada fondasi bored pile pada titik 160, 161, 162, 163, dan 164. øc = 1000 mm øs = 10 mm P = 75 cm ρs = 7850 kg/m3 Keterangan: øc = Diameter Fondasi/beton (mm) øs = Diameter Besi (mm) P = Selimut Beton (cm)

ρs = Berat Jenis Baja (kg/m3 ) (Pedoman Perencanaaan Pembebanan untuk

Rumah dan Gedung 1987)

Jarak per sengkang dibagi menjadi 4 section, yaitu:

1) Section 1 = Panjang besi 3,93 meter dengan jarak 0,15 meter 2) Section 2 = Panjang besi 2 meter dengan jarak 0,1 meter 3) Section 3 = Panjang besi 2 meter dengan jarak 0,15 meter 4) Section 4 = Panjang besi 12 meter dengan jarak 0,2 meter Maka dapat dihitung:

a) Section 1 (3,93 m ─ jarak 0,15 m) D = øc ‒ P = 1 ‒ 0,075 ‒ 0,075 = 0,85 m L = √(𝜋ℎ 1𝐷) 2+ ℎ2 = √(𝜋3,930,150,85)2+ 3,932 = 70,074 m Lp = 1 4× 𝜋 × 𝑑 2 = 1 4× 𝜋 × 0,01 2 = 0,00007854 m2 Wb = L × Lp × ρs = 70,074 m  0,00007854 m2  7850 kg/m3 = 43,203 kg b) Section 2 (2 m ─ jarak 0,1 m) D = øc ‒ P = 1 ‒ 0,075 ‒ 0,075 = 0,85 m L = √(𝜋ℎ 1𝐷) 2+ ℎ2 = √(𝜋0,12 0,85)2+ 22 = 53,445 m Lp = 1 4× 𝜋 × 𝑑 2 = 1 4× 𝜋 × 0,01 2

(11)

11 = 0,00007854 m2 Wb = L × Lp × ρs = 53,445 m  0,00007854 m2 7850 kg/m3 = 32,951 kg c) Section 3 (2 m ─ jarak 0,15 m) D = øc ‒ P = 1 − 0,075 − 0,075 = 0,85 m L = √(𝜋ℎ 1𝐷) 2+ ℎ2 = √(𝜋 2 0,150,85) 2+ 22 = 35,661 m Lp = 1 4× 𝜋 × 𝑑 2 = 1 4× 𝜋 × 0,01 2 = 0,00007854 m2 Wb = L × Lp × ρs = 35,661 m  0,00007854 m2  7850 kg/m3 = 21,986 kg d) Section 4 (12 m ─ jarak 0,2 m) D = øc ‒ P = 1 − 0,075 − 0,075 = 0,85 m L = √(𝜋ℎ 1𝐷) 2+ ℎ2 = √(𝜋12 0,20,85) 2+ 122 = 160,67 m Lp = 1 4× 𝜋 × 𝑑 2 =1 4× 𝜋 × 0,01 2 = 0,00007854 m2 Wb = L × Lp × ρs = 160,67 m × 0,00007854 m2 × 7850 kg/m3 = 99,059 kg

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jumlah besi tulangan geser yang dibutuhkan pada pada titik 160, 161, 163, dan 164 adalah sebanyak 197,199 × 4 = 788,795 kg.

(12)

12

Hasil Perhitungan Berat Material Tulangan Fondasi Bored Pile

Menurut perhitungan berat material tulangan fondasi bored pile, dapat disimpulkan hasil dari kebutuhan berat material tulangan bored pile pada titik 160 ‒ titik 164 pada Tabel 1 dengan total kebutuhan besi sebanyak 5823,735 kg.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Berat Material Tulangan Fondasi Bored Pile Diameter 1000 mm

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1, maka dapat disimpulkan menjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Metode pelaksanaan yang digunakan pada pekerjaan fondasi adalah metode

bored pile dengan casing. Metode fondasi bored pile yang digunakan di

lapangan tidak jauh berbeda dengan teori. Pekerjaan fondasi dimulai dari pembersihan lahan, penentuan titik koordinat, pengeboran awal lubang bor, pemasangan casing pada lubang bor, pemasangan tulangan fondasi bored pile, pelaksanaan pengecoran, dan diakhiri dengan pelepasan casing dari lubang bor sebelum beton mengeras. Metode ini jauh lebih efektif digunakan pada Proyek Green Avenue dibandingkan dengan metode konvensional walaupun memerlukan biaya yang lebih besar

2. Berdasarkan perhitungan berat material tulangan pada fondasi bored pile, maka diperoleh berat besi yang dibutuhkan pada titik 160 ‒ titik 164 dengan diameter

bored pile 1000 mm adalah 5823,735 kg.

Saran

Berdasarkan hasil pengamatan pada Proyek Green Avenue LRT City Bekasi Timur Fase 1, diperoleh beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi diri sendiri dan pihak lain. Saran yang dapat disampaikan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan bored pile pada bangunan

infrastruktur lainnya.

2. Melakukan perbandingan dengan proyek pembangunan Gedung bertingkat lainnya dengan kondisi tanah yang lebih bervariasi.

No Diameter (mm) Titik Tulangan Longitudinal (kg) Tulangan Geser (kg) 1 1000 160 1042,888 197,199 2 161 1042,888 197,199 3 162 644,644 218,744 4 163 1042,888 197,199 5 164 1042,888 197,199 TOTAL 4816,196 1007,539

(13)

13 DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph E. 1997. Foundation Analysis and Design. Singapore: Mc-Graw Hill Book Co-Singapore.

Nugraha, Angga. Menghitung Kebutuhan Besi Pada Pekerjaan Bore pile. [online]

https://www.academia.edu/37984666/Menghitung_Kebutuhan_Besi_pada_Pek erjaan_Bore_Pile_dan_Strauss_Pile , [diunduh pada 15 September 2019].

PT. Adhi Commuter Properti. 2019. Shop Drawing Denah Fondasi Tower 1. PT. Adhi Commuter Properti, Bekasi Timur.

Gambar

Gambar 1. Denah Fondasi Bored Pile Tower 1
Tabel 1. Hasil Perhitungan Berat Material Tulangan Fondasi Bored Pile Diameter 1000  mm

Referensi

Dokumen terkait

q ; (2) Pengaruh corporate governance internal, yang diproksi oleh kepemilikan institusional dan dewan komisaris independen sudah mampu untuk mengurangi atau mencegah

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tata ruang parkir yang tepat pada jembatan timbang, sebagai salah satu fasilitas untuk

Ia juga melakukan kritik-kritik terhadap sistem ekonomi yang kini sedang mendominasi dunia dengan berpijak kepada kegagalan-kegagalannya dalam menciptakan tatanan

Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat komponen-komponen yang harus diperhatikan, yaitu identitas mata pelajaran, standar kompetensi,

Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perilaku konsumsi media KPop dan perilaku konsumsi budaya Korea di kalangan remaja perempuan Kota

Tu/uan # gangguan nutrisi dapat diatasi. Lakukan pendekatan pada k"ien dan ke"uarga. Me)udahkan ker/asa)a antara perawat dengan k"ien. Penderita tidak diare "agi0

Dari seluruh stasiun yang ada di dapatkan persentasi tutunpan karang hidup sebesar 28%, angka tersebut menunjukkan penurunan kondisi terumbu karang dari tahun

Menimbang : Bahwa dalam rangka Yudisium Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Tahun 2015 perlu ditetapkan dalam