i
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
KEEFEKTIFAN EKSTRAK Tephrosia vogelii, Piper aduncum, DAN CAMPURANNYA UNTUK MENGATASI HAMA Plutella xylostella YANG
RESISTEN TERHADAP INSEKTISIDA KOMERSIAL
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Disusun oleh:
Aulia Rakhman A34100073 (Ketua kelompok) Wirathazia Enbya L. C A34100010 (Anggota 1) Masaidah Cardi A34100027 (Anggota 2) Endah Wahyuni A34100029 (Anggota 3) Fatku Shirot P A34110024 (Anggota 4)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
iii KEEFEKTIFAN EKSTRAK Tephrosia vogelii, Piper aduncum, DAN CAMPURANNYA UNTUK MENGATASI HAMA Plutella xylostellaYANG
RESISTEN TERHADAP INSEKTISIDA KOMERSIAL
ABSTRAK
Plutella xylostella merupakan hama penting pada tanaman famili Brsicaceae.
Hama ini menyerang tanaman dan menyebabkan kehilangan hasil secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian in bertujuan untuk mengetahui keefektifan insektisida nabati ekstrak buah Piper aduncum, ekstrak Tephrosia vogelli, dan campuran keduanya terhadap hama Plutella xylostella yang berasal dari tiga lokasi yaitu Ciloto Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Sukahurip Kabupaten Garut Jawa Barat, dan Kejajar Dieng Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang diduga resistensi terhadap insektisida lima jenis insektisida komersial. Formulasi kelima insektisida komersial dan insektisida nabati diujikan pada larva P. xylostella instar dua dengan metode celup daun hingga 48 jam setelah perlakuan (JSP). Mortalitas larva diamati hingga 96 JSP, yang selanjutnya mortalitas larva dianalisis dengan probit. Secara umum dari ketiga lokasi, LC95 deltametrin dan profenofos pada 96 JSP, menunjukkan rendah toksisitas,
sedangkan klorantraniliprol cukup tinggi pada larva P. xylostella. Disisi lain, larva P.
xylostella masih rentan terhadap emamectin benzoate, spinetoram, ektrak tunggal
maupun campuran insektisida nabati. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa larva P.
xylostella dari ketiga lokasi sudah tidak rentan terhadap deltametrin, klorantraniliprol
dan prefenofos tapi masih rentan terhadap emamectin benzoate dan spinetoram. Selain itu, ekstrak tunggal dan ekstrak cumpuran insektisida nabati dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian dalam mengatasi hama P. xylostella.
iv KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan tugas akhir yang berjudul “Keefektifan Ekstrak Tephrosia vogelii, Piper aduncum dan Campurannya untuk Mengatasi Hama Plutella xylostella yang Resisten terhadap Insektisida Komersial”. Penulisan laporan akhir ini merupakan salah satu syarat mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian yang diadakan oleh Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) tahun 2013-2014.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, pengetahuan, saran, masukan, dan arahan kepada penulis. Terima kasih untuk orang tua kami yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam belajar. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang telah mendukung terlaksananya kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta memotivasi penulis agar dapat menuliskan laporan akhir yang lebih baik untuk ke depannya. Semoga laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, Juli 2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman kubis (Brassica oleracea var. capitata) merupakan komoditas sayuran yang penting dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Manfaat yang dapat diperolah dari jenis sayuran ini di antaranya adalah sebagai sumber vitamin (A, B1, dan C), sumber mineral (kalsium, kalium, fosfor, sodium, dan sulfur), dan
mengandung senyawa antikanker (Adiyoga et al. 2004). Salah satu permasalahan yaitu adanya serangan hama. Menurut Setiawati (1993), Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) merupakan salah satu hama penting yang menyerang tanaman kubis sejak awal tumbuh hingga menjelang panen.
Kebanyakan petani dalam mengendalikan hama banyak menggunakan insektisida sintetik atau pestisida. Menurut Kardinan (2002), petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida dianggap perlu, karena memberikan hasil cepat, nyata, dan tidak memerlukan banyak tenaga. Penggunaan insektisida sintetik yang terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah hama P. xylostella menjadi resisten terhadap beberapa jenis insektisida kimia dan mikroba (Setiawati 1996).
Hama P. xylostella strain Lembang dilaporkan telah resisten terhadap asefat, triazofos, dan deltametrin dengan tingkat resistensi (Sastrosiswojo et al. 1989) serta telah mengalami resistensi terhadap DDT yaitu oleh Ankersmith tahun 1953 (Moekasan et al. 2004). Selain itu, Moekasan et al. (2004) melaporkan bahwa P.
xylostella yang berasal dari Lembang, Pangalengan (Bandung), Kejajar/Dieng, Batu
sudah sangat resisten terhadap deltametrin dan prefenofos.
Untuk itu diperlukan alternatif pengendalian di antaranya dengan menggunakan insektisida nabati. Salah satu jenis tumbuhan yang bersifat insektisida ialah daun kacang babi (Tephrosia vogelii J. D. Hooker) (Leguminosae). Abizar dan Prijono (2010) melaporkan bahwa ekstrak etil asetat daun T. vogelii memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva C. pavonana.
Bahan tumbuhan lain yang potensial digunakan sebagai bahan insektisida nabati adalah buah sirih hutan, Piper aduncum L. (Piperaceae) (Bernard et al. 1995). Berbagai jenis Piper mengandung senyawa yang memiliki gugus metilendioksifenil yang dapat menghambat kerja enzim monooksigenase yang biasanya menguraikan senyawa asing termasuk insektisida (Scott et al.,2008). Dengan demikian, ekstrak
Piper aduncum berpotensi memiliki efek sinergis bila dicampurkan dengan ekstrak
tumbuhan lain.
1.2. Perumusan Masalah
Penggunaan insektisida sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan P.
xylostella resisten. Selain insektisida sintetik, petani biasanya menggunakan
insektisida nabati sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi resistensi. Akan tetapi, resistensi pada insektisida nabati yaitu campuran ekstrak T. vogelii dan P. aduncum belum diketahui.
1.3. Tujuan
Mengetahui keefektifan insektisida nabati ekstrak buah Piper aduncum, ekstrak
Tephrosia vogelli, dan campuran keduanya terhadap hama Plutella xylostella yang
2
Kabupaten Garut Jawa Barat, dan Kejajar Dieng Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang diduga resistensi terhadap insektisida lima jenis insektisida komersial.
1.4. Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui insektisida nabati yang paling efektif digunakan untuk mengendalikan hama P. xylostella yaitu antara ekstrak P. aduncum, ekstrak T. vogelli, atau campuran keduanya serta untuk mengetahui tingkat resistensi insektisida komersial.
1.5. Kegunaan
Kegunaan dari penelitian ini adalah pengembangan strategi pengendalian P.
xylostella pada tanaman kubis serta memberikan informasi tentang resistensi larva P. xylostella terhadap lima jenis insektisida komersial dan tingkat keefektifan ekstrak T. vogelii, ekstrak P. aduncum serta campuran keduanya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Permasalahan Hama Plutella xylostella. P. xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) merupakan salah satu serangga hama penting pada tanaman famili Cruciferae atau Brassicaceae. Serangan serangga ini dapat merusak tanaman kubis yang mengakibatkan kehilangan hasil baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Di Indonesia, strategi pengendalian yang sangat umum dilakukan untuk menekan populasi P. xylostella adalah dengan aplikasi insektisida sintetik. Aplikasi insektisida sintetik yang dilakukan secara intensif dan tidak bijaksana telah menyebabkan terjadinya perkembangan resistensi pada serangga ini.
Menurut Denholm et al. (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi yaitu faktor genetika, faktor bioekologi, dan faktor operasional. Faktor genetika terdiri atas frekuensi alel R, jumlah alel R, dominansi alela R, dan interaksi alela R. Resistensi
P. xylostella terhadap insektisida sintetik telah dilaporkan di berbagai negara, seperti
terhadap organofosfat dan karbamat di Korea, dan terhadap klorantraniliprol di Cina (Santos et al. 2011). Resistensi terhadap klorantraniliprol juga telah dilaporkan terjadi di dataran tinggi Sulawesi Selatan (Prabaningrum et al. 2012).
Pengalihan penggunaan insektisida yang telah resistensi dapat mengurangi tekanan seleksi pada populasi hama yang resisten terhadap insektisida yang telah lama diaplikasikan tetapi dapat memicu terjadinya resistensi terhadap insektisida baru tersebut. Pengalihan insektisida tersebut seperti pengalihan dari penggunaan insektisida bahan aktif klorantraniliprol menjadi insektisida yang berbahan aktif profenofos (Zalom, 2001).
Sifat Insektisida Sirih Hutan. Sirih hutan Piper aduncum L. (Piperaceae) berasal dari Amerikatropis dan diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1860. Sirih hutan tumbuh padaketinggian 90 sampai 1000 m dpl (Heyne 1987). Bernard et al. (1995) melaporkan bahwa perlakuan dengan ekstrak etanol daun sirih hutan0.4% menghambat perkembangan larvapenggerek batang jagung Ostrinia nubilalis hingga 90% dan pada konsentrasi 100 ppm membunuh larva nyamuk Aedes atropalpus sampai 100%. Dilapiol yang diisolasi dari daun sirih hutan pada konsentrasi 0.1 ppm dapat mematikan larva nyamuk A. atropalpus sebesar 92%. Nailufar (2011) melaporkan bahwa campuran ekstrak buah sirih hutan dan ekstrak daun kacang babi
T. vogelii bersifat sinergis terhadap larva C. pavonana. Sifat sinergis tersebut diduga
disumbangkan oleh senyawa dilapiol yang terkandung di dalam buah sirih hutan (Bernard et al. 1989). Dengan demikian, ekstrak buah sirih hutan diharapkan juga bersifat sinergis bila dicampurkan dengan ekstrak lain.
Sifat Insektisida Tephrosia vogelli. Daun T. vogelii mengandung senyawa rotenoid yang bersifat insektisida, seperti rotenon, deguelin, dan tefrosin (Lambert et
al. 1993). Rotenon aktif terhadap berbagai jenis serangga, bersifat sebagai racun perut
dan racun kontak.Selain itu, insektisida tersebut cukup selektif dan tidak sistemik (Perry et al.1998). Sediaan insektisida nabati dari T. vogelii aktif terhadap berbagai jenis hama gudang dan hama pemakan daun (Prakash dan Rao 1997). Sebagai contoh, Delobel dan Malonga (1987) melaporkan bahwa perlakuan dengan serbuk daun T.
vogeliipada biji kacang tanah dengan perbandingan 1:40 (w/w) dapat menyebabkan
kematian kumbang Caryedon serratus sebesar 98.8%.Wulan (2008) melaporkan bahwa LC50 ekstrak heksana daun T. vogelii terhadap larva C. pavonana adalah 0.14%,
sementara Nailufar (2011) melaporkan bahwa LC50 ekstrak etil asetat daun T. vogelii
terhadap serangga tersebut adalah 0.11%.
Insektisida nabati dapat digunakan secara tunggal atau dalam bentuk campuran. Pemanfaatan insektisida nabati berbahan baku dua jenis atau lebih ekstrak tumbuhan dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis tumbuhan sebagai bahan baku, sehingga dapat mengatasi keterbatasan bahan baku insektisida karena tumbuhan sumber insektisida nabati tidak selalu terdapat melimpah di suatu daerah (Dadang dan Prijono 2008).
III. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).
Perbanyakan Tanaman Pakan P. xylostella
Daun kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) digunakan sebagai pakan larva
P. xylostella dan digunakan dalam medium pengujian. Tanaman kubis diperbanyak
melalui persemaian menggunakan nampan semai yang diisi dengan tanah, benih, pupuk NPK berupa butiran, dan kompos Super Metan. Bibit berumur 4 minggu dipindahkan ke polybag 5 L. Daun dari tanaman yang berumur 1-2 bulan digunakan untuk perbanyakan larva P. xylostella dan untuk pengujian (Abizar dan Prijono 2010). Perbanyakan Serangga Uji
Serangga P. xylostella yang digunakan dalam penelitian diambil dari tiga lokasi yaitu Ciloto Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Sukahurip Kabupaten Garut Jawa Barat, dan Kejajar Dieng Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Serangga tersebut diperbanyak di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Cara perbanyakan serangga mengikuti prosedur yang dikemukakan (Febrianni 2011). Larva yang digunakan dalam pengujian yaitu larva instar II generasi II.
4
Penyiapan Insektisida Uji
Bahan insektisida komersial yang digunakan yaitu profenofos (Curacron 500 EC, bahan aktif [b. a.] 500 g/L), klorantraniliprol (Prevathon 50 SC, b. a. 50 g/L), spinetoram (Endure 120 SC, b. a. 120 g/L), emamektin benzoat (Proclaim 19 EC, b. a. 19 g/L), dan deltametrin (Decis 25 EC, b. a. 25 g/L) yang diperoleh dari salah satu kios pertanian yang berada di Bogor. Sedangkan, bahan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber ektrak adalah buah P. aduncum yang diperoleh dari lingkungan sekitar kampus IPB Dramaga, Bogor. Daun T. vogelii yang yang berasal dari Kawasan Agropolitan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Ekstraksi Buah P. aduncum dan Daun T. vogelii
Bahan tumbuhan yang akan diekstrak dipotong-potong dan dikering udarakan. Setelah kering, potongan daun T.vogelii dan buah P. aduncum tersebut digiling dengan menggunakan blender sampai menjadi serbuk. Serbuk daun T. vogelii dan buah P.
aduncum masing-masing sebanyak 100 gram kemudian direndam masing-masing
dalam larutan etil asetat yang sudah didestilasi sebanyak 800 ml atau sama dengan perbandingan 1:8 (w/v). Perendaman dibiarkan sekurang-kurangnya selama 24 jam dan dilakukan sebanyak 3 kali (Nailufar 2011). Tahap pekerjaan berikutnya mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh Syahroni dan Prijono (2013).
Uji Toksisitas
Pengujian insektisida yang dilakukan pada larva uji dibagi menjadi dua tahapan, yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan. Kedua pengujian tersebut dilakukan dengan metode celup daun yang merupakan aplikasi insektisida pada pakan (Dadang dan Prijono 2008). Pada uji pendahuluan, insektisida komersial berbahan aktif deltametrin, emamektin benzoate, klorantraniliprol, prefenofos, dan spinetoram masing-masing diuji pada konsentrasi formulasi 0.2%, 0.1%, dan 0.05% (v/v). Larutan pengencer yang digunakan adalah akuades yang mengandung 0.2 ml/L bahan perekat Agristik (b.a. alkilaril poliglikol eter 400 g/L).
Pada uji ekstrak buah P. aduncum diuji dalam bentuk campuran dengan ekstrak daun T. vogelii pada perbandingan konsentrasi 1:1 (w/w) yang konsentrasinya akan ditentukan berdasarkan hasil pengujian ekstrak secara terpisah. Ekstrak tersebut dicampur dengan pelarut metanol dan pengemulsi Tween 80 dengan perbandingan 5:1 (v/v) (konsentrasi akhir 1.2%), kemudian ditambahkan akuades hingga volume tertentu sesuai dengan konsentrasi pengujian. Suspensi ekstrak T. vogelii dan P.
aduncum dikocok dengan menggunakan pengocok ultrasonik untuk mencampurkan
secara merata ekstrak tersebut di dalam air (Abizar dan Prijono 2010) dan selanjutnya kedua tersebut suspensi dicampurkan.
Pada setiap perlakuan, daun kubis dipotong 4 cm x 4 cm lalu dicelupkan satu per satu dalam sediaan insektisida komersial serta sediaan insektisida nabati. Satu potongan daun kubis diletakkan dalam cawan petri yang dialasi tisu, kemudian ke dalam setiap cawan dimasukkan 10 larva P. xylostella. Larva dibiarkan makan daun perlakuan atau daun control selama 2 x 24 jam, kemudian ditambahkan daun tanpa perlakuan sampai hari ke-4. Jumlah larva yang mati dicatat satiap hari dari 24 jam sampai 96 jam setelah perlakuan (JSP). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pada uji lanjutan, setiap sediaan insektisida diuji pada 5 taraf konsentrasi yang ditentukan berdasarkan hasil uji pendahuluan.
Metode perlakuan dan pengamatan pada uji lanjutan sama seperti pada uji pendahuluan, tetapi setiap perlakuan pada uji lanjutan diulang 5 kali. Data mortalitas kumulatif pada 48 dan 96 JSP diolah dengan anilisis probit menggunakan program POLO-PC (LeOra Software 1987). LC95 setiap insektisida komersial yang diuji
dibandingkan dengan konsentrasi anjuran yang tertera pada label produk insektisida untuk memastikan keefektifan insektisida yang diuji terhadap P. xylostella.
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan program berlangsung selama 5 bulan di beberapa tempat, yaitu: 1. Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Dept. Proteksi Tanaman IPB 2. Ciloto, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
3. Sukahurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat
4. Kejajar Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
5. Kawasan Agropolitan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 4.2. Tahapan Pelaksanaan dan Jadwal Faktual
1. Survey bahan baku dilaksanakan pada bulan Februari 2014
2. Pengambilan hama P. xylostella ke tiga lokasi pada bulan Maret 2014 3. Pengujian awal/ Uji pendahuluan pada bulan Maret-April 2014 4. Pengujian tahap lanjutan pada bulan April-Juni 2014
5. Pengolahan data penelitian pada bulan Juni 2014 4.3. Instrumen Pelaksanaan
Instrumen pelaksanaan berupa alat-alat dan bahan pembuatan ekstrak insektisida nabati dan alat-alat pengenceran dalam pembuatan larutan insektisida.
4.4. Rancangan dan Realisasi Biaya Tabel 1 Rancangan dan realisasi biaya
No Kebutuhan Rancangan Biaya (Rp) Realisasi biaya (Rp)
1 Biaya habis pakai 3.265.000 2.483.800
2 Peralatan Penunjang 5.200.000 5.400.000
4 Perjalanan 1.015.000 2.095.000
5 Lain-lain 600.000 189.000
6
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan menggunakan insektisida komersial deltametrin, emamektin benzoat, klorantraniliprol, profenofos, spinetoram, ekstrak buah P.aduncum, serta campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii mengakibatkan terjadinya mortalitas larva P. xylostella asal Kejajar Dieng, Sukahurip Garut, dan Ciloto Cianjur yang secara umum meningkat seiring dengan bertambahnya waktu dan semakin besarnya konsentrasi.
Tabel 1 Toksisitas lima jenis insektisida komersial, ekstrak Piper aduncum, dan ekstrak Tephrosia vogelii terhadap larva Plutella xylostella
Insektisida Konsentrasi anjuran
(mg b.a/L) Lokasi Waktu Pengamatan (JSP)a b ± GB b LC50 (mg b.a/L) LC95 (mg b.a/L) Deltametrin 10 Kejajar Dieng 48 3.23 ± 0.49 1443.54 4666.60 96 4.48 ± 0.82 872.51 2030.01 Sukahurip Garut 48 2.09 ± 0.51 2827.30 17322.00 96 2.75 ± 0.41 928.40 3677.09 Klorantraniliprol 40 Kejajar Dieng 48 1.69 ± 0.29 4.97 46.39 96 2.08 ± 0.31 3.74 23.07 Sukahurip Garut 48 1.76 ± 0.32 87.29 748.62 96 1.99 ± 0.32 53.83 362.36 Ciloto Cianjur 48 1.27 ± 0.39 31.70 626.82 96 2.74 ± 0.51 32.44 129.25 Spinetoram 12 Kejajar Dieng 48 0.98 ± 0.21 0.58 38.32 96 1.27 ± 0.18 0.27 5.4 Sukahurip Garut 48 1.55 ± 0.27 0.66 7.66 96 1.84 ± 0.29 0.46 3.63 Ciloto Cianjur 48 1.82 ± 0.29 0.26 2.12 96 1.83 ± 0.26 0.10 0.81
Profenofos 750 Kejajar Dieng 48 1.19 ± 0.24 799.92 19179.00
aJSP : jam setelah perlakuan. bb : kemiringan garis regresi probit. GB : galat baku. cSatuan ekstrak P. aduncum dan T. vogelii dalam mg ekstrak/L. Sukahurip Garut 48 1.29 ± 0.25 2122.57 40312.00 96 1.59 ± 0.25 999.15 10872.00 Ciloto Cianjur 48 1.50 ± 0.29 9747.60 121600.00 96 1.81 ± 0.27 2248.22 18351.00 Emamektin benzoat 250 Kejajar Dieng 48 3.04 ± 0.37 1.01 3.51 96 4.48 ± 0.82 0.81 2.59 Sukahurip Garut 48 1.53 ± 0.29 1.83 21.79 96 2.16 ± 0.32 1.61 9.28 Ciloto Cianjur 48 2.03 ± 0.27 0.60 3.88 96 2.39 ± 0.29 0.24 1.17 Ekstrak P. aduncum - Kejajar Dieng 48 1.01 ± 0.14 240.03 c 10214.00c 96 1.21 ± 0.16 100.31c 2288.39c Ekstrak T. vogelii - Sukahurip Garut 48 1.67 ± 0.29 1430.00 c 1387.00c 96 2.42 ± 0.31 607.48c 2907.00c Ektrak Campuran P. aduncum dan T. vogelii - Ciloto Cianjur 48 1.51 ± 0.26 1177.72c 31623.00c 96 1.32 ± 0.27 268.98 c 4759.80c
8
Gambar 1 Perkembangan tingkat mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan dengan deltametrin asal Garut (A); deltametrin asal Kejajar Dieng (B); emamektin benzoat asal Garut (C); emamektin benzoat asal Kejajar Dieng (D); klorantraniliprol asal Garut (E); klorantraniliprol asal Kejajar Dieng (F). Legenda menunjukkan konsentrasi yang diuji dalam satuan mg b.a./L untuk insektisida komersial.
0 20 40 60 80 100 M ort al it as (%) 1500 1150 750 525 375 A 1500 1050 750 525 375 B 0 20 40 60 80 100 M ort al it as (%) 6.60 3.80 1.90 1.52 0.95 C 2.28 1.52 0.95 0.57 0.38 D 0 20 40 60 80 100 0 24 48 72 96 M ort al it as (%) 120 75 50 30 20 E 0 24 48 72 96 7.50 4.00 2.50 1.50 0.75 F
Gambar 2 . Perkembangan tingkat mortalitas larva P. xylostellapada perlakuan profenofos asal Garut (A); profenofos asal Kejajar Dieng (B); spinetoram asal Garut (C); spinetoram asal Kejajar Dieng (D); ekstrak T. vogelii (E); ekstrak P. aduncum(F). Satuan konsentrasi pada legenda adalah mg b.a./l untuk insektisida komersial dan mg ekstrak/l untuk ekstrak T. vogeliidan ekstrak P. aduncum. 0 20 40 60 80 100 Mo rt al it as ( %) 2500 1500 800 450 250 1250 400 125 40 12.5 B 0 20 40 60 80 100 Mo rt al it as ( % ) 1.80 1.08 0.60 0.36 0.24 C 5.4 0.36 0.24 0.12 0.09 D 0 20 40 60 80 100 0 24 48 72 96 Mo rt al it as ( %) 2000 1000 700 400 250 E 0 24 48 72 96 1500 500 200 70 25 F A
10
Gambar 3 Perkembangan tingkat mortalitas larva P. xylostella asal Ciloto, Cianjur pada perlakuan dengan emamektin benzoat (A), klorantraniliprol (B), profenofos (C), spinetoram (D), ekstrak buah P. aduncum (E), serta campuran ekstrak P. aduncum dan T. vogelii.
Perlakuan insektisida deltametrin menunjukkan hasil LC95 pada 96 JSP yaitu
2030.01 mg b.a./L untuk larva yang berasal dari Kejajar Dieng, untuk larva dari Sukahurip Garut yaitu 3677.09 mg b.a./L, sedangkan pada Ciloto tidak dilakuakan pengujian karena telah terjadi fitotoksisitas pada tanaman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa larva P. xylostella dari Sukahurip Garut dan Kejajar Dieng telah resisten terhadap insektisida deltametrin, hal ini dikarenakan LC95 dari Kejajar Dieng 203 kali
lebih tinggi dari konsentrasi anjuran, sedangkan LC95 dari Sukahurip Garut 367.7 kali
lebih tinggi dari konsentrasi yang dianjurkan.
Insektisida klorantraniliprol didapatkan hasil LC95 sebesar 23 mg b.a./L (Kejajar
Dieng), 362.36 mg b.a./L (Sukahurip Garut) dan 129.25 mg b.a/L (Ciloto Cianjur). Hasil LC95 tersebut menunjukkan bahwa larva dari Kejajar Dieng telah resisten yaitu
Garut 9.1 kali lebih tinggi dari konsentrasi yang dianjurkan serta Ciloto Cianjur 3.27 kali lebih tinggi dari dosis anjuran.
Hasil analisis probit insektisida spinetoram yaitu LC95 sebesar 5.4 mg b.a./L
(Kejajar Dieng), 3.63 mg b.a./L (Sukahurip Garut), dan 0.81 mg b.a./L (Ciloto Cianjur). Hasil analisis probit tersebut didapatkan bahwa larva dari Kejajar Dieng, Sukahurip Garut, Ciloto Cianjur masih peka terhadap insektisida spinetoram, hal ini dikarenakan LC95 dari pengujian yaitu 2.22; 3.3; dan 14.81 kali lebih rendah daripada
konsentrasi anjuran insektisida. Perlakuan insektisida profenofos didapatkan hasil LC95 untuk larva Kejajar Dieng sebesar 2.59 mg b.a./L, LC95 larva Sukahurip Garut
sebesar 10872.00 mg b.a./L dan LC95 larva Ciloto Cianjur sebesar 18351.00 mg b.a./L.
Hal ini menunjukkan bahwa larva Kejajar Dieng, Sukahurip Garut dan Ciloto Cianjur masing-masing 11.28; 14.5; dan 24.47 kali lebih tinggi dari konsentrasi yang dianjurkan, sehingga dari hasil analisis probit tersebut menunjukkan bahwa larva dari Kejajar Dieng, Sukahurip Garut, dan Ciloto Cianjur sudah resisten terhadap insektisida profenofos.
Insektisida emamektin benzoat menghasilkan LC95 sebesar 2.59 mg b.a./L untuk
larva yang berasal dari Kejajar Dieng, LC95 sebesar 28 mg b.a./L larva dari Sukahurip
Garut dan 1.17 mg b.a./L (Ciloto Cianjur). Hasil tersebut menunjukkan bahwa larva dari Kejajar Dieng 3.86 kali lebih rendah dari konsentrasi anjuran dan 9.28 lebih rendah dari konsentrasi yang dianjurkan untuk larva dari Sukahurip Garut serta 8.55 kali lebih rendah dari dosis anjuran. Larva dari Kejajar Dieng dan Sukahurip Garut masih peka terhadap insektisida emamektin benzoat.
Pada perlakuan dengan ekstrak P. aduncum dengan larva uji yang berasal dari Kejajar Dieng LC95 pada 96 JSP 2288.39 mg/L. LC95 ekstrak tersebut lebih tinggidari
LC95 deltametrin dan lebih rendah dari LC95profenofos, sedangkan LC95 ekstrak T.
vogelii dengan larva uji asal Sukahurip Garut sebesar 2907 mg/l. Hasil LC95 ekstrak T.
vogelii ini lebih rendah dari hasil LC95 insektisida deltametrin dan profenofos. Pada
ekstrak campuran, LC95 ekstrak campuran tersebut lebih rendah daripada LC95
prefenofos (Tabel 1), sehingga ekstrak P. aduncum dan campurannya berpotensi sebagai alternatif dalam pengendalian hama P. xylostella yang telah resisten terhadap insektisida sintetik, khususnya deltametrin dan prefenofos. Selain itu, LC95 ekstrak
campuran (1:1) lebih rendah daripada LC95 ekstrak tunggal P. aduncum, dengan
demikian penggunaan ekstrak campuran lebih efektif dan dapat mengatasi keterbatasan bahan baku insektisida dan mengurangi ketergantungan pada satu jenis tumbuhan.
Hasil pengujian semua insektisida komersial untuk larva yang berasal dari Kejajar Dieng didapatkan bahwa larva P. xylostella dari Kejajar Dieng sudah resisten terhadap deltametrin dan profenofos, namun masih rentan terhadap klorantraniliprol, emamektin benzoate, dan spinetoram. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Moekasan et al. (2004) yang melaporkan bahwa belum resisten terhadap deltametrin dan sudah sangat resisten terhadap profenofos.
Berdasarkan hasil pengujian P. xylostella asal Sukahurip Garut dan Ciloto Cianjur sudah tidak peka terhadap insektisida deltametrin, klorantraniliprol dan profenofos, sedangkan emamektin benzoate, spinetoram dan ekstrak T. vogelii masih efektif untuk pengendalian hama P. xylostella. Hal ini sesuai dengan penelitian Udiarto dan Setiawati (2007) yang melaporkan bahwa P. xylostella dari daerah Garut telah resisten terhadap deltametrin dan profenofos tetapi masih cukup peka terhadap
12
spinosad. Lebih lanjut dilaporkan bahwa P. xylostella asal Garut telah resisten terhadap abamektin.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Larva P. xylostella asal tiga lokasi Kejajar Dieng, Sukahurip Garut, dan Ciloto, Cianjur sudah tidak rentan terhadap klorantraniliprol dan prefenofos, tetapi masih rentan terhadap emamektin benzoat dan spinetoram. Pada pengujian menggunakan ekstrak P. aduncum, ekstrak T. vogelii, dan campurannya, masing-masing LC95 lebih
rendah dibandingkan dengan deltametrin dan prefenofos. Hal ini dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian hama P. xylostella yang sudah resisten terhadap deltametrin dan profenofos dan ekstrak insektisida nabati teruji efektif.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap insektisida klorantraniliprol, spinetoram, emamektin benzoat, ekstrak P. aduncum, dan ekstrak T. vogelii di lapangan untuk melihat keefektifannya terhadap hama sasaran dan terhadap organisme bukan sasaran.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia
vogelii J.D. Hooker (Leguminosae) dan ekstrak buah Piper cubeba L.
(Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). JHPT Trop 10:1-12.
Adiyoga W, Ameriana M, Suherman R, Soetiarso TA, Jaya B, Udiarto BK, Rosliani R, Mussadad D. 2004. Profil Komoditas Kubis. Bandung: Balitsa.
Bernard CB, Arnason JT, Philogene BJR, Lam J, Waddell T. 1989. Effect oflignans and other secondary metabolites of the Asteraceae on the monooxygenaseactivity of European corn borer. Phytochemistry 28:1373–1377. Bernard CB, Krishnamurty HG, Chauret D, Durst T, Philogene BJR, Sanchez-Vindas P, Hasbun C, Poveda L, San Roman L, Arnason JT. 1995.Insecticidal defenses of Piperaceae from the Neotropics. J Chem Ecol 21:801-814.
Dadang, Prijono D. 2008. Insektisida Nabati: Prinsip, Pemanfaatan, dan
Pengembangan. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian
Bogor.
Delobel A, Malonga P. 1987. Insecticidal properties of six plant materials against
Caryedon serratus (Ol.) (Coleoptera: Bruchidae). J Stored Prod Res
23:173−176.
Denholm I, Horowitz RA, Cahill M, Ishaaya I. 1998. Management of resistance to novel insecticides. Di dalam: Ishaaya I, Degheele D, editor. Insecticides with
Novel Modes of Action. New York (US): Springer-Verlag. hlm 339-341.
Djojosumarto. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Febrianni A. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak biji Annona squamosa, minyak atsiri daun Cinnamomum multiflorum, ekstrak daun Tephrosia vogelii, dan campuran
ketiganya terhadap larva Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 2. Badan Litbang Kehutanan, penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Terjemahan dari: De Nuttige
Planten van Indonesie.
Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Lambert N, Trouslot MF, Nef-Campa C, Crestin H. 1993. Production of rotenoids by heterotrophic and photomixotrophic cell cultures of Tephrosia vogelii.
Phytochemistry 34:1515-1520.
[LeOra Software]. 1987. POLO-PC User’s Guide. Petaluma: LeOraSoftware.
Moekasan TK, Sastrosiswojo S, Rukmana T, Susanto H, Purnamasari IS, Kurnia A. 2004. Status resistensi lima strain Plutella xylostella L. terhadap formulasi fipronil, deltametrin, profenofos, abamektin, dan Bacillus thuringiensis. J Hort. 14(2):84-90
Nailufar N. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelii (Leguminosae) dan buah Piper aduncum (Piperaceae)terhadap larva Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Prabaningrum L, Uhan TS, Nurwahidah U, Hendra A, Karmin. 2012. Pemantauan resistensi Plutella xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis di dataran tinggi Sulawesi Selatan sebagai dasar pemilihan insektisida yang tepat [internet]. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; [diunduh 2012 Sep 1]. Tersedia pada: http://pkpp.ristek.go.id/_assets/upload/docs/665_doc_1.pdf.
Prakash A, Rao J. 1997. Botanical Pesticides in Agriculture. Boca Raton: CRC Press. Santos V, Siquera DH, Silva DJ, Farias DM. 2011. Insecticides resistance in populations of the diamondback moth, Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Plutellidae), from the State of Pernambuco, Brazil. J Neotrop Entomol. 40(2):264-270.
Setiawati W. 1993. Hama-hama tanaman kubis dan cara pengendaliannya. Di dalam: Permadi AH, Sastrosiswojo S, editor. Kubis. Bandung (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Balai Penelitian Hortikultura. hlm 39-50. Setiawati W. 1996. Status resistensi Plutella xylostella (L.) strain Lembang,
Pangalengan, dan Garut terhadap insektisida Bacillus thuringiensis. J Hort. 6(4):387 – 391.
Scott IM, Jensen HR, Philogene BJR, Arnason JT. 2008. A review of Piper spp. (Piperaceae) phytochemistry, insecticidal activity and mode of action.
Phytochem Rev 7:65-75.
Udiarto BK, Setiawati W. 2007. Suseptibilitas dan kuantifikasi resistensi 4 strain
Plutella xylostella L. terhadap beberapa insektisida. J Hort. 17(3):277-284.
Wulan RDR. 2008. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelii Hook. F. (Leguminosae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera:Pyralidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Zalom FG. 2001. Pesticide use practices in intergrated pest management. Di dalam: Krieger R, Doull J, Ecobichon D, Gammon D, Hodgson et al., editor. Handbook
14
LAMPIRAN