• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh:

Yearning Harefa

Dosen Tetap YAPERTI Nias pada IKIP Gunungsitoli Abstract

This research was conducted to determine whether the application of the Constructivism learning model is in accordance with the theory and whether this learning model can improve students’ learning abilities. The research method used is library research, using three journals on the application of the Constructivism learning model as primary data, and books on constructivism learning models as secondary data. The data analysis technique in this study used descriptive analysis techniques. The conclusion of the research was based on theoretically and practically, the application of the Constructivism learning model is appropriate.

Keywords : Constructivism, Learning Model, Literature Research.

PENDAHULUAN

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi setiap individu yang harus dipenuhi. Adanya pendidikan menjadikan setiap individu mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat, menjadi tugas berat bagi negara khususnya bagi guru untuk mencerdaskan warga negara, melalui proses pembelajaran agar lebih maju dalam berfikir, guna mempersiapkan diri dalam persaingan global. Pendidikan di Indonesia menginginkan masyarakatnya menjadi lebih maju dari berbagai aspek pemikiran, keterampilan dan sikap.

Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh

guru dan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

Namun, pada kegiatannya proses pembelajaran yang diharapkan berjalan dengan lancar selalu saja menemukan beberapa hambatan, salah satunya ialah rendahnya hasil belajar peserta didik sehingga kepuasan belajar yang dirasakan oleh peserta didik masih kurang. Hal ini dikarenakan oleh banyak faktor, diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, keadaan fisik peserta didik, serta keadaan psikologi peserta didik. Faktor Eksternal yaitu mencakup media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengajar, sumber atau bahan pembelajaran serta kurikulum terbaru.

Peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting kaitannnya dengan keberhasilan belajar. Mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh keterampilan yang digunakan para guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan

(2)

dalam menggunakan keterampilan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada guru kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan

kognitifnya.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menurut peneliti dapat membangkitkan semangat belajar siswa adalah model pembelajaran konstruktivisme. Menurut Bidell dan Fischer (2005:10) mengungkapkan bahwa konstruktivisme memiliki karakteristik adanya perolehan pengetahuan sebagai produk dari kegiatan organisasi sendiri oleh individu dalam lingkungan tertentu. Sedangkan konstruktivisme menurut bruning merupakan perspektif psikologis dan filosofis yang memandang bahwa masing-masing individu membentuk atau membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami. Menurut Brooks konstruktivisme adalah suatu pendekatan dalam proses belajar yang mengarahkan pada penemuan konsep yang lahir dari pandangan, dan gambaran serta inisiatif siswa.

Dari permasalahan di atas dapat ditegaskan bahwa semua masalah yang diuraikan tersebut terkait dengan peningkatan hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa

penerapan model

konstruktivismemerupakan strategi belajar mengajar yang tepat untukmeningkatkankualitasinteraksiant arpesertadidik.

Berdasarkan hal tersebut, melalui studi kepustakaan peneliti ingin mengkaji lebih mendalam lagi bagaimana penerapan model pembelajaran konstruktivisme tersebut, sudah sesuai dengan teori

yang ada sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Konstruktivisme? 2. Apakah penerapan model

pembelajaran konstruktivisme sudah dilakukkan sesuai dengan teori yang ada?

3. Apakah Model pembelajaran

Konstruktivisme dapat

meningkatkan hasil belajar siswa? Dari rumusan masalah tersebut maka dibuatlah tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran Konstruktivisme 2. Untuk mengetahui penerapan model

pembelajaran konstruktivisme sudah dilakukkan sesuai dengan teori yang ada

3. Untuk mengetahui model pembelajaran Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa

METODE PENELITIAN

Dalam tulisan ini, penulis bertumpu pada studi pustaka (library research). Penelitian kepustakaan adalah jenis penelitian yang menghimpun data dan menjadikan “dunia teks” sebagai obyek utama analisanya. Peneliti yaitu berusaha mengumpulkan data dengan cara membaca, menelaah, memahami dan menganalisa buku atau tulisan, baik dari majalah, mengakses situs-situs internet, maupun dari dokumen yang berkaitan dengan model pembelajaran Konstruktivisme.

Studi pustaka (library research) adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu jenis penelitian yang temuan- temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau hitungan angka. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik fenomena yang belum diketahui dan serta digunakan untuk mendapatkan wawasan.

(3)

1. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Adapun sumber data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Sumber primer juga dapat diperoleh dari cerita, catatan dan penuturan para saksi mata ketika peristiwa tersebut terjadi. Dalam penelitian ini data primer yang digunakan adalah data yang bersumber dari :

a.1. Jurnal “Model Pembelajaran

Konstruktivisme untuk

Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman dan Komunikasi Matematika Sekolah Dasar”oleh Roni Rodiyana dan Wina Dwi Puspitasari.

a.2. Jurnal “ Penerapan Model

Kostruktivisme untuk

Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika di SD” oleh Windurat Iriyanti.

a.3. Jurnal “Peningkatanminat Dan Hasil

Belajar Sejarah

MelaluiPembelajaran

Konstruktivisme pada Siswa Kelas XII IPS Semester Ganjil SMA Negeri 2 Masbagik Tahun Pelajaran 2016/2017 Lombok Timur”oleh Ikip Mataram.

b. Sumber Data Sekunder

b.1. Buku “Pembelajaran

Konstruktivisme Teori Dan Aplikasi Pembelajaran dalam

Pembentukan Karakter”, karya Sigit Mangun Wardoyo M.Pd .

b.2. Buku ”Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran” karya Prof. Dr. Ratna Dahar, M.Sc

3. Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang penulis gunakan yaitu metode deskripsi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara non statistic, adapun data yang terkumpul berupa data deskriptif. Kemudian dari data yang telah terkumpul, baik yang diambil dari kitab, buku, jurnal, majalah, skripsi dan sebagainya dianalisis dengan menggunakan metode content analyisis atau analisis isi.

ANALISIS TEORI

Topik pertama yang merupakan sumber data yang menjadi acuan dari analisis permasalahan penelitian ini adalah artikel yang ditulis oleh Muksin dengan judul ”Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Sejarah melalui Pembelajaran Konstruktivisme pada Siswa Kelas XII IPS Semester Ganjil SMA Negeri 2 Masbagik Tahun Pelajaran 2016/2017 Lombok Timur”. Tulisan ini dipublikasikan di Jurnal Ilmiah IKIP Mataram (Volume 4. Nomor 2. September 2016). Selanjutnya pada pembahasan berikutnya disebut jurnal pertama.

Topik kedua yang merupakan sumber data yang menjadi acuan dari analisis permasalahan penelitian ini adalah artikel yang ditulis oleh Windurat Iriyanti berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD”. Tulisan ini dipublikasikan di Jurnal PARADIGMA (Vol: XX, Nomor 02 Desember 2014). Selanjutnya pada pembahasan berikutnya disebut jurnal kedua.

Topik ketiga yang merupakan sumber data yang menjadi acuan dari

(4)

analisis permasalahan penelitian ini adalah artikel yang ditulis oleh Roni Rodiyana dan Wina Dwi Puspitasari berjudul “Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar”. Tulisan ini dipublikasikan di jurnal Proceeding of the ICECRS (volume 2 no.1, June 2019). Selanjutnya pada pembahasan berikutnya disebut jurnal ketiga.

KERANGKA TEORI

1. Model Pembelajaran Konstruktivisme

a. Pengertian Model Pembelajaran Konstruktivisme

Konstrukivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri.Pengetahuan bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.

Menurut Hill dalam buku Agus N. Cahyo konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatumakna dari apa yang dipelajari. Menurut Robert E. Salvin dalam bukunya yang berjudul Psikologi

Pendidikan Teori dan

Praktik,konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran aktif, siswa harusmenemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinyaapakah aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.

Berdasarkan definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa halterpenting dalam pembelajaran kosntruktivisme yakni dalam

prosespembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasilbelajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

b. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konstruktivisme

Brooks dan Brooks menjelaskan kelebihan model pembelajaran konstruktvisme dibanding dengan model pembelajaran tradisional yakni:

a. Guru mengikuti pertanyaan siswa b. Menekankan pada ide-ide besar c. Guru berusaha membuat peserta didik

mengungkapkan sudut pandang dan pemahaman mereka sehingga dapat memahami materi pembelajaran d. Guru menyiapkan lingkungan belajar

untuk siswa dapat menemukan pengetahuan

e. Guru berusaha membuat siswa mengungkapkan sudut pandang dari dalam

Adapun beberapa kelemahan dari pembelajaran Konstruktivisme

a. Karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri

b. Membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda beda

c. Situasi sekolah yang berbeda beda, sehingga menuntut guru untuk berpikir luasdan mendalam serta sabar dan peka terhadap gagasan gagasan yang berbeda dari siswa.

c. Kriteria Model Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Driver dan Oldham (1994), terdapat beberapa ciri pendekatan konstruktivistik yakni: a. Orientasi yakni siswa diberi

(5)

motivasi dalam pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk observasi

b. Elisitasi yakni siswa mengungkapkan idenya dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain

c. Restrukturisasi ide yakni mengklarifikasikan ide orang lain, membangun ide baru, dan mengevaluasi ide baru

d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi yaitu ide atau pengetahuan perlu diaplikasikan dalam berbagai situasi

e. Review yakni gagasan perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah (dalam Siregar dan Nara, 2014:39)

d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Jasumayanti, (2011:4) Langkah pembelajaran Konstruktivisme sebagai berikut:

a. Tahap apersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsep awal siswa, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan problematis tentang fenomena yang sering dijumpai sehari-hari oleh siswa dan mengkaitkannya dengan konsep;

b. Tahap eksporasi,

mengkomunikasikan dan

mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep tersebut;

c. Tahap diskusi dan penjelasan konsep; d. Tahap pengembangan dan aplikasi konsep. Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan maupun melalui pemunculan masalah-masalah yang berkaitan

dengan isu-isu dalam lingkungan siswa tersebut.

2. Belajar dan Hasil Belajar Siswa a. Belajar

Menurut Suprijono (2009: 2) “Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman”. Kemudian menurut Sagala (2010: 13), “Belajar merupakan komponen kegiatan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi)”. Sedangkan menurut Slameto (Jihad,A.,dan Haris, 2010: 2), ‘Belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya’.

b. Hasil Belajar

Berikut adalah pengertian hasil belajar menurut para ahli (Jihad, A. dan Haris, 2010: 14): 1) Menurut Abdurrahman, hasil belajar adalahkemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar; 2)Menurut Juliah, hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi miliksiswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya; 3)Menurut Hamalik, hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai,pengertian-pengertian, dan sikap-sikap, serta apersepsi danabilitas.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak serta perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Slameto (2010:54) menyebutkan, “Beberapa faktor yang Mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor yang berasal

(6)

dari dalam diriindividu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu(eksternal)”. Faktor internal dikelompokan menjadi 3 antara lain: 1)faktor jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh; 2) factorpsikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,kematangan dan kesiapan; 3) faktor yang terakhir adalah factorkelelahan.

Untuk faktor eksternal yang

mempengaruhi belajar

dikelompokanmenjadi 3 faktor yaitu: 1) faktor keluarga meliputi cara orang tuamendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan;2) faktor sekolah meliputi metode mengajar yang dilakukan oleh guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah; 3) faktor masyarakat, yang mempengaruhi belajar siswa antara lain kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada jurnal pertama,kedua dan ketiga memiliki persamaan yang peneliti gunakan yang menyatakan bahwa model pembelajaran Konstruktivisme adalah model pembelajaran yang menekankan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri.Model pembelajaran konstruktivisme ini memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasan dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbiasa dalam menyampaikan pendapat

tanpa ada rasa ragu dalam menyampaikan pendapatnya.

Pembelajaran konstruktivisme ini lebih efektif karena pengetahuan yang didapat oleh siswa dari pengetahuan mereka sendiri sehinggga siswa lebih mudah mengingat atau memahaminya. Jadi menurut peneliti alasan yang diungkapkan pada setiap jurnal tersebut benar bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Konstruktivisme akan memudahkan siswa untuk menemukan gagasan,ide,saran pada topik pembahasan materi yang diajarkan serta dapat membangkitkan semangat dan minat peserta didik sehingga siswa tidak jenuh dan bosan tetapi merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.

Jadi menurut peneliti melalui referensi dari ketiga jurnal tersebut sudah tepat dan bisa digunakan sebagai bahan peneliti untuk memperjelas teori yang peneliti gunakan.Kemudian dari jurnal pertama,kedua dan ketiga mengungkapkan bahwa kelemahan dari model pembelajaran konstruktivisme yaitu awal dimulai proses pembelajaran model Konstruktivisme siswa tampak kaku atau kebingungan namun pada tahap selanjutnya siswa mulai berani mengungkapakn ide-ide atau gagasan.Dalam jurnal ketiga memiki hambatan peneliti mempunyai keterbatasan waktu yaitu melakukan penelitian hanya lima kali pertemuan karena pembelajaran model konstruktivisme ini menggunakan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses pembelajaran.

Jenis penelitian dalam jurnal pertama dan kedua sama yaitu Penelitian Tindakan Kelas, sementara dalam jurnal ketiga jenis penelitiannya yaitu penelitian eksperimen di Kelas IV Sekolah Dasar Cijati dan kelas IV SDN Tarikolot 1 sebagai kelompok kontrol, dengan desain penelitian pretes dan postes yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes

(7)

kemampuan memahami matematika dan komunikasi, skala sikap siswa, angket respons guru, dan format observasi kegiatan belajar siswa.Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji

pemahaman matematika dan

keterampilan komunikasi siswa sekolah dasar yang belajar dengan pembelajaran konstruktivisme dan mereka yang belajar seperti biasa. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Kemudian adanya persamaan dalam jurnal pertama,kedua dan ketiga

menyatakan bahwa Model

konstruktivisme sangat berpengaruh terhadap pembentukan pengetahuan atau pemahaman siswa serta dapat membangkitkan minat belajar siswa.

Bentuk hasil belajar dari masing masing ketiga jurnal tersebut berbeda-beda hasil belajarnya. Dimana hasi belajar pada jurnal pertama mengungkapkan bahwa:

1. Minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan model konstruktivisme pada siswa kelas XII IPS SMA NEGERI 2 MASBAGIK pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hal ini juga terlihat pada saat proses pembelajaran siswa mulai bersemangat dan memahami materi pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan analisis data peningkatan minat belajar siswa telah tercapai, walaupun tidak terlalu signifikan.

2. Penerapan model pembelajaran Konstruktivisme pada siswa kelas XII IPS SMA NEGERI 2 MASBAGIK dapat dilihat hasil evaluasi siklus I dan siklus II, pada siklus I dengan ketuntasan klasikal 33.33% dengan kategori tidak tuntas dan terjadi peningkatan hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas dan ketuntasan klasikalnya mencapai 85.71% dengan kategori tuntas. Berdasarkan persentase tersebut di

atas siswa dinyatakan berhasil secara klasikal karena hasil siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan menggunakan model konstruktivisme dalam proses pembelajaran.Secara klasikal sudah mencapai standar ketuntasan minimum yakni ≥85%. Kemudian hasil belajar pada jurnal kedua mengungkapkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran

konstruktivisme pada siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu 1, peserta didik menjadi sangat kreatif dalam menemukan cara pemecahan masalah matematika. 2. Penerapan model pembelajaran

konstruktivisme pada siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu 1, peserta didik menjadi sangat aktif. Berlomba-lomba untuk dapat menjawab setiap masalah yang diumpankan oleh guru. Aktivitas kelas menjadi sangat baik. Komunikasi dengan guru menjadi lebih efektif. Peserta didik dapat

dengan leluasa

mengkomunikasikan ide-idenya yang sangat menakjubkan.

3. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme pada siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu 1 dengan sangat efektif dapat menaikan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar sebelum menerapkan model pembelajaran konstruktivisme berada di bawah KKM, namun setelah penerapan

model pembelajaran

konstruktivisme hasil belajar dapat lebih baik lagi. Hasil belajar yang awalnya hanya mendapat nilai 51, naik menjadi 62 pada siklus I, naik menjadi 70 pada siklus II dan menjadi 78 pada siklus III.

Kemudian hasil belajar pada jurnal ketiga mengungkapkan bahwa:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran

(8)

mengembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa bila dibandingkan dengan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa yang

pembelajarannya melalui

pembelajaran biasa. Hal ini disebabkan model pembelajaran konstruktivisme lebih mengaktifkan keterlibatan siswa dalam proses berpikir untuk memahami suatu materi yang sedang dipelajari dari pada pembelajaran biasa.

2. Dari hasil analisis angket yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap pembelajaran konstruktivisme dan soal-soal yang diberikan adalah positif yang ditunjukkan dengan rata-rata skor sikap siswa sebesar 2,28 yang lebih besar dengan skor netralnya. Sikap positif siswa ini merupakan awal yang baik untuk menerapkan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, yang berkaitan dengan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa.Disamping itu, model pembelajaran konstruktivisme dapat mengurangi ketidaksenangan siswa terhadap pembelajaran matematika, walaupun hasil yang diperoleh siswa belum optimal, tetapi masih lebih baik dari cara pembelajaran biasa.Hal lain yang ditemukan dalam pembelajaran ini adalah keaktifan siswa untuk bertanya baik dengan teman sekelompoknya maupun dengan teman kelompok lain dan antusiasnya siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3. Pembelajaran melalui model Konstruktivisme dengan Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas yang paling dominan adalah membaca (bahan ajar, LKS) sebesar 20% dari waktu pembelajaran. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran konstruktivisme diantaranya siswa mengkonstruk

sendiri pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang sedang dipelajari melalui membaca bahan ajar dan LKS. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Berikutnya siswa menggunakan waktu pembelajaran untuk berdiskusi atau bertanya antara siswa dengan siswa sebesar 17,3% lebih besar dibandingkan dengan berdiskusi atau bertanya antara siswa dengan siswa dan guru sebesar 13,3%. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme, bahwa dalam membangun pengetahuannya dan menyelesaikan persoalan melalui diskusi dengan teman sekelompoknya atau teman lain kelompok, selain itu dapat mengoptimalkan komunikasi antara siswa dengan siswa, dan guru memberikan bantuan kepada siswa pada saat siswa memerlukan bantuan atau mengalami kesulitan dalam berdiskusi.Aktivitas siswa berdasarkan hasil pengamatan, secara keseluruhan memberi gambaran bahwa model pembelajaran konstruktivisme dapat menciptakan kondisi siswa aktif, terbukti dengan hanya 1,3% dari waktu pembelajaran siswa berperilaku tidak relevan. 4. Pembelajaran melalui model

Konstruktivisme Kemampuan Pemahaman matematik, diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda, dilanjutkan dengan memberi penjelasan atas jawaban yang dipilihnya. Penjelasan tersebut dapat berupa gambar, proses atau cara memperoleh hasil yang benar. Ditemukan jumlah siswa yang “menjawab benar” dengan kriteria jawaban benar alasan benar pada kelompok eksperimen lebih banyak dari pada kelompok kontrol. Sedangkan banyak siswa yang “menjawab salah” dengan kriteria jawaban salah alasan salah, pada kelompok eksperimen lebih sedikit dari pada kelompok kontrol. Dari

(9)

hasil yang diperoleh dari jawaban siswa dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.

5. Pembelajaran melalui model Konstruktivisme Kemampuan komunikasi matematik siswa diukur melalui tes ini berupa kemampuan menghubungkan gambar dengan ide matematika dan sebaliknya, menjelaskan strategi penyelesaian dengan menggunakan simbol matematika. Hasil analisis jawaban siswa tentang kemampuan komunikasi matematik siswa dengan kemampuan menghubungkan gambar dengan ide matematika atau sebaliknya kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Sedangkan kemampuan menjelaskan strategi penyelesaian menggunakan simbol matematika kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.

6. Pembelajaran melalui model Konstruktivisme adalah banyaknya siswa yang memperoleh skor 65% untuk tes pemahaman, komunikasi matematik dan gabungannya (skor keseluruhan tes pemahaman dan komunikasi matematik) pada kelompok eksperimen adalah berjumlah 30 siswa (75%), 20 siswa (50%) dan 25 siswa atau 62,5%, sedangkan pada kelompok kontrol berjumlah 9 siswa (25%), 6 siswa (16,7%) dan 6 siswa (16,7%). Ketuntasan belajar siswa secara individual adalah siswa yang dinyatakan telah pencapaian skor minimal 65% dari skor maksimal, sedangkan ketuntasan belajar secara kelompok kelas adalah apabila dari siswa yang memperoleh skor minimal 65% dari skor maksimal berjumlah minimal 85% dari jumlah siswa di kelas. Sedangkan ketuntasan secara kelompok untuk aspek kemampuan pemahaman, komunikasi matematik dan gabungannya pada kelompok

eksperimen adalah 75%, 50% dan 62,5%, pada kelompok kontrol adalah 25%, 16,7% dan 16,7%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal pada kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.

PENUTUP Kesimpulan

Menurut peneliti penerapan model pembelajaran konstruktivisme sudah tepat dalam penggunaannya dan sesuai dengan teori yang ada dari jurnal ketiga

jurnal tersebut. Melalui

modelpembelajaran konstruktivisme yang menciptakan situasi pembelajaran yang lebih baik, siswa mampu memberikan ide, gagasan, serta aktif dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dimana siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam proses pembelajaran tersebut dapat langsung membantu menjelaskan materi atau pertanyaan yang disampaikan oleh guru sehingga setiap siswa ikut berpatisipasi dalam menyampaikan pendapatnya.

Jadi, melihat hasil belajar dari beberapa jurnal tersebut, model pembelajaran ini dapat digunakan pada semua bentuk pembelajaran sebagai salah satu alternatif pendukung keaktifan siswa karena melalui model pembelajaran yang lebih bervariasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tercapai pembelajaran yang efektif dan sangat baik melalui model pembelajaran Konstruktivisme. Dari hasil penelitian, penerapan Model Konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan adanya peningkatan semangat belajar oleh peserta didik dengan hasil persentase nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian penulis menyarankan:

(10)

1. Bagi guru agar dapat menerapkan model pembelajaran konstruktivisme sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa tujuan

pembelajaran(Pengetahuan,

Sikap/Nilai dan

Keterampilan/Keahlian) dapat tercapai dan diharapkan agar lebih memperhatikan kesiapan guru dalam mengkondisikan siswa dan waktu di kelas agar selama Kegiatan Belajar Mengajar dapat berlangsung dengan kondusif.

2. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seluruh guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas atau eksperimen dengan berbagai model pembelajaran dan memberikan arahan serta dukungan untuk memaksimalkan kualitas belajar siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya, agar lebih memperluas lagi penelitian tentang model pembelajaran Konstruktivisme dengan menggunakan pokok bahasan yang berbeda untuk mengetahui

efektivitas dalam

mengimplementasikan model pembelajaran konsturktivisme serta memperhatikan kendala kendala yang dihadapi oleh peneliti seperti waktu yang digunakan dalam model pembelajaran Konstruktivisme menggunakan waktu yang sangat banyak sebagi bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksaan penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bidell dan Fischer 2005. Metodologi Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2. Dahar, Ratna Wilis. 2012.“Buku

Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran”. Penerbit Erlangga, Jakarta

3. Driver. 1988. pembelajaran kooperative meningkatkan kecerdasan komunikasi antara peserta didik. jogjakarta: pustaka pelajar.

4. Jasumayanti, 2011 metode belajar dan mengajar. bandung: Bumi Siliwangi.

5. Jurnal “Model Pembelajaran

Konstruktivism euntuk

Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman dan Komunikasi Matematika Sekolah Dasar” oleh Roni Rodiyana dan Wina Dwi Puspitasari.

6. Jurnal “ Penerapan Model

Kostruktivisme untuk

Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika di SD”oleh Windurat Iriyanti.

7. Jurnal “Peningkatan minat Dan

Hasil Belajar Sejarah

MelaluiPembelajaran

Konstruktivisme pada Siswa Kelas XII IPS Semester Ganjil Sma Negeri 2 Mas Tahun Pelajaran 2016/2017 Lombok Timur”.oleh Ikip Mataram. 8. Siregar, Eveline, and Hartini Nara. 2014 belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta

9. Slameto. 2010. belajar dan faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta, Jakarta

10. Sudjiono, 1995. Metode Active Learning: Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa. Deepublish, Yogyakarta

11. Suprijono, Agus, 2010. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

12. Wardoyo, Sigit mangun, 2015. Pembelajran Konstruktivisme: teori dan aplikasi pembelajaran dalam pembentukan karakter, Penerbit Alfabeta CV.

Referensi

Dokumen terkait

Daerah dan diputar terhadap sumbu x sehingga menghasilkan benda putar dengan. volume

Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan: (1) Materi dalam Pengelolaan Pembelajaran IPA dengan Media Audio Visual Tentang Sistem Tata Surya Di SDN II Bandar Pacitan.. (2)

Model matematika dari contoh 1 terdiri dari dua persamaan linear yang memiliki dua variabel yang sama yaitu x,y , sedangkan bukan contoh terdiri dari dua persamaan

 Administrasi : Memenuhi Syarat Administrasi  Klarifikasi Teknis dan Negosiasi Harga : Memenuhi Syarat dan Wajar. Demikian untuk diketahui dan dapat dipergunakan

[r]

Penurunan asam laktat melalui metode recovery pasif dengan recovery masase manual setelah tes ergometer 2000 meter.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

PERAN KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

MATERI ZAT ADITIF PADA MAKANAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII ” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak