BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto
Produk domestik regional bruto adalah total nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian diseluruh daerah dalam
periode tertentu. Angka- angka PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi
makro yang banyak digunakan dalam perencanaan pembangunan regional, hal ini
terkait dengan berlakukannya undang-undang nomor 23 Tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah dan undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah, dimana daerah dituntut untuk lebih
profesional dan mandiri dalam mengelola potensi sumber daya alam, sumber daya
buatan, maupun sumber daya manusia dalam usaha meningkatkan taraf hidup
masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan
masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan
pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
Data PDRB mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. PDRBatasdasarhargaberlaku(nominal)menunjukkankemampuansumberdayaek
onomiyangdihasilkanolehsuatudaerah.NilaiPDRByangbesarmenunjukkan
kemampuan sumberdaya ekonomiyangbesar,begitujugasebaliknya.
b. PRBhargaberlakumenunjukkanpendapatanyangmemungkinkanuntukdinikmatio
c. PDRBhargakonstan(riil)dapatdigunakanuntukmenunjukkanlajupertumbuhan
ekonomi secarakeseluruhan atausetiapsektordaritahun ketahun.
d. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektormenunjukkan struktur
perekonomiansetiapsectorekonomidalamsuatudaerah.Sektor-sektorekonomiyangmempunyaiperanbesarmenunjukkanbasis perekonomian
suatudaerah.
e. PDRBhargaberlakumenurutpenggunaanmenunjukkanprodukbarangdanjasa
digunakanuntuktujuankonsumsi,investasidandiperdagangkandenganpihak
luarnegeri.
f. DistribusiPDRBmenurutpenggunaanmenunjukkanperanankelembagaandalamm
enggunakanbarangdanjasayangdihasilkanolehberbagaisectorekonomi.
g. PDRBpenggunaanatasdasarhargakonstanbermanfaatuntukmengukurlaju
pertumbuhankonsumsi,investasidanperdaganganluarnegeri.
h. PDRBdanPRBperkapitaatasdasarhargaberlakumenunjukkannilaiPDRB
danPRB perkepalaataupersatuorangpenduduk.
i. PDRBdanPRBperkapitaatasdasarhargakonstanbergunauntukmengetahuipertum
buhannyataekonomiperkapitapenduduksuatudaerah.
2.1.1.1 Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB dapat dihitung atas harga berlaku dan atas harga konstan.PDRB atas
harga berlaku digunakan untuk melihat struktur perekonomian atau peranan setiap
sektor perekonomian pada tahun berjalan.PDRB atas harga konstan digunakan
untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah baik secara keseluruhan
2.1.1.2 Metode Perhitungan PDRB Atas Harga Berlaku
Perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dihitung melalui dua
metode, yaitu metode lansung dan metode tidak langsung. Metode tidak langsung
adalah perhitungan dengan cara alokasi dengan memakai berbagai macam
indikator produksi atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. Alokator
yang digunakan dapat didasarkan atas : (i) Nilai produksi bruto atau neto, (ii)
Jumlah produksi fisik, (iii) Tenaga kerja, (iv) Penduduk,dan (v) Alokator lainnya
yang dianggap cocok untuk daerah. Metode langsung yang dimaksud adalah
metode perhitungan dengan menggunakan data yang berasal dari data awal
tiap-tiap daerah. Metode langsung dapat dilakukan dengan menggunakan 3 macam
pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Produksi ( Production Approach )
Dalam pendekatan ini PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu
tertentu ( 1 tahun ). Unit produksi dalam penyajiannya dikelompokkan dalam 8
sektor yaitu:
a. Pertanian.
b. Pertambangan dan Penggalian.
c. Industri Pengolahan.
d. Listrik, Gas, dan Air Bersih.
e. Bangunan.
f. Perdagangan, Hotel, dan Restoran.
h. Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
2. Pendekatan Pendapatan ( Income Approach )
Dalam pendekatan pendapatan,PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor
produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan.
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach )
Dalam pendekatan pengeluaran, bertitik tolak pada penggunaan akhir dari
barang dan jasa didalam suatu wilayah, seperti :
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto.
d. Perubahan stok.
e. Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
2.1.1.3 Metode Perhitungan PDRB Atas Harga Konstan
Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Berlaku
dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang disebabkan oleh adanya
perubahan volume produksi. Produk domestik menurut lapangan usaha atas harga
konstan apabila dikaitkan dengan data mengenai tenaga kerja dan barang modal
yang dipakai dalam proses produksi dapat memberikan gambaran tentang tingkat
konsep nilai atas harga konstan dapat juga mencerminkan kuantum produksi pada
tahun dasar.Darisegimetodestatistik,suatunilaiatasdasarharga konstandapat
diperoleh dengan cara:
1. Revaluasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengalikan kuantum pada tahun berjalan
dengan harga pada tahun dasar.
2. Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas harga konstan diperoleh dengan cara
mengalikan nilain tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi. Indeks
produksi sebagai ektrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing
produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti
tenaga kerja, jumlah perusahaan yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang
diestimasi. Ekstapolasi dilakukan terhadap perhitungan output atas harga konstan
dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap nilai output dan diperoleh
perkiraan nilai tambah atas harga konstan.
3. Deflasi
Nilai tambah atas harga konstan diperoleh dengan cara membagi nilai
tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga.
Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga
perdagangan besar, indeks harga konsumen, dll.
4. Deflasi Berganda
Dalam deflasi berganda ini yang dideflasi adalah output dan biaya
antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga uang digunakan sebagai deflator
merupakan indeks harga konsumen dan indeks harga perdagangan besar sesuai
dengan cakupan komoditinya, sedangkan deflator untuk biaya antara adalah
indeks harga dari komponen input terbesar.
2.1.2 Dana Alokasi Umum (DAU)
Berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Dana Alokasi
Umum (DAU) daerah provinsi dan kabupaten/kota,Dana Alokasi Umum adalah
“dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi”.
Jumlah keseluruhan DAU yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto.
b. Proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota dihitung dari
perbandingan antara bobot urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan provinsi dan kabupaten/kota.
c. Jika penentuan proporsi tersebut belum dapat dihitung secara kuantitatif,
proporsi DAU antara provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan dengan
imbangan 10% dan 90%.
DAU merupakan salah satu komponen pendapatan pada APBD.Tujuan
DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
DAU untuk suatu daerah dialokasikan berdasarkan formula yang terdiri atas
celah fiskal dan alokasi dasar.Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal
dan kapasitas fiskal, sedangkan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah.Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan
pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum (antara lain
kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan pengentasan kemiskinan). Setiap
kebutuhan pendanaan tersebut diukur secara berturut-turut menggunakan variabel
jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, PDRB, dan IPM,
sedangkan kapasitas fiskal daerah dihitung berdasarkan Pendapatan Asli Daerah
dan Dana Bagi Hasil.
Prinsip dasar alokasi Dana Alokasi umum, yaitu :
1. Kecukupan (adequacy).
2. Netralitas dan efisiensi (neutrality and efficiency).
3. Akuntabilitas (accountability).
4. Relevansi dengan tujuan (relevance).
5. Keadilan (equity).
6. Objektivitas dan transparansi.
7. Kesederhanaan (simplicity).
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah
“Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan yang diperoleh
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”
(Halim, 2004:96).Peningkatan Pendapatan Asli Daerah mutlak harus dilakukan
oleh pemerintah daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhan sendiri,
sehingga ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat semakin
berkurang. Sumber-sumber pendapatan asli daerah antara lain :
1. Pajak Daerah
“Pajak merupakan iuranyang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh
pemerintah dengan balas jasa yang tidak langsung dapat ditunjuk.Pada pokoknya
pajak memiliki dua peranan utama yaitu sebagai sumber penerimaan Negara
(fungsi budget) dan sebagai alat untuk mengatur (fungsiregulator)”
(Suparmoko,2002:135).
Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak daerah terdiri dari:
1) Pajak provinsi,yang terdiri dari : a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2) Pajak kabupaten/kota,yang terdiri dari : a. Pajak hotel
b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung walet
2. Retribusi Daerah
“Retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
karena seseorang atau badan hukum menggunakan jasa dan barang pemerintah
yang langsung dapat ditunjuk” (Sutrisno,1984:202). Peraturan pemerintah No.97
Tahun 2002 tentang retribusi pengendalian lalu lintas dan retribusi perpanjangan
izin mempekerjakan tenaga kerja asing pasal satu menyebutkan bahwa “ retribusi
adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu
yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan ”.
Pada dasarnya retribusi adalah pajak, tetapi merupakan jenis pajak khusus,
karena ciri– ciri dan atau syarat – syarat tertentu masih dapat
dipenuhi.Syarat-syarat tertentu tersebut antara lain: berdasarkan undang - undang atau peraturan
yang sederajat harus disetor ke kas negara atau daerah dan tidak dapat
dipaksakan. Batasan pengertian retribusi ini sendiri merupakan pungutan yang
dilakukan pemerintah karena seseorang dan atau badan hukum menggunakan
barang dan jasa pemerintah yang langsung dapat ditunjuk. Dari definisi diatas
terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah :
a. Retribusi dipungut oleh daerah.
b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang
langsung dapat ditunjuk.
c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau jasa
yang disediakan oleh negara.
dipisahkan.
Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari
keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan
bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan
daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat
perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah
pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan
memperkembangkan perekonomian daerah.
4. Lain-lain PAD yang disahkan
“Penerimaan lain - lain, dilain pihak adalah penerimaan pemerintah daerah
diluar penerimaan – penerimaan dinas, pajak, retribusi dan bagian laba
perusahaan daerah. Penerimaan ini antara lain berasal dari sewa rumah dinas
milik daerah, hasil penjualan barang – barang (bekas) milik daerah, penerimaan
sewa kios milik daerah dan penerimaan uang langganan majalah daerah
(Hirawan, 1987: 204)”.
Penerimaan lain – lain membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah
untuk melakukan berbagai kegiatan yang menghasilkan baik yang berupa materi
dalam hal kegiatan bersifat bisnis, maupun non materi dalam hal kegiatan
tersebut untuk menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan
pemerintah daerah dalam suatu bidang tertentu.
2.1.4 Belanja Modal
Belanja modal adalah belanja yang digunakan dalam rangka pengadaan aset
untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. Dalam Erlina, dan Rasdianto
(2013), nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangun aset
ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan.
Syaiful (2006) menjelaskan bahwa belanja modal dapat dikategorikan
menjadi 5 (lima) kategori utama, yaitu:
a. Belanja tanah
Belanja tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.
b. Belanja peralatan dan mesin
Belanja peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
c. Belanja gedung dan bangunan
Belanja gedung dan bangunan adalah pengeluaran/ biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
d. Belanja jalan, irigasi, dan jaringan
Belanja jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.
e. Belanja fisik lainnya
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Digunakan
Hasil Penelitian
Arief Eka Atmaja
Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal sebagai variabel intervening pada Kabupaten/Kota se-jawa 2006-2008
Independen: Dana Alokasi Umum
Dependen: Pendapatan Asli Daerah
Intervening: Belanja Modal
Variabel pengeluaran daerah, jumlah penduduk dan PDRB
berpengaruh lurus (positif) terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
Maimunah (2006)
Fly papper effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada
Kabupaten /Kota di Pulau Sumatera
Independen:
Dana Alokasi Umum berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah, sedangkan Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.
Steven Yansen (2013)
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Wilayah Sumsel
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah.
Mayzestika Maharani
Pertumbuhan ekonomi (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD),dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal
Independen: 1. DAU 2. PAD 3. PDRB
Dependen: Belanja Modal
PDRB tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal, PAD terhadap Belanja Modal.
Dewina Putri Br. Ginting (2014)
Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemkab/Pemkot di Provinsi Sumatera Utara
Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah
Dependen: Belanja Modal
Secara parsial baik Pajak Daerah maupun Retribusi Daerah mempunyai pengaruh
signifikan positif terhadap tingkat Belanja Modal. Secara simultan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mempunyai pengaruh
signifikan positif terhadap Belanja Modal.
Bati (2009) Pengaruh Belanja Modal dan PAD Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi (Studi Pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara)
Independen : 1.Belanja
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Belanja modal secara parsial tidak
Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
Independen: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah
Dependen: Belanja Modal
Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di
Sumatera Utara. Secara parsial pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pada
kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sedangkan retribusi daerah tidak
berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.
Rendy Yulian Bayu Prakoso
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi umum, Produk Domestik Regional Bruto terhadap Belanja
Independen:
Daerah Belanja Daerah
pengaruh positif antara DAU dengan
pengalokasian belanja daerah, terdapat
pengaruh positif antara PDRB terhadap pengalokasian belanja daerah.
Dwi
Handayani, Elva Nuraina (2012)
Pengaruh Pajak Daerah dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah Kabupaten Madiun
Pajak daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Dana Alokasi Khusus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap alokasi belanja daerah. Pajak daerah dan dana alokasi khusus secara simultan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap alokasi belanja daerah.
1. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan seluruh unsur Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai variabel independen, sedangkan penelitian ini hanya
menggunakan produk domestik regional bruto sebagai variabel independen.
2. Penelitian ini menambahkan variabel independen baru yaitu Dana Alokasi
Umum (DAU) untuk melihat pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli
Daerah.
3. Penelitian ini juga menambahkan variabel moderating yaitu Belanja Modal
untuk melihat pemoderasian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Dana Alokasi Umum (DAU), dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2.3 Kerangka Konseptual
Pada umumnya pembangunan Nasional di negara-negara berkembang
difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam upaya pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan
jasa, yang antara lain diukur dengan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) pada
tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah, baik
tingkat I maupun tingkat II. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi regioal
tercermin pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Kebijakan utama yang perlu dilakukan daerah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerahnya adalah mengusahakan semaksimal mungkin
potensi yang dimiliki oleh provinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan,
mengingat potensi masing daerah bervariasi maka sebaiknya
masing-masing daerah menentukan kegiatan sektor dominan/unggul. Desentralisasi fiskal
distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada
pemerintahan yang lebih rendah untuk melaksanakan fungsi atau tugas
pemerintah secara efektif dan mendapat kebebasan pengambilan keputusan dalam
penyediaan pelayanan publik sesuai dengan banyaknya bidang pemerintahan yang
dilimpahkan.
Pembangunan ekonomi suatu daerah menjadi penting karena menjadi
indikator bagi kemajuan perekonomian daerah yang bersangkutan. Kemajuan
perekonomian bisa juga dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat diartikan sebagai pendapatan yang
bersumber dari pugutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan
peraturan-peraturan yang berlaku yang dapat dikenakan kepada setiap orang atau
badan usaha baik milik pemerintahan maupun swasta karena perolehan jasa yang
diberikan pemerintah daerah tersebut. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, dan PAD
lain-lain yang sah.
Pajak daerah merupakan PAD yang tarif pemungutannya telah diatur dalam
undang-udang yang berlaku. Dari pajak daerah ini, pemerintah daerah dapat
mengalokasikan pendapatannya kedalam belanja modal.Dana Alokasi Umum
adalah dana yang berasal dari APBN yang merupakan instrumen yang digunakan
pemerintah untuk melakukan pemerataan kemampuan daerah sehingga semua
daerah mempunyai kemampuan yang relatif sama untuk memenuhi kebutuhannya.
Pendapatan Asli Daerah merupakan andalan utama daerah untuk
pemerintah daerah dari unsur PAS saja belum mampu memenuhi kebutuhan
daerah, jelas akan membutuhkan dana tambahan lagi bagi daerah sehingga daerah
masih membutuhkan bantuan dana yang berasal dari pusat yang disebut Dana
Alokasi Umum (DAU).
Dana Alokasi umum tersebut akan digunakan sebagai alat untuk
membangun sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah sehingga dengan
bertambahnya infrastruktur dapat memacu pertumbuhan ekonomi di daerahnya.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, dan Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal
H1
H2
H3
H4 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
(X1)
DANA ALOKASI UMUM (X2)
PENDAPATAN ASLI DAERAH
(Y)
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,tinjauan
penelitian terdahulu kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini
sebagai berikut :
H1.Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah secara parsial.
H2.Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah secara
parsial.
H3.Produk Domestik Regional Bruto, Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah secara simultan.
H4.Belanja modal sebagai pemoderasi Produk Domestik Regional Bruto, Dana