• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I PENDAHUUAN. masyarakat ataupun peradaban manusia secara global. 1 Teknologi informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I PENDAHUUAN. masyarakat ataupun peradaban manusia secara global. 1 Teknologi informasi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Teknologi Informasi/komunikasi telah merubah perilaku

masyarakat ataupun peradaban manusia secara global.1 Teknologi informasi

merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.2

Pemanfaatan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap perdagangan dan

pertumbuhan perekonomian nasional dalam mewujutkan kesejahteraan

masyarakat.3 Dalam pemakaian teknologi informasi saat ini khususnya melalui

media sosial telah memberikan banyak manfaat pada berbagai kehidupan

masyarakat.4 Secara definitif Wikipedia menjelaskan bahwa media sosial

merupakan sebuah media online dimana para pemakainya dapat dengan mudah

berpartisipasi,5 berbagi dan menciptakan isi yang meliputi blog, social network

atau jejaring sosial, forum serta dunia virtual. Pada sisi yang lain blog, jejaring sosial biasa dikatakan merupakan media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat diseluruh dunia.

1 H. Ahmad M. Ramli. Cyber Law & HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika

Aditama, Cetakan ke 1, Bandung, 2004, hlm 1.

2 Pasa 1 ayat (3) Undang Nomor 19 tahun 16 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

3 Penjelasan umum, Undang Nomor 19 tahun 16 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

4 Sinta Dewi. Cyber Law Perlindungan Privasi atas Informasi Pribadi dalam E-Commerce

menurut Hukum Internasional, Widya Padjadjaran, Cetakan ke 1, Bandung, 2009, hlm 2-3.

5 Anis Hamidati, dkk, komunikasi 2.0 Teoritisasi dan Implikasi, ASPIKOM, cetakan ke 1,

(2)

2

Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap orang dapat membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan teman-teman agar dapat berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar diantaranya facebook, myspace dan twiter Jika media tradisional menggunakan media cetak maka media

sosial menggunakan internet.6

Internet adalah jaringan dari jaringan-jaringan, sistem-sistem komputer lokal yang terhubung ke sistem Regional Nasional dan Internasional. Semuanya dihubungkan dengan beraneka ragam sambungan, seperti kabel serat optik, kawat

tembaga maupun media komunikasi lainnya.7 Kemajuan dalam media interaksi

berbasis internet mempunyai sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif dari internet tersebut tidak hanya data atau informasi tertentu saja yang bisa di dapatkan dan dipertukarkan, namun suara dan gambar, entah itu gambar diam ataupun gambar bergerak (contohnya film dan animasi), serta melakukan obrolan di chat rooms atau ruangan obrolan di internet yang bisa saling mendengarkan suara,

memperlihatkan gambar-gambar berupa gambar diam maupun gambar bergerak,8

seperti: E-mail, Instagram, Whatsapp, E-Banking dan E-Government yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan sisi negatif dari internet tersebut yaitu berkembangnya cyber crime, dan juga dalam bidang kesusilaan

contohnya cyberporn, cyber prostitution, sex online dan cyber sex.9

Perkembangan teknologi tersebut khususnya internet dapat memudahkan manusia

6 Anis Hamidati, Op. Citt, hlm 34.

7 Maskun, Kejahatan Siber Cyber Crime suatu pengantar, Kencana Prenada Media Group,

cetakan ke 1, Jakarta, 2013, hlm 91.

8 Sutan R Syahdeinu. Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Pustaka Utama Grafiti,

Cetakan ke 1, Jakarta, 2009, hlm 4.

9 M. Fairiz Wahyu Pratama. Tanggung Jawab Pelaku Tindak Pidana Prostitusi Online

(3)

3

menciptakan dunia baru yang dinamakan cyber,10 yang menyiapkan berbagai jenis

data serta informasi, dan juga layanan seperti: jasa, kantor berita, pos, perpustakaan, tempat rekreasi, ilmu pengetahuan dan sarana sosial lainnya. Jaringan teknologi informasi atau sering disebut teknologi cyber adalah tempat kita berada ketika mengarungi dunia informasi global interaktif yang di sebut internet.

Kejahatan yang disebut tidak hanya bersifat baru namun memberikan dampak yang sangat luas dikarenakan tidak hanya dirasakan secara nasional namun dapat berdampak sampai ke internasional sehingga cyber crime sering

disebutkan kejahatan yang bersifat internasional.11 Dari beberapa kejahatan cyber

crime di atas peneliti lebih berfokus pada kejahatan cyber prostitusi. Dimana kejahatan ini telah menimbulkan sejumlah permasalahan hukum dan masih sering terjadi di Indonesia.

Prostitusi dalam bahasa latin disebut prostituere yang di artikan yaitu memberikan diri dengan terang-terangan pada perzinahan. Sedangkan secara

etimologi berasal dari kata prostare yang artinya menjual, dan menjajahkan.12

Prostitusi online adalah sebuah bentuk kejahatan online yang menyediakan jasa pelayanan sexsual melalui situs web. Prostitusi menggunakan media online merupakan salah satu kejahatan yang berkembang dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, begitu banyak bisnis prostitusi saat ini didukung

10 Agus R. Cybercrime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi,

Citra Aditya Bakti Cetakan ke 1, Bandung, 2002, hlm 91.

11 Dikdik M A Mansur & Eisatris G. Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Rafika

Adi Tama, cetakan ke 1, Bandung, 2005, hlm 22.

12 Suzanalisa, Abadi b, & Bunyamin A. Kajian Yuridis Terhadap Pelaku PSK Prostitusi

Online Sebagai Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Hukum Pidana Indonesia,

(4)

4

dengan pesatnya perkembangan teknologi. Para pelaku prostitusi online mulai memanfaatkan situs-situs jejaring sosial seperti Watshapp, Facebook, Twiter dan situs lainya untuk memasarkan transaksi seks, dimana para pelaku akan memasang foto-foto perempuan panggilan untuk menunjukan bahwa yang bersangkutan menawarkan jasa sex. Prostitusi online dilakukan secara terorganisir, di mana para pekerja sex komersial (PSK) tidak menjajahkan dirinya secara langsung di pinggir jalan melainkan menggunakan jasa seseorang (mucikari) untuk mempromosikan diri mereka melalui situs-situs jejaring sosial, serta transaksi antar PSK dan si pemakai jasa PSK yang memberikan sejumlah uang untuk interaksi seksual dan jika mendapatkan pelanggan, para mucikari akan menentukan tempat (biasanya mucikari memilih hotel yang menurut mereka aman), dan harga bokingan para PSK, maka mucikari akan mengantar para PSK untuk bertemu dengan klien tersebut.

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik kejahatan prostitusi online diatur pada pasal 27 ayat (1) dan pasal 45 ayat (1) sebagai ketentuan pidana bagi para terdakwa kasus prostitusi online. Subjek delik dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah orang perorangan dan korporasi yang dapat melakukan tindak pidana Informasi dan Transaksi Elektronik dengan jumlah 19 perbuatan yang diatur dari pasal 27 sampai pasal 37 Jo pasal 45 sampai pasal 51.13

13 Hanafi A & Mahrus A. Sistem Pertanggungjawaban Pidana, Raja Grafindo Persada,

(5)

5

Adapun rumusan pasal 27 ayat (1) sebagai berikut: “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat di aksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”.

Rumusan Pasal 45 ayat (1) sebagai berikut: Ayat (1): “setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksut dalam pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1. 000.000.000,00 (1 milyar rupiah)”.

Dalam KUHP prostitusi online di atur dalam Pasal 296 yang berbuyi: “barang siapa dengan sengaja menyebebkan atau memudahkan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, di ancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak lima belas ribu rupiah”.

Kejahatan prostitusi online pertama kali terungkap pada tahun 2003 di bulan mei, dimana Polda metro jaya berhasil mengamankan mucikari sepasang suami

istri yakni Ramdoni alias Roni dan Yanti Sari alias Bella.14 Tidak hanya dari

kalangan masyarakat biasa saja, kasus prostitusi online juga sempat melibatkan beberapa artis tanah air. Salah satunya yang belum lama terjadi adalah kasus artis Vanessa Angel. Di mana salah satu mucikari dari artis Vanesa Angel berhasil ditangkap dan terbukti melakukan prostitusi online oleh Pengadilan Negeri Surabaya dengan putusan Nomor 35443/pid.sus/2019/PN.Sby, dengan nama

14 Mario, k. W. penegakan Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Prostitusi Cyber menurut

(6)

6

terdakwa Fitriandri als Vitly Jen (mucikari) usia 38 tahun, terdakwa bekerja sebagai agensi artis (wirausaha).

Kasus prostitusi online dengan terdakwa Fitriandri als Vitly Jen, di dakwa oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah melanggar pasal 45 ayat (1) Jo pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan pasal-pasal di atas merupakan isi unsur-unsur tindak pidana yang menyatakan terdakwa Fitriandri als Vitly Jen bersalah telah melakukan prostitusi online.

Contoh kasus berikutnya adalah prostitusi online yang dilakukan oleh terdakwa Riski Ananda Hasibuan terdakwa dinyatakan bersalah telah melakukan prostitusi online oleh pengadilan Kisaran dengan Nomor Putusan Nomor 341/Pid.sus/2020/PN.Kis. Terdakwa di tuntut oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Terdakwa menggunakan aplikasi Mi-chat untuk memamerkan gambar-gambar dari para PSK yang dapat di ajak berhubungan badan dengan memberikan patokan harga sebesar Rp 6000.000,00.

Kemajuan teknologi informasi di Indonesia berkembang pesat terbukti dari data statistik yang di keluarkan oleh Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia

(APJII), dimana jumlah pengguna internet di tahun 2007 mencapai 25 juta jiwa.15

Perkembangan pornografi di internat dapat dikatakan mencengangkan, namun hal

15 Sinta Dewi, Cyber Law Praktik Negara-Negara Dalam Mengatur Privasi Dalam

(7)

7

ini tidak lepas dari pelaku pengguna internet dan maraknya situs-situs berbau

pornografi yang sudah menyebar di dunia maya.16

Pemerintah melihat Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sangat dibutuhkan untuk Negara Indonesia, dikarenakan Indonesia saat ini merupakan salah satu negara yang telah memakai dan memanfaatkan teknologi informasi begitu luas dan efisien. Sehingga pada tanggal 26 April 2008 pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang tentang informasi dan transaksi elektronik, Undang-Undang ini diperlu oleh negara Indonesia, dikarenakan Indonesia adalah negara yang menggunakan dan memanfaatkan

teknologi informasi secara luas dan efisien.17

Tujuan hukum pidana menurut aliran modern adalah untuk melindungi

masyarakat dari kejahatan.18 Kepastian hukum merupakan sesuatu yang sangat

dibutuhkan dalam masyarakat, sehingga masyarakat memilih payung hukum dalam melakukan suatu tindakan. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di undangkan dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi masyarakat pengguna internet. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tindak pidana prostitusi online berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

B. Rumusan Masalah

16 Syaiful bakhri, dkk, Hukum Pidana Masa Kini, Total Media, cetakan ke 1, Yogyakarta,

2014, hlm 306.

17 Widodo, System Pemidanaan dalam Cyber Crime, Laksbang Mediatama, cetakan ke 1,

Yogyakarta, 2009, hlm 221.

18 Teguh Prasetyo. Hukum Pidana. Raja, Grafindo Persada, Cetakan ke 1, Jakarta, 2010,

(8)

8

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tindak pidana prostitusi online?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tindak pidana prostitusi online menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan kajian bagi peneliti selanjutnya dan untuk perbandingan ataupun tujuan lain yang relevan. Penelitian ini juga bisa memberikan sumbangan pengetahuan mengenai hukum pidana tentang tindak pidana prostitusi online berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini kiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi aparat penegak hukum dalam pembuatan kebijakan mengenai prostitusi online.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dugunakan peneliti adalah penelitian hukum normatif. Penelitian normatif disebut juga sebagai penelitian atas peraturan perundang-undangan, baik dilihat dari sudut pandang hirarki perundang-undangan (vertikal) ataupun hubungan harmoni perundang-undangan (horizontal). Penelitian hukum

(9)

9

normatif ini juga biasa disebut dengan penelitian hukum doktriner atau juga disebut dengan penelitian perpustakaan. Dinamakan penelitian hukum doktriner sebab penelitian ini hanya di fokuskan pada peraturan-peraturan tertulis, sehingga metode penelitian ini sangat erat hubungannya pada perpustakaan dikarenakan metode penelitian normatif ini akan membutuhkan data yang bersifat sekunder

pada perpustakaan.19

2. Bahan Hukum

Sumber bahan hukum dalam penulisan ini terdiri dari tiga bagian yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan hukum primer dalam penelitian ini merupakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan cyber crime antara lain pasal 27 ayat (1) dan pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Selanjutnya bahan hukum sekunder dimana peneliti akan menggunakan doktrin-doktrin ataupun pendapat parah ahli hukum dan juga jurnal-jurnal yang berkaitan dengan cyber crime dan tindak pidana prostitusi online sebagai bahan hukum primer, yang dianggap sangat penting untuk membuat konsep-konsep hukum pada penulisan ini dan terakhir bahan hukum tersier. Adapun bahan hukum tersier antara lain ensiklopedia dan kamus hukum yang berkaitan dengan tindak pidana prostitusi online.

3. Teknik Pengumpulan Data

19 Elisabet N Butarbutar. Metode Penelitian Hukum, Rafika Aditama, Cetakan ke 1,

(10)

10

Teknik pengumpulan data atau bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan peraturan perundang-undangan dalam hal ini Undang-Undang Repulik Indnesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Putusan Pengadilan yang berkaitan dengan tindak pidana prostitusi online.

4. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum yang telah dikumpulkan diatas melalui analisis kualitatif. Kualitatif ialah data yang bersifat deskriptif analisis, yang dimana tidak memakai data kuantitatif atau data statistik. Analisis kualitatif digunakan untuk mendapatkan makna atau arti dari konsep-konsep yang berkaitan dengan tindak pidana prostitusi online.

5. Pendekatan yang Dipergunakan

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan peraturan undangan dengan mencari makna atau arti dalam peraturan perundang-undangan sehingga menjelaskan permasalahan penelitian. Pendekatan kasus yang dipakai dengan adanya Putusan Pengadilan Nomor 35443/pid.sus/2019/PN.Sby.

F. Orisinilitas Penelitian

Berdasarkan tabel 1 dapat di jelaskan mengenai perbedaan yang terjadi antara peneitian yang akan di lakukan penulis pada penelitian ini dengan peneliti terdahulu. Dimana penelitian yang diakukan oleh Leonardo Aswin Loppies, dalam penelitiannya penulis ingin mengetahui mengenai bagaimana upaya yang dilakukan kepolisian salatiga untuk memberantas prostitusi di kota salatiga khususnya di lokalisasi sari rejo. Selanjutnya peneitian yang dilakukan oleh

(11)

11

Annas Mufarridun Shaum, penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya kepolisian dalam melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana prostitusi melalui online serta kendala apa saja yang di alami dalam melakukan penyidikan dan solusi yang tepat untuk mengatasi kendala tersebut.

Tabel 1

No Nama Penulis dan Judul Rumusan Masalah dan

Temuan

Beda Dengan Rencana Skripsi ini 1 Leonardo Aswin Loppies

(312007078) Penegakan Hukum Terhadap Pasal 296 KUHP Tentang Tindak Pidana Prostitusi Oleh Polres Salatiga.

Tindakan hukum apa yang diambil oleh polres Salatiga dalam menangani prostitusi di kota salatiga. Bangaimana tindak pidana prostitusi online? Putusan Pengadilan Nomor 35443/pid.sus/2019/PN. Sby dan Nomor 341/Pid.sus/2020/PN.K is..

2 Annas Mufarridun Shaum (30301308068). Upaya kepolisian dalam penyidikan terhadap tindak pidana prostitusi online (studi kasus di kantor dit reskrimsus kepolisian daerah jawa tengah).

Bagaimana upaya penyidikan terhadap pelaku tindak pidana prostitusi melalui online.

Bangaimana tindak pidana prostitusi online? Putusan Pengadilan Nomor 35443/pid.sus/2019/PN. Sby dan Nomor 341/Pid.sus/2020/PN.K is

3 Cahyaning Arfiana (312014178). Pemidanaan Terhadap Mucikari Dalam Prostitusi Online Berdasarkan Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.

Mengapa hakim menjatuhkan putusan yang berbeda terhadap pelaku tindak pidana prostitusi online. Putusan Pengadian Nomor 470/Pid.Sus/2014/PN.Smn, Nomor 228/ Pid.B/2015/PN.Pgp. Bangaimana tindak pidana prostitusi online? Putusan Pengadilan Nomor 35443/pid.sus/2019/PN. Sby dan Nomor 341/Pid.sus/2020/PN.K is

Sumber: diolah dari skripsi-skripsi terdahulu publikasi Fakulas Hukum UKSW Salatiga.

Dan terakhir penelitian yang dilakukan oleh Cahyaning Arfiana, dalam penelitiannya penulis ingin meneliti mengenai putusan hakim yang berbeda terhadap para pelaku tindak pidana prostitusi online. Dimana penulis beranggapan bahwa faktor-faktor apakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yang berbeda namun pada tindak pidana yang sama.

(12)

12

Berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya, pada penelitian ini penulis ingin membahas mengenai tindak pidana prostitusi online serta apa akibat pidana bagi para pelaku prostitusi online menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Eektronik yang didasari pada Putusan Pengadian Nomor 35443/pid.sus/2019/PN.Sby.

Referensi

Dokumen terkait

Selain karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP pemindahbukuan dapat dilakukan juga jika terdapat kesalahan pengisian data pembayaran pajak melalui

Penggunaan suhu yang lebih rendah dari titik didih pelarut akan menyebabkan proses ekstraksi berjalan dengan lambat dan kurang efisien, sedangkan penggunaan suhu yang lebih

Oleh karena itu penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis juga memiliki ciri khas yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses implementasi dari program

Tingkat pendidikan masyarakat desa Bangsa yang paling banyak adalah lulusan SLTA sebayak 3898 jiwa atau sebesar 37,31%, yang tidak lulus Sekolah Dasar atau buta aksara sebayak

Pengumpulan data dengan mempelajari bahan hukum primer yang terdiri atas Peraturan Perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Pinjaman Bilateral yang diterima Pemerintah Indonesia pada semester II tahun 2012 adalah 7 pinjaman dengan total sebesar EUR 16.000.000,00 dan USD 511.776.987,99 yang berasal