• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi dalam Bidang Ilmu Perbankan Syariah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi dalam Bidang Ilmu Perbankan Syariah."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT UNIT LAYANAN MODAL MIKRO (ULaMM) SYARIAH DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DI

NAGARI UJUNG GADING KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi dalam Bidang Ilmu Perbankan Syariah

Oleh:

ANNISA NIM: 1730401016

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

ANNISA, NIM 1730401016, Judul Skripsi “Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat”, jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

Tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pengahambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (Field Research), dengan mengunakan metode pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan teknik observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa reduksi data, penyajian distribusi dan simpulan atau verivikasi. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah di Nagari Ujung Gading dan sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi dari Unit Layanan Modal Mikro Syariah, nasabah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah, dan masyarakat (pengusaha mikro) yang bukan nasabah yang ada di Nagari Ujung Gading.

Hasil penelitian yang penulis lakukan dilapangan ditemukan beberapa faktor yang menjadi penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam mengembangkan usaha mikro terdiri dari faktor perekonomian, faktor sumber daya manusia, faktor terbatasnya akses pemasaran, faktor kurangnya sosialisasi, faktor barang jaminan, jarak tempuh antara nasabah dengan tempat PKU, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk, dan faktor terbaru virus Covid-19.

(6)

ii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C.Pertanyaan Penelitian ... 7

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A.Landasan Teori ... 11

1. Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) ... 11

a. Pengertian Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) ... 11

b. Sejarah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM)... 11

c. Tujuan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah ... 12

d. Keunggulan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) ... 13

2. Usaha Mikro ... 15

a. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 15

b. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ... 18

c. Perkembangan Usaha Mikro dan Landasan Hukum Usaha Mikro ... 21

d. Permasalahan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia ... 24

(7)

iii

e. Faktor-Faktor Penghambat Usaha Mikro ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A.Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 36

C.Instrumen Penelitian ... 37

D.Sumber Data ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

G.Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41

A.Gambaran Umum Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat ... 41

1. Letak Kondisi Geografis Nagari Ujung Gading ... 41

2. Penduduk ... 41

3. Struktur Organisasi Nagari Ujung Gading ... 43

B. Profil Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Nagari Ujung Gading ... 44

1. Sejarah Berdirinya Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Nagari Ujung Gading ... 44

2. Visi dan Misi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah ... 46

3. Struktur Organisasi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Nagari Ujung Gading ... 47

4. Produk Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah ... 48

C.Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro ... 49

BAB V PENUTUP ... 57

A.Kesimpulan ... 57

B. Implikasi ... 58

C.Saran ... 59 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(8)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Nasabah di PT.PNM ULaMM Syariah Ujung Gading (Periode

2016-2019) ... 4

Tabel 2. 1 kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah ... 18

Tabel 4. 1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin... 42

Tabel 4. 2 Jumlah penduduk berdasarkan agama... 42

(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Pemerintah Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang ... 43 Gambar 4. 2 Struktur Organisasi ULaMM Syariah Nagari Ujung Gading... 47

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan bentuk perwujudan sistem ekonomi syariah merupakan berdirinya lembaga keuangan syariah baik berupa bank ataupun non bank. Peranan serta kedudukan lembaga keuangan syariah dianggap sangat penting khususnya kemajuan sistem ekonomi kerakyatan. Hal ini dikarenakan prioritas lembaga keuangan syariah lebih ditujukan untuk membentuk fundamental ekonomi Indonesia yang lebih kuat (Hendi, 2004, hal. 113).

Lembaga keuangan dapat diartikan sebagai badan usaha dimana aktiva utamanya berbentuk aktiva keuangan ataupun tagihan yang dapat berupa saham, obligasi dan pinjaman. Lembaga keuangan merupakan seluruh badan yang melakukan kegiatan-kegiatan dibidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat.

Lembaga keuangan menyalurkan dana kepada nasabah atau

menginvestasikan dananya dalam surat berharga dipasar keuangan. Lembaga keuangan juga menawarkan berbagai macam jasa keuangan mulai dari program pensiun, perlindungan asuransi, sampai dengan penyimpanan barang-barang berharga dan penyediaan suatu mekanisme untuk pembayaran dana, serta transfer dana (Martono, 2002, hal. 2).

Selain lembaga keuangan bank, ada juga Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB). Dengan berdirinya suatu lembaga yang dapat menjadi perantara antara pemilik yang kelebihan dana serta pihak yang memerlukan dana adalah suatu solusi dalam memecahkan masalah perekonomian masyarakat tersebut. Untuk mengaktifkan ekonomi masyarakat maka dana inilah yang akan digunakan. Lembaga ekonomi yang akan menjadi perantara kebutuhan dana bagi masyarakat yang memiliki keinginan untuk mengembangkan perekonomian merupakan

(11)

lembaga keuangan mikro, salah satunya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) berbentuk Permodalan Nasional Madani (PNM) Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah.

Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah merupakan layanan dari PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dibentuk oleh Pemerintah yang bermaksud dengan tujuan dalam rangka memberdayakan usaha Mikro Kecil. Aktivitas ULaMM Syariah hanya bersifat lending atau biasa dimaksud dengan menyalurkan pembiayaan serta tidak menghimpun dana dari masyarakat dikarena unit usahanya ULaMM Syariah ini bukan lembaga perbankan (Sasmito, 2010, hal. 20).

Unit usaha ini beroperasi di lokasi sentra-sentra usaha seperti pedagang mikro, pabrik tahu keluarga, usaha tempe rumahan, usaha olahan makanan kering, budidaya ternak lebah madu atau padat usaha dengan tujuan agar mereka dengan mudah memberikan pembiayaan kepada para pengusaha mikro, salah satunya ULaMM Syariah di Nagari Ujung Gading. Keberadaan ULaMM Syariah ini dapat diharapkan untuk menyalurkan dana bagi masyarakat yang membutuhkan modal untuk usahanya, serta para pengusaha mikro yang sudah ada untuk mengembangkan usahanya.

ULaMM Syariah Ujung Gading hanya memiliki satu produk yaitu produk pembiayaan. Di dalam produk pembiayaan ULaMM Syariah terdapat lima variasi produk pembiayaan yaitu produk MM-10 adalah produk pinjaman dana mulai dari Rp. 1.000.000 - Rp. 10.000.000, MM-25 adalah produk pinjaman dana mulai dari Rp. 11.000.000 – Rp. 25.000.000, MM-50 adalah produk pinjaman dana mulai dari Rp. 26.000.000 – Rp. 50.000.000, MM-100 adalah produk pinjaman dana mulai dari Rp. 51.000.000 – Rp. 100.000.0000 , MM-200 adalah produk pinjaman Rp. 101.000.000 – Rp. 200.000.000, MM-Laku200 adalah produk pinjaman Rp. 201.0000.000 – Rp. 500.000.000. Dengan adanya produk pembiayaan ini banyak diminati oleh nasabah maupun calon nasabah (Jainul Abidin

(12)

3

Selaku Kepala Kantor ULaMM Syariah Unit Ujung Gading, 06 April 2020).

Dalam operasionalnya, Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) syariah Ujung Gading adalah menyalurkan pembiayaan kepada nasabahnya berupa modal produktif. Penyaluran modal produktif ini diharapkan mampu mengembangkan usaha nasabah. Adapun usaha ekonomi produktif ini meliputi seluruh kegiatan usaha baik perorangan maupun kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya, yang mana diantaranya perdagangan, pertanian, perkebunan, peternakan dan industri. Dengan demikian, ini merupakan suatu tugas ULaMM Syariah Unit Ujung Gading agar dana yang disalurkan tersebut benar-benar di jadikan sebagai modal pengembangan usaha yang diberikan pinjaman tersebut sehingga pihak dari ULaMM Syariah Unit Ujung Gading ini melakukan pengawasan kepada nasabah satu kali dalam sebulan untuk menghindari terjadinya ketidak sesuaian tujuan pembiayaan.

Meskipun ada nasabah dalam melakukan pengajuan pembiayaan, dimana dana yang didapatkan digunakan untuk kebutuhan konsumtif sehingga ketidak sesuaiannya dengan tujuan pembiayaan yang telah diajukan, sedangkan kriteria pembiayaan yang telah ditetapkan dari kantor pusat, nasabah yang diberikan pembiayaan di ULaMM Syariah adalah untuk pembiayaan usaha. Tetapi walaupun demikian jumlah nasabah di ULaMM Syariah Unit Ujung Gading ini mengalami kondisi fluktuasi. Sehingga dapat dilihat dari jumlah nasabahnya dan jumlah total pembiayaan ULaMM Syariah Ujung Gading ini, diperoleh data sebagai berikut:

(13)

Tabel 1. 1

Jumlah Nasabah di PT.PNM ULaMM Syariah Ujung Gading (Periode 2016-2019)

No Tahun Jumlah Nasabah Total Pembiayaan UMKM (RP)

1 2016 398 15.000.015.000

2 2017 452 16.000.120.000

3 2018 439 14.997.015.000

4 2019 486 17.000.901.000

Sumber: Data jumlah nasabah PT.PNM ULaMM Syariah Cabang Ujung Gading

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat pada jumlah nasabah PT. PNM ULaMM syariah Cabang Ujung Gading mengalami keadaan fluktuasi dari tahun 2016-2019. Pada tahun 2016 jumlah nasabah sebanyak 398 orang dengan total pembiayaan UMKM Rp. 15.000.015.000, pada tahun 2017 jumlah nasabah sebanyak 452 dengan total pembiayaan UMKM Rp. 16.000.120.000, pada tahun 2018 mengalami penurunan dengan junlah nasabah sebanyak 439 dan total pembiayaan UMKM 14.997.015.000, dan pada tanggal 2019 jumlah nasabah mengalami kenaikan dengan jumlah nasabah 486 dan total pembiayaan UMKM Rp. 17.000.901.000

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Jainul selaku kepala Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) syariah di Nagari Ujung Gading, menurut Jainul proses pembiayaan dari Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah di Nagari Ujung Gading ini tidak bisa mencapai ke beberapa Nagari disekitarnya dikarenakan dalam proses pencairan pembiayaan hanya diberi jangkauan sekitar 20 kilometer sampai dengan 35 kilometer dari lokasi kantor ULaMM Syariah tersebut dan tergantung kepada anggunan, besar plafon, serta bentuk usahanya. Sehingga total keseluruhan jumlah nasabah dari tahun 2016 sampai 2019 sekitar 574 yang telah diberikan pinjaman dana oleh ULaMM Syariah, dimana jumlah nasabah 574 ini tidak terdapat pada tabel 1.1 dikarenakan dari tahun

(14)

2016-5

2019 ada nasabah yang tidak melanjutkan pembiayaan dan adanya nasabah baru yang melakukan pembiayaan (Jainul Abidin Selaku Kepala Kantor ULaMM Syariah Unit Ujung Gading, 06 April 2020).

Jika dilihat segi jumlah nasabah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah di Ujung Gading masih kalah dari lembaga keuangan lainnya. Jumlah keseluruhan nasabah kantor cabang pembantu BPRS Mentari Pasaman Saiyo Ujung Gading yang berdiri pada tahun 2011 dengan jumlah nasabah dari tahun 2016 sampai 2019 mencapai kurang lebih dari 960 nasabah. Koperasi Muslimah Ujung Gading yang berdiri pada tahun 2011 dengan jumlah nasabah dari tahun 2016 sampai dengan 2019 mencapai kurang lebih 1000 nasabah. Koperasi Simpan Pinjam Mitra Sejati Ujung Gading yang berdiri pada tahun 2013 dengan jumlah nasabah mencapai 895 nasabah. ULaMM syariah cabang simpang empat yang berdiri pada tahun 2011 dengan jumlah nasabah pada tahun 2016 sampai dengan 2019 mencapai 753 nasabah (Hasil Wawancara dengan Kepala dan Karyawan Lembaga Keuangan yang ada di Nagari Ujung Gading, 10 April 2020).

Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah memiliki usaha dalam pengembangan UMKM yaitu Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) yang terdiri dari pelatihan nasabah ULaMM Syariah serta pembinaan klaster kepada nasabahnya. Sedangkan dalam praktek Unit layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Unit Ujung Gading dalam pengembangan UMKM melakukan Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) dalam prakteknya hanya baru dapat melakukan Pelatihan Nasabah ULaMM Syariah yang merupakan kegiatan pelatihan khusus bagi nasabah yang dilakukan oleh pihak ULaMM Syariah yang bertujuan untuk mengembangkan perekonomian nasabahnya agar lebih maju kedepannya. Pelatihan nasabah ULaMM Syariah biasanya dilakukan dengan kurun waktu satu kali dalam dua bulan dengan cara pengumpulan nasabah 15-20 nasabah dengan menghadirkan pemateri yang disediakan oleh Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah, dengan harapan agar nasabah

(15)

dapat mengembangkan usahanya serta adanya interaksi sesama nasabah ULaMM Syariah sehingga menumbuhkan semangat para nasabah untuk mengembangkan usaha serta perluasan pasar nasabah. Akan tetapi ULaMM Syariah juga memiliki kendala dalam melakukan kegiatan pelatihan nasabah, seperti susahnya nasabah dikumpulkan serta dari pihak nasabah jauhnya jarak tempuh nasabah dengan tempat yang dilakukannya pelatihan tersebut (Jainul Abidin Selaku Kepala Kantor ULaMM Syariah Unit Ujung Gading, 06 April 2020).

Dengan adanya pelatihan nasabah yang dilakukan ULaMM Syariah diharapkan dapat mengembangkan kapasitas usaha nasabah sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasabah, akan tetapi walaupun telah dilakukannya pelatihan kepada nasabah, ULaMM Syariah masih memiliki kendala dalam mengembangkan usaha nasabah dikarenakan ada dari nasabah setelah melakukan pelatihan nasabah tidak mempraktekkannya kepada usahanya (Jainul Abidin Selaku Kepala Kantor ULaMM Syariah Unit Ujung Gading, 05 Februari 2021).

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa nasabah ULaMM Syariah yang menghadiri pelatihan nasabah dapat peneliti simpulkan bahwa ULaMM Syariah dalam penyampaian materi pelatihan kurang dimengerti oleh nasabah dikarenakan penyampaian bahasa dari pemateri yang begitu luas. Dan apabila ULaMM Syariah melakukan pelatihan praktek kepada nasabah, nasabah hanya bisa melihat prakteknya saja tanpa nasabah tersebut dapat melakukannya secara langsung (Hasil Wawancara dengan beberapa nasabah yang mengikuti pelatihan nasabah ULaMM Syariah, 04 Februari 2021).

Dengan adanya Pelatihan Nasabah, ULaMM Syariah diharapkan dapat menarik UMKM yang kekurangan modal dikarenakan ULaMM sangat mengharapkan dengan adanya PKU dapat menarik UMKM untuk menjadi nasabah ULaMM Syariah Unit Ujung Gading, akan tetapi ULaMM Syariah ini masih kurang diminati oleh UMKM dikarenakan dalam praktek produk pembiayaan tidak terdapat pembiayaan dari Rp

(16)

7

1.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000 sedangkan didalam jenis produk pembiayaan ULaMM Syariah terdapat produk pembiayaan Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 10.000.000. Sedangkan pedagang mikro yang ada di Nagari Ujung Gading tepatnya di pasar Ujung Gading lebih meminati pembiayaan Rp. 5.000.000 sampai dengan Rp. 10.000.000 (Jainul Abidin Selaku Kepala Kantor ULaMM Syariah Unit Ujung Gading, 06 April 2020).

Berdasarkan hasil survei peneliti pada hari Minggu tanggal 12 Januari 2020 kepada beberapa pedagang yang ada di Nagari Ujung Gading yaitu Ainul, Asmil, Epi, Upik, mereka mengatakan kurang tau atau tidak tau apa itu Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) syariah, apa kegunaannya serta program kerjanya apa (Pedagang Mikro Minggu 12 Januari di Nagari Ujung Gading).

Berdasarkan latar belakang diatas maka menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti lebih lanjut. Melalui penelitian ini, peneliti bertujuan untuk melakukan analisa tentang “Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah: “Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Unit Ujung Gading dalam Pengembangan Usaha Mikro”

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah: Apa Saja Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam Peningkatan Usaha

(17)

Mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat?

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan merupakan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pengahambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat

E. Manfaat dan Luaran Penelitian

1. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi penulis dan khusunya untuk masyarakat dibidang ekonomi terutama tentang unit layanan modal mikro serta usaha mikro.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi PT. PNM ULaMM Syariah Unit Ujung Gading

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan-masukan untuk mengevaluasi dalam meningkatkan usaha UMKM.

2) Bagi praktisi

Hasil dari penelitian ini diharapkan masyarakat lebih mengerti maksud dan tujuan dari Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah agar dapat mengembangkan usaha mikro yang ada di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

3) Bagi pembaca

Hasil dari penelitian ini mampu menjadikan suatu bahan bacaan tentang apa saja Faktor-Faktor Penghambat Unit

(18)

9

Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Dalam

Pengembangan Usaha Mikro. 2. Luaran penelitian

Adapun luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat di terbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah perpustakaan IAIN Batusangkar dan dapat menjadi acuan untuk melihat Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (Ulamm) Syariah Dalam Pengembangan Usaha Mikro Di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran penelitian ini, maka penulis akan menjabarkan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.

Faktor-faktor penghambat merupakan faktor yang sifatnya menghambat jalannya suatu kegiatan dan bersifat seperti menggalkan suatu hal. Adapun yang maksud penulis adalah faktor-faktor penghambat yang menjadi penghambat bagi pihak ULaMM Syariah dalam memasarkan produk pembiayaan ULaMM Syariah seperti hambatan promosi, hambatan jangkauan pemasaran, kurangnya sosialisasi kepada UMKM, tidak sesuainya jenis produk dengan pengaplikasian pembiayaan.

Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah adalah layanan dari PT. Permodalan Nasional Madani didirikan dengan maksud dan tujuan dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) melalui jasa pembiayaan serta jasa manajemen ULaMM. Unit Layanan Modal Mikro Syariah ini beroperasi di lokasi-lokasi padat usaha dengan tujuan untuk mempermudah dalam memberian pembiayaan kepada para usaha mikro kecil menengah.

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terdiri dari tiga usaha yaitu usaha mikro, usaha kecil, serta usaha menengah. Usaha mikro

(19)

merupakan usaha produktif milik orang perorangan atau milik keluarga. Usaha kecil merupakan usaha produktif yang berdiri sendiri serta dilakukan oleh orang perorangan dan bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki. Usaha menengah merupakan usaha produktif yang berdiri sendiri serta dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki. Besar jumlah kekayaan serta kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

(20)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM)

a. Pengertian Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM)

Unit layanan modal mikro (ULaMM) adalah layanan dari PT. Permodalan Nasional Madani yang dibentuk dengan tujuan dan maksud untuk memberdayakan usaha mikro dan kecil melalui jasa manajemen dan jasa pembiayaan. Unit layanan ini beroperasi di lokasi-lokasi padat usaha dengan tujuan untuk mempermudah dalam memberian pembiayaan kepada para usaha mikro.

ULaMM hanya memiliki kegiatan yang bersifat lending atau menyalurkan pembiayaan dan tidak menghimpun dana dari masyarakat dikarenakan unit usaha ini bukan lembaga perbankan. Berbeda dengan perbankan yang memiliki kegiatan penarikan dana tabungan masyarakat, daerah ke pusat, sedangkan kegiatan ULaMM dana dari pusat disalurkan ke daerah (Sasmito, Rahasia Sukses Pengusaha Tahan Banting Pengalaman Pelaku Usaha Mikro Kecil, 2010).

b. Sejarah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM)

Sejarah perkembangan ekonomi di Indonesia, seperti terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, telah membangkitkan kesadaran akan adanya kekuatan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Dengan adanya kebangkitan dan adanya strategi kemudian pemerintah mewujudkan dengan mendirikan PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) oleh pemerintah melalui peraturan pemerintah RI No 38/99 tanggal 29 Mei 1999 kemudian disahkan oleh peraturan Menteri Kehakiman RI No C-11.609.HT.01.TH.99 pada tanggal 23 Juni 1999. Pendirian PNM

(21)

487/KMK.017/1999, pada tanggal 13 Oktober 1999, yang menunjuk PNM sebagai BUMN koordinator penyalur kredit program Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) BUMN sebagai badan yang mengemban tugas khusus untuk memberdayakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Penyelenggaraan jasa dan manajemen merupakan tugas pemberdayaan yang dilakukan BUMN, sebagai penerapan strategi pemerintah untuk memajukan UMKM, seperti kontribusi terhadap sektor rill, yang berguna untuk

menunjang pertumbuhan pengusaha-pengusaha baru yang

mempunyai prospek usaha dan mampu menyediakan lapangan kerja (Sasmito, Rahasia Sukses Pengusaha Tahan Banting Pengalaman Pelaku Usaha Mikro Kecil, 2010).

PNM sebelumnya secara tidak langsung menyalurkan pembiayaan ke UMKM atau melalui bank-bank ataupun BPR/S. Pada tahun 2008, PNM melakukan tranformasi bisnis dengan penyaluran pembiayaan secara langsung ke UMKM dengan mendirikan ULaMM (Unit Layanan Modal Mikro) sampai sekarang(

http://bumn.go.id/pnm/halaman/41/tentang-perusahaan.html diunduh pada 12 Mei 2020).

c. Tujuan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah

PT. Permodalan Madani (PNM) memiliki tujuan dalam mengelola perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan posisi serta peran perusahaan dalam penyediaan jasa pembiayaan serta jasa manajemen untuk UMKM yang didukung oleh berbagai rangkaian produk lengkap dan pelayanan secara langsung kepada usaha mikro kecil menengah serta bermitra dengan BPR/S,KJK/S serta lembaga lainnya.

2. Mewujudkan sustanabilitas perusahaan dengan cara

pertumbuhan asset, laba serta struktur permodalan optimal. 3. Melakukan peningkatan dan perbaikan secara berkelanjutan atau

(22)

13

layanan yang berkualitas sesuai dengan kebutukan UMKM, dan dukungan dari proses pelayanan frima secara cepat dan tepat. 4. Menghasilkan lingkungan keja dan budaya perubahan yang

kondusif sehingga mendorong kreativitas serta pembelajaran yang berkesinambungan guna untuk meningkatkan produktivitas karyawan (http://pnm.co.id.pku diunduh hari Jumat 02 Oktober 2020).

d. Keunggulan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM)

Sesuai dengan tujuan PT Permodalan Nasional Madani kantor cabang Nagari Ujung Gading adalah sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membantu dalam pengembangan usaha mikro, kecil menengah (UMKM) baik melalui pembiayaan maupun pembinaan serta jasa manajemen.

Berdasarkan kegiatan tersebut, PNM memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, dimana PNM tidak hanya memberikan pembiayaan tetapi juga melaksanakan berbagai binaan. PNM telah mempunyai berbagai kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan melalui kantor cabang PNM.

Tujuan rogram pengembangan kapasitas usaha sebagai berikut:

1. Memberikan jasa pembiayaan serta non pembiayaan kepada nasabah ULaMM.

2. Jaringan media komunikasi untuk PNM dengan nasabah dan nasabah dengan nasabah.

3. Sebagai saran pertukaran informasi dalam pengembangan usaha dan perluasan pasar nasabah, baik dari PNM ataupun dari sesama nasabah.

4. Integrasi kegiatan pembiayaan ULaMM serta capacity bulding. Kegiatan utama yang dilakukan ULaMM dalam rangka pengembangan UMKM terdiri dari dua jenis yaitu sebagai berikut:

(23)

1. Pelatihan nasabah ULaMM (Program Reguler)

Pelaksanaan latihan ini disesuaikan dengan kebutuhan nasabah didaerahnya masing-masing, termasuk tema materi serta pola pelaksanaanya. Jenis pelatihannya terdiri dari pelatihan yang berbentuk kelas, berbentuk woekshop, dan dialog interatif. Materi yang disampaikan dapat berupa administrasi keuangan, manajemen usaha, maupun menyangkut masalah skill berupa motivasi berusaha ataupun semangat kewirausaha para. Pemateri atau instruktur yang dihadirkan merupakan orang pemerintahan ataupun para motivator terkemuka disesuaikan dengan tema yang akan dilaksanakan. 2. Pembinaan Klaster

Program Pengembangan Kapasitas Usaha (PKU) juga melakukan pembinaan atau pelatihan UMKM yang bersifat klaster yang didasarkan pada kesamaan produk dan kedekatan geografis. PNM telah merancang berbagai program peningkatan kapasitas usaha secara terpadu seperti dari penilaian kebutuhan anggota, pendampingan, sosialisasi, konsultasi serta penilaian indeks keberhasilan program usah. Melalui pembinaan ini, diharapkan mampu memberikan peningkatan kapasitas usaha serta dapat memperluas daerah pemasaran. Sehingga dapat memperbaiki administrasi keuangan, peningkatan kualitas standarisasi produk, aspek produksi serta aspek pemasaran termasuk penguatan aspek kelembagaan. Setelah melaksanakan pelatihan PNM juga terus melakukan pendampingan dengan tujuan agar materi pelatihan yang telah diberikan dapat diterapkam dengan baik (Mardiana, 2019, Hal: 27-32).

(24)

15

2. Usaha Mikro

a. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro yang terdapat dalam Undang-Undang tentang usha mikro, kecil dan menengah (Tim Aksara Lustitia, 2018, Hal. 8).

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

No.40/KMK.06/2003 Tanggal 29 Januari 2003 usaha mikro merupakan usaha milik keluarga yang produktif atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat melakukan pengajuan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.00k0.000 (lima puluh juta rupiah).

Berdasarkan Undang-undang No.20 tahun 2008 mengenai UMKM yaitu usaha mikro merupakan usaha produktif milik orang perorang dan badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, dengan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000 (Rahayuningsih, 2019, hal. 2-4).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki badan usaha perorangan atau orang perorangan dengan kriteria memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000 selain bangunan tempat usaha, tanah, atau memiliki hasil penjualan pertahun maksimal Rp 300.000.000.

Usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan, bukan cabang perusahaan yang dikuasai, dimiliki ataupun menjadi bagian langsung ataupun tidak langsung dari usaha menengah ataupun usaha besar yang mememnuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

(25)

dalam Undang-Undang tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (Tim Aksara Lustitia, 2018, Hal. 8).

Usaha kecil berdasarkan Undang-Undang No.9 Tahun 1995, usaha kecil merupakan usaha produktif yang berskala kecil serta memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari pihak bank maksimal di atas Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Usaha kecil berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan secara perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dikuasai, dimiliki, atau menjadi bagian baik langsung ataupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Dengan memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau dengan memiliki usaha dengan hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 sampai paling banyak Rp.2.500.000.000 (Rahayuningsih, 2019, hal. 2-4).

Badan pusat statistik nasional (BPS) mendefinisikan menurut kuantitas tenaga kerja usaha kecil adalah entitas usaha dengan jumlah tenaga kerja minimal 5 dengan maksimal 19 orang. Usaha kecil adalah usaha padat tenaga kerja, dengan demikian lebih besar peluangnya sehingga menciptakan lebih banyak pekerjaan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif mandiri, dilakukan oleh orang perorangan badan usaha yang bukan anak perusahaanatau bukan

(26)

17

cabang perusahaan yang dikuasai, dimiliki atau menjadi bagian baik tidak langsun ataupu langsung dari usaha besar ataupun menengah yang memiliki ciri ciri dengan kekayaan bersih dari Rp minimal Rp 50.000.000 sampai dengan maksimal Rp 500.000.000, tidak termasuk tanah, bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan minimal Rp 300.000.000 sampai dengan maksimal Rp 2.500.000.000.

Usaha menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri serta dilakukan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang merupakan bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dikuasai, dimiliki, maupun menjadi bagian langsung ataupun tidak langsung dengan usaha kecil maupun usaha besar dengan jumlah penjualan tahunan sebagaimana dalam Undang-Undang tentang usaha mikro, kecil, dan menengah (Tim Aksara Lustitia, 2018, Hal. 9)

Usaha menengah berdasarkan Inpres No.10 Tahun 1998, yaitu usaha menengah merupakan usaha yang bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp.200.000.000 sampai paling banyak sebesar Rp.10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Usaha menengah dapat menerima kredit dari bank senilai Rp.500.000.000 sampai dengan Rp.5.000.000.000.

Usaha menengah berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 yaitu usaha menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang merupakan bukan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dikuasai, dimiliki, atau menjadi bagian usaha kecil atau usaha besar. Kekayaan bersih yang dimiliki usaha menengah lebih dari Rp.500.000.000 sampai Rp.10.000.000.000. kriteria usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat pada tabel 2.1.

(27)

Tabel 2. 1

kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah

Ukuran Usaha Kriteria

Asset Omset

Mikro Maksimal 50 Juta Maksimal 300 Juta

Kecil >50 Juta – 500 Juta Maksimal 300 Juta

Menengah >500 Juta – 10 Miliyar >2,5 - 50Miliyar (Rahayuningsih, 2019, hal. 2-4)

b. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Secara umum karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan manajemen masih sederhana. 2. Rendahnya akses terhadap lembaga kredit. 3. Belum memiliki status badan hukum. 4. Terfokusnya pada kelompok usaha tertentu.

Adapun yang menjadi karakteristik usaha mikro adalah sebagai berikut:

1. Jenis komoditi atau barang usahanya sewaktu-waktu dapat berganti atau tidak selalu tetap;

2. Tempat usahanya sewaktu-waktu dapat berpindah tempat, tidak selalu tetap;

3. Tidak adanya administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, serta tidak memisahkan keuangan usaha dengan keuangan keluarga;

4. Pengusahanya atau sumber daya manusianya belum memiliki jiwa kewirausahaan yang memadai;

5. Tingkat pendidikan relatif sangat sederhana;

6. Umumnya belum akses kepada lembaga keuangan, tetapi sebagian sudah akses kelembaga keuangan non bank;

(28)

19

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha maupun persayaratan legalitas lainnya termasuk NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Contoh dari usaha mikro yaitu sebagai berikut:

1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, nelayan, peternak serta pembudidayaan.

2. Industri pengolahan kayu dan rotan, industri makanan dan minuman, industru usaha mikroi besi pembuatan alat-alat. 3. Usaha perdagangan misalnya pedagang di pasar, dan kaki lima. 4. Peternakan itik, ayam serta perikanan.

5. Usaha jasa-jasa misalnya salon kecantikan, penjahit, ojek, dan perbengkelan.

Adapun yang menjadi karakteristik usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Jenis komoditi atau barang usaha umumnya sudah tetap atau tdak berubah;

2. Tempat atau lokasi usaha pada umumnya tidak berpindah-pindah atau sudah menetap;

3. Umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walaupun masih sederhana, keuangan keluarga sudah mulai dipisahkan dengan keuangan perusahaan, serta sudah membuat neraca usaha;

4. Memiliki izin usaha serta persyaratan legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

5. Pengusaha atau sumber daya manusianya memiliki

pengalaman dalam berwira usaha;

6. Sebagaian besar sudah akses ke lembaga keuangan dalam keperluan modal usaha;

7. Sebagian kecil sudah dapat membuat manajemen usaha dengan baik misalnya business planning.

(29)

Contoh dari usaha kecil yaitu sebagai berikut:

1. Usaha tani sebagai pemilik tanah pribadi yang mempunyai tenaga kerja.

2. Pedagang di pasar atau grosir serta pedagang pengumpul lainnya.

3. Industri makanan dan minuman, industri kayu dan rotan, industri kerajinan tangan, industri pakaian serta industri alat-alat rumah tangga.

4. Peternakan perikanan, itik dan ayam. 5. Koperasi berskala kecil.

Adapun yang menjadi karakteristik usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. Umumnya telah memiliki manajemen serta organisasi yang lebih teratur, lebih baik, bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang sudah jelas seperti: bagian keuangan bagian pemasaran maupun bagian produksi;

2. Sudah melakukan manajemen keuangan dan menerapkan sistem akuntansi secara teratur, dengan demikian memudahkan untuk melakukan auditing dan penilaian ataupun pemeriksaan termasuk oleh lembaga keuangan;

3. Sudah melakukan aturan serta pengelolaan organisasi perburuhan, telah adanya jamsostek, dan pemeliharaan kesehatan;

4. Telah memiliki seluruh persyaratan legalitas seperti izin tetangga, izin tempat, izin usaha, NPWP, dan upaya pengelolaan lingkungan;

5. Telah akses kepada sumber-sumber pendanaan lembaga keuangan;

6. Umumnya sudah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik (Achmad Rijanto, dkk, 2019, hal. 5-8).

(30)

21

1. Usaha peternakan, pertanian, kehutanan skala menengah dan perkebunan.

2. Usaha exspor dan impor, serta usaha perdagangan (grosir). 3. Usaha jasa Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), jasa

transportasi taxi dan bus antar provinsi, usaha garment. 4. Usaha elekronik, logam, dan usaha makanan dan minuman. 5. Usaha marmer buatan, serta usaha pertambangan batu gunung

untuk kontruksi.

c. Perkembangan Usaha Mikro dan Landasan Hukum Usaha Mikro

Perkembangan usaha merupakan adanya suatu bentuk usaha terhadap usaha itu sendiri sehingga dapat berkembang menjadi lebih agar dapat mencapai pada satu titik kesuksesan. Perkembangan usaha dilakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan dapat terlihat adanya kemungkinan untuk lebih maju lagi. Menurut Purdi E.Chandra perkembangan usaha adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan omset penjualan (Chandra, 2000).

Perkembangan usaha terdapat adanya fase tahap

perkembangan usaha yang merupakan salah satu aspek yang akan berpengaruh terhadap pola-pola pengelolaan suatu usaha. Usaha-usaha yang berbeda tahap perkembangannya akan menunjukkan karakteristik yang berbeda satu sama lain dalam strategi pemasaran, penggunaan teknologi serta pola pengelolan keuangan. Selain itu pola pengelolaan usaha dapat mempengaruhi tahap perkembangan usaha. Dimana pola usaha yang baik akan membuat usaha yang bersangkutan berkembang dengan laju yang lebih cepat ke tahap terakhir (akumulasi modal) dibandingkan dengan usaha yang dikelola secara tidak profesional (Dedi Haryadi, 1998, hal. 50-51).

(31)

Perkembangan usaha mikro pada hakikatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Usaha mikro pada awalnya tidak mengalami kemajuan yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas dikarenakan perhatian yang kurang serius dari pihak yang berwenang. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997/1998 pada kenyataannya usaha mikro memiliki ketahanan yang cukup baik dibandingkan dengan usaha besar, dengan hal tersebut perhatian pun langsung ditujukan kepada perkembangan UMKM baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya (

http://karyatulisilmiah.com/perkembangan-umkm-di-indonesia/diunduh pada 15 Mei).

Sejak pada kejadian tersebut pemerintah mulai

menunjukkan peningkatan yang cukup baik dan sangat berarti bagi perekonomian negara di Era Pasca Reformasi. Perkembangan usaha mikro tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi oleh usaha mikro, dengan demikian untuk kedepannya perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut:

1) Penciptaan iklim usaha yang kondusif

Perlunya pemerintah dalam mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif seperti dengan mengusahakan ketentraman dan keamanan dalam berusaha serta adanya penyederhanaan prosedur prizinan usaha, keringanan pajak dan lain sebagainya. 2) Bantuan permodalan

Perlunya pemerintah memperluas kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi para usaha mikro, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, leasing. Skema penjaminan, serta dana modal ventura.

3) Perlindungan usaha

Jenis usaha tradisional merupakan usaha dengan golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari

(32)

23

pemerintah, baik melalui Undang-Undang maupun peraturan pemerintah yang tertuju kepada saling menguntungkan.

4) Pengembangan kemitraan

Kemitraan perlu dikembangkan untuk saling membantu antara usaha mikro, atau antara usaha mikro dengan pengusaha

besar didalam negeri ataupun diluar negeri, untuk

menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Selain itu untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian, usaha mikro akan mempunyai kekuatan untuk bersaing dengan pelaku bisnis lainnya.

5) Pelatihan

Meningkatkan usaha mikro perlu dilakukan pemerintah dengan cara adanya pelatihan baik dalam bentuk aspek kewiraswasta, administrasi dan pengetahuan, manajemen serta keterampilan dalam pengembangan usahanya. Selain itu perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan dilapangan untuk mempraktekan teori melalui pengembangan kemitraan. 6) Membentuk lembaga khusus

Mengkoordinasi semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penumbuh kembangan usaha mikro perlu dibangun suatu lembaga yang khusus dan bertanggung jawab serta dapat berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi kendala usaha mikro di lapangan.

UMKM memiliki Undang tersendiri. Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Undang-Undang-Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah disahkan oleh Presiden Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 Juli 2008 di Jakarta.

Peraturan perundang-undangan terkait yang menjadi dasar hukum Undang-Undang 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal

(33)

27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan serta peran kelembagaan usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian nasional maka pemberdayaan perlu dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan.

Memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah, seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

(Undang-Undang Ri dan Peraturan tentang UMKM

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-20-2008-usaha-mikro-kecil-menengah).

d. Permasalahan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia

Permasalahan yang dihadapi Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) di Indonesia yaitu sebagai berikut:

1. Tidak memiliki sistem administrasi keuangan serta manajemen yang baik karena belum dipisahkannya kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan.

2. Sulitnya dalam menyusun proposal dalam membuat studi kelayakan dengan tujuan memperoleh pinajaman dari lembaga keuangan ataupun modal ventura. Berbelitnya prosedur dalam mendapatkan pembiayaan, anggunan yang tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh lembaga keuangan serta terlalu tingginya tingkat suku bunga.

3. Adanya hambatan dalam menyusun perencanan bisnis disebabkan persaingan dalam merebut pasar semakin kuat.

(34)

25

4. Adanya hambatan dalam mengakses teknologi terutama disebabkan karena pasar dikuasai oleh kelompok bisnis tertentu, dan selera konsumen yang cepat berubah.

5. Adanya hambatan dalam mendapatkan bahan baku, disebabkan adanya persaingan yang kuat dalam memperoleh bahan baku yang tinggi.

6. Adanya hambatan dalam perbaikan kualitas barang serta efisiensi khususnya untuk tujuan cepat, pasar dikuasai perusahaan tertentu, serta banyaknya barag pengganti.

7. Adanya hambatan dalam hal tenaga kerj, disebabkan sulitnya memperoleh tenaga kerja yang terampil.

e. Faktor-Faktor Penghambat Usaha Mikro

setiap memulai sebuah usaha pasti selalu mendapatkan sebuah hambatan, baik itu usaha besar, usaha menengah, usaha kecil, serta usaha mikropun pasti akan ada faktor penghambat dalam pengembangan usahanya. Dalam era globalisasi pada saat ini perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia pasti akan ada berbagai macam masalah.

Masalah-masalah yang dialami oleh usaha mikro sebagai berikut:

1) Pemasaran

Pemasaran merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Kemampuan pelaku usaha untuk melihat kesempatan dipasar akan berdampak besar, karena produksi produk yang seperti apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Pemasaran bukan menjadi hal yang mudah bagi pelaku usaha. Sehingga, pemasaran menjadi bagian terpenting dalam suatu usaha (Prasasti, 2016, hal. 172).

(35)

Masalah yang sering terjadi dalam pemasaran sebagai berikut:

a) Kurangnya memahami dan melihat peluang pasar atau selera.

b) Terbatasnya tempat pemasaran. c) Kurangnya akses terhadap informasi.

d) Lemahnya dalam bernegosiasi, sehingga dapat

mengakibatkan kerugian pada sistem pembayaran dan perjanjian kontrak.

e) Kurangnya kerjasama dengan sesama, perusahaan besar, maupun pihak luar negeri terutama dalam hal promosi. f) Kurangnya dalam merancang suatu strategi bisnis. 2) Produksi dan teknologi

Teknologi selalu berkembang setiap eranya atau setiap zamannya. Dengan demikian, keberadaan teknologi yang masih tradisional akan memiliki dampak pada proses produksi yang dimiliki oleh setiap pelaku atau pemilik usaha.

Masalah yang dapat terjadi dalam produksi dan teknologi sebagai berikut:

a) Pengetahuan yang kurang tentang bagaimana memproduksi suatu barang.

b) Tidak adanya transfer teknologi dari usaha besar. c) Tidak melakukan riset dan pengembangan.

d) Kurang mengetahui tentang seberapa penting kerjasama dengan pihak suplier.

e) Belum adanya proses perbaikan yang berkesinambungan (Prasasti, 2016, hal. 173).

3) Sumber daya manusia

Sumber daya manusia adalah faktor terpenting yang harus dimiliki oleh suatu organisasi usaha. Adanya sumber daya manusia akan berdampak berkembang atau tidaknya suatu

(36)

27

usaha tersebut. Semakin banyaknya sumber daya manusia yang berpotensi maka akan berdampak terhadap perkembangan suatu usaha.

Masalah yang dapat terjadi dalam sumber daya manusia sebagai berikut:

a) Pendidikan yang rendah. b) Rendahnya jiwa wirausaha. c) Keahlian yang terbatas.

d) Produktifitas kerja yang rendah. e) Tidak adanya pembagian kerja. 4) Regulasi pemerintah

Peraturan pemerintah yang di keluarkan kepada setiap

pelaku usaha mempunyai peran penting untuk

keberlangsungan suatu usaha. Pelaku usaha dalam

menjalankan usahanya tentu akan berpedoman pada kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Dengan demikian, regulasi pemerintah mempunyai posisi penting dalam perkembangan usaha kecil dan menengah.

Masalah yang terjadi yang berasal dari pemerintah sebagai berikut:

a) Kurangnya dukungan dari berbagai kebijakan yang berpihak pada usaha mikro.

b) Kurangnya menciptakan lingkungan usaha yang kondusif, dimana pemerintah lebih mengutamakan perbaikan pada indikator makro, tetapi kurang mendorong pada indikator mikro supaya sektor riil atau usaha mikro bergerak (Prasasti, 2016, hal. 174).

5) Kesulitan keuangan dan cash flow

Kesulitan keuangan merupakan sebagian besar dapat dialami para wirausahawan dan merupakan faktor dari kegagalan suatu usaha atau bisnis.

(37)

Masalah yang terjadi yang dapat terjadi dari kesulitan keuangan dan cash flow sebagai berikut:

a) Masalah piutang yang macet begitu besar sehingga mengakibatkan aliran kas atau uang masuk mengalami masalah.

b) Masalah pendapatan atau omset yang tidak berkembang, sedangkan biaya yang harus dikeluarkan terus bertambah sehingga dapat menyebabkan masalah pada aliran kas atau cash flow usaha dan dapat mengakibatkan kegagalan. 6) Tidak kreatif dan inovatif.

Kesulitan, cobaan, hambatan, serta kegagalan merupakan faktor yang selalu dihadapi oleh pemilik usaha. Maka apabila ingin tetap bertahan pada usaha yang dimikili para pemilik usaha harus:

a) Kreatif berguna untuk mengetahui masalah yang ada menjadi sebuah manfaat.

b) Inovatif berguna agar usaha yang dimiliki memiliki ciri usaha yang khas, nilai tambah, keunikan, adanya perbedaan yang jelas dari pesaing serta dapat membuat bisnis yang dimiliki mudah diingat oleh orang lain (Hendro, 2011, hal. 53).

7) Barang Jaminan

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/69/KEP/DIR Tanggal 28 Februari 1991 tentang jaminan pemberian kredit, bahwa jaminan merupakan suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan perjanjian (Hermansyah, 2005, hal. 73).

8) Lokasi dan jaringan

Lokasi mempunyai dampak pada potensi pasar dan peluang perkembangan perusahaan baru. Lokasi juga

(38)

29

mempengaruhi keunggulan kompetitif pengaruhnya terhadap perkembangan produktivitas. Kedekatan tempat lokasi usaha dengan pembeli ataupun pemasok memungkinkan perusahaan-perusahaan baru agar lebih mudah mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang pertumbuhan di pasar, dengan demikian akan berdampak pada prospek pasar perusahaan baru.

9) Kejahatan dan korupsi

Keterlibatan UKM sering dikaitkan dengan masalah dengan kepatuhan kepada peraturan dan birokrasi. Sehingga UKM kekurangan daya tawar dan pengaruh untuk menentang permintaan untuk pembayaran tidak resmi dan permohonan serupa.

10) Keahlian Manajemen (Manajerial)

Kemampuan manajerial adalah gabungan dari

kemampuan, pengetahuan, sikap dan perilaku yang dipakai dalam bekerja secara efektif. Ditemukan bahwa kurangnya pengalaman manajerial serta keterampilah merupakan alasan utama mengapa perusahaan-perusahaan gagal.

11) Iklim Usaha

Penciptaan iklim usaha yang kondusif juga dapat berpengaruh pada suatu proses pengembangan UMKM.

12) Implikasi perdagangan bebas

Semenjak berlakunya AFTA Tahun 2003 dan APEC tahun 2020 yang berdampak luas kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk bersaing dalam perdagangan bebas. Sehingga mau tidak mau usaha mikro kecil menengah (UMKM) dituntut agar melakukan proses produksi dengan efisien dan produktif, dan dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan tingkat pasar global dengan kualitas standar misalnya isu lingkungan (ISO 14.000), isu kualitas (ISO

(39)

9.000), isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan isu ketenagakerjaan. Isu seperti ini sering digunakan secara tidak adil oleh negara maju sebagai hambatan. Dengan demikian diharapkan UMKM agar mempersiapkan untuk mampu

bersaing baik secara keunggulan kompratif ataupun

keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. 13) Implikasi otonomi daerah

Berlakunya undang-undang No.12 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yaitu tentang kewenangan daerah otonomi untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Perubahan sistem ini tentu memiliki dampak terhadap usaha mikro kecil menengah (UMKM) seperti pungutan-pungutan baru yang dikenakan kepada usaha mikro kecil mennegah (UMKM).

14) Sifat produk dengan lifetime pendek

Produk industri kecil selama ini memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai produk-produk kerajinan dan fashion dengan lifetime yang pendek. Sehingga membuat pelaku usaha kecil sulit untuk berkembang.

Faktor-faktor diatas adalah hambatan langsung yang akan dialami dalam membuka sebuah usaha mikro. Pelaku usaha mikro pada umumnya menggunakan permodalan untuk membuka usaha dengan modal pribadi, dengan demikian hasil produksi akan minim ditambah dengan tidak adanya sebuah perencanaan keuangan yang baik mengakibatkan akan menyulitkan pelaku usaha untuk mendapatkan bantuan modal usaha dari pihak lain yaitu perbankan. Teknologi dan pemasaran merupakan hal yang saling berkaitan, dimana teknologi sangat berperan dalam menunjang produksi begitu pula dengan pemasaran, dengan adanya pemasaran yang baik maka produksi yang akan dihasilkan dapat terjual dengan mudah. Sumber daya manusia berpengaruh terhadap perkembangan

(40)

31

usaha, sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal utama dalam meningkatkan suatu produk sehingga memiliki kemampuan untuk menarik minat konsumen begitu juga sebaliknya. Pemerintah merupakan peran sebagai regulator utama yang diperlukan, berguna untuk menciptakan suasana yang kondusif sehingga mampu mendorong laju investasi dan perkembangan usaha.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang penulis teliti dengan judul Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Dalam Pengembangan Usaha Mikro. Penelitian ini tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi.

Penelitian Maulana Syarif Hidayatullah Tahun 2016 dalam skripsinya Startegi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Dalam Pemberdayaan UMKM di UlaMM Syariah Cakung Tahun 2011 menyatakan dalam penelitiannya menekankan pada Bagaimana Strategi Unit Layanan Modal Mikro dalam menyalurkan pembiayaan pada Usaha Mikro Kecil Menengah serta mekanisme pembiayaan Unit Layanan Modal Mikro Syariah (Maulana Syarif Hidayatullah, Strategi Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Dalam Pemberdayaan UMKM di ULaMM Syariah Cakung, diunduh pada 06 Februari 2021).

Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang merupakan sama-sama membahas tentang lembaga keuangan non bank Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah. Sedangkan perbedaannya merupakan penelitian tersebut menekankan pada bagaimana Strategi ULaMM Syariah dalam menyalurkan pembiayaan pada Usaha Mikro Kecil Menengah serta mekanisme pembiayaan ULaMM Syariah, sedangkan yang dilakukan peneliti sekarang menekankan pada Faktor-Faktor Penghambat Unit

(41)

Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading.

Penelitian Andika Chandra S. Dan R.R. Retno Ardianti Tahun 2014 dalam jurnalnya Faktor-Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Dan Kecil Pada Sektor Formal Dan Informal Di Jawa Timur menyatakan dalam penelitiannya usaha mikro dan kecil pada sektor formal dan sektor informal di Jawa Timur yang diteliti mengalami hambatan pertumbuhan usaha yang termasuk dalam kategori sedang. Dalam penelitian ini, ditemukan hambatan utama yaitu dalam pertumbuhan usaha mikro dan kecil, yakni faktor tenaga kerja, faktor ekonomi dan teknologi, dan faktor finansial. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan akan hambatan pertumbuhan usaha antara usaha sektor formal dan sektor informal dalam usaha mikro dan kecil di Jawa Timur. Namun menurut skor rata-rata hambatan pertumbuhan usaha, sektor formal lebih mengalami hambatan dalam pertumbuhan usahanya daripada sektor informal (Andika Chandra S. Dan R.R. Retno Ardianti Faktor-Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Dan Kecil Pada Sektor Formal Dan Informal Di Jawa Timur, Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra, AGORA Vol.2, No.1, 2014, Diunduh Pada 4 Mei).

Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang merupakan sama-sama meneliti faktor penghambat pertumbuhan atau peningkatan UMKM. Sedangkan perbedaannya merupakan penelitian tersebut fokus kepada UMKM secara sektor informal dan formal, sedangkan yang dilakukan peneliti sekarang membahas UMKM tanpa membedakan sektor formal maupun informal.

Penelitian Ida Susi Dewanti tahun 2010 dalam jurnalnya Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Mikro: Kendala dan Alternatif Solusinya, penelitian ini memberikan gambaran bagaimana UKM yang telah mendapakan bantuan apakah bantuan tersebut mampu meningkatkan usaha mereka serta peluang dan kendala apa yang dihadapi dalam

(42)

33

meningkatkan efektifitas pemberdayaan UKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skema pemberdayaan yang dilakukan berbagai pihak kepada UMKM memberikan manfaat dalam mengembangkan usaha mereka. Dampak yang dapat dirasakan dari skema pemberdayaan tersebut yaitu mampu mengenalkan usaha kepada calon pembeli jika fasilitas berupa pameran. Kendala yang dihadapi dalam mengefektifkan skema pemberdayaan antara lain waktu bagi pengusaha yang sudah lama menjalankan usahanya dan cukup besar maka waktu untuk mengikuti pelatihan sangat minim. Selain waktu kendala lain adalah motivasi. Masalah sumber daya juga menjadi alasan baik manusia ataupun dana (Ida Susi Dewanti, Pemberdayaan Usaha Kecil Dan Mikro: Kendala dan Alternatif Solusinya, 2010, Yogyakarta: UPN Veteran, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.6, No.2).

Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang merupakan sama-sama meneliti tentang kendala atau hambatan dalam peningkatan UMKM. Sedangkan perbedaannya merupakan penelitian tersebut fokus kepada kendala pemberdayaan UMKM melalui skema pemberdayaan, sedangkan penelitian sekarang fokus kepada kendala lembaga keuangan ULaMM dalam peningkatan UMKM.

Penelitian Dwi Sepriono Nur Tahun 2015 dalam jurnalnya Peran Dinas Koperasi dan UKM Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Samarinda, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan iklim usaha yang dilakukan dinas koperasi dan UKM dalam rangka menumbuhkan jumlah UKM di kota Samarinda dengan memberikan kemudahan perijinan serta dukungan dan regulasi yang kuat, pertumbuhan unit-unit usaha baru yang dilakukan oleh dinas koperasi dan UKM yaitu melakukan kegiatan temu UKM dalam upaya peningkatan jumlah pelaku UKM di kota Samarinda, pembina yang dilakukan oleh dinas koperasi dan UKM meliputi kegiatan peningkatan Kapasitas SDM melalui pelatihan serta pemasaran produk UKM di Kota

(43)

Samarinda. Faktor pendukung kegiatan pemberdayaan UKM di kota Samarinda meliputi dukungan fasilitas pembiayaan dari perbankan serta dukungan dari asosiasi UKM yang berperan aktif dalam mendukung program pemberdayaan Dinas Koperasi dan UKM sedangkan faktor penghambat keterlambatan anggaran dana minimnya tenaga penyuluh UKM (Dwi Sepriono Nur, Peran Dinas Koperasi dan UKM Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Samarinda, 2017, Samarinda: Universitas Mulawarman, eJournal Administrasi Negara, Vol. 5, No. 2 Diunduh Pada 4 Mei 2020).

Persamaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti sekarang merupakan sama-sama meneliti dalam peningkatan UMKM. Sedangkan perbedaannya merupakan penelitian tersebut melalui peran dari dinas koperasi dan UMK dalam pemberdayaan UMKM, sedangkan peneliti membahas hambatan ULaMM dalam peningkatan UMKM.

Penelitian Achmad Dwi Effendi dalam skripsinya Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Nasabah Dalam Menggunakan Jasa Pinjaman Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. PNM (Permodalan Nasional Madani) Unit Jember Tahun 2015 dalam penelitiannya berisikan tentang hak kewajiban bagi penyedia layann jasa untuk memberikan layanan yang baik agar terwujudnya kepuasan nasabah (Achmad Dwi Efendi, Pengaruh Kualiyas Layanan Terhadap Kepuasan Nasabah Dalam Menggunakan Jasa Pinjaman Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah PT. PNM (Permodalan Nasional Madani) Unit Jember Tahun 2015, Diunduh Pada 06 Februari 2021).

Persamaan dari penelitian tersebut dengan penlitian yang dilakukan peneliti sekarang merupakan sama-sama membahas tentang lembaga keuangan non bank Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah. Sedangkan perbedaannya merupakan penelitian tersebut menekankan kepada bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah agar nasabah menjadi puas dengan pelayanan yang telah diberikan,

(44)

35

sedangkan yang dilakukan peneliti sekarang menekankan pada Faktor-Faktor Penghambat Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading.

(45)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis teliti merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah di Nagari Ujung Gading sebagai lokasi penelitian yang telah penulis pilih untuk mengetahui Apa Saja Faktor Penyebab ULaMM Syariah dalam Pengembangan Usaha Mikro di Nagari Ujung Gading.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini, Penulis melakukan penelitian bertempat pada PT. Permodalan Nasional Madani Unit Layanan Modal Mikro Syariah Unit Nagari Ujung Gading. Pemilihan tempat penelitian ini karena ULaMM Syariah Salah satu Lembaga Keuangan Non Bank dengan sistem syariah sesuai dengan daerah Ujung Gading yang mayoitas muslim dan sesuai dengan jurusan peneliti. Sedangkan waktu penelitian terhitung direncanakan pada bulan April 2020 sampai dengan Februari 2021 dari mulai observasi awal, bimbingan proposal sampai dengan sidang munaqasah.

Tabel 3. 1

Rancangan Waktu Penelitian

Uraian Apr 2020 Jun 2020 Jul 2020 Ags 2020 Sept 2020 Okt 2020 Nov 2020 Feb 2021 Survey Awal Bimbingan Proposal Seminar Proposal

(46)

37 Revisi setelah seminar Pengumpula n Data Bimbingan Skripsi Sidang Munaqasah

Sumber: Berdasarkan hasil pengolahan penulis sendiri C. Instrumen Penelitian

Instrumen kunci dalam penelitian ini merupakan penelitian sendiri, yang dimana peneliti melakukan pengumpulan data dan menganalisis data. Sedangkan instrumen pendukung yaitu pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan serta instrumen yang menunjang kelengkapan berupa buku catatan, alat tulis, recorder, HP dan alat pendukung lainnya.

D. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber Data Primer

Penentuan sumber data primer menggunakan sumber data yang langsung diperoleh oleh peneliti. Responden yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah di Nagari Ujung Gading.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah dokumentasi dari Unit Layanan Modal Mikro Syariah, nasabah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah, dan masyarakat (pengusaha mikro) yang bukan nasabah yang ada di Nagari Ujung Gading.

(47)

E. Teknik Pengumpulan Data

Saat pengumpulan data dilakukan peneliti maupun Kepala ULaMM Syariah tetap mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, serta memakai hand sinitizer sebelum memasuki lembaga. Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi (pengamatan)

Observasi yang dilakukan peneliti adalah pengamatan untuk melihat gambaran masalah yang akan peneliti angkat untuk menjadi topik dalam karya tulis ini, yaitu melalui pengamatan untuk melihat faktor-faktor penghambat unit layanan modal mikro (ULaMM) syariah terhadap peningkatan usaha mikro di Nagari Ujung Gading seperti bagaimana pelayanan yang dilakukan ULaMM Syarah kepada nasabahnya.

2. Wawancara

Penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Pimpinan Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah di Nagari Ujung Gading dimana peneliti menyiapkan garis besar mengenai hal-hal yang ditanyakan kepada pimpinan, nasabah Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah, dan masyarakat (pengusaha mikro) yang bukan nasabah ULaMM Syariah Nagari Ujung Gading yang memiliki tujuan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang apa saja yang menjadi faktor penyebab Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah kurang diminati sebagai lembaga keuangan mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu dilakukan dengan meneliti bahan

dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi terhadap tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari dokumentasi yaitu seperti dokumen-dokumen data jumlah nasabah, serta

(48)

brosur-39

brosur dari Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah Nagari Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat serta buku-buku pendukung yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknis analisis data dengan metode kualitatif lapangan, karena data yang diperoleh adalah keterangan-keterangan dalam bentuk uraian. Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses mensistemasikan apa yang sedang diteliti serta mengatur hasil wawancara seperti apa yang dilakukan dan dipahami supaya peneliti dapat menyajikan apa yang didapatkan dari orang lain (Kasiram, 2010, hal. 355).

Penelitian ini dalam menganalisis data menggunakan cara berfikir indukatif; yang merupakan suatu cara berfikir yang diambil dari fakta-fakta yang khusus dan konkret, peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa tersebut ditarik secara generalisasi yang mempunyai sifat umum (Hadi, 1984, hal. 42). Dalam analisis peneliti berusaha memaparkan data hasil dan membandingkan dengan pustaka yang ada. Di dalam menganalisis data penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan berfikir secara induktif yang bertitik tolak dari kasus-kasus, lalu diambil kesimpulan secara umum.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut sehingga ditarik kesimpulan tentang apa saja faktor penyebab Unit Layanan Modal Mikro (ULaMM) Syariah kurang diminati sebagai lembaga keuangan mikro di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data

Adapun teknik penjaminan keabsahan data dalam penelitian ini penulis gunakan adalah triangulasi. Triangulasi dalam pengujian

Referensi

Dokumen terkait

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat meningkatkan kemandirian dan daya

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E). dalam Bidang

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Keilmuan

Dengan menggunakan metode perhitungan zakat AAOIFI dan BAZNAS bertujuan untuk membandingkan perhitungan zakat secara Internasional dan Nasional, maka penulis akan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi dan diajukan pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana dalam Keilmuan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan diajukan pada Jurusan Ekonomi Syariah

memberikan seorang manajer standar pembanding terhadap hasil yang telah dilaksanakan. Menyebutkan issue yang penting. Untuk membangun manajer harus memilih beberapa