• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPACARA ADAT NYUGUH KAMPUNG KUTA DI DESA KARANGPANINGAL KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS (Suatu Kajian Geografi Budaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPACARA ADAT NYUGUH KAMPUNG KUTA DI DESA KARANGPANINGAL KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS (Suatu Kajian Geografi Budaya)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 UPACARA ADAT NYUGUH KAMPUNG KUTA

DI DESA KARANGPANINGAL KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS

(Suatu Kajian Geografi Budaya)

Maya Nurmayanti(mayanurmayanti60@yahoo.co.id) Nandang Hendriawan(nandang.hendriawan@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

ABSTRACT

The background of this research is to know the wisdom contained in Kuta village is Nyuguh Ceremony. The issue is raised in this study is how the process of the Nyuguh Ceremony was done and how its the mean for the society of Kuta village, and Karangpaningal Tambaksari Ciamis district. The method of the research is used descriptive qualitative method with the subject as an object of the research and social situation in Nyuguh Ceremony. The data was got in field observation and interviews of informan who and equipped with the secondary data from the various relevant sources. The data was collected with the processed qualitative and analysis technique. The results of this study showed that the implementation of Nyuguh Ceremony consists of preparation, the core event and closure. The mean of Nyuguh Ceremony include, to protect and preserve the traditions handed down from ancestor, and to invite the month of Maulud, means strengthens kinship Kuta Village community, seek safety in order to avoid distress by the deliver "delegate" to cross the river Padjajaran Ci Jolang safely without damage the village.

Keywords : Ceremony, Nyuguh, Kuta village

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman budaya dapat dilihat pada kehidupan masyarakat, terutama masyarakat perkampungan. Dimana kebudayaan tersebut berasal dari tradisi warisan Nenek Moyangnya dan sudah sejak lama tertanam dalam masyarakat tersebut. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia menurut Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (Soekanto, 1982:151). Nilai-nilai kebudayaan dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut yang akhirnya

(2)

menjadi sebuah kebiasaan dan adat istiadat pada suatu daerah. Seperti halnya di salah satu wilayah Sunda terdapat masyarakat adat yang dikenal dengan Kampung Kuta. Ada beberapa keunikan di kampung adat ini, salah satunya yaitu terdapat ritual upacara adat yang selalu dilaksanakan setiap tahunnya yaitu Upacara Adat Nyuguh. Masyarakat Kampung Kuta sampai sekarang masih melaksanakan Upacara Adat Nyuguh karena masyarakat Kampung Kuta merasa bahwa upacara tersebut sangat bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakatnya. Tradisi ini masih melekat di kalangan warga Kampung Kuta karena merupakan warisan Nenek Moyang mereka yang sulit untuk ditinggalkan. Selain itu pengaruh dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang tidak bisa dihilangkan, merupakan salah satu faktor penyebab masih dilaksanakannya Upacara Adat Nyuguh.

Sikap arif dan bijaksana itu sangat diperlukan oleh individu dalam masyarakat. Begitupun di Kampung Kuta ini masih mempertahankan dan menjunjung tinggi adat istiadat para leluhurnya. Bagaimana leluhurnya sangat menjaga nilai budaya adat dalam melestarikan dan menjaga lingkungan hidupnya secara arif dan bijak. Ditengah-tengah zaman modern seperti sekarang yang cenderung manusianya tidak menghiraukan kelestarian lingkungan alam, di Kampung Kuta masih ada nilai-nilai yang dipertahankan ini.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui bagaimana proses berlangsungnya Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta di Desa Karangpaingal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. 2) Untuk mengetahui bagaimana makna Upacara Adat Nyuguh bagi masyarakat Kampung Kuta di Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis.

2. METODE PENELITIAN

Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Metodologi kualitatif menurut Bogdan dan taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskiptif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

(3)

perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2001). Penggunaan metode deskriptif didasarkan pada pertimbangan yang menjadi subjek penelitian yaitu perilaku masyarakat adat Kampung Kuta Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis.

3. PEMBAHASAN

3.1. Proses Berlangsungnya Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta di Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis

Kampung Kuta adalah salah satu kampung adat yang ada di Kabupaten Ciamis. Secara administratif Kampung Kuta berada di Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Desa Karangpaningal terdiri dari beberapa dusun, yaitu: Dusun Margamulya, Dusun Pohat, Dusun Cibodas, Dusun Ciloa dan Dusun Kuta. Secara geografis Kampung Kuta letaknya terpisah dengan kampung lain yang ada di Desa Karangpaningal karena berada di suatu lembah yang dikelilingi tebing-tebing tegak lurus sedalam kurang lebih 30-60 meter dan berada 500 meter di atas permukaan laut, tebing-tebing yang curam ini sekaligus memisahkan dan menjadi batas dengan kampung lainnya. (Profil Desa Karangpaningal, 2012).

(4)

Kondisi geomorfologi Kecamatan Tambaksari merupakan perbukitan yang membentuk morfologi bergelombang dengan kemiringan lereng beragam, sebagian lagi merupakan morfologi berlembah-lembah yang dilalui sungai Ci Jolang dengan beberapa anak sungai seperti Ci Honje, Ci Pasang, Ci Sanca, Ci Batu, Ci Sontrol, dan Ci Beureum. Kecamatan Tambaksari merupakan kawasan yang mengandung tinggalan geologi kuarter yang berumur Pliosen tengah (2 juta tahun yang lalu). Kawasan ini merupakan suatu cekungan sedimentasi yang dikenal dengan cekungan Cijolang (Tersedia: http://www.disparbud.jabarprov.go.id).

Masyarakat Kampung Kuta masih tetap melestarikan budaya dan tradisi yang diwariskan Nenek Moyangnya terdahulu, salah satunya yaitu melaksanakan Upacara Adat Nyuguh yang setiap tahun selalu dilaksanakan sebelum tanggal 25

(5)

shafar. Masyarakat adat Kampung Kuta percaya akan ada malapetaka yang datang apabila tidak melaksanakan Upacara Adat Nyuguh tersebut.

Berikut ini dipaparkan tentang urutan dan tahapan pelaksanaan Upacara Adat Nyuguh di Kampung Kuta :

a. Persiapan

Beberapa kegiatan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta, diantaranya yaitu :

1) Pembentukan kepanitiaan

Pembentukan dan persiapan kepanitiaan ini dilaksanakan kurang lebih selama dua minggu. Pembentukan kepanitiaan ini dimusyawarahkan di Balai Sawala bersama warga masyarakat Kampung Kuta yang lainnya.

2) Pendanaan/Biaya Pelaksanaan

Dana untuk melaksanakan Upacara Adat Nyuguh ini berasal dari uang hasil penyimpanan warga yang disimpan di bendahara adat Kampung Kuta. 3) Persiapan Tempat dan Peralatan

Tempat yang dipilih untuk puncak acara Upacara Adat Nyuguh yaitu diujung jalan yang berbatasan dengan Sungai Ci Jolang. Biasanya Upacara Adat Nyuguh ini dilaksanakan di pinggir Sungai Ci Jolang, hanya saja karena terjadi longsor tanah menyebabkan jalanan terputus dan tidak mungkin untuk dilalui sehingga atas pertimbangan dan demi keselamatan warga yang melintasinya, maka lokasi puncak acara ditetapkan di tempat yang lebih layak.

4) Latihan Pementasan Kesenian Gembyung

Latihan pementasan kesenian gembyung dilakukan malam hari sesudah shalat isya. Bapak-bapak para pemain kesenian Gembyung melakukan latihan sebelum besok akan pentas, latihan ini diadakan di Balai Sawala.

5) Membuat Jamuan Makanan Khas

Persiapan membuat jamuan ini dilakukan oleh ibu-ibu di Kampung Kuta dibawah tanggungjawab ibu-ibu Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan ibu-ibu kader. Mereka mempersiapkan jamuan ini mulai dari sore hari sampai keesokan harinya sebelum Upacara Adat Nyuguh

(6)

dimulai. Siapa saja ibu-ibu yang datang boleh membantu dalam mempersiapkan jamuan tersebut.

Makanan khas Kampung Kuta yang dibuat diantaranya : Gulapeu, Putri Noong, Papais, pepes ikan bawal dan sayur jantung pisang.

Semua makanan olahan tersebut berbahan dasar hasil pertanian masyarakat Kampung Kuta. Makanan tersebut kemudian dikemas dan dihias untuk dihidangkan kepada tamu undangan yang datang.

b. Waktu Pelaksanaan

Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta kali ini dilaksanakan pada hari Kamis, 03 Januari 2013 tepatnya pada tanggal 20 shafar 1434 H. Alasan kenapa masyarakat Kampung Kuta memilih hari Kamis sebagai hari yang cocok untuk Upacara Adat Nyuguh yaitu karena hari yang dianggap keramat adalah hari menghadap Senin dan Jum’at. Upacara Adat Nyuguh dimulai sekitar pukul 10.00 WIB.

c. Acara Pembukaan

Sebelum Upacara Adat Nyuguh ini dimulai, didahului dengan tetabuhan alat musik gamelan yang disebut dengan tatalu yaitu memainkan alat musik tanpa diiringi dengan kidung atau lagu-laguan. Dalam Upacara Adat Nyuguh ini kidung dan tetabuhan alat musik harus didahulukan. Hal ini bermakna bahwa zaman dahulu lagu-laguan atau kidung itu digunakan untuk memikat agar masyarakat dapat memeluk agama Islam.

d. Pementasan Kesenian

Adapun kesenian yang dipentaskan adalah : 1) Gondang Buhun

Gondang Buhun adalah kesenian khas Kampung Kuta yang tidak terdapat di daerah lain. Kesenian Gondang Buhun ini sering mendapat juara saat perlombaan. Dalam kesenian gondang , alat yang digunakan adalah alu biasanya tingginya mencapai 2 meter, dan lisung yang panjangnya 2,5 meter. Biasanya lisung ini diisi dengan padi dua ikat atau masyarakat Kampung Kuta menyebutnya Pare dua geugeus. Tapi dalam kesenian gondang yang ditampilkan dalam Upacara Adat Nyuguh kali ini tidak menggunakan padi

(7)

dengan alasan kehabisan geugeus pare atau dengan kata lain kehabisan padi yang diikat.

2) Kesenian Gembyung

Kesenian gembyung ini selain digunakan dalam acara hajatan dan upacara adat juga digunakan saat malam ganjil di bulan ramadhan dan takbiran menjelang hari raya Idul Fitri.

3) Ronggeng Tayub

Kesenian ini masih di pertahankan oleh masyarakat adat Kampung Kuta. Ronggeng tayub disebut juga seni ibing. Seni ibing adalah ikut menari bersama penari atau sinden, ini dimaksudkan untuk menghibur masyarakat. e. Mengarak Dongdang

Dongdang adalah alat pikul seperti tempat tidur persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Di Kampung Kuta nama dongdang disebut juga suraga. Dongdang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut “dongdang” (berayun). Dongdang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan khususnya pada Upacara Adat Nyuguh. Dongdang adalah tempat membawa kupat dan sesajen, yang terbuat dari bambu hitam, kiray dan ijuk.

Gambar 2. Dongdang Diarak ke Lokasi Upacara Nyuguh Sumber : Dokumentasi Hasil Penelitian (2013)

Semua warga dari anak-anak sampai orang tua mengikuti acara Upacara Adat Nyuguh, apabila ada yang berhalangan dan tidak bisa hadir maka warga tersebut akan menitipkan ketupat kepada tetangganya untuk digantungkan di tempat ritual adat Nyuguh tersebut.

(8)

f. Menggantung Ketupat

Setibanya di lokasi ritual Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta, masyarakat segera menggantungkan dua buah ketupat atau lebih yang telah mereka bawa dari rumah. Ketupat tersebut digantungkan pada bambu yang sengaja dibuat seperti tiang gawang pada permainan sepak bola.

Gambar 3 Menggantung Ketupat dalam Rangkaian Upacara Nyuguh Sumber : Dokumentasi Hasil Penelitian (2013)

g. Doa dan Ritual

Setelah semuanya siap kemudian semua warga duduk dan Pak Kuncen mulai membakar kemenyan kemudian membaca ikrar. Upacara selanjutnya dipimpin oleh ajengan yaitu Ustadz Bahrudin dengan membaca do’a (dalam bahasa Arab) misalnya, do’a Tolak Bala, Do’a Selamat, dan Al-Fatihah.Ustadz Bahrudin mengawali do’anya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yang kemudian diteruskan dengan istigfar dan shalawat Nabi dengan tujuan agar ritual Upacara Adat Nyuguh ini tidak keluar dari syariat Islam.

h. Makan Bersama

Akhir dari Upacara Adat Nyuguh ini yaitu makan bersama-sama. Setelah do’a selesai dibacakan kemudian warga masyarakat Kampung Kuta bersama-sama membuka makanan yang telah dibawanya dari rumah, makanan tersebut boleh dimakan siapa saja. Menurut salah satu warga masyarakat Kampung Kuta makan pada saat selesai ritual Upacara Adat Nyuguh adalah wajib.

(9)

3.2. Makna Upacara Adat Nyuguh Bagi Masyarakat Kampung Kuta di Desa Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis

Upacara Adat Nyuguh merupakan suatu perwujudan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan rejekinya. Dengan diberikan hasil panen yang melimpah ruah, hasil sadapan gula aren yang banyak, ternak yang banyak dan diberikan kenyamanan dan keamanan dalam lingkungan hidupnya.

Adapun makna yang terkandung dalam Upacara Adat Nyuguh ini adalah sebagai berikut:

a. Menjaga dan Melestarikan Tradisi Turun Temurun dari Para Leluhur

Ditinjau dari adat-istiadat, masyarakat Kampung Kuta termasuk masyarakat yang taat kepada aturan adat. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan Upacara Adat Nyuguh yang selalu dilaksanakan setiap tahun dari sejak Nenek Moyangnya terdahulu.

b. Menyambut Datangnya Bulan Maulud

Upacara Adat Nyuguh ini juga mempunyai makna untuk menyambut datangnya bulan Maulud, hal ini dicirikan dengan pelaksanaan Upacara Adat Nyuguh yang selalu dilaksanakan menuju akhir bulan shafar antara tanggal 17 – 25 shafar.

c. Sebagai Penolak Bala

Selain dari itu Upacara Adat Nyuguh mempunyai makna yaitu sebagai penolak bala agar masyarakat Kampung Kuta terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh “utusan’ Padjajaran. Karena masyarakat Kampung Kuta percaya apabila Upacara Adat Nyuguh tidak dilaksanakan, maka “utusan” Padjajaran akan mencari makan dengan cara merusak Kampung.

d. Mengantarkan “utusan” Padjajaran Menyebrang Kali Ci Jolang

Makna yang paling mendalam dalam Upacara Adat Nyuguh ini yaitu mengantarkan “utusan” Padjajaran untuk meyebrang Kali Ci Jolang dengan selamat dan tanpa merusak Kampung Kuta.

(10)

e. Sarana Mempererat Tali Persaudaraan Masyarakat Kampung Kuta

Upacara Adat Nyuguh dilaksanakan oleh seluruh warga masyarakat Kampung Kuta, hal ini selain mencari keselamatan juga dapat mempererat tali persaudaraan antar sesama warga Kampung Kuta.

Tidak semua orang mengetahui tentang makna Upacara Adat Nyuguh, maknanya hanya ada di hati orang-orang yang percaya akan hal-hal yang ghaib. Pada intinya Upacara Adat Nyuguh ini adalah mengantarkan “utusan” Padjajaran untuk menyebrang ke Sungai Ci Jolang dengan selamat dan tanpa mengganggu atau merusak Kampung Kuta.

4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1. SIMPULAN

Persiapan awal Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta diantaranya: pembentukan kepanitiaan, persiapan biaya atau pendanaan, persiapan tempat dan peralatan, latihan pementasan kesenian gembyung dan persiapan jamuan makanan untuk para tamu yang hadir dalam Upacara Adat Nyuguh.

Sebelum Upacara Adat Nyuguh ini dimulai, didahului dengan tetabuhan alat musik gamelan yang disebut dengan tatalu yaitu memainkan alat musik tanpa diiringi dengan kidung atau lagu-laguan. Dalam Upacara Adat Nyuguh ini kidung dan tetabuhan alat musik harus didahulukan.

Setelah selesai acara pembukaan, kemudian dilanjutkan dengan pementasan kesenian. Adapun kesenian yang dipentaskan adalah kesenian gondang buhun, kesenian gembyung dan kesenian ronggeng tayub yang merupakan kesenian khas Kampung Kuta.

Pelaksanaan Upacara Adat Nyuguh dimulai apabila sudah banyak warga yang berkumpul dekat balai Sawala sambil memakai kebaya dan mengais bakul sebagai pertanda sudah siap melaksanakan upacara Nyuguh. Bakul berisi makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dengan lauk pauk seadanya, ketupat keupeul dan ketupat salamet, juga tidak lupa membawa sawen. Warga yang mengikuti Upacara Adat Nyuguh diharuskan memakai kebaya, namun sifatnya

(11)

tidak wajib. Alasan memakai kebaya adalah untuk melestarikan budaya Nenek Moyang kita dulu yang pakaian selalu memakai pakaian adat Sunda, yaitu kebaya.

Sebelum berangkat sesepuh membakar kemenyan terlebih dahulu dekat dongdang atau gogotongan. Warga pun mulai berangkat dan yang paling depan berangkat adalah orang yang membawa dongdang yang dibawa oleh dua orang laki-laki. Kemudian mereka berangkat menuju ujung jalan yang berbatasan dengan Sungai Ci Jolang sambil diiringi dengan tetabuhan dog-dog. Semua warga mulai anak-anak sampai orang dewasa megikuti Upacara Adat Nyuguh ini, apabila ada yang berhalangan dan tidak bisa hadir maka warga tersebut akan menitipkan ketupat kepada tetanggannya untuk digantungkan di tempat ritual adat Nyuguh tersebut.

Setibanya di lokasi ritual Upacara Adat Nyuguh Kampung Kuta, masyarakat segera menggantungkan dua buah ketupat atau lebih yang telah mereka bawa dari rumah. Ketupat tersebut digantungkan pada bambu yang sengaja dibuat seperti tiang gawang pada permainan sepak bola. Setelah menggantung ketupat dalam rangkaian upacara Nyuguh kemudian warga bersiap dan mempersiapkan diri untuk ritual Upacara Adat Nyuguh yang akan segera dimulai.

Setelah semuanya siap kemudian semua warga duduk dan Pak Kuncen mulai membakar kemenyan kemudian membaca ikrar. Upacara selanjutnya dipimpin oleh ajengan dengan membaca do’a (dalam bahasa Arab) misalnya, do’a Tolak Bala, Do’a Selamat, dan Al-Fatihah, dengan tujuan agar ritual Upacara Adat Nyuguh ini tidak keluar dari syariat Islam.

Setelah do’a selesai dibacakan kemudian warga masyarakat Kampung Kuta bersama-sama membuka makanan yang telah dibawanya dari rumah, makanan tersebut boleh dimakan siapa saja. Menurut salah satu warga masyarakat Kampung Kuta makan pada saat selesai ritual Upacara Adat Nyuguh adalah wajib.

Makan bersama pun selesai kemudian warga pulang dan ketupat yang menggantung tersebut dibiarkan disana, jangan diambil kecuali sudah lewat jam 9 malam. Biasanya ketupat tersebut diambil keesokan harinya, dan ketupat tersebut nantinya disimpan di atas pintu keluar bersama sawen yang tadi dan dapat dijadikan sebagai penolak bala.

(12)

4.2. SARAN

Adapun saran yang hendak penulis sampaikan diantaranya:

a. Bagi Masyarakat Kampung Kuta tetaplah menjaga amanat para leluhur untuk tetap menjaga dan melestarikan semua tradisi yang ada di dalam masyarakat Kampung Kuta, salah satunya adalah tetap melestarikan Upacara Adat Nyuguh.

b. Generasi muda diharapkan dapat ikut berbaur dalam berbagai kegiatan upacara adat, seperti halnya Upacara Adat Nyuguh, karena mayoritas yang terlihat dalam kegiatan upacara adat adalah orang tua.

c. Kepada panitia penyelenggara agar jauh hari dapat menginformasikan tentang Upacara Adat Nyuguh kepada masyarakat luas.

d. Generasi muda Kampung Kuta sedikit demi sedikit telah berkurang, hal tersebut karena masyarakat Kampung Kuta banyak yang mengalami kemandulan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian pemerintah dalam bidang kesehatan.

e. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat meneliti hal-hal yang belum terungkap dalam skripsi ini, terutama yang berkaitan dengan kebudayaan dan kearifan lokal yang dimiliki oleh Kampung Kuta.

DAFTAR PUSTAKA

Moleong, Lexy (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Profil Desa dan Kelurahan Karangpaningal. (2012). Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri: Tidak Diterbitkan

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Sebagai Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

_____.(2012). Morfologi Kecamatan Tambaksari. Tersedia: http://www.disparbud.jabarprov.go.id. [20 Februari 2013]

Gambar

Gambar 1. Peta Desa Karangpaningal
Gambar 3 Menggantung Ketupat dalam Rangkaian Upacara Nyuguh  Sumber : Dokumentasi Hasil Penelitian (2013)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Dalam konteks integrasi keilmuan, setidaknya telah mulai di gagas adanya perumusan pembelajaran yang terintegrasi ( integrated learning ), misalnya di Departemen Pendidikan

Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Arief Eka Atmaja Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal

[r]

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria. No Kabupaten/Kota Kriteria