lssN
2302-1705
VOLUME
II,
NOMOR
1,
MEI 2013
PENERBIT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JESBIO
JURNAL EDUKASI
DAN
SAINS
BIOLOGI
VOLUME II, NOMOR 1, MEI 2013
DAFTAR
ISI
1.
Pengaruh Strategi
lnkuiri dan
Kepercayaan Diri terhadap
Hasil
Belajar biologi Siswa
pada Topik Pencemaran Lingkungan di SMA Negeri
1
Mutiara Pidie
Afnidar
01-07
2.
Critique
of
Assessment Tools Used in The Biology Class
in
Aceh
Saifun
8ahri...
08-12
3.
Penggunaan Self Assessmenf terhadap Keterampilan Psikomotorik Siswa
Konsep
Sistem
Pernafasan
melalui Kegiatan
Praktikum
Mengetahui
Kapasistas Pernafasan
Paru-paru di SMA Negeri 4 Bireuen
Jumiati
13-25
4.
ldentifikasi
Parasit Gastrointestinal
pada Feses
Orangutan Sumatera
(Pongo
abelii)
Semi Liar
di
Kawasan Cagar Alam Pinus Jantho Kabupaten Aceh Besar
Raja Marthunus
Selian
26-31
5.
Studi
Perbanyakan
Vegetatif
Pisang
Waak
(Musa
sp.)
dengan lnduksi
Bonggol:
Pengaruh Bobot Stek Bonggol
Safrizal...
32-36
6.
Pengaruh
Tanaman
Anti-Osteoporosis
Sipatah-patah (Cissus quadragularis
Salibs)
pada
Gambaran Histopatologi
Kelenjar
Paratiroid
dan
Tulang
Tikus
(Rattus
norvegicus)
Mustafa
Sabri...
3743
7.
Respon Laju Perkembangan Larva Udang Galah (Marobrachium rosenbergii de Man)
pada berbagai Level Salinitas
Syahrir
4448
Alamat Redaksi
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan
Universitas Almuslim
Jl. Almuslim
Kampus Timur
Matanggumpangdua, Bireuen-Aceh
jesbiologi@yahoo.co.id
Website: umuslim.ac.
id
ISSN:
DA2-1705
IE,SBIO
Vol.
II
No.
I.
Mei2013
PENGARUH
TANALAN
ANTI-O
STE
OPORO SIS
SIPATAH-PATAH
(Clssas
q ua d r a g
ul
arub Sa libs)
PADA
GAMBARAN
ilSTOPATOLO
GIS
KELENJAR
PARATIROID
DAN
TIILANG
TIKUS
(Rattus norvegicus)
Mustafa
Sabrir
llaboratorium
Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
Email:
Mustafa
sabriyosa@yahoo.com
Diterima
20
Februari
2013/Disetujui
30
April2013
ABSTRAK
Osteoporosis merupakan suatt keadoan berkurangnya massa tulang don mirreral tulang yang disertai dengan atau tanpa kerusakan arsitektur tulang yang menyebabkan kekuatan tulang menjadi menurun. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian Cq dalam mempertahankan kepadatan tulang pada tikus.
Penelitian
ini
menggunakan20
ekortikus
betina (Rattus nort:egicus) berumur30 hari
yang diperoleh dariAnimallaFIPB
Baranangsiang. Perlakuanterdiri
atas5
perlakuanyaitu G0
:
tanpaCq
(kontrol),
Gl :
pemberian Cq mulai umur 30 hari, G2
:
pemberian Cq mulai umur 60 hari, G3:
pemberian Cq mulai umur 90 hari, dan64
:
pemtrerian Cq mlai umur 120 hari. Pemberian ekstrak Cq sebanyak 750 mg/kg bb/hari pada tikusyang berumur 30 hari. Pemberian Cq dilakukan set-iap hari berdasarkan perlakuan selama 180 hari. Parameter yang diamati adalah gambaran histologi tulang tibiafibula dan kelenjar paratiroid. Gambaran histologi dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan pemberian Cq pada tikus menunjukan efek positif pada performa
tulang dan kelenjar paratiroid. Performa tulang dan kelenjar
tiroid
padatikus
umur 30 hari memberikan hasil lebih baik dari umur 60,90,120 hari. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin cepat waku pemberian Cq, maka semakinbaik
untuk mencegah osteoporosis.Kata
kunci:
Anti-osteoporosis, kelenjar paratiroid sipatah-patah (Cisszs quadragularis salibs), Rallus norvegicus, tulang tibiafibulaosteoporosis
is
a
conditionof
reduced,r*::r':::"ne
minerat accompaniedwirh
or
without
bonearchitecture darnage leading
to
deacreaseaf
bonestrength
This research aimedlo
know the effect
of
administration
time
ol
Cq
in
maintaining bone densityon
rat.
This research used 20female
rats
(rattusnovergicus) with 30 &ry
ralfrom
animal lab IPB Baranangsiang Bogor. Testing rals were divided into 5 (five) treotment groupsoffour
ratseach:
G0 ( 30 dayoldratsfed standcrddie),
Gl
( 30 doyoldrats),
G2( 60 day old rats),
G3 ( 90 day old rats),G4(
120 day old rots )fed
750 ng/kg body weight/day Cissus quadrangularis extract. Trealmenl on all groups was donedaring
180 dtys. Paramelers observedwere histopathological imagesof
os
tibia
fibula
dextra and parathyroid
gland
analyzed descriptivately.Theresult
showedthat
Cq administration in rat shows positive efect onprformance
of bone and paratlryroid gland- Performance of boneand parothyroid gland in thirty day age rats gdve beller result than that of 60,90,90 and 120 day age.lt can be
concluded thal theJaster ofCq adminislralion time is the better lo prevent osteoporosis. Key v'ords: osteoporotic, Cissus quadrangularis, bone, parathyroid gland
PENDAHULUAN
Osteoporosis
merupakan
suatu
keadaanberkurangrya massa lulang don mineral tutang yang disertai dengan atau tanpa kerusakan arsitektur tulang
yang menvcbabkan kekuatan tulang menjadi menurun
(Ott
1990; Palmer 1993). Pengurangan massa tulanglersebut dapat terjadi sebagai
akibat ketidakseimbangan ontara absorbsi dan reasorbsi Ca(Palmer
1993). Beberapa faktor osteoporosis adalahumur, aktivitas hsik, jenis
kelamiq
nutrisi, kelaparan, hormonal, genetik, ras, idiopatik, neoplasm4 penyabithati,
diabetes mellitus, dankebiasaan hidup. Individuseperti perokok dan peminum alkohol serlafaktor lain yang dapat meningkatkan sekresi hormon
paratiroid
(Palmer /99J,' Felson et al.1995).
Proses
osteoporosispada wanita
unumnyaterjadi karena
berkurangnya kosentrasi
estrogen pascamenopause.Wanita
yang
memasukiusia
40tahun,
secara
fisiologis
produksi estrogen
mulai berkurang, dan konsentrasinya tinggal 107o saat akan memasuki masa menopause Estrogen merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan osteoblas dijaringan mieloid
sumsutn
merah pada
individudervasa. (Smith 1993).
Kejadian osteoporosis merupakan proses yang
sangat kompleks, oleh karer,a
itu
tidak
semua kasusostecporosis
dapat
disembuhkan secara sempurna.Secara
medis,
beberapajenis
preparat
hormonestrogen
sintetis dapat dipakai untuk
mengobati osteoporosis,tetapi
harus dikonsumsi seumur hidup(Gass
dan
Nefl
1995).
Selain
itu,
pengobatanhormonal
memiliki
beberapa kelemahan, misalnyameningkatkan
resiko
kanker
payudara, karsinomaendometrium, perdarahan
pervagin4
tromboflebitisdan tromboemboli (Nguyen et
al.
1995; Genant et al. 1998). Oleh karena itu, pengobatan osteoporosis masakini
diarahkan pada pengobatanlain
dengan resiko ;"anglebih
rendah berupa perubahau asupan mineralkhususnya imbangan
kalsium
dan fosfat
dalammakanan,
vitamin
A,
vitamin
C,
vitamin
D, peningkatan aktivitas fisilq dan penggun.urn tumbuhan bahan alam yangtelah
digunakan secara tradisionaloleh
masyarakat
untuk
mengobati
penyakit (Tiangburanatham I 996).Di Afrika
India" Sri Lanka" Malaysia dan Jawa"lanaman Cissus qudranguloris
(Cq)
banyak dipakai untuk mengaLasi sakit sendi, sipilis, penyakit kelamin dan osteoporosis (Shirwaikar 2003; Jainu e/ at.2006).Sedangkan
di
Aceh tanamanini
diberi namasipatah-patah,
dan
sudah sejaklama dipakai
sebagai obat patah tulang. Mengingat bahwa Cqjuga
mernpunyaibahan
aktif
yang
dapat mengobati
osteoporosis(Shirwaikar
2003),
maka
perlu
dilakukan
suatupenelitian
untuk
menguji aktivitas tanamanCq
asliAceh
ini,
mempertahankan kepadatantulang
padamasa premenopause pada tikus percobaan.
METODE PENELITIAN
Tempat dan
Waktu
PenelitianPene
litian
dilakukan
di
Laboratorium
RisetAnatomi, Bagian
Anatomi,
Departemen Anatomi,Fisiologi, dan
Farmakologi dandi
kandang hc*,anpercobaan Laboratorium
Patologi,
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.Bahan
dan
Alat
Tanaman sipahh-patah
yang
digunakan dalampenelitian
ini
telah
diidentifikasi
di
HerbariumJESBIO
Vol.
II No.
l,
Mei
2013
Bogoriensis, Lembaga
Ilmu
Pengetahuan IndonesiaCibinong
sebagai
Cisszs
quadrangulatis
Salisb.Batang
tanaman
ini
diekstrak
dengan
etanol berdasarkan metode Pekoalisi (BPOM 2006)Penelitian
ini
mengunakan 20 ekortikus
betina (Rattus norvegicus) yang berasaldari
galur Sprague Dawley trerumur 30 hari dengan berat badan berkisar antara 80-100 gram.Tikus
percobaan diperoleh dariAnimallab-IPB
Baranangsiang,Bogor.
Sebelumpcnelitian dilakukan, proses adaptasi dilakukan pada
semua
tikus
selamal0
hari- Selama masa adaptasi, pemeriksaanklinis,
pemberian obat cacing (Kalbazen 0-02 ml/oral).Tikus dipelihara di dalam kandang (36
x28
x
12cm) yang diberi alas sekam padi, ventilasi yang cukup dengan cahaya terang 12
jam
dan lama gelap 12jam
pada suhu kamar 27 oC. Setiap kandang diisi oleh duaekor
tikus.
Pakantikus
berupa pakan burung superberkicau P-588 produksi (Indonesia Formula Fecd) dan
air
minum diberikan*cata
adlibitum.
Ekstrak sipatah-patahdiberikan peroral
dengandosis
750mg/kg bb/trari berdasar pada penelitian Shirwaikar er
al. (2003).
Metode
Tikus percobaan dibagi dalam 5 grup percobaan masing-masing
terdiri
atasG0
:
tanyaCq
(Lontrol berumur 30 hari),Gl
:
pemberian Cq mulai umur 30bai,
G2=
pemberian Cq mulai umur 60 hari, G3:
pemberianCq
mulai umur
90
hari, dan
G4
:
pemberianCq
mlai umur
120
hari
setiap
grupperlakuan terdiri dari 4 (empat) ekor tikus. pemberian
Cq
dilakukan
setiap
hari
berdasarkan perlakuan selama 180 hari. Ekstrak Cq diberikan pagi hari(am
08.00
wib)
dengan cara pencekokanke
dalam muluttikus
dengan menggunakan animalfeeding
needles (sonde). Sedangkan untuk tikuskontrol
hanya diberikarboksimetil selulosa
(CMC)
loZ dengan cara yang sama. Selama penelitiantikus
ditimbang setiap dua minggu.Pada akhir penelitian, tikus dieuthanasia dengan
mengunakan
kloroform,
selanjutnya
dilakukannekropsi untuk diamati perubahan patologi-anatomi. Os
tibiafibula
dextra, dan kelenjar paratiroid diambiluntuk pembuatan sediaan histologis. Sayatan kelenjar
paratiroid
selanjutnyadiwarnai
dengan pewamaan Hematoksilin-Eosin (HE), sedangkan sayatan jaringanos
tibiafibula
diwarnai dengan metode pewarnaanMasson's
trichrome (MT)
(Kiernan
1990).Pengukuran
parameter histopatologis
tulang
dankelenjar paratiroid meliputi perubahan pada
trabekuta-sumsum
tulang, osteoid
dan
sel-selprincipal
dankeberadaan
vakuola.berdasarkanpengamatan
l0
lapang pandang dengan memberi skor pada parameter adalah sebagai berikut : perubahan diberi skor 0:
jika
tidak ditemukan
perubahan;
skorI :
jika
terjadi perubahankecil
k
; skor 2:
jikd
terj
e
tkerusakan
(25-
iperubahan
besar
nData
parameter
tingkat
kerusakan
tulang
dankelenjar paratiroid dianalisis
dengan
uji
Kruskal-wallis,
kemudian dilanjutkan dengan
uji
jmak
berganda Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAI\
Pengaruh
pemberian
ekstrak
Cq
dapat dilihat
pada
pertambahan
bobot
badan
tikus
percobaanselama
penelitian (Gambar
l)
Terdapat peningkatanbobot badan
yang
sigrifrkan
selama masa perlakrran.Akan tetapi
tidak
ada perbedaan antara groupKontrol
dan group yang diberikan.
Gambaran
histopatologi
grup
Gl
dan
kontrol
dapat
dilihat
pada Gambar2,3
dan4
berikutini.
ISSN:2302-1705
JESBIO
Vol. II
No.
1,
Mei
2013
Gambar 3 Gambar histopoatologi tulang grup
Gl,
trabekula kompak
(A),
Kartilago
mulai
tebal,
@)
osteoid yang padat dan(C)
sum-sum
tulang padat
kompak
pewarnaan Masson Trichrome400X
',*
Gambar 2 Gambaran histopatologi tulang grup
kontrol,
trabekula kompak dan
tebal
(A),
kartilago mulai tipis,
osteoid berkurang(B)
dan
sumsum
tulang padat
kompakpewarnann Masson Trichrome
400X
Gambar 4 Gambm histopatologi tulang grup G4
trabekula
yang jarang dan menipis
(A),
kartilago
tipis,
sums',m tulang yang meluasdan kurang kompak
pewarnaan
MassonTrichrome
400X
Berat Badan
Group
Pencegahan
dalam
Gram
(Dari23
Maret-10 Agustus 20091
--{-Grup0
(KonEoll Grup 1 -Grup2 --)€-- Grup 3 *-+e.* Grup 4i
;
ol5iE
i
a
i
E
a
i i
i
E
i
E;
Ei
TanggalPenimbangan
o
dGambar
I
Grafik pertambahan bobot badan tikus selama pemberian perlakuan G0:
tanpaCq
ftontrol
berumur 30 hari),
Gl
:
pemberian Cqmulai
umur 30hari,
G2:
pemberian Cqmulai
umur 60 hari,G3
:
pemberian Cq mulai umur 90 hari, dan G4:
pemberian Cq mlaiumur
120 hariGambar
A
Gambaran histopatologi kelenjarparatiroid grup
kontrol,
sel-sel prinsipalpadat
dan
tidak
ada vakuol
(A)
pewarnaan
I{E
400X
Gambar B Gambaran histopatologi kelenjar
paratiroid grup
Gl,
sel-sel prinsipal padat dantidak
adavakuol (A),
pewarnaanHE
400x
Gambar
C
Gambaran histopatologi kelenjarparatiroid
grtrp G4
sel prinsipal
yangsedikit
(A)
dan
mulai
dijumpaivakuola-vaku ola p ew arnaan HE 4 00X
Pengamatan histopatologi disertai
juga
denganskoring lapang pandang.
Hasil
skoring
lapangpandang
yang
disajikan pada
Tabel
l.
Grup
Gl
menunjukkan
hasil
yangpaling baik
denganskor
I
baik
padatulang
maupun padakelenjar
paratiroid.Skor
1
padatulang
menunjukanbahwa
kerusakanJESBIO
Vol.
II No. I
Mei
2013
kurang
dai
25o/o,diantaranya
ditunjukan
dengantrabekula kurang padat, kartilago mulai
menipistetapi masih kompak.
Sedangkangskor
I
padaparatiroid menunjukan
persentase kerusakan yangsama
dengantulang yang ditunjukan
dengan
selprincipal
mulai berkurang tetapi masih terlihat padat dan tidak ada vakuola.Tabel
l.
Hasil skoring
lapang
pandang terhadaphistopatologi
tulang
dan
kelenjarparatiroid
dari
berbagai
grup
dalam Percobaan.tulang
rataan
paratiroid
Rataan
Keterangan:
G0
:
tarpa Cq (kontrol
berumur
30hari),
Gl
:
pemberian Cqmulai
umur30
hari,
G2
:
pemberianCq
mulai
umur
60
hari,
G3
:
pemberian
Cqmulai umur
90
hari, dan
G4 pemberian Cqmlai
umur 120hmi
Hasil
grup
Gl
tersebutdi
atas, rerata skoringlapang
pandangnyalebih
rendah
dari
pada
yangdiperoleh pada
grup kontrol.
Ini
membuktikanbahwa pada
Gl
lebih baik
kualitasnya
dibanding kontrol.Kelenjar paratiroid grup G4
menunjukan skoryang paling
tinggi
dari grup lain yang ditunjukkan
pada tulang
berupa kerusakan 50-60yo,
yaitu
diantaranya
trabekula yang
jarang,
kartilago
tipis, sumsumtulang yang meluas dan kurang
kompak.Hasil
ini
tidak
terlepasdari
keadaanparatiroid
darigrup yang
sama.Paratiroid
grup
G4
menunjukan kerusakanyang
paling
tinggi dari grup lain
yaitu
berupa sel prinsipal yang sedikit dan
mulai dijumpai
vakuola-vakuala.
Hasil
pada grupGl
menunjukan pemberian Cqdi
awal pertumbuhan menunjukan hasil yang paling baikini
sesuai dengan pernyataan Jubb etal.
(1985)tahap
pencegahanosteoporosis
lebih
ditekankansejak
usia dini melalui
perbaikan prosesfisiologi
seperti
pening|<atan
massa
tulang
selamap€rtumbuhan
sampai mencapai
puncak
massahrlang.
Secaranormal, puncak
massatulang
yangdidapat selama masa pertumbuhan merupakan
faktor
yang
menentukan
akan
terjadinya
osteoporosisdalam
masakehidupan
selanjutnya(Karlson
et
al. 1995).Karena puncak massa tulangjuga
di
tentukanoleh
faktor-falctor
genetik, mekanik,
nutrisi, hormonaldan
lingkungan.Lingkungan
seperti dietdan
gerak
badan
dapat
mempengaruhi puncak massatulang.
Latihan
fisik
dalam
waktu
lamaGO GT G2 G3
G4
02222
21132
20223
11322
rJ3r22,25225
10121
20202
ll2l2
22t22
1,5 I
1,5 13
1,7540
I
t
,
1
,
dan
gerak
badan
dapat mempengaruhi puncak massatulang.
Latihan
fisik
dalamwaktu
lamadapat
menyebabkan peningkatanmassa
fulang regional (Sabri eral-,
20ll).
Masukan kalsium danvitamin
D
pada masa
awal
kehidupan, perkembangan hormonalyang
normal dan nutrisiyang cukup
sangat
menentukan
puncak massatulang (Sabri et
al.,20ll).
Bahram
el
al.,
1996 menjelaskan pengaruhekstrak
Cissus quadrangularis adalah ossifikasi,mineralisasi,
deposit
kalsium
dan
aktivitasosteoclastic secara
marginal,
menandai (adanya)tindakan pembentukan dan penyernbuhan formasi
tulang dengan pengurangan dalam resorpsi tulang.
Kemanjuran Cissus quadrangtilaris pada ossifikasi awal dan rernodelling tulang-tulang telatr dilaporkan
dan
itu
telah diamati bahwa Cissus quadrangularis bertindak dengan stimulasi metabolisme dan asupanyang meningkat
dari zat
kapur mineral, strontiumdan belerang dengan osteoblas-osteoblas
di
dalam penyembuhanretak tulang
(Kumbhojkkar
er
aI.t99t).
Ekstrak tanaman
ini
kaya akan
sumber ionkalsium yang ketika bereaksi dengan CO2 memicu terbentuknya
kristal calsit
denganmorfologi
yangtidak
beraturan.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa terdapatnya molekul bioorganik dalam ekstrak cissusini
yang
berbentukkristal
(Sanyalet
al.
2N5).
Sipatah-patah dari
sisi
kemampuan putafiArya untukmendorong pertumbuhan
mineral. Ekstrak
segarbatang mengandung persentase
ion
kalsium yangtinggi dan
phosphor, keduanya
penting
untuk menyernbuhkan keretakan tulang. Diantara banyakmineral
ini
organik yang ada dalam sistem biologi,kalsium hidroksiapatit (Kumbhojkkar et
al.
l99l).
Dengan demikian
aktivitas
antiosteoporotik Cissus guadrangularls mungkin dapat dibenarkan diakibatkan darrya stereoid yang mungkin bertindaksebagai
phyto
estrogenuntuk
mencegah secaraefektif atau mengurangi kehilangan tulang (Bahram
et al.,1996).
Steroid phytogenic
yang
terisolasioleh
Sen(1966) dipercaya sebagai konstituen utama
di
dalam Cissus quadrangularis. Studi-studidi
penyembuhan retak tulang (Prasad dan Udupa, 1972) menyarankan bahwa steroid anabolik yang tak dikenal ini mungkinbertindak terhadap
reseptortulang.
Studi
inimengungkapkan respon
yang
bephubungan dalamsemua parameter
yang
dievaluasi.
Peningkatan kekuatan biomekanika, aktivitas osteoblastic lebihtinggi dan
aktivitas
osteoclastic
minimalmemperhatikan pembentukan
tulang yang
padagilirannya
mencegah
osteoporosis.
Dalahistopatologi menambah catatan,
konftrmasipenemuan.
Meskipun
mekanisme tindakan tidakdiketahui,
itu
dipercaya
karena
stimulasi metabolisme dan asupan mineral yang meningkat. SedangkanBostrom, (2000) pada'periode
antarapermulaan
masa
pertumbuhan
dengan
masamaturitas skeletal pola makan/diet dan faktor genetik menentukan besarnya kandungan mineral tulang.
ISSN:2302-1705
JESBIO
Vol. tI
No.
l,
Mei
2013
Dari
gambaranG2,G3 dan
G4
pada tulangberupa
kerusakan 50-60Vo,
yaitu
diantaranyatrabekula
yang jarang, kartilago
tipis,
sumsum tulang yang meluas dan kurang kompak tampak jelasjumlah
trabekula menurun
dan
trabekula
yangterbentuk
lebih
tipis
sementara yang terjadi akibat menurunnya pcmbentukan tul ang,jumlah
trabekulatetap normal tetapi trabekula yang terbentuk Iebih
tipis.
Vigorita, (1999) dan
Dellmanndan
Brown(1992)
menyatakan pertumbuhantulang
secaralongitudinal berhenti pada saat pertumbuhan tulang
sampai
pada
periode
yang
disebut
periodekonsolidasi.
Pada periode
ini,
terjadi
prosespenarnbahan kepadatan
tulang
atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks.Proses mineralisasi merupakan salah satu fase
penting
pembentukan
tulang
sebab
prosesmineralisasi
menghasilkan
hidroksiapatit
yangmen)'usun 95olo
mineral tulang
(Tjokroprawiro,2000). Hidroksiapatit tersusun atas
kalsium
yangmerupakan
komponen terbesar,
fosfat
dan
ion hidroksi (Bostrom, 2000; McKenzie, 2000).Setiap jenis tulang
terdiri
atas bagian kortikaldan
trabekulayang
mempunyai proporsi tertentu tergantungjenis
tulang. Terdapat perbedaan nyata antara daerahkortikal
dan trabekula tulang yaitupada
kortikal 80%
hingga
90%
volumenyatermineralisasi-
Pada trabekul4
volume
yang termineralisasi hanya 2OYo karena sebagian besarterdiri
atas sumsum yang mengandung lemak dan ataujaringan
hematopoetik. Berdasarkan besamya massa yang termineralisasi tersebut, bagian kortikalberfungsi
mekanik
sedangkanbagian
trabekulaadalah metabolik
(Vigorita
1999).
Proseskonsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia
kurang
lebih
antara30
-
35
tahun pada manusiasetelah
itu
ada
juga
perubahanyang
disebut remodelling (Goldberg 200a).Dari
hasil,
kelenjar paratiroid
diperotehgambaran
bahwa
Sedangkangskor
I
padaparatiroid menunjukan persentase kerusakan yang
sama dengan
tulang
padaGl
yang
ditunjukan dengan sel principalmulai
berkurang tetapi masihterlihat padat
dan
tidak
ada vakuola.
Dalampenelitian
ini
menunjukan perlakuan
Cqmemberikan
efek positif
terhadap pertumbuhan tulang dan kelenjar paratiroid. Yang mengatur kadarkalsium dalam darah
adalahhormon
Paratiroid,tirokalsitonin dan
kelenjartiroid
dan vitamin
D.Hormon paratiroid dan
vitamin
D
meningkatkankalsium
darah dengancara
merangsang absorpsikalsium didalam usus untuk pelepasan kalsium dari
tulang
ke
dalam
darah
dan
hormon
paratiroidmenunjang reabsorpsi
kalsium
di
dalam
ginjal.Penelitian
ini
menunjukanbahwa
perlakuan Cqmemberikan
efek positif
terhadap
pertumbuhan tulang dan kelenjar paratiroid.Efek
hormon paratiroid terhadap konsentrasikalsium
dan
fosfat dalam cairan
ekstraselular.Naiknya konsentrasi kalsium terutama disebabkan oleh dua efek berikut
ini:
(1) efek hormon paratiroid4t
r
D u L;
ri n u ri q o )/ m s, Ia ;a rg DT isil.
ln
sL i€l uk rut 0yang menyebabkan terjadinya absorpsi kalsium dan
fosfat
dari
tulang, dan
(2)
efek yang
cepat darihormon paratiroid dalam
mengurangi
ekskesikalsium
oleh
ginjal.
Sebaliknya
berkurangnya konsentrasi fosfat disebabkan oleh efek yang sangatkuat
dari
hormon paratiroid terhadapginjal
dalam menyebabkan timbulnyaekskesi
fosfatdari
ginjalsecara berlebihan, yang merupakan suatu efek yang
cukup besar untuk mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dari
tulang-Absorpsi Kalsium dan Fosfat dari tulang yang
disebabkan
oleh
hormon paratiroid.
Hormonparatiroid mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi kalsium dan fosfat. Pertama merupakan suatu tahap cepat yang
dimulai
dalamrvaktu
beberapa
menir
dan
meningkat
secaraprogresif dalam beberapa
jam.
Tahapini
diyakinidisebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah
ada (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah tahap
yang
lebih
lambat dan
membutuhkan waktu beberapahari
atau bahkan beberapa minggu untukmenjadi
berkembang penuh;fase
ini
disebabkan oleh adanya proses proliferasi osteoklas, yang diikutidengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik
pada
tulang
sendiri,
jadi
bukan hanya
absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang.Fase cepat absorpsi kalsium
dan
fosfat (osteolisis)Bila
disuntikan sejumlah besar hormonparatfuoi4
maka dalam waklu
beberapa menitkonsentrasi
ion
kalsium dalam darah
akan meningkat, jauh sebelum setiap sel tulang yang barudapat
terbentuk.
Hormon
paratiroid
dapat menyebabkan pemindahan garam-garam tulang daridua tempat didalam tulang.
Hormon paratiroid dapat mengaktifkan pompa
kalsium dengan
kuaL
sehingga
menyebabkanpemindahan garam-garam
kalsium
fosfat
dengancepat
dari kristal
tulang amorf yang terletak dekat dengan sel. Hormon paratiroid diyakini merangsang pompaini
dengan meningkatkan permeabilitas ionkalsium pada
sisi
cairan
tulang
dari
membranoseositik,
sehingga
mernpermudahdifusi
ionkalsium
ke
dalam
membransel
cairan
fulang.Selanjutnya
pompa kalsium
di
sisi lain
dari membran sel memindahkan ion kalsium yang tersisa tadi kedalam cairan ekstraselular.Fase
lambat
absorpsitulang
dan
pelepasankalsium dan
fofat
(aktivasi osteoklas). Suatu efekhormon paratiroid
yang lebih
banyak dikenal dan,vang
penjelasannyalebih baik
adalah
aklivasihormon paratiroid
terhadap osteoklas.
Namunosteoklas
sendiri
tidak memiliki
protein
reseptormembran
untuk hormon
paratiroid-
Sebatiknyadiyakini
bah,'va osteoblasdan
osteosit terakLivasimengirimkan suatu
sinyal
sekundertetapi
tidakdikenali
ke
osteoklas,
menyebabkan osteoklas memulai kerjanya yang biasa- yaitu melahap tulangdalam lvaktu
berminggu-mingguatau
berbulan-bulan. Aktivasi sistem osteoklastik terjadi dalam duatahap:
(l)
aktivasi yang
berlangsungdari
semuaJESBIO
Vol.
II No.
l,
Mei
2013
osteoklas
yang
sudah
terbentuk,
dan
(2) pembentukan osteoklas yang baru.Kelebihan hormon paratiroid selama beberapa
hari
biasanya
menyebabkansistem
osteoklastik berkembang denganbailq tetapi
karena pengaruhrangsangan
hormon
paratiroid
yang
kuaq pertumbuhanini
berlangsung terus selama berbulan-bulan. Setclah beberapa bulan, resorpsi osteoklastiktulang
dapat menyebabkan lemahnyatulang
dan menyebabkan rangsangan sekunder pada osteoblasyang
mencoba memperbaiki keadaan tulang yanglemah-Oleh karena itu, efek yang terakhir dari hormon
paratiroid
yang
sebenarnya
adalah
untuk meningkatka-naktivitas
dari
osteoblastik
dan osteoklastik.Namun, bahkan pada tahap
akhir,masih terjaCi lebih banyak absorpsi tulang daripada
pengendapan
tulang
dengan adanya
ketebihanhormon paratiroid
yang terus
menerus. Bila
dibandingkan dengan
jumlah
total
kalsium dalamcairan ekstraselular (yang besamya
kira-kira
1000kali),
temyatatulang
mengandung banyak sekalikalsium,
bahkan
bila
hormon
paratiroid menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium yangsangat besar
dalam cairan
ekstraselular, tidaklahmungkin untuk
memperhatikan adanyaefek
yang berlengsung dengan segera pada tulang. pemberianatau
sekresi
hormon
paratiroid
yang
diperlama (dalam waktu beberapa bulan atau tahun) akhirnya menyebabkan absorpsi seluruh fulang yang sangatnyata dengan disertai pembentukan rongga-rongga yang besar yang terisi dengan osteoklas besar berinti banyak.
PTH
juga
meningkatkan reabsorpsi Caz+ ditubulus distal,
walaupun ekskresiCa2+
biasanyameningkat pada hiperparatiroidisme karena terjadi peningkatan
jumlah
yang
difiltrasi
yang
melebihiefek
reabsorpsi.
PTII juga
meningkatkan pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol(vit
D3atau
metabolitvitamin
D)
yang
secara fisiologis aktif. Hormonini
meningkatkan absorpsi Ca2+ dariusus,
tetapi
efek
ini
tampaknya disebabkan olehstimulasi
pembentukan dihidroksikol ekalsiferol.1,25
SIMPULAN
DAN SARAN SimpulanSemakin
cepat
waku
pemberianCq,
makasemakin
baik
untuk
mencegah
osteoporosis. Pemberian Cq pada umur 30 hari memberikan hasilyang lebih baik
pada gambaranhistologi
tulangtibiafibula dan kelenjar paratiroid dibandinkan umur
60, 90, 120 hari pada tikus betina. Saran
Perlu penelitian
tebih lanjut
rerhadap dosisyang tepat untuk
diberikan.
Akan tetapi
studi selan_iutnya adalahperlu
terhadap senyawa yang terisolasi umtuk mengambarkan kesimpulan akhir.UCAPAN
TERIMAKASIH
Tulisan
ini
merupakan bagiandari
disertasi mahasiswa prograrn doktor tnstitut PertanianBogor-Ucapan Terima
Kasih
disampaikan kepada BPPSDIKTI
200G2009,Hibah doktor
atas dana yangdiberikan,
sehingga sebahagiandata yang
akan diperoleh dapat dipublikasikan dalam bentuk tulisan ilmiah.DAFTAR PUSTAKA
Boskey
AL"
1992-Mineral-Matrix
Interaction in Bone and Cartilago. Clin.Orthop. 281-Bostrom
MP. 2fi10.
Form and Functionof
Rone.Orthopaedic
Basic
Science
:
Biology
and Biomechanicsof
the Musculoskeletal System,2nd
edition.
The
American
Academy
of
Orthopaedic Surgeons, pp 324-33 1, 355.
Felson
DT,
ZharrgY,
HanmanMT,
Kannel WB,Kiel
WP.
1995.
Alcohol
intake and
bonemineml density in elderly men and woman. Am J Epidemol. 142
(5):485492.
Genant
HI!
Bay
Link DJ,
GallagherJC.
1998.Estrogens
in
the preventionof
osteoporosis in postmenopausal women. AmJ
Obs and Gynt6l:1842-1846.
Gass
R,
Neff
M.
1995. Preventionof
menopausalosteoporosis.
Schiu,eiz
Med
ll'ochenschr 125(34): 1538-159l.
Jainu
M,
VijaimohanK,
ShyamalaDevi
CS. 2006. Protective effectof
Cissus quadrangularis onneutrophil mediated tissue
injury
induced byaspirin
in
rats.
J
Ethnopharmacol.l04:302-305.
Kieman
JA.
1990.Histological
&
HistochemicalMethods: Theory
&
Practice.2"dEd. England: Pergamon Pr.Kumbhojkkar
MS, Kulkami
DK,
Upadhye
AS. 1991. Ethnobotani ofCisszs quadrangularis L. From India. Ethnobotany 3,21-25.McKenzie JC,
Klein EM.
2000. Basic Concepts inCell
Biology and
Histology.
New
York
:McGrarv-Hill, pp 174-179, 189.
Nguyen
TVC,
JonesG,
Sambrook PN, White GP,Kelly
PJ, Eisman JA, 1995. Effects of estrogenexposure
and
reproductionfactor and
bone meineral density and osteoporosis fractures.J
C li n Endoc ri n il[etab 80(9):27 09-27 | 4.
ISSN:2302-1705
JESBIO
Vol.
II
No.
l,
Mei
2013
Ott
S. 190.
Attainment
of
Peak
Bone
Mass. [Abstract]. J Clin Endocrinol MetabPalmer
N.
1993. Bone and Joints- Dalam: Pathologyof
Domestic Animal- JubbKVF,
Kennedy PCand
PalmerN.
(ed),
Acadernic Press, Inc.Harcourt Brace
Jovanovich Publishers. SanDiego.p.l-181.
Prasad, G.C., Udup4
K.N.,
1972. Pathways and siteof
actionof
a phytogenic steroidfrom
Cisszs quadrangularis. Journal of Researchin
IndianMedicine 4,132.
Sabri
M,
Nurhidayat,Sigit
K,
Priosoeryanto BP,Manalu
W,
2009. Analysisof
phytochemicaland
mineral
contentof
Sipatah-patah Plant(Cisszs quandrangularis)
from
Aceh
asosteoporosis premedication.
J
RonaLingkungan
2:
lo9-ll7
Sanyal
A,
AhmadA
and SastryM.
2005. Calsitegrowth
in
Crlsszs
quadrangulois
Plant extract,atraditional Indian
bone-healing aid-Current Science 89No
10.Shirwaikar
A,
Khan
S
and
Malini
S.
2003.Antiosteoporotic
effect
of
ethanol extractof
Cisrus quadrangularis Linn.on ovariectomized
rat. J Ethnopharmacol 89 :245-250.
Smith
R.
1993.
Bone
physiologyosteoporotic process. Resp Med E7
A):3-7.
Sen,S.P.1996. Studies on the active constituents
of
cissus
quafuangularis wall.Current
science35,317
Tiangburanatham,
W.
1996. Dictionary
of
ThaiMedicinal Plants.
Prachumtong
Printing, BangkolqThailand. pp. 572-3. (in Thai)Tjokroprawiro
A.
2000.
Introduction
withOsteoporosis. Naskah Symposium Update on
Osteoporosis,
Graha BIK-IPTEKDOK
FKUnair, Surabaya, hlm