• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kemasan terhadap minat beli konsumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Kemasan terhadap minat beli konsumen"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami, peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah penelitian ini dengan baik.

Sebelumnya, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dosen Metodologi Penelitian Ilmu Komunikasi – Kuantitatif kami, Bapak Dr. Ilham

Prisgunanto, SS, M.Si yang telah memberikan tugas ini dan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tugas kelompok ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikannya dengan baik. Serta kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah membantu.

Peneliti menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada, sehingga terbuka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan makalah ini. Peneliti sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah penelitian ini,

Semoga makalah penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amin..

Jakarta, 17 Juni 2013

(2)

DAFTAR ISI

Kata pengantar...1 Daftar isi...2 Bab 1 A. Latar belakang...4 B. Rumusan masalah...5 C. Tujuan penelitian...6 Bab 2 A. Pemecahan teori...7

B. Hubungan kemasan dengan pengambilan keputusan...13

C. Kerangka pemikiran...15

D. Hipotesis...15

Bab 3 A. Metode penelitian...17

B. Lokasi penelitian...17

C. Populasi dan sampel...18

D. Sumber data...18

E. Metode pengumpulan data...18

F. Skala pengumpulan variabel...19

G. Definisi operasional variabel...20

(3)

Bab 4

A. Profil umum perusahaan Ajinomoto...23

B. Profil umum perusahaan Samrucci...26

C. Demografi...29

D. Uji validitas dan reliabilitas...32

E. Kemasan produk variabel X...33

F. Keputusan pembelian variabel Y...45

G. Analisis per dimensi...56

H. Analisis per variabel...61

I. Kesimpulan...63

Bibliography...64

(4)

BAB 1

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki penduduk sejumlah 237.641.326 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh BPS. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan SDA (Sumber Daya Alam), negara ini juga melimpah dalam hal SDM (Sumber Daya Manusia). Oleh sebab itu, Indonesia dikenal sebagai negara yang melakukan produksi dan konsumsi suatu produk dalam jumlah yang besar. Kebutuhan yang besar tersebut akhirnya mendorong perkembangan usaha di Indonesia kearah yang lebih baik.

Perkembangan usahadi Indonesia telah berkembang di segala jenis bidang sehingga pola pikir dari konsumen terus berkembang kearah yang lebih dinamis. Konsumen tidak lagi menjadi yang dipaksa untuk mengkonsumsi suatu produk tertentu oleh perusahaan. Namun, konsumen diberikan kebebasan untuk memilih produk apa yang ingin mereka konsumsi dan produk apa yang tidak ingin mereka konsumsi. Semua sepenuhnya terdapat pada keputusan konsumen.

Karena hal itu, perusahaan dituntut agar dapat menciptakan dan memproduksi sebuah produk yang mampu bersaing dengan produk lain. Pangsa pasar dalam negeri semakin berkembang, yang juga bearti banyaknya persaingan bisnis yang semakin meningkat. Hal tersebut akhirnya memacu perusahaan-perusahaan untuk dapat terus berinovasi melalui produk-produk unggulan yang dapat digunakan untuk bertahan hidup hingga menjadi pemimpin pasar di industrinya. Kotler (2002) sendiri menjelaskan bahwa dalam meningkatkan daya saing, suatu perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan cara menampilkan produk terbaik yang dapat memenuhi selera konsumen.

Untuk menghadapi persaingan pemasaran, seorang produsen tidak boleh terpaku oleh bentuk produk yang umum. Saat ini, persaingan terjadi pada tingkat produk tambahan yang meliputi tambahan jasa dan manfaat yang akan membedakannya dari produk pesaing, sebagaimana diungkapkan Levit dalam Kotler (2000:449). Salah satunya adalah memanfaatkan kemasan sebuah produk menjadi salah satu strategi pemasaran utama.

(5)

Kemasan (product packaging) adalah bagian yang tak terpisahkan untuk sebuah produk. Kemasan tidak hanya berfungsi untuk melindungi produk dari ancaman kerusakan, juga menjadi salah satu unsur utama daya tarik konsumen dalam bersaing dengan produk-produk sejenis lainnya.

Bahkan, kemasan telah menjadi unsur baru untuk membentuk sebuah kriteria jenis suatu produk. Kemasan yang berbeda memberikan persepsi produk yang berbeda. Contohnya, pada saat air mineral dalam botol, banyak orang meragukan tentang produk ini. Kini, air mineral dalam botol menjadi sebuah kriteria produk baru yang tidak terpisahkan dengan masyarakat. Banyak merek-merek sejenis yang bermunculan, dengan logo dan iklan yang berbeda-beda, namun pada dasarnya semuanya adalah produk air mineral dalam kemasan yang dijual dengan tampilan yang berbeda.

Mayumi adalah merek produk Mayonnaise dalam kemasan sachet yang diluncurkan oleh Grup Ajinomoto pada bulan Mei 2012. Mayumi diharapkan menjadi produk saos cocolan, dengan mengambil share sambal dan saus tomat yang telah lebih dulu populer di pasaran, meskipun mayonnaise belum dikenal secara luas oleh masyarakat di Indonesia. Satu hal yang paling utama, Mayumi merupakan produk pionir untuk jenis “Mayonaisse dalam kemasan saschet” karena pada umumnya, Mayonaisse dijual dalam bentuk kemasan botol.

Penulis melihat bahwa fenomena Mayumi hampir serupa dengan contoh ‘air mineral dalam botol’, yang menggunakan kemasan sebagai bentuk strategi pemasaran utama. Dari permasalahan diatas, maka penulis sepakat untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan mengambil judul "Pengaruh Kemasan Produk terhadap Keputusan Pembelian (pada produk Mayumi)"

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh kemasan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk Mayumi.

2. Variabel kemasan manakah yang paling dominan mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk Mayumi.

(6)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusah masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Pengaruh kemasan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk Mayumi. 2. Variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk Mayumi.

(7)

BAB 2

A. Pemecahan Teori

Variabel X : Kemasan produk 1. Pengertian Kemasan

Menurut Kotler (1995) pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.

Kemasan adalah teknik industri dan pemasaran yang digunakan untuk melindungi, mengidentifikasi dan menyegel produk konsumen yang didistribusikan / dipasarkan (Encarta Encyclopedia 2002).

Swatha mengartikan (1980) pembungkusan (packaging) adalah kegiatan-kegiatan umum dan perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain pembuatan bungkus atau kemasan suatu barang.

Menurut Saladin (1996) kemasan adalah wadah atau bungkus. Jadi beberapa pendapat para ahli tersebut dapat di simpulkan kemasan adalah suatu kegiatan merancang dan memproduksi bungkus suatu barang yang meliputi desain bungkus dan pembuatan bungkus produk tersebut.

Menurut Saladin (1996) wadah atau bungkus terdiri dari :

a. Kemasan dasar (primer package) yaitu bungkus langsung dari suatu produk

b. Kemasan tambahan (secondary package) yaitu bahan yang melindungi kemasan dasar dan di buang bila produk tersebut di gunakan.

c. Kemasan pengiriman (shipping package) yaitu setiap kemasan yang di perlukan waktu penyimpanan dan pengangkutan.

2. Syarat-Syarat Kemasan

Menurut Winardi (1993) pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan pengemasan antaranya adalah :

a. Dari sejumlah besar bahan kemasan yang tersedia bahan manakah yang paling baik di gunakan untuk menonjolkan wajah produk yang dihasilkan.

(8)

c. Rancangan sebuah kemasan yang dapat mempermudah penggunaan produk oleh konsumen.

d. Apakah dapat di rancang sebuah kemasan di lihat dari fungsi sehingga kemasasn itu dapat dipakai untuk tujuan lain setelah barang yang ada dalam kemasan itu habis di konsumsi.

e. Pertimbangan perancangan kemasan untuk momen tertentu misalnya untuk hadiah ulang tahun dan momen tertentu lainnya.

3. Bahan Kemasan

Bahan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya: suatu produk yang berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas, produk-produk yang tidak tahan terhadap sinar ultra violet, tidak akan baik bila dikemas dalam plastik atau kaca transparan.

Menurut Syarief dan Irawati (1988), kemasan terbagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

a. Gelas

Mudah pecah, transparan (sehingga tidak cocok untuk produk yang tidak tahan pada sinar ultra violet).

b. Metal

Biasanya dibuat dari alumunium. Kemasan dari logam mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga cocok untuk mengemas produk-produk yang membutuhkan kemasan yang muat, misalnya: untuk mengemas produk yang membutuhkan tekanan udara yang cukup ini untuk pendorong keluarnya produk tersebut dari kaleng kemasannya.

c. Kertas

Kemasan dari kertas ini tidak tahan terhadap kelembaban dan air jadi mudah rusak, jadi kemasan kertas tidak cocok untuk mengemas produk-produk yang memiliki kadar air tinggi atau dalam keadaan cair.

d. Plastik

Kemasan ini dapat berbentuk film, kantung, wadah dan bentuk lainnya seperti botol kaleng, stoples dan kotak. Penggunaan plastik sebagai kemasan semakin luas karena ongkos produksinya relatif murah, mudah dibentuk dan dimodifikasi.

(9)

4. Daya Tarik Kemasan

Daya tarik kemasan sangat penting guna tertangkapnya stimulus oleh konsumen yang di sampaikan ke produsen sehingga diharapkan konsumen tertarik pada produk tersebut. Menurut Wirya (1999), daya tarik visual kemasan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: daya tarik visual dan daya tarik praktis.

a. Daya Tarik Praktis

Daya tarik praktis ini merupakan efektifitas efesiensi suatu kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor atau pengecer.

Daya tarik kemasan menurut Wirya (1999) antara lain :  Kemasan yang menjamin dapat melindungi produk

 Kemasan yang mudah di buka atau di tutup kembali untuk disimpan  Kemasan dengan porsi yang sesuai

 Kemasan yang dapat di gunakan kembali

 Kemasan yang mudah di bawah, di pegang dan dijinjing.

 Kemasan yang memudahkan pemakaian dalam menghabiskan dan mengisinya kembali.

b. Daya Tarik Visual

Daya tarik visual mengacu pada penampilan kemasan atau lebel suatu produk mencakup warna, bentuk, merk, ilustrasi, teks, tata letak (Wirya, 1999)

 Warna

Warna adalah suatu mutu cahaya yang dapat dipantulkan dari suatu objek ke mata manusia. Warna terbagi dalam kategori terang (mudah), sedang, gelap (tua).

Fungsi dari pemilihan warna :

 Untuk identifikasi produk sehingga berbeda dengan produk pesaing.

 Untuk menarik perhatian, warna terang atau cerah kan memantulkan cahaya lebih jauh dibandingkan dengan warna gelap.

 Untuk menimbulkan pengaruh, misalnya untuk meningkatkan selera konsumen terhadap produk makanan.

 Untuk mengembangkan asosiasi tertentu terhadap produknya.  Untuk menciptakan suatu citra dalam mengembangkan produknya.  Untuk menghiasi produk.

(10)

 Untuk memastikan keterbacaan yang maksimum dalam penggunaan warna kontras.

 Untuk mendorong tindakan.

 Untuk proteksi terhadap cahaya yang membahayakan.  Untuk mengendalikan temperatur barang didalamnya.  Untuk membangkitkan minat dalam mode.

 Bentuk

Bentuk kemasan disesuaikan dengan produknya pertimbangan yang digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan penjualan, pemejangan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut.

 Bentuk yang sederhana lebih disukai daripada yang rumit.  Bentuk yang teratur memiliki daya tarik lebih.

 Bentuk harus seimbang agar menyenangkan.

 Bentuk bujur sangkar lebih disukai dari pada persegi panjang.  Bentuk cembung lebih disukai daripada bentuk cekung.

 Bentuk bulat lebih disukai wanita, sedang pria lebih menyukai bentuk siku.  Bentuk harus mudah terlihat bila dipandang dari jauh.

 Merk/logo

Tanda-tanda identifikasi seperti merek dengan logo perusahaan adalah meningkatkan daya tarik konsumen. Merek atau logo ini dipandang dapat menaikkan gengsi atau status seorang pembeli.

Syarat-syarat logo yang baik adalah :  Mengandung keaslian.

 Mudah dibaca atau di ucapkan.  Mudah di ingat.

 Sederhana dan ringkas.

 Tidak mengandung konotasi yang negatif.  Tidak sulit digambarkan.

 Ilustrasi

Merupakan alat komunikasi sebuah kemasan bahasa universal yang dapat menembus rintangan perbedaaan bahasa. Ilustrasi ini termasuk fotografi dan gambar-gambar untuk menarik konsumen.

(11)

 Topografi

Topografi adalah teks pada kemasan yang berupa pesan-pesan kita untuk menjelaskan produk yang di tawarkan sekaligus menyerahkan konsumen untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan harapan produsen.

 Tata letak

Tata letak adalah paduan semua unsur garfis meliputi warna, bentuk, merek ilustrasi, opografi, menjadi suatu kesatuan baru yang disusun dan di tempatkan pada halaman kemasan. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengaturan tata letak adalah :

 Keseimbangan.

 Titik pandang dengan menjadikan satu unsur yang paling menarik.  Perbandingan ukuran yang serasi.

 Tata urutan alur keterbatasan yang sesuai.

Variabel Y : Keputusan Pembelian

Menurut Swastha (2000) pengertian pembelian adalah salah satu tahap dari keseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya yang terjadi dalam proses pembelian pada suatu periode dan waktu tertentu serta pemenuhan kebutuhan tertentu atau dengan kata lain merupakan suatu rangkaian tahapan yang diambil oleh seorang konsumen. Analisis suatu proses pembelian merupakan suatu rangkaian tahapan yang diambil oleh seorang konsumen.

Menurut Swastha dan Handoko (2011) berpendapat bahwa lima peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu:

1. Pengambilan inisiatif (initiator): individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau yang mempunyai kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.

2. Orang yang mempengaruhi (influencer): individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

3. Pembuat keputusan (decider): individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya, kapan dan dimana membelinya.

(12)

5. Pemakai (user): individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa yang dibeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Tahap-tahap proses keputusan pembelian (Phillip Kotler, 2005) :

1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Proses pembeli dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan itu dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yangdapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. Para pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan semua itu muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk tertentu ini.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tertugah minatnya mungkin akan atau mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia, konsumen akan membeli obyek itu. Jika tidak, kebutuhan konsumen itu tinggal mengendap dalam ingatannya. Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasi sehubungan dengan kebutuhan itu.

3. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin tentang banyak hal, selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa alternatif yang ada dan menentukan langkah selanjutnya. Penilaian ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen (waktu, uang dan informasi) maupun risiko keliru dalam penilaian.

(13)

Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak. Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian ini, perusahaan atau pemasar perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen, misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh konsumen dalam pemilihan penjualan (motif langganan/patronage motive), faktor-faktor apakah yang menentukan kesan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian konsumen.

5. Perilaku setelah pembelian

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau tidak ada kepuasan. ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan sebagainya. Untuk mencapai keharmonisan dan meminimumkan ketidakpuasan pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian, atau juga pembeli harus mengeluarkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan evaluasi sebelum membeli.

B. Hubungan kemasan dengan pengambilan keputusan

Kemasan yang baik adalah mempunyai komposisi yang baik misalnya pemilihan warna, penentuan ilustrasi yang dapat menjadikan suatu barang menarik dan dapat menjadi suatu alat stimulus kepada konsumen agar dapat tertarik atau dengan kata lain kemasan merupakan alat “point of purchase” menurut Shimp (2000), point of purchase adalah elemen promosi seperti pajangan, poster, petunjuk atau tanda dan berbagai materi promosi yang lain termasuk kemasan yang baik didalam sebuah toko yang dirancang untuk mempengaruhi pikiran pelanggan pada momen pembelian.

Seorang konsumen dalam membeli barang tentulah menginginkanbarang yang telah ia beli mempunyai kemudahan dalam penggunaannya. Disinilah peran kemasan terutama kemasan primer dari suatu produk mempunyai pengaruh yang sangat penting misalnya, kemasan yang mudah dibuka dan di tutup kembali alam penggunaan produk tersebut sehingga konsumen akan memperoleh kepuasan dan apabila konsumen telah mendapat kepuasan dalam engkonsumsi suatu produk maka ia akan menjadi konsumen yang

(14)

tidak suka menyimpan suatu produk dalam waktu yang lama. Hal ini mungkin dikarenakan ia tidak mempunyai empat untuk menyimpan produk tersebut atau karena tidak ingin rumahnya menjadi kotor dengan adanya produk tersebut atau mungkin juga karena ia selalu ingin mendapatkan produk yang dalam keadaan yang segar terus.

Kemasan sebagai pelindung atau wadah dari suatu produk juga mempunyai peran yang besar dalam pemasaran guna lebih banyakmenarik konsumen atau calon pembeli. Kemasan dapat membentuk dan merubah wajah atau penampilan suatu produk atau barang menjadi menarik dengan berbagai model yang berbeda untuk diandalkan dalam persaingan merebut pasar, maka memiliki model yang menawan akan berpengaruh besar dalam mengikat konsumen dan mendorongnya untuk mengadakan pembelian atas produk tersebut. Sigit (1992) menjelaskan bahwa dengan bungkus itu pihak konsumen menjadi tertarik, baik karena warna, gambar, tulisan, tandatanda, keterangan yang ada pada bungkusnya. Selanjutnya ia menambahkan “dengan pembungkus itu produsen atau pemasar dapat sekaligus menggunakannya sebagai alat advertensi, dengan memberikan tanda, simbol, tulisan, keterangan dan lain-lain yang bersifat membujuk, mempengaruhi atau memberikan informasi kepada calon pembeli supaya melaksanakan pembelian di tempat penjual atau di toko tertentu.

Banyak kalangan pemasar menganggap masalah kemasan sebagai faktor “P” (kotler:1995). Perubahan pengemasan suatu produk biasanya juga dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

Swastha (1999) menyatakan untuk mengadakan perubahan kemasan ini pada umumnya ada 2 alasan yaitu :

a. Untuk mengatasi masalah penurunan penjualan.

b. Untuk memperluas pasar dengan memasuki kelompok konsumen baru.

Yang penting menurut pandangan manajemen adalah memperbaiki segi-segi yang kurang baik pada kemasannya sehingga kemasan baru akan memiliki penampilan yang lebih menarik dari pada sebelumya. Disamping itu kemasan yang baru akan lebih banyak memberikan keuntungan dalam masalah promosi perusahaan.

(15)

Kerangka pemikiran yang dibangun dalam penelitian ini adalah pembelian yang dilakukan konsumen pada suatu produk dipengaruhi oleh karakteristik kemasan produk yang ditawarkan produsen dan akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk tersebut. Sehingga pada akhirnya kemasan merupakan salah satu keputusan atau pertimbangan orang dalam memilih dan membeli produk yang diminatinya.

Variabel terikat adalah keputusan pembelian (Y) dan variabel bebasnya yaitu variabel yang terdiri dari subvariabel Bahan Kemasan (X1), Daya Tarik Visual (X2), Daya Tarik Praktis (X3). Alat analisis yang digunakan adalah uji regresi berganda dengan uji F untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat sedangkan uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan untuk mendapatkan suatu keyakinan tentang sejauh mana alat ukur yang digunakan sesuai dengan apa yang diukur, maka perlu dilakukan uji kesahihan butir pertanyaan dengan uji validitas serta uji reabilitas untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil dari pengukuran tersebut diandalkan kemantapan, ketepatan dan homoginitasnya.

D. Hipotesis

1. Diduga variabel bahan kemasan, daya tarik visual kemasan, daya tarik praktis dan etika kemasan secara bersama-sama mempengaruhi pembelian produk.

2. Diduga variabel daya tarik visual kemasan merupakan variabel kemasan yang dominan pengaruhnya terhadap pembelian produk.

Variabel X : Kemasan Produk Subvariabel / Dimensinya X1 : Bahan Kemasan X2 : Daya Tarik Praktis X3 : Daya Tarik Visual

Variabel Y : Keputusan Pembelian Subvariabel / Dimensinya

Y1 : Harga Y2 : Rasa

(16)

BAB 3

(17)

Menurut Sugiyono (2010) mendefinisikan sebagai berikut : “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara atau teknik mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang bisa digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kesimpulan serta kebenaran atas data yang diperoleh. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap variabel Y yang diteliti.

Metode kuantitatif menurut Sugiyono (1997) mendefinisikan sebagai berikut : Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang data-datanya berupa angka-angka atau data kuailitatif yang diangkakan. dengan pendekatan explanatori research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah di tentukan sebelumnya (Singarimbun dan Efendi, 1995). Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal yang terjadi antar variabel bebas dengan variabel terikat dengan melakukan pengujian hipotesis.

B. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti lakukan adalah di perusahaan Samrucci di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi dan penjualan tas lokal dan impor. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena perusahaan ini mempekerjakan karyawan latar belakang bermacam-macam kebudayaan berasal dari daerah berbeda-beda.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998). Sedangkan menurut Mudrajad Kuncoro (2003) mendefinisikan populasi sebagai kelompok elemen yang

(18)

Menurut Arikunto (1998) sampel adalah sebagian atau wakil daripopulasi yang diteliti. Sedangkan menurut Kuncoro Mudrajad (2003) sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi peneliti.

Untuk menentukan banyaknya sampel dari sejumlah populasi, dapat memakai 2 rumus, yaitu Taro Yamane dan Slovin & Sevilla. Rumus Taro Yamane digunakan untuk menentukan sampel dari populasi di atas 1000 orang, sedangkan rumus Slovin & Sevilla digunakan untuk menentukan sampel dari populasi di bawah 1000 orang.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan populasi yang ada di Samrucci dengan jumlah populasi 52 orang. Maka daripada itu, peneliti menggunakan rumus Slovin & Sevilla untuk menentukan banyaknya sampel dari jumlah populasi tersebut dengan memakai tingkat error 0,1.

n = N = 52 = 52 = 52 = 52 = 34, 21. 1 + Ne2 1 + 52(0,1)2 1 + 52(0,01) 1 + 0,52 1,52

Dari rumus penarikan sampel Slovin & Sevilla di atas, disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini adalah 35 orang.

D. Sumber data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari jawaban responden melalui kuisioner dan wawancara pihak-pihak yang terkait.

2. Data skunder, adalah data yang bukan di usahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari majalah-majalah dan keterangan-keterangan lainnya.

E. Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah angket (kuesioner) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden denga tujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

F. Skala pengukuran variabel

Pada penelitian ini pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan ukuran ordinal. Ukuran ordinal adalah angka yang di berikan dimana angka-angka tersebut

(19)

mengandung pengertian tingkatan (Nazir, 1999). Selanjutnya agar jawaban responden dapat di ukur maka jawaban responden diberi skor. Pemberian skor ini menggunakan skala likert. Dimana skala likert menurut Effendi (dalam Singarimbun, 1995) adalah ukuran gabungan yang didasarkan pada suatau cara yang lebih sistematis untuk memberi skor pada indeks.

Skala likert adalah suatu skala psikometrik yang digunakan dalam kuesioner dan merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan dalam evaluasi suatu program atau kebijakan perencanaan. Skala likert pertama kali dikembangkan oleh Rensis Likert pada tahun 1932 dalam mengukur sikap masyarakat. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Selanjutnya dalam prosedur skala likert ini adalah menentukan skor atas setiap pertanyaan dalam kuesioner yang disebarkan dimana masing-masing pertanyaan sebagai berikut :

1. Jawaban sangat setuju diberi skor 5 2. Jawaban setuju diberi skor 4

3. Jawaban Ragu-ragu atau Netral diberi skor 3 4. Jawaban tidak setuju diberi skor 2

5. Jawaban sangat tidak setuju di beri skor 1

Peneliti memilih skala Likert karena mudah dibuat dan di terapkan. Dalam skala Likert terdapat kebebasan dalam memasukan pertanyaan- pertanyaan sesuai dengan konteks permasalahan, jawaban suatu item dapat berupa alternatif, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas dan reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas.

G. Definisi operasional variabel 1. Variable bebas (X)

Yaitu variable yang dalam hubungannya dengan variable lain bertindak sebagai penyebab perubahan/ timbulnya variable terikat (dependent) adapun variable bebasnya adalah

(20)

produk (x). Yang dimaksud kemasan produk adalah pembungkus suatu barang. Kemasan produksi memiliki empat variable yaitu bahan kemasan, daya tarik visual kemasan, daya tarik praktis kemasan, etika kemasan.

Dalam penelitian ini variable dan indikatornya adalah:

a. Bahan kemasan (X1) meliputi : jenis bahan, mutu bahan, keamanan dan daya tahan kemasan.

b. Daya tarik praktis (X2) terdiri dari : kemudahan dibawa atau dipegang, kemudahan untuk dibuka tutupnya, kemasan isi ulang, dan kemudahannya untuk disimpan.

c. Daya tarik visual (X3) dipengaruhi oleh bentuk kemasan, tipografi, kombinasi warna dan gambar pada kemasan.

2. Variable terikat (Y)

Yaitu variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas. Adapun variable terikatnya adalah keputusan pembelian produk dapat diukur dari:

a. Harga barang (Y1) dipengaruhi oleh kesesuain harga, keterjangkauan harga dan sifat kompetitifnya.

b. Rasa (Y2) dipengaruhi oleh kelezatan, kecocokan dengan lidah atau selera orang banyak dan kecocokan produk dengan makanan apa saja.

c. Tempat Penjualan (Y3) dipengaruhi oleh ketersediaan produk atau stock serta penempatan di toko-toko.

Jenis data dalam penelitian ini merupakan ordinal berbentuk respon dari kuesioner yang telah disebar. Kemudian hasilnya diolah oleh software SPSS.

(21)

 Tabulasi Tunggal (biasa disebut dengan distribusi frekuensi biasa). Rumus yang umum digunakan adalah:

P = fi.xi x 100% fi

fi = frekuensi tengah xi = variabel

P = prosentase

fi = jumlah semua frekuensi  Regresi Berganda

Analisis regresi berganda di gunakan untuk mengetahui pengaruhantara variabel bebas terhadap variabel terikat. Model regresi berganda menurut Djarwanto dan Subagyo (1998) yaitu dimana :

Y = a + b1 x1 + b 2 x 2 + b 3 x 3 +….. b k x k Ket :

y = variabel terikat, yaitu keputusan pembelian a = bilangan konstanta sebagai titik potong b1

-b 6 = koefisien regresi x1 ……..x k x = variabel bebas, meliputi :

1 x = bahan kemasan

2 x = daya tarik visual kemasan 3 x = daya tarik praktis kemasan

(22)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0

Excludeda 0 .0

Total 25 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach’s

Alpha N of Items

.639 18

Hasil penelitian peneliti dinyatakan reliabel karena telah memenuhi syarat yaitu R alpha > 0.60

BAB 4

A. Profil umum perusahaan Ajinomoto Sejarah singkat PT. Ajinomoto

Berawal dari sebuah penemuan besar di Jepang, Dr. Kikunae Ikeda pada tahun 1908 menemukan sumber rasa gurih dari kaldu rumput laut (Kombu). Rasa gurih tersebut

(23)

dinamakan Umami. Setahun kemudian, diproduksi bumbu masakan yang menjadi sumber rasa Umami dengan merek AJI-NO-MOTO®. Sampai saat ini, AJI-NO-MOTO® telah digunakan luas di hampir 100 wilayah dan negara selama 100 tahun.

Di Indonesia, AJI-NO-MOTO® telah dijual selama 40 tahun dan telah menjadi bumbu masak andalan di dapur Ibu-Ibu Indonesia. Dari tahun ke tahun perkembangan dan inovasi produk terus dilakukan, terbukti dengan munculnya beragam produk bumbu mulai dari bumbu kaldu penyedap "MASAKO®", bumbu praktis siap saji "SAJIKU®", dan bumbu masakan Asia "SAORI®".

Perusahaan Ajinomoto di Indonesia terus berusaha untuk memenuhi komitmen dalam memberikan kontribusi yang berarti dalam bidang makanan dan kesehatan secara global guna mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi kita semua. Hal itu dibuktikan dengan produk yang berkualitas tinggi dan memenuhi standar internasional sehingga konsumen Indonesia tetap setia menggunakan produk-produk Ajinomoto.

Kepercayaan dan kesetiaan konsumen dalam menggunakan produk-produk Ajinomoto sangat penting untuk terus dibangun dan hal itu merupakan sebuah upaya panjang yang berkelanjutan. Eksistensi AJI-NO-MOTO® selama 100 tahun di dunia dan 40 tahun di Indonesia telah membuktikan bahwa Ajinomoto adalah perusahaan yang pantas dipercaya.

Filosofi PT. Ajinomoto

Menciptakan kehidupan yang lebih baik secara global dengan memberikan kontribusi bagi kemajuan yang berarti dalam bidang makanan dan kesehatan serta berkarya bagi kehidupan.

Visi dan misi PT. Ajinomoto

Menjadi basis kekuatan Grup Ajinomoto untuk memanfaatkan kesempatan bisnis di pasar Islam dengan menciptakan produk - produk / bisnis yang unik dalam bidang makanan (utamanya difokuskan pada segmen bumbu masak) yang dapat merealisasikan filosofi "Eat Well Live Well" , sehingga bisnis kita akan membuat lingkungan di bumi lebih terpelihara. Nilai-nilai PT. Ajinomoto

(24)

 Mematuhi peraturan pemerintah dan memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat

 memperhatikan dan memenuhi kebutuhan konsumen

 Komunikasi dua arah yang terbuka dan jujur

 Disiplin dan bertanggung jawab

 Perbaikan dan kemajuan dimulai dari kegiatan sehari-hari, sehingga setiap individu serta organisasi perusahaan dapat tumbuh dan berkembang bersama-sama

Nilai-nilai SDM PT. Ajinomoto

1. Penciptaan nilai melalui “value chain" Poin-Poin Evaluasi:

a. Selalu melakukan komunikasi aktif dengan organisasi atau orang terkait

b. Melakukan aktivitas berdasarkan pola pikir bahwa proses selanjutnya adalah pelanggan.

2. "Genba Shugi" Poin-Poin Evaluasi:

a. Melakukan aktifitas dengan menyadari STPDCA {See (lihat), Think (Pikir), Plan (Rencana), Do (Laksanakan), Check (Periksa), Action (Tindakan)} dan selalu bertanya Kenapa? Kenapa? Kenapa?

3. Inisiatif

Poin-Poin Evaluasi:

a. Menciptakan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan diri.

b. Melakukan aktifitas dengan memiiliki komitmen yang kuat untuk mencapai hasil sesuai dengan tujuan.

(25)

Produk- produk PT. Ajinomoto 1. Ajinomoto

AJI-NO-MOTO® adalah penyedap rasa yang dibuat melalui proses fermentasi dengan bahan baku utama tetes tebu pilihan. Berstandar internasional dan dibawah lisensi Ajinomoto Co., Inc., Jepang sebagai perusahaan pertama yang memproduksi penyedap rasa sejak 1909.

2. Masako

MASAKO®, bumbu kaldu penyedap yang dibuat dengan perpaduan antara daging segar berkualitas, bumbu dan rempah pilihan, sehingga secara praktis menyempurnakan kelezatan masakan Anda sehari-hari. Rasa dan aroma MASAKO® sama seperti kaldu buatan rumah.

3. Mayumi

Mayumi adalah mayonnaise yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas, memberikan rasa yang berbeda karena rasa creamy yang penuh dimulut dan sangat kaya rasa sebagai saus cocolan untuk makanan sehari-hari.

(26)

Deskripsi Kerja :

 Manager : Mengontrol dan memeriksa laporan-laporan pemasukan, penjualan, pengiriman, dan pengembalian barang-barang di gudang.

 Bagian Administrasi : Menginput data laporan pemasukan, pengeluaran, dan pengembalian barang apabila ada yang rusak atau BS dari gudang atau distributor.  Bagian Kasir : Mencatat hasil transaksi pengiriman barang kepada distributor untuk

dimasukan kedalam record dan kemudian dibuat laporannya.

 Bagian Gudang : Memeriksa dan mencatat data pengeluaran, penerimaan dan pengembalian barang di gudang, dan kemudian di laporkan ke bagian administrasi.  Bagian Penjualan : Mengirim barang dari gudang ke distributor untuk di pasarkan.  Sales Gudang : Membantu pendistribusian di gudang.

 Sales Penjualan: Membantu penjualan ke lapangan B. Profil umum perusahaan Samrucci

Sejarah perusahaan Samrucci

Samruci merupakan perusahaaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dan grosir berbagai macam tas wanita, sekolah, pakaian dan juga tas kantor. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1986 oleh Samsuddin di Jakarta. Nama Samrucci terinspirasi dari

(27)

“Sam” mengambil nama pendiri perusahaan Samsuddin dan “Rucci” diambil dari dongeng klasik yang berjudul Dewa Rucci. Berawal dari fasilitas yang terbatas Samrucci memulai meluncurkan produk tas hanya dengan lima mesin jahit. Tanah abang merupakan saksi bisu dirintisnya usaha tersebut dimana tenpat itu juga kantor pertama Samrucci.

Perusahaan kami nemproduksi tas untuk berbagai macam kalangan yang mana terbagi dalam 3 macam. Samrucci dengan positioning gaya hidup remaja pria maupun wanita (lifestyle), Martinus dengan positioning gaya hidup remaja pria maupun wanita (lifestyle schoolbag), Samrucci OF debgan positioning e-lifestyle. Setelah 27 tahun kerja keras, tekad kuat, dan komitmen kami dari waktu ke waktu dalam rangka meraih kualitas unggul dan nama baik terus kami tingkatkan.

Awal mula sebagai produksi kecil dengan beberapa sales yang nemasarkan produk kami. Kini Samrucci memiliki 5 cabang yang berada di Tanah Abang, Senen Jaya, Asemka, Jatinegara dan di Bandung.

Visi & misi perusahaan Samrucci Visi

Menjadi perusahaan tas yang visioner dan terbaik yang diberkati dan memberkati. Misi

1. Berinvestasi dalam sumber daya manusia dengan memberdayakan karyawan sebagai mitra untuk mengembangkan karakter, kompetensi, dan kepedulian sesuai dengan panggilannya untuk menjadi manusia yang signifikan dan bahagia.

2. Mengembangkan jaringan retail modern, e-commerce, distributorship.

3. Mengembangkan bisnis (produk dan jasa) dalam bidang tas sekolah, wanita, pakaian dan kantor.

4. Membentuk organisasi dan budaya perusahaan yang unggul dan dapat menjadi perusahaan nasional dengan didukung oleh inovasi dan teknologi yang terkini.

5. Mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas tinggi untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.

(28)

Nilai-nilai perusahaan Samrucci 1. Faith (Iman)

2. Integrity (Integritas) 3. Significant (Berarti) 4. Harmony (Harmonis)

Rangkaian produk perusahaan Samrucci

Berbagai jenis tas, seperti tas sekolah, tas carrier, tas pakaian, tas kantor dan tas wanita.

Letak perusahaan & jumlah karyawan di perusahaan Samrucci

Perusahaan Samrucci bertempat di Jakarta, Jalan Pulo Mawar no. 4 RT 005 RW 05, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Perusahaan Samrucci memiliki 5 cabang yang berada di Tanah Abang, Senen Jaya, Asemka, Jantinegara dan Bandung. Perusahaan ini juga memiliki karyawan berjumlah 52 orang dengan terbagi 41 pria dan 11 wanita.

(29)

C. Demografi

1. Jenis kelamin responden

Jenis kelamin responden?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perempuan 7 28.0 28.0 28.0 Laki-laki 18 72.0 72.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Pada penelitian ini, peneliti mengambil sample menggunakan kuesioner melalui 25 orang yang terdiri dari 18 orang responden laki - laki (72%), dan 7 orang responden perempuan (28%).

(30)

Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <25 5 20.0 20.0 20.0 >35 7 28.0 28.0 48.0 25-35 13 52.0 52.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Responden yang turut berpartisipasi dalam penelitian ini, terdapat 13 responden berumur 25-35 tahun (52%), 7 orang berumur diatas 35 tahun (28%) dan 5 orang dibawah umur 25 tahun (20%).

(31)

Pendidikan terakhir responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sarjana D3-S1 1 4.0 4.0 4.0 SMP-SMA 24 96.0 96.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Dari 25 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini, sebagian besar responden mempunyai pendidikan terakhir SMP-SMA dengan frekuensi 24 (96%), sedangkan 1 orang memiliki pendidikan D3-S1 dengan persentase (4%).

D. Uji validitas & reliabilitas

Reliability

(32)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 25 100.0 Excludeda 0 .0

Total 25 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha N of Items .639 18

(33)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach’s Alpha if Item Deleted Bahankemasan Mayumi ramahlingkungan 64.0000 24.917 .071 .652 Kemasan Mayumi kuat

(tidakmudahsobek/bocor)

63.6000 25.500 .133 .636 Bahankemasan Mayumi higienis 63.8400 24.473 .292 .621 Kemasan Mayumi mudahdibuka 64.5600 25.923 -.064 .685 Kemasan Mayumi mudahdibawakemana–mana 63.7200 24.627 .250 .625 Kemasan Mayumi mudahdigenggam 64.0400 26.040 .003 .651 Desainkemasan Mayumi mudahdiingatdanmenarik 63.5200 25.010 .207 .629 Informasipadakemasan Mayumi lengkap 63.9600 22.457 .507 .590 Logo Mayumi menggambarkankarakter Mayumi itusendiri 63.9600 25.373 .098 .641 Harga Mayumi sesuaidengankualitasproduknya 64.0400 23.790 .360 .612 Harga Mayumi terjangkau 64.0000 23.667 .310 .616 Harga Mayumi

kompetitifdenganproduksejenis

64.4400 23.673 .202 .632 Rasa Mayumi enak 63.9200 22.327 .418 .598 Mayumi

sesuaiuntukdisantapdenganmaka nanapasaja

64.1600 24.223 .203 .630

Rasa Mayumi sesuaidenganlidah orang Indonesia 64.4400 21.840 .567 .580 Mayumi mudahditemukandari outlet kecil, menengahhinggabesar 64.2400 23.440 .249 .624

Display untukproduk Mayumi padaVookmudahterlihat

64.2800 23.210 .361 .609 Stock produk Mayumi

selalutersedia di Vook–toko

64.5600 23.590 .420 .606

Nilai Alpha Cronbach dari perhitungan jawaban hasil kuesioner yang telah peneliti sebar sebesar 0,63. Hasil ini berarti penelitian yang kami lakukan dinilai layak untuk dilanjutkan demi mendapatkan hasil yang valid dan reliabel.

(34)

E. Kemasan produk variabel X

Kemasan dipandang sebagai upaya Marketing melalui estetika yang mempunyai arti luas dalam memberikan fungsional dan emotional benefit bagi konsumen. Kunci keunggulan pesaing bagi merek adalah melalui kemasan, logo, warna, tampilan iklan, bentuk produk, atau tampilan interior outlet tempat menjual produk tersebut. (Iwan Wirya, 1999).

Menurut pendapat Michael E. Belch (2007) kemasan menunjukkan fungsi komunikasi pemasaran, selain sebagai pelindung isi dan produk.

Berdasarkan Wirya, Iwan (1999) kemasan yang baik adalah kemasan yang bisa melindungi isi produk tersebut terhadap cuaca dan proses alam lainnya.

Packaging House menjelaskan bahwa packaging atau kemasan adalah ilmu, seni, dan teknologi yang bertujuan untuk melindungi sebuah produk saat akan dikirim, disimpan, atau dijajakan. Sedangkan fungsi packaging secara garis besar terbagi menjadi 3, yaitu : a. Sebagai media pelindung dari cuaca dan kotoran bagi produk yang diwadahinya b. Sebagai identitas atau wajah dari produk yang terdapat didalamnya

c. Sebagai media penjual, dimana packaging atau kemasan memiliki kemampuan membujuk konsumen

Menurut Saladin (1996) Kemasan adalah wadah atau bungkus yang terdiri dari : a. Kemasan dasar (Primer package) : bungkus dari suatu produk

b. Kemasan tambahan (Secondari package) : bahan yang melindungi kemasan dasar dan dibuang bila produk tersebut digunakan

c. Kemasan pengiriman (Shipping package) : setiap kemasan yang diperlukan waktu penyimpanan dan pengangkutan.

Kemasan merupakan persepsi orang terhadap sebuah brand dan merupakan sebuah inti, satu-satunya hal termahal dari bentuk periklanan khususnya untuk perusahaan kecil. (Mark Greene dalam 2011-2-00183-ds thesis binus bab 4 konsep desain).

Menurut data riset Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia, sampah plastic yang terbuang kini telah mencapai angka fantastis, yaitu sebanyak 26.500 ton per hari. (Ivyanno, 2012).

Menurut Shimp, A. Terence (1986), materi kemasan bisa menggerakkan emosi konsumen tanpa disadari. Misalkan saja pada plastik yang digunakan oleh produk Mayumi. Kemasan dari plastik dikonotasikan bersih, jelas dan berkesan murah.

(35)

4. Bahan kemasan Mayumi ramah lingkungan

Bahan kemasan Mayumi ramah lingkungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 7 28.0 28.0 36.0 Setuju 9 36.0 36.0 72.0 Sangatsetuju 7 28.0 28.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Melalui kuesioner yang telah dibagikan, ditemukanlah hasil 9 orang (36%) menyatakan setuju dan 7 orang (28%) menyatakan sangat setuju jika Kemasan Mayumi ramah lingkungan, sedangkan 7 orang (28%) menyatakan ragu-ragu, dan 2 orang (8%) mengatakan tidak setuju.

Tingkat kepedulian masyarakat terhadap penggunaan kemasan ramah lingkungan mulai meningkat terlebih lagi sejak isu Global Warming menyebar. Hal mengenai pemakaian bahan kemasan ini juga telah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

(36)

Tangga, yang intinya mewajibkan produsen untuk mendaur ulang kemasannya, serta mewajibkan mereka menggunakan kemasan dengan bahan yang ramah lingkungan.

Hal ini juga ditegaskan dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tanggal 5 Juni 2013 yang diadakan oleh Komunitas Pemulung Kreatif dengan menampilkan Monster Kresek di kota Surabaya (kelanakota. Suarasurabaya.net, J. Totok Sumarno).

Hal ini juga tertera dalam etika pemasaran McCharty (1993:199-202 dalam Satrio Pandu Wiguna) yaitu dengan membuat kemasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial misalnya dengan membuat kemasan yang dapat didaur ulang atau kemasan yang dapat dipakai kembali sehingga tidak merusak lingkungan.

5. Kemasan Mayumi kuat (tidak mudah sobek/bocor) Kemasan Mayumi kuat (tidak mudah sobek/bocor)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ragu-Ragu 1 4.0 4.0 4.0 Setuju 17 68.0 68.0 72.0 Sangatsetuju 7 28.0 28.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

17 dari 25 orang responden (68%) menyatakan sangat setuju jikalau Kemasan Mayumi kuat (tidak mudah sobek/bocor) dan 7 orang (28%) juga menyetujui pernyataan tersebut, sedangkan 1 orang menyatakan ragu- ragu (4%). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pengaruh dari kekuatan kemasan sangatlah besar.

(37)

Kemasan plastik mempunyai kelebihan tidak mudah pecah yang akan memudahkan dalam penanganan dalam pengiriman (transportasi) dan dapat mengikuti bentuk produk didalamnya. Melalui keuntungan kuat atau tidak mudah sobek ini, pembeli akan merasa aman karena tidak perlu takut barang lainnya akan terkena tumpahan dari isi produk.

3. Bahan kemasan Mayumi higienis

Bahan kemasan Mayumi higienis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 1 4.0 4.0 4.0 Ragu-Ragu 1 4.0 4.0 8.0 Setuju 20 80.0 80.0 88.0 Sangatsetuju 3 12.0 12.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Dalam Pernyataan Bahan kemasan Mayumi higienis, responden yang menyatakan setuju berjumlah 20 orang (80%) dan 3 orang (12%) untuk pernyataan sangat. Sisanya, 1 orang menyatakan ragu-ragu (4%) dan 1 orang menyatakan tidak setuju (4%). Dari data tersebut, dapat kita simpulkan bahwa masyarakat menilai bahan kemasan Mayumi higienis.

Dalam peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6664 tahun 2011, migrasi adalah proses terjadinya perpindahan suatu zat

(38)

dari kemasan pangan ke dalam pangan. Jadi, kepercayaan konsumen dengan bahan kemasan higienis yang digunakan oleh Mayumi yang membuat konsumen berani dan tidak ragu dalam mengkonsumsi produk Mayumi. Diperkuat melalui teori yang dikemukakan oleh Shimp, A. Terence sebelumnya yaitu kemasan plastik dikonotasikan dengan kebersihan. 4. Kemasan Mayumi mudah dibuka

Kemasan Mayumi mudah dibuka

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuju 3 12.0 12.0 12.0 TidakSetuju 3 12.0 12.0 24.0 Ragu-Ragu 4 16.0 16.0 40.0 Setuju 14 56.0 56.0 96.0 Sangatsetuju 1 4.0 4.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Melalui laporan di atas, 14 orang menjawab setuju (56%), namun 4 orang mengatakan ragu-ragu (16%), dan 3 orang masing-masing menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju (12%). Hanya 1 orang (4%) yang mengatakan sangat setuju jika kemasan Mayumi mudah dibuka. Menurut buku teori kemasan E.P Danger, kemasan harus memiliki fungsi praktis, seperti melindungi produk, mudah dibuka, mudah ditumpuk, dan

(39)

ekonomis dalam situasi dimana biasanya produk tersebut dujual. Dalam hal ini, kemasan Mayumi sudah sesuai dengan teori kemasan yang dikemukakan oleh E.P Danger.

5. Kemasan Mayumi mudah dibawa kemana-mana

Kemasan Mayumi mudah dibawa kemana – mana

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ragu-Ragu 3 12.0 12.0 12.0 Setuju 16 64.0 64.0 76.0 Sangatsetuju 6 24.0 24.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

16 orang (64%) dari 25 orang responden yang menyatakan setuju atas pernyataan kemasan Mayumi mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan, 6 orang (24%) menyatakan sangat setuju dan 3 orang (12%) yang mengatakan ragu-ragu. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemasan Mayumi mudah dibawa kemana-mana dan telah mengikuti teori daya tarik praktis seperti yang telah dikemukakan oleh E.P Danger dalam buku

Memilih warna kemasan (1992). Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa disebut dengan

faktor ergonomi dan mempengaruhi kenyamanan konsumen dalam menggunakan produk (Modul Packaging).

(40)

Kemasan Mayumi mudah digenggam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 2 8.0 8.0 16.0 Setuju 20 80.0 80.0 96.0 Sangatsetuju 1 4.0 4.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Hampir semua responden, sebanyak 20 orang (80%) dari 25 orang yang peneliti bagikan kuesioner mengatakan bahwa mereka setuju jika “Kemasan Mayumi mudah digenggam”. Sisanya mengatakan ragu-ragu dan tidak setuju sebanyak 2 orang (8%), namun 1 orang mengatakan sangat setuju (4%). Dari data di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa kemasan Mayumi mudah digenggam. Hal ini berpengaruh besar dalam keputusan pembelian seperti yang telah dijelaskan dalam teori daya tarik praktis yang dikemukakan pada pernyataan sebelumnya.

(41)

Desain kemasan Mayumi mudah diingat dan menarik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ragu-Ragu 1 4.0 4.0 4.0 Setuju 15 60.0 60.0 64.0 Sangatsetuju 9 36.0 36.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Berdasarkan kuesioner yang telah peneliti bagikan kepada 25 responden, telah didapatkan hasil bahwa 15 orang (60%) menyatakan setuju jika “Desain kemasan Mayumi mudah diingat dan menarik”. Lalu, 9 orang (36%) menyatakan sangat setuju. Namun, terdapat 1 orang (4%) menjawab ragu-ragu. Dengan begitu, dapat peneliti simpulkan bahwa Desain kemasan produk Mayumi menarik dan mudah diingat.

Menurut buku teori kemasan E.P Danger dalam buku Memilih Warna Kemasan (1992), kemasan harus didesain baik secara grafis (desainnya harus menjamin bahwa produk tersebut menarik perhatian atau eyecatching untuk diambil, berdaya tarik ke semua orang, serta memiliki warna yang sesuai dengan karakteristik dari produknya). Sedangkan menurut Iwan Wirya dalam buku Kemasan yang Menjual, daya tarik kemasan sangatlah penting untuk menarik minat konsumen, karena daya tarik akan mempengaruhi tindakan konsumen baik secara sadar maupun tidak sadar, dengan kata lain, kemasan merupakan salah satu alat “Point of Purchase”.

(42)

Menurut Sigit (1992) menjelaskan bahwa melalui kemasan pihak konsumen menjadi tertarik baik karena warna, gambar, tulisan, tanda-tanda, keterangan yang ada pada bungkusnya. Ia pun menambahkan bahwa melalui kemasan, produsen atau pmasar dapat sekaligus menggunakannya sebagai alat advertensi dimana desain tersebut bersifat membujk, mempengaruhi atau memberikan informasi kepada calon pembeli supaya melaksanakan pembelian di tempat penjual atau di toko tertentu.

8. Informasi pada kemasan Mayumi lengkap

Informasi pada kemasan Mayumi lengkap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 1 4.0 4.0 4.0 Ragu-Ragu 5 20.0 20.0 24.0 Setuju 15 60.0 60.0 84.0 Sangatsetuju 4 16.0 16.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

15 orang (60%) menyatakan bahwa mereka setuju jika ‘Informasi pada kemasan Mayumi lengkap”, hal tersebut juga didukung oleh 4 orang (16%) yang menjawab sangat setuju. Namun, 5 orang (20%) menyatakan ragu-ragu dan 1 orang (4%) menyatakan tidak setuju. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa informasi pada kemasan Mayumi lengkap. Sesuai dengan fungsi utamanya, Kemasan harus dapat membawa informasi kepada

(43)

konsumen mengenai apa saja yang terkandung dalam produknya, seperti tanggal kadaluarsa, kandungan apa saja yang ada dalam produk Mayumi, dan lain sebagainya karena informasi yang lengkap juga dapat menjadi suatu jaminan yang membuat konsumen percaya dengan produk kita.

Menurut Etika Pemasaran McCharty (1993:199-202 dalam Satrio Pandu Wiguna) Produsen kemasan harus mencantumkan tanggal kadaluarsa produk pada kemasan agar konsumen tidak dirugikan oleh barang-barang yang tidak diperlukan danberbahaya bagi merek dan juga perlu mencantumkan informasi tentang harga barang.

Selain itu arti kemasan bagi pembeli menurut Buchari Alma (1998), kemasan memberikan informasi dan akan member dorongan kepada pembeli untuk membaca dulu dan sambil berfikir akan membelinya.

9. Logo Mayumi menggambarkan karakter Mayumi itu sendiri

Logo Mayumi menggambarkan karakter Mayumi itu sendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 1 4.0 4.0 4.0 Ragu-Ragu 4 16.0 16.0 20.0 Setuju 17 68.0 68.0 88.0 Sangatsetuju 3 12.0 12.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

(44)

Dari 25 responden yang terlibat pada penelitian ini, 17 orang (68%) menyatakan setuju dan 3 orang (12%) menyatakan sangat setuju jika “Logo Mayumi menggambarkan karakter Mayumi itu sendiri”. Sedangkan, 4 orang (16%) menjawab ragu-ragu dan 1 orang (4%) menyatakan tidak setuju terhadap hal tersebut. Dari hasil tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa logo Mayumi menggambarkan karakter Mayumi itu sendiri.

Menurut Kusnadi Assaini dari Komvis.com (dalam dalam koleksi perpustakaan binus 2008-2-00089-DS bab 4, Jumat 14 Juni 2013 3:17), beberapa prinsip dalam mendesain logo antara lain :

a. Distinctiveness dimana desain logo haruslah unik yang bisa membedakan dari yang lain sehingga brand awareness mudah dicapai. Dengan logo yang lain daripada yang lain memudahkan orang atau konsumen mengingatnya.

b. Convery the right image dimana logo haruslah sesuai dengan konsep produk sehingga mendukung tersampaikannya informasi atau karakter produk bukan hanya melihat keunikan tanpa sesuai dengan karakter produk secara menyeluruh. (Dalam hal ini, Mayumi sudah tepat dalam penggunaan logo yang menggambarkan produk Mayumi itu sendiri sebagai produk Mayonaisse).

c. Legibility Logo haruslah mudah dibaca, karena logo adalah konsumsi public dan bukan pribadi seorang desainer.

Logo Mayumi mempunyai logo yang berbeda dengan produk sejenis lainnya sehingga dapat dengan mudah dibedakan dan diingat. Logo Mayumi mengilustrasikan karakter produk Mayumi yang nikmat. Penggunaan font (jenis dan bentuk tulisan) yang digunakan dalam logo Mayumi membuatnya mudah terbaca meskipun dari kejauhan ataupun dari display outlet.

F. Keputusan pembelian variabel Y

Definisi keputusan pembelian menurut menurut Helga Drummond (2012), adalah mengidentifikasikan semua pilihan yang mungkin untuk memecahkan persoalan itu dan menilai pilihan-pilihan secara sistematis dan obyektif serta sasaran-sasarannya yang menentukan keuntungan serta kerugiannya masing-masing.

Keputusan pembelian seseorang dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti kualitas produknya, harga, rasa produk, tempat penjualan produk, dsb.

Menurut Deming (1982), kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Artinya, perusahaan harus mengetahui apa kebutuhan konsumen terhadap

(45)

produk yang telah dihasilkan. Apakah produk tersebut memenuhi kebutuhan konsumen tersebut atau tidak.

Menurut Bath & Cozzolino (1993), Deming characterizes quality as "continually

meeting customers' needs and expectations at a price they are willing to pay." Yang berarti

bahwa saat konsumen membeli sebuah produk, konsumen berharap kualitas produk yang ia beli sesuai dengan espektasinya.

Menurut Kotler dan Armstrong (2004), bauran komunikasi pemasaran atau

marketing mix dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai “

empat P ”: product, price, place, dan promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi). Oleh sebab itu, faktor place atau tempat perlu diperhitungkan dalam memulai ataupun sedang dalam tahap menjual sebuah produk.

1. Harga Mayumi sesuai dengan kualitas produknya

Harga Mayumi sesuai dengan kualitas produknya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 1 4.0 4.0 4.0 Ragu-Ragu 5 20.0 20.0 24.0 Setuju 17 68.0 68.0 92.0 Sangatsetuju 2 8.0 8.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

(46)

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan terhadap 25 responden, didapatkan hasil bahwa 17 responden dengan persentase 68% memilih setuju pada pernyataan “Harga Mayumi sesuai dengan kualitas produknya”, dan sangat setuju sebanyak 2 responden atau persentase 8%. Sedangkan, untuk jawaban ragu-ragu dipilih oleh 5 orang dengan persentase 20 % dan jawaban tidak setuju dipilih oleh 1 orang atau persentase 4 %. Dari data di atas, dapat peneliti simpulkan mayoritas responden setuju bahwa harga Mayumi sesuai dengan kualitas produknya. Menurut Bath & Cozzolino (1993),

Deming characterizes quality as "continually meeting customers' needs and expectations at a price they are willing to pay." Yang berarti bahwa saat konsumen membeli sebuah produk,

konsumen berharap kualitas produk yang ia beli sesuai dengan espektasinya. Teori tersebut sejalan dengan pendapat mayoritas responden yang setuju bahwa harga Mayumi sesuai dengan kualitas produknya (memenuhi ekspektasi pembeli).

2. Harga Mayumi terjangkau

Harga Mayumi terjangkau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 3 12.0 12.0 20.0 Setuju 17 68.0 68.0 88.0 Sangatsetuju 3 12.0 12.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

(47)

Dari 25 kuesioner yang peneliti sebarkan, 17 orang dengan persentase 68% mengatakan bahwa mereka setuju jika “Harga Mayumi terjangkau”. Diikuti dengan jawaban sangat setuju sejumlah 3 responden dengan persentase 12%, jawaban ragu-ragu sejumlah 3 responden dengan persentase 12%, dan jawaban tidak setuju sejumlah 2 responden dengan persentase 8%. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa harga Mayumi terjangkau. Hasil tersebut berlawanan dengan Tjiptono (1997) yang mengatakan bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi. Mayumi adalah produk mayonaise yang dijual dengan harga terjangkau dan memiliki kualitas yang tinggi. Kualitas yang tinggi dapat diartikan dengan terpenuhinya ekspektasi pembeli saat mengkonsumsi produk tersebut.

3. Harga Mayumi kompetitif dengan produk sejenis

Harga Mayumi kompetitif dengan produk sejenis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangattidaksetuju 1 4.0 4.0 4.0 TidakSetuju 3 12.0 12.0 16.0 Ragu-Ragu 8 32.0 32.0 48.0 Setuju 11 44.0 44.0 92.0 Sangatsetuju 2 8.0 8.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

(48)

Pernyataan “Harga Mayumi kompetitif dengan produk sejenis” mendapat respon setuju dari 11 orang dengan persentase 44%, sangat setuju dari 2 orang dengan persentase 8%, ragu-ragu dari 8 orang dengan persentase 32%, tidak setuju dari 3 orang dengan persentase 12%, dan sangat tidak setuju dari 1 orang dengan persentase 4 %. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju harga Mayumi kompetitif dengan produk sejenisnya.

Menurut penelitian Akhsay R. Rao dan Kent B. Monroe (1989), menyatakan bahwa konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan yang lainnya dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu produk. Harga yang kompetitif sangat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena seperti yang sudah dituliskan di atas, setiap konsumen akan selalu membandingkan harga suatu barang dengan harga barang lainnya yang sejenis. Bila harga suatu barang tersebut tidak kompetitif, maka konsumen pun akan ragu untuk membeli bahkan meragukan juga kualitas barang tersebut. Lewat data dari 25 responden, terbukti Mayumi adalah produk yang memiliki harga kompetitif dengan produk sejenisnya dan dapat bersaing dengan produk lain untuk mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

(49)

Rasa Mayumi enak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 1 4.0 4.0 4.0 Ragu-Ragu 7 28.0 28.0 32.0 Setuju 10 40.0 40.0 72.0 Sangatsetuju 7 28.0 28.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Pernyataan mengenai “Rasa Mayumi enak” mendapat respon sangat setuju dari 7 orang atau persentase 28%, 10 orang atau persentase 40% mengatakan setuju, 7 orang atau persentase 28% mengatakan ragu-ragu, dan 1 orang merespon tidak setuju dengan persentase 4%. Menurut kamus besar bahasa Indonesia online, cita rasa adalah rasa seperti rasa lezat, sedap. Dalam penelitian ini, rasa adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian terhadap produk Mayumi. Dari data yang peneliti dapatkan, mayoritas responden setuju bahwa Mayumi enak.

(50)

Mayumi sesuai untuk disantap dengan makanan apa saja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 7 28.0 28.0 36.0 Setuju 13 52.0 52.0 88.0 Sangatsetuju 3 12.0 12.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Hasil respon dari pernyataan “Produk Mayumi sesuai untuk disantap dengan makanan apa saja” adalah 13 orang atau 52% merespon setuju yang didukung oleh 3 orang atau 12% yang merespon sangat setuju. Lalu 7 orang atau 28% merespon ragu-ragu dan sisanya 2 orang atau sebesar 8% tidak setuju. Mayumi adalah mayonaise yang diproduksi di Indonesia dan biasanya mayonaise di Indonesia digunakan sebagai pelengkap makanan seperti gorengan, salad, roti, dsb. Makanan pelengkap dapat menambah cita rasa makanan utama. Oleh sebab itu, Mayumi tampil sebagai produk mayonaise dalam sachet yang sesuai dimakan dengan makanan apa saja dan mayoritas responden setuju akan hal tersebut.

(51)

Rasa Mayumi sesuai dengan lidah orang Indonesia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 3 12.0 12.0 12.0 Ragu-Ragu 10 40.0 40.0 52.0 Setuju 11 44.0 44.0 96.0 Sangatsetuju 1 4.0 4.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Pernyataan “Rasa Mayumi sesuai dengan lidah orang Indonesia” mendapat respon sangat setuju dari 1 orang atau 4%, 11 orang atau 44% mengatakan setuju, 10 orang atau 40% mengatakan ragu-ragu dan yang merespon tidak setuju sebanyak 3 orang atau 12%. Orang Indonesia memiliki selera makanan yang mempunyai rasa yang kuat dan gurih. Sesuai dengan tagline Mayumi yaitu “Mayonaise Yummy”, Mayumi memiliki rasa yang gurih. Yummy bisa diartikan sebagai gurih atau enak. Tagline Mayumi tersebut terbukti dengan mayoritas responden setuju bahwa rasa Mayumi gurih dan sesuai dengan lidah orang Indonesia.

(52)

Mayumi mudah ditemukan dari outlet kecil, menengah hingga besar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 11 44.0 44.0 52.0 Setuju 7 28.0 28.0 80.0 Sangatsetuju 5 20.0 20.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Untuk pernyataan “Mayumi mudah ditemukan dari outlet kecil, menengah hingga besar” mendapat respon sangat setuju dari 5 orang atau sebesar 20%, 7 orang atau sebesar 28% merespon setuju, 11 orang atau sebesar 44% merespon ragu-ragu dan sisanya yang merespon tidak setuju sebanyak 2 orang atau sebesar 8%.

Menurut Kotler dan Armstrong (2004), bauran komunikasi pemasaran atau

marketing mix dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai “

empat P ”: product, price, place, dan promotion (produk, harga, distribusi, dan promosi). Oleh sebab itu, faktor place atau tempat perlu diperhitungkan dalam memulai ataupun sedang dalam tahap menjual sebuah produk. Faktor place bisa berupa penempatan produk secara merata di seluruh tempat penjualan (outlet, pasar, dsb). Dari data yang peneliti dapat, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden ragu Mayumi mudah ditemukan dari outlet kecil, menengah hingga besar. Keraguan mayoritas responden dikarenakan sulitnya mereka

(53)

untuk menemukan mayumi di sekitar rumah mereka. Lewat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penempatan produk Mayumi belum merata di seluruh tempat penjualan.

8. Display untuk produk Mayumi pada toko mudah terlihat

Display untuk produk Mayumi pada toko mudah terlihat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 9 36.0 36.0 44.0 Setuju 12 48.0 48.0 92.0 Sangatsetuju 2 8.0 8.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Pernyataan 'Display untuk produk Mayumi pada toko mudah terlihat' mendapat respon dari 2 orang atau 8% yang menyatakan sangat setuju, 12 orang atau 48% setuju, 9 orang atau 36% ragu-ragu dan 2 orang atau 8% menyatakan tidak setuju. Dapat disimpulkan masyarakat setuju bahwa display untuk produk Mayumi pada toko mudah terlihat. Hal ini sejalan dengan E.P. Danger (2010), yang mengatakan bahwa salah satu

(54)

kriteria kemasan yang baik adalah kemasan harus bisa dipajang dan dengan bentuk dan ukuran yang membuatnya mudah dilihat di atas rak.

9. Stock produk Mayumi selalu tersedia di toko-toko

Stock produk Mayumi selalu tersedia di toko – toko

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TidakSetuju 2 8.0 8.0 8.0 Ragu-Ragu 14 56.0 56.0 64.0 Setuju 9 36.0 36.0 100.0 Total 25 100.0 100.0

Untuk respon dari pernyataan 'Stock produk Mayumi selalu tersedia di toko-toko' adalah setuju dari 9 orang atau persentase 36%, ragu-ragu dari 14 orang atau sebesar 56% dan sisanya tidak setuju dari 2 orang atau sebesar 8%. Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden ragu stock produk Mayumi akan selalu tersedia di toko-toko.

Menurut Lalu Sumayang (2003), stock atau inventory adalah sebuah persediaan dari material yang digunakan untuk menunjang produksi atau untuk memenuhi permintaan

(55)

pelanggan. Inventory (persediaan) terdiri dari: bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Stock sebuah produk tidak selalu tersedia di toko karena ada saatnya toko kehabisan stock dan diperlukan waktu untuk mengisi kembali stock di dalam toko. Hal tersebut berlaku juga pada produk Mayumi dimana produk tersebut juga memiliki masa berkala seperti di atas.

G. Analisis per dimensi 1. Dimensi dalam variabel x

Frequencies (Dimensi X) Statistics

Bahankemasan dayatarikpraktis dayatarikvisual

N Valid 25 25 25

Missing 0 0 0

Mean 4.0267 3.7333 4.0267

Dalam penelitian ini, peneliti memakai 3 dimensi dalam variabel x, yaitu bahan kemasan, daya tarik praktis, dan daya tarik visual. Dimensi bahan kemasan dan daya tarik visual memegang peranan penting dalam hal ini dengan mean masing-masing 4,0267 diikuti oleh dimensi daya tarik praktis dengan mean 3,7333. Hasil ini membuktikan bahwa dewasa ini, orang-orang lebih memperhatikan faktor bahan kemasan dan daya tarik visual dalam menilai suatu kemasan produk.

Gambar

Diagram Line Dimensi Mean X

Referensi

Dokumen terkait

(5) Penjabaran lebih lanjut mengenai tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D ditetapkan dengan Peraturan Bupati.. Bagian Kedua

Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) ini merupakan modul yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dan akan memudahkan siswa untuk

Dan di Bulan Oktober dimana kita menyambut hari Reformasi, maka memulai suatu kegiatan baru yaitu mengajak dan menghimbau seluruh anggota jemaat yang sudah dan belum membaca

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Sisanya (88%) adalah pikiran bawah sadar (unconscious) yang masih dapat dimaksimalkan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik, menampilkan kemampuan terbaik setiap saat

Menurut Muhammad Farhat, jika semua masyarakat muslim menerima hukum yang diputuskan oleh majoriti ulama melalui akademi fiqh, badan fatwa atau seminar hukum sebagai suatu

Berdasarkan hal tersebut maka, tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui debit optimum yang terdapat pada sumur SDPS – 093, sehingga dengan diketahuinya kebutuhan

Pembinaan pada Kejaksaan Agung, Kepala unit kerja setingkat eselon II yang bertanggung jawab di bidang Kepegawaian pada Lembaga Pemerintah Non Departemen atau pejabat lain yang